• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Development in Performance Assesment of Stearic cid Industry from Palm Oil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Development in Performance Assesment of Stearic cid Industry from Palm Oil"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

FAJAR KURNIAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

RANCANG BANGUN MODEL PENILAIAN KINERJA INDUSTRI ASAM STEARAT DARI MINYAK SAWIT

adalah benar merupakan karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua data dan informasi yang digunakan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Februari 2006

(3)

FAJAR KURNIAWAN. Rancang Bangun Model Penilaian Kinerja Industri Asam Stearat Dari Minyak Sawit. Dibimbing oleh Hartrisari Hardjomidjojo, Ani Suryani dan Meika Syahbanna Rusli.

Pasokan oleokimia ke Cina, khususnya dari Indonesia dan Malaysia sangatlah besar, yakni mencapai 500 000 ton per tahun dan 90% dari jumlah tersebut berupa asam stearat (Cham & Purwoko 2004). Negara lain yang menjadi importir utama oleokimia adalah Uni Eropa dan Amerika Serikat. Sektor industri ini merupakan peluang besar bagi perusahaan agroindustri berorientasi ekspor. Tetapi persaingan di dunia industri, memungkinkan setiap perusahaan berupaya untuk melakukan perbaikan secara kontinyu, sehingga produk yang dihasilkan memiliki daya saing yang tinggi. Perbaikan dapat dilakukan apabila perusahaan mampu melakukan evaluasi terhadap kinerjanya. Proses evaluasi membutuhkan modal yang besar, dan ini merupakan hambatan bagi industri di Indonesia, khususnya industri oleokimia.

Sistem Penilaian Kinerja dapat dibangun dengan merancang suatu model penilaian kinerja, dengan menggunakan pendekatan sistem. Aspek yang ditinjau dalam penilaian kinerja ini, yang dikenal dengan istilah 7M1E, yaitu: Man (manusia),

Money (keuangan), Machine (mesin), Material (bahan baku), Method (metode),

Market (pasar), Management (manajemen) & Environment (lingkungan). Interval

penilaian kinerja dibuat berdasarkan justifikasi pakar dan studi literatur. Model akan memberikan penilaian dari setiap kriteria, dan menyimpulkan penilaian melalui pembobotan sederhana dari beberapa kriteria secara kuantitatif dan kualitatif.

(4)

FAJAR KURNIAWAN. Model Development in Performance Assesment of Stearic cid Industry from Palm Oil. The guidance is by Hartrisari Hardjomidjojo, Ani Suryani and Meika Syahbanna Rusli.

Oleochemical supply to China, especially from Indonesia and Malaysia is very big, about 500 000 ton a year, 90% of the supply is stearic acid (Cham & Purwoko). The other stearic acid importir country are Europe Union and United States of America. This sector is a big opportunity for agroindustry company, especially export oriented industry. The hard competition in this sector pushes every industry do some continuous improvement, so that the output of product has competitive quality. Continuous improvement can be realized when the companies evaluate their performances. The evaluation process needs enormous resource which is the main problem for industry in Indonesia, esspecially oleochemical industry.

The performance assesment system is developed by designing an assesment model, using system approach. The object of observation in this performance assesment, i.e. man, market, money, machine, material, method, market, management & environment. The assesment interval is based on expert justification, technical standard and literature study. The model will give assesment from each criterias and conclude the assesment through simple weighting from some criterias quantitatively and qualitatively.

(5)

FAJAR KURNIAWAN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Nama : Fajar Kurniawan NRP : F351030041

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA Ketua

Dr. Ir. Ani Suryani, DEA Dr. Ir. Meika Syahbanna Rusli, M.Sc Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Industri Pertanian

Dr. Ir. Irawadi Jamaran Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, MSc.

(7)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Mei 1975 sebagai putra pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Andi Suhandi dan Diana Yusuf.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 03 pada tahun 1987, dan lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 76 Jakarta Pusat pada tahun 1990. Pada tahun 1993 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 27 Jakarta Pusat. Pendidikan sarjana ditempuh pada Jurusan Teknik Industri, di Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung, lulus pada tahun 1998. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan studi di Program Studi Teknologi

(8)

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menulis hasilnya dalam tesis yang berjudul Rancang Bangun Model Penilaian Kinerja Industri Asam Stearat

dari Minyak Sawit, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Selama penyusunan usulan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sampai tersusunnya tesis ini. Pada kesempatan ini penulis bermaksud menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Ani Suryani, DEA serta Dr. Ir.Meika Syahbanna Rusli, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing atas segala arahan, bimbingan, dan pengertiannya yang telah diberikan selama ini. Ucapan yang sama penulis sampaikan pula kepada Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA, selaku penguji luar komisi pembimbing dan kepada Ketua Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN) yang telah banyak memberi masukan demi perbaikan tesis ini. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Irawadi Jamaran atas kebijakannya dalam menunjang penyelesaian studi ini.

Terima kasih penulis sampaikan kepada papa, mama, istri, putri, adik serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman TIP angkatan 2003 yang memberikan dukungan dan masukan berarti dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi masukan, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan, karenanya dengan hati terbuka penulis menghargai kritik dan saran yang konstruktif. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Februari 2006

(9)

Halaman

D. Teknik Pengukuran Kinerja... 22

E. Pendekatan Sistem... 24

F. Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System)... 24

III. METODE PENELITIAN... 26

A. Kerangka Pemikiran ………...……….. 26

B. Rancang Bangun Sistem Penilaian Kinerja ………...……...… 26

C. Tata Laksana ………...………... 30

IV. PEMODELAN SISTEM ... 33

A. Rancang Bangun Sistem ………..……….. 33

1. Model Penilaian Kinerja………. 33

1.1. Indikator Penilaian Kinerja ... 42

1.1.1. Penilaian Kinerja Internal ………...…………... 43

1.1.1.1. Data Perusahaan ……….. 44

1.1.1.2. Penilaian Bahan Baku ………. 44

1.1.1.3. Penilaian Proses ……….. 45

1.1.1.4. Penilaian Produk Jadi ………..……… 52

1.1.1.5. Penilaian Formasi Karyawan ……….. 54

1.1.2. Penilaian Kinerja Eksternal ………...……… 56

(10)

1.1.3. Penilaian Kinerja Keseluruhan ………. 60

1.1.3.1. Penentuan Skor ………...… 61

1.1.3.2. Penentuan Bobot dan Penilaian Akhir ... 61

1.1.4. Pemilihan Pakar ... 64

1.1.5. Perolehan Data Perusahaan ... 65

B. Konfigurasi Sistem ... 72

C.Implementasi Sistem ... 73

1. Data Flow Diagram ... 73

2. Diagram Konteks ...………... 74

3. Diagram Nol ... 75

4. Diagram Rinci ... 76

5. Entity Relationship Diagram... 78

6. Perancangan Basis Data... 78

V. VERIFIKASI & VALIDASI ... 79

A. Penilaian Bahan Baku ……….……… 79

B.Penilaian Proses ………..……… 81

1. Penilaian Kinerja Setiap Stasiun Kerja………...………. 82

1.1. Stasiun Pemisahan Lemak ……….………. 82

1.2. Stasiun Hidrogensi ………...……… 83

1.3. Stasiun Distilasi ………...……… 85

1.4. Stasiun Fraksinasi ………..……. 86

1.5. Stasiun Beading………...… 87

1.6 Stasiun Penyerpihan ……….……….. 88

1.7. Stasiun Pengemasan ……….……….. 89

1.8. Kinerja Mesin ……….………… 90

2. Penilaian Kinerja Personalia ……….…………. 93

3. Penilaian Kinerja Keuangan ……….…….. 94

C. Penilaian Produk ……….……… 96

1. Penilaian Grade Produk ……….………. 98

2. Penilaian Kualitas Produk ……….…………. 99

3. Kinerja Pasar ……….…….101

D. Penilaian Formasi Karyawan ……..………. 102

E. Penilaian Ekonomi ... 104

F. Penilaian Sosial ... 107

G. Penilaian Lingkungan ...109

(11)

B. Model………...………... 118

C. Pendekatan Sistem……….. 124

D. Analisis Bahasa Pemrograman .………..………….. 131

E. Rekomendasi Perbaikan ……… 134

VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 138

A.Kesimpulan ...138

B.Saran...…………...138

DAFTAR PUSTAKA ………...………..………... 140

(12)

