• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kebahagiaan pada Biarawati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Kebahagiaan pada Biarawati"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KEBAHAGIAAN PADA BIARAWATI

S k r i p s i

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Disusun Oleh:

(2)

SKRIPSI

GAMBARAN KEBAHAGIAAN PADA BIARAWATI

Dipersiapkan dan disusun oleh:

WAHYUNI

051301005

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 16 Oktober 2010

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi

Prof.Dr.Irmawati M.Psi

Tim Penguji

1. Rr. Lita Hadiati W. S.Psi, psikolog Penguji I/Pembimbing

______________ NIP. 132 283 765

2. Filia Dina Anggaraeni, M.Pd Penguji II ______________ NIP. 132 255 302

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Gambaran Kebahagiaan pada Biarawati

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2010

(4)

Gambaran Kebahagiaan pada Biarawati Wahyuni dan Aprilia Fadjar Pertiwi, M.Si

ABSTRAK

Kebahagiaan adalah perasaan positif yang berasal dari kualitas keseluruhan hidup manusia yang ditandai dengan adanya kesenangan yang dirasakan oleh seorang individu ketika melakukan sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya dengan tidak adanya perasaan menderita. Perasaan positif yang termasuk pada aspek kebahagiaan dibagi menjadi dua hal yaitu aspek afektif yang merupakan gambaran pengalaman emosi dari kesenangan, kegembiraan, dan emosi positif lain. Sedangkan aspek kognitif merupakan kepuasan dengan variasi domain kehidupan seperti diri sendiri, keluarga dan teman sebaya.

Bagi kebanyakan individu, kebahagiaan bisa terwujud dan tercapai ketika ia bisa memiliki uang ataupun kekayaan, mempunyai pasangan, mempunyai kerabat dekat, dan memiliki kebebasan. Namun ada sekelompok individu yang justru hidup dengan menolak aspek-aspek kebahagiaan berupa uang ataupun kekayaan, mempunyai pasangan hidup, dan memiliki kebebasan di dalam hidupnya. Mereka adalah biarawati. Biarawati adalah seorang perempuan yang hidup di biara yang secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan dirinya dan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu biara. Dengan demikian terlihat sangat berbeda kebahagiaan yang diinginkan, dicari dan dirasakan oleh manusia pada umumnya dan kebahagiaan yang diinginkan, dicari dan dirasakan biarawati berdasarkan aspek-aspek kebahagiaan berupa uang ataupun kekayaan, mempunyai pasangan, serta memiliki kebebasan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebahagiaan pada biarawati. Alat ukur yang digunakan adalah skala kebahagiaan dengan reliabilitas (r) = 0,904 yang disusun oleh peneliti berdasarkan komponen aspek kebahagiaan oleh Diener (dalam Carr,2004) yaitu aspek kognitif dan afektif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah incidental sampling. Sampel berjumlah 30 orang biarawati yang berada di Kota Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebahagiaan pada biarawati secara umum dapat dilihat bahwa sebanyak 15 orang (50%) termasuk ke dalam kategori lebih bahagia, kategori cukup bahagia sebanyak 1 orang (3,33%) dan kategori kurang bahagia sebanyak 14 orang (46,66%). Berdasarkan aspek kognitif, kebahagiaan pada biarawati berada pada kategori lebih bahagia sebanyak 17 orang (56,66%), tidak ada (0%) yang berada dalam kategori cukup bahagia dan 13 orang (43,33%) berada dalam kategori kurang bahagia. Sedangkan berdasarkan aspek afektif kebahagiaan pada biarawati adalah 6 orang (20%) berada pada kategori lebih bahagia, 18 orang (60%) berada pada kategori cukup bahagia dan 6 orang (20%) berada pada kategori kurang bahagia.

(5)

The Description Happiness in Sisters Wahyuni dan Aprilia Fadjar Pertiwi, M.Si

ABSTRACT

Happiness is a positive feeling that comes from the overall quality of human life is characterized by the pleasure that is felt by someone when doing something interested in his life with no sense of suffering. Positive feelings including the aspect of happiness is divided into two aspects, that is the affective aspect that represents the emotional experience of pleasure, joy and other positive emotions while the cognitive aspect is the satisfaction with various domain of life as ourselves, family, and peers.

For most individuals, happiness can be realized and achieved when he could have money or wealth, have a partner, has close relatives and have freedom. But there is a group of individuals who actually live by rejecting aspects of happiness in the form of money or wealth, has a life partner and have the freedom in her life. They are sisters. Sister was a woman who lived in the convent who voluntarily left the world and focus on herself and her life to religious life in a monastery. Thus looked very different from the happiness that you want, look for and enjoyed by people in general and happiness you want, look for and perceived sisters based on aspects of happiness in the form of money or wealth, have a spouse and have the freedom.

This study aims to find a description of happiness on the sisters. Measuring tool used is happiness scale with reliability (r) = 0,904 which were prepared by the researcher based on the components of happiness by Diener (in Carr, 2004) that is cognitive aspects and affective aspects. The method used is descriptive quantitative method. The sampling technique used is incidental sampling. Samples were 30 sisters in Medan.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Kebahagiaan pada Biarawati” ini. Skripsi ini diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Pembuatan skripsi ini merupakan pengalaman pertama penulis, sehingga penulis mohon maaf jika sekiranya dalam skripsi ini terdapat kejanggalan-kejanggalan baik isi maupun cara penulisannya yang masih banyak terdapat kesalahan.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis menerima banyak bantuan dari berbagai pihak. Bantuan yang diberikan sangat penulis hargai. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara.

(7)

hidup ini takkan seindah ini. Semoga kalian juga sukses di masa depan. Amin.

3. Terimakasih kepada Billy Zoel Coal yang telah rela menemani penulis hingga proses pembuatan skripsi ini selesai. Terimakasih juga atas semangat, kasih sayang, arahan, ajaran yang bermanfaat dan dukungan yang telah diberikan, penulis akan selalu mengingatnya. Do’a penulis semoga “Kita jadi orang Kaya..Amin..”.

4. Buat teman-teman seperjuangan Qoyin, Ema, Neni, Dinda dan lainnya yang tak bisa penulis sebutkan satu-satu. Terimakasih atas semua yang telah kalian lakukan untuk membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis bangga punya teman seperti kalian. Semoga kita semua sukses.

5. Ibu Aprillia Fadjar Pertiwi, M.Si selaku dosen pembimbing penulis.

Terimakasih banyak atas saran dan arahan yang telah diberikan serta kesabaran yang tulus dalam membimbing penulis.

6. Kepada seluruh staff dan dosen pengajar Fakultas Psikologi USU, penulis ucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan.

7. Buat seluruh keluarga besar penulis, terimakasih untuk semua dukungan dan kasih sayang. Doakan Ayu sukses yaah.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM... . i

LEMBAR PENGESAHAN ... . ii

LEMBAR PERNYATAAN ... . iii

ABSTRAK ... . iv

ABSTRACT ... . v

KATA PENGANTAR ... . vi

DAFTAR ISI ... . iii

DAFTAR TABEL ... . iv

BAB I: PENDAHULUAN ... . 1

A. Latar Belakang Masalah ... . 1

B. Rumusan Penelitian ... . 9

C. Tujuan Penelitian ... . 9

D. Manfaat Penelitian ... . 9

E. Sistematika Penulisan ... . 10

BAB II: LANDASAN TEORI... . 12

A. Kebahagiaan ... . 12

Pengertian Kebahagiaan ... . 12

(9)

Faktor yang mempengaruhi Kebahagiaan ... . 17

B. Biarawati ... . 20

Pengertian Biarawati ... . 20

Kaul-kaul ... . 22

Proses menjadi Biarawati ... . 25

C. Gambaran Kebahagiaan pada Biarawati.. ... . 31

BAB III: METODE PENELITIAN ... . 35

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... . 35

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... . 35

C. Metode Pengambilan Sampel ... . 36

Karakteristik Subjek Penelitian ... . 36

Prosedur Pengambilan Sampel ... . 36

Jumlah Subjek Penelitian ... . 37

Lokasi Penelitian ... . 37

Lokasi Penelitian ... . 37

D. Metode Pengumpulan Data ... . 37

Alat Ukur Penelitian ... . 38

(10)

