MATERIAL KEDOKTERAN GIGI YANG MEMPUNYAI
BAHAN DASAR POLIMER
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
AMIR FAIZAL ISMAIL NIM : 060600152
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan
Teknologi Ked. Gigi
Tahun 2010
Amir Faizal Ismail
MATERIAL KEDOKTERAN GIGI YANG MEMPUNYAI BAHAN DASAR
POLIMER
viii + 34 halaman
Banyak material di kedokteran gigi yang mempunyai bahan basis polimer.
Bahan-bahan ini dapat dibagi kepada empat bagian yaitu (1) elastomer (2) polimer komposit (3)
akrilik dan (4) agar dan alginat.
Polimer terbentuk dari hasil gabungan beberapa unit molekul mer (tunggal). Terdapat
tiga faktor utama yang mempengaruhi susunan suatu rantai polimer yaitu berat molekul,
cross-linking dan jumlah copolymer. Polimer terhasil dari suatu proses yang dinamakan
proses polimerisasi. Proses polimerisasi ini dapat dibagi kepada dua bagian utama yaitu
polimerisasi adhisi dan polimerisasi kondensasi. Proses polimerisasi adhisi dapat dibagi lagi
menjadi dua bagian yaitu polimerisasi adhisi radikal bebas dan polimerisasi ring-opening.
Setiap bahan berbasis polimer di kedokteran gigi mempunyai proses polimerisasi yang
berbeda antara satu sama yang lain. Empat tipe bahan cetak elastomer yang sering digunakan
di kedokteran gigi adalah polisulfida, addition silicone, condensation silicone, dan poliether
yang tersedia dalam dua pasta yang dikemas sebagai base dan accelarator. Polimer komposit
dari monomer yang disebut metil metakrilat atau MMA yang tersedia dalam bentuk
heat-cured resin atau cold-cured resin. Hidrokoloid agar merupakan bahan cetak reversible yang
pertama berjaya digunakan dalam kedokteran gigi dan disebut hidrokolid reversible karena
transformasi gel ke sol yang reversible dengan pemanasan. Alginat adalah salah satu bahan
cetak aqueous yang sangat luas digunakan dalam kedokteran gigi dan merupakan sejenis
bahan cetak hidrokoloid yang irreversible. Setiap material yang berbasis polimer mempunyai
komposisi dan struktur yang berbeda.
Bahan-bahan yang berbasis polimer ini mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Polisulfida merupakan bahan cetak yang menghasilkan detail permukaan yang baik
namun mempunyai bau dan rasa yang kurang nyaman. Silikon konvensional atau condensation
silicone merupakan bahan cetak silikon yang dikembangkan untuk mengatasi beberapa
kelemahan dari polisulfida. Addition silicone diperkenalkan setelah condensation silicone dengan
ciri-ciri yang lebih baik dan juga dikenal dengan nama poly vinyl siloxane. Polieter mempunyai
ciri-ciri mekanikal dan stabilitas dimensi yang baik tetapi mempunyai working time yang singkat
dan materialnya sangat kaku. Polimer komposit mempunyai warna dan tekstur bahan yang bisa
disamakan dengan gigi pasien dan mempunyai nilai estetis yang baik. Akrilik sebagai bagian dari
gigi tiruan mempunyai biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan rongga mulut. Agar
menghasilkan cetakan yang akurat namun saat ini alginate lebih banyak digunakan sebagai bahan
cetak. Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid yang irreversible dan lebih banyak digunakan
dibandingkan agar karena pemakaiannya yang lebih mudah.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi pada tanggal 1 November 2010
Medan,1 November 2010
Tanda tangan
Pembimbing :
Hj. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes ...
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 1 November 2010
TIM PENGUJI
KETUA : Hj. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes
ANGGOTA : 1. Sumadhi S, drg., Ph.D
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah Subahannahuwataala Tuhan sekalian alam, shalawat dan
salam kepada Rasulullah Sollallahualaihiwasallam beserta keluarganya yang telah menuntun
umatnya untuk selalu berpegang pada jalan yang lurus dan benar, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana kedokteran gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ismail bin
Ahmad dan Wirdanim binti Hj. Abdul Latiff dan juga saudara-saudara penulis yang selalu
mendoakan dan memberikan dukungan moril maupun materil selama ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj Lasminda Syafiar, drg., M.Kes
selaku pembimbing dan penguji dan Ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendapat bimbingan dan
pengarahan yang sangat berguna dalam meningkatkan semangat, motivasi untuk penyelesaian
skripsi ini.
Pada kesempatan ini, dengan rasa rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM selaku dosen wali yang telah banyak memberi
masukan dan dukungan moral kepada penulis.
2. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara atas bimbingan, saran dan motivasi penulis sewaktu
3. Teman-teman penulis yang selalu menerangi hari-hari penulis dengan inspirasi dan
kegembiraan khususnya Dalia, Safiah, Yanie, Putra, John dan seluruh teman-teman
mahasiswa FKG angkatan 2006.
Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberikan menfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan,
khususnya bidang kedokteran gigi.
Medan, 30 Oktober 2010 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN ……… ii
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ……….. iii
KATA PENGANTAR ……….... iv
DAFTAR ISI ………. .. vi
DAFTAR TABEL ………. . viii
DAFTAR GAMBAR ………. ix
BAB 1 PENDAHULUAN………. 1
BAB 2 POLIMER DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CIRI-CIRINYA.. 3
2.1 Berat molekul………. 4
2.2 Cross-Linking……….. 5
2.3 Copolymer………... 6
BAB 3 JENIS-JENIS PROSES POLIMERISASI………. 8
3.1 Polimerisasi adhisi... 8
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 1 KOMPOSISI BAHAN CETAK POLISULFIDA………...15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 1 GAMBARAN DUA MOLEKUL MONOMER ATAU DIMER...3
GAMBAR 2 GAMBARAN TIGA MOLEKUL MONOMER ATAU TRIMER……3
GAMBAR 3 GAMBARAN GABUNGAN MONOMER-MONOMER ATAU
POLIMER………...………....3
GAMBAR 4 GAMBARAN PERUBAHAN RANTAI POLIMER SETELAH
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan
Teknologi Ked. Gigi
Tahun 2010
Amir Faizal Ismail
MATERIAL KEDOKTERAN GIGI YANG MEMPUNYAI BAHAN DASAR
POLIMER
viii + 34 halaman
Banyak material di kedokteran gigi yang mempunyai bahan basis polimer.
Bahan-bahan ini dapat dibagi kepada empat bagian yaitu (1) elastomer (2) polimer komposit (3)
akrilik dan (4) agar dan alginat.
