i
STATUS DAN FUNGSI ROH KUDUS MENURUT
PANDANGAN KRISTEN SAKSI-SAKSI YEHUWA
(JEHOVA’S WITNESSES)
Disusun Oleh:
SULIYATI
NIM : 101032121640
Jurusan Perbandingan Agama
Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
ii
STATUS DAN FUNGSI ROH KUDUS MENURUT
PANDANGAN KRISTEN SAKSI-SAKSI YEHUWA
(JEHOVA’S WITNESSES)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Strata Satu (S-1)
Perbandingan Agama
Disusun Oleh:
SULIYATI
NIM: 101032121640
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. M. Nuh Hasan, MA. Drs. Hamid Nasuhi, MA.
NIP: 150 240 090 NIP: 150 241 817
Jurusan Perbandingan Agama
Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul: UPAYA BIMBINGAN ISLAM DALAM MEWUJUDKANKEMANDIRIAN ANAK JALANAN DI YAYASAN BINA ANAK PERTIWI JAKARTA SELATAN yang ditulis oleh: Khozaimatul Kinanah NIM: 102052025643 telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Maret 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta,
Sidang Munaqasyah
Ketua/Merangkap Anggota Sekretaris/Merangkap Anggota
Dr. Murodi, MA Dra. Hj. Musfiroh Nurlaili, MA
Nip. Nip.
Anggota:
Dr. A. Wahib Mu’thi, MA Dra. Asriya
Nip. Nip.
Pembimbing
Umi Musyarrofah, MA
iv
KATA PENGANTAR
Syukur al-hamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Adil dan Maha Pengasih tanpa inayah-Nya tak mungkin penulis bisa mengenyam pendidikan sampai strata satu (S1). Shalawat serta salam penulis haturkan ke haribaan baginda Rasulullah SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya serta pengikut-pengikut beliau sampai akhir zaman.
Dengan selesainya skripsi ini, merupakan suatu kebahagiaan yang tak terhingga bagi penulis meskipun dalam penyelesaiannya selalu mendapat rintangan-rintangan baik dari diri sendiri maupun dari luar, namun berkat kasih sayang-Nya, rintangan-rintangan tersebut dapat diatasi dengan sabar. Dan juga tak lupa adanya bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
: Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
: Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan restu dalam penulisan skripsi ini.
v
: Pembimbing penulisan skripsi, Ibu Umi Musyarrofah, MA yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
: Bapak/Ibu Dosen dan seluruh civitas akademika UIN Jakarta. Staff Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Staff Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Pengurus Yayasan Bina Anak Pertiwi Khususnya Kak Zayyadi dan Kak Abdus Meller yang telah membantu memberikan data-data yang terkait dengan penulisan skripsi ini. Staff Perpustakaan Fakultas Psikologi UI Jakarta dan Perpustakaan CSIS yang telah memberikan pelayanan terbaik dalam penulisan skripsi ini.
: Ayahanda dan Ibunda penulis (H. Ahmad Anshory dan Hj. Hasanah) dan mertua penulis Moh. Asro Musyaffa' dan Hakimah yang memberi bantuan yang tak ternilai harganya. Kakak Penulis A. Faisol, SIP yang telah memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan studi S-1. Suamiku tercinta, Hasani Asro, MA yang telah mendampingi dalam suka dan duka.
: Teman-temanku, Maemunah, Yuli, Tami dan teman-teman BPI, Suliati, Masamah, Aan, Ativ, Sari dan seluruh teman-teman yang bergabung dalam Forum Mahasiswa Madura (Formad).
1 Shafar 1427 H Ciputat,
1 Maret 2006 M Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul………. i
Halaman Persetujuan Pembimbing……… ii
Halaman Pengesahan………. iii
Kata Pengantar………. iv
Daftar Isi……… vi
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
A Latar Belakang Masalah……… 1
B Pembatasan dan Perumusan Masalah……… 6
C Studi Kepustakaan………. 6
D Metode Penelitian………. 7
F Sistematika Penulisan……… 9
BAB II LANDASAN TEORITIS……….. 11
A Bimbingan Islam……… 11
1. Pengertian Bimbingan Islam……….. 11
2. Pendekatan dalam Bimbingan Islam……….. 18
B Anak Jalanan………. 21
1. Pengertian Anak Jalanan……….. 21
2. Kategori Anak Jalanan……… 25
3. Latar Belakang Munculnya Anak Jalanan……… 28
C Kemandirian……….. 30
vii
2. Ciri-Ciri Orang Yang Mandiri……….. 32
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian 34 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 46
A. Gambaran Umum Yayasan Bina Anak Pertiwi……… 46
B Pelaksanaan Bimbingan Islam terhadap Anak Jalanan……… 56
C Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Bimbingan……….. 69
D Analisa Hasil Penelitian 70 BAB IV PENUTUP ………. 73
A Kesimpulan ……… 73
B Saran ……….. 75
viii BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kalau berbicara tentang agama Kristen, yang ada di dalam pandangan kita adalah konsep mengenai Tritunggal, konsep tersebut masih tetap menarik
diperdebatkan dari dulu sampai sekarang, baik dikalangan tokoh-tokoh agama, pemuka gereja, para teolog maupun para intelektual. Sedang kalau berbicara tentang konsep Tritunggal maka yang muncul dibenak kita adalah tiga pribadi yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus atau secara bersamaan mereka adalah Allah. Doktrin Tritunggal juga mengatakan bahwa ketiganya, Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah setara, Maha Kuasa, dan tidak diciptakan, telah ada kekal selama-lamanya dalam keilahian.
Roh Kudus dalam pandangan tradisi Kristen adalah merupakan pribadi Ketiga, yang disembah dan dimuliakan bersama dengan Bapa dan Putra sebagai yang satu dalam kodrat dan sama dalam keagungan pribadi pribadi dengan Bapa dan Putra1. Roh Kudus bukan suatu daya, tenaga atau kekuatan, melainkan salah satu Oknum dari tiga Oknum dalam satu Allah. Dia adalah pelipur (Parakletos) dalam bahasa Yunani, yang datang dari Allah untuk memberi nasehat dan penghiburan kepada kita (Yoh. 14; 16)2. Ia berperan sebagai penolong, penghibur bagi umat manusia.
Meskipun sebenarnya bedasarkan hasil dari Konsili Nicea yang merupakan ajang perumusan doktrin ini sama sekali tidak menyinggung tentang posisi Roh Kudus. Dalam Konsili Nicea menyepakati bahwa Allah dan Yesus adalah sebuah pribadi (Hypostasis) dan Yesus merupakan sehakikat (Houmoousius) dengan Allah. Sementara status Roh Kudus dalam Konsili Nicea tidak dibicarakan begitu banyak dan tidak disepakati sebagai satu kesatuan Tritunggal.
Kontroversi ini terus menyulut perseteruan antara Arius dan Athanasius yang sangat mendukung konsep di atas. Sedangkan Arius tetap pada pendirinnya bahwa Yesus tetap lebih rendah dari Allah karena Dia adalah ciptaan Allah.3
1
Gerald O’Collins S J, dan Edward G. Farruq S J. Kamus Teologi, h. 279
2
G.C. Van Niftrik dan S.J. Boland, Dogmatika Masakini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976), Cet 5, h. 340
3
ix
Roh Kudus diutus seperti dalam (Yoh. 14;16, 26) Yesus mengatakan “Dan aku akan mohon kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu, seorang
penolong yang lain, supaya ia menyertaimu selama-lamanya” yaitu “Roh kebenaran (Roh Kudus) (Yoh. 14:17). Selanjutnya Yesus sebagai Anak Allah berkata dalam (Yoh. 15:26) bahwa “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh kebenaran yang datang dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku”. Dalam ayat selanjutnya Yesus menegaskan kembali bahwa “Kamu juga harus bersaksi, karena dari awal Kamu telah bersamaKu”. (Yoh. 15:27). Berawal dari pengalaman
kegagalan dan kematian (paska), Yesus yang tadinya mati tetap dipahami sebagai penghubung manusia dengan Allah.
Pengalaman itu diartikan sebagai pertolongan “Roh Kudus”, yang dalam pengharapan bangsa Yahudi menjadi ciri khas akhir zaman. Maka dengan pembangkitan Yesus, yang disusul akan pengalaman Roh Kudus, Allah sudah
memulai akhir zaman yang akan diselesaikan oleh Yesus juga. Karena itu Yesus bisa dikatakan Anak Manusia dan Mesias yang diharapkan, tokoh penyelamatan, wakil dan kuasa Allah.4 Roh Kudus sendiri bekerja dalam Yesus Kristus (Luk. 4:18; Mat. 12:28), dan Roh Kudus juga bekerja dalam diri orang yang percaya (Yoh. 3:6; Mat. 10:20).
Pernyataan penyatuan di antara tiga oknum tersirat tatkala Yesus dalam kandungan ibunya (Maryam). Diawali dengan pertanyaan Maryam kepada malaikat tentang status kandungannya, karena dia belum bersuami, maka malaikat menjawab “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa dari yang Mahatinggi akan menaungi Engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut Kudus, Putra Allah” (Luk.1:35).
Selain itu yang juga menjadi dasar dalil penyatuan tiga oknum adalah proses pembaptisan Yesus Kristus oleh Yohanes Pembaptis, yang termuat dalam (Mat. 3:16) redaksinya sebagai berikut “setelah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan Ia
Eusebius, yang menyerahkan segala sesuatunya kepada pihak Aleksander dan Athanasius dengan satu pengecualian yakni doktrin di atas; dan menyatakan bahwa istilah homoousios hendaknya diganti dengan homoiousios; jadi mereka mengajarkan bahwa anak sama substansinya dengan Bapa. Setelah melalui perdebatan yang panjang akhirnya pihak Athanasius berhasil memenangkannya. Dewan Nicea akhirnya mengeluarkan pernyataan: Kita percaya kepada Tuhan Yang Esa, Bapa yang Mahabisa, Pencipta yang tampak maupun tidak tampak. Dan percaya pada satu Tuhan Yesus Kristus yang sama substansinya (homoousios) dengan Bapa dan seterusnya. Ini merupakan pernyataan yang tegas, dimana esensi anak dinyatakan identik dengan esensi Bapa; sama tingginya dengan Bapak serta mengakui Kristus sebagai autotheos. Selengkapnya, coba lihat dalam, L. Berkhof,
Sejarah Perkembangan Trinitas (terjemahan Thoriq A. Hindun) diambil dari internet pada tanggal 14 Juli 2003, http://media.isnet.org/kristen/sejarah/.