Tahap Persiapan Penelitian ... . 44

Tahap Pelaksanaan Penelitian ... . 44

Tahap Pengolahan Data ... . 45

H. Metode Analisa Data... . 45

BAB IV: ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... . 46

A. Analisa Data ... . 46

Gambaran Umum Subjek Penelitian ... . 46

Hasil Penelitian ... . 47

B. Pembahasan ... . 53

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... . 55

A. Kesimpulan ... . 55

B. Saran... . 57

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Blue Print distribusi aitem Skala Kebahagiaan Sebelum Uji Coba . . 40

Tabel 2 Blue Print distribusi aitem Skala Kebahagiaan setelah Uji Coba .... . 42

Tabel 3 Blue Print distribusi aitem Skala Kebahagiaan yang digunakan dalam penelitian ... . 43

Tabel 4 Pengkategorisasian Kebahagiaan pada Biarawati ... . 48

Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Skala Kebahagiaan ... . 48

Tabel 6 Hasil Analisa Deskriptif Kebahagiaan ... . 49

Tabel 7 Kriteria Kategorisasi Skor Kebahagiaan ... . 50

Tabel 8 Hasil Analisa Deskriptif kecemasan akademik Berdasarkan karakteristik pola-pola aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental . 52 Tabel 9 Kriteria Kategorisasi Skor kecemasan akademik Berdasarkan karakteristik pola-pola aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental . 52 Tabel 10 Hasil Analisa Deskriptif kecemasan akademik pada siswa Berdasarkan karakteristik terganggunya perhatian ... . 54

(12)

Tabel 14 Hasil Analisa Deskriptif kecemasan akademik pada siswa

Berdasarkan karakteristik perilaku yang tidak tepat ... . 58

Tabel 15 Kriteria Kategorisasi Skor kecemasan akademik Berdasarkan

karakteristik perilaku yang tidak tepat ... . 59

Tabel 16 Gambaran kecemasan akademik siswa di SMA N Unggul

berdasarkan jenis kelamin ... . 60

Tabel 17 Gambaran kecemasan akademik siswa di SMA Negeri Unggul

(13)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... . 46

Grafik 2 Penyebaran Subjek Berdasarkan Tingkatan Kelas ... . 47

Grafik 3 Gambaran Kecemasan akademik siswa di SMA N Unggul ... . 50

Grafik 4 kecemasan akademik Berdasarkan karakteristik pola-pola

aktivitas yang dapat menyebabkan kecemasan mental ... . 53

Grafik 5 kecemasan akademik Berdasarkan karakteristik terganggunya perhatian

... . 55

Grafik 6 kecemasan akademik Berdasarkan karakteristik bahaya pada fisiologis

... . 57

Grafik 7 kecemasan akademik Berdasarkan karakteristik perilaku yang

(14)

Gambaran Kebahagiaan pada Biarawati Wahyuni dan Aprilia Fadjar Pertiwi, M.Si

ABSTRAK

Kebahagiaan adalah perasaan positif yang berasal dari kualitas keseluruhan hidup manusia yang ditandai dengan adanya kesenangan yang dirasakan oleh seorang individu ketika melakukan sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya dengan tidak adanya perasaan menderita. Perasaan positif yang termasuk pada aspek kebahagiaan dibagi menjadi dua hal yaitu aspek afektif yang merupakan gambaran pengalaman emosi dari kesenangan, kegembiraan, dan emosi positif lain. Sedangkan aspek kognitif merupakan kepuasan dengan variasi domain kehidupan seperti diri sendiri, keluarga dan teman sebaya.

Bagi kebanyakan individu, kebahagiaan bisa terwujud dan tercapai ketika ia bisa memiliki uang ataupun kekayaan, mempunyai pasangan, mempunyai kerabat dekat, dan memiliki kebebasan. Namun ada sekelompok individu yang justru hidup dengan menolak aspek-aspek kebahagiaan berupa uang ataupun kekayaan, mempunyai pasangan hidup, dan memiliki kebebasan di dalam hidupnya. Mereka adalah biarawati. Biarawati adalah seorang perempuan yang hidup di biara yang secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan dirinya dan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu biara. Dengan demikian terlihat sangat berbeda kebahagiaan yang diinginkan, dicari dan dirasakan oleh manusia pada umumnya dan kebahagiaan yang diinginkan, dicari dan dirasakan biarawati berdasarkan aspek-aspek kebahagiaan berupa uang ataupun kekayaan, mempunyai pasangan, serta memiliki kebebasan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebahagiaan pada biarawati. Alat ukur yang digunakan adalah skala kebahagiaan dengan reliabilitas (r) = 0,904 yang disusun oleh peneliti berdasarkan komponen aspek kebahagiaan oleh Diener (dalam Carr,2004) yaitu aspek kognitif dan afektif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah incidental sampling. Sampel berjumlah 30 orang biarawati yang berada di Kota Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebahagiaan pada biarawati secara umum dapat dilihat bahwa sebanyak 15 orang (50%) termasuk ke dalam kategori lebih bahagia, kategori cukup bahagia sebanyak 1 orang (3,33%) dan kategori kurang bahagia sebanyak 14 orang (46,66%). Berdasarkan aspek kognitif, kebahagiaan pada biarawati berada pada kategori lebih bahagia sebanyak 17 orang (56,66%), tidak ada (0%) yang berada dalam kategori cukup bahagia dan 13 orang (43,33%) berada dalam kategori kurang bahagia. Sedangkan berdasarkan aspek afektif kebahagiaan pada biarawati adalah 6 orang (20%) berada pada kategori lebih bahagia, 18 orang (60%) berada pada kategori cukup bahagia dan 6 orang (20%) berada pada kategori kurang bahagia.

(15)

The Description Happiness in Sisters Wahyuni dan Aprilia Fadjar Pertiwi, M.Si

ABSTRACT

Happiness is a positive feeling that comes from the overall quality of human life is characterized by the pleasure that is felt by someone when doing something interested in his life with no sense of suffering. Positive feelings including the aspect of happiness is divided into two aspects, that is the affective aspect that represents the emotional experience of pleasure, joy and other positive emotions while the cognitive aspect is the satisfaction with various domain of life as ourselves, family, and peers.

For most individuals, happiness can be realized and achieved when he could have money or wealth, have a partner, has close relatives and have freedom. But there is a group of individuals who actually live by rejecting aspects of happiness in the form of money or wealth, has a life partner and have the freedom in her life. They are sisters. Sister was a woman who lived in the convent who voluntarily left the world and focus on herself and her life to religious life in a monastery. Thus looked very different from the happiness that you want, look for and enjoyed by people in general and happiness you want, look for and perceived sisters based on aspects of happiness in the form of money or wealth, have a spouse and have the freedom.

This study aims to find a description of happiness on the sisters. Measuring tool used is happiness scale with reliability (r) = 0,904 which were prepared by the researcher based on the components of happiness by Diener (in Carr, 2004) that is cognitive aspects and affective aspects. The method used is descriptive quantitative method. The sampling technique used is incidental sampling. Samples were 30 sisters in Medan.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang Masalah

Kebahagiaan merupakan pemahaman umum mengenai seberapa senang seseorang akan kehidupannya sendiri atau secara formal merupakan tingkat dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif (Veenhoven, 2004). Ditambahkan lagi oleh Veenhoven bahwa elemen dasar dari definisi ini adalah penilaian subjektif atas kesenangan akan hidup, juga mengacu pada kepuasan akan hidup. Sedangkan Jalaluddin (2004) menyatakan bahwa kebahagiaan adalah perasaan yang menyenangkan meliputi penilaian seseorang tentang hidupnya. Dalam hal ini, perasaan kita sebut sebagai unsur afektif dan penilaian merupakan unsur kognitif.

Menurut Biswas, Diener & Dean (2007) kebahagiaan adalah sesuatu yang lebih dari sebuah pencapaian tujuan dikarenakan pada kenyataannya kebahagiaan selalu dihubungkan dengan kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang lebih tinggi, pendapatan yang lebih tinggi, serta tempat kerja yang lebih baik. Sedangkan Myers (2007) menyatakan bahwa kebahagiaan adalah pengalaman hidup yang ditandai oleh perasaan positif seperti perasaan bahagia dan pikiran yang mengarah pada kepuasan kehidupan.

