RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TOMAT
(Solanum licopersicum Mill.) TERHADAP
PEMBERIAN PUPUK PHOSPAT DAN
BERBAGAI BAHAN ORGANIK
SKRIPSI
Oleh :
WINDA C. SARAGIH
030301029
BDP – AGR
PROGRAM STUDI AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TOMAT
(Solanum licopersicum Mill.) TEHADAP
PEMBERIAN PUPUK PHOSPAT DAN
BERBAGAI BAHAN ORGANIK
SKRIPSI
Oleh :
WINDA C. SARAGIH
030301029
BDP – AGR
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan dan Produksi Tomat
(Solanum licopersicum Mill.) terhadap Pemberian
Pupuk Phospat dan Bahan Organik
Nama : Winda C. Saragih
NIM : 030301029
Departemen : Budidaya Pertanian
Program Studi : Agronomi
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
( Ir. Meiriani.MP ) ( Nini Rahmawati.SP.M.Si)
Ketua Anggota
Mengetahui
Ir. Edison Purba, Ph.D. Ketua Jurusan
ABSTRACT
The objective of the research is to know the response growth and production of tomato with gift phospat fertilizer and kinds of organic matter. The research was done in faculty of agriculture in University of North Sumatera above 25 m sea level rise from January to April 2008.
The research used using Randomized Block Design Factorial with two factors. The first factor was phospat fertilizer with three levels: 0 g per plant, 25 g per plant, 50 g per plant and the second factor was organic matter with four
levels: compost of blotong sugar cane 500 g per plant; Ferlilizer chickenrun 500 g per plant; compost of palm 500 g per plant; garbage compost 500 g per plant.
The result of the research showed that sum of leaf, high of crop, bar diameter, production per sample, production per plot; phospat fertilizer is signifcant on but not significant on heavy mean of fruit.Organic matter showed significant on sum of leaf, high of crop, bar diameter, production per sample, production per plot; phospat fertilizer is signifcant on but not significant on heavy mean of fruit.
The interaction between phospat fertilizer and organic matter showed significant on high of crop, and bar diameter but not significant on sum of leaf, production/sample, production/plot;and heavy mean of fruit.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tomat (Solanum licopersicum Mill.) dengan pemberian pupuk phospat dan berbagai bahan organik. Penelitian di laksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang berada + 25 m dpl dari bulan Januari sampai April 2008.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah dosis pupuk phospat dengan tiga taraf yaitu :0 g per tanaman; 25 g per tanaman; 50 g per tanaman dan faktor kedua
adalah berbagai bahan organik dengan empat taraf yaitu :kompos blotong tebu 500 g per tanaman, pupuk kandang ayam 500 g per tanaman, kompos Tandan
kosong sawit 500 g per tanaman, kompos sampah kota 500 g per tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk phospat berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, diameter batang, produksi per sampel, produksi per plot namun tidak nyata pada berat rata-rata per buah. Perlakuan berbagai bahan organik berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, diameter batang, produksi per sampel, produksi per plot namun tidak nyata pada berat rata-rata per buah.
Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang namun tidak nyata pada jumlah daun, produksi per sampel, produksi per plot, dan berat rata-rata per buah.
RIWAYAT HIDUP
Winda C. Saragih dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 28 Desember
1985 dari Ayahanda A. Saragih dan Ibunda J. Gultom. Penulis merupakan anak
ke-1 dari 5 bersaudara.
Pendidikan yang ditempuh adalah SD Negeri 102081 Mangga Dua lulus
tahun 1997, SLTP Negeri 1 Bandar Khalipah lulus tahun 2000, SMU Negeri
8 Medan lulus tahun 2003. Terdaftar sebagai mahasiswa Agronomi Departemen
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada
tahun 2003 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. SOCFIN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
” Respon Pertumbuhan dan Produksi Tomat (Solanum licopersicum Mill.)
Terhadap Pemberian Pupuk Phospat dan Bahan Organik” yang merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Ir.Meiriani;MP sebagai ketua komisi pembimbing dan
Ibu Nini Rahmawati; SP. M.Si sebagai anggota komisi pembimbing yang telah
memberikan bimbingan selama persiapan penelitian sampai penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
Ayahanda A. Saragih dan Ibunda J.Gultom yang telah membesarkan penulis
dengan segenap cinta dan kasih sayang, juga kepada adik-adikku tercinta yang
telah memberikan dukungan kepada penulis selama melakukan studi. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua rekan – rekan stambuk 03 dan
stambuk 04 atas doa dan motivasi.
Penulis sadar skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan
penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Medan, April 2008
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Hipotesis Penelitian... 3
Kegunan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Botani Tanaman ... 4
Syarat Tumbuh ... 6
Iklim ... 6
Tanah... 7
Phospat ... 8
Bahan Organik ... 10
BAHAN DAN METODE... 15
Tempat dan Waktu Penelitian ... 15
Bahan dan Alat Penelitian... 15
Metode Penelitian ... 16
PELAKSANAAN PENELITIAN ... 18
Penyiapan Lahan ... 18
Persiapan Media Tanam... 18
Pembibitan ... 18
Penanaman ... 19
Pengajiran... 19
Pemeliharaan Tanaman ... 19
Penyiraman... 19
Penyulaman ... 19
Penyiangan ... 20
Pengendalian Hama dan Penyakit... 20
Panen ... 20
Pengamatan Parameter ... 21
Tinggi Tanaman(cm)... 21
Jumlah Daun (Helai) ... 21
Diameter Batang (mm)... 21
Produksi per Sampel (g)... 21
Produksi per Plot (g) ... 21
Berat Rata-Rata per Buah (g)... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
Hasil ... 22
Pembahasan... 40
KESIMPULAN DAN SARAN ... 45
Kesimpulan ... 45
Saran... 45
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No Hal.
1. Tinggi tanaman tomat pada umur 8 MSPT pada berbagai dosis pupuk phospat dan pemberian berbagai bahan organik. ... 23
2. Jumlah daun tomat pada umur 8 MSPT pada berbagai dosis pupuk phospat dan pemberian berbagai bahan organik. ... 27
3. Diameter batang tomat pada umur 7 MSPT pada berbagai dosis pupuk phospat dan pemberian berbagai bahan organik. ... 29
4. Produksi per sampel tomat pada berbagai dosis pupuk phospat dan pemberian berbagai bahan organik. ... 32
5. Produksi per plot tomat pada berbagai dosis pupuk phospat dan pemberian berbagai bahan organik. ... 34
6. Berat rata-rata per buah pada berbagai dosis pupuk phospat dan pemberian berbagai bahan organik ... 36
DAFTAR GAMBAR
No Hal.
1. Pengaruh pupuk phospat terhadap tinggi tanaman umur 8 MSPT
pada berbagai bahan organik... 24
2. Pertambahan tinggi tanaman umur 1 sampai 8 MSPT pada berbagai dosis pupuk phospat ... 25
3. Pertambahan tinggi tanaman umur 1 sampai 8 MSPT pada berbagai macam bahan organik... 26
4. Jumlah daun tanaman tomat umur 8 MSPT pada berbagai
macam bahan organik pada ... 27
5. Pertambahan jumlah daun umur 1 sampai 8 MSPT pada berbagai dosis pupuk phospat ... 28
6. Pertambahan jumlah daun umur 1 sampai 8 MSPT pada berbagai bahan organik ... 28
7. Pengaruh pupuk phospat terhadap diameter batang umur 7 MSPT pada berbagai bahan organik... 30
8. Pertambahan diameter batang umur 1 sampai 7 MSPT pada berbagai dosis pupuk phospat ... 31
9. Pertambahan diameter batang umur 1 sampai 7 MSPT pada berbagai bahan organik ... 32
10.Produksi per sampel tanaman tomat pada berbagai dosis pupuk phospat ... 33
11.Produksi per sampel tanaman tomat pada berbagai bahan organik... 34
12.Produksi per plot tanaman tomat pada berbagai dosis pupuk
phospat ... 35
13.Produksi per plot tanaman tomat pada berbagai bahan organik... 36
14.Jumlah buah per plot tanaman tomat pada berbagai dosis pupuk
phospat ... 38
15.Jumlah buah per plot tanaman tomat pada berbagai bahan
organik... 38
16.Serapan pupuk phospat pada tanaman tomat ... 39
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal.