4
x
melihat langit terbuka dan Ia juga melihat turun seperti seekor burung merpati, Roh Allah datang atasNya”.
Secara spesifik pembicaraan tentang Roh Kudus belum banyak
mendapat perhatian dan pembahasan, walaupun telah muncul berbagai
wacana yang masih simpang siur mengenai subjek tersebut. Arius
berpendapat bahwa Roh Kudus adalah sesuatu yang pertama diciptakan oleh
anak (Yesus), suatu pendapat yang dalam banyak hal sesuai dengan
pandangan Origenes.5
Athanasius berpendapat bahwa esensi Roh Kudus sama dengan esensi
Bapa. Tetapi pernyataan Nicea hanya mengeluarkan satu pernyataan yang
tidak pasti tentang hal ini, Konsili Nicea sama sekali tidak membahas secara
tuntas tentang status dan peran Roh Kudus dalam Tritunggal. Sementara
Kelompok Kapadokian mengikuti atau menganut opini pandangan Athanasius
dan dengan penuh semangat mempertahankan Roh Kudus adalah
homoousios (sehakikat dengan Yesus dan Bapa). Hilary dari Poitiers di
5
xi
Barat berpendapat bahwa Roh Kudus sebagai pencarian ke dalam Tuhan,
bukanlah sesuatu yang di luar esensi kekal (divine essence).6
Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Macedonius, bishop Kota Konstantinopel, yang menyatakan bahwa Roh Kudus adalah suatu ciptaan yang lebih rendah (subordinate) daripada Anak (tunduk terhadap Anak), akan tetapi pendapat ini pada umumnya dianggap heretik (berbau bid’ah), dan para pengikutnya digelari aliran Pneumatokis (pneuma = spirit, machomai = ucapan iblis). Pada waktu Dewan Umum Konstantinopel mengadakan pertemuan pada tahun 381, dewan ini mengumumkan bahwa mereka mengakui pernyataan Nicea, yang dipimpin oleh Gregory dari Nazianzus dengan menerima perumusan berikut tentang Roh Kudus: "Dan kami percaya di dalam Roh Kudus, Tuhan Pemberi Kehidupan, yang berasal dari Bapak
yang akan dimenangkan oleh Bapak dan anak, dan yang berbicara melalui para
nabi." 7
Setelah Konsili Nicea perdebatan terus berlangsung selama puluhan tahun. Pertikaian teologi yang hebat dan lama ini mereda setelah Theodosius Agung yang anti-Arian, naik menjadi Kaisar pada tahun 379. Ia meneguhkan Kredo dari konsili Nicea sebagai standar untuk daerahnya dan mengadakan Konsili Konstantinopel pada tahun 381 M.8 Pengudusan karya ketiga pribadi dilaksanakan oleh Roh Kudus dan
6
L. Berkhof, Sejarah Perkembangan Ajaran Trinitas, h. 12
7
L. Berkhof, Sejarah Perkembangan Ajaran Trinitas, h. 12
8
xii
dianugerahkan kepada semua orang beriman (Yoh. 20:22; Rm. 5:5). ST Atanasius dan Aleksandria (296-373) dan ST. Sirilus dari Aleksandria meninggal 444 membela keilahian Roh justru karena Roh itu membuat kita serupa dengan Allah yaitu dengan menguduskan atau mengilahikan kita. Keilahian Roh dinyatakan pada Konsili Konstatinopel pertama tahun 381 9
Dari deskripsi di atas telah jelas mengenai status dan fungsi Roh Kudus
dalam pandangan Kristen secara umumnya yaitu sebagai pribadi ketiga,
setelah pribadi Bapa dan Anak. Berbeda halnya dengan pendapat Kristen
Saksi-Saksi Yehuwa yang menganggap Roh Kudus bukan sebagai pribadi,
melainkan sebagai tenaga aktif atau kekuatan yang dimiliki oleh Allah
Yehuwa untuk melaksanakan berbagai maksud tujuan-Nya, sampai taraf
tertentu, hal ini dapat disamakan dengan listrik, tenaga yang dapat
digunakan untuk melakukan beragam fungsi.10
Adapun bukti bahwa seseorang memiliki Roh Kudus adalah bisa dilihat
(Luk. 4: 18, 31-35) ketika Yesus membaca dari kitab nabi Yesaya bahwa "Roh
Tuhan (Yehuwa) ada pada-Ku, oleh sebab itu I a telah mengurapi Aku, untuk
menyampaikan kabar baik. Kemudian Yesus pergi ke Kepernaum (sebuah
kota di Galilea), lalu mengajar di situ pada hari Sabat.mereka takjub
9
Gerald O' Collins S.J. Dan Edward G. Farruq S.J. Kamus Teologi, h. 279
10
xiii
mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. Di dalam
rumah ibadat itu ada seseorang yang kerasukan setan dan ia berteriak
dengan suara keras. Tapi Yesus menghardiknya, kata-Nya “Diam, keluarlah
dari padanya! Dan setan itupun menghempaskan orang itu dan sama sekali
tidak menyakitinya”. (Apa yang membuktikan bahwa Yesus memiliki Roh
Allah? Kisah itu tidak mengatakan bahwa Yesus gemetar atau berteriak atau
bergerak dengan penuh emosi. Sebaliknya, dikatakan I a berbicara dengan
penuh kuasa. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada saat itu memang roh
setan membuat orang itu berteriak dan terhempas ke tanah).11
A. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Persoalan Roh Kudus adalah suatu hal yang urgen dalam agama Kristen. Perbedaan pandangan tentang Roh Kudus telah menjadi wacana aktual dalam setiap pembicaraan mengenai peran dan fungsinya dalam agama Kristen. Roh Kudus yang diyakini sebagai pribadi ketiga dalam Tritunggal sekaligus menjadi panutan iman bagi agama Kristen. Namun demikian pandangan ini tidak secara mutlak sebagai kebenaran ajaran agama Kristen. Kristen Saksi-Saksi Yehuwa Justru menganggap Roh Kudus sebagai pribadi adalah merupakan suatu kebodohan. Mereka meyakini
11
International Bible Students Association, Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab,
xiv
bahwa Roh Kudus adalah suatu kekuatan atau tenaga yang dipergunakan oleh Allah dan Yesus sebagai Juruselamat dunia.
Dari berbagai persoalan, maka penulisan skripsi ini lebih diarahkan pada persoalan-persoalan: Bagaimana Status dan Fungsi Roh Kudus menurut Pandangan Kristen Saksi-Saksi Yehuwa?
B.
C. C. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
Untuk mengkaji permasalahan ini, pertama penulis melakukan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi yaitu berupa data-data sumber ilmiah seperti buku-buku, ensiklopedi, majalah, diktat, artikel, dan data-data tertulis lainnya, yang diperoleh sebagai pendukung serta ditambah pula dengan konsultasi dan wawancara dengan penganut kristen Saksi-saksi Yehuwa sebagai penjelas dan pelengkap dalam tulisan ini.
Agar lebih paham dan mencapai target dalam sasaran pembahasan ini, maka penulis menggunakan metode deskriptif-analitik, yaitu dengan menggambarkan Roh Kudus secara umum, Sejarah Saksi-Saksi Yehuwa, dan yang lebih penting mengenai Status dan Fungsi Roh Kudus menurut Saksi-Saksi Yehuwa dan kemudian penulis menganalisanya.
xv
Disertasi” yang diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Press tahun 2004.
D. Sistematika Penulisan
Agar dalam penyusunan skripsi ini lebih mudah, maka pembahasan ini dibagi menjadi lima bab dengan perincian sebagai berikut:
D. BAB I . PENDAHULUAN, meliputi Latar Belakang
masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, serta
Metode Penelitian, Teknik Penulisan, dan Sistematika
Penulisan.
BAB I I . SAKSI -SAKSI YEHUWA (JEHOVA’S WI TNESSES), Siapa
Saksi-Saksi Yehuwa, Sejarah Singkat Perkembangan Saksi-Saksi-Saksi-Saksi Yehuwa, serta I nti
Kepercayaan dan Pokok-Pokok Ajaran Saksi-Saksi Yehuwa.
BAB III. STATUS DAN FUNGSI ROH KUDUS DALAM PERSPEKSTIF Saksi-Saksi Yehuwa (JEHOVA’S WITNESSES), menjelaskan tentang Penjelasan Alkitab Tentang Roh Kudus, Pengertian Roh Kudus secara umum, Roh Kudus dalam Perspektif Saksi-Saksi Yehuwa, Fungsi Roh Kudus Sebagai Tenaga Aktif Allah, serta sebuah catatan kritis penulis.
