• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pencuci Piring Di Beberapa Restoran Medan Mengenai Dermatitis Kontak Iritan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pencuci Piring Di Beberapa Restoran Medan Mengenai Dermatitis Kontak Iritan"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pencuci Piring

Di Beberapa Restoran Medan Mengenai Dermatitis

Kontak Iritan

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

Lee Muh Teck

100100282

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

ABSTRAK

Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non imunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen ataupun endogen. Secara garis besar, dermatitis kontak ini diklasifikasikan menjadidua bagian besar, yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi.Risiko kejadian dermatitis kontak iritan (DKI) meningkat dengan riwayat pajanan terhadap bahan deterjen atau sabun yang telah terjadi sepanjang masa. Diagnosis DKI mudah ditegakkan pada kontak iritan kuat, misalnya asam kuat, karena gejala timbul beberapa menit setelah pajanan. Diagnosis menjadi sulit ditegakkan pada kontak iritan lemah yang menyebabkan dermatitis kronik atau subakut, misalnya pada cuci tangan berulang. Pengobatan DKI meliputi penghindaran bahan iritan dan alergen, penggunaan pelembab, kortikosteroid topikal, dan bahan imunosupresif nonsteroid. Pencegahan juga merupakan bagian penting dari tatalaksana DKI. Desain penelitian ini adalah deskriptif cross sectional. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 50 orang pencuci piring yang berkerja di beberapa restoran, Jalan Iskandar Muda Medan. Penelitian dilakukan mulai dari bulan September 2013 sampai November 2013. Sampel pada penelitian ini sebanyak 50 pencuci piring, cara pengumpulan data yang telah digunakan adalah dengan cara penyebaran angket, yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner dilakukan uji validitas isi terlebih dahulu.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, perilaku dan sikappencuci piring terhadap dermatitis kontak iritan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan pekerja pencuci piring di beberapa restoran Medan, mayoritas memiliki kategori pengetahuan yang kurang, yaitu sebanyak 58.0%, pengetahuan yang cukup sebanyak 32.0% dan pengetahuan yang baik adalah 10.0%. Bagi sikap pula, 46.0% responden dengan sikap yang kurang, 42.0% dengan sikap cukup dan 12.0% dengan sikap yang baik. Untuk perilaku, 48.0% responden dengan perilaku kurang, 42.0% dengan perilaku cukup dan 10.0% dengan perilaku yang baik.

(4)

ABSTRACT

Irritant contact dermatitis is a non immunologic inflammatory reaction of the skin caused by contact with exogenous or endogenous factors. In outline, contact dermatitis is classified into two major parts, namely irritant contact dermatitis and allergic contact dermatitis.Irritant contact dermatitis risk event increased with a history of exposure to detergent or soap substances that have occurred over time. The diagnosis is considerably more difficult to make, however, when contacted to minor irritants, causing subacute to chronic dermatitis, such as because of frequent hand washing. Treatment of ICD consists of avoiding the known irritants or allergens, using moisturizers, topical corticosteroids or, nonsteroids immunosuppressive agents. Prevention plays an important role in management ICD among elderly.

The design of this research is descriptive cross sectional with a sum of 50 dish washers who work in the restaurant near Jalan Iskandar Muda, Medan. The research is conducted from September 2013 untill November 2013.Total sampel needed to conduct this research was 50 dish washers, which was conducted by distributing questionnaires which was validated earlier.

The aim of this research is to find out the knowledge level of dish washers, who work in the restaurant near Jalan Iskandar Muda, Medan on irritant contact dermatitis. According to the result of the research, it is concluded that the knowledge level of the dish washers who who work in the restaurant near Jalan Iskandar Muda, Medan, 58.0% of them with low knowledge, followed by 32.0% of them with enough knowledge and 10.0% with good knowledge on irritant contact dermatitis. For their attitudes, 46.0% of them with low attitudes, followed by 42.0% of them with enough attitudes and 12.0% with good attitudes on irritant contact dermatitis. For their behaviours, 48.0% of them with low behaviours, followed by 42.0% of them with enough behaviours and 10.0% with good behaviours on irritant contact dermatitis.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, proposal penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis serta kepada dosen pembimbing penulisan karya tulis ilmiah ini, dr. Rointan Simanungkalit, SpKK (K) yang dengan sepenuh hati telah meluangkan waktu dan tenaga untuk mendukung, membimbing, dan mengarahkan penulisan mulai dari awal penyusunan proposal penelitianini hingga memberikan rekomendasi yang sangat berguna saat pelaksanaan penelitian ini di lapangan nantinya.

Konsep cakupan belajar sepanjang hayat dan pengembangan pengetahuan baru telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan, Perilaku Dan Sikap Pencuci Piring Di Beberapa Restoran Medan Mengenai Dermatitis Kontak Iritan”. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2013 Penulis,

Lee Muh Teck (100100282)

(6)

DAFTAR ISI

2.1.1. Definisi Dermatitis Kontak ... 4

2.1.2. Definisi Dermatitis Kontak Iritan ... 4

2.2. Epidemiologi... 4

2.5.1. Dermatitis Kontak Iritan Akut ... 7

2.5.2. Dermatitis Kontak Iritan Kronis ... 8

2.5.3.Dermatitis Kontak Iritan Akibat Deterjen ... 8

2.6. Histopatologik ... 9

2.12. Tingkatan Pengetahuan ... 12

2.12.1. Definisi Tingkatan Pengetahuan ... 12

2.12.2. Tingkatan Pengetahuan Dalam Domain Kognitif ... 12

2.12.3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 12

2.13. Sikap ... 13

2.13.1. Definisi Sikap... 13

2.13.2. Komponen Sikap ... 13

2.13.3. Tingkatan Sikap ... 14

(7)

2.14.1. Definisi Perilaku ... 14

2.14.2.Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku ... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 16

3.2. Definisi Operasional... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Jenis Penelitian ... 18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 18

4.2.2. Waktu Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel ... 18

4.3.1. Populasi ... 18

4.3.2. Sampel ... 18

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 20

4.5. Pengolahan Data ... 24

4.6. Metode Analisis Data ... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 25

5.3 Hasil Analisa Data dan Pembahasan ... 26

5.3.1 Hasil Analisa Data ... 26

5.3.3 Sikap Mengenai Dermatitis Kontak Iritan ... 29

5.3.4 Perilaku Mengenai Dermatitis Kontak Iritan ... 31

5.4. Pembahasan ... 34

5.4.1. Pengetahuan Responden ... 34

5.4.2. Sikap responden ... 35

5.4.3 Perilaku responden ... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

6.1 Kesimpulan ... 37

6.2 Saran ... 38

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 25

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 27

Tabel 5.3 Distribusi hasil uji tingkat pengetahuan responden ... 27

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan umur ... 27

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin ... 27

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan ... 28

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan pengalaman kerja ... 28

Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Responden Menurut Pertanyaan Mengenai Sikap ... 29

Tabel 5.9 Distribusi hasil uji sikap responden ... 29

Tabel 5.10 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan umur ... 30

Tabel 5.11 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan jenis kelamin ... 30