1. Data jumlah daun umur 1 MSPT ... 45
2. Daftar sidik ragam jumlah daun umur 1 MSPT ... ... 45
3. Data jumlah daun umur 2 MSPT ... 46
4. Daftar sidik ragam jumlah daun umur 2 MSPT ... 46
5. Data jumlah daun umur 3 MSPT... ... 47
6. Daftar sidik ragam jumlah daun umur 3 MSPT ... 47
7. Data jumlah daun umur 4 MSPT... ... 48
8. Daftar sidik ragam jumlah daun umur 4 MSPT ... 48
9. Data jumlah daun umur 5 MSPT... ... 49
10.Daftar sidik ragam jumlah daun umur 5 MSPT ... 49
11.Data jumlah daun umur 6 MSPT... ... 50
12.Daftar sidik ragam jumlah daun umur 6 MSPT ... 50
13.Data jumlah daun umur 7 MSPT... ... 51
14.Daftar sidik ragam jumlah daun umur 7 MSPT ... 51
15.Data jumlah daun umur 8 MSPT... ... 52
16.Daftar sidik ragam jumlah daun umur 8 MSPT ... 52
17.Data tinggi tanaman umur 1 MSPT ... 53
18.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 1 MSPT... ... 53
19.Data tinggi tanaman umur 2 MSPT ... 54
20.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 2 MSPT... ... 54
21.Data tinggi tanaman umur 3 MSPT ... 55
23.Data tinggi tanaman umur 4 MSPT ... 56
24.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 4 MSPT... ... 56
25.Data tinggi tanaman umur 5 MSPT ... 57
26.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 5 MSPT... ... 57
27.Data tinggi tanaman umur 6 MSPT ... 58
28.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 6 MSPT... ... 58
29.Data tinggi tanaman umur 7 MSPT ... 59
30.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 7 MSPT... ... 59
31.Data tinggi tanaman umur 8 MSPT ... 60
32.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 8 MSPT... ... 60
33.Data diameter batang umur 1 MSPT ... 61
34.Daftar sidik ragam diameter batang umur 1 MSPT... ... 61
35.Data diameter batang umur 3 MSPT ... 62
36.Daftar sidik ragam diameter batang umur 3 MSPT... ... 62
37.Data diameter batang umur 5 MSPT ... 63
38.Daftar sidik ragam diameter batang umur 5 MSPT... ... 63
39.Data diameter batang umur 7 MSPT ... 64
40.Daftar sidik ragam diameter batang umur 7 MSPT... ... 64
41.Data produksi per sampel... 65
42.Daftar sidik ragam produksi per sampel... ... 65
43.Data produksi per plot... 66
44.Daftar sidik ragam produksi per plot... ... 66
45.Data berat rata-rata per buah ... 67
46.Daftar sidik ragam berat rata-rata per buah... 67
48.Bagan percobaan ... 69
49.Deskripsi tomat varietas Permata... 70
50.Data hasil analisis unsur hara blotong tebu, kompos kota, pupuk kandang ayam dan top soil... 71
51.Data hasil analisis unsur hara tandan kosong kelapa sawit ... 72
52.Data hasil analisis serapan unsur P ... 73
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tomat merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.
Indonesia dari tahun ke tahun berusaha untuk meningkatkan produksi tomat
dengan cara perluasan wilayah budidaya tomat, namun hingga tahun 2004
Indonesia masih mengimpor tomat sebanyak 8.192.280 kg baik dalam bentuk
buah segar maupun dalam bentuk olahan yang berasal dari berbagai negara
(BPS, 2004 dalam Redaksi Agromedia, 2007).
Salah satu usaha yang dilakukan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi tomat adalah dengan penambahan bahan organik dalam tanah yang dapat
memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi gembur dan akar tanaman lebih
mudah menembus tanah dan menyerap unsur hara yang ada di dalam tanah
dengan baik hal ini akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman .
Pemberian bahan organik sangat dianjurkan pada kebanyakan tanah
tropika yang digunakan untuk penanaman sayuran secara intensif. Bahan organik
memegang peranan penting sebagai sumber beberapa nutrien yang diperlukan
untuk hasil sayuran yang tinggi, perbaikan struktur tanah dan kapasitas penahan
air dalam daerah perakaran, meningkatkan aerasi dari media perakaran serta
meningkatkan kapasitas pemegang nutrien, tetapi bahan organik harus mempunyai
komposisi yang benar, dan harus memiliki nisbah nitrogen terhadap karbon yang
tinggi. Apabila tidak maka dapat menahan sementara nutrien tanaman dan
Bahan organik yang dapat ditambahkan ke dalam tanah antara lain blotong
tebu, pupuk kandang ayam, tandan kosong sawit dan kompos sampah kota. Bahan
organik ini merupakan limbah yang diharapkan akan dapat dimanfaatkan untuk
peningkatan produksi pertanian.
Phospat adalah hara penting bagi pertanaman tomat yang berperan penting
dalam penyusunan inti sel lemak dan protein tanaman. Selain itu juga berperan
dalam pertumbuhan akar, bunga, dan pematangan buah. Kekurangan unsur
phospat dalam pertanaman tomat akan mengakibatkan pertumbuhan akar dan
pertumbuhan generatifnya terganggu (Wiryanta, 2002).
Phospat adalah hara penyusun yang terkandung pada buah tomat, dalam
100 gr tomat terdapat 25 mg phospat. Jumlah ini adalah jumlah yang besar apabila
dibandingkan dengan unsur kalsium yang hanya sebesar 5 mg dalam 100 gr
tomat, sehingga pemupukan phospat pada pertanaman tomat penting untuk
diperhatikan.
Berdasarkan uraian diatas dirasakan perlu dilakukan penelitian mengenai
respon pertumbuhan dan produksi tomat (Solanum licopersicum Mill.) terhadap
pemberian pupuk phospat dan berbagai bahan organik
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tomat
(Solanum licopersicum Mill.) terhadap pemberian pupuk phospat dan berbagai
Hipotesis Penelitian
1. Respon pertumbuhan dan produksi tomat nyata terhadap pemberian pupuk
phospat
2. Respon pertumbuhan dan produksi tomat nyata terhadap pemberian berbagai
bahan organik
3. Respon pertumbuhan dan produksi tomat nyata terhadap interaksi antara
pemberian pupuk phospat dengan berbagai bahan organik
Kegunaan Penelitian
1. Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan,
yaitu petani dan pengusaha yang bergerak dalam budidaya tomat.
2. Sebagai salah satu bahan untuk penulisan skripsi yang menjadi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Tanaman tomat diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicum
Spesies : Solanum licopersicum Mill. (Redaksi Agromedia, 2007).
Tanaman tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar serabut
yang berwarna keputih-putihan dan berbau khas. Perakaran tanaman tidak terlalu
dalam, menyebar ke semua arah hingga kedalaman rata-rata 30-40 cm, namun
dapat mencapai kedalaman hingga 60-70 cm. akar tanaman tomat berfungsi untuk
menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari dalam
tanah. Oleh karena itu tingkat kesuburan tanah di bagian atas sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi buah, serta benih tomat yang
dihasilkan (Pitojo, 2005).
Batang tanaman tomat bentuknya bulat dan membengkak pada buku-buku.
Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar. Mudah patah,
dengan beberapa ikatan. Dibiarkan melata, cukup rimbun menutupi tanah.
Bercabang banyak sehingga secara keseluruhan berbentuk perdu
(Rismunandar, 2001).
Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20-30 cm. Tepi daun bergerigi
dan membentuk celah-celah yang menyirip. Diantara daun-daun yang menyirip
besar terdapat sirip kecil dan ada pula yan bersirip besar lagi (bipinnatus).
Umumnya, daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki warna
hijau, dan berbulu (Redaksi Agromedia, 2007).
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan
dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya.
Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota.
Pada serbuk sari bunga terdapat kantong yang letaknya menjadi satu dan
membentuk bumbung yang mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat
melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah satu. Meskipun
demikian tidak menutup kemungkinan terjadi pemnyerbukan silang
(Wiryanta, 2004).
Buah tomat adalah buah buni, selagi masih muda berwarna hijau dan
berbulu serta relatif keras, setelah tua berwarna merah muda, merah, atau kuning,
cerah dan mengkilat, serta relatif lunak. Bentuk buah tomat beragam: lonjong,
oval, pipih, meruncing, dan bulat. Diameter buah tomat antara 2-15 cm,
tergantung varietasnya. Jumlah ruang di dalam buah juga bervariasi, ada yang
hanya dua seperti pada buah tomat cherry dan tomat roma atau lebih dari dua
bunga yang berubah fungsi menjadi sebagai tangkai buah serta kelopak bunga
yang beralih fungsi menjadi kelopak bunga (Pitojo, 2005).
