akademik (Ahli Madya, Sarjana, Master dan Doktor) baik di Universitas Komputer Indonesia maupun Perguruan tinggi lainnya.
2. Karya Tulis ini murni gagasan, rumusan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas ditentukan sebagai acuan dalam naskah yang disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Perguruan Tinggi.
Bandung, 1 September 2013
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Budi Santoso
Nama Pangilan : Budi, Adam
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 19 november 1988
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Telepon : 085294512312
Status : Belum menikah
Nama Ayah : Suyadi
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Sriyati
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat Orang Tua : Jalan Baros Seneng Rt 01 Rw 03 No 03 Cimahi, Bandung
Moto : Jangan mempersulit hidup, semua ada jalan keluar
No Tahun Uraian Keterangan
1. 2008-2013
Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia
Berijazah
2. 2005-2008 SMA Negeri 4 Kota Cimahi Berijazah 3. 2002-2005 SMP Negeri 3 Kota Cimahi Berijazah 4. 1995-2002 SD Negeri Sudirman 1 Kota Cimahi Berijazah 5. 1993-1995 TK Santa Teresia Kota Cimahi Berijazah
PELATIHAN DAN SEMINAR
No. Tahun Uraian Keterangan
1. 2009 Pelatihan Latihan Dasar
Kepemimpinan Prodi HI Bersertifikat
2. 2010 Table Manner Course di Hotel
Golden Flower Bandung Bersertifikat
PENGALAMAN ORGANISASI
No. Tahun Uraian Keterangan
1. 2005-2010 Anggota dan Penggurus Pencinta Alam
BATARAGA Cimahi -
2. 2005-2007 Anggota Bela Diri Tawo SMAN 4 Cimahi - 3. 2002-2004 Anggota Basket SMPN 3 Cimahi - 4. 1999-2002 Anggota PRAMUKA SDN Sudirman 1 Cimahi -
PELATIHAN DAN SEMINAR
No. Tahun Uraian Keterangan
1. 2011
Peserta, Seminar Net Preneur : Meraih Peluang Bisnis Melalui Internet, Auditorium Miracle
UNIKOM Bersertifikat
2. 2011
Lokakarya Nasional “Reformasi Dewan Keamanan
PBB”
6. 2012
Simulasi Sidang ASEAN “Asean Community Building 2015’. Auditorium Miracle UNIKOM
Bersertifikat
KEAHLIAN/BAKAT
No. Uraian
1. Operasionalisasi Microsoft Office
2. Mengoprasikan semua jenis kendaraan darat
beroda 4 dan 2
3. Bahasa Inggris Aktif & Pasif
4 Panjat Tebing 5. Internet
Bandung, 9 September 2013
Hormat Saya
TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK-ANAK DI CINA
Role of United Nations of Children’s Fund (UNICEF) by Women and Children First Campaign in 2004 to Decreasing Violence Against Women and Childrens in China
S K R I P S I
Diajukan untuk menempuh Sidang Sarjana Strata-1 (S-1) pada
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia
Oleh, BUDI SANTOSO
NIM. 44308009
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
KATA PENGANTAR
Peneliti tak henti-hentinya memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah
Subhanawata’ala atas izin dan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini,
serta shalawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W.
Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini, banyak menemukan kesulitan dan
hambatan yang disebabkan keterbatasan dan kemamupuan peneliti dan disertai
keinginan kuat dan usaha yang sungguh serta do’a, maka akhirnya penelitian ini dapat
diselesaikan sebagaimana yang diharapkan.
Untuk kedua orang tua yang aku sayangi dan hormati, Bapak Suyadi dan Ibu
Sriyati terima kasih atas segala do’a, dukungan, nasihat dan kasih sayangnya yang luar
biasa, serta dukungan moral dan materil. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa
bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu baik itu penelitian maupun dalam
penyusunan skripsi, peneliti tidak mungkin menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menghaturkan rasa terima kasih yang
mendalam dan sebesar-besarnya kepada:
1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo., Drs., MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung,
yang telah mengeluarkan surat pengantar untuk penelitian skripsi dan
pembimbing peneliti dan sebagai Ketua Prodi Hubungan Internasional
dengan memberikan pengarahan penyusunan skripsi secara cermat dan
teliti. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak atas kesabarannya
dalam menghadapi dan membimbing saya, baik dalam masa proses
pembuatan usulan penelitian hingga detik-detik akhir skripsi untuk
disidangkan.
3. Yth. Seluruh Bapak/ Ibu Dosen Ilmu Hubungan Internasional UNIKOM yang telah membantu peneliti dalam memberikan arahan pada masa revisi bimbingan skripsi diantaranya Bapak H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si, Ibu Sylvia Octa Putri, S.IP. dan Ibu Dewi Triwahyuni S.IP., M.Si
4. Yth. teteh Dwi Endah Susanti, S.E Sekretariat Jurusan Prodi Hubungan Internasional UNIKOM yang tanpa lelah membantu peneliti dalam
membantu peneliti dalam administrasi selama berkuliah di UNIKOM dan
selama proses skripsi.
5. Yth. Jajaran Staff LIPI Jakarta yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk melakukan kunjungan penelitian, kehangatan setiap staff
yang membantu dengan detail mencari setiap data yang dibutuhkan.
menyemangati peniliti khusunya kepada Alfian Al Ayuby Pelu. S.IP, Chrisnanta Amijaya. S.IP, Fahmi Frizana Sinaga. S.IP dan Wenaldy Andarisma. S.IP,. Serta seluruh mahasiswa Hubungan Internasional Angkatan 2006-2012 terima kasih atas pertemanan dan dukungannya. 8. Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan
penelitian skripsi yang tak dapat peneliti sebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih diperlukan
penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian
kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran
dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
Peneliti berharap kepada siapa saja (terutama mahasiswa Hubungan
Internasional) yang ingin melanjutkan/ melakukan penelitian dengan
subjek/objek yang serupa agar mampu membuat penelitian yang lebih baik dari
apa yang peneliti telah susun.