Polimer terbentuk dari hasil gabungan beberapa unit molekul mer (tunggal). Terdapat
tiga faktor utama yang mempengaruhi susunan suatu rantai polimer yaitu berat molekul,
cross-linking dan jumlah copolymer. Polimer terhasil dari suatu proses yang dinamakan
proses polimerisasi. Proses polimerisasi ini dapat dibagi kepada dua bagian utama yaitu
polimerisasi adhisi dan polimerisasi kondensasi. Proses polimerisasi adhisi dapat dibagi lagi
menjadi dua bagian yaitu polimerisasi adhisi radikal bebas dan polimerisasi ring-opening.
Setiap bahan berbasis polimer di kedokteran gigi mempunyai proses polimerisasi yang
berbeda antara satu sama yang lain. Empat tipe bahan cetak elastomer yang sering digunakan
di kedokteran gigi adalah polisulfida, addition silicone, condensation silicone, dan poliether
yang tersedia dalam dua pasta yang dikemas sebagai base dan accelarator. Polimer komposit
dari monomer yang disebut metil metakrilat atau MMA yang tersedia dalam bentuk
heat-cured resin atau cold-cured resin. Hidrokoloid agar merupakan bahan cetak reversible yang
pertama berjaya digunakan dalam kedokteran gigi dan disebut hidrokolid reversible karena
transformasi gel ke sol yang reversible dengan pemanasan. Alginat adalah salah satu bahan
cetak aqueous yang sangat luas digunakan dalam kedokteran gigi dan merupakan sejenis
bahan cetak hidrokoloid yang irreversible. Setiap material yang berbasis polimer mempunyai
komposisi dan struktur yang berbeda.
Bahan-bahan yang berbasis polimer ini mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Polisulfida merupakan bahan cetak yang menghasilkan detail permukaan yang baik
namun mempunyai bau dan rasa yang kurang nyaman. Silikon konvensional atau condensation
silicone merupakan bahan cetak silikon yang dikembangkan untuk mengatasi beberapa
kelemahan dari polisulfida. Addition silicone diperkenalkan setelah condensation silicone dengan
ciri-ciri yang lebih baik dan juga dikenal dengan nama poly vinyl siloxane. Polieter mempunyai
ciri-ciri mekanikal dan stabilitas dimensi yang baik tetapi mempunyai working time yang singkat
dan materialnya sangat kaku. Polimer komposit mempunyai warna dan tekstur bahan yang bisa
disamakan dengan gigi pasien dan mempunyai nilai estetis yang baik. Akrilik sebagai bagian dari
gigi tiruan mempunyai biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan rongga mulut. Agar
menghasilkan cetakan yang akurat namun saat ini alginate lebih banyak digunakan sebagai bahan
cetak. Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid yang irreversible dan lebih banyak digunakan
dibandingkan agar karena pemakaiannya yang lebih mudah.
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bidang kedokteran gigi, terdapat berbagai jenis bahan yang sering digunakan oleh
dokter gigi. Bahan-bahan tersebut mengandung bahan dasar seperti garam anorganik, keramik,
metal dan aloi, elastomer, polimer komposit dan polimer.1
Garam anorganik, juga dikenal sebagai gypsum sering digunakan dalam bidang
kedokteran gigi untuk menghasilkan model studi dan model kerja. Dental semen, seperti semen
ionomer kaca dan semen zink fosfat juga tergolong dalam jenis garam anorganik.2,3 Contoh
bahan dasar keramik yang sering digunakan adalah mahkota porselen.3 Bahan metal dan aloi
yang sering digunakan yaitu kawat pada pesawat orthodonti dan juga pada komponen gigi tiruan
dan sebagai bahan elastomer contohnya bahan cetak polisulfida.2 Polimer komposit yang
digunakan untuk tambalan contohnya bahan tambalan resin komposit, serta bahan polimer yang
sering digunakan untuk pembuatan basis protesa adalah resin akrilik.2,3
Polimer terbagi kepada 2 jenis yaitu polimer yang alami dan polimer sintetik. Contoh
polimer alami adalah agar, selulosa, DNA, protein, kolagen dan sutera.4 Polimer sintetik, juga
dikenal sebagai plastik.5 Polimer dalam kedokteran gigi lebih banyak digunakan di bidang
restoratif dan prostodonti. Bahan cetak yang sering digunakan dalam kedokteran gigi adalah
jenis polimer elastomerik seperti alginate, polysulfidadan silikon.2,6
Polimer sintetik terbagi kepada 3 jenis yaitu elastomer, polimer komposit dan akrilik.6
Elastomer adalah sejenis polimer yang mempunyai ciri-ciri elastisitas. Istilah elastomer ini
diperoleh dari polimer elastik.9 Elastomer juga dikenal sebagai synthetic rubber yang bersifat
elastomeric dental impression material.Contoh kegunaannya adalah seperti bahan cetak pada
pasien edentulus untuk gigi tiruan penuh dan pasien dentulus untuk gigi tiruan sebagian lepasan.3
Polimer komposit adalah sejenis resin sintetik yang digunakan dalam bidang kedokteran
gigi sebagai materi restorasi atau bahan adesi. Resin ini telah berevolusi menjadi bahan restorasi
karena sifatnya yang estetik, tidak larut dan tidak sensitif terhadap dehidrasi, biaya yang rendah
dan mudah untuk dimanipulasi. Resin komposit umumnya terdiri dari bahan pengisi seperti silika
dan pada aplikasi saat ini mempunyai photoinitiator.7 Restorasi pada permukaan gigi yang
mudah terlihat umumnya dilakukan restorasi dengan bahan restorasi sewarna gigi untuk tujuan
estetis dan bahan yang paling sering digunakan adalah resin komposit.2
Akrilik adalah sejenis resin yang juga dapat dikenal dengan istilah acrylic glass, perspex
atau plexiglas.3 Akrilik tebentuk melalui proses polimerisasi adhesi radikal bebas dari
monomernya yaitu metil metakrilat ( MMA ) menjadi polimetil metakrilat ( PMMA). Akrilik
sering digunakan karena mudah diproses melalui tehnik yang murah, serta mempunyai nilai
estetis yang tinggi. Selain kegunaanya sebagai basis gigi tiruan, bahan ini juga banyak digunakan
untuk aplikasi lain seperti reparasi gigi tiruan dan pembuatan sendok cetak fisiologis.4
Dalam skripsi ini dibahas mengenai komposisi, struktur, proses polimerisasi, keuntungan,
BAB 2
POLIMER, CIRI-CIRI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Istilah polymer menggambarkan satu molekul yang terdiri dari banyak (poli) bagian
(mer). Akhiran mer mewakili unit struktural kimiawi berulang yang paling sederhana dari
polimer yang dibentuknya.6,7 Dengan menganggap bahwa reaksi polimerisasi bermula dengan
satu molekul diwakili oleh A. Molekul tunggal ini dikenal sebagai mer dan materi di dalam
bentuk ini disebut monomer yang berarti satu molekul. Sekiranya dua molekul monomer beraksi
untuk membentuk satu molekul yang mengandung dua mer, hasil yang didapat disebut pula
sebagai dimer (Gambar 1).