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan
atau coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm. biji saling melekat,
diselimuti daging buah, dan tersusun berkelompok dengan dibatasi daging buah.
Jumlah biji setiap buahnya bervariasi, tergantung pada varietas dan lingkungan,
maksimum 200 biji per buah. Umumnya biji digunakan untuk bahan
perbanyakan tanaman. Biji mulai tumbuh setelah ditanam 5-10 hari
(Redaksi Agromedia, 2007).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup.
Sebaliknya, pada fase generatif memerlukan curah hujan yang sedikit. Curah
hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat menyebabkan daya tumbuh
benih rendah. Curah hujan yang ideal selama pertumbuhan tanaman tomat
berkisar antara 750-1.250 mm per tahun. Curah hujan tidak menjadi faktor
penghambat dalam penangkaran benih tomat di musim kemarau jika kebutuhan
air dapat dicukupi dari air irigasi, namun dalam musim yang basah tidak akan
terjamin baik hasilnya. iklim yang basah akan membentuk tanaman yang rimbun,
tetapi bunganya berkurang, dan didaerah pegunungan akan timbul penyakit daun
yang dapat membuat fatal pertumbuhannya. Musim kemarau yang terik dengan
angin yang kencang akan menghambat pertumbuhan bunga (mengering dan
tomat dapat tumbuh subur dalam keadaan yang kering tanpa pengairan. Oleh
karena itu baik di dataran tinggi maupun dataran rendah dalam musim kemarau,
tomat memerlukan penyiraman atau pengairan demi kelangsungan hidup dan
produksinya (Pitojo, 2005; Rismunandar, 2001).
Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih tomat adalah 25-300C.
Sementara itu, suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 24-280C. Jika
suhu terlalu rendah pertumbuhan tanaman akan terhambat. Demikian juga
pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buahnya yanng kurang sempurna.
Kelembaban relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah
80%. Sewaktu musim hujan, kelembaban akan meningkat sehingga resiko
terserang bakteri dan cendawan cenderung tinggi. Karena itu, jarak tanamnya
perlu diperlebar dan areal pertanamannya perlu dibebaskan dari segala jenis
gulma (Wiryanta, 2004).
Tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk
produksi yanng menguntungkan, tetapi sinar matahari yang terik tidak disukai.
Daerah yang beriklim sejuklah yang disukainya. Tanaman ini tidak tahan terhadap
awan. Daerah yang dengan kondisi demikian tanaman mudah terserang cendawan
busuk daun dan sebangsanya. Angin kering dan udara panas juga kurang baik bagi
pertumbuhannya dan sering menyebabkan kerontokan bunga (Tugiyono, 2001).
Tanah
Tomat bisa ditanam pada semua jenis tanah, seperti andosol, regosol,
tinggi, serta mudah mengikat air (porous). Jenis tanah berkaitan dengan peredaran
dan ketersediaan oksigen di dalam tanah. Ketersediaan oksigen penting bagi
pernapasan akar yang memang rentan tehadap kekurangan oksigen. Kadar oksigen
yang mencukupi di sekitar akar bisa meningkatkan produksi buah. Oksigen di
sekitar akar bisa juga meningkatkan penyerapan unsur hara fosfat, kalium, dan
besi (Redaksi Agromedia, 2007).
Tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah
hingga dataran tinggi sampai ketinggian 1.250 m di bawah permukaan laut (dpl).
Di Indonesia, tanaman tomat dapat dibudidayakan di daerah dengan ketinggian
100 m dpl. Ketinggian tempat berkaitan erat dengan suhu udara siang dan malam
hari (Pitojo, 2005).
Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah
yang gembur, kadar keasaman (pH) antara 5-6, tanah sedikit mengandung pasir,
dan banyak mengandung humus, serta pengairan yang teratur dan cukup mulai
tanam sampai waktu tanaman mulai dapat dipanen (Tugiyono, 2001).
PHOSPAT
Phospat bisa juga disebut sebagai “kunci dari kehidupan” karena terlibat
langsung hampir pada seluruh proses kehidupan. Phospat merupakan penyusun
komponen setiap sel hidup, dan cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh
(Nyakpa; Lubis; Pulung; Amrah; munawar; Hong dan Hakim, 1988).
Pemupukan phospat dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman.
phospat merangsang pembentukan bunga, buah, dan biji. Bahkan mampu
Pemupukan phospat sangat diperlukan oleh tanaman yang tumbuh di daerah
dingin, tanaman dengan perkembangan akar yang lambat dan terhambat, dan
tanaman yang seluruh bagiannya dipanen (Novizan, 2002).
Phospat berperan penting sebagai penyusun inti sel lemak dan protein
tanaman. Unsur hara makro ini diperoleh dari pupuk kandang, pupuk TSP
(Ca(H2PO4)2), dan pupuk daun yang disemprotkan ke tanaman. Fungsi pupuk
phospat adalah untuk merangsang pertumbuhan akar, bunga, dan pemasakan buah
(Wiryanta, 2004).
Phospat penting untuk mempercepat pertumbuhan akar, mempercepat
pendewasaan tanaman, dan mempercepat pembentukan buah dan biji serta
meningkatkan produksi. Sumber phospat yang di dalam tanah sebagai phospat
mineral yaitu batu kapur phospat, sisa-sisa tanaman dan bahan organik lainnya,
pupuk buatan (double fosfat, super fosfat, dan lainnya) ( Isnaini, 2006).
Salah satu sifat yang sangat penting dari unsur P ini adalah sangat stabil di
dalam tanah sehingga kehilangannya akibat pencucian relatif sangat tidak pernah
terjadi. Hal ini pula yang menyebabkan kelarutan P dalam tanah sangat rendah
yang konsekuensinya ketersediaan P untuk tanah relatif sangat sedikit. Dengan
demikian jumlah ketersediaan P tanah sangat tergantung pada sifat dan ciri tanah.
Karena keadaan yang demikian menyebabkan unsur ini lebih penting dari kalium
(Hakim, dkk, 1988).
Phospat dibutuhkan mulai pada pertumbuhan vegetatif (batang, cabang,
ranting, dan daun) serta generatif (bunga dan buah). Phospat merupakan unsur
P pada jaringan-jaringan yang tua akan ditranslokasikan ke jaringan yang masih
aktif. Kekurangan phospat akan menyebabkan pertumbuhannya berhenti secara
keseluruhan, karena pertumbuhan akarnya sangat terhambat, memerahnya bagian
bawah daun, terutama di bagian tulang daun, diikuti bentuk daun yang terpelintir,
buah maupun bijinya kecil-kecil akibat lainnya adalah zat-zat hara dalam tanah
tidak dapat diserap sempurna dan akhirnya produktifitas tanaman
menurun hasilnya merosot, demikian pula kualitasnya
(Rismunandar, 2001; Redaksi Agromedia, 2007; Hakim, dkk, 1988).
Bahan Organik
Sejak berabad-abad yang lalu petani telah mengenal pupuk organik.
Para ilmuan kemudian membuktikannya bahwa peranan bahan organik
sangat vital dalam mempertahankan dan meningkatkan produktivitas
lahan melalui mekanisme perbaikan sifat fisik, kimia, biologi tanah.
(Premono dan Widayati, 2000).
Pemberian bahan organik berpengaruh besar terhadap sifat-sifat tanah.
Daya mengikat unsur kimia yang baik sehingga menyebabkan unsur kimia itu
tidak tercuci dan membuat keadaan hara tetap tersedia di dalam tanah. Selanjutnya
tanaman akan mendapatkan suplai hara untuk pertumbuhan dan dapat
meningkatkan produksi tanaman (Murbandono, 2003).
Sumber primer bahan organik di dalam tanah adalah jaringan tanaman
berupa akar, batang, daun, ranting, bunga dan buah. Jaringan tanaman ini akan
dengan tanah. Tumbuhan tidak saja menjadi sumber bahan organik tanah, tetapi
juga sumber bahan organik bagi makhluk hidup (Hakim, dkk, 1986).