Terima kasih atas saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Bandung, Agustus 2013
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8
1.3.1 Maksud Penelitian ... 8
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Kegunaan Penelitian... 9
1.4.1 Kegunaan Teoritis... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10
2.1 Tinjauan Pustaka ... 10
2.2 Kerangka Pemikiran ... 13
2.2.1 Hubungan Internasional ... 13
2.2.2 Kerjasama Internasional ... 15
2.2.3 Organisasi Internasional ... 18
2.2.3.1 Fungsi dan Bentuk Organisasi Internasional... 19
2.2.3.2 Peranan Organisasi Internasional ... 24
2.2.4 Konsep Kekerasan ... 26
2.2.4.1 Pengertian Kekerasan ... 26
2.2.4.2 Kekerasan Terhadap Perempuan ... 27
2.2.4.3 Kekerasan Terhadap Anak ... 29
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 32
3.1 Objek Penelitian ... 32
3.1.1 United Nations of Children’s Fund (UNICEF) ... 32
3.1.1.1 Sejarah Organisasi UNICEF ... 32
3.1.1.2 Fungsi UNICEF ... 34
3.1.1.3 Misi UNICEF ... 36
3.1.1.4 Tujuan UNICEF ... 37
3.1.1.5 Struktur UNICEF ... 38
3.1.2 Cina ... 48
3.1.2.1 Gambaran Umum ... 48
3.1.2.2 Tipologi Kependudukan Cina ... 59
3.1.2.3 Kebijakan Satu Anak (One Child Policy) di Cina ... 61
3.1.2.4 Kampanye Women and Children First tahun 2004... 79
3.2 Metode Penelitian... 82
3.2.1 Desain Penelitian ... 82
3.2.1.1 Informan Penelitian ... 82
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 83
3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 84
3.2.4 Teknik Analisa Data ... 85
3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 85
3.2.5.1 Lokasi Penelitian ... 85
3.2.5.2 Waktu Penelitian ... 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 87
4.1 Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Cina ... 88
4.1.1 Aborsi ... 90
4.1.1.1 Aborsi Jenis Kelamin Selektif ... 92
4.1.1.2 Infanticide ... 93
4.1.2 Ketidak-setaraan Perbandingan Jenis Kelamin ... 94
4.1.4 Meningkatnya Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kriminalitas...
... 99
4.2 Upaya Yang Dilakukan UNICEF Melalui Kampanye Women and Children First ... 102
4.2.1 Program Kampanye Women and Children First ... 102
4.2.1.1 Perlindungan Perempuan dan Anak ... 103
4.2.1.2 Pendidikan ... 105
4.2.1.3 Kesetaraan Gender ... 109
4.3 Kendala Yang Dihadapi UNICEF dalam Kampanye Women and Children First ... 111
4.4 Keberhasilan Yang Dicapai UNICEF dalam Kampanye Women and Children First ... 114
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 117
5.1 Kesimpulan ... 117
5.2 Saran ... 119
DAFTAR PUSTAKA ... 121
LAMPIRAN ... 128
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Demografi Cina ... 54
Tabel 3.2 Waktu Penelitian ... 86
Tabel 4.1 Perbandingan Umum... 90
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Piramida Populasi di Cina 2010 – 2050 ... 69
Gambar 3.2 Statistik Aborsi di Negara Maju ... 76
Gambar 4.1 Peta Republik Rakyat Cina ... 87
Gambar 4.2 Rasio Sex ( Rasio Jenis Kelamin) ... 96
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Archer, Clive. 2003. 3rd edition International Organization. London, New York. Routledge.
Baylis, John and Steve Smith. 1999. The Globalizations of World Politics. UK. Oxford University Press.
Berger, Adolf. 2008. Encyclopedic dictionary of Roman law, DIANE Publishing
Burchill, Scott and Andrew Linkalter. 2009. Teori-teori Hubungan Internasional. Bandung. Nusa Media.
Eberstadt, Nicholas. 2011. A global wave against baby girls: Sex-selective Abortion Becomes a World Wide Practice. American Enterprise Institute.
Feng, Wang. 2005. Can China Afford One Child Policy. American Enterprise Institute.
Griffits, Martin, Terry O’Callaghan, & Steven C. Roach. 2008. 2nd edition. International Relation: The Key and Concepts.London & New York. Taylor and Francis Group.
Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Ko Ling, Chan. 2007. Sexual Violence Against Women and Children in China. China: Sexual Violence Research Initiative.
Komarudin. 1994. Ensiklopedia Manajemen, Edisi Kedua. Jakarta. Bumi Aksara.
Mas’oed, Moechtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin, dan Metodologi. Jakarta. Pustaka LP3ES.
Mingst, Karen A. 2003. Essentials of International Relations, 2nd ed. New York. W.W Norton & Company.
Nasir, Muhammad. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta. Galia Indonesia. Robert, Jackson dan George Sorensen. 2005. Pengantar Studi Hubungan
Internasional. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Rocha da Silva, Pascal. 2006. " La politique de l'enfant unique en République populaire de Chine " ("The politics of one child in the People's
Republic of China"). University of Geneva.
Rudy, Teuku May. 2005. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung. PT.Refika Aditama.
______________ 2011. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-masalah Global. Bandung. PT.Refika Aditama.
______________ 2011. Pengantar Ilmu Politik. Bandung. PT. Refika Aditama Schmidt, Heather M. 2002. The Cycle Created by China‟s One Child
Policy.New York. Routledge Press.
Soeprapto, R. 1997. Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi dan Perilaku. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Sugiono, Muhadi. 2006. Global Governance Sebagai Agenda Penelitian Dalam Studi Hubungan Internasional. Jakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif R & D. Bandung. Alfabetis.
Widyaiswara BKKBN.2012. China Tercepat Menekan Laju Pertumbuhan Penduduk
B. PUBLIKASI
UNICEF. 1998. Welcome to UNICEF : An Orientation Handbook.
UNICEF. 2006. Joint Review of Maternal and Child Survival Strategies in
China.
Congressional-Executive Commission on China. 2008. Annual Report.
Congressional-Executive Commission on China. 2012. Annual Report.
Department of Population,Social,Science and Technology,National
Bureau Statistic. 2004 Women and Men China Facts and Figures
C. JURNAL DAN KARYA ILMIAH
Avraham Ebenstein. The “Missing Girls” of China and the Unintended
Consequences of the One Child Policy. Journal of Human Resources
45.1 (2010).
Ding, Qu Jian. 2006. Family Size, Fertility Preferences, and Sex Ratio in
China in The Era of The One Child Family Policy, dalam British
Medical Journal: London
Brooks, Rob. March 2009. “China’s Biggest Problem? Too Many Men. CNN
Articles
Kane, Pane dan Choi, Y, Chang. 1996. China‟s One Child Family Policy,
dalam British Medical Journal: London
Eka Octaviana. 2011. Peran UNICEF dalam Penanganan Pekerja Seks komersial Anak di India. Universitas Komputer Indonesia. Bandung.
Ebenstein, Abraham. 2010. “The „Missing Girls‟ of China and the Unintended
Consequences of the One Child Policy,”Journal of Human
Resources
Mark R. Austute. Conflict and Cooperation: An Introduction to World Politics.
Brown and Benchmark Publisher.Volume No. 1 A.(1999).