A A
Gambar 1. Dua molekul monomer atau dimer5
Kedua molekul tersebut terhubung oleh suatu ikatan kimiwi yang kuat dan energi (panas
eksotermik) dibebaskan dalam reaksi ini. Sekiranya tiga molekul monomer bergabung untuk
membentuk satu molekul, sebuah trimer pula akan terbentuk (Gambar 2).
A A A
Gambar 2. Tiga molekul monomer atau trimer 5
Suatu polimer (banyak mer) terbentuk apabila beberapa molekul monomer digabung untuk
membentuk satu molekul besar.(Gambar 3).
A A A A A A
Setiap A (atau mer) di dalam polimer adalah molekul monomer yang sama seperti aslinya dan
digabung bersama molekul monomer lain untuk membentuk rantai dengan mer nya yang
diulangi berkali-kali. Garisan di antara A menggambarkan ikatan kimiawi primer yang
menyatukan molekul-molekul tersebut.5
2.1 Berat molekul
Berat molekul suatu polimer tergantung pada jumlah unit mer yang berulang dikali dengan
berat molekul unit mer yang berulang tadi. Berat molekul bisa berkisar dari ribuan hingga jutaan
unit tergantung kepada kondisi proses preparasinya.4,5,7 Fakta ini mempunyai kepentingan yang
bisa dipertimbangkan apabila dikaitan dengan kekuatan (strength) dan kekerasan (hardness)
suatu polimer. Sebagai satu contoh,dianggap monomer asal, A, adalah cairan.
Molekul-molekulnya dianggap cukup kecil sehingga bisa bergerak diantara satu sama lain dengan bebas
sehingga membentuk suatu cairan. Pada saat proses polimerisasi terjadi proses berikut ini :
i. Molekul-molekul di dalam cairan memanjang.
ii. Oleh karena molekul-molekul tersebut telah memanjang dan tidak lagi bisa bergerak
di antara satu sama lain dengan bebas maka viskositas cairan tersebut meningkat.
iii. Daya sekunder yang lemah cenderung untuk memegang molekul-molekul yang
memanjang tadi dengan yang lain.
iv. Molekul-molekul tersebut akhirnya menjadi sangat panjang sehingga polimer
berubah dari cairan menjadi solid.
v. Semakin panjang rantai polimer tersebut terbentuk maka semakin banyak terjadinya
pengusutan di antara rantai-rantai tersebut.
Dengan kata lain, semakin panjang polimer tersebut atau semakin besar berat molekul maka
semakin kuat dan keras bahan solid tersebut.5
2.2 Cross-Linking
Apabila rantai-rantai polimer digabung oleh ikatan kimia maka polimer tersebut
dikatakan telah mengalami proses cross-link. Ini menunjukkan bahwa proses cross-linking
mempunyai efek mendalam terhadap ciri-ciri polimer tersebut yang membedakan polimer
termoplastis dan polimer termoset. Lebih penting lagi, cross-linking bisa mengubah polimer
dalam bentuk cairan ke bentuk solid dimana hal ini merupakan suatu proses yang sering
digunakan pada setting bahan cetak. 4
Sekiranya polimer tersebut mempunyai rantai molekul yang panjang dan fleksibel,
kemungkinan ada beberapa bagian di dalam rantai yang terjadi proses cross-linking disepanjang
rantai itu. Molekul-molekul tersebut bisa membentuk konfigurasi yang sangat bergelung jika
tidak diberi beban dan bisa juga meregang jika diberi beban. Jika beban tersebut dihilangkan,
rantai molekul tersebut akan kembali ke bentuk semula. Jumlah regangan dan beban yang bisa
diterima oleh polimer tersebut tergantung pada panjang rantai tersebut, derajat cross-linking dan
juga kekuatan ikatan rantai tersebut.4
2.3 Copolymer
Istilah copolymer mengindikasikan bahwa dua atau lebih molekul monomer telah
mengalami polimerisasi yang bersamaan, dimana prosesnya dikenal sebagai kopolimerisasi.
Namun, tidak semua jenis monomer bisa dikopolimerisasikan. Monomer yang akan
dipolimerisasi harus bisa larut dengan satu sama lain dan harus dipolimerisasikan dengan kadar
yang hampir sama. Rantai molekul kopolimer yang terbentuk mempunyai kedua unit monomer
pada rantai tersebut dan terkait antara satu sama lain.5 Beberapa contoh kopolimer adalah seperti
di bawah, A dan B mewakili unit monomer yang berbeda 4,8 :
a) Alternating copolymer
-A-B-A-B-A-B-A-B-A-B-A-B-A-
b) Random copolymer
-A-B-A-A-B-B-A-B-A-A-A-B-B-
c) Block copolymer
-A-A-A-A-A-A-B-B-B-B-B-B-B-
d) Graft copolymer
-A-A-A-A-A-A-A-A-A-A-A-A-
B B
Contoh proses kopolimersisasi pula adalah, metil metakrilat dikopolimerisasikan
dengan sejumlah kecil monomer resin akrilik yang lain seperti etil akrilat untuk membentuk
sebuah kopolimer yang kurang rapuh dari poli(metil metakrilat) atau (PMMA).
Pada kasus lain, proses kopolimerisasi bisa digunakan untuk membentuk resin yang
lembut dan fleksibel. Materi-materi ini sangat berguna sebagai reliner gigi tiruan dan mouth
BAB 3
JENIS-JENIS PROSES POLIMERISASI
Polimer biasanya dihasilkan melalui suatu proses yang disebut proses polimerisasi dan
biasanya terdiri dari unit-unit monomer yang terkait secara kimiawi untuk membentuk molekul
dengan berat molekular yang tinggi.4 Proses polimerisasi terjadi melalui beberapa mekanisme,
tetapi hampir semua proses polimerisasi terbagi kepada dua kelompok dasar yaitu polimerisasi
adhisi dan polimersasi kondensasi.7
3.1 Polimerisasi Adhisi
Polimerisasi adhisi didefinisikan sebagai reaksi antara dua molekul (molekul yang sama
yang membentuk homopolimer atau molekul yang berbeda yang membentuk heteropolimer)
menghasilkan molekul yang lebih besar tanpa mengeliminasi molekul kecil seperti air.4 Proses
polimerisasi adhisi melibatkan penambahan gugus reaktif dengan monomer untuk membentuk
gugus reatif yang lebih besar sehingga mampu untuk bertambah dengan monomer lainnya.