Halaman

1. Standar Bahan Baku yang Dipergunakan………….……....………... 13

2. Bahan Baku dan Bahan Penolong yang Dipergunakan ... ... 14

3. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit Kasar.... ... ... 20

4. Produk Utama Industri Oleokimia ... ... 20

5. Spesifikasi Produk Asam Stearat ... ... 22

6. Klasifikasi Skor Penilaian Kinerja Perusahaan... 23

7. Pendapat Pakar Mengenai Jumlah Bahan Baku... 45

8. Standar Teknis Mengenai Kualitas Bahan Baku... ... 45

9. Tahapan Proses Pembuatan Asam Stearat………...… 46

10. Penilaian Kriteria Proses Pemisahan Lemak... ... 46

11. Penilaian Kriteria Proses Hidrogenasi………...……….… 47

12. Penilaian Kriteria Proses Distilasi………...………….….. 47

13. Penilaian Kriteria Proses Fraksinasi………...…….…... 48

14. Penilaian Kriteria Proses Penyerpihan………...……….…... 49

15. Penilaian Kriteria Proses Beading………...……….….. 50

16. Penilaian Kriteria Proses Pengemasan………...…... 50

17. Penilaian Kriteria Mesin………...…….…. 51

18. Pendapat Pakar Mengenai Kriteria Kinerja Personalia... ... 51

19. Pendapat Pakar Mengenai Kriteria Kinerja Keuangan... ... 52

20. Standar Teknis Mengenai Kriteria Kualitas Produk SA 1800 & 1801... 52

21. Standar Teknis Mengenai Kriteria Kualitas Produk SA 1840... 53

22. Pendapat Pakar Mengenai Kriteria Kuantitas produk... ... 53

23. Pendapat Pakar Mengenai Kriteria Pemasaran... ... 54

24. Penilaian Formasi Karyawan Departemen Produksi... ... 54

25. Penilaian Formasi Karyawan Departemen Pengendalian Kualitas... ... 55

26. Penilaian Formasi Karyawan Departemen Logistik... ... 55

(13)

30. Penilaian Kriteria Kebisingan... 58

31. Penilaian Kriteria Limbah Cair... 59

32. Penilaian Kriteria Limbah Gas... 60

33. Skor Penilaian Kinerja Perusahaan... ... 61

34. Bobot Faktor Internal... ... 62

35. Bobot Faktor Eksternal... ... 63

36. Interval Penilaian... ... 63

37. Daftar Pakar Penilaian Kinerja... ... 64

38. Data Tahunan PT. X Tahun 2004... ... 65

39. Data Tahunan Proses di PT. X Tahun 2004... 66

40. Data Tahunan Formasi Karyawan Departemen Produksi PT. X Tahun 2004... 67

41. Penilaian Formasi Karyawan Departemen Pengendalian Kualitas PT. X Tahun 2004………..………. 67

42. Penilaian Formasi Karyawan Departemen Logistik... ... 68

43. Limbah Hasil Industri... 69

44. Hasil Pengukuran Limbah Cair... ... 70

45. Kualitas Limbah Udara... ... 70

(14)

Halaman

1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit... 13

2. Diagram Alir Proses Pembuatan Asam Stearat………….…....………... 15

3. Asam Stearat………..…………..………...….. 19

4. Kerangka Pemikran Konseptual Rancang Bangun Penilaian Kinerja Industri Asam Lemak ………...………..…………..………….. 24

5. Sistem Pengelolaan Industri Asam Stearat... 29

6. Rancangan Sistem Penilaian Kinerja Industri Asam Stearat... 30

7. Tahapan Penilaian Kinerja Industri Asam Stearat... 33

8. Diagram Alir Penilaian Kinerja ... 34

9. Diagram Alir Penilaian Kinerja Bahan Baku ... 35

10. Diagram Alir Penilaian Kinerja Produk... 36

11. Diagram Alir Penilaian Kinerja Proses ...………...…... 37

12. Diagram Alir Penilaian Kinerja Ekonomi... 39

13. Diagram Alir Penilaian Kinerja Sosial... 40

14. Diagram Alir Penilaian Kinerja Lingkungan... 41

15. Konfigurasi Model SPIAS 1.0... 72

16. Data Flow Diagram Sistem………...… 73

17. Diagram konteks………... 74

18. Diagram no l………... 75

19. Diagram Rinci 1 (Pendataan Pekerjaan)... ... 76

20 Diagram Rinci 2 Penilaian Kinerja... ... 77

21. Keluaran Hasil Akhir Penilaian Bahan Baku... 79

22. Keluaran Hasil Akhir Penilaian Proses ... 81

23. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pemisahan Lemak... 82

24. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Hidrogenasi... 84

25. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Distilasi... 85

(15)

29. Hasil Penilaian Kinerja Stasiun Pengemasan……….. 89

30. Hasil Penilaian Kinerja Mesin………. 90

31. Hasil Penilaian Kinerja Karyawan ………. 93

32. Hasil Penilaian Kinerja Keuangan ………. 95

33. Hasil Akhir Penilaian Produk ...……….. 97

34. Hasil Penilaian Kuantitas Produk ………...…………....………. 99

35. Hasil Penilaian Kualitas Produk ... ... 100

36. Penilaian Kinerja Pemasaran ………...……101

37. Hasil Penilaian Formasi Karyawan Departemen Produksi ...………...103

38. Hasil Penilaian Formasi Karyawan Departemen Pengendalian Kualitas ...……… …...103

39. Hasil Penilaian Formasi Karyawan Departemen Logistik...…………104

40. Penilaian Kinerja Ekonomi ... ...105

41. Hasil Penilaian Kinerja Sosial ... ...107

42. Keluaran Hasil Penilaian Lingkungan………... 110

43. Hasil Penilaian Limbah Cair ………...……… 111

44. Hasil Penilaian Limbah Gas ………...……….112

45. Hasil Penilaian Kebisingan ………...……...113

46 . Hasil Akhir Penilaian Kinerja Perusahaan ………...….. 114

(16)

Halaman

1. Kuesioner Penetapan Kriteria Penilaian Kinerja... ...144

2. If-then Rules……… …..………... ...168

3. Aliran Proses RBD Stearin ...169

4. Reaksi Hidrolisa...………... ...170

5. Simbol yang Sering Digunakan Dalam Pembuatan Diagram………..171

6. Entity Relationship Diagram …………..………... 172

(17)

A. Latar Belakang

Sektor industri memiliki peranan yang penting dalam pembangunan nasional. Industri nasional tumbuh 6.76% pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 diperkirakan target industri mencapai 7.7% (Kompas 2006). Ekspor non-migas Desember 2005 mencapai 6.23 miliar dolar US atau naik 19.10% dibanding bulan sebelumnya, sedangkan nilai ekspor nonmigas pada Januari-Desember 2005 mengalami kenaikan 18.55%, sementara itu berdasarkan sektornya, ekspor hasil industri pada Januari-Desember meningkat 13.28% dibanding periode yang sama pada 2004 (Suara

Merdeka 2006). Kondisi ini menempatkan sektor industri menjadi sebuah sektor yang diminati saat ini, sehingga timbul persaingan yang ketat diantara industri-industri. Salah satu sektor industri yang memiliki peluang besar saat ini adalah industri asam lemak. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan permintaan dari Jepang yang mencapai US $ 17.35 Juta dengan trend kenaikan 9% per tahun. Pasokan oleokimia ke Cina, khususnya dari Indonesia dan Malaysia mencapai 500 000 ton per tahun, di mana 90% dari jumlah tersebut berupa asam stearat (Cham & Purwoko 2004). Industri ini merupakan peluang besar bagi perusahaan agroindustri berorientasi ekspor. Peluang ini didukung pula oleh luas areal kelapa sawit yang menjadi bahan baku asam lemak yang banyak terdapat di Indonesia. Luas areal perkebunan kelapa sawit yang berada di Indonesia mencapai 4.1 juta hektar dan akan terus bertambah, dengan produksi minyak sawit mentah yang mencapai 13.6 juta ton pada tahun 2005, sehingga menjadikan Indonesia sebagai produsen minyak sawit kedua terbesar setelah Malaysia (Dharmosarkoro W 2004). Sayangnya, dari sekian banyak CPO yang dihasilkan, hanya 16.6% yang dapat dimanfaatkan untuk industri oleokimia, sisanya 70% untuk minyak goreng, 3.5% untuk margarin, 4.7% untuk sabun dan 5.2% untuk produk lain (BPS 1996).

(18)

dengan baik, jika perusahaan mengetahui kekurangannya saat ini, hal ini mutlak

diperlukan, apalagi untuk perusahaan yang berorientasi ekspor. Perbaikan perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan kualitas,

sehingga perusahaan siap menghadapi era perdagangan bebas APEC tahun 2010 dan perdagangan dunia tahun 2020 yang akan datang.