Blotong (limbah pabrik gula) ternyata cukup efektif menekan laju
penguapan air tanah. Sifat higroskopisnya mampu mengikat air hujan dalam
jumlah banyak. Salah satu alternatif memanen air hujan dan menyiasati
kekeringan menurut Justika adalah pemanfaatan mulsa blotong. Sifat higroskopis
limbah tebu/pabrik gula yang disebabkan kandungan nitratnya membuat lahan
mampu mengikat air hujan lebih banyak. Dengan begitu pembenamannya ke
dalam tanah diharapkan dapat menyerap air hujan lebih banyak sehingga
kelembaban tanah dapat terjaga lebih lama. Bukan hanya itu, mulsa juga turut
mempengaruhi aspek-aspek iklim lainnya. Mulsa dari blotong mampu menekan energi
radiasi untuk menguapkan air tanah dan memanaskan udara .Pemberian blotong
berpengaruh terhadap berat tanah, karena membentuk agregat tanah, sehingga
butiran tanah dapat menahan air lebih banyak. Dimana unsur yang diperlukan
tanaman akan lebih tersedia bagi pertumbuhan tanaman dan juga merupakan
sumber C-organik yang penting artinya dalam pembentukan humus tanah
(Baharsyah, 2007; Sitepu dan Lubis, 1997)
Blotong merupakan kotoran yang dapat dipisahkan dengan penapisan proses
klarifikasi nira. Blotong mengandung bahan organik, mineral, serat kasar, protein
kasar dan gula sehingga masih biasa dipergunakan sebagai bahan pakan ternak.
komposisi kimia blotong meliputi air (60-78%), sukrosa (2,1–7,3%), lilin (2-2,1%),
nitrogen (0,2-0,7%), serat (4,3-6,5%), abu (41 %), P2O5 (0,4–1,8%), K2O (0,02%),
diperhatikan tingkat dekomposisi bahan organik tersebut
(Syukur, 2003; Premono dan Widayati, 2000).
Pupuk kandang mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan
kimia tanah. Pupuk kandang dapat menambah ketersediaan bahan makanan (unsur
hara) bagi tanaman, yang dapat diserapnya dari dalam tanah, dengan perkataan
lain pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam
tanah menjadi faktor-faktor yang dapat menjamin kesuburan tanah . Penggunaan
pupuk kandang yang dipadukan dengan pupuk kimia, kapur pertanian dan
tanaman legum serta didukung pengolahan tanah yang baik, pengendalian gulma
dan praktek pertanian yang lain akan berdampak baik bagi pengembangan
pertanian (Kartasapoetra, 1989; Sutanto, 2006).
Ketersediaan hara yang diberikan dalam bentuk pupuk kandang, bervariasi
tergantung pada faktor seperti sumber dan komposisi pupuk kandang, metode dan
waktu aplikasi, tipe tanah dan iklim serta sistem pertanman dan yang sangat
penting adalah penanganan pupuk kandang secara benar untuk menghindari
kehilangan unsur hara (Englested, 1997).
Pupuk kandang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk
kimia. Berikut ini kelebihan pupuk kandang:
1. Aman digunakan dalm jumlah besar, bahkan dalam pertanian organik
sumber utama hara berasal dari pupuk kandang.
2. Membantu menetralkan pH tanah
3. Membantu menetralkan racun akibat adanya logam berat dalam tanah
5. mempertinggi prositas tanah dan secara langsung meningkatkan
ketersediaan air tanah
6. membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan
7. membantu mempertahankan suhu tanah sehingga fluktuasinya tidak tinggi.
(Marsono dan Sigit,2005).
Pupuk kandang ayam atau unggas memiliki kandungan unsur hara yang
lebih besar daripada jenis ternak lain. Penyebabnya adalah kotoran padat pada
unggas tercampur dengan kotoran cairnya. Umumnya, kandungan unsur hara pada
urine selalu lebih tinggi daripada kotoran padat .Kandungan zat hara yang terdapat
pada kotoran ayam dalam bentuk padat dan cair adalah 1,0%N, 0,8% P2O5, 0,40%
K2O dan 55% H2O (Novizan, 2002; Prihmantoro, 2001).
Pupuk kandang yang dapat digunakan adalah pupuk kandang yang telah
matang. Artinya, dalam pupuk tersebut tidak terjadi lagi proses dekomposisi atau
penguraian oleh jasad renik. Tanda-tanda pupuk kandang yang matang adalah
tidak berbau tajam (bau amoniak), berwarna coklat tua, tampak kering, tidak
terasa panas bila di pegang, dan gembur bila di remas (Prihmantoro, 2001).
Kompos tandan kosong sawit (TKS) yang berasal dari pengomposan
tandan kosong sawit memiliki keunggulan yaitu kandungan kalium yang tinggi.
Tanpa penambahan bahan kimia pada proses pengomposan kandungan haranya
berkisar C-35%,N-2,34%, P-0,31%, K-5,53%, Ca-1,46%, Mg-0,96%
(PPKS, 2006).
Hasil akhir dari pengomposan sampah kota ini merupakan bahan yang
upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi
tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah
dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali
tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan
penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media
tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia
(http: // Bapedal-Jatim /info/ index. Php? Option. 2008).
Kompos dengan sumber bahan sampah segar dari lingkungan rumah,
pasar, area publik- belum tercampur dengan aneka jenis sampah sebagaimana di
TPS maupun TPA akan sangat baik dalam menghasilkan kompos berkualitas.
Bahan sampah organik ini akan mengandung nutrisi ( NPK, MgSCa dan Mikro
Elemen) yang baik dan sedikit sekali mengandung logam berat (Cr, Pb, Al, Cu).
Dengan itu, terdapat peluang usaha dari keberadaan sampah untuk diolah di dekat
sumber keberadannya yakni pemukiman, pasar dan area publik
(http: // Kompster – Biophosko- Model Komersial. Rotary-Kiln.htm. 2008).
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan (rumah kasa) Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat
± 25 meter dpl pada bulan Januari hingga April 2008.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat varietas
Permata, topsoil, kompos blotong tebu, pupuk kandang ayam, kompos tandan
kosong sawit, kompos sampah kota, SP-36 (36% P2O5), air, fungisida Agrept WP,
insektisida Dursban 20 EC, dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digulakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor,
meteran, jangka sorong, polibek, timbangan, handsprayer, tali plastik, bambu, dan
Metode Penelitian
Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan
3 ulangan, yaitu :
Faktor I : Pemberian pupuk phospat (P) dengan 3 taraf yaitu :
P0 = Sp-36 0 g/tanaman
P1 = Sp-36 25 g/tanaman
P2 = Sp-36 50 g/tanaman
Faktor II : Pemberian Bahan Organik (B) dengan 4 macam yaitu :
B1 = Kompos blotong tebu 500 g/tanaman
B2 = Pupuk kandang ayam 500 g/tanaman
B3 = KomposTandan kosong sawit 500 g/tanaman
B4 = Kompos sampah kota 500 g/tanaman
Dengan demikian penelitian ini terdiri dari 12 kombinasi perlakuan yaitu :
P0B1 P1B1 P2B1
P0B2 P1B2 P2B2
P0B3 P1B3 P2B3
P0B4 P1B4 P2B4
Jumlah ulangan = 3
Jumlah plot = 36
Jumlah tanaman/plot = 5 tanaman
Jumlah sampel/plot = 3 tanaman
Jumlah seluruh tanaman = 180 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier
sebagai berikut :
Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ) jk + ijk
Dimana :
Yijk =hasil pengamatan blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk phospat
pada taraf ke- j dan pemberian bahan organik pada taraf ke-k
μ = nilai tengah perlakuan
ρi = pengaruh blok ke- i
αj = pengaruh pemberian pupuk phospat pada taraf ke- j
βk = pengaruh pemberian bahan organik pada taraf ke- k
(αβ)jk = pengaruh interaksi antara pupuk phospat pada taraf ke-j dan bahan
organik pada taraf ke- k
ijk = galat percobaan blok ke- i dengan perlakuan pupuk phospat pada taraf
ke-j dan bahan organik pada taraf ke-k.
Jika analisis data nyata maka dilanjutkan dengan uji duncan
PELAKSANAAN PENELITIAN
Penyiapan Lahan
Areal untuk tempat berdirinya polibek dibersihkan dari gulma dan sisi-sisa
akar tanaman, kemudian tanah diratakan dengan menggunakan cangkul. Pada
sekeliling areal dibuat parit drainase sedalam 30 cm untuk menghindari adanya
genangan air di sekitar areal penelitian.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah campuran top soil dengan kompos
blotong tebu, pupuk kandang ayam, kompos tandan kosong sawit, kompos
sampah kota. Masing-masing digunakan sebanyak 500 g per polibek. Ukuran
polibek yang digunakan adalah 10 kg pengisian media tanam dilakukan sampai
batas 5 cm dari mulut polibek bagian atas. Untuk mencegah berpindahnya
penyakit dari lahan pertanaman ke bibit, dimasukkan Furadan 5 G ke dalam tanah
sebelum bibit ditanam. Furadan 5 G dapat menbunuh patogen, seperti Phytoptora,
Pseudomonas, dan Fusarium.