(17)

toleransi yang tinggi, hidup lebih sehat dan menikmati kehidupan yang memuaskan (Briffol, 2007 ; Lyubomirsky, 2005 ; Pressman & Cohen, 2005).

Menurut Myers (2004) ada empat karakteristik yang selalu ada pada orang yang bahagia dalam hidupnya yaitu : (a) menghargai diri sendiri berarti orang tersebut cenderung menyukai dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi, (b) optimis berarti orang tersebut percaya bahwa peristiwa baik memiliki penyebab permanen dan peristiwa buruk bersifat sementara sehingga orang tersebut berusaha lebih keras pada setiap kesempatan agar dapat mengalami peristiwa baik, (c) terbuka berarti orang tersebut mudah bersosialisasi dengan orang lain serta membantu oranglain yang membutuhkan dan (d) mampu mengendalikan diri berarti orang tersebut memiliki kontrol diri pada hidupnya serta memiliki kekuatan atau kelebihan.

Penelitian Robert Frank (dalam Myers, 2004) mengungkapkan bahwa orang berusaha untuk memperoleh lebih banyak uang yang akan digunakannya untuk membeli barang – barang mewah bisa membuatnya menjadi lebih bahagia. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Gallup (2006) pada mahasiswa

(18)

Menurut penelitian yang menggunakan 42.000 partisipan orang Amerika yang sudah menikah (dalam Myers, 2007) menyatakan bahwa mempunyai pasangan hidup terbukti membuat mereka lebih bahagia daripada orang yang tidak pernah memiliki pasangan hidup dikarenakan adanya social support yang diberikan oleh pasangan hidup tersebut baik pria maupun wanita. Myers (2004) juga menyatakan hasil penelitiannya yang mengindikasikan bahwa dukungan dari kerabat dekat sangat dibutuhkan agar bisa menjadi lebih bahagia dimana pertemanan yang intim ataupun pernikahan bisa membuat individu merasakan kebahagiaan. Begitu juga menurut hasil penelitian yang dikemukakan oleh Ed Diener dan Martin Seligman (dalam Myers, 2004) yang menyatakan bahwa individu yang sangat bahagia adalah bukan semata hanya karena uang melainkan juga kepuasaan dalam mempunyai hubungan kekerabatan. Sehingga menurut (Myers, 2002) memiliki pasangan hidup atau kerabat lainnya dapat meningkatkan kebahagiaan individu tersebut seperti individu tersebut lebih menikmati dukungan dari pasangan ataupun kerabat, memiliki hubungan yang erat, mendapatkan rasa cinta, pertemanan dan kasih sayang dari pasangan ataupun kerabat serta dapat

mengurangi rasa kesepian.

(19)

bersama dengan UNESCO, CIA dan WHO menyatakan bahwa kebebasan pribadi, demokrasi dan kesetaraan sosial merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi kebahagiaan sehingga ketika seorang individu memiliki kebebasan dan dapat mempertahankan keinginannya maka ia sudah mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupannya (Kant, 2009).

Dengan demikian maka uang ataupun kekayaan, mempunyai pasangan, mempunyai kerabat dekat, dan memiliki kebebasan amat berpengaruh pada pencapaian kebahagiaan pada kebanyakan individu. Namun ada sekelompok individu yang justru hidup dengan menolak aspek-aspek kebahagiaan berupa kekayaan, mempunyai pasangan hidup, dan memiliki kebebasan di dalam hidupnya. Mereka adalah biarawati.

Suster Efriani, seorang biarawati, adalah salah seorang dari sekian banyak biarawati yang tinggal dan hidup di biara. Ia menghabiskan kesehariannya di biara dan gereja untuk melayani orang lain serta membantu sesamanya. Pada masa sekarang ini, suster Efriani sudah pada tingkatan kaul kekal. Kaul kekal adalah tingkatan terakhir dari proses untuk menjadi seorang biarawati dimana pada

(20)

duniawi dan memfokuskan dirinya dan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu biara. Di dalam biara, kehidupan para biarawati diikat oleh peraturan yang ketat yaitu “tri suci”, janji suci dari setiap biarawati yang akan dipatuhi seumur hidupnya (Aleksander, 2007). Ditambahkan pula oleh Aleksander (2007) bahwa janji suci ini biasanya juga disebut dengan ‘kaul’. Janji atau kaul tersebut terdiri dari janji untuk hidup dalam kemiskinan, kemurnian dan ketaatan (Aleksander, 2007).

Dengan janji untuk hidup dalam kemiskinan, biarawati akan menyalurkan apa yang ia dapatkan kepada umat baik berupa pemberian materi seperti barang, barang berharga dan uang ataupun spiritual seperti nasehat dan doa. Hal tersebut merupakan perwujudan kaul kemiskinan yang diikrarkan ketika melaksanakan tugas perutusannya (Aleksander, 2007).

Pada kaul ketaatan, biarawati mengikrarkan ketaatan dengan mematuhi para pemimpin mereka menurut kaidah pedoman dan konstitusi mereka (Hardawiryana, 1992). Oleh karena itu dikatakan bahwa seorang biarawati tidak bisa mencari dan melaksanan kehendaknya sendiri tetapi kehendak Tuhan, mereka

juga tidak bisa menentukan akan berkarya dimana dan dengan siapa dikarenakan hal seperti itu ditentukan oleh pemimpin mereka. Dengan kaul ketaatan mereka harus mengikuti instruksi atau perintah pemimpin mereka (Jacobus, 2007).

(21)

Kaul kemurnian ini harus dihargai sebagai karunia rahmat yang sangat luhur demi “kerajaan sorga” (Hardawiryana, 1992). Ditambahkan pula oleh Hardawiryana (1992) bahwa kaul kemurnian ini secara istimewa membebaskan hati manusia supaya lebih berkobar cinta kasihnya terhadap Tuhan dan juga pada semua orang. Menurut Suster Efriani, menjadi seorang biarawati adalah sebuah panggilan yang mulia pada dirinya sehingga ia bisa lebih mendekatkan dirinya dengan masyarakat dan juga dapat membantu orang lain yang membutuhkan bantuannya. Hidup di dalam biara membuat ia lebih khusyu’ dalam menjalankan ibadah serta dapat menjalin hubungan kekeluargaan yang lebih erat dengan para biarawati lainnya dan juga masyarakat di sekitarnya. Berikut adalah kutipan wawancara dengan Suster Efriani beberapa waktu yang lalu dimana ia mengungkapkan keadaan seperti di atas:

(22)

Dari penjelasan di atas maka peneliti memandang bahwa kebahagiaan yang diinginkan, dicari dan dirasakan oleh manusia pada umumnya dan kebahagiaan yang diinginkan, dicari dan dirasakan biarawati sangatlah berbeda berdasarkan aspek–aspek kebahagiaan berupa uang ataupun kekayaan, mempunyai pasangan, mempunyai kerabat dekat, serta memiliki kebebasan. Hal ini dikarenakan biarawati menolak seluruh aspek yang dapat mewujudkan kebahagiaan dalam kehidupan tersebut. Hal inilah yang membuat peneliti menjadi tertarik untuk melihat bagaimana sebenarnya gambaran kebahagiaan yang dirasakan oleh biarawati tersebut karena terlihat sangat berbeda dengan manusia awam.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Gambaran Kebahagiaan pada Biarawati. Dengan demikian, variabel penelitian ini adalah kebahagiaan.

I.B. Perumusan Masalah

Untuk memudahkan penelitian, maka perlu dirumuskan masalah apa

(23)

I.C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana sebenarnya gambaran kebahagiaan yang dirasakan oleh biarawati.

I.D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin didapatkan dari penelitian ini antara lain adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasanah dalam pembelajaran mengenai gambaran

kebahagiaan pada biarawati dan memberi sumbangan bagi ilmu psikologi khususnya Psikologi Klinis.

b. Menjadi acuan bagi penelitian lanjutan bagi pihak yang tertarik dengan

topik atau permasalahan yang berhubungan dengan kebahagiaan pada biarawati.