Gugus reaktif yang terlibat ini bisa bersifat ionik atau sejenis radikal bebas.1
3.1.1 Polimerisasi Adhisi Radikal Bebas
Proses polimerisasi adhisi radikal bebas sering digunakan untuk mensintesis polimer dan
merupakan metode yang banyak digunakan pada polimer kedokteran gigi. Radikal bebas ini
dihasilkan oleh agen reaktif yang disebut inisiator. Inisiator adalah molekul yang mempunyai
satu ikatan yang secara relatif lemah yang bisa melalui proses degradasi untuk membentuk dua
yang sangat sering digunakan di kedokteran gigi adalah benzoil peroksida. Di dalam keadaan
tertentu, ikatan peroksida bisa terpisah dan membentuk dua radikal yang identik. Proses
dekomposisi benzoil peroksida bisa diperoleh dengan pemanasan atau reaksi menggunakan
aktivator kimia. Proses polimerisasi dengan aktivator kimia dapat terjadi pada suhu yang
rendah.1
Sistem aktivasi alternatif lainnya melibatkan penggunaan radiasi untuk menyebabkan
dekomposisi suatu initiator yang peka terhadap radiasi.1 Proses polimerisasi adhisi yang
membentuk polimer terdiri dari empat tahapan yaitu aktivasi, inisiasi, propagasi dan terminasi.4
3.1.1.1 Aktivasi
Proses polimerisasi memerlukan kehadiran radikal bebas yaitu suatu spesis kimia yang
reaktif dan mempunyai elektron tidak berpasangan (unpaired). Proses memproduksi radikal
bebas ini dapat digambarkan sebagai proses aktivasi. Proses ini berlaku contohnya pada proses
dekomposisi peroksida. Peroksida yang sering digunakan dalam bahan kedokteran gigi adalah
benzoil peroksida.
Reaksi aktivasi untuk benzoil peroksida diwakili oleh persamaan di bawah dengan R
mewakili sebarang kelompok molekul organik :
R – O – O – R 2RO ·
Radikal bebas dapat juga dikenal sebagai inisiator yang mampu menginisiasi proses polimerisasi
di atas. Tetapi, sebelum proses inisiasi terjadi, benzoil peroksida tersebut perlu di aktivasi
i. Panas. Apabila dipanaskan di atas suhu 65°C, benzoil peroksida tersebut dapat
mengalami dekomposisi. Metode inilah yang digunakan dalam proses memproduksi
basis gigi tiruan resin akrilik.
ii. Senyawa kimia. Benzoil peroksida dapat juga diaktivasikan apabila disatukan dengan
amina tersier. Metode ini digunakan pada cold cured acrylic resin, yang sering
digunakan untuk mereparasi gigi tiruan, restorasi sementara, pesawat ortodonti dan
sendok cetak khusus. Metode ini juga digunakan pada material restoratif yang
chemically cured yang terdiri dari pasta basis yang mengandung aktivator amina
tersier dan pasta katalis yang mengandung inisiator benzoil peroksida.
iii. Sinar. Satu lagi metode untuk mewujudkan radikal bebas adalah melalui penggunaan
komposit yang diaktivasikan oleh sinar. Komposit ini bergantung pada sinar ultraviolet
atau sinar tampak sebagai aktivator untuk proses polimerisasi.4
3.1.1.2 Inisiasi
Reaksi polimerisasi terinisiasi apabila radikal yang terbentuk pada aktivasi bereaksi
dengan molekul monomer. Ini digambarkan untuk kasus spesifik antara radikal benzoil peroksida
dengan monomer methacrylate. Ringkasnya, simbol M mewakili 1 molekul monomer1 :
3.1.1.3 Propagasi
Setelah proses inisiasi, radikal bebas yang baru itu mampu untuk bereaksi dengan
molekul monomer yang lain. Setiap tahapan reaksi tersebut menghasilkan satu gugus reaktif
baru yang mampu bereaksi lagi,seperti di bawah:
RO – M · + M RO – M – M ·
RO – M – M · + M RO – M – M – M ·
RO – M – M – M · + M RO – M – M – M – M ·
Persamaan umum untuk reaksi penyebaran ini adalah:
RO – M · + nM RO – (M)n– M ·
dengan nilai n adalah jumlah molekul monomer yang ditambah, maka hasil panjang rantai dan
berat molekul terpengaruh olehnya.1
3.1.1.4 Terminasi
Terdapat kemungkinan reaksi penyebaran akan terus berlansung sampai sumber molekul
monomer habis. Reaksi ini menghasilkan rantai polimer yang telah sempurna berpolimerisasi
dan tidak mampu lagi untuk beradhisi. Contoh reaksi terminasi adalah gabungan dua rantai yang
berkembang untuk menghasilkan 1 rantai lengkap1 :
3.1.2 Polimerisasi Ring – Opening
Dua tipe polimerisasi ring-opening yang penting dalam kedokteran gigi adalah reaksi
epoxy dan ethylene imine. Reaksi epoxy digunakan untuk menghasilkan die dari bahan cetak
elastomer, sedangkan reaksi ethylene imine digunakan pada reaksi setting bahan cetak polyether
rubber.11 Contoh reaksi ring-opening ethylene imine :6
O amina tersier R
CH2 CHR O – CH2 – CH
n
3.2 Polimerisasi Kondensasi
Polimer yang mengalami proses kondensasi adalah polimer yang mempunyai formula
molekular dengan unit berulang dalam rantai polimer tersebut dan mengandung atom tidak
berpasangan di dalam monomer asalnya. Reaksi kondensasi melibatkan dua molekul bereaksi
bersama dan menghasilkan molekul ketiga yang lebih besar dengan hasil sampingan yang
biasanya adalah molekul kecil seperti air.1,4 Contoh ringkas reaksi kondensasi adalah esterifikasi,
dimana asam organik dan alkohol bereaksi untuk menghasilkan ester dan air. Reaksi tersebut
dapat digambarkan dengan reaksi antara asam asetat dan etil alkohol untuk menghasilkan etil
asetat seperti berikut:
CH3CO2H + C2H5OH CH3CO2CH5 + H2O
Untuk memastikan reaksi tersebut dapat menghasilkan polimer, setiap molekul yang bereaksi
sekurang-kurangnya perlu mempunyai dua kelompok reaktif sehingga dapat terjadi reaksi
Urutan ringkas reaksi untuk polimerisasi kondensasi dua monomer X-M1-X dan
Y-M2-Y, dengan kelompok reaktif X dan Y dapat digambarkan seperti berikut :
X – M1 – X + Y – M2 – Y X – M1 – M2 – Y + XY
X – M1 – M2 – Y + X – M1 – X X – M1 – M2 – M1 – X + XY
X – M1 – M2 – M1 – X + Y – M2 – Y X – M1 – M2 – M1 – M2 – Y + XY etc.