E. BAB I V. PENUTUP, Meliputi kesimpulan, saran, dan
penulis juga lampirkan hasil w aw ancara dengan penganut
xvi
tulisan ini penulis cantumkan daftar kepustakaan yang
xvii
BAB II
SAKSI-SAKSI YEHUWA (JEHOVA’S WITNESSES)
A. Siapa Saksi-Saksi Yehuwa
Menurut majalah The Watchtower, kata “saksi” adalah memberi pengertian tentang apa artinya menjadi saksi bagi Yehuwa. Dalam kitab-kitab Ibrani, kata benda yang diterjemahkan “saksi” (edh) berasal dari kata kerja (udh) yang berarti “kembali atau mengulangi, melakukan lagi”. Mengenai kata benda (edh), buku Theological Wordbook Of The Old Testament mengatakan, “seorang saksi adalah seseorang yang
dengan cara mengulang, dengan tandas menegaskan kesaksiannya. Kata (edh) dikenal baik dalam bahasa pengadilan. Buku A Compherensive Etimological Dictionary Of the Hebrew Language for Readers of English, menambahkan “makna asli (dari kata
kerja udh) kemungkinan ia berkata berulang kali dan dengan penuh ketegasan”.12 Arti dari Yehuwa adalah pencipta dan secara sah penguasa alam semesta Yang Berdaulat. Kata “Yehuwa” adalah diterjemahkan dari Tetragramation Ibrani (י ), yang berarti “Ia menyebabkan menjadi”. Keempat huruf Ibrani ini ditulis dalam banyak bahasa dengan huruf JHVH atau YHWH13. Nama Allah, yang dinyatakan oleh keempat huruf mati ini, muncul hampir 7000 kali dalam “perjanjian
12
International Bible Students Association, Saksi-Saksi Yehuwa: Pemberita Kerajaan Allah, (Brooklyn: Watch Tower Bible And Tract Society of New York, 1993), h. 12
13
International Bible Students Association, Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab,
xviii
lama” atau Alkitab Ibrani yang asli, sedang kalau dalam buku “Dialog Saksi-Saksi Yehuwa dengan Ahmadiyah” nama tersebut berjumlah 6823 kali. Nama itu merupakan salah satu bentuk dari kata kerja Ibrani ha-wah (י , yang berarti “menjadi” dan sebenarnya memaksudkan “Ia menyebabkan Menjadi”. Maka namaNya memperkenalkan Dia sebagai pribadi yang secara bertahap memenuhi janji-janjinya dan dengan pasti mewujudkan maksud tujuanNya. Hanya Allah yang benar dapat memakai nama yang penuh arti sedemikian14. Yaitu Suatu nama yang bisa mendatangkan kebenaran dan bisa memenuhi maksud-maksud dan tujuan-tujuan manusia sebagaimana dinyatakan dalam Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan
Yehuwa, bahwa Yehuwa adalah sumber kebenaran Rohani. Sesungguhnya, Sang
Pemazmur Daud menyebut Yehuwa sebagai “Allah Kebenaran”.(Mazmur 31:5; 43:3) Yesuspun mengakui bahwa Firman Bapanya adalah Kebenaran, dan ia juga menyatakan “Ada tertulis dalam Kitab para Nabi, dan mereka semua akan diajar oleh Yehuwa Sang Instruktur Agung.(Yesaya 30:20,21) para pencari kebenaran perlu kesempatan “Pengetahuan tentang Allah”.(Amsal 2:5) dan Yehuwa secara pengasih telah mengajarkan atau menyampaikan kebenaran dengan berbagai cara.
Misalnya, melalui para Malaikat, Allah menyampaikan hukum taurat kepada bangsa Israel(Galatia 3:19) melalui mimpi, Ia menjanjikan berkat kepada para patriak(lelaki), Abraham dan Yakub.(Kejadian 15:12-16; 28:10-19) Allah bahkan berbicara dari surga, seperti ketika Yesus dibaptis dan kata-kata yang menggetarkan
14
Internationl Bible Students Association, Nama Ilahi Yang Akan Kekal Selama-lamanya,
xix
ini terdengar di bumi, “Inilah Putraku, yang Kukasihi, kepadanyalah Aku berkenan.” (Matius 3:17). Kita juga dapat berterimakasih, karena Allah menyampaikan kebenaran dengan mengilhami para penulis Alkitab. (2 Timotius 3:16, 17) Oleh karena itu, dengan mempelajari Firman Allah, kita dapat memiliki ‘iman akan kebenaran’(Tesalonika 2:13).15
Meskipun demikian, dalam Alkitab semacam ini pun kita biasanya dapat mengetahui di mana letak nama Yehuwa menurut salinan asli kitab-kitab Ibrani. Karena di ayat-ayat tersebut kata penggantinya ditulis dalam huruf besar, seperti : Allah, Tuhan. Beberapa terjemahan modern menggunakan nama Yehuwa atau Yahweh. Oleh karena itu, Terjemahan Dunia Baru menuliskan (Yesaya 42:8) sebagai berikut , “Akulah Yehuwa. Itulah namaku”.16
Saksi-Saksi Yehuwa adalah sekte yang didirikan oleh Charles Taze Russel (1852-1916) di Amerika Serikat dan pada awalnya disebut “Assosiasi Pelajar Kitab Suci Internasional” Ia yakin bahwa kedatangan Kristen yang kedua akan terjadi dalam waktu yang dekat dan keyakinan inilah yang ia sebarkan. Sikapnya bermusuhan terhadap gereja-gereja dan benci terhadap pemerintahan sipil. Oleh karena itu pengikutnya seringkali melawan hukum dan kemudian dibela oleh Joseph
15
International Bible Students Association, Apa Yang Telah Terjadi dengan Api Neraka
(Brookylin: Wachtower Bible and Tract Society of New York, 2002), h. 17
16
xx
Franklin Rutherford (1864-1941). Rutherford kemudian menjadi pemimpin kedua sekte ini yang selanjutnya disebut “Saksi-Saksi Yehuwa”
Nama Saksi-Saksi Yehuwa yang mereka sandang mempunyai makna yang deskriptif, menunjukkan bahwa mereka memberikan kesaksian tentang Yehuwa, Keilahian-Nya, dan maksud tujuan-Nya. “Allah”, “Tuhan “dan “Pencipta”, seperti halnya “Presiden”. “Raja” dan “Jenderal” adalah gelar yang dapat disandang oleh beberapa tokoh sekaligus. Akan tetapi “Yehuwa” adalah nama pribadi dan merujuk kepada Allah Yang Maha Kuasa dan pencipta alam semesta. Ini diperlihatkan dalam (Mazmur 83: 19) menurut terjemahan Klinkret,. “Supaya diketahuinya, bahwa Engkau sendiri jua dengan namaMu Hua Allah yang Maha Tinggi atas seluruh bumi ini”.
Pada dasarnya Saksi-Saksi Yehuwa adalah orang-orang biasa. Mereka tidak luput dari problem ekonomi, kesehatan, emosi dan kesalahan, karena mereka bukanlah manusia sempurna dan bukan pula manusia terilham. Tetapi mereka berupaya menarik pelajaran dari pengalaman dan mempelajari Alkitab dengan rajin dan tekun agar dapat memperbaiki diri. Mereka membaktikan diri kepada Allah untuk melakukan kehendak-Nya, dan mereka mengerahkan diri untuk menunaikan pembaktiannya, dalam segala kegiatan, mereka mencari bimbingan Firman Allah dan Roh Kudus-Nya17.
17
xxi
Bagi mereka sungguh penting untuk mendasarkan kepercayaannya pada Alkitab, bukan pada pendapat-pendapat rekaan manusia ataupun kredo-kredo agama. Mereka sependapat dengan Rasul Paulus yang di bawah ilham yang menyatakan, “Biarlah Allah didapati benar, meskipun setiap orang didapati pendusta” (Roma 3:4). Sehubungan dengan ajaran-ajaran yang diakui sebagai kebenaran Alkitab, Saksi-Saksi ini sangat setuju dengan pendirian orang-orang Berea ketika mendengarkan kesaksian Rasul Paulus, “Mereka menerima Firman dengan kegairahan pikiran yang sangat besar, dan setiap hari mereka memeriksa tulisan-tulisan kudus dengan teliti untuk mengetahui apakah hal itu benar-benar demikian.”(Kisah 17:11). Saksi-Saksi Yehuwa percaya bahwa semua ajaran agama harus diuji dahulu kebenarannya dengan menggunakan tulisan-tulisan kudus yang terilham, entah ajaran itu dikemukakan oleh mereka sendiri atau oleh pihak lain. Mereka mengundang sesamanya untuk berbuat demikian, dengan berdiskusi bersama mereka.
xxii
Alkitab sudah tergenap, ada pula yang sudah digenapi, dan selebihnya masih menantikan saat penggenapannya.18
Sesungguhnya Saksi-Saksi Yehuwa sangat berkeinginan dengan tulus agar lebih dikenal secara lebih baik dan benar. Saksi-Saksi Yehuwa menaruh minat kepada sesama dan kesejahteraan sosial. Mereka ingin menjadi teman atau sahabat sesama dan bercerita lebih banyak tentang siapa mereka, apa yang mereka percayai, bagaimana mereka di organisasi, serta bagaimana perasaan mereka terhadap ummat manusia dan dunia tempat kita semua hidup. Dalam bidang politik Saksi-Saksi Yehuwa tidak begitu berambisi bahkan mereka lebih memilih netral, siapapun yang memerintah di negerinya, mereka tunduk dan kalau dilihat dari pengakuannya mereka lebih memilih menyembah Allah Yehuwa ketimbang manusia.19
Catatan Alkitab yang menjadi dasar nama Saksi-Saksi Yehuwa adalah (Yesaya pasal 43). Dalam catatan itu, dunia ini diumpamakan sebagai ruang persidangan: Allah-Allah dari bangsa –bangsa dipersilahkan untuk mengajukan Saksi-Saksinya guna membuktikan keadilan dan kebenaran kasus-kasus yang mereka kemukakan atau untuk mendengarkan Saksi-Saksi dipihak Yehuwa dan untuk mengakui kebenaran. Di catatan itu, Yehuwa mengatakan kepada umatnya, “Kamulah
18
International Bible Students Association, Saksi-Saksi Yehuwa Siapakah Mereka? Apa Yang Mereka Percayai?, h. 4
19
xxiii
SaksiKu, demikian ucapan Yehuwa, hambaKu yang telah Kupilih, supaya kamu mengenal dan beriman kepadaKu, agar kamu mengerti bahwa Aku adalah pribadi yang sama. Sebelum aku tidak ada Allah yang dibentuk, dan setelah aku tetap tidak ada yang lain. Aku-Akulah Yehuwa, dan selain Aku, tidak ada juruselamat lain” (Yesaya 43:10-11).
Allah Yehuwa telah memiliki Saksi-Saksi di bumi ribuan tahun sebelum Kristus lahir. Setelah Ibrani pasal 2 menyebutkan sederetan orang beriman, (Ibrani 12:1) mengatakan “Maka karena kita mempunyai begitu banyak saksi bagaikan awan yang mengelilingi kita, dan biarlah kita berlari dengan tekun dalam perlombaan yang ditetapkan bagi kita.” Yesus berkata dihadapan Pontius Pilatus , “Untuk inilah Aku dilahirkan, dan untuk inilah Aku datang ke dunia, agar Aku memberikan kesaksian tentang kebenaran.” Ia disebut “Saksi yang setia dan benar”.(Yohanes 18:37); Penyingkapan (Wahyu 3:14). Yesus memberi tahu murid-muridnya, “Kamu akan menerima kuasa pada waktu Roh Kudus datang ke atasmu, dan kamu akan menjadi saksiku di Yerussalem maupun di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke bagian yang paling jauh di bumi.”( Kisah 1:8).