2. Manfaat Praktis

(24)

I.E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini dibagi atas lima bab dan masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Sistematika penulisan penelitian ini dirancang dengan susunan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang pemilihan masalah yang hendak diteliti. Tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang masalah membahas mengenai kebahagiaan pada biarawati.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Teori-teori yang dimuat adalah dimulai dengan teori mengenai kebahagiaan, yang berupa pengertian kebahagiaan, Aspek kebahagiaan, Unsur kebahagiaan, karakteristik orang yang bahagia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan. Kemudian diikuti dengan penjelasan teori biarawati

yang berupa pengertian biarawati, proses menjadi biarawati dan hubungan antara kedua variabel serta hipotesa penelitian.

Bab III : Metodologi Penelitian

(25)

penelitian ini adalah kebahagiaan. Alat ukur yang yang digunakan adalah skala kebahagiaan yang terdiri dari 2 skala yaitu skala komponen kognitif dan skala komponen afektif. Kemudian akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kedua alat ukur sebelum dikenakan pada subjek dalam penelitian. Kedua skala ini diuji dengan menggunakan uji validitas Pearson Product Moment dan uji reliabilitas dengan menggunakan metode koefisien Alpha

Cronbach. Teknik sampling yang digunakan adalah purpossive sampling.

Bab IV : Analisa dan Interpretasi Data Hasil Penelitian

Bab ini membahas tentang interpretasi hasil dan analisis data-data sebagai hasil penelitian sesuai dengan tinjauan teoritis yang digunakan.

Bab V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.A. KEBAHAGIAAN

II.A.1. Definisi Kebahagiaan

Aristoteles (dalam Adler, 2003) menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan berasal dari kata “happy” atau bahagia yang berarti feeling good,

having fun, having a good time, atau sesuatu yang membuat pengalaman yang

menyenangkan. Sedangkan orang yang bahagia menurut Aristoteles (dalam Rusydi, 2007) adalah orang yang mempunyai good birth, good health, good look,

good luck, good reputation, good friends, good money and goodness.

Kebahagiaan merupakan sebongkahan perasaan yang dapat dirasakan berupa perasaan senang, tentram, dan memiliki kedamaian (Rusydi, 2007). Sedangkan happiness atau kebahagiaan menurut Biswas, Diener & Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup manusia – apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang lebih tinggi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah perasaan positif yang berasal dari kualitas keseluruhan hidup manusia yang ditandai dengan adanya kesenangan yang dirasakan oleh seorang individu ketika

(27)

II.A.2. Aspek-Aspek Kebahagiaan

Andrew dan McKennel (dalam Carr, 2004) membagi aspek kebahagiaan menjadi dua hal, yaitu:

a. Aspek afektif yaitu menggambarkan pengalaman emosi dari kesenangan, kegembiraan, dan emosi positif lain.

b. Aspek kognitif yaitu kepuasan dengan variasi domain kehidupan.

(28)

Penjelasan diatas didukung oleh Diener dkk (dalam Carr, 2004) yang mengelompokkan komponen dari kebahagiaan sebagai berikut:

Tabel 1. Komponen Aspek Kebahagiaan Oleh Diener (dalam Carr, 2004)

Cognitive Component Affective Component

Domain / wilayah Satisfaction Positive affect Negative Affect

Diri Sendiri Pandangan signifikan orang lain mengenai kehidupan dirinya

Happiness

(kebahagiaan)

Depresi

Keluarga Kepuasan dengan jalan peristiwa kehidupan

Kegembiraan Kesedihan

Teman Sebaya Pandangan signifikan orang lain mengenai kehidupan dirinya.

Perasaan suka cita

Iri, cemburu

Kesehatan Kepuasan dengan masa lalu Kebanggaan Marah

Keuangan Kepuasan dengan masa yang akan dating

Kasih sayang Stress

Pekerjaan Keinginan untuk merubah hidup Beriang hati Perasaan bersalah dan malu

Waktu Luang Kepuasan dengan jalan peristiwa kehidupan

Kepuasan Kecemasan

(29)

Argyle dan crosland (1987) berpendapat bahwa kebahagiaan terdiri dari tiga komponen, yaitu: frekuensi dari afek positif atau kegembiraan; level dari kepuasan pada suatu periode; dan kehadiran dari perasaan negatif seperti depresi dan kecemasan.

Aspek-aspek yang telah disebutkan oleh beberapa tokoh di atas sejalan dengan dua komponen kebahagiaan menurut Jalaluddin (2004) dimana komponen kebahagiaan pertama adalah perasaan yang menyenangkan. Bahagia adalah emosi positif, dan sedih adalah emosi negatif. Sedangkan komponen kebahagiaan yang kedua adalah penilaian seseorang tentang hidupnya. Perasaan kita sebut sebagai unsur afektif dan penilaian unsur kognitif.

II.A.3. Unsur – Unsur Kebahagiaan

Ada dua hal yang harus dipenuhi untuk mendapatkan kebahagiaan yaitu afeksi dan kepuasan hidup (Rusydi, 2007).

a. Afeksi

Perasaan (feeling) dan emosi (emotion) merupakan bagian yang tidak

(30)

dengan apa yang menjadi tumpuan harapan dan keinginan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin terpenuhinya kebutuhan dan harapan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan seseorang.

II.A.4. Karakteristik Orang yang Bahagia

Setiap orang bisa sampai kepada kebahagiaan akan tetapi tidak semua orang bisa memiliki kebahagiaan. Menurut David G. Myers, seorang psikolog yang mengadakan penelitian tentang solusi mencari kebahagiaan bagi manusia modern, ada empat karakteristik yang selalu ada pada orang yang memiliki kebahagiaan dalam hidupnya, yaitu :

a. Menghargai diri sendiri

Orang yang bahagia cenderung menyukai dirinya sendiri. Mereka cenderung setuju dengan pernyataan seperti “Saya adalah orang yang menyenangkan”. Jadi, pada umumnya orang yang bahagia adalah orang yang memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi untuk menyetujui pernyataan seperti diatas.

b. Optimis

(31)

(Seligman, 2005). Sedangkan orang yang pesimis menyerah di segala aspek ketika mengalami peristiwa buruk di area tertentu.

c. Terbuka

Orang yang bahagia biasanya lebih terbuka terhadap orang lain serta membantu oranglain yang membutuhkan bantuannya. Penelitian menunjukkan bahwa orang – orang yang tergolong sebagai orang extrovert dan mudah bersosialisasi dengan orang lain ternyata memiliki kebahagiaan yang lebih besar. d. Mampu mengendalikan diri

Orang yang bahagia pada umumnya merasa memiliki kontrol pada hidupnya. Mereka merasa memiliki kekuatan atau kelebihan sehingga biasanya mereka berhasil lebih baik di sekolah atau pekerjaan.

Sehingga kunci utama untuk dapat mewujudkan kebahagiaan adalah merasa bahagia yang ditandai dengan keempat karakteristik diatas.

II.A.5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan

Berikut adalah faktor – faktor yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang, yaitu: a. Budaya

(32)

b. Kehidupan Sosial

Menurut Seligman (2005), orang yang sangat bahagia menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan mayoritas dari mereka bersosialisasi.

c. Agama atau Religiusitas

Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius (Seligman, 2005). Hal ini dikarenakan agama memberikan harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup bagi manusia (Seligman, 2005). Selain itu, keterlibatan seseorang dalam kegiatan keagamaan atau komunitas agama dapat memberikan dukungan sosial bagi orang tersebut (Carr, 2004). Hubungan antara harapan akan masa depan dan keyakinan beragama merupakan landasan mengapa keimanan sangat efektif melawan keputusasaan dan meningkatkan kebahagiaan (Seligman, 2005).

d. Pernikahan

Seligman (2005) mengatakan bahwa pernikahan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan. Menurut Carr (2004), ada dua penjelasan mengenai

(33)

orang yang menikah mempengaruhi panjang usia dan besar penghasilan dan hal ini berlaku bagi pria dan wanita (Seligman, 2005).

e. Usia

Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, afek positif sedikit melemah, dan afek negatif tidak berubah (Seligman, 2005). Seligman (2005) menjelaskan hal yang berubah ketika seseorang menua adalah intensitas emosi dimana perasaan “mencapai puncak dunia” dan “terpuruk dalam keputusasaan” berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan pengalaman. f. Uang

Seligman (2005) menjelaskan bahwa di Negara yang sangat miskin, kaya bisa berarti lebih bahagia. Namun di Negara yang lebih makmur dimana hampir semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan (Seligman, 2005).

g. Kesehatan

Kesehatan objektif yang baik tidak begitu berkaitan dengan kebahagiaan (Seligman, 2005). Menurut Seligman (2005) yang penting adalah persepsi

(34)

positif dengan intensitas yang lebih tinggi dibandingkan pria (Seligman, 2005). Seligman (2005) juga menjelaskan bahwa tingkat emosi rata – rata pria dan wanita tidak berbeda namun wanita lebih bahagia dan juga lebih sedih daripada pria.