Pembibitan
Pembibitan dilakukan dengan mengecambahkan benih terlebih dahulu.
Benih tomat direndam selama 15 menit kedalam air yang untuk menghilangkan
dormansi, kemudian disemaikan pada polibek kecil sedalam 1-1,5 cm, setelah
Penanaman
Bibit tomat dipilih yang sehat dan telah memiliki 4 helai daun. Penanaman
dilakukan pada sore hari untuk menghindari panas matahari pada waktu siang
yang dapat menyebabkan bibit menjadi layu.
Pengajiran
Agar tanaman tomat tidak rebah dilakukan pengajiran dengan
menggunakan bambu yang dipasang pada saat tanaman berumur 4-5 hari setelah
di tanam di polibag besar. Ajir dipasang dengan jarak 5 cm dari tanaman tomat
dengan kedalaman minimum 20 cm.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan 1-2 kali dalam sehari dengan menggunakan gembor
yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang mati atau pertumbuhannya
kurang baik, diganti dengan tanaman yang disemaikan di polibag. Penyulaman
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada di sekitar
pertanaman, yaitu dengan cara mencabut rerumputan tanaman dan disesuaikan
dengan kondisi di lapangan.
Pemupukan
Pupuk dasar diberikan pada saat pindah tanam yaitu KCl sebanyak
12 g/tanaman (220 kg/ha) dan pupuk phospat yakni Sp-36 ( 0 g per tanaman,
25 g per tanaman, 50 g per tanaman ) sesuai perlakuan. Pupuk ZA sebanyak
26 g/tanaman ( 470 kg/ha) diberikan dua kali, setengah bagian pada saat tanam
dan setengah bagian lagi pada 2 MSPT.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Sebelum penanaman dilakukan dengan pemberian bakterisida Agrept
20 WP ke dalam media tanam sebanyak 1-2 g/ liter air. Setelah tanam dilakukan
pada tanaman dengan pemberian fungisida Dithane M-45 80 WP 1,6-2,4 kg/ha,
insektisida Curacron 500 EC 2 ml/liter air yang diaplikasikan 2 kali seminggu
untuk mencegah serangan hama dan penyakit.
Panen
Panen dilakukan setelah buah tomat matang fisiologis dengan kriteria
warna kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kuning kemerah-merahan,
dengan cara memetik buah tomat secara hati-hati agar buah tidak rusak. Panen
dilakukan dengan interval 3 hari sekali. Pemetikan buah tomat dilakukan pada
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman(cm)
Tinggi tanaman diukur dari leher akar sampai titik tumbuh tanaman,
diukur mulai dari 1 MSPT dengan interval pengukuran 1 minggu hingga panen
pertama.
Jumlah Daun (Helai)
Jumlah daun dihitung sejak tanaman berumur 1 MSPT dengan inteval
pengukuran satu minggu hingga panen pertama.
Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur dengan mengukur diameter pangkal batang yang
dilakukan mulai dari 1 MSPT dengan interval pengukuran dua minggu hingga
panen pertama.
Produksi per Sampel (g)
Produksi buah per sampel dihitung dengan menimbang produksi setiap
sampel, kemudian di totalkan hingga panen terakhir.
Produksi per Plot (g)
Produksi buah per plot dihitung dengan menimbang produksi setiap
tanaman, kemudian di totalkan hingga panen terakhir.
Berat rata-rata per buah (g)
Berat rata-rata per buah dihitung dengan menimbang berat buah dibagi
dengan jumlah buah yang di timbang.
Jumlah buah per plot (buah)
Jumlah buah per plot dihitung dengan menjumlahkan semua buah yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa respon tanaman
tomat terhadap pemberian dosis pupuk phospat nyata pada tinggi tanaman,
diameter batang, produksi per sampel, dan produksi per plot, jumlah buah per plot
dan tidak nyata pada jumlah daun dan berat rata-rata per buah.
Pada pemberian berbagai bahan organik nyata pada tinggi tanaman,
jumlah daun, diameter batang, produksi per sampel, dan produksi per plot, jumlah
buah per plot dan tidak nyata pada berat rata-rata per buah.
Interaksi antara kedua perlakuan nyata pada tinggi tanaman, dan diameter
batang dan tidak nyata pada jumlah daun, produksi per sampel, produksi per plot,
berat rata-rata per buah, jumlah buah per plot.
Tinggi Tanaman (cm)
Data pengamatan tinggi tanaman dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat
pada lampiran 1- 16 yang menunjukkan bahwa perlakuan pupuk phospat
berpengaruh tidak nyata pada 1 sampai 2 MSPT sedangkan pada 3 sampai
8 MSPT berpengaruh nyata dan bahan organik berpengaruh nyata pada 1 sampai
8 MSPT serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata pada 1 dan
Tabel 1. Tinggi tanaman tomat pada umur 8 MSPT pada berbagai dosis pupuk phospat dan pemberian berbagai bahan organik (cm).
Bahan Organik
Phospat B1 B2 B3 B4 Rataan ………....cm………
P0 138.58b 130.73bc 130.22bc 128.63c 132.04 P1 129.03c 132.85bc 152.33a 153.09a 141.83 P2 126.30c 132.58bc 136.00bc 136.01bc 132.72 Rataan 131.3 132.05 139.52 139.24
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 1 menunjukkan pada pemberian kompos blotong tebu (B1) tanaman
tertinggi diperoleh pada P0 (138.58 cm) yang berbeda nyata dengan P1 dan P2,
pada pemberian pupuk kandang ayam (B2) tanaman tertinggi diperoleh pada P1
(132.85 cm) yang berbeda tidak nyata dengan P0 dan P2, pada pemberian kompos
tandan kosong sawit (B3) tanaman tertinggi diperoleh pada P1 (152.33 cm) yang
berbeda nyata dengan P0 dan P2, pada pemberian kompos sampah kota (B4)
tanaman tertinggi diperoleh pada P1 (153.09 cm) yang berbeda nyata dengan P0
y = -0.2456x + 137.44 R2 = 0.9071
y = -0.0308x2 + 1.6537x + 130.22 R2 = 1
Ymax=152.42 pada P=26.84
y = -0.0332x2 + 1.8088x + 128.63 R2 = 1
Ymax=153.27 pada P=27.24
y = -0.0019x2 + 0.1329x + 130.73 R2 = 1
Ymax=133.05 pada P=34.97
124.00
128.20
132.40
136.60
140.80
145.00
149.20
153.40
0
25
50
Phospat (g)
Ti
n
ggi
t
a
na
m
a
n
(c
m
)
B1B2B3 B4
[image:38.595.119.508.89.386.2]r
Gambar 1. Pengaruh pupuk phospat terhadap tinggi tanaman umur 8 MSPT pada berbagai bahan organik.
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa tanaman tertinggi pada kompos
sampah kota setinggi 153.27 cm dengan dosis pupuk phospat 27.24 g dan pada
kompos tandan kosong sawit setinggi 152.42 cm dengan dosis pupuk phospat
26.84 g dan pada pupuk kandang ayam setinggi 133.05 cm pada dosis pupuk
phospat 34.97 g dan pada kompos plotong tebu pernurunan tinggi tanaman seiring
0 20 40 60 80 100 120 140
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu setelah pindah tanam
T
ing
gi
t
a
na
m
a
n
(
c
m
)
P0 P1
[image:39.595.118.504.94.422.2]P2
Gambar 2. Perkembangan tinggi tanaman umur 1 sampai 8 MSPT pada berbagai dosis pupuk phospat
Dari gambar 2 dapat dilihat perkembangan tinggi tanaman dengan
0
20
40
60
80
100
120
140
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Minggu setelah pindah tanam
Ti
nggi
t
a
na
m
a
n (
c
m
)
[image:40.595.120.504.90.396.2]B1
B2
B3
B4
Gambar 3. Perkembangan tinggi tanaman umur 1 sampai 8 MSPT pada berbagai macam bahan organik
Dari gambar 3 dapat dilihat perkembangan tinggi tanaman dengan
pemberian berbagai bahan organik setiap minggunya menunjukkan kurva
sigmoid.