Sistem Penilaian Kinerja adalah suatu panduan bagi industri untuk dapat beroperasi dengan baik, sehingga melalui penilaian kinerja, perusahan dapat mengetahui posisinya saat ini sebagai acuan untuk melakukan perbaikan manajemen. Beberapa aspek yang ditinjau dalam penilaian kinerja ini adalah: Man (manusia),

Money (keuangan), Machine (mesin), Material (bahan baku), Method (metode),

Market (pasar), Management (manajemen) & Environment (lingkungan). Melalui

penilaian kinerja ini perusahaan akan mengetahui kondisi dari ke delapan aspek tersebut, sehingga perusahaan dapat melakukan perbaikan untuk memenuhi semua kekurangannya. Penilaian kinerja ini akan lebih efektif apabila ditunjang oleh sistem informasi yang memadai, sehingga aktivitas penilaian kinerja dapat dilakukan lebih cepat, dan memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan analisa. Keluaran yang direpresentasikan dalam program, berupa penilaian kuantitatif dan kualitatif dari setiap aspek yang dinilai. Sistem Penilaian Kinerja diharapkan menjadi jawaban terhadap masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam mengetahui kinerja yang selama ini telah dilakukan, sehingga tidak mengesampingkan aktivitas evaluasi karena keterbatasan sumber daya. Program penilaian kinerja ini dapat membantu perusahaan, khususnya untuk perusahaan berorientasi ekspor, dalam hal ini dipilih kasus dari industri asam stearat dari minyak sawit.

B. Tujuan Penelitian

(19)

industri asam stearat. Keluaran dari sistem, diharapkan dapat membantu industri oleokimia, khususnya industri asam stearat, dalam melakukan penilaian kinerja, sehingga perusahaan mampu melakukan evaluasi secara cepat dan dapat menentukan rekomendasi dan strategi untuk peningkatan kinerja perusahaan. Indikator ideal yang digunakan dalam penilaian kinerja industri oleokimia, dapat pula digunakan sebagai rujukan bagi operasionalisasi industri oleokimia.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mengkaji kinerja industri oleokimia, khususnya industri asam stearat yang menggunakan RBD Stearin sebagai bahan baku. Hasil dari penelitian

ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alat untuk melakukan pengembangan kinerja industri asam stearat di Indonesia. Beberapa manfaat dari keluaran model penilaian kinerja industri asam stearat adalah :

1. Bagi produsen asam stearat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai kinerja industri saat ini, sehingga berdasarkan hasil penilaian tersebut, diharapkan manajemen industri dapat mengetahui langkah-langkah yang perlu diambil untuk meningkatkan kinerjanya

2. Bagi pemerintah, hasil penilaian kinerja industri secara umum dapat dijadikan sebagai masukan dan dasar evaluasi penentuan strategi pengembangan industri asam stearat di Indonesia ke depan

3. Bagi asosiasi industri, khususnya untuk APOLIN (Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia), hasil penilaian kinerja ini dapat dijadikan bahan masukan untuk penyusunan program kerja dan kebijakan industri ke depan.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian meliputi beberapa kegiatan, antara lain :

1. Melakukan pengamatan kondisi industri asam stearat yang ada saat ini, melalui survei lapangan dan studi literatur

(20)

industri asam strearat yang ideal, melalui aktivitas interview dengan para pakar dan diperkuat dengan studi literatur

3. Melakukan pemodelan sistem dan rancang bangun perangkat lunak berdasarkan indikator kinerja dan standar ideal industri asam stearat

4. Melakukan pengumpulan data input penilaian kinerja dari setiap departemen pada perusahaan yang akan diteliti

5. Melakukan verifikasi dan validasi model

6. Melakukan analisis terhadap keluaran yang dihasilkan oleh model 7. Membuat rekomendasi perbaikan untuk perusahaan.

E. Pembatasan Masalah

Penilaian kinerja yang memiliki banyak aspek, dan banyak metode, akan dibatasi untuk beberapa analisis, antara lain :

1. Penilaian material akan melihat presentase material reject, prosentase asam lemak bebas, bilangan iod, warna, moisture dan impurities.

2. Penilaian kinerja dari setiap proses akan melihat sistem penilaian berdasarkan kriteria penilaian departemen kualitas yang ada di perusahaan

3. Penilaian kinerja mesin ditentukan oleh indikator yang biasanya dipergunakan di industri asam stearat, antara lain Accident Lost Time dan Allocated Down Time

4. Penilaian kinerja keuangan hanya akan melihat Return On Investment dan Net

Profit Margin

5. Penilaian kinerja manusia akan melihat tingkat mangkir karyawan, keluar masuk karyawan, dan formasi karyawan di setiap departemen

6. Penilaian produk jadi akan melihat jumlah downgrade, bilangan iod dan warna 7. Penilaian pasar, hanya akan menilai market share dan efektivitas pemasaran 8. Penilaian ekonomi hanya melihat deviasi harga palm stearin FOB Malaysia,

deviasi harga Palm Oil RBD CIF Rotterdam dan bea masuk

(21)

A. Penilaian Kinerja

Anthony et al. (1997) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai: “the activity of

measuring the performance of an activity or the entire value chain”. Dari definisi di

tersebut dapat diartikan bahwa penilaian kinerja adalah tindakan penilaian yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil penilaian tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan

pengendalian.

Dalam lingkungan usaha yang masih berskala kecil, dapat dipastikan bahwa transaksi hanya dilakukan dengan pihak eksternal (tidak ada transaksi internal). Penilaian kinerja, secara obyektif dapat dilakukan dengan membandingkan harga output dengan harga input, tatapi ketika perusahaan mulai membesar dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan ikut bertambah, maka akan timbul permasalahan, antara lain:

• Peningkatan skala perusahaan berupa integrasi fungsi-fungsi dan semakin kompleksnya struktur organisasi memperbesar jumlah transaksi internal yang membuat mekanisme harga terbengkalai

• Pembesaran perusahaan berakibat pula pada semakin panjangnya siklus operasi perusahaan

• Penilaian kinerja bahkan semakin sulit dilakukan pada perusahaan padat modal berskala besar yang menghasilkan lebih dari satu jenis produk, terutama kesulitan dalam pengalokasian biaya tidak langsung.

• Bertambahnya stakeholders semakin mempersulit proses deliberasi untuk menyepakati besarnya nilai akun dalam neraca dan laporan laba rugi yang bukan

(22)

Berdasarkan masalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja berbasis informasi keuangan kurang mampu memuaskan semua pihak. Oleh sebab itu perlu dipertimbangkan untuk mengukur aspek yang lain selain aspek keuangan (Yuwono et al. 2004)

B. Sistem Penilaian Kinerja

Sistem Penilaian Kinerja adalah suatu panduan bagi industri untuk dapat beroperasi dengan baik, melalui analisa hasil penilaian kinerja sehingga perusahan dapat mengetahui posisinya saat ini sebagai acuan untuk melakukan perbaikan manajemen. Konsep ini akan mendukung perusahaan untuk dapat melakukan perbaikan dari beberapa aspek yang terdiri dari Man, Money, Machine, Material,

Method, Market, Management & Environment. Selain 8 aspek tersebut, ada penilaian

kinerja lain yang melakukan penilaian terhadap 4 aspek, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif internal, dan perspektif pembelajaran. Penilaian

kinerja inilah yang dikenal sebagai Balanced Scorecard (Yuwono et al. 2004).

Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan

pengendalian yang secara cepat, tepat dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis, yang memandang unit bisnis dari empat perspektif tersebut. Perspektif keuangan menjadi tolok ukur utama yang dijelaskan oleh tolok ukur operasional pada tiga perspektif lainnya sebagai lead indicators.

Yuwono et al. (2004) mengemukakan bahwa manfaat sistem penilaian kinerja adalah sebaga berikut:

• Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan

• Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal

(23)

• Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberikan penghargaan atas prilaku yang diharapkan.

Man (Manusia)

Manusia bekerja mulai dari yang bersifat dasar sampai pada terpenuhinya kebutuhan. Setelah seseorang berada dalam dunia pekerjaan, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi jalannya pekerjaan, antara lain faktor fisik, faktor sosial

keorganisasian dan faktor kepribadian. Faktor-faktor ini patut diperhatikan bukan hanya karena bersifat wajar, namun juga akan menimbulkan serangkaian kerugian bila tidak diperhatikan. Sumberdaya Manusia merupakan sumber dari proses pembelajaran dan pertumbuhan. Termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan organisasi. Dalam organisasi knowledge worker, manusia adalah sumberdaya utama, sehingga dalam pelaksanaannya perlu dilakukan penilaian (Yuwono et al. 2004). Penilaian ini berdampak terhadap budaya organisasi dan pemberian motivasi terhadap karyawan. Oleh sebab itu, hasil dari penilaian kinerja manusia biasanya akan dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang diinginkan, sehingga dapat mendorong perusahaan untuk menjadi sebuah organisasi pembelajar.