II.B. BIARAWATI

II.B.1. Pengertian Biarawati

Aleksander (2007) menuturkan bahwa seorang biarawati adalah seorang perempuan yang hidup di biara yang secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan dirinya dan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu tempat ibadah. Seorang biarawati diikat oleh ‘tri suci’ atau janji suci yang harus ia patuhi seumur hidupnya (Aleksander, 2007). Ketiga janji atau kaul yang harus mereka patuhi adalah sebagai berikut :

a. Kemiskinan

Menurut Aleksander (2007) kemiskinan berarti membebaskan manusia dari keterikatan pada harta milik, materi dan menyatakan solider dengan orang

(35)

rohani yang diberikan kepadanya. Kekayaan duniawi tidak pernah boleh menggantikan posisi sebagai sarana pelayanan rohani ini (Jacobus, 2007). Biarawati berpartisipasi dalam semangat kemiskinan untuk pelayanan, dimana barang duniawi tidak menjadi penghalang bagi biarawati untuk melakukannya. Semangat kemiskinan dari seorang biarawati sangat berguna untuk kesejahteraan gereja dan karya cinta kasih (Jacobus, 2007).

Sesuai dengan kaul kemiskinan, seorang biarawati tidak diperkenankan untuk memperkaya diri dan memperkaya kaum kerabat. Biarawati boleh menjadi perantara antara orang kaya dan orang miskin, dalam bentuk meneruskan bantuan dari orang kaya kepada orang miskin. Biarawati mengingatkan orang kaya bahwa dengan memberi justru manusia mengalami kebahagiaan dalam hidupnya, dan bahwa kekayaan sejati berada dalam jiwa manusia, bahwa manusia haruslah menjadi saluran rahmat Tuhan bagi sesamanya.

Jacobus (2007) juga menambahkan bahwa tantangan utama terhadap semangat kemiskinan adalah materialism dimana harta milik dan kekayaan menjadi ukuran martabat manusia. Materialisme bisa membuat individu

(36)

Hal ini selaras dengan pandangan Jacobus (2007) bahwa setiap biarawati menjanjikan ketaatan kepada uskupnya atau pemimpinnya. Panggilan seorang biarawati adalah untuk melaksanakan kehendak Tuhan, oleh karena itu, seorang biarawati tidak mencari dan melaksanakan kehendaknya sendiri. Seorang biarawati haruslah berusaha berpikir dan berkehendak sesuai dengan pikiran Tuhan, mencari kehendak tersebut melalui ajaran tradisi Gereja dan Kitab Suci.

Jacobus (2007) mengatakan bahwa ketaatan seorang biarawati mencontohi ketaatan Yesus yang bukan taat hanya dalam kegembiraan hidup tetapi juga dalam penderitaan, yang tidak saja dalam hidup enak tetapi juga dalam memikul sedih. Oleh karena itu, seorang biarawati menerima keputusan uskup atau pemimpinnya dengan senang hati karena bagaimanapun, keputusan biarawati tidak dapat terlaksana kecuali dalam kesatuan dengan pemimpinnya.

Paham ketaatan yang dijalani oleh biarawati ini memiliki nilai manusiawi dan kristiani. Menurut Jacobus (2007) ketaatan ini sebenarnya menampakkan keindahan kebebasan, karena merupakan bentuk ketaatan yang bukan seperti ketaatan seorang budak yang taat karena takut akan hukuman, tetapi ketaatan

(37)

c. Kemurnian

Menurut Jacobus (2007), kemurnian atau hidup wadat (selibat) merupakan status tidak kawin karena alasan – alasan religius. Setiap biarawati harus bersedia hidup selibat. Pandangan ini selaras dengan Aleksander (2007) yang menyatakan bahwa kemurnian berarti secara khusus tidak menikah, mendorong mereka merindukan kebersamaan dalam komunitas “kerajaan surga”, tidak memfokuskan cinta pada seseorang tetapi cinta kepada orang sebagai saudara demi mencapai nilai – nilai keilahian. Ditambahkan pula oleh Jacobus (2007) bahwa dengan kaul kemurnian para biarawati akan lebih mudah mendekatkan diri dengan Tuhan dan bebas mengabdikan dirinya pada Tuhan. Selain itu, sebagai sebuah pola hidup, selibat berfungsi melayani imamat. Selibat juga dapat mengantar biarawati kepada kekudusan yang secara bertahap mempererat hubungannya dengan Tuhan (Jacobus, 2007).

Dalam kehidupan selibat seorang biarawati harus menjalin hubungan yang baik dengan rekan – rekan biarawati lainnya. Mereka harus saling mendukung dan saling menguatkan, menjalin rasa persaudaraan yang akrab,

(38)

II.B.2. Proses menjadi Biarawati

Menurut Aleksander (2007) terdapat proses yang panjang dan khusyu’ untuk dapat menjadi seorang biarawati, yaitu :

Gambar 1. Proses menjadi Biarawati

a. Proses tersebut diawali ketika Gereja secara rutin mengingatkan orangtua terutama kaum remaja untuk tanggap pada panggilan hidupnya. Maka diadakan aksi panggilan dan minggu misi panggilan.

b. Seseorang yang akan menjadi seorang biarawati, biasanya telah menamatkan

pendidikan SMA / sederajat, walaupun ini bukanlah syarat yang mutlak. Selain Aksi panggilan dan minggu

misi panggilan

Masa Perkenalan

Masa Postulat

Masa Novisiat

Masa Kaul Sementara

(39)

itu, mereka juga harus bersedia mengabdi pada Tuhan, sehat jasmani dan rohani, serta beragama Katolik.

c. Setelah persyaratan dipenuhi maka, calon biarawati masuk pada masa perkenalan selama 2 tahun.

d. Langkah berikutnya adalah memasuki masa Postulat. Masa ini adalah masa persiapan untuk menjadi calon biarawati.

e. Apabila keyakinan diri sudah mantap maka calon biarawati ini memasuki tahap selanjutnya yaitu Novisiat. Masa ini adalah masa perkenalan tingkat yang lebih mendalam selama 2 tahun dan ini adalah masa orientasi biarawati.

f. Setelah menjalani masa Novisiat, calon biarawati akan mengucapkan kaul

sementara. Pada masa ini para calon biarawati akan memperbaiki janjinya setiap tahun selama 6 sampai 9 tahun sehingga ia menjadi biarawati dan melakukan praktek biarawati.

g. Setelah yakin betul pada pilihannya, biarawati akan mengikrarkan kaul kekal. Kaul ini akan mengikat diri biarawati seumur hidupnya pada gereja.

II.C. GAMBARAN KEBAHAGIAAN PADA BIARAWATI

(40)

kebahagiaan adalah perasaan yang menyenangkan meliputi penilaian seseorang tentang hidupnya. Dalam hal ini, perasaan kita sebut sebagai unsur afektif dan penilaian merupakan unsur kognitif.

Menurut Biswas, Diener & Dean (2007) kebahagiaan adalah sesuatu yang lebih dari sebuah pencapaian tujuan dikarenakan pada kenyataannya kebahagiaan selalu dihubungkan dengan kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang lebih tinggi, pendapatan yang lebih tinggi, serta tempat kerja yang lebih baik. Sedangkan Myers (2007) menyatakan bahwa kebahagiaan adalah pengalaman hidup yang ditandai oleh perasaan positif seperti perasaan bahagia dan pikiran yang mengarah pada kepuasan kehidupan.

Ada beberapa aspek yang dapat mewujudkan kebahagiaan pada manusia umumnya yakni berupa uang ataupun kekayaan, mempunyai pasangan, mempunyai kerabat dekat, memiliki kebebasan dan tingkat religiusitas seseorang yang amat berpengaruh pada pencapaian kebahagiaan pada kebanyakan individu. Hal ini dapat di lihat dalam kehidupan masyarakat sekitar kita, namun ada sekelompok individu yang justru hidup dengan menolak beberpa aspek

kebahagiaan berupa kekayaan, mempunyai pasangan hidup, dan memiliki kebebasan di dalam hidupnya tetapi individu tersebut menyerahkan hidupnya hanya untuk aspek religiusitas seumur hidupnya. Mereka adalah biarawati.