Tabel 5.12 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan pend idikan ... 30

Tabel 5.13 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan pengalaman kerja ... 31

Tabel 5.14 Distribusi Jawaban Responden Menurut Pertanyaan Mengenai Perilaku ... 31

Tabel 5.15 Distribusi hasil uji perilaku responden ... 32

Tabel 5.16 Distribusi frekuensi perilaku berdasarkan umur ... 32

Tabel 5.17 Distribusi frekuensi perilaku berdasarkan jenis kelamin ... 33

Tabel 5.18 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan pendidikan ... 33

(9)

DAFTAR ISTILAH

WHO World Health Organisation DKI Dermatitis Kontak Iritan IL Interleukin

GM-CSF Granulocyte-macarophage colony-stimulating factor TNF Tumor necrosis factor

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN LAMPIRAN 2 LEMBAR PERSETUJUAN LAMPIRAN 3 KUESIONER

(11)

ABSTRAK

Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non imunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen ataupun endogen. Secara garis besar, dermatitis kontak ini diklasifikasikan menjadidua bagian besar, yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi.Risiko kejadian dermatitis kontak iritan (DKI) meningkat dengan riwayat pajanan terhadap bahan deterjen atau sabun yang telah terjadi sepanjang masa. Diagnosis DKI mudah ditegakkan pada kontak iritan kuat, misalnya asam kuat, karena gejala timbul beberapa menit setelah pajanan. Diagnosis menjadi sulit ditegakkan pada kontak iritan lemah yang menyebabkan dermatitis kronik atau subakut, misalnya pada cuci tangan berulang. Pengobatan DKI meliputi penghindaran bahan iritan dan alergen, penggunaan pelembab, kortikosteroid topikal, dan bahan imunosupresif nonsteroid. Pencegahan juga merupakan bagian penting dari tatalaksana DKI. Desain penelitian ini adalah deskriptif cross sectional. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 50 orang pencuci piring yang berkerja di beberapa restoran, Jalan Iskandar Muda Medan. Penelitian dilakukan mulai dari bulan September 2013 sampai November 2013. Sampel pada penelitian ini sebanyak 50 pencuci piring, cara pengumpulan data yang telah digunakan adalah dengan cara penyebaran angket, yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner dilakukan uji validitas isi terlebih dahulu.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, perilaku dan sikappencuci piring terhadap dermatitis kontak iritan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan pekerja pencuci piring di beberapa restoran Medan, mayoritas memiliki kategori pengetahuan yang kurang, yaitu sebanyak 58.0%, pengetahuan yang cukup sebanyak 32.0% dan pengetahuan yang baik adalah 10.0%. Bagi sikap pula, 46.0% responden dengan sikap yang kurang, 42.0% dengan sikap cukup dan 12.0% dengan sikap yang baik. Untuk perilaku, 48.0% responden dengan perilaku kurang, 42.0% dengan perilaku cukup dan 10.0% dengan perilaku yang baik.

(12)

ABSTRACT

Irritant contact dermatitis is a non immunologic inflammatory reaction of the skin caused by contact with exogenous or endogenous factors. In outline, contact dermatitis is classified into two major parts, namely irritant contact dermatitis and allergic contact dermatitis.Irritant contact dermatitis risk event increased with a history of exposure to detergent or soap substances that have occurred over time. The diagnosis is considerably more difficult to make, however, when contacted to minor irritants, causing subacute to chronic dermatitis, such as because of frequent hand washing. Treatment of ICD consists of avoiding the known irritants or allergens, using moisturizers, topical corticosteroids or, nonsteroids immunosuppressive agents. Prevention plays an important role in management ICD among elderly.

The design of this research is descriptive cross sectional with a sum of 50 dish washers who work in the restaurant near Jalan Iskandar Muda, Medan. The research is conducted from September 2013 untill November 2013.Total sampel needed to conduct this research was 50 dish washers, which was conducted by distributing questionnaires which was validated earlier.

The aim of this research is to find out the knowledge level of dish washers, who work in the restaurant near Jalan Iskandar Muda, Medan on irritant contact dermatitis. According to the result of the research, it is concluded that the knowledge level of the dish washers who who work in the restaurant near Jalan Iskandar Muda, Medan, 58.0% of them with low knowledge, followed by 32.0% of them with enough knowledge and 10.0% with good knowledge on irritant contact dermatitis. For their attitudes, 46.0% of them with low attitudes, followed by 42.0% of them with enough attitudes and 12.0% with good attitudes on irritant contact dermatitis. For their behaviours, 48.0% of them with low behaviours, followed by 42.0% of them with enough behaviours and 10.0% with good behaviours on irritant contact dermatitis.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non imunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen ataupun endogen. Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit ini (Wolff, 2008).

Secara garis besar, dermatitis kontak ini diklasifikasikan menjadi dua bagian besar, yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi, keduanya dapat bersifat akut dan kronis. Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi perandangan non-imunologik, jadi kerusakan kulit langsung tanpa didahului proses sensitasi. Sebaliknya, dermatitis kontak alergik terjadi seseorang yang telah mengalami sensitif terhadap suatu allergen (Djuanda, 2008).

Dari data yang didapatkan dari U.S. Bureau of Labour Statistic menunjukkan bahwa 249.000 kasus penyakit okupasional nonfatal pada tahun 2004 untuk kedua jenis kelamin, 15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang merupakan penyebab kedua terbesar untuk semua penyakit okupational.(Wolff, 2008) Di Jerman, angka insiden DKI adalah 4,5 setiap 10.000 pekerja, dimana insiden tertinggi ditemukan pada penata rambut (46,9 kasus per 10.000 pekerja setiap tahunnya), tukang roti dan tukang masak.(Hogan, 2010).Di RSUP H. Adam Malik Medan, selama tahun 2000 terdapat 731 pasien baru di poliklinik dimana 201 pasien (27,50%) menderita dermatitis kontak. Dari bulan Januari hingga Juni 2001 terdapat 270 pasien dengan 64 pasien (23,70%) menderita dermatitis kontak (Iwan Trihapsoro, 2003).

(14)

berkisar 9.09% hingga 20.95% dari seluruh dermatitis kontak (Donna, 2008). Zat yang menyebabkan DKI akut adalah zat yang cukup iritan untuk menyebabkan kerusakan kulit bahkan dalam sekali pajanan. Zat-zat yang dapat menyebabkan adalah asam pekat, basa pekat, cairan pelarut kuat, zat oksidator dan reduktor kuat. Sedangkan pada DKI kronis kerusakan terjadi setelah beberapa kali pajanan pada lokasi kulit yang sama, yaitu terhadap zat-zat iritan lemah seperti: air, deterjen, zat pelarut lemah, minyak dan pelumas. Zat-zat ini tidak cukup toksik untuk menimbulkan kerusakan kulit pada satu kali pajanan, melainkan secara perlahan-lahan hingga pada sutau saat kerusakannya, mampu menimbulkan inflamsi. Penyebab DKI kumulatif biasanya bersifat multifaktorial (Donna, 2009).