Penilaian terhadap kinerja manusia, dapat diperoleh dari indikator berikut: a. Tingkat Mangkir Karyawan

Mangkir adalah karyawan yang tidak masuk kerja. Tingkat mangkir merupakan wujud penurunan motivasi karyawan dalam bekerja. Semakin kecil prosentasenya, maka motivasi karyawan dalam bekerja dikategorikan baik, sebaliknya semakin besar prosentasenya, maka motivasi dikategorikan buruk. Formulasi yang biasanya dipergunakan dalam menentukan tingkat mangkir karyawan, dapat dirumuskan sebagai berikut:

(24)

b. Employee Turnover

Employee turnover merupakan tingkat keluar masuknya karyawan pada

perusahaan tersebut. Semakin tinggi Employee Turnovernya, mengindikasikan iklim organisasi yang kurang baik, sehingga karyawan yang bekerja tidak dapat bertahan lama berada dalam perusahaan tersebut. Indikator ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

c. Formasi Karyawan pada Setiap Bagian

Proses akan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh sumberdaya manusia yang memadai, baik dilihat secara jumlah maupun berdasarkan latar belakang pendidikan dan pengalaman. Indikator ini dapat dijadikan sebagai ukuran kinerja dilihat dari aspek manusia.

Money (Uang)

Penilaian kinerja keuangan akan menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar bagi keuntungan

perusahaan. Perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha, dan nilai pemegang saham.

Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu : Growth, Sustain, dan Harvest. Tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannyapun berbeda pula.

Growth merupakan tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana

(25)

Dengan demikian, tolok ukur kinerja yang cocok dalam tahap ini adalah, misalnya, pertumbu8han pendapatan atau penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan.

Sustain adalah tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan

reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya, jika mungkin. Investasi yang dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan bottleneck, mengembangkan kapasitas, dan meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten. Sasaran keuangan pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. Tolok ukur yang kerap dipergunakan pada tahap ini, misalnya ROI (Yuwono et al. 2004).

Harvest adalah tahapan ketiga di mana perusahaan benar-benar menuai hasil investasi di tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan utama dalam tahap ini, sehingga diambil

sebagai tolok ukur, adalah memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.

Penilaian terhadap kinerja keuangan, dapat diperoleh dari indikator rasio profitabilitas sebagai berikut:

a. Return on Investment (ROI)

(26)

%

Rasio ini biasanya disebut sebagai marjin laba atas penjualan (provit margin on sales). Rasio ini dapat dipengaruhi oleh intensitas modal dalam industri tempat perusahaan bergerak (Weston & Copeland 1995).. Perusahaan-perusahaan dalam industri yang sangat padat modal seperti baja, mobil, dan kimia mungkin mempunyai perputaran penjualan terhadap aktiva yang lebih rendah. Untuk memperoleh pengambilan atas modal atau ekuitas yang sama, diperlukan hasil pengambilan atas penjualan yang lebih tinggi. Standar yang baik untuk rasio ini adalah 4 (Munawir 1996). NPM dapat diformulasikan sebagai berikut:

%

Mesin merupakan media untuk mengubah input menjadi output. Oleh sebab itu kondisi mesin harus dapat dipertahankan dengan baik. Produk yang memiliki nilai tambah adalah produk yang berkualitas, harganya terjangkau, dan tersedia pada saat

konsumen membutuhkan. Ketiga kriteria tersebut dapat dicapai apabila perusahaan mampu melakukan efisiensi terhadap proses. Efisiensi dapat tercapai apabila kesiapan dan keandalan pabrik dapat dijaga dengan baik, termasuk kontinuitas proses produksi (Supandi 1983). Keberadaan mesin merupakan penunjang tercapainya ketiga kriteria tersebut.

Penilaian terhadap mesin dapat dilakukan dengan melihat keandalan mesin dalam bekerja. Mesin yang sering rusak, menyebabkan pelaksanaan produksi terganggu. Indikator penilaian keadaan mesin dapat dilihat dari indikator sebagai berikut:

a. Allocated Downtime adalah waktu yang dialokasikan untuk terhentinya proses

(27)

b. Accident Lost Time adalah waktu terhentinya kegiatan proses produksi secara tiba-tiba, dikarenakan mesin rusak atau terjadi kecelakaan.

Material (Bahan Baku)

Keberadaan material menentukan kualitas dari produk yang dihasilkan. Material untuk membuat asam lemak adalah RBD Stearin yang terbuat dari minyak kelapa sawit kasar, yang sering disebut dengan CPO (Crude Palm Oil) yang diperoleh dari pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Minyak ini diperoleh dari proses pengempaan daging buah kelapa sawit (Mesocarp). Kelapa Sawit adalah tanaman yang termasuk kedalam famili Palmae. Tanaman ini merupakan tanaman berkeping biji satu, dimana dari buah yang dihasilkan dapat diolah menjadi Minyak Inti Sawit (PKO) yang berasal dari biji sawit dan Minyak Kelapa Sawit Kasar (CPO). Minyak kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk produk pangan dan sebagai bahan baku industri non pangan. Oleokimia merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh

minyak kelapa sawit.

(28)

per menit. Proses perebusan untuk memecahkan struktur emulsi, memasak minyak dan memisahkan kotoran dan air dari minyak. Pendinginan selama 3 jam akan memisahkan minyak dari kotoran dan air yang terjadi akibat perbedaan jenis air antara minyak dan fasa yang lain, sehingga minyak akan terapung karena memiliki bobot jenis yang lebih kecil. Langkah selanjutnya adalah proses penjernihan yang bertujuan untuk menghilangkan warna yang tidak diinginkan dan memperpanjang masa simpan, melalui pemasakan dengan uap selama 60 menit dan didinginkan selama 60 menit. Pemanasan juga bertujuan untuk mencegah pembekuan minyak pada proses selanjutnya. Alat yang digunakan adalah Klarifikator. Proses akhir adalah proses penyaringan yang dilakukan untuk memisahkan kotoran dan air yang akan dikembalikan ke dalam tangki pengendapan, sementara minyak bersih akan dipompakan ke dalam tangki penimbun. Alat yang digunakan adalah alat penyaring sentrifugal yang dilengkapi dengan pipa uap untuk memanaskan minyak sawit agar tidak membeku.

Bentuk semi solid minyak sawit mentah disebabkan oleh kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, sekitar 50% asam lemak yang ada merupakan asam lemak jenuh dengan komponen utama asam palmitat, sekitar 40% asam lemak tidak jenuh tunggal (asam oleat) dan sekitar 10% asam lemak tidak jenuh jamak (asam linoleat). Asam palmitat bentuk bebas dan bentuk terikat sebagai monopalmitin,dipalmitin dan tripalmitin memiliki titik leleh yang relatif tinggi (di atas 60oC), sehingga pada suhu ruang senyawa tersebut berbentuk padat.

Penilaian kinerja berdasarkan bahan yang dipergunakan, akan mengacu kepada standar mutu bahan baku. Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa parameter yang menentukan standar mutu, yaitu : warna, Iodine Value (IV), kandungan Free Fatty Acid (FFA),

(29)

Penimbangan

Gambar 1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit

RBD Stearin adalah Stearin dari minyak sawit yang sudah memperoleh perlakuan proses refined (pemurnian), bleaching (pemucatan) dan proses

Deodorized (penghilangan bau), aliran proses pengolahan CPO menjadi RBD Stearin

dapat dilihat pada Lampiran 3. Spesifikasi bahan baku dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Standar Bahan Baku yang dipergunakan

(30)

Tabel 2. Bahan Baku dan Bahan Penolong yang digunakan

NaOH 44.2 ton Padat Korosif Domestik Tangki fiber HCl 67.5 ton Cair Beracun Domestik Drum Plastik Filter Aid 66.4 ton Cair Beracun Domestik Drum Plastik Hydrazine 8.1 ton Cair Beracun Domestik Drum Plastik Ca (OH)2 37.8 ton Padat Iritant Domestik Karung

Na2CO3 17.2 ton Padat Beracun Domestik Karung

Act. Carbon 27.0 ton Padat Beracun Domestik Karung

Tawas 1.1 ton Padat Beracun Domestik Karung

Kaporit 1.7 ton Padat Beracun Domestik Karung

Pbo 8 000 ton Padat Beracun Domestik Kaleng Zno 4 000 ton Padat Beracun Domestik Kaleng Katalis

Nikel ( Ni ) 64.8 ton Padat Beracun Impor Drum Sumber: PT. X (2004)

Standar kualitas dan spesifikasi bahan baku inilah yang dijadikan dasar sebagai indikator penilaian kinerja berdasarkan aspek material.

Method ( Metode )

Proses pengolahan RBD Stearin menjadi asam lemak, terdiri dari proses Fat

Spliting / Hidrolisis, hidrogenasi, pemurnian dan fraksinasi.. Jalur utama produksi

yang dipakai adalah proses hidrolisa / flat splitting, tahap pemurnian asam stearat dan tahap pemurnian gliserin. Tahap pemurnian asam stearat terdiri atas unit hidrogenasi dan unit distilasi asam lemak. Sedangkan tahap pemurnian gliserin terdiri atas unit

pre treatment, unit evaporasi dan unit distilasi gliserin. Jalur produksi dapat dilihat

(31)

Distilat I

Air Kondensat Asam Lemak Kasar

Gliserin Encer

Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Asam Stearat Sumber: PT. X (2004)

Market ( Pasar )

(32)

besar pangsa pasar dan efektivitas pasar suatu kegiatan usaha, maka semakin baik kinerja dari perusahaan tersebut.