Claiton Publishing Divison (CPD). 2001. China the Country Study. Baton
Guo Zhingang, Lin Jintang, & Song Juan. 2002. Birth Policy and Family
Structure in the Future. Chinnese Journal of Population
Science.China.
Hsiu-Iun Teng Phd. 2003. China. Beijing Press.
Maristella Bergaglio. Population Growth in China: The Basic Characteristic
of China. Demographic Transistor. Vol. 2
Sharon K. Hom. Female Infanticide in China. The Human Rights Specter and
Thought Towards. 1992.
Wang Feng. Can China Afford to Continue Its One-Child Policy?. East West Center No. 77. March 2005.
Xiarong Li. License to Coerce: Violence against Women, State Responsibility and Legal Failures in China‟s Family Programs. 1996.
New York Times, Dudley Poston & Peter Morrison, China: Bachelor Bomb,
September 14, 2005
A. WEBSITE
http://www.stats.gov.cn/was40/gjtjj_en_detail.jsp?channelid=1175&record=
[05/12/12].
http://www.fmprc.gov.cn/ce/celt/eng/zt/zfbps/t125241.htm [05/12/12].
http://www.theepochtimes.com/n2/china-news/one-child-policy-abortions-in-china-most-are-forced-21819-all.html [13/12/12].
http://www.unicef.org/media/media_35908.htm diakses [13/12/12].
http://www.allgirlsallowed.org/category/topics/one-child-policy-china
[10/12/12].
http://www.pewglobal.org/2008/07/22/the-chinese-celebrate-their-roaring-economy-as-they-struggle-with-its-costs/ [06/12/12]
http://www.unicef.org/rightsresult/index.html [15/12/12]
http://www.unicef.org/cn/en/index.php/m=content&c=index&a=list&catid=35 [13/12/12].
http://unicef.cn/en/index.php?m=content&c=index&alists&catid=31 [27/04/13]
http://www.unicef.org/infobycountry/china_statistics.html [27/04/13].
http://www.cecc.gov/pages/annualRpt/annualRpt09/CECCannRpt2009.pdf diakses [05/01/13]
http://erabaru.net/opini/65-opini/28077-program-satu-anak-china-400-juta-janin-terbunuh-1 [5/6/2013]
http://dinaviriya.com/masa-tiga-kerajaan-dalam-sejarah-china-san-guo/ [5/6/2013]
http://www.unicef.cn/en/index.php?m=content&c=index&a=lists&catid=25 [18/06/2013]
http://populationpyramid.net/China/2010/ [20/07/2013]
http://populationpyramid.net/China/2015/ [20/07/2013]
http://www.unicef.cn/en/uploadfile/2012/0103/20120103044015827.pdf [20/07/2013]
http://www.unicef.cn/en/index.php?m=content&c=index&a=lists&catid=33 [20/07/2013]
http://www.unicef.org/infobycountry/china_statistics.html#103 [25/07/2013]
http://www.sant.ox.ac.uk/asian/China elfareState .pdf [1/8/2013]
http://www.unicef.cn/en/index.php?m=content&c=index&a=lists&catid=118 [27/07/2013]
http://www.stats.gov.cn/english/statisticaldata/otherdata/men&women_en.pdf [20/07/2013]
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Cina merupakan negara dengan populasi terbesar di dunia. Pada tahun 2012,
total populasi di daratan Cina (termasuk 31 provinsi, daerah otonom, kota dan CPLA,
termasuk Hong Kong SAR, Macao SAR, Provinsi Taiwan, dan Cina perantauan)
adalah kurang lebih 1,48 milyar jiwa, meningkat 14,7 juta jiwa dibandingkan dengan
akhir tahun 2010. Kelahiran tahunan mencapai 16 juta jiwa, dibanding tingkat
kematian yang mencapai 9,6 juta jiwa (http://www.stats.gov.cn/was40/gjtjj_en_detail.
jsp?channelid=1175&record=33 diakses 01/12/12 pada 15.05 WIB).
Jika melihat sejarahnya, masalah penduduk merupakan pokok penting yang
menyentuh pada kelangsungan hidup dan perkembangan bangsa Cina, keberhasilan
atau kegagalan modernisasi Cina serta pembangunan yang terkoordinasi dan
berkelanjutan antara penduduk di satu sisi, dan ekonomi, masyarakat, sumber daya
dan lingkungan di sisi lain.
Dalam 15 tahun sejak berdirinya Republik Rakyat tahun 1964, penduduk Cina
meningkat antara 500-700 juta jiwa, dengan rata-rata peningkatan populasi sebanyak
100 juta populasi per 7,5 tahun. Antara 1964-1974 adalah periode dimana
meningkat sebesar 700-900 juta jiwa. Pada tahun 1973, Cina mulai mempromosikan
kebijakan keluarga berencana di seluruh negeri. Penduduk Cina meningkat 900-1,2
milyar jiwa pada periode dari tahun 1973 sampai Februari 1995, dan waktu yang
dibutuhkan untuk meningkatkan populasi sebesar 100 juta lagi diperpanjang menjadi
sekitar tujuh tahun (http://www.fmprc.gov.cn/ce/celt/eng/zt/zfbps/t125241.htm
diakses 01/12/12 pada 17.05 WIB).
Pada tahun 1979, untuk pertama kalinya pemerintah Cina mengumumkan untuk
memberlakukan kebijakan satu anak di Cina, sebab ledakan pertumbuhan penduduk
menyimpan bahaya bagi kestabilan sosial, politik, dan ekonomi. Semua pasangan di
Cina hanya menanggung satu anak saja (http://www.docshare.com/doc/136846/OneC
hild-Policy-in-China1 diakses 03/12/12 pada 19.40 WIB).
Tujuan utama dari kebijakan ini adalah untuk mengontrol populasi yang
notabene sebagai negara dengan populasi yang penduduknya terpadat didunia dan
pemerintah pun berusaha untuk meningkatkan standar kehidupan dan stabilitas
ekonomi di masyarakat Cina. Pemerintah kemudian melakukan reformasi kebijakan
yang dinilai komprehensif dalam sektor ekonomi untuk menarik investasi asing dan
domestik. Dan pada akhirnya perekonomian Cina mulai bangkit kembali.