Dermatitis kontak iritan, termasuk akibat deterjen, biasanya memberikan gambaran sebagai berikut, kulit sedikit membengkak, terasa kaku dan tebal, kering dan pecah-pecah serta muncul lepuh berisi cairan. Hal ini timbul karena paparan berulang terhadap bahan tertentu, termasuk deterjen. Akibatnya, lapisan minyak dan kelembaban kulit yang terpapar akan hilang. Kerusakan ini menyebabkan deterjen dapat memasuki lapisan kulit lebih dalam dan mencetuskan reaksi peradangan. Reaksi inilah yang muncul sebagai kelainan kulit (Zain, 2009).

(15)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan, perilaku dan sikap pencuci piring di beberapa restoran Medan mengenai Dermatitis Kontak Iritan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pencuci piring terhadap dermatitis kontak iritan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat pengetahuan pencuci piring mengenai definisi, penyebab dan gejala dari Dermatitis Kontak Iritan di beberapa restoran Medan.

2. Mengetahui sikap pencuci piring bagaimana tindakan bila terkena dari Dermatitis Kontak Iritan di beberapa restoran Medan.

3. Mengetahui perilaku pencuci piring tentang pencegahan dan pengobatan Dermatitis Kontak Iritan di beberapa restoran Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian kesehatan khususnya tentang Dermatitis Kontak Iritan.

2. Menambah pengetahuan yang berhubungan tentang faktor pekerjaan dengan masalah Dermatitis Kontak Iritan.

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

2.1.1. Definisi Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit.Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik; keduanya dapat bersifat akut maupun kronis (Djuanda, 2007).

2.1.2. Definisi Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non imunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen yang dipengaruhi faktor endogen. Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit ini (Wolff, 2008).

2.2. Epidemiologi

Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Data epidemiologi penderita dermatitis kontak iritan sulit didapat. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan cukup banyak, namun sulit untuk diketahui jumlahnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita yang tidak datang berobat dengan kelainan ringan (Djuanda, 2007).

(17)

Di Jerman, angka insiden DKI adalah 4,5 setiap 10.000 pekerja, dimana insiden tertinggi ditemukan pada penata rambut (46,9 kasus per 10.000 pekerja setiap tahunnya), tukang roti dan tukang masak. Berdasarkan jenis kelamin, DKI secara signifikan lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki. Tingginya frekuensi ekzem tangan pada wanita dibanding pria karena faktor lingkungan, bukan genetik (Hogan, 2010).

2.3. Etiologi

2.3.1. Faktor Eksogen

Selain dengan asam dan basa kuat, tidak mungkin untuk memprediksi potensi iritan suatu bahan kimia berdasarkan struktur molekulnya. Potensial iritan bentuk senyawa mungkin lebih sulit untuk diprediksi. Faktor-faktor yang dimaksudkan termasuk sifat kimia bahan iritan, yaitu pH, kondisi fisik, konsentrasi, ukuran molekul, jumlah, polarisasi, ionisasi, bahan dasar, kelarutan. Selain itu, sifat dari pajanan sepertu jumlah, konsentrasi, lamanya pajanan dan jenis kontak, pajanan serentak dengan bahan iritan lain dan jaraknya setelah pajanan sebelumnya juga turut menyebabkan DKI. Faktor lingkungan seperti lokalisasi tubuh yang terpajang dan suhu, dan faktor mekanik seperti tekanan, gesekan atau goresan, kelembapan lingkunan yang rendah dan suhu dingin menurunkan kadar air pada stratum korneum yang menyebabkan kulit lebih rentan pada bahan iritan (Wolff, 2008).

2.3.2. Faktor Endogen

2.3.2.1. Faktor genetik

(18)

2.3.2.2. Jenis Kelamin

Gambaran klinik dermatitis kontak iritan paling banyak pada tangan, dan wanita dilaporkan paling banyak dari semua pasien. Hubungan antara jenis kelamin dengan kerentanan kulit adalah karena wanita lebih banyak terpajan oleh bahan iritan, kerja basah dan lebih suka perawatan daripada laki-laki. Tidak ada pembedaan jenis kelamin untuk dermatitis kontak iritan yang ditetapkan berdasarkan penelitian (Wolff, 2008).

2.3.2.3. Umur

Anak-anak dibawah 8 tahun lebih mudah menyerap reaksi-reaksi bahan-bahan kimia dan bahan-bahan iritan lewat kulit.Banyak studi yang menunjukkan bahwa tidak ada kecurigaan pada peningkatan pertahanan kulit dengan meningkatnya umur. Data pengaruh umur pada percobaan iritasi kulit sangat berlawanan. Iritasi kulit yang kelihatan (eritema) menurun pada orang tua sementara iritasi kulit yang tidak kelihatan (kerusakan pertahanan) meningkat pada orang muda (Wolff, 2008).

2.3.2.4. Suku

Tidak ada penelitian yang mengatakan bahwa jenis kulit mempengaruhi berkembangnya dermatitis kontak iritan secara signifikan.Karena eritema sulit diamati pada kulit gelap, penelitian terbaru menggunakan eritema sebagai satu-satunya parameter untuk mengukur iritasi yang mungkin sudah sampai pada kesalahan interpretasi bahwa kulit hitam lebih resisten terhadap bahan iritan daripada kulit putih (Wolff, 2008).

2.3.2.5. Lokasi Kulit

Ada perbedaan lokasi kulit yang signifikan dalam hal fungsi pertahanan, sehingga kulit wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal tangan lebih rentan terhadap dermatitis kontak iritan, di mana telapak tangan dan kaki lebih resisten (Tony, 2010).

2.4. Patogenesis

(19)

oleh pelepasan mediator peradangan, khususnya sitokin dari sel kulit yang non-imun (keratinosit) yang mendapat rangsangan kimia. Proses ini tidaklah membutuhkan sensitasi sebelumnya. Kerusakan sawar kulit menyebabkan pelepasan sitokin-sitokin seperti Interleukin-1α (IL-1α), IL-1β, tumor necrosis factor -α (TNF-α). Pada dermatitis kontak iritan, diamati peningkatan TNF-a hingga sepuluh kali lipat dan granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) dan IL-2 hingga tiga kali lipat. TNF-α adalah salah satu sitokin

utama yang berperan dalam dermatitis iritan, yang menyebabkan peningkatan ekspresi Major Histocompatibility Complex (MHC) kelas II dan intracelluler adhesin molecul-I pada keratinosit (Wolff, 2008).

Rentetan kejadian tersebut menimbulkan peradangan klasik ditempatterjadinya kontak dikulit berupa eritema, edema, panas, dan nyeri bila iritan kuat.Ada dua jenis bahan iritan yaitu iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menyebabkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,sedangkan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena depilasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel yang di bawahnya oleh bahan iritan (Djuanda 2007).

2.5. Gambaran Klinis

Berdasarkan gejala klinis dermatitis kontak iritan ada dua yaitu dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis iritan kronik.