Proses Produksi Asam stearat dari RBD Stearin dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Fat Splitting ( Pemisahan lemak ) / Hidrolisa

Pada proses ini bahan baku minyak yaitu RBD Stearin (Stearin Kasar) direaksikan dengan air (condensate water) didalam sebuah menara pemisah (splitting tower) pada suhu 265 oC dengan tekanan 60 bar, sehingga terjadi reaksi hidrolisa antara trigliserida yang terkandung dalam RBD Stearin dengan air. Dalam reaksi hidrolisa, minyak dan lemak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol (Ketaren 1986). Minyak RBD Stearin atau stearin masuk pada bagian bawah tower, sedangkan air kondensat masuk dari bagian atas tower. Hasil reaksinya adalah :

1. Asam Lemak Kasar (Crude Fatty Acid), yaitu asam stearat yang masih

mengandung asam lemak tak jenuh, yang keluar dari bagian atas tower

2. Glicerol yang berupa Gliserin Encer (Sweet water), yaitu gliserin yang masih banyak mengandung air dan pengotor yang keluar pada bagian bawah tower. Rumus Kimia reaksi hidrolisa dapat dilihat pada Lampiran 4.

b. Proses Hidrogenasi

Crude Fatty Acid direaksikan dengan gas Hidrogen (H2) dibantu dengan nikel

katalis untuk mempercepat reaksi (Katalisator). Adapun kebutuhan gas hidrogen tersebut diperoleh dari proses elektrolisa air pada electrolizer plant. Proses hidrogenasi asam lemak ini dilakukan dalam sebuah reaktor atau autoclave yang

dilengkapi dengan mixer pada suhu hingga ±200 oC dan tekanan mencapai 22

bar. Setelah dilakukan filtrasi kemudian diperoleh asam lemak yang dijenuhkan (hydrogenated fatty acid) yang untuk selanjutnya dilakukan proses distilasi.

c. Distilasi Asam Lemak

Pada tahapan ini asam lemak yang dijenuhkan dilakukan proses distilasi untuk memperoleh fatty acid dengan komposisi dan kemurnian yang lebih baik. Proses

(33)

dan suhu 190–200 oC. Distilat I pada proses distilasi ini selanjutnya dilakukan tahap flaking untuk diubah menjadi flake (serpih) kemudian disimpan dalam silo untuk seterusnya dikemas dalam karung seberat 25 kg atau 500 kg dengan berbagai tipe seperti SA 1800, SA 1801, SA 1806 dan lain-lain, yang spesifikasinya dapat dilihat pada Tabel 5. Residu dari proses distilasi ini sebelum ditampung dalam sebuah tangki, diuapkan terlebih dahulu dalam residu distiler sehingga diperoleh distilat II untuk diproses lagi sedangkan residunya sendiri selanjutnya di kemas.

d. Proses Fraksinasi

Proses fraksinasi asam lemak dimaksudkan untuk memisahkan komponen-komponen asam lemak yang berasal dari PKO dan CPO. Dengan fraksinasi campuran asam lemak dapat dipisahkan berdasarkan panjang rantai karbonnya menjadi bahan-bahan yang relatif murni (kemurnian > 99%). Alat utama terdiri dari satu kolom untuk menghilangkan air dan gas dan tiga kolom fraksinasi.

Ketiga kolom fraksinasi dapat dirangkai dengan berbagai cara (seri, paralel dan seri paralel), sesuai dengan komposisi bahan masuk dan hasil yang dikehendaki. Dari masing-masing kolom akan keluar hasil atas (precut), hasil tengah (distilat) dan hasil bawah (sump) dengan kemurnian tertentu. Untuk menghindari kerusakan karena terlalu panas, fraksinasi harus dijalankan pada tekanan tertentu agar bahan menguap pada suhu rendah. Untuk pengoperasian kolom tersebut diperlukan alat pembantu berupa sistem vakum, alat pemanas dan alat pendingin.

(34)

Manajemen

Manajemen didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian pekerjaan anggota organisasi, serta pengendalian sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Aktivitas ini dapat dinilai dengan cara melihat sejauh mana program dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik. Manajemen dapat dinilai berdasarkan aspek yang lain, yaitu: manajemen keuangan, manajemen personalia, manajemen operasi, dan manajemen pemasaran. Keempat aspek tersebut masuk kedalam aspek Man, Money, Machine & Market.

Environment (Lingkungan)

Penilaian terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan melihat prosentase limbah yang dihasilkan oleh industri asam lemak, dan melakukan penilaian terhadap pelaksanaan pengolahan limbah. Indikator penilaian terhadap lingkungan berupa

level untuk limbah cair, limbah gas dan kebisingan.

C. Asam Stearat (Stearic Acid)

Asam stearat merupakan komponen kecil dari Minyak dan lemak. Sebelum membahas asam stearat secara detail, maka perlu kiranya untuk mengetahui perihal minyak dan lemak. Lemak (lipid) adalah semua yang larut dalam pelarut non polar. Secara umum lipid diklasifikasikan menjadi 3, antara lain:

a. Trigliserida. Disebut sebagai lemak, minyak, yang merupakan gabungan dari Gliserol dan Asam Lemak

b. Fosfatida. Gliserol masuk kedalam fosfatida, yaitu asam lemak, asam fosfat dan senyawa N

c. Lilin / Malam. Lilin merupakan gabungan dari alkohol dan asam lemak. Senyawaaan ini terdapat dalam jumlah kecil di dalam asam lemak kasar (crude

oil).

(35)

cephalin), Sterol, Asam lemak bebas, pigmen dan hidrokarbon. Komponen tersebut mempengaruhi warna dan flavour produk, serta berperan dalam proses ketengikan. Lipid dalam bahan pangan dapat dipisahkan dari persenyawaan lain dengan proses ekstraksi yang menggunakan pelarut. Fraksi yang larut disebut lemak kasar, yang jika dilarutkan dengan natrium hidroksida akan membentuk sabun. Tidak semua lemak kasar dapat larut dengan NaOH, seperti Sterol, hidrokarbon dan pigmen.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa asam lemak merupakan komponen pembentuk lemak. Asam lemak dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Asam Lemak Jenuh

Asam lemak ini tak memiliki ikatan rangkap, dan biasa disebut sebagai lemak (fat). Asam lemak ini akan padat pada suhu kamar, dan sebagian besar berasal dari hewani. Asam Stearat dan Asam Palmitat merupakan contoh dari asam lemak jenuh

b. Asam Lemak tak Jenuh

Asam lemak ini memiliki ikatan rangkap, yang biasa disebut sebagai oil. Bentuknya cair pada suhu kamar. Asam lemak ini sebagian besar terdapat dalam minyak nabati. Contohnya : Asam Linoleat dan Asam linolenat.

Asam stearat merupakan salah satu contoh dari asam lemak, yang memiliki rantai hidrokarbon yang panjang, dan mengandung gugus karboksil pada satu ujungnya, dan gugus metil pada sisi yang lain. Asam stearat (CH3(CH2)16COOH),

merupakan asam lemak jenuh, yang akan padat pada suhu kamar, dan tidak memiliki

double bounds diantara atom karbon yang bersebelahan dengannya. Hal ini berarti

rantai hidrokarbonnya fleksibel. Asam Stearat dapat terpisah pada suhu rendah (pendinginan). Gambaran molekul asam stearat dapat dilihat pada Gambar 3.

(36)

Adapun komposisi asam lemak dari minyak sawit kasar (CPO) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi asam lemak minyak sawit kasar

Jenis asam lemak Persen komposisi

Asam laurat (C12:0) 0–0.4

Asam meristat (C14:0) 0.6–1.7

Asam Palmitat (C16:0) 41.1–47.0

Asam stearat (C18:0) 3.7–5.6

Asam oleat (C18:1) 38.2–43.6

Asam linoleat (C18:2) 6.6–11.9

Asam linolenat (C18:3) 0.0–0.6

Sumber : Pantzaris (1997)

Produk utama yang dihasilkan oleh industri oleokimia yang dikaji, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel. 4. Produk Utama Industri Oleokimia

No Nama Produk Kapasitas / Ton

Bentuk Sifat Produk

Sistem Penyimpanan 1 Asam Stearat 92 500 Padat Netral Gudang terbuka

2 Stabilizer 32 000 Padat Netral Gudang tertutup 3 Fraksinasi 10 000 Padat Netral Gudang tertutup

4 Gliserin 9000 Padat Netral Gudang tertutup

Sumber. PT. X (2004)

Produk asam stearat yang dihasilkan oleh perusahaan, harus memenuhi beberapa spesifikasi, antara lain:

a. Bilangan Asam

(37)

1986). Bilangan ini digunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak dan lemak. Dilakukan dengan cara melarutkan lemak dengan alkohol eter dan diberi indikator phenolphthalein, lalu dititrasi dengan larutan KOH 0,5 N sampai terjadi perubahan warna merah jambu yang tetap, dimana besarnya bilangan asam tergantung kemurnian dan umur minyak atau lemak tadi.