Pada awal dekade 1966-1976 saat revolusi kebudayaan, populasi penduduk
Cina meningkat tajam dibawah ide generasi pertama pemimpin ketua Mao tentang
“lebih banyak orang, semakin kuat kita” (Xi, 2006:5). Kebijakan satu anakan ini lalu
lahir dari tahun 1979. Kebijakan ini mengundang kontroversi baik di dalam maupun
di luar Cina karena cara di mana kebijakan tersebut dilaksanakan dan karena
kekhawatiran tentang konsekuensi sosial yang negatif. Ketika Cina menjalankan
sensus pertamanya yaitu pada 1953, penduduk Cina berjumlah 582 juta jiwa,
sedangkan pada sensus kelima pada tahun 2000 meningkat dua kali lipat sebesar 1,2
milliar jiwa. Kebijakan ini mengakibatkan peningkatan aborsi paksa, pembunuhan
bayi perempuan. Hal ini disinyalir sebagai kemungkinan penyebab di balik
ketidaksetaraan gender di Cina dan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
(http://www.pewglobal.org/2008/07/22/the-chinese-celebrate-their-roaringeconomy-a
s-they-struggle-with-its-costs/ diakses 04/12/12 pada 17.25 WIB).
Dalam hal ini pihak perempuan sangat dirugikan di Cina. Adapun salah satu
kekurangan yang ditemukan pada kebijakan satu anak yaitu adanya isu
ketidakseimbangan rasio jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Kebijakan ini
awalnya disebut sebagai "last resort" yang akan berlangsung 20-30 tahun untuk
meringankan kekurangan sumber daya penduduk Cina. Meskipun terjadi pelonggaran
penegakan aturan, dengan pengecualian yang bervariasi antar provinsi, kebijakan
terus dilakukan tegas mencegah kelahiran di Cina. Sampai hari ini, pemerintah Cina
memastikan bahwa Kebijakan Satu-Anak telah mencegah 400 juta kelahiran
(http://www.allgirlsallowed.org/category/topics/one-child-policy-china). Hal ini
secara tidak langsung membawa dampak negatif bagi tatanan sosial di Cina mengenai
Kekerasan yang terjadi terhadap keduanya pun sangat tinggi dan menimbulkan
keterasingan bagi korban.
Dengan adanya kebijakan ini, Cina menjadi salah satu negara yang menjadi
tempat praktek kekerasan kaum perempuan dan anak-anak di bawah umur, hal ini
terjadi sebagai dampak yang diakibatkan oleh pemerintah yang memberlakukan
kebijakan satu anak. Kekerasan yang terjadi sangat beragam mulai dari psikis yang
bersangkutan, seperti adanya keterasingan dalam lingkungan social serta kekerasan
fisik yaitu aborsi janin untuk mencegah kehamilan berikutnya. UNICEF sangat peduli
terhadap perlindungan anak dan perempuan dalam kasus yang terjadi di Cina. Hal ini
didasarkan atas konvensi yang mengatur tentang hak-hak anak dimana Cina menjadi
Negara anggota, Convention on the Rights of the Child (CRC) dan Convention on
Elimination of all forms of discriminations Against Women (CEDAW) merupakan
landasan kuat UNICEF untuk membantu mengatasi kekerasan terhadap anak dan
perempuan atas dampak dari kebijakan satu anak di Cina. All Girls Allowed sebuah
merupakan organisasi yang peduli dengan kelangsungan hidup anak dan perempuan
di Cina, mereka juga menekankan bahwa pentingnya perempuan dalam kehidupan
masyarakat yang harus dilindungi hak-haknya, termasuk memiliki keturunan.
Adapun lima landasan yang dapat dijadikan sebagai dasar perjuangan hak anak itu
sendiri, antara lain:
a. Anak – anak harus mendapatkan fasilitas yang dibutuhkan bagi
b. Anak – anak yang lapar harus diberi makanan, anak yang sakit harus
dirawat, anak yang mengalami keterbelakangan harus dibantu dan
dibimbing, anak yang nakal harus mendapatkan pemulihan, anak yatim dan
terlantar harus dilindungi dan mendapat bantuan;
c. Anak – anak harus menjadi penerima bantuan internasional ketika terjadi
situasi yang berbahaya;
d. Anak – anak harus ditempatkan dalam posisi untuk mendapatan nafkah
hidup dan harus dilindungi dalam semua bentuk eksploitasi;
e. Anak harus terus-menerus disadarkan bahwa bakat mereka pun harus
diarahan untuk melayani sesama (http://www.unicef.org/uk/pages.asp?page
=92/ diakses tanggal 13/12/12 pada 15.04 WIB).
Kerjasama UNICEF dengan Cina telah terjalin selama lebih dari 70 tahun, sejak
1947. Kerjasama ini dilanjutkan pada tahun 1979 seiring dengan keluarnya kebijakan
satu anak di Cina. Dalam hal ini, kerjasama UNICEF-Cina dalam beberapa aspek
menyangkut kesejahteraan, melihat banyaknya praktek-praktek aborsi illegal dan
terasingnya perempuan yang mengalami hal tersebut. Maka pada tahun 2004,
UNICEF mencanangkan kampanye “Women and Children First“, sebagai wujud
kepedulian terhadap permasalahan yang menyangkut kelangsungan hidup perempuan
dan populasi penduduk di Cina (http://www.unicef.cn/en/index.php?m=content&c=in
Dari kasus diatas, didapati suatu interaksi dalam bentuk kerjasama dalam
penanganan masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak di Cina dalam konteks
kebijakan nasional yakni One Child Policy. Dengan demikian, peneliti merasa tertarik
untuk mengangkat judul :
“Peranan United Nations of Children’s Fund (UNICEF) melalui Kampanye “Women and Children First” pada tahun 2004 dalam mengurangi dampak
Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak-Anak di Cina“ .
Peneliti mengambil rentang waktu penelitian dimulai sejak tahun 2004 sampai
2008. Rentang tahun ini dipilih karena dua momentum, yaitu pada tahun 2004
UNICEF memulai kampanye, dan pada tahun 2008 dimana Cina menjadi tuan rumah
pesta olahraga olimpiade. Tahun 2008 yang penulis ambil, merujuk dimana Cina
menampilkan diri sebagai negara yang maju secara ekonomi, dan penduduknya
makmur, dengan menjadi tuan rumah olimpiade. Pemilihan tahun 2008 ini dipilih
oleh peneliti, karena melihat kampanye itu terus berlangsung hingga sekarang dan
perlu adanya batasan waktu yang tidak terlalu jauh. Maka penulis memilih tahun
tersebut karena pada tahu 2008 Cina menjadi tuan rumah olimpiade, yang
mengharuskan Cina menampilkan diri sebagai negara yang maju dengan ekonomi
dan pembangunan manusianya.
Ketertarikan peneliti terhadap penelitian ini didukung oleh beberapa mata
1. Pengantar Hubungan Internasional, merupakan peletak dasar bagi penelitian
yang akan dilakukan, terkait hubungan para aktor yang melewati batas –
batas negara.
2. Organisasi dan Administrasi Internasional, merupakan fokus kajian peneliti
terhadap permasalahan yang akan diteliti menyangkut keterlibatan salah satu
UNICEF sebagai wujud implementasi dari fungsi dan peran organisasi
internasional.