2.5.1. Dermatitis kontak iritan akut

(20)

spongiosis dan pembentukan microvesikel, eritema, indurasi, dan edema yang mengarah ke daerah yang menyakitkan lokal dari kulit (Johanson, 2011).

2.5.2. Dermatitis kontak iritan kronis

Distribusi penyakit ini biasanya pada tangan. Pada dermatitiskontak iritan kumulatif, biasanya dimulai dari sela jari tangan dan kemudian menyebar ke bagian dorsal dan telapak tangan.Pada ibu rumah tangga, biasanya dimulai dari ujung jari (pulpitis) (Richard, 2009).

DKI kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang berulang- ulang, dan mungkin bisa terjadi oleh karena kerjasama berbagai macam faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu memberi kelainan. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu-minggu atau berbulan-bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian.Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting (Djuanda, 2008).

Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal dan terjadi likenifikasi, batas kelainan tidak tegas.Bila kontak terus berlangsung maka dapat menimbulkan retak kulit yang disebut fisura. Adakalanya kelainan hanya berupa kulit kering dan skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian (Djuanda, 2008).

2.5.3. Dermatitis Kontak Iritan Akibat Deterjen

Stratum korneum di kulit sangat penting dalam membentuk penghalang terhadap lingkungan eksternal dan mencegah kehilangan air. Lapisan superfisial yang mengandung sel-sel epitel tertanam dalam lapisan ganda lemak, asam lemak, dan kolesterol dengan kadar air antara 20% dan 35%. Hampir semua bentuk dermatitis kontak iritan akibat detergen melibatkan gangguan dalam stratum korneum, tetapi dalam beberapa kasus didahului oleh respon inflamasi local (Adam, 2009). Deterjen menaturasi protein dan merusak membran sel. Oksidasi telah terbukti meningkatkan potensi iritan dari beberapa surfaktan (Tony, 2010).

(21)

peradangan dari iritan yang baik dan cukup kuat atau kontak dengan kulit untuk waktu yang cukup lama akan mengikis penghalang. Paparan berulang atau berat akan menyebar ke lapisan lebih dalam dari kulit dan endothelium (Adam, 2009).

2.6. Histopatologik

Gambaran histopatologik dermatitis kontak iritan tidak karakteristik. Pada DKI akut (oleh iritan primer), dalam dermis terjadi vasodilatasi dan sebukan sel mononuclear di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas. Eksositossi di epidermis diikuti spongiosis dan edema intrasel, dan akhirnya terjadi nekrosis epidermal. Pada keadaan berat kerusakan epidermis dapat menimbulkan vesikel atau bula. Di dalam vesikel atau bula ditemukan limfosit dan neutrophil (Djuanda, 2008).

2.7. Diagnosis

Diagnosis DKI didasarkan atas anamnesis dan gambaran klinis. Uji temple tidak dapat dilakukan pada stadium akut, karena akan memperberatkan penyakit. (Arif, 2008).

2.8. Penatalaksaan

Secara teoritis, pengobatannya sederhana-baik dengan mencegah agar tidak terjadi kontak antara pasien dengan iritan, atau dengan melindungi tangan mereka terhadap bahan tersebut.Tetapi pada prakteknya tidak mungkin untuk menghindari terjadinya kontak dengan iritan tanpa beralih profesi. Di samping itu, pada banyak profesi sifat pekerjaannya menyebabkan pemakaian sarung tangan tidak mungkin dilakukan (Robin, 2005).

Beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita dermatitis kontak iritan adalah sebagai berikut:

1. Kompres dingin dengan cairan Burrow

(22)

2. Glukokortikoid topical

Kortikosteroid adalah immunosuppressif dengan sifat anti-inflamasi yang memodifikasi respon kekebalan tubuh terhadap rangsangan beragam.Tindakan lainnya termasuk vasokonstriksi dan antiproliferasi. Agen ini telah membatasi penggunaan dalam pengobatan dermatitis kontak iritan (Hogan, 2010). Pada pengobatan untuk DKI akut yang berat, mungkin dianjurkan pemberian prednisone oral pada 2 minggu pertama, dengan dosis inisial 60 mg, dan di tapering 10mg (Wolff, 2008).

3. Antibiotik dan antihistamin

Ketika pertahanan kulit rusak, hal tersebut berpotensial untuk terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri.Perubahan pH kulit dan mekanisme antimikroba yang telah dimiliki kulit, mungkin memiliki peranan yang penting dalam evolusi, persisten, dan resolusi dari dermatitis akibat iritan, tapi hal ini masih dipelajari. Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk mencegah perkembangan selulitis dan untuk mempercepat penyembuhan. Secara bersamaan, glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga digunakan.Sedangkan antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis akibat iritan.Ada beberapa percobaan klinis secara acak mengenai efisiensi antihistamin untuk dermatitis kontak iritan, dan secara klinis antihistamin biasanya diresepkan untuk mengobati beberapa gejala simptomatis (Levin, 2006).

2.9. Pencegahan

1. Penggunaan Emolien

(23)

2. Edukasi

Tujuan spesifik dari program pendidikan pasien adalah sebagai berikut: Untuk mengubah perilaku dan mengurangi gejala kulit pada pekerjaan basah, meningkatkan kepatuhan, meningkatkan tingkat pengetahuan, menginformasikan pekerja dan remaja tentang potensi berbahaya, kelompok risiko dan tindakan pencegahan sebelum mereka mulai magang , untuk meminimalkan risiko alergi pekerjaan atau penyakit kulit, meningkatkan kualitas hidup terkait kesehatan, memperoleh keterampilan pemecahan masalah yang berkaitan dengan penyakit kulit (Tony, 2010).

3. Penggunaan sarung tangan

Sarung tangan mungkin merupakan pilihan yang paling umum dari peralatan pelindung untuk mencegah dermatits kontak iritan.Sarung tangan digunakan untuk melindungi pekerja terhadap kerusakan kesehatan kulit dari paparan tempat kerja (Tony, 2010). Selain itu, pemakaian alat pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan, sebagai salah satu upaya pencegahan (Djuanda, 2008).

2.10. Komplikasi

Adapun komplikasi DKI adalah:

a. DKI meningkatkan risiko sensitisasi pengobatan topical.

b. Lesi kulit bisa mengalami infeksi sekunder, khususnya oleh S. Aureus. c. Neurodermatitis sekunder.

d. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi.

2.11. Prognosis

(24)

2.12. Tingkat Pengetahuan

2.12.1. Definisi Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).

2.12.2. Tingkatan Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu : a. Tahu

Suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Paham

Diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis

Kemampuan untuk menjabarkan suatu obyek ke dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.

e. Sintesis

Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi

Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. 2.12.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pengalaman

(25)

Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. b. Pendidikan

Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah. c. Keyakinan

Diperoleh secara turun-menurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televise, buku, dan lain-lain.

e. Penghasilan

Tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

f. Kebudayaan

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.13. Sikap

2.13.1. Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo, 2003).