Faktor 56,1 adalah bobot molekul larutan KOH. Apabila dipergunakan NaOH untuk titrasi, maka factor tersebut menjadi 39,9.

b. Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram larutan alkali (KOH) yang diperlukan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak (Ketaren 1986).

Pada proses ini tiga molekul KOH akan bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak.

Selain menggunakan KOH dengan berat molekul 56.1, dapat pula digunakan larutan NaOH dengan berat molekul 39.9.

c. Bilangan Iod

Bilangan Iod adalah jumlah (gram) Iod (I2) yang diikat oleh 100 gram lemak.

(38)

Tabel 5. Spesifikasi Produk Asam Stearat

D. Teknik Pengukuran Kinerja

Ada beberapa teknik yang dilakukan dalam melakukan pengukuran kinerja. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran kinerja industri secara cepat adalah teknik “studi kapabilitas jangka pendek (short term capability

study”. Studi ini berguna untuk mempelajari kondisi suatu proses seiring berjalannya

waktu apakah tetap akurat dan tetap berada dalam spesifikasi (standar) yang telah ditentukan (Alsup & Watson. 1993).

(39)

TrueValue Average

Accuracy= −

Selanjutnya nilai akurasi yang diperoleh dibandingkan dengan rentang nilai standar kualitas yang dapat diterima (acceptability). Dalam praktek rentang nilai akseptabiltas bervariasi antara ± 0.01 % sampai dengan ± 10 % (Besterfield 1990). Jika akurasi masih berada dalam rentang standar maka nilai variasi diterima, dan sebaliknya jika akurasi melebihi nilai standar maka nilai variasi tidak diterima

Teknik lain yang digunakan untuk memperoleh bobot sebagai acuan untuk

penilaian akhir adalah teknik perbandingan berpasangan (pairwise comparison).

Teknik ini dilakukan dengan cara manipulasi matriks. Matriks yang diperoleh digunakan untuk menentukan bobot dari kriteria, yaitu dengan jalan menentukan nilai

eigen pada prosedur sebagai berikut (Marimin 2004) :

1. Kuadratkan matriks tersebut

2. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi

3. Hentikan proses ini, jika perbedaan antara jumlah dari dua perhitungan berturut-turut lebih kecil dari suatu nilai base tertentu.

Berdasarkan nilai eigen yang diperoleh, maka akan diketahui bobot dari masing-masing kriteria yang sesuai dengan besar pengaruhnya.

Metode lain yang dapat dipergunakan adalah pembobotan biasa. Setiap kriteria diberikan bobot yang besarnya tergantung kepada hasil penilaian pakar mengenai pengaruh setiap kriteria terhadap penilaian proses. Pada skala penilaian si penilai memberi angka pada suatu kontinum dimana individu atau objek akan ditempatkan, dan sebaiknya penilai hendaklah orang-orang yang mengetahui bidang yang dinilai (Nazir 1988).

Skor yang diperoleh untuk setiap kriteria akan dikalikan dengan bobot, dimana hasilnya akan diinterpretasikan kedalam interval penilaian yang telah ditentukan sebelumnya. Ukuran interval adalah suatu pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain, yaitu jarak

(40)

E. Pendekatan Sistem

Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan yang kompleks (Marimin 2004). Pendekatan sistem muncul karena adanya kenyataan yang mendasar dari persoalan aktual yaitu kompleksitas, dimana unitnya adalah keragaman. Keragaman yang begitu besar tidak dapat dikaji atau dikendalikan oleh satu atau dua metode spesifik saja. Oleh karena itu teori sistem menyatakan bahwa kesisteman adalah meta konsep, dimana formalitas dan proses dari keseluruhan disiplin ilmu dan pengetahuan sosial dapat dipadukan (Eriyatno 1999). Pendekatan sistem merupakan suatu kerangka berfikir yang berusaha mencari perpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh.

Menurut Simatupang (1994), sistem mencakup lima unsur utama yaitu : (1) Elemen-elemen

(2) Interaksi antar elemen

(3) Adanya suatu faktor yang mengikat elemen-elemen menjadi satu kesatuan

(4) Adanya tujuan bersama

(5) Berada dalam lingkungan yang kompleks

Metode untuk menyelesaikan persoalan menggunakan pendekatan sistem terdiri dari beberapa tahap proses. Tahap-tahap tersebut meliputi analisis, rekayasa model, implementasi rancangan, dan operasi sistem. Setiap tahap dalam proses tersebut diikuti oleh suatu evaluasi berulang guna mengetahui apakah hasil dari masing-masing tahap telah sesuai dengan yang diharapkan atau belum.

F. Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System)

(41)

a. Interaksi langsung antara komputer dengan pengambil keputusan. b. Dukungan menyeluruh dari keputusan bertahap ganda.

c. Suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagi bidang

d. Mempunyai kemempuan adaptif terhadap perubahan kondisi dan kemampuan berevolusi menuju sistem yang lebih bermanfaat.

Metode yang digunakan dalam perancangan dan pengembangan suatu aplikasi SPK umumnya mengacu pada tahapan pengembangan sistem. Proses perancngan tersebut terdiri dari tujuh tehapan (Marimin 2004):

1. Menentukan domain persoalan (yang akan dipecahkan)

2. Mendefinisikan persoalan

3. Menentukan perangkat lunak dan perangkat keras

4. Menggunakan model

(42)

A. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan gambaran industri oleokimia saat ini, dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kinerja industri tersebut, mengingat peluang pasar untuk sektor industri ini masih terbuka lebar. Industri oleokimia menghadapi berbagai masalah, baik eksternal yang berkenaan dengan kebijakan ekspor, misalnya tarif bea masuk yang terlalu tinggi akan berakibat pada menurunnya harga asam stearat dibawah harga

normal 500 US dolar per ton (Tempo 2004). Selain itu terdapat pula masalah internal, yaitu teknis produksi yang berkaitan dengan rendahnya tingkat produktivitas, dan masalah manajemen yang berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan industri, misalnya saat ini banyak industri asam stearat yang menghasilkan produk reject, sementara itu mereka harus mengeluarkan biaya yang besar untuk melakukan recycle terhadap produk reject tersebut. Upaya-upaya peningkatan kinerja tersebut bermuara pada cara memperbaiki dan meningkatkan produktivitas serta meningkatkan efisiensi penyelenggaraan industri oleokimia.

B. Rancang Bangun Sistem Penilaian Kinerja

Metode yang digunakan dalam rancang bangun sistem penilaian kinerja industri asam stearat, melalui pendekatan sistem. Tahapan dalam pendekatan sistem, yang meliputi (1) analisis faktor kondisi ideal, (2) penetapan indikator penilaian kinerja, (3) rancang bangun model, (4) validasi model, (5) penerapan penilaian kinerja, dan (6) penyusunan rekomendasi perbaikan.

Analisis Faktor Kondisi Ideal Industri Asam Lemak

Analisis dilakukan terhadap faktor-faktor yang menunjang kondisi ideal dari industri oleokimia, khususnya Asam Stearat, melalui deskripsi tujuan, kebutuhan pengguna data, pengumpulan data dan informasi mengenai kelayakan perusahaan. Analisis ini akan mencari secara selektif apa saja yang dibutuhkan dari

(43)

penelitian langsung, maupun wawancara dengan para pakar terkait. Melalui analisis ini akan diperoleh data berkenaan dengan kondisi-kondisi yang dianggap paling menentukan keberhasilan dari aktivitas produksi asam stearat. Kerangka pemikiran konseptual rancang bangun penilaian kinerja industri asam stearat dapat dilihat pada Gambar 4.

M U L A I

A n a lis is F a k to r-fa k to r u n tu k K o n d isi Id e a l In d u stri A s a m L e m a k d a ri M in ya k

S a w iit

P e n e ta p a n In d ika to r P e n ila ia n K in e rja

R a n ca n g B a n g u n M o d e l s iste m p e n ila ia n K in e rja p a d a In d u s tri

A s a m L e m a k d a ri M in ya k S a w it

V a lid a s i Tid a k

Y a

P e n g u m p u la n D a ta K o n d is i S a a t In i

P e n ila ia n K in e rja

P e n yu su n a n R e k o m e n d a s i

P e rb a ika n

R e k o m e n d a s i

S E L E S A I

(44)

Penetapan Indikator Penilaian Kinerja

Indikator penilaian kinerja ditetapkan berdasarkan hasil analisis faktor ideal industri asam lemak dan identifikasi sistem penilaian. Penelitian akan melihat faktor-faktor untuk aspek manusia, finansial, mesin, bahan baku, metode, pasar, manajemen dan lingkungan Variabel penetapan nilai didasarkan kepada studi literatur dan pendapat para pakar yang terkait dengan delapan aspek penilaian kinerja. Melalui aktivitas ini, diharapkan dapat memperoleh output indikator penilaian kinerja perusahaan secara lengkap yang melihat kedelapan aspek penilaian “7M1E”, yang dapat dijadikan dasar untuk membuat perumusan model penilaian kinerja.