Urutan reaksi kondensasi ini dapat dihubungkan dengan reaksi esterifikasi ringkas seperti
gambar diatas jika X adalah kelompok asam karbolik dan Y adalah kelompok alkohol. Hasil
reaksi ,XY, terbentuk sebagai setiap reaksi kondensasi dan kemudiannya menjadi air.1
Dapat dilihat pada setiap tahap reaksi bahwa rantaian akan bertambah satu unit dan
terdapat satu molekul hasil samping XY yang turut berevolusi. Polimer yang dihasilkan adalah
kopolimer reguler dari monomer M1 dan M2 yang disusun dalam urutan sepanjang rantai
tersebut. Percabangan rantai dan cross-linking bisa didapatkan dengan menambahkan monomer
yang trifungsi seperti :
X
X – M1– X
.
Dengan menggunakan monomer yang mengandung dua kelompok reaktif, adalah
mungkin untuk menghasilkan homopolimer seperti berikut :
X – M1 – Y + X – M1 – Y X – M1 – M1 – Y + XY
X – M1 – M1 – M1 – Y + X – M1 – Y X – M1 – M1 – M1 – M1 – Y + XY etc.
Contoh kegunaan polimerisasi kondensasi termasuk produksi nilon 6,6 dan síntesis
polidimetisiloksan ( silicone rubber ). Contoh síntesis polidimetisiloksan merupakan tipe
polimersasi kondensasi yang paling ringkas, dengan setiap molekul mengandung dua kelompok
BAB 4
KOMPOSISI DAN STRUKTUR MATERIAL BERBASIS POLIMER
4.1 Elastomer
Terdapat empat tipe bahan cetak elastomer yang sering digunakan di kedokteran gigi
untuk mencetak mahkota, gigi tiruan cekat, cetakan pada pasien dentulus untuk gigi tiruan separa
lepas maupun cetakan pada pasien edentulus untuk gigi tiruan penuh. Tipe-tipe tersebut adalah
polisulfida, addition silicone, condensation silicone, dan polyether.3,10
4.1.1 Polisulfida
Polisulfida merupakan bahan cetak pertama yang diperkenalkan. Juga dikenal dengan
nama lain seperti Mercaptan atau Thiokol. Polisulfida tersedia dalam dua pasta, dengan satunya
dilabel catalyst atau accelerator dan satunya lagi adalah base.3
a. Komposisi
Material-material dalam bahan cetak polisulfida dapat dilihat dalam tabel 1.
TABEL 1. KOMPOSISI BAHAN CETAK POLISULFIDA3
Bahan Berat (%)
BASE
• Polimer polisulfida
• Titanium dioksida, seng sulfat, kuprum karbonat atau silika
ACCELARATOR • Lead dioxide
• Dibutil atau dioktil phthalate • Sulfur
• Materi lain seperti magnesium stearate dan deodoran.
40-68 30-35
3 2
b. Struktur dan Reaksi Kimia
Material dasar dari larutan polimer adalah polimer polisulfida dengan struktur umumnya
seperti berikut11 :
HS (R – S – S)23 – R – SH
dengan R diwakili oleh :
C2H4 – O – CH2 – O – C2H4
Apabila pasta base dan accelerator diaduk, material tersebut melalui reaksi kimia lalu,
larutan polimer itu berubah menjadi material pejal dengan elastisitas yang tinggi dan menyerupai
rubber yang fleksibel. Plumbum dioksida yang bereaksi dengan polimer polisulfida
menyebabkan3 :
• Pemanjangan rantai melalui oksidasi pada terminal kelompok –SH.
• Cross linking melalui oksidasi pada kelompok –SH pendant.
Reaksi yang berlaku adalah eksotermik dengan kenaikan suhu sebanyak 3 – 4° C dan dipercepat
dengan panas serta kelembapan.3
PbO2 + S
HS – R – SH HS – R – S – S – R – SH + H2O
atau
4.1.2 Condensation Silicone 3
Silikon ini merupakan bahan cetak silikon yang pertama diperkenalkan. Nama lainya
adalah silikon konvensional. Bahan cetak silikon dikembangkan untuk mengatasi beberapa
kelemahan dari polisulfida seperti bau yang kurang menyenangkan, banyaknya tenaga yang
diperlukan untuk mengaduk base dan accelarator, setting time yang lama, deformasi permanen
yang banyak dan lain-lain.
a. Komposisi
i. Base
• Polidimetil siloksan.
• Colloidal silica atau bahan pengisi besi oksida ukuran mikro. • Pigmen warna.
ii. Accelerator
• Silikat ortoetil – agen cross linking. • Stannous octoate – catalyst.
b. Struktur dan Reaksi Kimia
Merupakan suatu reaksi kondensasi. Polimerisasi terjadi hasil dari cross linking antara
silikat ortoetil dan kelompok hidroksi terminal dari dimetil siloksan, untuk menghasilkan
rangkaian tiga dimensi. Reaksi ini adalah eksotermik dengan kenaikan suhu sebanyak 1°C :
CH3 OC2H5
OH – Si – OH + C2H5O – Si – OCH Silikon + CH3CH2OH
CH3 OC2H5
Stannous octoate
Siloksan dimetil + Silikat ortoetil Silicone rubber + Alkohol etil
Alkohol etil yang terbentuk sebagai hasil samping akan terevaporasi secara perlahan dari rubber
set sehingga menyababkan terjadinya shrinkage.
4.1.3 Addition Silicone 3
Addition silicone diperkenalkan setelah condensation silicone dengan sifat-sifat yang
lebih baik. Addition silicone ini juga dikenal dengan nama poly vinyl siloxane.
a. Komposisi
i. Base
• Poli (metil hidrogen siloksan) • Prepolimer siloksan lain • Bahan pengisi
ii. Accelarator
• Polisolisoksan dimetil • Prepolimer siloksan lain • Garam platinum – catalyst
• Palladium atau penyerap hidrogen • Retarder
• Bahan pengisi
Bahan pengisi yang ditambah ke elastomer silikon mempunyai pengaruh besar terhadap
b. Struktur dan Reaksi Kimia
Polimer dasar diterminasi dengan kelompok vinil dan mengalami cross link dengan silane
(kelompok hirad). Reaksi ini diaktivasi oleh garam platinum :
CH3 CH3 CH3 CH3
Si – H + CH2 = CH – Si Si – CH2 – CH2 - Si
CH3 CH3 CH3 CH3
atau
Garam Pt
Siloksan vinil + Silane siloxane Silicone Rubber
Tidak ada hasil samping yang terbentuk selama keseimbangan terjadi antara siloksan
vinil dan silane siloxane. Jika terjadi ketidakseimbangan, gas hidrogen akan terhasil
menyebabkan gelembung-gelembung udara di dalam stone model. Maka, penambahan palladium
dilakukan untuk dapat menyerap gas hidrogen sehingga gelembung-gelembung udara tidak
terbentuk.