Jumlah Daun (Helai)
Data pengamatan jumlah daun dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat
pada lampiran 17- 32 yang menunjukkan perlakuan pupuk phospat berpengaruh
tidak nyata pada 1 sampai 8 MSPT dan bahan organik berpengaruh tidak nyata
pada 1 MSPT sedangkan pada 2 sampai 8 MSPT berpengaruh nyata serta interaksi
Tabel 2. Jumlah daun tomat pada umur 8 MSPT pada berbagai dosis pupuk phospat dan pemberian berbagai bahan organik (helai).
Bahan Organik
Phospat B1 B2 B3 B4 Rataan
………...Helai………..………
P0 38.67 34.56 40.78 34.55 37.14
P1 36.11 36.11 49.78 43.22 41.31
P2 35.56 38.44 45.22 45 41.06
Total 36.78b 36.37b 45.26a 40.93ab
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 2 menunjukkan jumlah daun terbanyak terdapat pada
B3 (45.26 helai) yang berbeda tidak nyata dengan B4 tetapi berbeda nyata dengan
B1 dan B2.
Tabel 2 juga menunjukkan jumlah daun terbanyak cenderung pada
P1 (41.31 helai) yang berbeda tidak nyata dengan P2 dan P0.
36.22 36.37 44.93 39.92 20 30 40 50
B1 B2 B3 B4
Bahan Organik J u m la h D a u n ( h e la i) B1 B2 B3 B4
Gambar 4.Jumlah daun tanaman tomat umur 8 MSPT pada berbagai macam bahan organik
Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa jumlah daun pada perlakuan berbagai
[image:41.595.115.507.383.612.2]0 10 20 30 40
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu setelah pindah tanam
[image:42.595.117.507.89.338.2]Ju m lah d a u n ( H e lai ) P0 P1 P2
Gambar 5.Perkembangan jumlah daun umur 1 sampai 8 MSPT pada berbagai dosis pupuk phospat
Dari gambar 5 dapat dilihat perkembangan jumlah daun dengan pemberian
pupuk phospat setiap minggunya menunjukkan kurva sigmoid.
0 10 20 30 40 50
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu setelah pindah tanam
Ju m lah d au n ( H el ai ) B1 B2 B3 B4
Gambar 6.Perkembangan jumlah daun umur 1 sampai 8 MSPT pada berbagai bahan organik
Dari gambar 6 dapat dilihat perkembangan jumlah daun dengan pemberian
[image:42.595.117.506.411.641.2]Diameter Batang (mm)
Data pengamatan dimeter batang dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat
pada lampiran 33-38 yang menunjukkan perlakuan pupuk phospat berpengaruh
tidak nyata pada 1 MSPT sedangkan pada 3 sampai 8 MSPT berpengaruh nyata
dan bahan organik berpengaruh nyata pada 1 sampai 7 MSPT serta interaksi
kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata pada 1 dan 3 MSPT sedangkan pada
[image:43.595.115.513.305.424.2]5 sampai 7 MSPT berpengaruh nyata.
Tabel 3. Diameter batang tomat pada umur 7 MSPT pada berbagai dosis pupuk phospat dan pemberian berbagai bahan organik (mm).
Bahan Organik
Phospat B1 B2 B3 B4 Rataan
………..………..mm……….
P0 10.04ab 9.69bc 10.25a 8.97ef 9.74
P1 9.01def 9.26cde 9.37cd 9.63bcd 9.32
P2 9.40cd 8.68f 9.64bc 8.57f 9.08
Rataan 9.48 9.21 9.75 9.06
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 3 menunjukkan pada pemberian kompos blotong tebu (B1) diameter
terbesar diperoleh pada P0 (10.04 mm) yang berbeda nyata dengan P1 dan P2,
pada pemberian pupuk kandang ayam (B2) diameter terbesar diperoleh pada P0
(9.69 mm) yang berbeda tidak nyata dengan P1 tetapi berbada nyata dengan P2,
pada pemberian kompos tandan kosong sawit (B3) diameter terbesar diperoleh
pada P0 (10.25 mm) yang berbeda nyata dengan P1 dan P2, pada pemberian
kompos sampah kota (B4) diameter terbesar diperoleh pada P1 (9.63 mm) yang
y = -0.0202x + 9.7161 R2 = 0.992
y = 0.0011x2 - 0.0692x + 10.037
R2 = 1
Ymin=8,94 pada P=31.45g y = 0.0009x2 - 0.0583x + 10.247
R2 = 1
Ymin=9.30 pada P=32.38
y = -0.0014x2 + 0.0612x + 8.9667
R2 = 1
Ymax=8.95 pada P=43.71
8.40
8.60
8.80
9.00
9.20
9.40
9.60
9.80
10.00
10.20
10.40
0
25
50
Phospat (g)
D
iam
et
e
r b
a
tan
g
(
mm
)
B1
B2
B3
B4
r
Gambar 7. Pengaruh pupuk phospat terhadap diameter batang umur 7 MSPT pada berbagai bahan organik.
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa diameter batang terbesar pada
kompos blotong tebu sebesar 8.94 mm dengan dosis pupuk phospat 31.45 g dan
pada kompos tandan kosong sawit sebesar 9.30 mm dengan dosis pupuk phospat
32.38 g dan pada kompos sampah kota sebesar 8.95 mm pada dosis pupuk
phospat 43.71 g dan pada pupuk kandang ayam penurunan diameter batang
0 2 4 6 8 10
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu setelah pindah tanam
D
ia
m
et
er b
a
ta
n
g
(
m
m
)
P0
P1
[image:45.595.117.505.89.391.2]P2
Gambar 8.Perkembangan diameter batang umur 1 sampai 7 MSPT pada berbagai dosis pupuk phospat
Dari gambar 8 dapat dilihat perkembangan diameter batang dengan
0 2 4 6 8 10
0 1 2 3 4 5 6 7
Minggu setelah pindah tanam
D
iam
ete
r b
ata
n
g
(m
m
)
[image:46.595.119.506.89.318.2]B1 B2 B3 B4
Gambar 9.Perkembangan diameter batang umur 1 sampai 7 MSPT pada berbagai bahan organik
Dari gambar 9 dapat dilihat perkembangan tinggi tanaman dengan
pemberian berbagai bahan organik setiap minggunya menunjukkan kurva
sigmoid.
Produksi Per Sampel (g)
Data pengamatan produksi per sampel dan daftar sidik ragamnya dapat
dilihat pada lampiran 39-40 yang menunjukkan perlakuan pupuk phospat
berpengaruh nyata dan bahan organik berpengaruh nyata serta interaksi kedua
[image:46.595.112.513.612.727.2]perlakuan berpengaruh tidak nyata
Tabel 4. Produksi per sampel tomat pada berbagai dosis pupuk phospat dan pemberian berbagai bahan organik (g).
Bahan Organik
Phospat B1 B2 B3 B4 Rataan
……..……….g……….
P0 398.89 255.56 720 520.56 473.75b
P1 436.67 388.33 1020.56 543.45 597.25a
P2 436.67 241.78 491.56 334.44 376.11c
Rataan 424.07bc 295.22c 744.04a 466.15b
Tabel 4 menunjukkan produksi per sampel tertinggi pada perlakuan pupuk
phospat terdapat pada perlakuan P1 (597.25 g) yang berbeda nyata dengan P0 dan
P2 sedangkan pada perlakuan bahan organik tertinggi pada B3 (744.04 g) yang
berbeda nyata dengan B1, B2 dan B4
= -0.2757P2 + 11.833P + 473.75
R2 = 1
Y Maks = 600.71 g pada P = 21.45 g
200 300 400 500 600 700
0 25
Phospat (g)
P
ro
d
u
k
s
i
p
e
r
s
a
m
p
e
l
(g
)
[image:47.595.120.499.193.472.2]50
Gambar 10. Produksi per sampel tanaman tomat pada berbagai dosis pupuk phospat
Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat bahwa hubungan antara dosis pupuk
phospat dengan produksi per sampel bersifat kwadratik dengan dimana produksi
424.07 295.22 744.04 466.15 0 200 400 600 800
B1 B2 B3 B4
[image:48.595.144.503.95.300.2]Bahan Organik P ro d u k s i p e r s a m p e l ( g )
B1
B2
B3
B4
Gambar 11. Produksi per sampel tanaman tomat pada berbagai bahan organik
Dari gambar 11 dapat dilihat bahwa hubungan produksi per sampel pada
perlakuan berbagai bahan organik tertinggi adalah B3(744.04 g) diikuti
B4(466.15 g), B2(424.07 g) dan B1(295.22 g).