2.13.2 Komponen Sikap

a. Kognitif (cognitive)

(26)

b. Afektif (affective)

Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.

c. Kognitif (conative)

Komponen kognitif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Notoatmodjo, 1997).

2.13.3. Tingkatan Sikap

Berbagai tingkatan menurut Notoatmodjo (2003) tediri dari: a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.

d. Bertanggungjawab (Responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.14. Perilaku

2.14.1. Definisi Perilaku

(27)

2.14.2. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Perubahan alamiah

Sebagian perubahan alamiah disebabkan oleh perubahan alam yang terjadi. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan.

b. Perubahan terencana

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

c. Kesediaan untuk berubah

(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

a. Definisi

1. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik malalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003). 2. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo, 2003).

3. Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) . yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan

Sikap

Perilaku

Dermatitis kontak iritan

Karakteristik Responden: - Umur

(29)

4. Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non imunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen. Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit ini.(Wolff, 2008).

5. Pencuci piring restoran adalah suatu kumpulan yang pekerja yang bekerja sebagat petugas mencuci piring di restoran.

b. Alat ukur

Alat ukur mengunakan kuesioner dengan20 pertanyaan tentang tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap dermatitis kontak iritan serta 3 pilihan jawaban. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan menggunakan skala yaitu:

- Jawaban yang benar diberi nilai 1 - Jawaban yang salah diberi nilai 0 c. Cara ukur

Cara ukur dengan menghitung jawaban responden pada kuesioner yang diedarkan. (i) Tingkat Pengetahuan

- Pengetahuan baik: Skor 9-10 - Pengetahuan cukup: Skor 7-8 - Pengetahuan kurang: Skor <7 (ii) Sikap

- Sikap baik: Skor 5 - Sikap cukup: Skor 3-4 - Sikap kurang: Skor <3 (iii) Perilaku

- Perilaku baik: Skor 5 - Perilaku cukup: Skor 3-4 - Perilaku kurang: Skor <3

(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan cara pendekatan,atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat / point time approach.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa restoran Medan, karena sampel dari penelitian ini adalah pencuci piring yang bekerja di restoran Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan September 2013 sampai November 2013.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Dalam penelitian populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi penelitian adalah pencuci piring yang bertugas di beberapa restoran yang berada di Jalan Iskandar Muda, Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah pencuci piring di beberapa restoran yang telah memenuhi kriteria inklusi dan esklusi.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Para pencuci piring yang bekerja di restoran Medan. 2. Bersedia menjadi subjek penelitian.

Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

(31)

N Z21-α/2 P (1-P) n = --- (N-1) d2 + Z21-α/2 P (1-P)

Keterangan:

n = besar sampel minimum

Z21-α/2 =nilai Z pada derajat kemaknaan (90%= 1,645, 95% = 1,96)

P = proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui proporsinya, ditetapkan 50% (0,50

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir: 10% (0,10), 5% (0,05), atau 1% (0,01)

N = jumlah di populasi

Keterangan: n = Z21-α/2 = 1.96 P = 0.5 d = 0.1 N = 108

Diketahui bahawa jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 108.

/ 1

1 / 1

108 1.96 0,5 1 0,5

108 1 0,1 1,96 0,5 0,5

51

Sampel yang akan diambil untuk penelitian ini adalah sebanyak 50 orang.

(32)

sampling ini merupakan jenis non probability sampling yang paling baik dan

sering merupakan cara termudah.

4.4. Metode Pengumpulan data

4.4.1. Data primer

Pada penelitian ini, cara pengumpulan data yang telah digunakan adalah dengan cara penyebaran angket, yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner dilakukan uji validitas isi terlebih dahulu.Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada sampel agar dapat mengungkapkan kondisi-kondisi yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Kemudian kuesioner tersebut diberikan kepada sampel untuk diisi. Ada beberapa formulir yang telah disertakan dengan instrumen penelitian.

Formulir A: Formulir ini berisi tentang penjelasan kepada responden tentang penelitian yang akan dijalankan yang memuatkan tandatangan peneliti.

Formulir B: Adalah inform consent yaitu surat persetujuan dari responden yang memuat tanda tangan responden dan persetujuan responden.

Formulir C: Kuesioner yang akan diisi oleh responden. 4.4.1.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk memastikan kuesioner ini dapat dipercayai. Kuisioner dapat digunakan sebagai alat ukur setelah diuji validitas dan reliabilitasnya. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun telah mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka dilakukan pengujian antara nilai tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan telah memiliki korelasi bermakna (construck validity) berarti semua pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut mampu mengukur konsep yang kita ukur.

(33)

diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran 2 kali atau lebih terhadap gejala/kondisi yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Setelah selesai seminar proposal akan dicari 20 orang pencuci piring yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan populasi target dan pencuci piring tersebut akan diminta untuk mengisi kuesioner yang akan duiji. Peneliti memilih pencuci piring dari beberapa restoran Medan untuk melakukan tes uji validitas dan reliabilitas. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji reliabilitasnya. Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien reliabilitas .Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, makapertanyaan tersebut reliabel. Hasil uji validitas dan reliabilitas ditampilkan pada tabel berikut ini.

4.4.1.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan memakai kuesioner sebagai instrument penelitian. Adapun prosedur pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Peneliti menjelaskan mengenai tujuan kuesioner, cara mengisi, dan peneliti

mengawasi atau mendampingi responden pada saat mengisi kuesioner.

2. Peneliti mengingatkan kembali pengisian kuesioner kepada responden secara teliti dan cermat agar tidak ada yang terlewatkan, responden mengisi sesuai data dirinya dan menanyakan langsung kepada peneliti apabila ada yang kurang jelas atau yang kurang mengerti.

3. Setelah mengisi kuesioner, kemudian diserahkan kembali kepada peneliti dan periksa dengan lengkap.

(34)

4.5.1. Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas Kuesioner Tingkat Pengetahuan Dermatitis Kontak Iritan

Variabel Nomor Total Status Alpha Status Pertanyaan Pearson Correlation

1 0.613 Valid 0.888 Reliabel 2 0.784 Valid Reliabel 3 0.734 Valid Reliabel 4 0.691 Valid Reliabel 5 0.613 Valid Reliabel 6 0.630 Valid Reliabel 7 0.784 Valid Reliabel 8 0.734 Valid Reliabel 9 0.784 Valid Reliabel 10 0.687 Valid Reliabel

4.5.2. Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas Kuesioner Sikap Dermatitis Kontak Iritan

Variabel Nomor Total Status Alpha Status Pertanyaan Pearson Correlation

(35)

4.5.3. Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas Kuesioner Perilaku Dermatitis Kontak Iritan

Variabel Nomor Total Status Alpha Status Pertanyaan Pearson Correlation

1 0.806 Valid 0.755 Reliabel 2 0.730 Valid Reliabel 3 0.635 Valid Reliabel 4 0.746 Valid Reliabel 5 0.647 Valid Reliabel

4.5. Pengolahan Data

Data yang di kumpulkan berupa jawaban dari setiap pertanyaan kuesioner akan di olah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. 2. Coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk

mempermudah tabulasi dan analisa data.