3. Isu – isu Global, karena masalah yang dikaji merupakan salah satu isu Global
yaitu kesetaraan gender dan perlindungan terhadap perempuan dan anak yang
mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat Internasional.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, untuk memudahkan penulis
dalam melakukan pembahasan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana Peranan United Nations of Children’s Fund (UNICEF) melalui
Women and Children First dalam mengatasi Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak-Anak di Cina”.
Rumusan masalah minor:
2. Upaya apa saja yang dilakukan oleh UNICEF melalui kampaye Women and Children First?
3. Kendala apa saja yang dihadapi UNICEF dalam mengimplementasikan kampanye Women and Children First?
4. Apa saja keberhasilan yang dicapai melalui kampanye Women and Children First?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peranan UNICEF sebagai
Inter-Governmental Organization (IGO) yang sangat peduli dengan kesehatan dan
perlindungan terhadap bayi, anak, serta perempuan sebagai konsentrasi tugas dan
fungsinya dalam dunia internasional.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti membahas kasus dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Apa saja kekerasan yang terjadi terhadap perempuan dan anak yang ditimbulkan akibat dampak dari kebijakan satu anak di Cina?
2. Upaya apa saja yang dilakukan oleh UNICEF melalui kampaye Women and Children First?
3. Kendala apa saja yang dihadapi UNICEF dalam mengimplementasikan kampanye Women and Children First?
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka kegunaan penelitian ini dibagi
menjadi dua :
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memperkaya pengetahuan
mengenai keterlibatan suatu Organisasi Internasional, dalam mengatasi suatu
permasalahan. Dalam hal ini bagaimana UNICEF melakukan peran dan fungsinya
sebagai organisasi internasional berdasarkan teori-teori yang terkait hal tersebut.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan tambahan
infromasi dan studi empiris bagi para penstudi Ilmu Hubungan Internasional yang
menaruh minat terhadap peranan suatu organisasi internasional untuk meindungi
hak-hak perempuan dan anak untuk memperoleh hak-hak hidup seiring diberlakukannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian sebelumnya yang pernah membahas kebijakan satu
anak di Cina tidak meniliti peran UNICEF di dalamnya. Namun sebagai
perbandingan dan analisa, penulis jadikan sebagai acuan dalam tinjaun pustaka
ini. Berikut adalah beberapa yang penulis baca.
Qu Jian Ding dalam British Medical Journal menulis tentang Family Size,
Fertility Preferences, and Sex Ratio in China in The Era of The One Child Family
Policy. Ding menguji dampak dari kebijakan satu anak di Cina pada tingkat
kesuburan, ukuran keluarga disukai, dan rasio jenis kelamin. Ding menjelaskan
bahwa selama kebijakan satu anak, rasio sex (jenis kelamin) berbanding tidak
setara antara laki-laki dan perempuan, dimana angka kelahiran bayi laki-laki lebih
tinggi dari bayi perempuan. Juga terhadap ukuran keluarga yang disukai, dimana
responden yang dia teliti sebanyak 57% menginginkan mempunyai anak lebih
dari satu. Kesimpulan dari penelitian Ding menjelaskan bahwa tingkat kelahiran
total dan ukuran keluarga disukai telah menurun, dan ketidakseimbangan kotor
dalam rasio jenis kelamin telah muncul (Ding, 2006, dalam British Medical
Penny Kane, dan Ching Y Choi, dalam jurnal yang sama dengan tahun yang
berbeda, 1996, menulis dengan judul China’s One Child Family Policy. Kane dan
Choi menulis bahwa implementasi kebijakan satu anak lebih berhasil di daerah
perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan, di mana banyak dampak buruk
yang bersifat ekonomi, politik, dan sosial. Kritik utama terhadap kebijakan
tersebut adalah diskriminasi jenis kelamin tertentu. Kane dan Choi menyebut
bahwa Cina memiliki salah satu tingkat tertinggi di dunia bunuh diri perempuan
(Kane dan Choe, 1996: 992–994. Dalam British Medical Journal).
Wang Feng dalam East-West Center Journal menyebutkan hampir
dua-pertiga dari semua pasangan Cina (900 juta orang, atau hampir 3x penduduk AS)
berada di bawah skema kebijakan satu anak. Dana pemerintah untuk kebijakan
satu anak meningkat 3,6 kali lipat dari 1,34 miliar yuan pada 1990 menjadi 4,8
miliar yuan pada tahun 1998. Dalam pandangannya, Wang Feng lebih
menekankan bahwa pemberlakuan kebijakan satu anak ini bertujuan menekan
populasi untuk meminimalisir kebutuhan hidup di Cina yang mana mempunyai
tingkat populasi penduduk terbesar di dunia. Selain juga yang uatamanya untuk
menstabilkan pembangunan ekonomi di Cina. Terhadap kekerasan yang
ditimbulkan akibat kebijakan tersebut, Wang Feng tidak membahasnya.
Dalam Buku berjudul ―Gendercide and Genocide‖ oleh Adam Jones
menyatakan bahwa prinsip kesetaraan antara laki-laki dan perempuan harus lebih
anak laki-laki dan meningkatkan kesadaran masyarakat umum tentang masalah
ini, prinsip juga harus tercermin dalam kebijakan sosial dan ekonomi khusus
untuk melindungi hak-hak dasar perempuan dan anak-anak, terutama anak
perempuan. Peraturan pemerintah melarang penggunaan teknik identifikasi jenis
kelamin sebelum melahirkan untuk tujuan nonmedis harus ketat, dan pelanggar
harus dihukum sesuai. Undang-undang yang menghukum orang yang melakukan
pembunuhan bayi, penelantaran, dan pengabaian anak-anak perempuan, dan
hukum dan peraturan tentang perlindungan perempuan dan anak, harus
benar-benar ditegakkan. Kampanye untuk melindungi perempuan dan anak dari yang
diculik atau dijual ke dalam perbudakan harus efektif diperkuat secara. Program
keluarga berencana harus fokus pada pendidikan yang efektif umum, konseling
yang baik dan pelayanan, dan partisipasi sepenuhnya sukarela masyarakat dan
individu untuk meningkatkan prevalensi kontrasepsi, mengurangi kehamilan yang
tidak direncanakan, dan meminimalkan kebutuhan untuk aborsi (Jones, 2000:
298).
Jones menegaskan bahwa prinsip kesetaraan pria dan wanita harus di
promosikan secara lebih luas melalui media untuk meminimalisir tindakan
diskriminasi hak asasi manusia serta meningkatkan kesadaran masyarakat umum
mengenai permasalahan ini. Jones juga menghimbau masyarakat untuk
melakukan kampanye anti kekerasan untuk melindungi hak-hak anak dan
baik dan fokus terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di publik, maka
dapat mengurangi kehamilan pranikah pada perempuan.