Oleh karena itu, dewasa ini kira-kira 6.000.000 orang pemberita kabar baik Kerajaan Yehuwa di bawah kepemimpinan Yesus Kristus yang lebih dari 230 negeri merasa layak menyandang nama Saksi-Saksi Yehuwa.20
20
xxiv
B. Perkembangan Saksi-saksi Yehuwa
Kalau di lihat dari sejarah modern yaitu pada awal tahun 1870-an, bermula lebih dari seratus tahun yang lalu, Saksi-Saksi Yehuwa berawal dari dibentuknya suatu kelompok pelajar Alkitab yang sederhana di Allegheny, Pennsylvania, Amerika Serikat, yang sekarang menjadi bagian dari Pittsburgh. Charles Taze Russel adalah pelopor utama kelompok belajar tersebut. Pada bulan Juli 1879 majalah Zion’s Watch Tower and Herald of Christ’s Presence, terbit dalam edisi pertamanya. Kemudian
pada tahun 1880, sejumlah sidang telah terbentuk di negara-negara bagian di sekitarnya yang berpangkal dari kelompok belajar Alkitab yang beranggotakan sedikit orang. Di tahun 1881 terbentuklah Zion’s Watch Tower Tract Society dan pada tahun 1884 organisasi ini dijadikan badan hukum dengan Russel sebagai presidennya. Nama lembaga itu kemudian berganti nama menjadi Watch Tower Bible and Tract Society ‘Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal'.
xxv
Tahun Kristus dan pada tahun 1914 drama foto ini, mulai dipertunjukkan dengan 35.000 penonton setiap hari. Drama foto ini merupakan cikal bakal film bersuara.21
Pada tahun 1876, siswa Alkitab Charles Taze Russel menyumbangkan sebuah artikel berjudul ‘Zaman Orang Kafir, Kapankah Berakhir’?. Dilihat dari perkembangannya tampak terlihat zaman yang kritis semakin dekat, yaitu zaman orang kafir. Tujuh masa akan berakhir pada tahun 1914 M. Pada tahun yang sama juga siswa Alkitab, Charles Taze Russel mempunyai pandangan bahwa kedatangan Kristus akan terjadi.22 Zaman orang kafir adalah suatu pendekatan yang diistilahkan diterjemahan Alkitab lainnya sebagai “Wahyu yang ditetapkan bagi bangsa-bangsa” (Lukas 21: 24). Memang, tidak semua peristiwa yang mereka harapkan akan terjadi pada tahun 1914, namun tahun tersebut menandai akhir dari zaman orang kafir dan merupakan tahun yang sangat penting. Banyak sejarawan dan komentator setuju bahwa tahun 1914 merupakan titik balik dalam sejarah umat manusia23.
Adapun bukti dari kekritisan yang terjadi pada tahun 1914, bisa dilihat dari kutipan berikut ini ”Tahun terakhir yang sepenuhnya ‘normal’ dalam sejarah adalah 1913, setahun sebelum Perang Dunia 1 mulai.” Tajuk rencana Times-Herald, Wasington , D.C., 13 Maret 1949. Seluruh dunia benar-benar hancur pada Perang
21
International Bible Studens Association, Saksi-saksi Yehuwa Siapakah Mereka? Apa Yang Mereka Percayai , h. 6
22
Pdt. Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di Sekitar Gereja (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2000) Cet ke-4, h. 319
23
xxvi
Dunia 1 dan kita masih belum tahu alasannya. Sebelum itu orang mengira bahwa utopia (gambaran tentang sistem sosial-politik yang sempurna) telah terbentang di
hadapan mata. Ada perdamaian dan kemakmuran. Kemudian segalanya hancur. Sejak itu, mereka berada dalam keadaan mati suri (fakum). Jumlah korban tewas di abad ini jauh melebihi abad-abad sebelumnya sepanjang sejarah.” Dr. Walker Percy, American Medical News, 21 November 197724.
Pada tahun 1916, Presiden pertama Charles Taze Russel meninggal dunia. Pada tahun berikutnya digantikan oleh Joseph F. Rutherford, yaitu pada bulan Januari tahun 1917, banyak perubahan terjadi. Majalah pendamping The Watchtower (menara pengawal), yaitu The Golden Age (Zaman Keemasan), diperkenalkan. (Sekarang disebut Awake {Sedarlah} yang bertiras lebih dari 20.000.000 eksemplar kurang lebih dari 80 bahasa. Kesaksian dari rumah ke rumah semakin digiatkan. Untuk membedakan diri dari denominasi-denominasi Susunan Kristen, maka pada tahun 1931 orang-orang Kristen ini mulai menggunakan nama Saksi-Saksi Yehuwa. Nama ini berdasarkan (Yesaya 43:10-12).
Pada awal kepemimpinan Joseph F Rutherford, Ia pertama kali berkenalan dengan ajaran Russel melalui beberapa wanita missionaris yang mengunjungi kantornya pada tahun 1894. Pada kepemimpinannya, Lembaga menara Pengawal sering melibatkan diri dalam berbagai masalah yang menyangkut hukum. Melalui banyak kasus, tidak jarang mereka mempelopori pembaharuan undang-undang di
24
xxvii
Amerika Serikat, terutama menyangkut kebebasan beragama seperti yang telah terlihat dalam contoh kasus berikut ini. Tanggal 6 April 1917 Amerika Serikat secara resmi melibatkan diri dalam perang Dunia 1. Joseph F. Rutherford bersama tujuh pemimpin menara pengawal lainnya menentang hal tersebut, bahkan menolak memberi hormat kepada bendera, karena hal itu dianggap sebagai pengagungan kepada bendera secara berlebihan dihadapan Tuhan (sampai kini hal tersebut merupakan salah satu ajaran mereka), Akibatnya mereka berdelapan didakwa dan disalahkan menentang pemerintah, sehingga akhirnya di penjarakan25.
Di Amerika Serikat, setelah naik banding di pengadilan yang lebih rendah, 43 kasus yang dimenangkan, salah satunya kasus di atas. Prof C. S. Braden, dalam bukunya These Also Believe, mengatakan tentang saksi-saksi,”mereka telah banyak berjasa dalam menegakkan demokrasi, dengan berjuang mempertahankan hak-hak sipil mereka, karena dalam pertarungan, mereka telah berbuat banyak untuk melindungi hak-hak tersebut bagi setiap kelompok minoritas di Amerika.”26
Pada tahun 1942 Josep F Rutherford meninggal dunia, yang kemudian digantikan oleh Nathan Knorr dan T.W. Frans yang memegang tapuk kepemimpinan. Sedangkan pada tahun 1943 terbentuklah suatu pelatihan terpadu yaitu sekolah pelatihan yang dikhususkan bagi para utusan injil dengan nama sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal, yang mana lulusannya diutus ke Negara-negara diseluruh
25
Jan. S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan di Sekitar Gereja, h. 323
26
xxviii
dunia. N.H. Knorr meninggal pada tahun 1977. Salah satu perubahan yang sempat ditangani dalam bidang pengorganisasian waktu ia masih hidup adalah penambahan jumlah anggota Badan Pimpinan, yang berlokasi di kantor pusat sedunia di Brooklyn27.
Sejarah Saksi-Saksi Yehuwa pada zaman modern sarat dengan peristiwa-peristiwa dramatis. Dari satu kelompok kecil pelajar Alkitab di Pennsylvania pada tahun 1870, Saksi-Saksi ini telah berkembang sampai tahun 2001 ini, menjadi kira-kira 90.000 sidang di seluruh dunia. Pada mulanya semua lektur dicetak oleh perusahaan komersil; kemudian pada tahun 1920, Saksi-Saksi mencetak beberapa lekturnya di gedung-gedung percetakan sewaan. Namun sejak tahun 1927 dan seterusnya, semakin banyak lektur mulai dihasilkan di Gedung Percetakan bertingkat delapan di Brooklyn, New York, milik Watch Tower Bible and Tract Society Of New York, gedung ini sekarang telah diperluas hingga mencakup gedung-gedung
percetakan lainnya serta sebuah komplek perkantoran. Ada pula gedung-gedung yang berdekatan di Brooklyn untuk menampung para rohaniawan yang melayani secara sukarela untuk mengoperasikan fasilitas percetakan ini. Selain itu, perladangan dan percetakan dioperasikan di dekat Wallkill, di sebelah utara New York.28.
27
International Bible Students Association, Saksi-saksi Yehuwa. Siapakah Mereka? Apa Yang Mereka Percayai?, h. 9
28
xxix
Pada tahun 1893, kebaktian besar pertama diselenggarakan di Chicago, Illinois, AS. Kebaktian ini dihadiri oleh 360 orang, dan sejumlah 70 orang yang dibaptis. Satu-satunya kebaktian akbar international diadakan di Kota New York pada tahun 1958. Kebaktian ini berlokasi di Yankee Stadium. Secara keseluruhan, rangkaian-rangkaian kebaktian international mencakup ribuan kebaktian di negeri-negeri di seputar bumi29.
C. Inti Kepercayaan Dan Pokok-Pokok Ajaran Kristen Saksi-Saksi Yehuwa
Dalam ajaran gereja terdapat hal-hal yang bertentangan dengan doktrin kepercayaan prinsipil dari Gereja Roma Katolik dan Protestan30. Perbedaan yang ada dalam ajaran Saksi-saksi Yehuwa tercantum dalam tabel di bawah ini:
Inti Kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa (Jehovah’s Witnesses)31
No Kepercayaan
Dasar Alkitabnya
1. Alkitab adalah Firman Allah dan kebenaran
2 Tim. 3:16, 17; Ptr. 1:20, 21; Yoh. 17:17
2. Alkitab lebih dapat diandalkan daripada tradisi Mat. 15:3; Kol. 2:8
3. Nama Allah adalah Yehuwa Maz. 83:18; Yes. 26:4; 42:8,
29
International Bible Students Association, Saksi-saksi Yehuwa. Siapakah Mereka? Apa Yang Mereka Percayai?, h. 11
30
HM. Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar (Jakarta: PT Golden Trayon Press. 2002) Cet. Ke- 10, h. 190
31
xxx
Klingkert; Kel. 6:3
4.