Produksi Per Plot (g)
Data pengamatan produksi per sampel dan daftar sidik ragamnya dapat
dilihat pada lampiran 41-42 yang menunjukkan perlakuan pupuk phospat
berpengaruh nyata dan bahan organik berpengaruh nyata serta interaksi kedua
[image:48.595.111.514.602.720.2]perlakuan berpengaruh tidak nyata
Tabel 5. Produksi per plot pada berbagai dosis pupuk phospat dan pemberian berbagai bahan organik.
Bahan Organik
Phospat B1 B2 B3 B4 Rataan
……….g……….
P0 1576.67 915 2581.67 968.33 1510.42b
P1 2110 2156.67 3436.67 2256.67 2490a
P2 2376.67 1293.33 2268.33 1558.33 1874.17b Rataan 2021.11b 1455.00c 2762.22a 1594.44bc
Tabel 5 menunjukkan produksi per plot tertinggi pada perlakuan pupuk
phospat terdapat pada perlakuan P1 (4290 g) yang berbeda nyata dengan P0 dan
P2 sedangkan pada perlakuan bahan organik terdapat pada B3 (2762.22 g) yang
berbeda nyata dengan B1, B2 dan B4
= -1.2763P
2+ 71.091P + 1510.4
R
2= 1
Y Maks = 2500.35 g pada P = 27.85 g
1000
1500
2000
2500
3000
0
25
Phospat (g)
Pr
o
d
u
k
s
i p
e
r
p
lo
t
(g
)
[image:49.595.133.504.208.445.2]50
Gambar 12. Produksi per plot tanaman tomat pada berbagai dosis pupuk phospat
Berdasarkan Gambar 12 dapat dilihat bahwa hubungan antara dosis pupuk
phospat dengan produksi per plot bersifat kwadratik dimana produksi per plot
2021.11 1455 2762.22 1594.44 1000 1500 2000 2500 3000
B1 B2 B3 B4
[image:50.595.118.504.93.348.2]Bahan Organik P ro d u k s i p e r p lo t (g )
B1
B2
B3
B4
Gambar 13. Produksi per plot tanaman tomat pada berbagai bahan organik
Dari gambar 13 dapat dilihat bahwa hubungan produksi per plot pada
perlakuan berbagai bahan organik tertinggi adalah B3(2762.22 g) diikuti
B2(2021.11 g), B3(1594.44 g) dan B2(1455 g).
Berat Rata-Rata per Buah (g)
Data pengamatan berat rata-rata per buah dan daftar sidik ragamnya dapat
dilihat pada lampiran 43-44 yang menunjukkan perlakuan pupuk phospat dan
bahan organik serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.
Tabel 6.Berat rata-rata per buah pada berbagai dosis pupuk phospat dan pemberian berbagai bahan organik (g)
Bahan Organik
Phospat B1 B2 B3 B4 Rataan
………...g………...
P0 33 33.63 34.18 31.27 33.02
P1 36.98 30.03 32.55 38.54 34.53
P2 30 30.47 32.15 33.94 31.64
[image:50.595.113.513.617.739.2]Tabel 6 menunjukkan berat rata-rata per buah pada perlakuan pupuk
phospat cenderung pada P1 (34.53 g) yang berbeda tidak nyata dengan P2 dan P0
sedangkan pada perlakuan bahan organik cenderung pada B4 (34.59 g) yang
berbeda tidak nyata dengan P2 dan P0.
Jumlah Buah per Plot (Buah)
Data pengamatan jumlah buah per plot dan daftar sidik ragamnya dapat
dilihat pada lampiran 45-46 yang menunjukkan perlakuan pupuk phospat
berpengaruh nyata dan bahan organik berpengaruh nyata serta interaksi kedua
perlakuan berpengaruh tidak nyata
Tabel 7. Jumlah buah per plot pada berbagai dosis pupuk phospat dan pemberian berbagai bahan organik.
Bahan Organik Phospat
B1 B2 B3 B4 Rataan
………Buah………..
P0 48.33 27 76.33 30.67 45.58c
P1 57.33 76 105 61.33 74.92a
P2 80.67 43 72.67 46.67 60.75b
Rataan 62.11b 48.67c 84.67a 46.22c
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.
Tabel 7 menunjukkan jumlah buah per plot terbanyak pada perlakuan
pupuk phospat terdapat pada perlakuan P1 (74.92 buah) yang berbeda nyata
dengan P0 dan P2 sedangkan pada perlakuan bahan organik terdapat pada B3
y = -0.0348x2 + 2.0438x + 45.58 R2 = 1
Ymaks=75.59 pada P=29.36
[image:52.595.121.502.89.295.2]0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 25 Phospat (g) J u ml a h bua h pe r pl ot (B u a h) 50
Gambar 14. Jumlah buah per plot tanaman tomat pada berbagai dosis pupuk phospat
Berdasarkan Gambar 14 dapat dilihat bahwa hubungan antara dosis pupuk
phospat dengan jumlah buah per plot bersifat kwadratik dimana jumlah buah per
plot terbanyak sebesar 75.59 buah pada dosis pupuk phospat 29.36 g per tanaman.
62.11 48.67 84.67 46.22 0.00 9.00 18.00 27.00 36.00 45.00 54.00 63.00 72.00 81.00 90.00
B1 B2 B3 B4
Bahan organik (g)
J um la h B ua h pe r pl ot ( g) B1 B2 B3 B4
Gambar 15. Jumlah buah per plot tanaman tomat pada berbagai bahan organik
Dari gambar 15 dapat dilihat bahwa hubungan jumlah buah per plot pada
perlakuan berbagai bahan organik tertinggi adalah B3(84.67 buah) diikuti
[image:52.595.117.506.409.622.2]0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60
P0B 1
P0B 2
P0B 3
P0B 4
P1B 1
P1B 2
P1B 3
P1B 4
P2B 1
P2B 2
P2B 3
[image:53.595.130.502.86.571.2]P2B 4
Pembahasan
Respon Pertumbuhan dan Produksi Tomat(Solanum licopersicum Mill.) dengan Pemberian Pupuk Phospat
Dari data pengamatan dan hasil analisis secara statistik maka diperoleh
bahwa perlakuan dosis pupuk phospat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,
diameter batang, produksi per sampel, produksi per plot, jumlah buah per plot.
Serta berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun dan berat rata-rata per buah.
Pemberian pupuk phospat terhadap produksi per sampel dan produksi per
plot menunjukkan pengaruh yang nyata. Dari hasil rataan produksi per sampel
diperoleh bahwa perlakuan pupuk phospat memberikan hasil tertinggi pada dosis
P1(25 g/tanaman) yaitu sebesar 597.25g demikian juga pada rataan produksi per
plot memberikan hasil tertinggi pada dosis P1 yaitu sebesar 2490g hal ini
dikarenakan peningkatan kadar phospat di dalam tanah pada taraf yang tepat akan
meningkatkan produksi. Pengaruh nyata terhadap jumlah buah per plot
disebabkan penyerapan phospat yang baik oleh tanaman yang mana dalam
tanaman phospat akan mempengaruhi pembungaan tanaman yang akan
mempengaruhi produksi tanaman. Hal ini sesuai dengan Wiryanta (2004) yang
menyatakan bahwa fungsi phospat adalah untuk pertumbuhan bunga dan
pemasakan buah, kekurangan unsur P pada tanaman tomat akan menyebabkan
pertumbuhan generatifnya terganggu.
Pemberian pupuk phospat yang tidak nyata pada jumlah daun dan berat
rata-rata per buah diduga dikarenakan pengaruh sifat genetik tanaman walaupun
Respon Pertumbuhan dan Produksi Tomat(Solanum licopersicum Mill.) dengan Pemberian Berbagai Bahan Organik
Dari data pengamatan dan hasil analisis secara statistik maka diperoleh
bahwa perlakuan berbagai bahan organik berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun, produksi per sampel, produksi per plot, jumlah buah per plot. Serta
berpengaruh tidak nyata terhadap dan berat rata-rata per buah.
Pemberian bahan organik berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dimana
jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan B3 (kompos tandan kosong sawit)
sebanyak 45.26 helai hal ini dikarenakan N yang terkandung dalam B3 lebih besar
dibandingkan dengan yang terkandung pada bahan organik lainnya yang
ditambahkan ke dalam media yaitu sebesar 2.45% yang mana unsur N merupakan
unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman selama masa vegetatif.