Dari tinjaun penelitian secara akademis sebelumnya, peneliti melihat ada
kekosongan penelitian menyangkut peran UNICEF dalam mengurangi masalah
dampak kekerasan atas kebijakan satu anak di Cina. Laporan UNICEF hanya
membahas aturan dan langkah yang terlalu general dalam perlindungan anak dan
perempuan tanpa menyinggung langkah kampanye di Cina. Wan Feng dalam
bukunya membahas aspek ekonomi dari kebijakan satu anak. Sedangkan Jones
membahas namun hanya sedikit soal kesetaraan kaum perempuan dapat
ditingkatkan melalui kampanye secara efektif di media agar perlakuan
diskriminatif bisa dihilangkan.
2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Hubungan Internasional
Hubungan Internasional merupakan cabang ilmu pengetahuan yang sedang
berkembang sesuai dengan perkembangan waktu. Telah kita ketahui bahwa
Hubungan internasional merupakan bentuk interaksi antara aktor yang satu
dengan aktor lainnya melewati batas-batas negara itu sendiri (Griffiths dkk, 2003:
95). Hubungan Internasional dilaksanakan melalui banyak jalur di samping jalur
pemerintah. Sebagai aktor dalam politik global negara juga tidak selalu bertindak
selalu bertindak secara koheren. Selain negara pun ada banyak aktor lain seperti
perusahaan multinasional, Organisasi internasional (Jemadu, 2008: 46).
Hubungan internasional yang pada dasarnya merupakan studi mengenai
interaksi lintas batas negara oleh state actor maupun non-state actor memiliki
berbagai macam pengertian. Dalam buku ―Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional‖ Anak Agung Banyu Perwita & Yanyan Mochamad Yani.
menyatakan bahwa:
"Studi tentang Hubungan Internasional banyak diartikan sebagai suatu studi tentang interaksi antar aktor yang melewati batas-batas negara. Terjadinya Hubungan Internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar― (Perwita & Yani. 2005: 3-4).
Hubungan yang biasanya dilakukan masyarakat ini biasanya dilakukan
dalam pasar internasional yang dapat mempengaruhi kebijakan pemerintahannya
dan kekayaan serta kesejahteraan warga negaranya. Guna memahami seberapa
pentingnya ilmu Hubungan Internasional, diperlukan adanya pemahaman
mengenai apa yang pada dasarnya terjadi dalam negara, permasalahan maupun
karakteristik dari suatu Negara, apa dampaknya, seberapa penting dan bagaimana
kita harus memahami isu keterllibatan Organisasi Internasional (Robert &
Pada dasarnya, ilmu Hubungan Internasional lebih mencakup kepada segala
macam hubungan-hubungan antar bangsa di dalam lingkungan masyarakat dunia,
dengan adanya kekuatan-kekuatan di dalam proses mempertahankan pola hidup,
pola bertindak dan pola berpikir manusia, bagi suatu unit politik internasional.
Studi ini merupakan bagian dari ilmu yang lebih luas yaitu ilmu politik, dan
menitik beratkan kepada pentingnya studi fenomena-fenomena politik pada
peringkat global, serta kepada masalah-masalah perlindungan hak asasi manusia
dalam hal ini perempuan dan anak yang terkena dampak dari kebijakan satu anak
Cina, dan berbagai isu kemanusiaan lainnya seperti halnya hubungan interaksi
antara UNICEF sebagai Organisasi internasional dengan. Keterlibatan UNICEF
bertujuan untuk melakukan pengawasan dan pemantauan baik langsung dan tidak
langsung terkait kekerasan yang terjadi di Cina yang diakibatkan oleh kebijakan
satu anak dan memberikan solusi untuk mencegah praktek-praktek aborsi illegal
(http://www.unicef.cn/en/index.php?m=content&c=index&a=lists&catid=118 di
akses tanggal 13/01/12 pada 15.04 WIB).
2.2.2 Kerjasama Internasional
Kerjasama internasional merupakan suatu perwujudan kondisi masyarakat
yang saling tergantung satu dengan yang lain. Dalam melakukan kerjasama ini
dibutuhkan suatu wadah yang dapat memperlancar kegiatan kerjasama tersebut.
masing-masing pihak yang terlibat. Kerjasama internasional dapat terbentuk karena
kehidupan internasional meliputi bidang, seperti ideologi, politik, ekonomi,
sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan dan keamanan (Perwita dan
Yani, 2005: 34).
Dalam usaha sebuah negara untuk menyelesaikan suatu masalah yang
bersifat regional maupun internasional bisa diselesaikan bersama dengan
kerjasama, dalam kerjasama ini terdapat kepentingan-kepentingan nasional yang
bertemu dan tidak bisa dipenuhi di negaranya sendiri. Kerjasama menurut Holsti : ― Kerjasama yaitu proses-proses dimana sejumlah pemerintah saling mendekati dengan penyelesaian yang diusulkan, merundingkan atau membahas masalah, mengemukakan bukti teknis untuk menyetujui satu penyelesaian atau lainnya, dan mengakhiri perundingan dengan perjanjian atau perundingan tertentu yang memuaskan kedua belah pihak‖ (2002: 98).
Menurut Muhadi Sugiono ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam kerjasama internasional;
- ―Pertama, negara bukan lagi sebagai aktor eksklusif dalam politik internasional melainkan hanya bagian dari jaringan interaksi politik, militer, ekonomi dan kultural bersama-sama dengan aktor-aktor ekonomi dan masyarakat sipil.
- Kedua, kerjasama internasional tidak lagi semata-mata ditentukan oleh kepentingan masing-masing negara yang terlibat di dalamnya, melainkan juga oleh institusi internasional, karena institusi internasional seringkali bukan hanya bisa mengelola berbagai kepentingan yang berbeda dari negara – negara anggotanya , tetapi juga memiliki dan bisa memaksakan kepentingannya sendiri ( ugiono, 2006: 6)‖.
Dalam suatu kerjasama internasional bertemu berbagai macam kepentingan
negerinya sendiri. Kerjasama internasional adalah sisi lain dari konflik
internasional yang juga merupakan salah satu aspek dalam hubungan
internasional. Isu utama dari kerjasama internasional yaitu berdasarkan pada
sejauh mana keuntungan bersama yang diperoleh melalui kerjasama tersebut
dapat mendukung konsepsi dari kepentingan tindakan yang unilateral dan
kompetitif. Kerjasama internasional terbentuk karena kehidupan internasional
meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan (Perwita dan Yani, 2005: 33-34).