3. Entry yaitu memasukkan data dari kuesioner kedalam program komputer dengan menggunakan program yang tertentu.

4. Cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Hasil penelitian akan di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

4.6. Metode Analisis Data

(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa restoran makan yang terletak di Jalan Iskandar Muda, Medan.

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang terdapat pada penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan pengalaman kerja.

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

20-29 12 24.0

30-39 17 34.0

40-49 6 12.0

50-59 15 30.0

50 100.0

Jenis Kelamin

Laki-laki 22 44.0

Perempuan 28 56.0

50 100.0

Tingkat Pendidikan

SMP 30 60.0

SMA 20 40.0

50 100.0

Pengalaman Bekerja

1-2 19 38.0

3-4 15 30.0

5-6 16 32.0

(37)

5.3 Hasil Analisa Data dan Pembahasan

5.3.1 Hasil Analisa Data

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden mengenai Dermatitis Kontak Iritan telah diajukan 10 pertanyaan. Untuk lebih jelasnya jawaban responden terhadap pertanyaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

No Pertanyaan Salah Benar

f % f %

1 P1 7 14.0 43 86.0

2 P2 28 56.0 22 44.0

3 P3 22 44.0 28 56.0

4 P4 29 58.0 21 42.0

5 P5 7 14.0 43 86.0

6 P6 33 66.0 17 34.0

7 P7 28 56.0 22 44.0

8 P8 22 44.0 29 56.0

9 P9 27 56.0 23 46.0

10 P10 20 60.0 30 60.0

Berdasarkan tabel di atas, pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah nombor 6 yaitu 33 orang (66.0%) dan nombor 4 yaitu 29 orang (58.0%). Sebagian besar responden memberikan jawaban yang salah mengenai faktor risiko yang menyebabkan Dermatitis Kontak Iritan dan golongan yang berisiko menderita Dermatitis Kontak Iritan.

Pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah nomor 1 dan 5, yaitu sebanyak 43 orang (86.0%). Hal tersebut menunjukkan sebagian besar responden mengetahui dengan definisi dan gejala mengenai Dermatitis Kontak Iritan.

(38)

Tabel 5.3. Distribusi hasil uji tingkat pengetahuan responden

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Kurang 29 58.0

Cukup 19 32.0

Baik 5 10.0

Total 50 100.0

Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori kurang memiliki persentase yang paling besar, yaitu sebanyak 29 orang orang (58.0%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 16 orang (32.0%), dan tingkat pengetahuan kategori baik adalah 5 orang (10.0%).

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan umur

Umur Kurang Cukup Baik Total

n % n % n % n

20-29 10 83.3 1 8.3 1 8.3 100

30-39 7 41.2 9 52.9 1 5.9 100

40-49 3 50.0 2 33.3 1 16.7 100

50-59 9 60.0 4 26.7 2 13.3 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada responden yang berumur 20-29 tahun merupakan responden yang berpengetahuan kurang(83.3%) yaitu 10 orang, diikuti dengan responden yang berumur 50-59 sebayak 60.0% (9 orang).

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis

kelamin

Jenis

Kelamin

Kurang Cukup Baik Total

n % n % n % n %

Laki-laki 16 72.7 4 18.2 2 9.1 22 100.0

Perempuan 13 46.4 12 42.9 3 10.7 28 100.0

(39)

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan

Pendidikan Kurang Cukup Baik Total

n % n % n % n %

SMP 22 73.3 8 26.7 0 0 30 100.0

SMA 7 35.0 8 40.0 5 25.0 20 100.0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 22 responden (73.3.0%) yang berpendidikan tahap SMP mempunyai pengetahuan yang kurang tentang Dermatitis Kontak Iritan manakala,r esponden yang berpendidikan SMAmemiliki 5orang (25.0%) yang berpengetahuan baik tentang Dermatitis Kontak Iritan. Tabel 5.7 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan pengalaman

kerja

Pengalaman Kurang Cukup Baik Total

n % n % n % n %

1-2 17 89.5 2 10.5 0 0 19 100.0

3-4 6 40.0 7 46.7 2 13.3 15 100.0

5-6 6 37.5 7 43.8 3 18.0 16 100.0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 17 responden (89.5%) yang berpengalaman 1-2 tahun yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang Dermatitis Kontak Iritan manakala, 18.8% dari pencuci piring yang berpengalaman 5-6 tahun mempunyai pengetahuan yang baik tentang Dermatitis Kontak Iritan.

5.3.3 Sikap Mengenai Dermatitis Kontak Iritan

(40)

Tabel 5.8. Distribusi Jawaban Responden Menurut Pertanyaan Mengenai

Sikap

No Pertanyaan Tidak Ya

f % f %

1 P1 22 44.0 28 56.0

2 P2 18 36.0 32 64.0

3 P3 32 64.0 18 36.0

4 P4 17 34.0 33 66.0

5 P5 22 44.0 28 56.0

Berdasarkan tabel di atas, pertanyaan yang paling banyak dijawab tidak adalah nombor 3 yaitu 32 orang (64.0%).Sebagian besar responden memberikan jawaban tidak mengenai pengurangan pengunaan deterjen seandainya menderita Dermatitis Kontak Iritan.

Pertanyaan yang paling banyak dijawab ya adalah nomor 4 yaitu sebanyak 33 orang (66.0%) dengan pertanyaan mereka akan melakukan tes temple seandainya menderita Dermatitis Kontak Iritan.

Sikap dalam penelitian ini ditentukan melalui seluruh jawaban yang diberikan responden, dimana tingkat pengetahuan dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu baik, serdang, dan buruk. Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji sikap responden dapat dilihat pada tabel 5.12.

Tabel 5.9. Distribusi hasil uji sikap responden

Sikap Frekuensi(n) Persentase(%)

Buruk 23 46.0

Sedang 21 42.0

Baik 6 12.0

Total 50 100.0

(41)

Tabel 5.10 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan umur

Umur Kurang Cukup Baik total

n % n % n % n

20-29 8 66.7 2 16.7 2 16.7 100

30-39 7 41.2 8 47.1 2 11.7 100

40-49 3 50.0 2 33.3 1 16.7 100

50-59 5 33.3 9 66.0 1 6.7 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada respondan yang berumur 20-29 tahun merupakan responden bersikapkurang(66.7%), manakala responden yang berumur 20-29 juga merupakan responden yang bersikap baik, sebanyak 2 orang (16.7%).

Tabel 5.11 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan jenis kelamin

Kelamin Kurang Cukup Baik Total

n % n % n % n %

Laki-laki 9 40.9 12 54.5 1 4.5 22 100.0

Perempuan 14 50.0 9 32.1 5 17.9 28 100.0

Berdasarkan tabel diatas, responden perempuan paling banyak memiliki sikapyang kurang yaitu sebanyak 14 orang atau 50.0% dan sikap yang baik yaitu sebanyak 5 orang (17.9%).