(41)

yaitu “tri suci”, janji suci dari setiap biarawati yang akan dipatuhi seumur hidupnya (Aleksander, 2007). Ditambahkan pula oleh Aleksander (2007) bahwa janji suci ini biasanya juga disebut dengan ‘kaul’. Janji atau kaul tersebut terdiri dari janji untuk hidup dalam kemiskinan, kemurnian dan ketaatan (Aleksander, 2007).

Carr (2004) menyatakan bahwa salah satu hal yang berhubungan dengan kebahagiaan adalah agama dan spiritualitas. Dalam suatu Studi di Amerika Utara ditemukan bahwa terdapat hubungan yang moderat antara bahagia dan keterlibatan dalam kegiatan keagamaan (Myers, dalam Carr, 2004).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah ketika seseorang memiliki uang ataupun kekayaan, mempunyai pasangan, mempunyai kerabat dekat serta memiliki kebebasan. Selain itu, ada beberapa aspek yang dapat menilai apakah seseorang merasakan kebahagiaan berdasarkan dari komponen kognitif dan juga komponen afektif. Berdasarkan dari aspek kebahagiaan inilah akan dilihat bagaimana gambaran kebahagiaan yang dirasakan oleh biarawati berdasarkan dari domain atau wilayah komponen kognitif dan juga

berdasarkan komponen afektif yaitu positive affect dan juga negative affect.

(42)

II.E. Kerangka Berfikir

Gambar 2. Kerangka Berfikir

Kebahagiaan

Komponen Kognitif

Biarawati Aspek - aspek kebahagiaan

Komponen Kognitif

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan dalam suatu penelitian karena menyangkut cara yang tepat dalam pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian, serta dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan hasilnya (Hadi, 2001). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Hal ini karena penelitian ini bertujuan untuk melihat kebahagiaan pada biarawati.

Menurut Azwar (1999), penelitian deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat mengenai fakta dengan tidak bermaksud menjelaskan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun implikasi. Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena yang terjadi, tanpa bermaksud mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum (Hadi, 2000).

III.A. Identifikasi Variabel Penelitian

(44)

sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya dengan tidak adanya perasaan menderita.

Kebahagiaan pada biarawati dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan skala kebahagiaan yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kebahagiaan yang dikemukakan oleh Diener (dalam Carr, 2004). Skala tersebut berisi dua komponen aspek kebahagiaan yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Aspek afektif yaitu menggambarkan pengalaman emosi dari kesenangan, kegembiraan, dan emosi positif lain. Sedangkan aspek kognitif yaitu kepuasan dengan variasi domain kehidupan.

Aspek afektif tersebut terbagi menjadi dua komponen yaitu afek positif dan afek negatif. Selanjutnya evaluasi kognitif yang saling tergantung pada kepuasan dalam variasi domain seperti keluarga atau aturan kerja dan pengalaman-pengalaman kepuasan lainnya.

III.C. Metode Pengambilan Sampel

Pada bagian ini dijelaskan mengenai karakteristik subjek penelitian,

jumlah sampel dan teknik pengambilan sampel.

III.C.1. Karakteristik Subjek Penelitian

(45)

di kota Medan. Biarawati yang menjadi sampel adalah biarawati yang berasal dari ordo SSpS yaitu kongregasi suster-suster misi abdi roh kudus.

III.C.2. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu agar diperoleh sampel yang dapat mewakili populasi (Hadi, 2000). Meteode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah incidental

sampling. Menurut Hadi (2000), incidental sampling diperoleh semata-mata dari

keadaan-keadaan insidental atau kebetulan.

III.C.3. Jumlah Sampel Penelitian

Menurut Hadi (2000), sebenarnya tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak berapa persen suatu sampel harus diambil dari populasi. Peneliti menetapkan sendiri atau memilih sampling mana yang akan dijadikan sebagai sampel dengan bertolak pada asumsi bahwa sampel yang diambil memiliki

karakteristik tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

(46)

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang. Dalam penelitian ini peneliti mengambil jumlah sampel dari populasi biarawati yang ada di kota Medan sehingga dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

III.C.4. Lokasi Penelitian

Peneliti mengadakan penelitian di Gereja Katolik yang ada di kota Medan karena fenomena kebahagiaan terjadi pada biarawati yang ada di kota Medan ini dapat terlihat dari hasil wawancara.

III.D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah melalui skala kebahagiaan yang diberikan kepada sejumlah responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden. Metode skala digunakan mengingat data yang ingin diukur berupa konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2002).

Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2002). Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode skala.

(47)

psikologis mendasarkan diri pada laporan–laporan pribadi (self report). Selain itu skala psikologis memiliki kelebihan dengan asumsi sebagai berikut :

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Apa yang dikatakan oleh subjek tentang dirinya kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pernyataan–pernyataan yang diajukan sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Selain itu metode skala psikologis digunakan dalam penelitian atas dasar pertimbangan:

1. Metode skala psikologis merupakan metode yang praktis.

2. Dalam waktu yang relatif singkat dapat dikumpulkan data yang banyak. 3. Metode skala psikologis merupakan metode yang dapat menghemat tenaga

dan ekonomis.

Penelitian ini menggunakan penskalaan model Likert. Penskalaan ini merupakan model penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai sikap (Azwar, 2000).

(48)

Tabel 2. Aspek Komponen Kebahagiaan yang Dikemukakan oleh Diener

Cognitive Component Affective Component

Domain / wilayah Satisfaction Positive affect Negative Affect

Diri Sendiri Pandangan signifikan orang lain mengenai kehidupan dirinya

Happiness

(kebahagiaan)

Depresi

Keluarga Kepuasan dengan jalan peristiwa kehidupan

Kegembiraan Kesedihan

Teman Sebaya Pandangan signifikan orang lain mengenai kehidupan dirinya.

Perasaan suka cita

Iri, cemburu

Kesehatan Kepuasan dengan masa lalu Kebanggaan Marah

Keuangan Kepuasan dengan masa yang akan datang

Kasih sayang Stress

Pekerjaan Keinginan untuk merubah hidup Beriang hati Perasaan bersalah dan malu

Waktu Luang Kepuasan dengan jalan peristiwa kehidupan

Kepuasan Kecemasan

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kebahagiaan diukur dengan menggunakan komponen aspek kognitif dan afektif

(49)

menggunakan pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk aitem yang favorable, pilihan SS akan mendapatkan skor empat, pilihan S akan mendapatkan skor tiga, pilihan TS akan mendapatkan skor dua dan pilihan STS akan mendapatkan skor satu. Sedangkan aitem yang unfavorable, pilihan SS akan mendapatkan skor satu, pilihan S akan mendapatkan skor dua, pilihan TS akan mendapatkan skor tiga dan pilihan STS akan mendapatkan skor empat.

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR.

1. Validitas Alat Ukur

Azwar (2000) mendefinisikan validitas tes atau validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkannya untuk diukur, artinya derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes. Untuk mengkaji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan arah isi yang diukur yang disebut dengan validitas isi (content

validity).

(50)

2. Daya Beda Item

Daya beda aitem yaitu kemampuan aitem dalam membedakan antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak. Selain itu, indeks daya beda aitem merupakan indicator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan yang dikenal dengan konsistensi aitem total. Pengujian daya diskriminasi aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rix) yang dikenal dengan sebutan

3. Reliabilitas Alat Ukur

Pengujian reliabilitas terhadap hasil skala dilakukan bila aitem-aitem yang terpilih lewat prosedur analisis aitem telah dikompilasi menjadi satu. Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s alpha coeffecient), yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu

kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam skala. Teknik ini dipandang ekonomis dan praktis (Azwar, 2000).

(51)

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui sejauhmana alat ukur dapat mengungkap dengan tepat apa yang diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan keadaan yang sebenarnya (Azwar, 2004). Setelah alat ukur disusun maka tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji coba alat ukur. Uji coba alat ukur dilakukan pada 30 orang biarawati di Kota Medan. Dalam skala kebahagiaan yang disebar terdapat 82 aitem.