Kristus adalah Putra Allah dan lebih rendah daripada Allah
Mat. 3:17; Yoh. 8:42; 14:28; 20:17; 1 kor. 11:3; 15:28 5. Kristus adalah ciptaan Allah yang pertama Kol. 1:15; Pny. (Why) 3:14 6. Kristus mati di tiang siksaan bukan di tiang salib Gal. 3:13; Ks. 5:30
7.
Kehidupan manusiawi kristus dibayarkan sebagai tebusan bagi manusia yang taat
Mat. 20:28; 1 Tim. 2:5, 6; 1 Ptr. 2:24
8. Korban tebusan Kristus cukup sekali saja Rm. 6:10; Ibr. 9:25-28
9.
Kristus dibangkitkan dari kematian sebagai pribadi roh yang tidak berkematian
1 Ptr. 3:18; Rm. 6:9; Pny. 1:17, 18
10. Kehadiran Kristus adalah sebagai makhluk roh
Yoh. 14:19; Mat. 24:4; 2 Kor. 5:16; Maz. 110:1, 2
11. Kita sekarang berada pada ‘akhir zaman’
Mat. 24:3-14; 2 Tim. 3:1-5; Luk. 17:26-30
12.
Kerajaan di bawah kepemimpinan Kristus akan memerintah bumi dengan keadil-benaran dan perdamaian
Yes. 9:6, 7; 11:1-5; Dan. 7:13, 14; Mat. 6:10
13.
Kerajaan akan mendatangkan kondisi kehidupan yang ideal di bumi
Maz. 72:1-4; Pny. 7:9, 10, 13-17; 21:3,4
14.
Bumi tidak akan pernah dimusnahkan atau kosong tak berpenghuni
xxxi 15.
Allah akan membinasakan sistem sekarang pada peperangan di Har-Magedon
Pny. 16:14, 16; Zef. 3:8; Dan. 2:44; Yes. 34:2; 55:10, 11 16. Orang fasik akan dilenyapkan selama-lamanya Mat. 25:41-46; 2 Tes. 1:6-9
17.
Orang-orang yang Allah perkenan akan menerima kehidupan abadi
Yoh. 3:16; 10:27, 28; 17:3; Mrk. 10:29, 30
18. Hanya ada satu jalan menuju kehidupan Mat. 7:13, 14; Ef. 4:4, 5 19. Kematian manusia disebabkan oleh dosa Adam Rm. 5:12; 6:23
20. Jiwa manusia musnah ketika mati
Yeh. 18:4; Pkh. 9:10; Maz. 6:5; 146:4; Yoh. 11:11-14
21. Neraka adalah kuburan umum umat manusia
Ayb. 14:13; Dy; Pny. 20:13, 14, AV (Margin)
22. Harapan bagi orang mati adalah kebangkitan
1Kor. 15:20-22; Yoh. 5:28, 29; 11:25, 26
23. Kematian akibat dosa Adam akan ditiadakan
1 Kor. 15:26, 54; Pny. 21:4; Yes. 25:8
24.
Hanya suatu kawanan kecil sejumlah 144.000 orang yang pergi ke surga dan memerintah bersama Kristus
Luk. 12:32; Pny. 14:1, 3; 1 Kor. 15:40-53; Pny. 5:9, 10
25.
Ke- 144.000 dilahirkan kembali sebagai Putra-Putra rohani Allah
1 Ptr. 1:23; Yoh. 3:3; Pny. 7:3,4
xxxii
27. Sidang Kristus dibangun di atas Kristus sendiri
Ef. 2:20; Yes. 16:16; Mat. 21:42
28.
Doa harus hanya ditujukan pada Allah Yehuwa dengan perantaraan Kristus
Yoh. 14:6, 13, 14; 1 Tim. 2:5
29.
Patung-patung tidak boleh digunakan dalam ibadat
31. Setan adalah penguasa dunia yang tidak kelihatan
1 Yoh. 5:19; 2 Kor. 4:4; Yoh. 12:31
32.
Seorang Kristen tidak boleh ambil bagian dalam gerakan-gerakan antar kepercayaan
2 Kor. 6:14-17; 11:13-15; Gal. 5:9; Ul. 7:1-5
33. Seorang Kristen harus tetap terpisah dari dunia
Yak. 4:4; 1 Yoh. 2:15; Yoh. 12:31
34.
Semua hukum manusia yang tidak bertentangan dengan hukum Allah harus dipatuhi
Mat. 22:20, 21; 1 Ptr. 2:12; 4:15
35.
Memasukkan darah ke tubuh melalui mulut atau pembuluh darah melanggar hukum Allah
Kej. 9:3, 4; Im. 17:14; Kis. 15:28, 29
36. Hukum moral Alkitab harus dipatuhi
xxxiii
dan berahir bersama Hukum Musa 10:4; Gal. 4:9, 10; Kol. 2:16, 17
38.
Golongan pemimpin agama serta gelar-gelar keagamaan tidak patut
Mat. 23:8-12; 20:25-27; Ayb. 32:21,22
39.
Manusia bukan hasil evolusi melainkan diciptakan
Yes. 45:12; Kej. 1:27; Mat. 19:4
40.
Kristus menetapkan pola yang harus diikuti dalam melayani Allah
Orang Krsiten dengan senang hati memberikan kesaksian di hadapan umum tentang kebenaran Alkitab
Rm. 10:10; Ibr. 13:15; Yes. 43:10-12
Firman berarti titah atau sabda, khususnya sabda raja atau Allah. ‘Firman’ Allah lazim digunakan oleh umat Kristen-Protestan untuk sabda Allah dan kitab suci32. Kristen Saksi-Saksi Yehuwa mempercayai Alkitab sebagai firman Allah dan meyakini bahwa pada hakikatnya Alkitab tidak mengandung kesalahan, karena ditulis dengan cermat sesuai dengan amanat yang didiktekan Allah. Tetapi Alkitab Versi modern mengandung terjemahan sendiri: New World Translation Of Holy Scriptures
32
xxxiv
pada tahun 196133. Mereka percaya bahwa “segenap tulisan kudus yang diillhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar” (Timotus 3:16). Orang Kristen masa awal tidak memandang Allah, Kristus dan Roh Kudus sebagai suatu Tritunggal34.
Kata Tritunggal ataupun doktrinnya yang jelas tidak terdapat dalam pasal-pasal Perjanjian Baru; Yesus dan para pengikutnya kata mereka, juga tidak bermaksud menyangkal Syema (sebuah doa Ibrani) di Perjanjian Lama atau Syahadat, ‘Dengarlah hai orang-orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa’ (Ula. 6:4). Orang Kristen tidak menyembah Allah tiga serangkai Romawi atau Allah-Allah lain. Mereka menerima pernyataan Yesus bahwa Yehuwa sajalah yang harus disembah. (Mat. 4:10). Selain itu mereka meyakini kata-kata Kristus, “Bapak lebih besar daripada Aku.” (Yoh. 4:28). Inilah yang dianut oleh Saksi-Saksi dari Yehuwa35.
Adapun Ajaran-ajaran pokok Kristen Saksi-Saksi Yehuwa berbeda dengan ajaran Kekristenan pada umumnya yaitu sebagai berikut:
1. Tidak Ada Tritunggal
Saksi-Saksi Yehuwa berpendapat bahwa Alkitab tidak mengajarkan doktrin Tritunggal. Sebaliknya Alkitab mengatakan bahwa hanya ada satu Allah yang benar dan kekal. “Yehuwa adalah Allah kita; Yehuwa itu Esa”.(Ul:6:4) Ia adalah Pencipta
33
Jan’s Aritonang, Berbgai Aliarn di dalam dan di Sekitar Gereja, h. 334
34
International Bible Students Association, Ada Apa dengan Api Neraka, (Menara Pengawal, 15 Juli 2002), h. 18
35
xxxv
kekal, Maha kuasa. Yesus hidup di bumi sebagai manusia sempurna dan mati untuk manusia yang tidak sempurna. Allah dengan baik hati menerima kehidupan Yesus sebagai tebusan, dan dengan demikian keselamatan bagi orang-orang yang setia dimungkinkan. Ini adalah kehendak Allah. (Luk.22:42; Roma 5:12).
Yehuwa adalah Sang Bapa, Ia satu-satunya Allah yang benar (Yohanes. 17: 3; Markus. 12:29) Yesus adalah Putra sulungNya dan Ia tunduk kepada Allah. (1 Korintus 11:3) Bapa lebih besar dari pada Anak. (Yohanes 14:28) Roh Kudus bukanlah suatu pribadi, Ia adalah Tenaga Aktif Allah (Kejadian 1:2, Kisah 2:18) 2. Kebangkitan
Harapan yang sesungguhnya bagi manusia adalah kebangkitan, kembalinya orang-orang mati ke bumi yang telah dipulihkan menjadi firdaus. Orang-orang yang telah melayani Allah akan diberkati atas kesetiaan mereka. Orang-orang yang mati sebelum mengetahui tentang Allah akan mendapat kesempatan di Firdaus. Jadi, "akan ada kebangkitan untuk orang-orang yang adil-benar maupun yang tidak adil-benar". (Kisah 24:15) Yang tidak akan dibangkitkan hanyalah orang-orang yang dinilai tidak layak oleh Allah.
3. Tidak Ada Jiwa Yang Tidak Berkematian
xxxvi
sebenarnya berkomunikasi dengan hantu-hantu. Demikian pula, doa bagi orang mati yang tidak mendatangkan manfaat bagi siapapun kecuali bagi para pendeta yang dibayar untuk berdoa bagi mereka.
4. Tidak Ada Api Neraka
Allah Yang Pengasih tidak akan menciptakan suatu tempat bagi orang mati untuk menderita selama-lamanya. Allah sendiri menjelaskan bahwa membakar dan menyiksa manusia merupakan “hal-hal yang tidak pernah Kuperintahkan dan tidak akan pernah muncul dalam hati-Ku (Yeremia 7:31)36.