4.1.4 Polieter
Bahan ini digunakan sebagai bahan cetak akurat untuk beberapa gigi yang telah diprepasi
tanpa adanya undercut. Polieter mengandung sifat-sifat mekanik dan stabilitas dimensi yang baik.
a. Komposisi
i. Base
• Polimer polieter
• Colloidal silica – bahan pengisi • Glikoeter atau phthalate – plasticizer
ii. Accelerator
• Ester sulfonat beraroma – agen cross linking • Colloidal silica – bahan pengisi
• Phthalate atau glikoeter
b. Struktur dan Reaksi Kimia
Proses polimerisasi kationik terjadi dengan reaksi antara cincin aziridin yang terletak di
hujung cabang molekul polieter. Rantai utamanya adalah kopolimer dari etilene oksida dan
tetrahidrofuran. Cross linking dilakukan oleh ester sulfonat beraroma melalui hujung kelompok
imine. Reaksi ini adalah eksotermik dengan kenaikan suhu sebanyak 4-5°C :3
H O O H
CH3 – C – CH3 – C – O – R – O – C – CH2 – C –CH + Cross linked rubber
N N
CH2 – CH3 CH2 – CH2
atau
4.2 Polimer Komposit5
Komposit terbentuk dari gabungan dua material yang tidak larut antara satu dengan yang
lain. Tujuan penggabungan ini adalah untuk menghasilkan sifat-sifat polimer komposit yang
lebih kuat atau intermediat dibanding bahan asalnya. Tiga material utama yang terdapat dalam
polimer komposit kedokteran gigi saat ini terdiri dari :
- Matriks resin organik.
- Bahan pengisi inorganik.
- Agen coupling, yang mengikat matriks tersebut dengan materi pengisi secara kimiawi.
a. Komposisi
i. Matriks resin.
Material matriks yang sering digunakan pada resin komposit adalah seperti
BIS-GMA. Material ini mempunyai molekul yang relatif besar dan monomer yang
cukup viskous. Untuk mengurangi viskositas dan memudahkan pemanipulasian,
material ini diencerkan menggunakan monomer dimetalkrilat dengan berat
molekular yang rendah.
ii. Material pengisi anorganik.
Material pengisi yang sering digunakan dalam polimer komposit adalah seperti
kwarsa, kaca dan partikel silika koloidal. Material pengisi kwarsa dan kaca
berukuran sekitar 0,1 – 100 µm. Material pengisi berbagai ukuran digunakan di
dalam matriks resin untuk mencapai kuantiti pengisian yang terbesar. Partikel
microfillers karena ukurannya yang terlalu kecil dan perlu menggunakan
pembesaran yang sangat tinggi untuk melihatnya.
iii. Agen coupling.
Untuk menguatkan komposit, material pengisi anorganik harus terikat pada
matriks resin organik. Material pengisi tersebut dilapisi dengan senyawa
organosilane. Bagian silane dari molekul ini terikat pada partikel pengisi seperti
kwarsa, kaca dan silika sedangkan bagian organik tersebut terikat pada matriks
resin. Akhirnya, material pengisi tersebut terikat dengan matriks.
b. Sistem polimerisasi
Sistem polimerisasi materi ini terbagi dua yaitu :
i. Aktivasi secara kimia dimana resin ini umumnya tersedia dalam bentuk dua
tabung berisi pasta, tabung pertama mengandung pasta inisator yaitu benzoil
peroksida dan tabung kedua mengandung pasta aktivator yaitu amin tersier. Jika
kedua pasta tersebut diaduk, amin akan beraksi dengan benzoil peroksida untuk
membentuk suatu radikal bebas yang menginisiasi proses polimerisasi.
ii. Aktivasi melalui sinar
Resin ini umumnya tersedia dalam satu pasta saja yang mengandung fotoinisiator
dan aktivator amin. Pasta ini disediakan dalam spuit yang kedap cahaya. Resin ini
4.3 Akrilik
Resin akrilik terbentuk melalui proses polimerisasi adhisi radikal bebas yang membentuk
polimetil metakrilat (PMMA). Monomernya, metil metakrilat (MMA) dapat digambarkan seperti
berikut:
H Me
C = C
H C = O
O
Me
dengan Me sebagai CH3. PMMA, sejenis ester dari asam metakrilat (CH2=C[CH3]CO2H),
tergolong dalam kelompok akrilik yang penting dari resin. Konversi monomer menjadi polimer
melibatkan urutan normal dari aktivasi, inisiasi, propagasi dan terminasi.4 Polimerisasi metil
metakrilat menjadi akrilik terjadi apabila radikal bebas terbentuk dari initiator dan menyerang
ikatan ganda karbon-karbon pada monomer metil metakrilat yang pertama.2 Resin tersebut hadir
dalam bentuk heat-cured ataupun cold-cured.3
4.3.1 Heat-cured Resins 4
Material ini terdiri dari bubuk dan cairan, bila mana dicampur dengan panas yang
berterusan, akan membentuk sebuah solid yang rigid. Formulasi bahan-bahan dalam resin
heat-cured ( tabel 2 ) adalah bertujuan supaya :
b. Shrinkage akibat polimerisasi dapat diminimalkan.
c. Panas dari reaksi polimerisasi dapat dikurangi.
TABEL 2. KOMPOSISI HEAT-CURED ACRYLIC RESIN 4
Bubuk Cairan
• Beads atau granula dari polimetil metakrilat • Initiator – benzoil peroksida
• Pigment / pewarna
• Bahan opak – titanium / zink oksida • Plasticiser – dibutil pthalat
• Serat sintetik – nilon / akrilik
• Monomer metil metakrilat • Inhibitor- hydroquinone • Crosslinking agent – etilene
glikol dimetakrilat
Dough technique membantu untuk memudahkan proses pembuatan gigi tiruan. Shrinkage
akibat polimerisasi dapat dikurangi jika dibanding dengan penggunaan monomer lain (bukan
beads atau granules PMMA), karena kebanyakan material yang digunakan telah pun
terpolimerisasi. Reaksi polimerisasi sangat eksotermik karena sejumlah energi panas (80 Kj/Mol)
dibebaskan sewaktu ikatan C = C dikurangkan menjadi C – C. Oleh karena sejumlah besar
bagian dari campuran adalah dalam bentuk yang telah terpolimersasi maka potensi untuk
menjadi terlalu panas semasa proses tersebut dapat dikurangi. Selain itu, karena suhu maksimum
yang akan dicapai juga berkurang, jumlah kontraksi termal juga akan berkurang.
Monomer MMA tersebut sangat mudah menguap dan mudah terbakar maka, wadah yang
digunakan haruslah tertutup sepanjang masa dan dijauhkan dari direct heat. Wadahnya yang
berupa botol kaca gelap akan memanjangkan shelf life monomer dengan menghindari reaksi
Hidroquinon juga membuat monomer bertahan lama dengan bereaksi secara cepat
terhadap mana-mana radikal bebas yang mungkin terbentuk secara spontan di dalam cairan
tersebut dan mengasilkan bentuk radikal bebas yang stabil sehingga tidak dapat menginisiasi
proses polimerisasi.