Pada perkembangannya, kerjasama internasional kini tidak hanya dilakukan
oleh negara dengan negara saja, tetapi aktor lain seperti organisasi internasional,
individu dan organisasi non-pemerintah dapat melakukan kerjasama
internasional, dan aktor-aktor tersebut mempunyai kepentingan dan tujuan sendiri
dalam melaksanakan kerjasama internasional. Seperti UNICEF bekerjasama
dengan salah satu organisasi lokal All Girls Allowed yang juga sangat giat
menyerukan kesetaraan gender di Cina. Mereka berkerja sama untuk
meminimalisir eerasan yang terjadi di Cina akibat kebijakan satu anak dan
member penyuluhan terkait pendidikan dan pemahaman mengenai perlindungan
sendiri (self defense) jika sewaktu-waktu terjadi kekerasan yang menimpa
2.2.3 Organisasi Internasional
Organisasi-organisasi internasional tumbuh karena adanya kebutuhan dan
kepentingan mesyarakat antar-bangsa untuk adanya wadah serta alat untuk
melaksanakan kerja sama internasional. Sarana untuk mengkoordinasikan
kerjasama antar-negara dan antar-bangsa kearah pencapaian tujuan yang sama
dan yang perlu diusahakan secara bersama-sama. Salah satu kajian utama dalam
studi hubungan internasional adalah organisasi internasional yang juga
merupakan salah satu aktor dalam hubungan internasional (Perwita & Yani, 2005:
91).
Teuku May Rudi mendefinisikan organisasi internasional dalam buku nya
“Organisasi dan Administrasi Internasional” sebagai berikut:
―Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah, maupun antara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda‖(Rudy, 2005:3).
Berdasarkan definisi diatas, maka Organisasi Internasional kurang lebih
harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Kerjasama yang ruang lingkupnya melingkupi batas-batas negara.
2. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama.
3. Mencakup hubungan antar pemerintah maupun non pemerintah.
5. Melaksanakan fungsi secara berkesinambungan (Rudy, 2005: 3).
Sedangkan menurut Michael Hass dalam Buku Perwita dan Yani
“Pengantar Hubungan Internasional”, Pengertian organisasi internasional
memiliki dua pengertian yaitu:
―Pertama, organisasi internasional sebagai suatu lembaga atau struktur yang mempunyai serangkaian aturan, anggota, jadwal, tempat dan waktu pertemuan. Kedua, organisasi internasional merupakan pengaturan bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang utuh dimana tidak ada aspek non lembaga dalam istilah organisasi internasional ini‖ (Perwita dan Yani, 2005:93).
Menurut Clive Archer dalam bukunya International Organizations,
organisasi internasional berasal dari dua kata organisasi dan internasional yang
berarti aktivitas-aktivitas antara individu-individu dan kelompok-kelompok di
negara lain serta juga termasuk hubungan intergovernmental yang disebut dengan
hubungan transnational (Perwita dan Yani, 2005: 92).
Dari definisi diatas, sangat jelas bahwa UNICEF merupakan suatu
organisasi internasional yang mempunyai tujuan dan fungsi khusus yakni
pengawasan hak-hak anak dan perempuan serta perlindungan dan pembangunan
karakter seorang anak yang memiliki kondisi sosial tidak layak.
2.2.3.1 Fungsi dan Bentuk Organisasi Internasional
Columbis dan Wolfe mengemukakan klasifikasi organisasi internasional
dengan keanggotaannya, menurut peneliti tersebut Inter-Governmental
1. Global Membership and General Purpose, yaitu suatu organisasi
internasional antar pemerintah dengan keanggotaan global serta maksud
dan tujuan umum.
2. Global Membership and limited puporse, yaitu suatu organisasi
internasional antar pemerintah dengan keanggotaan global dan memiliki
tujuan yang spesifik atau khusus, organisasi jenis ini dikenal pula sebagai
organisasi internasional yang fungsional karena menjalankan fungsi yang
khusus.
3. Regional membership and general purpose, yaitu suatu organisasi
internasional antar pemerintah dengan keanggotaan yang regional atau
berdasarkan kawasan dengan maksud dan tujuan yang umum, biasanya
bergerak dalam bidang yang luas, meliputi keamanan, politik, sosial,
ekonomi, dan sebagainya.
4. Regional membership and limited purpose organizations, yaitu suatu
organisasi internasional antar pemerintah dengan keanggotaan regional
dan memiliki maksud serta tujuan yang khusus dan terbatas, organisasi
internasional ini bergerak dalam bidang militer dan pertahanan, bidang
ekonomi, sosial, dan sebagainya (Perwita dan Yani, 2005: 94).
Organisasi internasional yang bersifat fungsional memiliki fungsi dalam
menjalankan aktifitasnya, fungsi ini bertujuan untuk mencapai tujuan yang
masalah yang timbul terhadap pihak yang terkait. Menurut Bennet fungsi
organisasi internasional adalah:
1. Untuk menyediakan hal-hal yang dibutuhkan bagi kerjasama yang
dilakukan antar negara dimana kerjasama itu menghasilkan keuntungan
yang besar bagi seluruh bangsa.
2. Untuk menyediakan banyak saluran-saluran komunikasi antar
pemerintahan sehingga ide-ide dapat bersatu ketika masalah muncul ke
permukaan (Perwita dan Yani, 2005: 97).
Adapun Fungsi organisasi internasional oleh Clive Archer dalam buku
“International Organization” :
a.) Fungsi agregasi dan artikulasi
b.) Organisasi Internasional sebagai Norma
c.) Sarana Rekrutmen dalam sistem internasional
d.) Sarana Sosialisasi
e.) Sebagai wadah pembuatan kebijakan
f.) Sebagai tempat penerapan kebijakan
g.) Menerapkan kebijakan yang adil
h.) Sarana Informasi Global
i.) Penerapan fungsi operasional (Archer, 2003: 95-107).
Mengacu pada fungsi organisasi internasional menurut Karen Mingst ada
tingkat Sistem Internasional yaitu Organisasi internasional mempunyai fungsi
untuk berkontribusi bersama dengan Negara-negara di dunia untuk menangani
suatu masalah Internasional sebagai contoh Organisasi Internasional dan
Negara-negara di dunia bekerjasama di bawah sistem Perserikatan Bangsa Bangsa dalam
menangani masalah Internasional. Organisasi internasional juga berfungsi untuk
mensurvei dan mengumpulkan segala informasi di dunia sebagai contoh UNICEF
melakukan pengawasan pasca kebijakan satu anak diberlakukan.