Tabel. 3 menunjukkan blue print skala kebahagiaan sebelum dilakukan uji coba.

Tabel 3. Blue Print Distribusi Aitem Skala Kebahagiaan Sebelum Uji Coba

(52)
(53)
(54)

- Perasaan malu

Nomor yang ditebalkan berarti memiliki daya diskriminasi < 0,275

Setelah memperoleh reliabilitas yang memenuhi standar ukur, peneliti melakukan penomoran aitem yang baru untuk skala penelitian yang sebenarnya sebagaimana tertera pada tabel 5.

Tabel 5. Blue Print Distribusi Aitem Skala Kebahagiaan yang Digunakan

(55)
(56)

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data. 1. Tahap Persiapan

a. Pembuatan alat ukur

Pada tahapan ini maka peneliti mempersiapkan alat ukur berupa skala kebahagiaan. Skala kebahagiaan menggunakan model skala Likert. Skala tersebut dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya. Dalam melakukan penyusunan aitem, peneliti dibantu oleh Professional

judgement. Peneliti membuat 82 aitem untuk skala kebahagiaan. Skala tersebut

dibuat dalam bentuk lembaran ukuran kertas A4 dan setiap pernyataan memiliki 4 alternatif jawaban sehingga memudahkan subjek dalam memberikan jawaban. b. Melakukan survei

Untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria sampel yang hendak diteliti, maka peneliti melakukan survei awal untuk melihat bagaimana kemudian skala ini bisa disebar.

c. Uji coba alat ukur

Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2010 dengan memberikan skala kebahagiaan pada 30 orang biarawati.

d. Revisi alat ukur

(57)

yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, peneliti mengambil aitem-aitem tersebut untuk dijadikan skala kebahagiaan. Skala inilah yang digunakan peneliti dalam mengambil data untuk penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah diujicobakan, maka selanjutnya peneliti melakukan pengambilan data kepada 30 orang biarawati dengan memberikan alat ukur berupa skala kebahagiaan yang dilakukan pada tanggal 2 Oktober 2010.

3. Tahap pengolahan data

Setelah diperoleh hasil skor orientasi nilai pada masing-masing subjek, maka untuk pengolahan data selanjutnya, diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS for windows 15.0 version.

G. Metode Analisa Data

Data yang diperolah dalam penelitian ini akan dianalisis dengan analisa statistik. Pertimbangan penggunaan analisa statistik dalam penelitian ini adalah

(58)

BAB IV

ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi data penelitian serta hasil penelitian.

A. Analisa Data

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek penelitian berjumlah 30 orang Biarawati yang ada di Kota Medan. Biarawati yang menjadi sampel adalah biarawati yang berasal dari ordo SSpS yaitu kongregasi suster-suster misi abdi roh kudus. Berdasarkan hal tersebut didapatkan gambaran subjek penelitian menurut jenis kelamin.

a. Pengelompokkan subjek berdasarkan jenis kelamin

Pengelompokkan subjek berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan. Dapat dilihat pada grafik 1.

(59)

2. Hasil Penelitian

Tujuan dari analisa ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik variabel yang diteliti, dalam hal ini adalah kebahagiaan pada biarawati.

Analisa deskriptif pada penelitian ini dilaksanakan dengan bantuan program SPSS versi 15. Berikut merupakan tabel penyajian hasil analisa deskriptif pada penelitian ini.

Rumusan yang digunakan untuk pengkategorisasian kebahagiaan pada biarawati adalah sebagai berikut:

X ≥ (µ + 1.0ó) = Lebih Bahagia

(µ - 1,0 ó) ≤ X < (µ + 1.0ó) = Cukup Bahagia X < (µ - 1,0 ó) = Kurang Bahagia

Keterangan : µ : mean

ó : standar deviasi

(60)

Tabel 6. Hasil Analisa Deskriptif Kebahagiaan pada Biarawati

N Maksimum Minimum Mean Std. Deviasi

Total 30 74 70 72,10 1,423

Dari tabel 6 dapat dilihat, bahwa subjek yang diteliti (N) adalah 30 orang.

Mean atau rata-rata hitung dari skor sikap seluruh subjek adalah 72,10. Standar

deviasinya adalah 1,423. Skor maksimum adalah 74 dan skor minimum adalah 70. Berdasarkan deskripsi data penelitian dapat dilakukan pengelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan kategori berdasarkan model distribusi normal, yaitu sangat merasakan kebahagiaan, cukup merasakan kebahagiaan dan kurang merasakan kebahagiaan.

Oleh karena itu, dengan mean sebesar 72,10, maka batas skor untuk kategori kurang merasakan kebahagiaan dimulai pada skor 72,10 – 1,423 = 70,67 dibulatkan menjadi 71 sedangkan batas skor untuk kategori lebih merasakan kebahagiaan dimulai pada skor 72,10 + 1,423 = 73,23 dibulatkan menjadi 73.

(61)

Tabel 7. Gambaran Kriteria Kategorisasi Skor Kebahagiaan pada Biarawati

Variabel Kriteria kategorisasi jenjang Kategori Jumlah (N) Presentase

Kebahagiaan pada Biarawati

X ≤ 71 Kurang Bahagia 14 46,66%

71 < X < 73 Cukup Bahagia 1 3,33%

X ≥ 73 Lebih Bahagia 15 50%

Total 30 100%

Adapun jumlah individu yang termasuk ke dalam masing-masing kategori kebahagiaan pada biarawati berdasarkan kriteria pada tabel 7 dapat dilihat pada grafik 2.

(62)

orang (3,33%) dan subjek yang termasuk ke dalam kategori lebih bahagia sebanyak 15 orang (50%).

b. Gambaran Kebahagiaan pada Biarawati Berdasarkan Aspek Kognitif

Gambaran kebahagiaan pada Biarawati yang berdasarkan pada aspek kognitif terdiri dari 8 aitem dengan rentang nilai 1-4 sehingga menghasilkan nilai tertinggi 32 dan nilai terendah 4. Berikut merupakan tabel penyajian hasil analisa deskriptif kebahagiaan pada Biarawati beerdasarkan aspek kognitif.

Tabel 8. Hasil Analisa Deskriptif Kebahagiaan pada Biarawati Berdasarkan

Aspek Kognitif

N Maksimum Minimum Mean Std. Deviasi

Total 30 24 21 22,20 1,095

Dari tabel 8 dapat dilihat, bahwa subjek yang diteliti (N) adalah 30 orang.

Mean atau rata-rata hitung dari skor sikap seluruh subjek adalah 22,20. Standar

deviasinya adalah 1,095. Skor maksimum adalah 24 dan skor minimum adalah 21. Oleh karena itu, dengan mean sebesar 22,20, maka batas skor untuk kategori kurang merasakan kebahagiaan berdasarkan aspek kognitif dimulai pada skor 22,20 – 1,095 = 21,10 dibulatkan menjadi 21 sedangkan batas skor untuk

(63)

Kriteria kategorisasi skor kebahagiaan pada biarawati berdasarkan aspek kognitif dengan jumlah individu dalam presentase individu didalamnya dapat dilihat pada tabel 9 berikut

Tabel 9. Gambaran Kategorisasi Skor Kebahagiaan pada Biarawati

Berdasarkan Aspek Kognitif

Variabel Kriteria kategorisasi jenjang Kategori Jumlah (N) Presentase

Kebahagiaan pada Biarawati Berdasarkan Aspek Kognitif

X ≤ 21 Kurang Bahagia 13 43,33%

21 < X < 23 Cukup Bahagia 0 0%

X ≥ 23 Lebih Bahagia 17 56,66%

Total 30 100%

Adapun jumlah individu yang termasuk ke dalam masing-masing kategori kebahagiaan pada Biarawati berdasarkan aspek kognitif pada tabel 9 dapat dilihat pada grafik 3.