4.3.2 Cold-cure Resins
Sifat kimiawi resin ini sama seperti resin heat-cured, kecuali diinisiasi oleh amina tersier
(contohnya dimetil-P-toluidin) berbanding oleh heat. Metode ini tidak seefisien metode
heat-cure dan pada kebiasaannya akan menghasilkan material yang mempunyai berat molekular
rendah. Ini dapat berakibat kepada efek yang kurang baik terhadap kekuatan material tersebut.
Proses ini juga menyebabkan adanya peningkatan monomer residual yang tidak teraktivasi dalam
resin tersebut. Stabilitas warna juga tidak sebaik pada resin heat-cured sehingga cenderung untuk
menjadi warna kuning.Material ini sangat mudah untuk terjadinya penyebaran (creep) sehingga
dapat menyebabkan terjadinya distorsi pada gigi tiruan sewaktu pemakaian.4
4.4 Agar dan Alginate
Hidrokoloid agar merupakan bahan cetak aqueous fleksibel yang pertama berhasil
digunakan dalam kedokteran gigi. Kelenturan bahan ini sewaktu dikeluarkan dari mulut setelah
pencetakan gigi dapat lakukan cetakan daerah undercut sehingga cetakan yang menyeluruh pada
pasien dentulus dapat diambil. Walaupun hidrokoloid agar merupakan bahan cetak yang baik dan
menghasilkan cetakan yang akurat namun, bahan cetak hidrokoloid alginat dan elastomer lebih
Bahan cetak agar disediakan dalam bentuk gel di dalam tube atau dalam bentuk silinder
yang diletakkan di dalam tabung kaca. Agar yang berbentuk gel digunakan bersama sendok cetak
water-cooled manakala agar berbentuk silinder digunakan bersama semprotan. Material
semprotan bisa digunakan dengan kombinasi material sendok cetak.2
Gel dari material sendok cetak terdiri dari 12%-15% agar, 0,2% borax untuk menambah
kekuatan, 1% - 2% natrium sulfat untuk memastikan setting yang baik pada model gipsum dan
material die terhadap agar, 0,1% benzoat sebagai bahan pengawet, bahan tambahan lain untuk
mengawal flow material tersebut sewaktu dipanaskan, bahan perasa, dan sekitar 80%-85% air
untuk keseimbangan.2,12 Material semprotan mempunyai komponen yang sama tetapi kandungan
agar yang lebih rendah (sekitar 6%-8%).2
Gel agar diubah menjadi sol dengan pemanasan di dalam air, biasanya dipanaskan
sehingga 100°C , kemudian menjadi gel kembali dengan pendinginan pada 43.3°C. Gel yang
telah berubah menjadi sol akan berada dalam bentuk cairan untuk tempoh yang lama (sepanjang
hari) dengan penyimpanan pada suhu 65,7°C. Gel tersebut mempunyai suhu cair yang berbeda
dari suhu solid sol; yang disebut dengan histerisis yang mempunyai signifikan klinikal. Bahan
cetak hidrokolid agar disebut hidrokolid reversible karena transformasi gel ke sol yang reversible
dengan pemanasan.
Bahan cetak agar sangat akurat sewaktu dikeluarkan dari mulut setelah pencetakan tetapi
akan menciut apabila dibiarkan di udara atau pada relatif kelembaban 100% dan akan
mengembang apabila disimpan di dalam air seperti alginat. Perubahan dimensi paling sedikit
terjadi apabila bahan cetak diletakkan pada 100% kelembaban tetapi, disarankan agar cepat
Alginat merupakan salah satu bahan cetak aqueous yang sangat luas digunakan dalam
kedokteran gigi. Alginat adalah sejenis bahan cetak hidrokoloid yang irreversible.6 Pemilihan
alginat sebagai bahan cetak lebih digemari dibanding agar karena lebih mudah untuk digunakan.
Bahan ini tersedia dalam bentuk bubuk dalam kemasan dengan jumlah yang besar atau paket
kecil. Sendok plastik disediakan untuk mengeluarkan bubuk dari kemasan dan sebuah silinder
plastik untuk menyukat air.3
Komposisi alginat terdiri dari Sodium atau triethanolamine alginate (15%), Kalsium
sulfat (16%) sebagai reaktor, Seng oksida (4%), Sodium titanium florida (3%), Diatomaceous
earth (60%), Sodium fosfat (2%) sebagai penghambat, material pewarna serta material perasa.
Dua reaksi utama berlaku sewaktu setting yaitu Sodium fosfat bereaksi dengan Kalsium
sulfat untuk memberikan setting time yang adekuat kemudian, setelah Sodium fosfat habis
digunakan, Kalsium sulfat yang tersisa bereaksi dengan Sodium alginat untuk membentuk
Kalsium alginat yang tidak larut, yang akan membentuk gel bila bereaksi dengan air3 :
• 2Na3PO4 + 3CaSO4 Ca3(PO4)2 + 3Na2SO4
BAB 5
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
5.1 Elastomer 4
5.1.1 Polisulfida
a. Kelebihan Polisulfida
- Wettabillity yangbaik.
- Detail permukaan cetakan yang baik.
- Mudah dilepaskan sewaktu mencetak.
- Daya regangan yang tinggi.
b. Kekurangan Polisulfida
- Deformasi permanen yang tinggi.
- Bau dan rasa yang kurang nyaman.
- Perlu diisi dalam masa 1 jam setelah pencetakan.
- Memerlukan setting time yanglama.
5.1.2 Polieter
a. Kelebihan Polieter
- Hidrofilik. Kompatibiltas paling baik sewaktu diguna bersama dental stone.
- Mempunyai ketepatan dimensional baik.
- Daya tahan terhadap deformasi yang baik.
- Nyaman dipakai oleh pasien.
b. Kekurangan Polieter
- Mempunyai deformasi permanen tinggi.
- Sukar untuk dilepas selepas dicetak.
- Daya tahan regangan yang rendah.
5.1.3 Condensation- cured silicone
a. Kelebihan Condensation- cured silicone
- Detail permukaan yang baik (permukaan kering).
- Ketepatan dimensional yang baik.
- Mempunyai deformasi permanen yang rendah.
- Mempunyai berbagai tingkat viskositas.
- Sangat digemari oleh pasien.
b. Kekurangan Condensation- cured silicone
- Hidrofobik.
- Menciut sewaktu disimpan.
- Perlu di isi dalam tempoh 1 jam.
5.1.4 Addition-cured silicone
a. Kelebihan Addition-cured silicone
- Detail permukaan baik (permukaan kering).
- Ketepatan dimensional yang baik.
- Stabilitas penyimpanan yang baik.
- Deformasi permanen rendah.