Perumusan Model Penilaian Kinerja

Pemodelan sistem merupakan tahapan untuk memperoleh korelasi antara masukan dan keluaran sistem, melalui proses pemahaman sistem yang sudah ada, dan memanfaatkan informasi yang diperoleh untuk membuat model yang akan dirancang,

sehingga diharapkan sistem yang dibuat, benar-banar merepresentasikan kondisi yang sesungguhnya.

Validasi Sistem Penilaian Kinerja

Validasi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi industri dengan cara membandingkan aktivitas penyeleggaraan industri terhadap model yang dibuat. Validasi akan dilaksanakan pada industri asam stearat. Dalam penelitian ini diupayakan adanya validasi dengan data primer yang dilakukan pada industri asam stearat.

Penilaian Kinerja

(45)

Penyusunan Rekomendasi Perbaikan

Rekomendasi perbaikan didasarkan pada output penilaian. Rekomendasi dibuat untuk mengatasi kesenjangan antara model dan data operasional di industri. Faktor eksternal yang terdiri dari faktor ekonomi, soaial dan lingkungan menjadi indikator penting dalam penilaian. Disamping itu juga penilaian dapat menelusuri faktor internal industri asam stearat . Berdasarkan penelusuran inilah dapat diketahui titik kritis yang menyebabkan rendahnya kinerja industri asam stearat. Rekomendasi akan diberikan kepada variabel kritis hasil penilaian kinerja, sehingga perusahaan dapat melakukan perbaikan berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja industri tersebut.

Pengelolaan industri asam stearat dapat dikelompokkan menjadi dua subsistem, yaitu lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan internal industri adalah pabrikasi, keuangan, formasi SDM, dan pemasaran. Aspek pabrikasi, terdiri dari beberapa tahapan stasiun kerja, yaitu stasiun bahan baku, pemisahan lemak, hidrogenasi, distilasi, fraksinasi, beading, penyerpihan, pengemasan dan analisa

kualitas produk. Seluruh subsistem tersebut akan saling berinteraksi antara satu dengan lainnya. Lingkungan eksternal industri, terdiri dari ekonomi, sosial dan kebijakan lingkungan. Sistem pengelolaan industri dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Sistem Pengelolaan Industri Asam Stearat

Penyusunan sistem penilaian kinerja industri, modelnya disusun dengan menggunakan standar yang mungkin dicapai oleh sebagian besar industri asam

(46)

stearat. Model ini kemudian divalidasi pada industri asam stearat yang ada. Kesenjangan antara data primer dengan standar ideal yang digunakan akan menentukan posisi perusahaan dalam penilaian kinerja. Berdasarkan kesenjangan komponen tersebut, maka dapat dikemukakan rekomendasi untuk perbaikan kinerja industri asam stearat. Rancangan sistem penilaian kinerja industri asam stearat dapat dilihat pada gambar 6, yang menunjukkan aspek yang menjadi kriteria penilaian kinerja perusahaan, dimana aspek yang berada dalam segitiga , merupakan aspek internal, sementara itu aspek yang berada pada ketiga sudutnya, merupakan aspek eksternal penilaian kinerja. Rancangan sistem penilaian kinerja industri asam stearat ini dapat dilihat pada Gambar 6.

LINGKUNGAN

Gambar 6. Rancangan Sistem Penilaian Kinerja Industri Asam Stearat

C. Tata Laksana 1.Pengumpulan Data

Data untuk penelitian ini diperoleh dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh melalui :

ƒ Wawancara : Mewawancarai orang yang dikategorikan sebagai pakar, baik pakar

internal maupun eksternal

(47)

Data sekunder adalah data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini. Studi literatur dan visualisasi sebagai pendukung teori dari penelitian yang dilakukan. Tujuan dari studi pustaka adalah untuk memberikan kerangka berpikir, berupa teori-teori atau kajian-kajian ilmiah, yang diperlukan didalam pelaksanaan penelitian, sehingga diperoleh pegangan atau landasan ilmiah yang berguna sebagai bahan referensi ataupun juga sebagai titik tolak pembanding terhadap hasil dari penelitian.

2. Perancangan Sistem

Perancangan sistem dilakukan dengan beberapa tahapan, antara lain : a. Perancangan Model

Tahapan ini dilakukan dengan menguraikan proses penilaian kinerja, dimulai dari penentuan variabel, sampai kepada cara untuk memperoleh kesimpulan akhir dari setiap variabel tersebut. Pada tahapan ini digunakan Flowchart System untuk mempermudah merepresentasikan suatu sistem nyata kedalam model penilaian kinerja.

b. Perancangan Input

Perancangan input dilakukan dengan mengklasifikasikan data yang akan dijadikan masukan sistem, disamping itu juga penulis akan membuat rancangan form yang akan dijadikan media untuk input data.

c. Perancangan Output

Perancangan yang dilakukan terhadap tampilan yang akan diperoleh pengguna, baik di layar monitor maupun hasil copy.

d. Perancangan teknologi

Pemilihan teknologi, dapat berupa pemilihan perangkat keras, maupun perangkat lunak. Perangkat lunak yang digunakan dalam membuat sistem penilaian kinerja adalah Microsoft Visual Basic 6.0, Microsoft Access, Paint dan Crystal Report. e. Perancangan Basis Data

(48)

f. Perancangan Pemeliharaan

Perangkat lunak yang dihasilkan, tentunya harus dapat digunakan untuk waktu yang panjang, hanya saja ada kendala yang dihadapi, yaitu perubahan variabel penilaian setap waktu , sesuai dengan perkembangan industri dan pengembangan metode.

Keluaran dari kegiatan penelitian adalah suatu model penilaian kinerja industri asam stearat yang dimanifestasikan dalam suatu program aplikasi dengan menggunakan program Visual Basic 6.0, Microsoft Access & Cristal Report. Program ini dipilih karena compatible dengan aplikasi Windows, sehingga dapat dipergunakan dengan mudah.

3. Validasi Sistem dan Rekomendasi

Tahapan ini dilakukan dengan melakukan uji coba perangkat lunak yang telah

dibuat untuk industri asam stearat, berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan. Dalam penelitian ini dilakukan validasi data primer yang dilakukan pada salah satu industri asam stearat yang ada di pulau jawa. Keluaran yang diharapkan dari validasi adalah perbandingan antara kondisi perusahaan terhadap model yang dirancang. Apabila diperoleh penyimpangan antara data perusahaan dan standar ideal model, maka hal inilah yang menjadi variabel kritis untuk membuat rekomendasi perbaikan guna meningkatkan kinerja industri secara signifikan.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

(49)

A. Rancang Bangun Sistem

Sistem dibangun berdasarkan tahapan tertentu, dimana setiap tahapan memiliki

kriteria penilaian kinerja. Hasil penilaian kinerja dari setiap kriteria tersebut akan

memberikan gambaran mengenai performansi dari setiap tahapan yang dilalui.

1. Model Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja industri asam stearat didasarkan kepada 3 penilaian kinerja,

antara lain : a. Penilaian internal

b. Penilaian eksternal

c. Penilaian keseluruhan.

Tahapan penilaian kinerja secara umum, dapat dilihat pada Gambar 7.

BAHAN BAKU

PROSES (Metode, Mesin, Manusia,

Keuangan, Manajemen )

PRODUK JADI ( Pasar, Kualitas & Grade

Produk ) PENILAIAN

KINERJA INTERNAL PENILAIAN

KINERJA EKSTERNAL PENILAIAN

KINERJA KESELURUHAN

KINERJA PERUSAHAAN LINGKUNGAN SOSIAL EKONOMI

(50)

Model penilaian kinerja dapat digambarkan melalui diagram alir, dari setiap

tahapan yang dilalui. Penggunaan simbol didasarkan kepada standar simbol yang

digunakan dalam pembuatan diagram yang dapat dilihat pada Lampiran 5. Tahapan

seluruh penilaian kinerja dapat dilihat pada Gambar 8.