Dari hasil rataan produksi persampel diperoleh bahwa perlakuan bahan
organik memberikan hasil tertinggi pada kompos tandan kosong sawit sebesar
744.04g demikian juga pada rataan produksi per plot memberikan hasil tertinggi
pada perlakuan kompos tandan kosong sawit sebesar 2762.22g. Hal ini
dikarenakan kandungan hara yang terdapat pada tandan kosong sawit yang jauh
lebih tinggi apabila di bandingkan dengan kandungan hara pada bahan organik
lainnya terutama unsur P sebesar 0.25 % sehingga P akan mempengaruhi
produksi tanaman tomat. Dari hasil analisis serapan P dapat dilihat bahwa tomat
menyerap P pada kompos tandan kosong sawit tertinggi pada taraf P0 yang
artinya P yang terkandung dalam kompos tandan kosong sawit sudah tinggi
sesuai dengan Redaksi Agromedia (2007) yang menyatakan bahwa phospat
berperan penting untuk merangsang pembentukan bunga, buah dan biji selain juga
untuk merangsang pemasakan buah. Selain itu pada kompos tandan kosong sawit
juga terdapat kandungan bahan organik yang tinggi yaitu sebesar 62.70 % yang
befungsi untuk memperbaiki stuktur tanah sehingga penyerapan hara oleh
tanaman akan semakin baik yang akan mempengaruhi priduksi tanaman tomat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sherma et al (1974 dalam Kepala Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, 2002) bahwa bahan organik
diperlukan oleh tanaman selain sebagai sumber nutrisi, juga sebagai bahan yang
digunakan untuk perbaikan struktur tanah. Selain itu juga dipengaruhi oleh unsur
hara yang berasal dari dalam tanah dapat diserap tanaman dengan baik karena
hara berada dalam keadaan yang tersedia bagi tanaman Hal ini sesuai dengan
pernyataan Murbandono (2003) yang menyatakan bahwa pemberian bahan
organik berpengaruh besar terhadap sifat-sifat tanah. Daya mengikat unsur kimia
yang baik sehingga menyebabkan unsur kimia itu tidak tercuci dan membuat
keadaan hara tetap tersedia di dalam tanah. Selanjutnya tanaman akan
mendapatkan suplai hara untuk pertumbuhan dan dapat meningkatkan produksi
tanaman pernyataan ini juga didukung oleh Sutanto (2006) yang menyatakan
bahwa pupuk organik dapat mempengaruhi sifat kimia tanah yaitu kapasitas tukar
kation (KTK) dan ketersediaan hara meningkat dengan penggunaan bahan
organik. Asam yang dikandung humus akan membantu meningkatkan proses
pelapukan bahan mineral. Hal ini juga di dukung oleh pernyataan
Aisyah (1982 dalam Andayani dan Hayat, 2008) bahwa pemberian bahan organik
dan P serapan akibatnya pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman akan semakin
meningkat. Bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan P tanah melalui hasil
dekomposisi yang menghasilkan asam-asam organik dan CO2.
Pemberian bahan organik menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
jumlah buah per plot yang mana jumlah buah per plot ternanyak terdapat pada B3
(kompos tandan kosong sawit) yaitu sebesar 84.67 buah hal ini terjadi kerana
kandungan hara yang terdapat pada kompos tandan kosong sawit jauh lebih tnggi
apabila dibandingkan dengan bahan organik lainnya terutana unsur P sebesar
0.25% yang mana unsur ini sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan
generatifnya.
Pemberian bahan organik yang tidak nyata pada berat rata-rata per buah
diduga dikarenakan lebih dominan sifat genetik tanaman daripada perlakuan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Knight (1979) yang menyatakan bahwa sifat daya
hasil ditentukan oleh penampilan banyak gen (gen minor) yang masing-masing
memberikan efek penampilan yang sangat kecil terhadap sifat yang ditampakkan.
Respon Pertumbuhan dan Produksi Tomat(Solanum licopersicum Mill.) dengan Pemberian Pupuk Phospat dan Berbgai Bahan Organik
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa hasil interaksi antara
dosis pupuk phospat dan berbagai bahan organik memberikan pengaruh yang
nyata terhadap tinggi tanaman dimana tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan
P1B4 sebesar 153.09 cm dan diameter batang terbesar pada perlakuan P0B3
tanaman akan semakin baik dengan ini maka penyerapan hara dari dalam tanah
akan semakin baik pula, dan salah satu unsur yang diserap dengan baik ini adalah
phospat yang mana salah satu fungsinya adalah untuk pertumbuhan akar tanaman.
Hai ini sesuai dengan Premono dan Widayati (2000) yang menyatakan bahwa
peranan bahan organik sangat vital dalam mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas lahan melalui mekanisme perbaikan sifat fisik, kimia, biologi tanah
dan didukung dengan Wiryanta (2002) yang menyatakan bahwa phospat adalah
hara penting bagi pertanaman tomat yang berperan penting dalam penyusunan inti
sel lemak dan protein tanaman. Selain itu juga berperan dalam pertumbuhan akar.
Kekurangan unsur phospat dalam pertanaman tomat akan mengakibatkan
pertumbuhan akar dan pertumbuhan generatifnya terganggu.
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa hasil interaksi antara
dosis pupuk phospat dan berbagai bahan organik memberikan pengaruh tidak
nyata terhadap jumlah daun, produksi per sampel, produksi per plot, berat
rata-rata per buah dan jumlah buah per plot. Hal ini dikarenakan antara perlakuan
pupuk phospat dan bahan organik terdapat faktor yang lebih dominan
dibandingkan dengan faktor lainnya sehingga faktor yang lebih dominan menutupi
yang lainnya. Poerwowidodo (1992) menyatakan bahwa bila salah satu faktor
berpengaruh lebih kuat daripada faktor lainnya, maka pengaruh faktor tersebut
tertutupi dan bila masing – masing faktor mempunyai sifat yang jauh berbeda
pengaruh dan sifat kerjanya maka akan menghasilkan hubungan yang berpengaruh
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Respon pertumbuhan tomat terhadap pemberian pupuk phospat nyata
meningkatkan tinggi tanaman dan diameter batang tetapi tidak nyata
meningkatkan jumlah daun sedangkan pada produksi tomat nyata
meningkatkan produksi per sampel, produksi per plot, dan jumlah buah per
plot tetapi tidak nyata meningkatkan berat rata-rata per buah.
2. Respon pertumbuhan tomat terhadap pemberian berbagai bahan organik nyata
meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang sedangkan
pada produksi tomat nyata meningkatkan produksi per sampel, produksi per
plot dan jumlah buah per plot tetapi tidak nyata meningkatkan berat rata-rata
per buah.
3. Respon pertumbuhan tomat terhadap interaksi antara pupuk phospat dan
berbagai bahan organik nyata meningkatkan tinggi tanaman dan diameter
batang tetapi tidak nyata meningkatkan jumlah daun sedangkan pada produksi
tomat tidak nyata terhadap semua parameter.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dengan dosis pupuk phospat
yang berbeda dan jenis bahan organik yang lebih bervariasi pada pertanaman
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, S dan E.S. Hayat. 2008. Nilai pH tanah, KTK, P-tersedia, Konsentrasi P dan Hasil Jagung Manis (Zea Mays Saccatara Sturt) Akibat Pemberian Pupuk SP-36 dan Pupuk kandang sapi pada Fluventic Eurodepts. www. Adobe.com/ rdrmessage Created ENU. Diakses tgl.28 mei 2008.
Baharsyah, J.S. 2007. Mengkonveri Air dengan Limbah Pabrik Gula. Fakultas Pertanian IPB. www. google.com .
Gomez, A.K dan A.A. Gomez, 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian, UI-Press, Jakarta.
Hakim, N;M.Y. Nyakpa;A.M.Lubis;S.G.Nugraha;M.R. Saul;M.A. Diha;Go Ban Hong dan H.H. Beiley. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
http: // Bapedal-Jatim /info/ index. Php? Option. 2008. Kompos Sampah Kota. Diakses tanggal 20 Juni 2008.
http: // Kompster – Biophosko- Model Komersial. Rotary-Kiln.htm. 2008. Kompos Sampah Kota. Diakses tanggal 20 juni 2008.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2002. Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk Organik Terhadap Hasil Kentang Dataran Medium pada Lahan Sawah. Jurnal Hortik