5. Tidak Ada Nasib
Allah, kata mereka tidak menulis apapun pada dahi orang-orang yang tidak ada nasib yang menentukan masa depan kita sebelum kita lahir. Kita bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan, atas pilihan yang kita buat. “Kita masing-masing akan memberikan pertanggungjawaban kepada Allah” (Roma 14:12).
6. Tidak Ada Golongan Pendeta
Sistem ajaran Kristen Saksi-Saksi Yehuwa tidak mengenal adanya golongan pendeta. Oleh sebab itu dalam struktur organisasi mereka tidak ada sistem gereja, yang mana pendeta berkuasa secara penuh dalam menentukan jamaatnya. Kristen Saksi-Saksi Yehuwa menggunakan sidang-sidang sebagai tempat bertukar pikiran,
36
xxxvii
sehingga setiap jamaat dapat bertukar pikiran serta mempunyai kedudukan yang sama.
Setiap orang yang berbakti kepada Allah berkedudukan sama di mata-Nya. Semua penyembah sejati adalah bersaudara. Allah tidak menetapkan golongan pendeta yang ditinggikan37. Yesus mengatakan , “Setiap orang yang meninggikan diri akan direndahkan, tetapi dia yang merendahkan diri akan ditinggikan.” (Luk.18:14) Allah akan menghukum mereka yang menggunakan agama untuk meninggikan diri sendiri (Mat. 23:4-2).
7. Tidak Ada Penyembahan Berhala
Kristen Saksi-Saksi Yehuwa merupakan penganut paham monoteisme, mereka tidak menggunakan berhala-berhala atau symbol-simbol lain seperti salib, patung yang sering digunakan oleh Kekristenan. Kata mereka Allah “Allah adalah Roh” dan orang yang menyembah dia harus dengan Roh dan kebenaran. (Yoh.4:24) Para penyaksi ini juga mengatakan, para penyembah sejati tidak menggunakan berhala.
8. Netral Dalam Politik
Kristen Saksi-Saksi Yehuwa membiarkan kasih kristen yang sejati terhadap sesama tapi mereka tidak tertarik terhadap persoalan-persoalan dunia politik, mereka
37
xxxviii
menyediakan kebutuhan jasmani keluarga mereka tapi menjauhi haluan dunia yang mengarah kepada pemuasan diri secara berlebihan. Mereka lebih memilih netral dalam berpolitk. Meskipun demikian mereka tetap peduli terhadap persoalan-persoalan sosial.
Mereka berpegang pada suatu prinsip yang diajarkan Yesus. Yesus mengatakan bahwa para pengikutnya harus bukan “bagian dari dunia”. (Yoh.17:16) karena itu, Saksi-Saksi Yehuwa tidak ikut campur dalam politik nasional atau politik setempat. Selain itu mereka adalah orang-orang yang taat hukum. (Rom 13:1,5-7).
9. Standar Moral Yang Tinggi
Kehidupan sosial Saksi-Saksi Yehuwa selalu mengikuti perkataan Yesus dalam Alkitab. Yesus melukiskan cara mengenali para penyembah sejati sewaktu ia mengatakan, “inilah perintahku, agar kamu mengasihi satu sama lain sebagaimana aku telah mengasihi kamu” (Yoh. 15:12,13) pasal lain dalam Alkitab mengatakan, “Buah roh, adalah kasih, suka cita, damai, kepanjangsabaran, kebaikan hati, iman, kelemahlembutan, dan pengendalian diri.” (Gal.5:22,23).
xxxix
mengasihi Allah, jadi mereka menghindari apa yang dibenci Allah. Prinsip-prinsip ini mengatur kehidupan Saksi-Saksi Yehuwa 38
10.Akhir Dunia yang Sudah Mendekat
Kristen Saksi-saksi Yehuwa meyakini bahwa manusia saat ini hidup pada zaman terakhir, yaitu zaman dimana Armagedon akan terjadi. Sekaligus terjadinya kehidupan Firdaus melalui bumi yang telah dipulihkan. Atau suatu zaman kembalinya kedaulatan Yehuwa terhadap sistem kehidupan dunia ini.
Mereka juga percaya, bahwa penggenapan nubuat memperlihatkan bahwa manusia hidup pada hari-hari terakhir dari sistem dunia ini. (Daniel 2:44) Apakah semua perkara yang sudah kita lakukan menyenangkan Allah? Allah adalah Esa, maka hanya ada satu agama yang benar. Agama yang dimaksud tidak bertentangan dengan kitab Taurat, Zabur, dan Injil. Karena itu perlu menyelidiki Firman tersebut, itulah yang dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa atau gerakan Menara Pengawal ini. Menurut doktrin Tritunggal, Roh Kudus adalah pribadi yang ketiga dari Keilahiannya, setara dengan sang Bapa dan sang Anak. Seperti dikatakan buku Our Ortodox Christian Faith: “Roh kudus adalah Allah sepenuhnya”. Dalam kitab-kitab
Ibrani, kata yang paling sering digunakan untuk “roh” ialah ru’ach, yang berarti”nafas; angin; roh”. Dalam Kitab-kitab Yunani, kata tersebut adalah pne’uma
38
xl
yang mempunyai arti sama.39 Sementara menurut Saksi-Saksi Yehuwa “Roh Kudus” seperti yang dijelaskan dalam Alkitab adalah suatu kekuatan atau tenaga yang dikendalikan yang digunakan oleh Allah Yehuwa untuk melaksanakan berbagi maksud tujuan-Nya. Sampai taraf tetentu, ini dapat disamakan dengan listrik, tenaga yang dapat digunakan untuk melakukan beragam fungsi.
Dalam kejadian 1:2 Alkitab berkata bahwa “Roh {bahasa Ibrani, ru’ach} Allah melayang-layang di atas permukaan air”. Roh Allah adalah tenaga aktif-Nya yang bekerja untuk membentuk bumi. Allah menggunakan Roh-Nya untuk memberikan penerangan kepada mereka yang melayani Dia. Seperti doa Daud: “Ajarlah aku melakukan kehendakMu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya Roh {ru’ach}Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!” (Mazmur143:10) ketika 70 pria yang cakap ditunjuk untuk membantu Musa, Allah berkata kepadanya: “Sebagian dari Roh {ru’ach}yang hinggap padamu itu akan Kuambil dan Kutaruh atas mereka.”(Bilangan 11:17).
Nubuat Alkitab dicatat ketika orang-orang dari Allah ‘didorong oleh Roh (bahasa Yunani, dari pneuma) Kudus.” (Petrus 1:20,21) Dengan cara ini Alkitab “diilhamkan Allah”. Kata Yunani untuk itu adalah The.o’pneu.stos, yang berarti “dinafaskan oleh Allah”. (Timotius 3:16) Dan Roh Kudus membimbing orang-orang tertentu untuk mendapatkan penglihatan-penglihatan atau mimpi nubuat(2 Samuel 23:2; Yoel 2:28,29; Lukas 1:67; Kisah 1:16; 2:32-33). Melalui Roh-Nya, Allah
39
Internatonal Bible Students Association, Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal,
xli
melaksanakan vonis-Nya atas manusia dan bangsa-bangsa. (Yesaya 30:27, 28; 59:18, 19) dan Roh Allah dapat sampai kemana-mana, bertindak demi orang-orang atau melawan mereka (Mazmur 139:7-12)40.
Yesus menyebut Roh Kudus sebagai “seorang penolong”, dan ia berkata bahwa Roh ini akan mengajar, membimbing, dan berbicara. (Yohanes 14:16, 26; 16:13)
Menurut mereka harapan yang sesungguhnya bagi manusia adalah kebangkitan, yaitu kembalinya orang-orang mati ke bumi yang telah di pulihkan menjadi firdaus. Orang-orang yang telah melayani Allah akan diberkati, atas kesetiaan mereka. Mereka berhak hidup berdampingan dalam pemerintahan Kerajaan Allah yang dipimpin oleh Yesus Kristus.
Sementara orang-orang yang belum dapat menjadi pelayan Allah dengan baik atau mengetahui tentang Allah akan mendapat kesempatan di Firdaus untuk memperbaikinya. Jadi, “akan ada kebangkitan untuk orang-orang yang adil-benar maupun yang tidak adil-benar.” (Kisah 24:15) Yang tidak dibangkitkan hanyalah orang-orang yang dinilai tidak layak oleh Al-Kitab.
Yesus menyebut Roh Kudus sebagai “Seorang Penolong” dan Ia berkata bahwa Roh ini akan mengajar, membimbing, berbicara. (Yohanes 14:16,26; 16:13) kata Yunani yang Ia gunakan untuk penolong (pa.ra’kle.tos) adalah kata yang berjenis laki-laki atau maskulin. Jadi kata Yesus menyatakan apa yang akan
40
xlii
dilakukan penolong itu, ia menggunakan kata ganti nama pribadi laki-laki. (Yohanes 16:7,8) sebaliknya, bila kata Yunani yang berjenis netral untuk Roh (pneu’ma) digunakan, kata ganti yang netral “it” dalam bahasa Inggris itulah yang digunakan.41
Jadi bila Al-Kitab menggunakan kata ganti nama pribadi berjenis laki-laki sehubungan dengan pa.ra’kle.tos dalam (Yohanes 16:7,8) hal ini sesuai dengan peraturan tata bahasa, bukan menyatakan suatu doktrin.
41
xliii BAB I I I
STATUS DAN FUNGSI ROH KUDUS DALAM PERSPEKTI F SAKSI
-SAKSI YEHUWA ( JEHOVA’S WI TNESSES)
A. Penjelasan Alkitab Tentang Roh Kudus
Orang-orang Saksi Yehuwa sangat berpegang teguh pada Alkitab
bukan pada pendapat-pendapat manusia atau kredo-kredo agama. Karena
Alkitab bagi mereka adalah sandaran hidup agar dapat memperbaiki diri.