Tabel 5.12 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan pendidikan

Pendidikan Kurang Cukup Baik Total

n % n % n % n %

SMP 14 46.7 12 40.0 4 13.3 30 100.0

SMA 9 45.0 9 45.0 2 10.0 20 100.0

(42)

Tabel 5.13 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan pengalaman kerja

Pengalaman Kurang Cukup Baik Total

n % n % n % n %

1-2 7 36.8 8 42.1 4 21.1 19 100.0

3-4 8 53.3 6 40.0 1 6.7 15 100.0

5-6 8 50.0 7 43.8 1 6.2 16 100.0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 7 responden (36.8%) yang berpengalaman 1-2 tahun yang mempunyai sikap yang kurang tentang Dermatitis Kontak Iritan manakala, 21.1% dari pencuci piring yang berpengalaman 1-2tahun juga mempunyai sikap yang baik tentang Dermatitis Kontak Iritan, yaitu sebanyak 4 orang.

5.3.4 Perilaku Mengenai Dermatitis Kontak Iritan

Untuk mengetahui perilaku responden mengenai Dermatitis Kontak Iritan telah diajukan 5 pertanyaan. Untuk lebih jelasnya jawaban responden terhadap pertanyaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.14. Distribusi Jawaban Responden Menurut Pertanyaan Mengenai

Perilaku

No Pertanyaan Tidak Ya

f % f %

1 P1 22 44.0 28 56.0

2 P2 23 46.0 27 54.0

3 P3 20 40.0 30 60.0

4 P4 9 18.0 41 82.0

5 P5 41 82.0 9 18.0

(43)

Pertanyaan yang paling banyak dijawab ya adalah nomor 4 yaitu sebanyak 41 orang (82.0%). Hal tersebut menunjukkan sebagian besar responden akan menjaga kebersihan dan kelembapan tangan adalah satu langkah untuk mencegah Dermatitis Kontak Iritan. Perilaku dalam penelitian ini ditentukan melalui seluruh jawaban yang diberikan responden, dimana perilaku dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu baik, sedang, dan buruk. Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji sikap responden dapat dilihat pada tabel 5.18.

Tabel 5.15. Distribusi hasil uji perilaku responden

Perilaku Frekuensi (n) Persentase (%)

Kurang 24 48.0

Cukup 21 42.0

Baik 5 10.0

Total 50 100.0

Dari tabel di atas terlihat bahwa perilaku dengan kategori kurang memiliki persentase yang paling besar, yaitu sebanyak 24 orang orang (48.0%), sikap cukup sebanyak 21 orang (42.0%), dan sikap kategori baik adalah 5 orang (10.0%).

Tabel 5.16 Distribusi frekuensi perilaku berdasarkan umur

Umur Kurang Cukup Baik Total

n % n % n % n %

20-29 9 75.0 1 8.3 2 16.7 12 100.0

30-39 5 29.4 10 58.8 2 11.8 17 100.0

40-49 3 50.0 3 50.0 0 0 6 100.0

50-59 7 46.7 7 46.7 1 6.7 15 100.0

(44)

Tabel 5.17 Distribusi frekuensi perilaku berdasarkan jenis kelamin

Kelamin Kurang Cukup Baik Total

n % n % n % n %

Pria 155 68.2 5 22.7 2 9.1 22 100.0

Wanita 9 32.1 16 57.1 3 10.7 28 100.0

Berdasarkan tabel diatas, responden laki-laki memiliki perilaku yang kurang yaitu sebanyak 15 orang atau 68.2% dan perempuan mempunyai perilaku yang baik memiliki3 orang (10.7%).

Tabel 5.18 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan pendidikan

Pendidikan Kurang Cukup Baik Total

n % n % n % n %

SMP 15 50.0 12 40.0 3 10.0 30 100.0

SMA 9 45.0 9 45.0 2 10.0 20 100.0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 15 orang responden (50.0%) yang berpendidikan tahap SMP mempunyai perilaku yang kurang tentang Dermatitis Kontak Iritan.

Tabel 5.19 Distribusi frekuensi perilaku berdasarkan pengalaman kerja

Pengalaman Kurang Cukup Baik Total

n % n % n % n %

1-2 11 57.9 5 26.3 3 15.8 19 100.0

3-4 6 40.0 8 53.0 1 6.7 15 100.0

5-6 7 43.8 8 50.0 1 6.2 16 100.0

(45)

5.4. Pembahasan

5.4.1. Pengetahuan Responden

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan para pencuci piring yang berkerja di beberapa restoran Medan tentang Dermatitis Kontak Iritan.

Secara umum, mayoritas pekerja pencuci piring di beberapa restoran Medan memiliki kategori pengetahuan yang kurang tentang dermatitis kontak iritan. Tingkat pengetahuan responden yang berumur 20-29 tahun yaitu 83.3% dari total responden merupakan golongan yang mempunyai peratusan dengan tingkat pengetahuan yang kurang mengenai Dermatitis Kontak Iritan. Hasil ini sesuai dengan teori yang ditulis oleh Notoadmodjo (2007) yaitu semakin tinggi umur seseorang maka ia akan banyak mempunyai pengalaman. Sehingga semakin tinggi umurnya, maka semakin tinggi tingkat pengetahuannya. Hal ini jelas dilihat dengan hasil tingkat pengetahuan dari penelitian bahwa, kategori umur yang muda memiliki tingkat pengetahuan yang kurang.

Dilihat dari distribusi kategori pengetahuan mengikut jenis kelamin,distribusi kategori tingkat pengetahuan responden terhadap dermatitis kontak iritan hampir sama untuk laki-laki maupun perempuan. Hal ini menunjukkan kurang adanya pengaruh jenis kelamin para pencuci piring tersebut terhadap tingkat pengetahuan yang mereka miliki terhadap dermatitis kontak iritan.

(46)

Berdasarkan tabel distribusi pengalaman berkerja pula, golongan yang berpengalaman 1-2 tahun mempunyai peratusan yang tertinggi untuk pengetahuan kurang yaitu 89.5% dari total responden. Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Fasilitas juga menjadi salah satu sumber faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

5.4.2. Sikap responden

Secara umum, mayoritas responden yaitu sebanyak 23 orang (46.0 %) memiliki sikap yang kurang terhadap dermatitis kontak iritan. Hal ini mungkin disebabkan karena pengetahuan mereka yang juga sudah kurang tentang dermatitis kontak iritan. Namun, suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior ). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisiyang memungkinkan (Notoatmodjo, 2007).

Usia tidak dapat menjadi tolak ukur untuk sikap seseorang. Seseorang yang berusia lebih tua belum tentu lebih mengetahui banyak hal dibandingkan mereka yang berusia muda. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil penelitian dimana persentase sikap responden yang memiliki kategori sikap baik justru tertinggi pada kelompok usia yang paling muda yakni pada kelompok umur 20-29 dan 30-39 tahun dengan persentase 16.7% dan 11.8%. Peneliti berasumsi bahwa pada usia yang lebih muda, mereka lebih banyak ingin tahu dan peduli terhadap masalah kesehatan kulit mereka.

