• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Hubungan Asupan Karbohidrat dan Beban Glikemik Makanan dengan Kadar Glukosa Darah pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Hubungan Asupan Karbohidrat dan Beban Glikemik Makanan dengan Kadar Glukosa Darah pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Susukan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia (Lansia) merupakan proses alamiah dan

berkesinambungan yang mengalami perubahan anatomi, fisiologis, dan

biokimia pada jaringan maupun organ yang pada akhirnya mempengaruhi

keadaan fungsi dan kemapuan badan secara keseluruhan. Upaya

pencegahan melalui deteksi dan usaha-usaha preventif perlu dilakukan untuk

mencegah terjadinya penyakit degeneratif. Pemeriksaan laboratorium lengkap

merupakan salah satu upaya untuk mendeteksi penyakit, diantaranya

pemeriksaan kadar glukosa darah (Fatmah, 2010).

Prediabetes merupakan kondisi tingginya glukosa darah puasa

(GDP) atau gangguan toleransi glukosa (TGT). Gangguan metabolisme

karbohidrat pada lansia meliputi resistensi insulin, hilangnya pelepasan insulin

fase pertama sehingga lonjakan awal insulin postprandial tidak terjadi pada

lansia dengan diabetes mellitus (DM), peningkatan kadar glukosapostprandial

dengan kadar glukosa puasa normal (Alwi, 2007).

Keadaan hiperglikemia dan DM dapat mengakibatkan kerusakan

sistemik yang luas pada tubuh. Kerusakan tesebut karena terdapat gangguan

pada metabolisme glukosa, lemak, dan protein sebagai hasil dari defek

sekresi insulin maupun gangguan fungsi insulin di perifer. Berbagai komplikasi

(2)

Berdasarkan Rikesdas (2013) proporsi penderita DM meningkat

seiring meningkatnya usia. Proporsi TGT meningkat pada kelompok usia

65-74 tahun kemudian sedikit menurun. Proposrsi GDP terganggu meningkat

pada kelompok usia 55-64. Menurut SKRT (2004) kejadian hiperglikemia di

Indonesia pada kelompok usia 23-34 tahun sebesar 8,4%. Presentase

kejadian hiperglikemia meningkat pada kelompok usia 35-44 tahun yaitu

sebesar 11,2%, sedangkan presentase kejadian hiperglikemia pada kelompok

usia 45-54 tahun sebesar 13%, dan kejadian hiperglikemia tertinggi pada

kelompok usia 55-64 tahun dengan presentase sebesar 13,5%. Prevalensi

DM tipe II di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan dari 0,63% menjadi

0,55% pada tahun 2012 (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013).

Hiperglikemia disebabkan oleh berbagai faktor resiko yang hampir

sama dengan faktor resiko DM. Hiperglikemia pada lansia dapat disebabkan

oleh perubahan komposisi tubuh, massa otot lebih sedikit dan jaringan lemak

lebih banyak, menurunnya aktivitas fisik sehingga terjadi penurunan jumlah

reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin, perubahan pola makan

lebih banyak makan karbohidrat akibat berkurangnya jumlah gigi (Alwi, 2007).

Kelebihan asupan karbohidrat memicu terjadinya obesitas dan

resistensi insulin. Karbohidrat yang dikonsumsi akan dipecah menjadi bentuk

sederhana, yaitu glukosa yang kemudian akan diserap di usus. Glukosa

tersebut akan masuk ke dalam peredaran darah. Proses metabolisme insulin

memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang

digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang

(3)

dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada dipembuluh darah

artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat (Alwi, 2007).

Berdasarkan penelitian Wayan (2015) mengenai hubungan asupan

karbohidrat dengan kadar glukosa darah pada wanita menopause di

Kelurahan Peguyangan Wilayah Kerja Puskesmas III Denpasar Utara,

menyatakan ada hubungan asupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah.

Penelitian serupa yang dilakukan oleh Siahaan, Nainggolan dan Lestrina

(2015) mengenai hubungan asupan zat gizi dengan kadar glukosa darah pada

vegetarian menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan karbohidrat

dengan kadar glukosa darah.

Makanan dengan beban glikemik rendah akan menurunkan laju

penyerapan glukosa darah dan menekan sekresi hormon insulin pankreas

sehingga tidak terjadi lonjakan kadar glukosa darah (Willet, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian Indriasari, Jafar, dan Mardhiyah, (2014)

mengenai hubungan pola makan dengan kadar glukosa darah pasien rawat

jalan DM tipe 2 di wilayah kerja puskesmas kota Makassar, menyatakan

bahwa adanya hubungan yang bermakna antara jumlah beban glikemik

makanan dengan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2. Penelitian serupa

yang dilakukan oleh Fitri dan Wirawanni (2014) mengenai hubungan beban

glikemik dengan kadar glukosa darah pada pasien DM tipe 2, menyatakan

bahwa ada hubungan beban glikemik dengan kadar glukosa darah puasa.

Berdasarkanan survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 10

Mei 2016 di Posyandu Lansia Desa Susukan dengan data kadar glukosa

(4)

tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan asupan karbohidrat dan beban glikemik makanan dengan kadar

glukosa darah pada lansia di Posyandu Lansia Desa Susukan, Kecamatan

Susukan, Kabupaten Semarang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan asupan karbohidrat dan beban

glikemik makanan terhadap kadar glukosa darah pada lansia di Posyandu

Lansia Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan asupan karbohidrat dan beban glikemik

makanan dengan kadar glukosa darah pada lansia di Posyandu Lansia

Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan asupan karbohidrat pada lansia di Posyandu Lansia

Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

b. Mendiskripsikan beban glikemik makanan pada lansia di Posyandu

Lansia Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

c. Mendiskripsikan kadar glukosa darah puasa pada lansia di Posyandu

(5)

d. Menganalisis hubungan asupan karbohidrat dengan kadar glukosa

darah puasa pada lansia di Posyandu Lansia Desa Susukan,

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

e. Menganalisis hubungan beban glikemik makanan dengan kadar

glukosa darah puasa pada lansia di Posyandu Lansia Desa Susukan,

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Lansia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

lansia mengenai pentingnya pengaturan makan khususnya asupan

karbohidrat dan makanan yang berindeks glikemik tinggi untuk

mengendalikan kadar glukosa darah dalam mencegah terjadinya penyakit

degeneratif pada lansia.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan

dan wawasan sebagai pengalaman dalam merealisasikan teori yang telah

didapatkan di bangku kuliah khususnya mengenai hubungan asupan

karbohidrat dan beban glikemik makanan untuk mengendalikan glukosa

Referensi

Dokumen terkait

Koefisien deteminasi (R 2 ) adalah 0,776 sehingga besarnya pengaruh dimensi kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan yang dirasakan masyarakat pengguna layanan

[r]

This final project report is written to fulfill the requirement in obtaining the English Diploma Program degree in Faculty of Cultural Science, Sebelas Maret

bebas isolat alfa mangostin kulit buah manggis dibandingkan dengan vitamin E. menggunakan

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan pada 10 ibu hamil di poliklinik KIA RSU Islam Kustati Surakarta didapatkan 7 diantaranya tidak mengetahui tentang senam

This research paper reveals how the effort of major character tries to get happiness influences his personality reflected in 3 Idiots movie directed by Rajkumar

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu

Hasil yang diperoleh menunjukkan perbedaan yang cukup besar jika dibandingkan dengan hasil penelitian Bari (2006) yang memperoleh mortalitas hampir mencapai 100% dengan