Setiap harinya orang-orang Saksi Yehuwa mengabdikan diri kepada Allah
untuk melakukan kehendak-Nya dan mereka mengerahkan diri untuk
menunaikan pembaktian itu. Dalam segala aktivitas dan kegiatannya, mereka
mencari bimbingan Firman Allah dan Roh Kudus-Nya.42
Saksi-Saksi Yehuwa berpendapat bahwa Roh Kudus yang
dipergunakan dalam Alkitab menyatakan bahwa I a adalah suatu kekuatan
atau tenaga aktif yang digunakan oleh Allah Yehuwa untuk melaksanakan
berbagai maksud tujuan-Nya. Mereka sangat gigih dalam mempertahankan
pendapatnya bahwa dasar dari semua dimensi kehidupan beragama adalah
42
xliv
Alkitab, yang mengajarkan keesaan Allah. Jadi Alkitab adalah pedoman
utama bagi kristen Saksi-Saksi Yehuwa dalam memberi informasi mengenai
Allah, Yesus, dan Roh Kudus, bukan termasuk dogma Tritunggal yang
menyatakan bahwa Roh Kudus adalah suatu pribadi, memang ada ayat-ayat
Alkitab yang mengatakan bahwa ia seolah-olah suatu pribadi, namun
perhatikan apa yang dikatakan oleh Edmund Fortman mengenai hal ini dalam
The Triune God : “Walaupun Roh ini sering dipersonifikasikan, tampak jelas
sekali bahwa para penulis kitab-kitab suci { dari kitab-kitab I brani} tidak
pernah menganggap Roh itu sebagai suatu pribadi tersendiri”.43
Meskipun mendukung Tritunggal, sumber itu mengatakan, mengenai
(2 Korintus 13: 13-14): “Kita tidak dapat dengan tepat menarik kesimpulan
bahwa mereka memiliki wewenang yang sama, atau sifat yang sama”. Dan
mengenai (Matius 28: 18-20) dikatakan : ”Tetapi, ayat ini jika diambil begitu
saja, tidak akan membuktikan dengan pasti bahwa ketiga subyek yang
disebutkan masing-masing adalah satu pribadi, atau bahwa mereka setara
atau bersifat ilahi”.
Ketika Yesus dibaptis, Allah, Yesus, dan Roh Kudus juga
disebutkan dalam konteks yang sama. Yesus “melihat Roh Allah seperti
burung merpati turun ke atasNya”. (Matius 3: 16) tetapi, ini tidak berarti
43
International Bible Student Association, Haruskah Anda Percaya KepadaTritunggal?
xlv
bahwa ketiganya adalah satu, Abraham, I shak, dan Yakub banyak sekali
disebutkan bersama-sama, tetapi hal itu tidak membuat mereka menjadi
satu. Petrus, Yakobus dan Yohanes disebutkan bersama-sama, tetapi itu tidak
membuat mereka menjadi satu juga. Lagi pula, Roh Allah turun ke atas Yesus
pada saat pembaptisannya, yang menunjukkan bahwa sebelum itu Yesus
tidak diurapi dengan Roh. Maka, bagaimana mungkin ia menjadi bagian dari
suatu Tritunggal padahal ia tidak selalu satu dengan Roh Kudus?.44
Kutipan lain yang menyebutkan ketiganya bersama-sama terdapat
dalam beberapa terjemahan Alkitab yang lebih tua dalam (1 Yohanes 5: 7).
Namun, para sarjana mengakui bahwa kata-kata ini pada awalnya tidak
terdapat dalam Alkitab, tetapi baru ditambahkan belakangan. Kebanyakan
terjemahan modern dengan benar menghilangkan ayat yang palsu ini.
Yesus juga menyebut Roh Kudus sebagai “penolong” (bahasa Yunani),
pa.ra’kle.tos), dan mengatakan bahwa penolong ini akan “mengajar”,
“bersaksi”, “berkata-kata”, dan ‘mendengar’. (Yoh. 14: 16. 17,26; 15; 26;
16: 13) dalam Alkitab ada hal-hal yang dipersonifikasikan. Misalnya, hikmat
disebut mempunyai “anak-anak”. (Luk. 7: 35) dosa dan kematian dikatakan
berlaku sebagai penguasa atau raja. (Rm. 5: 14,21) ada ayat-ayat yang
mengatakan bahwa roh itu “berkata-kata”, namun ayat-ayat lain mengatakan
44
xlvi
bahwa ini dilakukan melalui malaikat atau manusia. (Kis. 4: 24, 25; 28: 25;
Mat. 10: 19, 20); bandingkan dengan (kisah 20: 23 dengan 21: 10, 11.) Dalam
(1 Yohanes 5: 6-8), bukan hanya Roh tetapi “air dan darah” juga dikatakan
“memberi kesaksian”. Jadi tidak satupun dari mengenai ayat-ayat itu yang
menyatakan bahwa Roh Kudus adalah suatu pribadi.45
Selaras dengan ini ialah penggunaan umum dari kata “Roh Kudus”
dalam Alkitab dengan cara yang tidak menunjukkannya sebagai suatu
pribadi, seperti pada waktu menyejajarkannya dengan air dan api. (Matius
3: 11; Markus 1: 8) Orang-orang dianjurkan agar menjadi penuh dengan Roh
Kudus dan bukan dengan anggur. (Efesus 5: 18) Mereka dikatakan dipenuhi
dengan sifat-sifat, seperi hikmat, iman, dan sukacita. (Kisah 6: 3; 11: 24;
13: 52) dan dalam (2 Korintus 6: 6) Roh Kudus dimasukkan di antara sejumlah
sifat. Pernyataan-pernyataan seperti itu tidak akan digunakan jika Roh Kudus
benar-benar suatu pribadi.
Kemudian, walaupun beberapa ayat Alkitab mengatakan bahwa Roh
itu berbicara, ayat-ayat lain menunjukkan bahwa ini sebenarnya dilakukan
melalui manusia atau malaikat. (Matius 10: 19,20; Kisah 4: 24, 25; 28: 28;
I brani 2: 2) Tindakan Roh dalam peristiwa-peristiwa tersebut adalah seperti
45
International Bible Students Association, Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-ayat Alkitab
xlvii
gelombang radio yang mengirimkan berita dari satu orang kepada orang lain
ditempat yang jauh.
Dalam (Matius 28: 19) disebutkan “nama Roh Kudus.” Namun kata
“nama” tidak selalu berarti nama pribadi, dalam bahasa Yunani maupun
bahasa I ndonesia. Bila kita mengatakan “atas nama hukum” kita tidak
menunjuk seseorang. Kita memaksudkan apa yang diwakili oleh hukum itu,
yaitu wewenangnya. Word Picture in the New Testament karya Robertson
mengatakan: “Penggunaan nama (onoma) di sini umum dilakukan dalam
Septuaginta dan papirus lain untuk kuasa atau wewenang.” Jadi pembaptisan
dalam nama Roh Kudus menyatakan seseorang mengakui wewenang roh itu,
bahwa ini berasal dari Allah dan berfungsi melalui kehendak ilahi.46
Teolog Katolik Fortman; “Orang-orang Yahudi tidak pernah
menganggap Roh itu sebagai suatu pribadi, juga tidak ada bukti yang kuat
bahwa ada penulis perjanjian lama yang menganut pandangan ini. Biasanya
Roh Kudus dinyatakan dalam sinoptiks (injil-injil) dan dalam buku Kisah
sebagai suatu kekuatan atau kuasa I lahi”. New Catholik Encyclopedia
“perjanjian lama” dengan jelas tidak menggambarkan Roh Allah sebagai
suatu pribadi …..Roh Allah hanyalah Kuasa dari Allah. Jika ini kadang-kadang
dinyatakan sebagai sesuatu yang berbeda dari Allah, ini adalah karena nafas
46
xlviii
Yahweh bertindak di luar dari-Nya. “Buku itu juga mengatakan ; mayoritas
naskah-naskah Perjanjian Baru menyatakan Roh Allah sebagai sesuatu,
bukan seseorang; ini terutama terlihat dalam kesejajaran antara Roh dan
kuasa Allah. Jadi “secara keseluruhan penjelasan Alkitab itu baik di perjanjian
lama maupun perjanjian baru dalam berbicara tentang Roh itu adalah
sebagai suatu energi atau kuasa ilahi.”47 Roh Kudus (Kisah 2: 4) adalah
intipati atau kuasa Allah yang Kristus janjikan akan utuskan kepada
umat-umat pilihan (Yohanes 16: 7). Roh Kudus bukan suatu pribadi dan bukan
bagian dari suatu Tritunggal, tetapi Roh Kudus adalah tenaga aktif Allah yang
I a gunakan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Roh Kudus tidak setara
dengan Allah tetapi selalu dipakai oleh-Nya dan lebih rendah dari pada Dia.
B. Roh Kudus Secara Umum
Roh Kudus menurut doktrin Tritunggal adalah Pribadi ketiga dari
keilahian setara dengan Sang Bapa dan Sang Anak, Seperti dikatakan buku
Our Ortodox Christian Faith: “Roh Kudus adalah Allah sepenuhnya,48 Roh
Kudus adalah Allah sendiri yang datang kepada kita dari luar (“dari atas”),
yang menyatakan dirinya kepada kita serta bertindak terhadap kita
47
Internatiomal Bible Students Association, Haruskah Anda Percaya Tritunggal?, h. 22
48
xlix
Kesaksian tentang pernyataan Allah ialah Alkitab. Apabila dalam
Alkitab dibicarakan tentang Allah Bapa, maka dibicarakan pula tentang Yesus
dan tentang Roh Kudus. Demikianlah Allah menyatakan diriNya, demikian I a
membuat kita mengenal Dia, yaitu dengan tiga nama yang menunjuk kepada
tiga “Cara Berada-Nya” sebagai “Allah Bapa”, sebagai “Allah Anak”, sebagai
“Allah Roh Kudus”. Ketiganya ini bukanlah Tiga I lahi ataupun tiga Tuhan,
melainkan adalah Allah yang Satu dan Esa49. Dalam Diri Allah ada Tiga
pribadi tapi Allah itu tetap satu, ada hubungan yang sangat erat antara ketiga
pribadi ini dan hubungannya tersebut terjadi karena daya kekuatan Allah Roh
kudus yang mempersatukan antara Bapa dan Putra, keesaan itu atau satu
itu, tidak bertentangan dengan tiga pribadi.
Pengudusan, karya ketiga pribadi, dilaksanakan oleh Roh Kudus yang
dianugerahkan kepada semua orang beriman (Yoh 20: 22: 22; Rm 5: 5). ST.