Grafik 3. Gambaran Kategorisasi Kebahagiaan pada Biarawati Berdasarkan

(64)

Berdasarkan gambaran kategorisasi pada grafik 3, dapat dilihat bahwa subjek penelitian yang termasuk ke dalam kategori kurang bahagia sebanyak 13 orang (43,33%), subjek yang termasuk ke dalam kategori cukup bahagia tidak ada (0%) dan subjek yang termasuk ke dalam kategori lebih bahagia sebanyak 17 orang (56,66%).

c. Gambaran Kebahagiaan pada Biarawati Berdasarkan Aspek Afektif

Gambaran kebahagiaan pada biarawati berdasarkan aspek afektif terdiri dari 18 aitem dengan rentang nilai 1-4 sehingga menghasilkan nilai tertinggi 72 dan nilai terendah 4. Berikut merupakan tabel penyajian hasil analisa deskriptif kebahagiaan pada biarawati berdasarkan aspek afektif.

Tabel 10. Hasil Analisa Deskriptif Kebahagiaan pada Biarawati berdasarkan

aspek afektif

N Maksimum Minimum Mean Std. Deviasi

Total 30 51 47 49,90 0,885

Dari tabel 10 dapat dilihat, bahwa subjek yang diteliti (N) adalah 30 orang. Mean atau rata-rata hitung dari skor sikap seluruh subjek adalah 49,90. Standar deviasinya adalah 0,885. Skor maksimum adalah 51 dan skor minimum

adalah 47.

(65)

skor 49,90 – 0,885 = 49,01 dibulatkan menjadi 49 sedangkan batas skor untuk kategori lebih merasakan kebahagiaan berdasarkan aspek afektif dimulai pada skor 49,90 + 0,885 = 50,78 dibulatkan menjadi 51.

Kriteria kategorisasi skor kebahagiaan pada Biarawati berdasarkan aspek afektif dengan jumlah individu dalam presentase individu didalamnya dapat dilihat pada tabel 11 berikut:

Tabel 11. Gambaran Kategorisasi Skor Kebahagiaan pada Biarawati

Berdasarkan Aspek Afektif

Variabel Kriteria kategorisasi jenjang Kategori Jumlah (N) Presentase

Kebahagiaan pada Biarawati

X ≤ 49 Kurang Bahagia 6 20%

49 < X < 51 Cukup Bahagia 18 60%

X ≥ 51 Lebih Bahagia 6 20%

Total 30 100%

(66)

Grafik 4. Gambaran Kategorisasi Kebahagiaan pada Biarawati Berdasarkan

Aspek Afektif

Berdasarkan kategorisasi pada grafik 4, dapat dilihat bahwa subjek penelitian yang termasuk ke dalam kategori kurang bahagia berdasarkan aspek afektif sebanyak 6 orang (20%), subjek yang termasuk ke dalam kategori cukup bahagia berdasarkan aspek afektif sebanyak 18 orang (60%) dan subjek yang termasuk ke dalam kategori lebih bahagia berdasarkan aspek afektif sebanyak 6 orang (20%).

B. Pembahasan

(67)

biarawati. Seorang biarawati adalah perempuan yang hidup di biara yang menghabiskan kesehariannya di dalam biara untuk kehidupan keagamaan. Terlihat sangat berbeda kebahagiaan yang diinginkan, dicari dan dirasakan oleh manusia pada umumnya dengan kebahagiaan yang diinginkan, dicari dan dirasakan biarawati berdasarkan aspek-aspek kebahagiaan berupa uang ataupun kekayaan, mempunyai pasangan, serta memiliki kebebasan. Sehingga dilakukan penelitian yang menggunakan 30 orang subjek biarawati yang berasal dari ordo atau komunitas SSpS yaitu kongregasi suster-suster misi abdi roh kudus untuk melihat gambaran kebahagiaan yang dirasakan oleh biarawati yang sangat berbeda dari manusia pada umumnya. Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan secara umum gambaran kebahagiaan pada biarawati tergolong lebih bahagia walaupun juga terlihat hanya terdapat perbedaan 1 subjek saja untuk jumlah biarawati yang tergolong kurang bahagia yaitu 14 orang biarawati. Dengan perincian yaitu dari 30 orang subjek penelitian, sebanyak 14 orang merasakan kurang bahagia, 1 orang merasakan cukup bahagia dan sebanyak 15 orang merasakan lebih bahagia.

Dengan keadaan ini maka terlihat bahwa ternyata biarawati juga

(68)

dirinya sepenuhnya pada kehidupan agama dan masih lebih memikirkan uang ataupun kekayaan, mempunyai pasangan hidup dan mempunyai kebebasan.

Menurut Rusydi (2007) kebahagiaan adalah perasaan positif yang dirasakan oleh seseorang yang berasal dari kualitas keseluruhan hidupnya yang ditandai dengan adanya kesenangan yang dirasakan oleh individu tersebut ketika melakukan sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya dengan tidak adanya perasaan menderita. Andrew dan McKennel (dalam Carr, 2004) membagi kebahagiaan menjadi dua aspek, yaitu aspek afektif dan aspek kognitif. Dalam penelitian ini gambaran kebahagiaan yang dirasakan oleh Biarawati secara umum tergolong lebih bahagia yang artinya bahwa kebahagiaan yang dirasakan oleh biarawati adalah lebih bahagia baik dari aspek kognitif maupun aspek afektif.

Aspek-aspek yang telah disebutkan oleh beberapa tokoh di atas sejalan dengan dua komponen kebahagiaan menurut Jalaluddin (2004) dimana komponen kebahagiaan pertama adalah perasaan yang menyenangkan. Bahagia adalah emosi positif, dan sedih adalah emosi negatif. Sedangkan komponen kebahagiaan yang kedua adalah penilaian seseorang tentang hidupnya. Perasaan kita sebut sebagai

unsur afektif dan penilaian unsur kognitif.

(69)

menggambarkan emosi positif dan emosi negatif seseorang seperti bahagia dan marah. Dari 30 orang subjek penelitian, sebanyak 6 orang merasakan kurang bahagia berdasarkan aspek afektif, 18 orang merasakan cukup bahagia berdasarkan aspek afektif dan sebanyak 6 orang merasakan lebih bahagia berdasarkan aspek afektif.

Aspek kognitif menurut Diener (dalam Carr, 2004) mempunyai wilayah atau domain seperti diri sendiri, keluarga, teman sebaya, keuangan dan lain sebagainya. Ditambahkan lagi bahwa aspek kognitif yaitu kepuasan dengan variasi domain kehidupan. Dalam penelitian ini subjek merasakan lebih bahagia dalam gambaran kebahagiaan berdasarkan aspek kognitif. Ini berarti bahwa Biarawati merasa lebih bahagia dalam aspek kognitif yang mempunyai wilayah pada diri sendiri, keluarga, teman sebaya, keuangan dan lain sebagainya. Dari 30 orang subjek penelitian, sebanyak 13 orang merasakan kurang bahagia berdasarkan aspek kognitif, tidak ada yang merasakan cukup bahagia berdasarkan aspek kognitif dan sebanyak 17 orang merasakan lebih bahagia berdasarkan aspek kognitif.

Gambar

Gambar 1. Proses menjadi Biarawati
Tabel 3. Blue Print Distribusi Aitem Skala Kebahagiaan Sebelum Uji Coba
Tabel 4. Blue Print Distribusi Aitem Skala Kebahagiaan Setelah Uji Coba
Tabel 5. Blue Print Distribusi Aitem Skala Kebahagiaan yang Digunakan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kebahagiaan memiliki aspek seperti terjalinnya hubungan positif dengan orang lain, keterlibatan penuh, penemuan makna dalam keseharian, optimisme yang realistis dan resiliensi jika

Depresi merupakan suatu gangguan mental umum yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah,

Depresi merupakan suatu gangguan mental umum yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah,

Hal ini pun dinyatakan oleh Carra (2013), bahwa kebahagiaan sebagai keadaan psikologis yang positif, ditandai oleh tingginya tingkat emosi positif dan rendahnya

Kebahagiaan otentik yang dirasakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia ternyata dimiliki oleh individu yang mempunyai keyakinan kuat terhadap agamanya

 Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara tahun 2017 merupakan indeks komposit yang disusun oleh tiga dimensi, yaitu Kepuasan Hidup ( Life Satisfaction ), Perasaan ( Affect ), dan

Kebahagiaan menggambarkan tingkat kesejahteraan subyektif mencakup tiga dimensi yaitu kepuasan hidup life satisfication, perasaan afeksi, dan makna hidup meaning of life atau eudaimonia

Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan mengenai makna-makna subjektif yang dialami individu terkait kebahagiaan pada anak dari orang tua yang bercerai dan