(47)

5.4.3 Perilaku responden

Secara umum, kebanyakan responden yaitu sebanyak 24 orang (48.0 %) memiliki perilaku yang kurang terhadap dermatitis kontak iritan. Perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata dan terbuka. Orang yang berpengetahuan baik tidak selalu melakukan tindakan yang benar.

Jika dilihat pada tabel 5.19, distribusi kategori tindakan responden terhadap dermatitis kontak iritan hampir sama untuk semua kelompok umur. Hal inimenunjukkan kurang adanya pengaruh antara umur para pencuci piring tersebut terhadap perilaku yang mereka lakukan terhadap dermatitis kontak iritan.

Begitu juga dengan untuk kelompok tingkat pendidikan, distribusi kategori tindakan responden terhadap dermatitis kontak iritan hampir sama untuk kedua kelompok pendidikan dimana pendidikan SMA memiliki kategori perilaku yang kurang yaitu 9 responden (45.0%). Tingkat pendidikan tinggi tidak menjamin seseorang lebih baik dalam melakukan perilaku.

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengetahuan pekerja pencuci piring di beberapa restoran Medan, kebanyakan memiliki kategori pengetahuan yang kurang, yaitu sebanyak 29 orang (58.0%).

2. Sikap pekerja pencuci piring di beberapa restoran Medan, kebanyakan memiliki kategori sikap yang kurang, yaitu sebanyak 23 orang (46.0%). 3. Perilaku pekerja pencuci piring di beberapa restoran Medan, kebanyakan

memiliki kategori perilaku yang kurang, yaitu sebanyak 24 orang (48.0%). 4. Persentase pekerja pencuci piring berpengetahuan kategori kurang paling

banyak terdapat diantara kelompok umur 20-29 tahun (83.3%), untuk kategori sikap kurang paling banyak diantara kelompok umur 20-29 tahun (66.7%) dan untuk kategori perilaku kurang paling banyak pada kelompok umur 20-29 tahun ( 75.0%).

5. Persentase pekerja pencuci piring berpengetahuan kategori kurang paling banyak terdapat diantara kelompok laki-laki (72.7%), untuk kategori sikap kurang paling banyak diantara kelompok perempuan (50.0%) dan untuk kategori perilaku kurang paling banyak pada kelompok laki-laki (68.2%). 6. Persentase pekerja pencuci piring berpengetahuan kategori kurang paling

banyak terdapat diantara kelompok pendidikan SMP (73.3%), untuk kategorisikap kurang paling banyak diantara kelompok pendidikan SMP (46.7%) dan untuk kategori perilaku kurang paling banyak pada kelompok SMP (50.0%).

(49)

6.2 Saran

1. Perlu diadakan penyuluhan tentang dermatitis kontak iritan akibat kerja terhadap para pencuci piring untuk lebih meningkatkan pengetahuan mereka mengenai penyakit tersebut dan cara pencegahannya. Dengan demikian, para pekerja bengkel dapat mengambil sikap dan melakukan tindakanyang benar dalam menangani penyakit tersebut.

2. Media cetak, televisi dan media-media elektronik yang biasa menjadikonsumsi para pencuci piring sebaiknya lebih banyak memuat lagimengenai tips-tips kesehatan, seperti cara pencegahan dermatitis kontak iritandi tempat bekerja.

3. Pemilik perusahaan restoran juga sebaiknya lebih peduli juga terhadapkesehatan para pekerja mereka di mana para pekerjanya cukup berisiko terhadap terkenanya dermatitis kontak iritan.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Suprohaita, editors. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2000.

Partogi D, editors. Contact Dermatitis, Irritant.[Online], 2010. Available from:

URL:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3406/1/08E00860.pdf

Hogan D J. Contact Dermatitis, Irritant. [Online] 2012:[4 screens]. Available from: URL: http://emedicine.medscape/article/1049352-overview.htm

Trihapsoro I, Contact Dermatitis, Irritant.[Online], 2003. Available from: URL:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6372/1/kulit-iwan.pdf

Johansen JD, Peter JF, Lepoittevin JP, editors. Contact Dermatitis Fifth Edition. Springer Heidelberg Dordrecht London New York 2011, Chapter 3.

Levin C, Basihir SJ, and Maibach HI, editors.Treatment Of Irritant ContactDermatitis. In: : Chew AL and Howard IM, editors. Irritant Dermatitis. Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2006.p.461-3 Sularsito, S.A dan Djuanda S, editors. Dermatitis. In: Djuanda A, Mochtar H,

Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.p.130-33

The Internet Dermatology Society, Inc.[Online], 2000. Available from: URL:

http://telemedicine.org/contact/soaps.htm

Wilkinson SM, and Beck MH, editors.Rook’s Textbook Of Dermatology 8thed.Australia: Blackwell Publishing. 2010. Chapter 25.

Wolff C, Richard AJ, and Dick S, editors. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis Of Clinical Dermatology 5thed. New York: McGraw - Hill; 2005

Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 7thed. New York: McGraw Hill; 2008. p.396-401

Zains P, editors. Contact Dermatitis, Irritant. [Online] 2009.Available from: URL:

(51)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Riwayat Pribadi

Nama : LEE MUH TECK

NIM : 100100282

Tempat/tgl lahir : Malaysia, 2 Febuari 1990

Agama : Buddha

Nama Ayah : Lee Khee Chow

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Ee Swee Kian

Pekerjaan : Suri Rumah Tangga

Alamat : Taman Titiwangsa, Kluang, Johor, Malaysia.

B. Riwayat Pendidikan

1997 SJK© Chong Eng

2003 Sekolah Menengah Kebangsaan Jalan Mengkibol 2008 Sekolah Tinggi Kluang

(52)
(53)

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan umur
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan pendidikan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Seperti dialami beberapa mahasiswa laki-laki yang berasal dari luar Pulau Jawa di kota Jogja, dalam wawancara yang dilakukan oleh Kedaulatan Rakyat pada hari Minggu 2 Maret 2008,

Ada beberapa parameter yang digunakan pada disain sistem yang dibangun untuk knapsack problem dengan algoritma genetika: terdapat berbagai jenis barang yang memiliki berat

d) unless the arbitral tribunal considers it inappropriate a list of issues to be determined;.. e) the full names, descriptions and addresses of

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran, mengetahui dan mendapatkan kajian tentang pengaruh Penempatan Kerja, Komitmen Organisasi dan lingkungan

Panitia Pengadaan Bar ang/ Jasa pada Badan Koor dinasi Keluar ga Ber encana dan Pember dayaan Per empuan Kota Bandar Lampung akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan

penelitian menunjukkan bahwa Orientasi pasar, inovasi, orientasi kewirausahaan, dan pengalaman mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap strategi keunggulan

Atau dapat dipilih alternatif lain yang koefisiennya lebih tinggi dari yang telah dipakai dalam simulasi tersebut, terutama dengan memperhatikan pada kelompok

Semua produk yang diolah berasal dari Sambel Layah pusat yang ada di Purwokerto. Apabila produk habis, Sambel Layah Kendal mengambil pasokan di rumah makan