Atanasius dari Alexanderia (296-373) dan ST-Sirilius dari Alexanderia
(meninggal 444) membela keilahian Roh, justru karena Roh itu membuat kita
serupa dengan Allah dengan menguduskan atau mengilahikan kita. Keilahian
Roh dinyatakan pada konsili Konstatinopel pertama pada tahun 38150.
Pengukuhan ini datangnya setelah Ketuhanan Yesus, berdasarkan rumusan
49
G.C. Van Niftrik, D.S. BJ. Boland, Dogmatika Masa Kini, h. 334-345
50
l
Athanasius yang menyatakan bahwa: “Roh Kudus itu sehakekat dengan Allah
Bapa dan Allah Anak. Sebagaimana Bapa, demikian juga Anak demikian juga
Roh Kudus itu”51
Penetapan Roh Kudus dalam pengolahannya sama dengan Tuhan
Yesus yaitu keduanya adalah hasil dari ulama kristen dalam konsili Nicea
tahun 325 M. dan konsili Dikumenes 11 tahun 381 M. Pada akhirnya Van
Niftrik mengambil kesimpulan dalam ketuhanan Roh Kudus sebagai berikut:
1. Sebagai Allah Tritunggal maka Allah itu satu dan Esa adanya, namun
demikian kita terpaksa membeda-bedakan antara Allah Bapa, Allah
Anak dan Allah Roh Kudus.
2. Dalam hakekatnya Allah Tritunggal, tidak ada yang lebih dahulu atau
yang lebih kemudian, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Namun demikian, haruslah dikatakan, bahwa Bapa adalah I a asal
(yang kekal), daripada Roh Kudus, yang sudah datang di dunia ini
untuk menetap di antara kita sambil bekerja di dalam kita52.
Sepanjang penyelidikan yang dilakukan oleh umat kristen. Ketuhanan
Roh Kudus itu benar-benar rumusan yang dibuat oleh gereja Kristen,
sehingga mereka mengekang pikiran untuk mempersoalkannya, kecuali
51
G. C. Van Niftrik, D.S. BJ. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1967), h. 261
52
li
beberapa ahli teologi skolastik pada abad-abad pertengahan. Mereka itu yang
diperkenankan untuk membahasnya, dan mereka tidak terikat oleh doktrin
gereja sebagaimana dikatakan oleh Van Niftrik bahwa pemikirannya tidak
mau mengakui adanya batas apapun. Jadi, janganlah kita mencoba
menjelaskan soal-soal itu sampai masuk akal53.
Dari awal teologia sudah terpaksa memikirkan pertanyaan-pertanyaan
demikian. Sebab itu perlulah kita mencurahkan perhatian kepada sejarah
gereja. Pada abad-abad pertama dikalangan gereja kristen, yang
diperdebatkan mengenai soal siapakah Yesus Kristus? Pada konsili-konsili
Nicea (325) dan konstatinopel (381) dirumuskan dogma, bahwasanya Anak
Allah adalah “Sehakekat dengan Bapa”. Dengan perumusan ini ditolak oleh
ajaran Arius. Perkembangan ini adalah karena berkat usaha Athanasius (lihat
bab 12,14). Athanasius juga menggunakan perumusan itu dalam berbicara
tentang Roh Kudus: kata “Homo–Usios” (sama hakekat, sehakekat) tidak saja
berlaku mengenai Kristus, tetapi juga mengenai Roh Kudus. Maksudnya
adalah bahwa Roh Kudus bukanlah “sesuatu”, bukanlah salah satu
“kekuatan” bukanlah salah satu “makhluk” melainkan bahwa Dia adalah
berpribadi, artinya bertindak sebagai “cara berada yang ketiga” di dalam
hakekat Allah yang satu dan esa.
53
lii
Akan tetapi mengenai Roh Kudus, Konsili-konsili pertama hanya
memberikan perumusan yang samar-samar. Rumusan Nicea (325)
membicarakan tentang nisbah antara Allah Bapa dan kepada Yesus Kristus;
setelah mengaku percaya kepada Allah Bapa dan kepada Yesus Kristus, lalu
mengenai Roh Kudus hanya bertulis “dan kepada Roh Kudus” tanpa
tambahan apa-apa. Dalam bentuk semula Pengakuan Nicea-Konstatinopel
(381), sesudah pasal-pasal tentang Allah Bapa dan Yesus Kristus,
menyusullah : “dan kepada Roh Kudus, yang jadi Tuhan dan menghidupkan;
yang keluar dari Sang Bapa; yang disembah dan dimuliakan bersama-sama
dengan Sang Bapa dan Sang Anak….” Dengan perumusan itu ditolaklah
anggapan orang-orang yang sudah mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah
suatu makhluk, suatu oknum yang takluk kepada Allah, sama seperti
misalnya para Malaikat.54
Roh kudus adalah nama lain untuk kasih Allah yang pergi kepada
manusia dan yang merubah serta membaharuinya. Roh kudus-seperti yang
kita katakan adalah kehadirat Allah yang menguatkan kita dan menatang kita,
kehadiran Allah yang menghibur kita dan yang membuka
perspektif-perspektif baru untuk kita ke masa depan dan lain-lain. Kehadirat Allah ini
bukan saja kita alami dalam hidup kita, tetapi kita juga lihat ”dalam hidup
54
liii
orang-orang lain”, hidup mereka yang ditatang oleh cinta kasih, hidup
mereka yang terbuka untuk sesama manusia mereka, dan sebagainya. Dan
juga dalam persekutuan percaya yang kita sebut Jemaat; kerukunan,
perdamaian, solidaritas, yang kita “lihat” dan alami disitu, di tengah-tengah
cobaan, salah paham dan pergumulan. Semuanya itu hanya mungkin karena
Allah berkenan hadir dan bertindak di dalam dan di tengah-tengah kita.55
Dalam Ensiklopedi gereja Roh Kudus adalah pemberian di dalam “Allah
Tritunggal itu sendiri yaitu cinta kasih yang secara bebas memberi diri.
Dengan kata lain: Roh Kudus adalah cinta kasih yang berpribadi. Jadi, Dialah
bukan hanya pemberian, melainkan juga pemberi menurut hakekat ilahiNya,
maka Roh bukan anugerah yang diberikan bagi pribadi kristus (dalam
pembaptisan dan kebangkitanNya), melainkan sebagai anugerah dialah
terutama pribadi yang memberi Diri. Seandainya tidak demikian, Roh Kudus
tidak dapat mewahyukan keilahian Allah seperti adanya, yakni sebagai Abadi,
melainkan hanya Allah sebagaimana I a menampakkan Diri dalam sejarah
umat manusia. Hal ini diungkapkan S. Agustinus dengan mengatakan bahwa
Roh Kudus adalah Cinta kasih ilahi antara Bapa dan Putra yang Ber-Pribadi.56
55
Dr. J. L. Ch. Abineno, Pokok-Pokok Penting Dari Iman Kristen,, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2003) Cet. Ke-6, h. 142.
56
liv
Melalui Roh Kudus itulah Allah mengetahui segala-galanya dan tiada
hal yang tersembunyi dari “mata” Allah. Dan melalui Roh Kudus itu pula Allah
hadir di segala tempat pada waktu yang bersamaan. Dua ciri atau sifat Allah
ini disebut di dalam bahasa teologi dengan istilah Omniscient (“maha tahu”)
dan Omnipresent (“maha hadir”). Hal ini diungkapkan oleh banyak ayat
dalam Alkitab. Misalnya dalam (Yeremia 23: 23-24).57
Roh Kudus diutus oleh Yesus Kristus, dari Bapa, kepada manusia,
karena Yesus tidak menghendaki manusia itu hidup sendirian. Roh Kudus
turun ke dunia, yaitu kepada para Rasul dan murid-murid Yesus dan
selanjutnya pada gereja Pantekosta, hari kelima puluh sesudah paskah atau
pada hari kesepuluh sesudah kenaikan Yesus ke surga. Dapat dikatakan
bahwa yang bekerja di dunia sekarang ini adalah Roh Kudus. Pertama Roh
Kudus turun kepada para rasul dan murid-muridnya sehingga dalam seketika
mereka menjadi memiliki keberanian, menjadi orang-orang yang sabar dan
gembira dalam penderitaan hidup karena iman mereka. Roh Kudus menjadi
pendorong yang menyebabkan mereka giat bekerja karena keimanan mereka
terhadap apa yang pernah diberitakan oleh Yesus Kristus.
Apabila seseorang telah dipenuhi Roh Kudus, maka ia akan memiliki
apa yang dalam gereja Roma Katolik disebut dengan “Kehidupan Berahmat”
57
lv
yaitu sebagai orang yang termasuk suci tanpa dosa-dosa kecil sekalipun.
Orang tersebut telah memiliki suatu kehidupan adikodrati karena Roh Kudus
sudah ada dalam dirinya, bahkan Bapa dan Putra pun ada dalam diri orang
tersebut. I nilah yang dimaksud oleh Paulus dengan perkataannya : ”Tidakkah
kamu tahu bahwa kamu itu bait Allah dan bahwa Roh Kudus tinggal di dalam
hatimu” (1Kor, 316).58
Roh Kudus merupakan satu-satunya sumber kekuatan dan kuasa
Yesus dalam seluruh pelayanan-Nya. Bahkan Yesus menganjurkan untuk
selalu bergantung kepada Roh Kudus agar mendapatkan kuat kuasa yang
diperlukan bagi mukjizat-mukjizat serta pengajaran-Nya. I a tak pernah
melakukan sesuatu tanpa pimpinan Roh Kudus.59
Kalau kita lihat dalam I slam Roh Kudus adalah Malaikat Jibril atau
dengan pengertian lain adalah bahwa Allah telah menjadikan jiwanya bersih
dari segala sifat-sifat yang tidak baik, dengan nikmat ini I sa dapat
mengetahui bahwa I a lahir kedunia ini bukanlah dengan kejadian yang biasa,
sehingga dengan demikian ia dapat membuktikan kesucian dirinya dan
kesucian ibunya. Karena Allah telah memperkuatnya dengan Ruhul kudus
tersebut, maka ia dapat berbicara ketika I a masih dalam buaian dan waktu
58
Djam’annuri, Agama Kita Perspektif Sejarah Agama-Agama, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2000) Cet. Ke-1, h. 85
59