MULAI

DATABASE PERUSAHAAN

SELESAI PENILAIAN KINERJA

BAHAN BAKU

PENILAIAN KINERJA PROSES

PENILAIAN KINERJA PRODUK

PENILAIAN KINERJA FORMASI KARYAWAN

PENILAIAN KINERJA INTERNAL

PENILAIAN KINERJA SOSIAL

PENILAIAN KINERJA EKONOMI

PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN

PENILAIAN KINERJA EKSTERNAL

PENILAIAN KINERJA AKHIR

(51)

Penilaian internal adalah penilaian terhadap kondisi yang mempengaruhi kinerja

perusahaan yang bersumber dari dalam perusahaan itu sendiri. Penilaian internal,

terdiri dari beberapa tahapan, antara lain :

a. Database perusahaan

Tahapan ini bukan merupakan penilaian , akan tetapi hanya memasukkan data

tahun, nama, dan lokasi dari industri yang akan dinilai. Data ini akan dijadikan

acuan dalam melakukan penilaian dari setiap tahapan yang akan dilalui.

b. Penilaian Bahan Baku

Penilaian terhadap kualitas bahan baku yang akan diproses. Penilaian dilakukan

terhadap kualitas dan kuantitas bahan baku. Hal ini perlu dilakukan, mengingat

grade produk asam stearat yang merupakan keluaran proses, sangat ditentukan

oleh keberadaan bahan baku yang diterima oleh perusahaan. Diagram alir

penilaian bahan baku dapat dilihat pada Gambar 9.

MULAI

(52)

c. Penilaian Proses

Penilaian ini berupa hasil audit terhadap output yang dihasilkan dari setiap

tahapan proses, beserta penilaian terhadap jumlah sumber daya manusia dari

setiap tahapan tersebut, disamping itu ada beberapa hal lain yang dinilai dalam

proses, yaitu kemampuan manajemen perusahaan dalam memberikan dukungan

terhadap kelancaran proses, antara lain : Manajemen personalia dan manajemen

operasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa pada penilaian proses ini terdapat

beberapa tahapan penilaian, antara lain : penilaian stasiun kerja, mesin,

personalia dan keuangan. Diagram alir penilaian kinerja proses dapat dilihat

pada Gambar 11.

d. Penilaian Produk

Penilaian terhadap kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan oleh

perusahaan. Penilaian terhadap produk dapat dilakukan dengan melihat jumlah

output produk yang memiliki grade tertinggi dan market share produk yang

dihasilkan oleh perusahaan. Diagram alir penilaian kinerja produk dapat dilihat

pada Gambar 10.

(53)

MULAI

PENILAIAN KINERJA STASIUN PENYERPIHAN

(54)
(55)

Penilaian eksternal adalah penilaian terhadap kondisi yang mempengaruhi

kinerja perusahaan yang bersumber dari luar perusahaan itu sendiri. Penilaian

eksternal, terdiri dari beberapa tahapan, antara lain :

a. Penilaian Ekonomi

Penilaian ini dilakukan terhadap harga bahan baku dan harga produk di pasar

internasional, terhadap harga perolehan perusahaan. Penilaian dilakukan terhadap

deviasi harga tersebut. Bagan penilaian terhadap ekonomi dapat dilihat pada

Gambar 12.

MULAI

PEMILIHAN MENU PENILAIAN KINERJA

EKONOMI

INPUT DATA PARAMETER PENILAIAN HARGA & BEA

MASUK

PENILAIAN KINERJA EKONOMI

LAPORAN HASIL PENILAIAN KINERJA

EKONOMI

- HARGA PALM STEARIN INT - HARGA PALM OIL RBD INT - PROSENTASE BEA MASUK

SELESAI

(56)

b. Penilaian Sosial

Penilaian ini dilakukan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam

memberikan kontribusi terhadap kondisi sosial di sekitar kawasan industri. Hal ini

merupakan kewajiban perusahaan bagi lingkungan sosial, yang sudah ditetapkan

oleh pemerintah. Bagan penilaian terhadap sosial dapat dilihat pada Gambar 13.

MULAI

PEMILIHAN MENU PENILAIAN KINERJA

SOSIAL

INPUT DATA PARAMETER PENILAIAN

KINERJA SOSIAL

PENILAIAN KINERJA SOSIAL

LAPORAN HASIL PENILAIAN KINERJA

SOSIAL

BIAYA KEWAJIBAN SOSIAL

SELESAI

(57)

c. Penilaian Lingkungan

Proses produksi disamping meghasilkan produk, juga menyisakan limbah dan

kebisingan. Hal ini akan berdampak terhadap lingkungan yang ada di sekitar

industri. Tahapan ini dilakukan melalui penilaian terhadap kemampuan

perusahaan dalam mengelola limbah dan kebisingan, sehingga memperkecil

dampak yang terjadi terhadap keberadaan lingkungan disekitarnya. Diagram alir

penilaian kinerja lingkungan dapat dilihat pada Gambar 14.

MULAI

PEMILIHAN MENU PENILAIAN KINERJA

LINGKUNGAN

INPUT DATA PARAMETER PENILAIAN

KINERJA LINGKUNGAN

PENILAIAN KINERJA LINGKUNGAN

LAPORAN HASIL PENILAIAN KINERJA

LINGKUNGAN

HASIL PENILAIAN LIMBAH CAIR, LIMBAH GAS DAN KEBISINGAN

SELESAI

(58)

Metode penilaian kinerja industri oleokimia, berupa predikat yang

merepresentasikan kondisi setiap aspek yang dinilai. Penilaian kinerja perusahaan

secara keseluruhan, dapat dikategorikan menjadi 3 predikat, seperti terlihat pada

Tabel 6. Penilaian dilakukan setelah diperoleh hasil penilaian secara kualitatif dan

kuantitatif dari masing-masing aspek penilaian.

Tabel 6. Klasifikasi Skor Penilaian Kinerja Perusahaan

No Predikat

1 Baik 2 Sedang 3 Kurang Baik

Penilaian dikatakan “Baik” apabila input data kriteria penilaian sama dengan

standar yang telah ditetapkan. Penilaian “Sedang” apabila data yang diperoleh berada

dalam batas kritis standar ideal dan masih berada dalam batas toleransi, sementara itu

penilaian “Kurang Baik” akan diberikan jika data yang diperoleh berada diluar batas

toleransi yang telah ditetapkan. Persentase variasi yang digunakan adalah 10 %. Nilai

10 % merupakan nilai variasi maksimum yang masih dapat diterima (acceptable)

dalam dunia industri. Oleh sebab itu, jika data yang tersedia berada diluar batas

toleransi 10 %, maka hasil penilaiannya adalah ”Kurang Baik”.

Ada beberapa penilaian yang hanya menetapkan 2 predikat, yaitu Baik dan

Kurang Baik. Hal ini dilakukan apabila perusahaan menetapkan suaian sesak atau

standar dengan toleransi sekecil mungkin pada proses penilaian tersebut, hal ini dapat

dilihat pada penilaian stasiun distilasi dan fraksinasi.

Penilaian untuk keseluruhan kinerja perusahaan, merupakan penjumlahan dari

setiap aspek penilaian kinerja, dimana hasil penjumlahan tersebut dapat

merepresentasikan kinerja perusahaan selama kurun waktu satu tahun aktivitas usaha.

1.1. Indikator Penilaian Kinerja

Aspek penilaian kinerja, terdiri dari delapan aspek yang disebut sebagai

Gambar

Tabel  2. Bahan Baku dan Bahan Penolong yang digunakan
Gambar 2. Diagram Alir  Proses Pembuatan Asam Stearat
Tabel 5. Spesifikasi Produk Asam Stearat
Gambar 4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan industri gelatin pada industri penyamakan kulit layak untuk dikembangkan dengan kriteria kelayakan investasi sebagai berikut, nilai NPV(15%) sebesar Rp.

Konsekuensi dari perubahan-perubahan kondisi perdagangan tersebut menuntut dunia agroindustri Indonesia untuk tidak hanya memiliki keunggulan komparatif, melainkan juga

Untuk mengetahui kondisi optimum rasio molar reaktan pada esterifikasi asam lemak dari sludge oil menggunakan katalis tawas, dilakukan reaksi dengan variasi rasio molar sludge oil :

Berkaca pada penjelasan di awal, maka kesempatan untuk membangun industri pertahanan hanya dapat dilakukan dengan dua opsi, yakni: mendesak pemerintah untuk mengucurkan

Perlakuan dirancang untuk dapat menilai bahwa pupuk NPK 11-7-12 baik digunakan untuk pemupukan kelapa sawit di pembibitan, sehingga dibutuhkan perlakuan tanpa pupuk

[21] Relvas F M, Morais A R C and Bogel-Lukasik R 2015 Kinetic modeling of hemicellulose- derived biomass hydrolysis under high pressure CO2-H2O mixture technology J Supercrit Fluid 99

Maka dapat simpulkan bahwa model instrumen penilaian afektif berbasis pendekatan saintifik adalah praktis dan efektif digunakan dalam menilai sikap peserta didik selama proses

Ya artinya saya dulu pernah bahkan sering memproduksi batik pewarna alami, kemudian karena ini juga sekarang masih tren, saya akhirnya mulai kembali lagi untuk memproduksi batik pewarna