- Berbagai tingkat viskositas.
- Sangat diterima oleh pasien.
b. Kekurangan Addition-cured silicone
- Hidrofobik ( kecuali ditambah surfaktan).
- Daya tahan regangan yang rendah.
5.2 Polimer Komposit 3
a. Kelebihan Polimer Komposit
- Warna dan tekstur material bisa disamakan dengan gigi pasien dengan menambah
material pengisi.
- Bisa digunakan untuk merubah warna, ukuran dan bentuk gigi untuk memperbaiki
senyuman.
- Tidak mengandung merkuri.
- Sangat bermanfaat untuk gigi anterior dan kavitas kecil pada gigi posterior dengan
- Hanya sedikit gigi yang perlu dipreparasi untuk pengisian bahan tambalan
berbanding amalgam.
b. Kekurangan Polimer Komposit
- Kurang daya tahan berbanding amalgam serta tidak begitu kuat dalam menahan
tekanan gigitan pada bagian posterior.
- Bisa terjadi shrinkage apabila material di set, sehingga menyebabkan
pembentukan ruang kecil antara gigi dan bahan tambalan.
- Tidak bisa digunakan untuk tambalan yang besar.
- Lebih cepat aus dibanding amalgam.
- Tehnik etsa asam bisa melemahkan material polimer komposit.
- Kontras bahan tambalan komposit dan karies yang kurang menyebabkan sukar
untuk mendeteksi karies baru.
- Memerlukan ketrampilan serta biaya tinggi.
5.3 Akrilik 2,5
a. Kelebihan Akrilik
- Mempunyai nilai estetis yang baik.
- Mudah dan murah untuk diproses.
- Biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan rongga mulut.
- Mempunyai warna yang stabil.
b. Kekurangan Akrilik
- Mempunyai kekuatan yang rendah.
- Kondukt ivitas termal yang rendah.
- Rentan terhadap distorsi.
- Daya tahan terhadap benturan yang rendah.
5.4 Agar dan Alginate 3
a. Kelebihan Agar
- Proses penuangan lebih mudah dibanding bahan cetak elastomer.
- Biaya yang rendah.
- Tingkat wettability yang tinggi.
- Dimensi yang akurat.
- Bersifat hidrofilik.
- Tidak toksik.
- Tidak meninggalkan stain pada gigi.
- Tidak memerlukan pengadukan.
b. Kekurangan Agar
- Memerlukan peralatan yang khusus dan biaya yang tinggi.
- Stabilitas dimensi rendah.
- Tidak bisa digunakan lebih dari satu kali.
- Daya tahan terhadap robek yang rendah.
c. Kelebihan Alginate
- Mudah untuk diaduk dan dimanipulasi.
- Penggunaan alat yang minim.
- Menghasilkan bahan cetak yang fleksibel.
- Biaya rendah.
- Menghasilkan detail permukaan yang baik walaupun dengan kehadiran saliva.
d. Kekurangan Alginate
- Bahan cetak tidak bisa dimanipulasi.
- Bisa terjadi distorsi jika tidak dipegang dengan betul sewaktu pencetakan.
- Mempunyai dimensi stabilitas yang kurang baik.
- Mempunyai daya regangan yang rendah.
BAB 6
KESIMPULAN
• Banyak material di kedokteran gigi yang mempunyai bahan dasar polimer.
Bahan-bahan ini dapat dibagi kepada empat tipe yaitu (1) elastomer (2) polimer
komposit (3) akrilik dan (4) agar.
• Polimer terbentuk daripada hasil gabungan beberapa unit molekul mer
(tunggal). Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi susunan suatu rantai
polimer yaitu berat molekul, cross-linking dan jumlah copolymer.
• Proses polimerisasi dapat dibagi kepada dua bagian utama yaitu polimerisasi
adhisi dan polimerisasi kondensasi. Proses polimerisasi adhisi dapat dibagi lagi
kepada dua bagian yaitu polimerisasi adhisi radikal bebas dan polimerisasi
ring-opening. Setiap material berbasis polimer di kedokteran gigi mempunyai proses
polimerisasi yang berbeda antara satu sama lain.
• Terdapat empat tipe bahan cetak elastomer yang sering digunakan di
kedokteran gigi yaitu polisulfida, addition silicone, condensation silicone, dan
poliether yang tersedia dalam dua pasta dan dilabel dengan base serta accelarator.
Polimer komposit terdiri dari matriks resin organik, material pengisi inorganik dan
agen coupling. Akrilik pula terdiri dari monomer yang disebut metil metakrilat atau
MMA dan tersedia dalam bentuk heat-cured resin atau cold-cured resin.
Hidrokoloid agar merupakan bahan cetak reversible yang pertama berjaya
digunakan dalam kedokteran gigi. Walaupun agar menghasilkan cetakan yang akurat
namun saat ini alginat lebih banyak digunakan sebagai bahan cetak. Alginat pula
berbanding agar karena pemakaiannya yang lebih mudah. Setiap material yang
berbasis polimer mempunyai komposisi dan struktur yang berbeda.
• Bahan-bahan tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing yang dapat mempengaruhi dalam pemilihan sebagai bahan di kedokteran
DAFTAR PUSTAKA
1. McCabe JF. Walls A. Applied Dental Materials. 9th ed. Singapore: Blackwell Publishing.
2008; 1,101-123.
2. Powers JM. Wataha JC. Dental Materials: Properties and Manipulation. 9th ed. USA:
Mosby Elsevier. 2008;205-206.
3. Manappallil JJ. Basic Dental Material. 2nd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers. 2003; 65-81.
4. Noort RV. Introduction to Dental Material. 3rd ed. Philadelphia:Mosby Elsevier.
2008;33-41,51-61,216-226.
5. Phillips RW. Moore BK. Elements of Dental Materials for Dental Hygienist and Dental
Assistants. 5th ed. USA: W.B. Saunders Company: 1994; 100-139.
6. O’Brien WJ. Dental Materials: Properties and Selection. USA: Quintessence Publishing.
1989; 127-135.
7. Powers JM. Sakaguchi RL. Craig’s Restorative Dental Material. 12th ed. Missouri : Mosby
Elsevier. 2006; 151-157.
8. Combe EC. Notes onDental Material 5th ed Edinburgh : Churchill Livingstone. 1986; 47-57
9. Billmeyer FW. Textbook of Polymers Science. 3rd ed. New York: Wiley-Interscience
Publication.1984;25-35.
10. Keyf F. Some Properties of Elastomeric Impression Materials used in fixed Prosthodontics.
J Islamic Academy Sciences. 1994; 7(1): 44-48.
11. Phillips RW. Science of Dental Materials. 8th ed. Philadelphia, WB. Saunders Company.
12. Dykema RL. Goodacre CJ. Phillips RW. Johnston’s Modern Practice in fixed