Kedua, fungsi organisasi internasional terhadap Negara yaitu organisasi
internasional digunakan oleh negara sebagai instrumen politik luar negeri sebagai
contoh kasus yaitu organisasi lokal di Cina yakni all girls allowed bekerja sama
dengan UNICEF untuk mengatasi masalah kekerasan terhadap perempuan dan
anak yang disebabkan oleh kebijakan satu anak. Ketiga, fungsi Organisasi
Internasional hubungan terhadap Individu yaitu organisasi internasional menjadi
tempat dimana individu bisa bersosialisasi terhadap norma-norma internasional
contohnya, Pembelajaran delegasi PBB dalam norma diplomatik. Selain itu,
organisasi internasional juga menjadi tempat dimana individu bisa mempelajari
tentang persamaan dan perbedaan suatu negara di dunia, misalnya para partisipan
mempelajari satu sama lain di pertemuan internasional (Mingst, 2003: 241).
Adapun fungsi Organisasi Internasional menurut Harold K. Jacobson yang
Fungsi Organisasi Internasional tersebut di kelompokkan menjadi lima ketegori
yaitu informatif, normatif, role-creating, role-supervisory, dan operasional.
Fungsi normatif dari Organisasi internasional meliputi standar tujuan dan
deklarasi organisasi tersebut. Dalam hal ini tidak terikat oleh legalisasi instrumen
melainkan ketetapannya dipengaruhi keadaan lingkungan domestik dan politik
internasional. Contoh: UNICEF melakukan tugasnya untuk melindungi anak-anak
dan perempuan yang berada dalam suatu lingkungan sosial yang tidak layak dan
memerlukan perlindungan khusus.
Fungsi rule-creating dari organisasi internasional sama seperti fungsi
normatif yaitu meliputi standar tujuan dan deklarasi organisasi tersebut, tapi disini
di batasi oleh frame legalitas yang mempengaruhinya. Contoh: UNICEF memiliki
tujuan dan misi untuk melakukan tugasnya sebagai organisasi internasional dalam
hal kelangsungan hidup perempuan dan anak.
Dari fungsi organisasi internasional yang dijelaskan di atas dapat dilihat
bahwa UNICEF sebagai aktor yang sangat penting. Hal ini ditunjukkan melalui
bagaimana cara UNICEF mengadvokasi pemerintah sehingga pada akhirnya
pemerintah sadar bahwa dengan kebijakan satu anak telah mengakibatkan
dampak negatif bagi perempuan dan anak-anak.
Dalam kasus penelitian ini, fungsi UNICEF sebagai organisasi internasional
adalah melakukan funsgi agregasi, sosialisasi, sarana informasi global dan
praktek-praktek illegal yang di akibatkan oleh kebijakan pemerintah memeliki
lebih dari satu anak.
2.2.3.2 Peranan Organisasi Internasional
Peranan organisasi internasional dapat digambarkan sebagai individu yang
berada dalam lingkungan masyarakat internasional. Sebagai anggota masyarakat
internasional, organisasi internasional harus tunduk pada peraturan-peraturan
yang telah disepakati bersama. Selain itu, melalui tindakan anggotannya, setiap
anggota tersebut melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuannya
(Perwita dan Yani, 2005: 29). Peranan UNICEF dapat dikatakan sebagai
upayanya dalam menjalankan fungsinya sebagai suatu organisasi internasional
yang difokuskan pada perlindungan dan keselamatan anak-anak dalam kondisi
yang tidak atau kurang layak.
Negara – negara yang tergabung dalam keanggotaan suatu Organisasi
Internasional berhak meminta bantuan berupa saran, rekomendasi atau aksi
langsung berkaitan dengan masalah-masalah dimana pemerintah tidak dapat
mengambil resiko dengan hanya bertindak melalui kebijakan nasionalnya.
Bahkan saat ini Organisasi Internasional dapat mempengaruhi tingkah laku
negara secara tidak langsung, dimana kehadiran mereka – organisasi internasional – mencerminkan kebutuhan suatu masyarakat dunia untuk bekerjasama dalam
Peranan Organisasi Internasional terbagi dalam 3 (tiga) kategori, adalah
sebagai berikut :
1.) Sebagai instrumen, yaitu organisasi internasional digunakan oleh negara
negara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan
politik luar negerinya.
2.) Sebagai arena. organisasi internasional merupakan tempat bertemu bagi
anggota-anggotanya yang membahas dan membicarakan masalah
masalah yang dihadapi. Tidak jarang organisasi internasional digunakan
oleh beberapa negara untuk mengangkat masalah dalam negerinya,
ataupun mengangkat masalah dalam negeri orang lain dengan tujuan
untuk mendapat perhatian internasional.
3.) Sebagai aktor independen. organisasi internasional dapat membuat
keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau
paksaan dari luar organisasi. (Archer dalam Perwita & Yani, 2005: 95).
Jelas di atas bahwa suatu organisasi Internasional hanya bisa melakukan
tugas dan fungsinya dengan mengambil keputusan dari tubuh Organisasi
internasional terkait. Dengan demikian semakin jelas bahwa organisasi
internasional merupakan non-state actor (Aktor Non Negara) yang mempunyai
2.2.4 Konsep Kekerasan 2.2.4.1 Pengertian Kekerasan
Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah. Menurut
WHO (Bagong dkk, 2000:15), kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan
kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau
sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar
mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan
perkembangan atau perampasan hak.
Awal mulanya istilah tindak kekerasan pada anak atau child abuse dan
neglect dikenal dari dunia kedokteran. Sekitar tahun 1946, Caffey-seorang
radiologist melaporkan kasus cedera yang berupa gejala-gejala klinik seperti
patah tulang panjang yang majemuk (multiple fractures) pada anak-anak atau
bayi disertai pendarahan dikepala tanpa mengetahui sebabnya (unrecognized
trauma). Dalam dunia kedokteran, istilah ini dikenal dengan istilah Caffey
Syndrome (Ranuh, 1999: 12).
Sementara itu Adolf Berger mengungkapkan bahwa kekerasan merupakan
sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang
mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau
martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang
bebas dapat diartinya bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan
penggunaan atau tindakan kesewenang-wenangan (2008:14).
2.2.4.2Kekerasan terhadap Perempuan
Tindakan kekerasan terhadap perempuan menurut Pasal I dari deklarasi
CEDAW adalah setiap tindakan yang berakibat kesengsaraan atau
penderitaan-penderitaan pada perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk
ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara
sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam lingkungan
kehidupan pribadi. Seringkali kekerasan pada perempuan terjadi karena adanya
ketimpangan atau ketidakadilan jender.
Ketimpangan jender adalah perbedaan peran dan hak perempuan dan
laki-laki di masyarakat yang menempatkan perempuan dalam status lebih rendah dari
laki-laki. ―Hak istimewa‖ yang dimiliki laki-laki ini seolah-olah menjadikan perempuan sebagai ―barang‖ milik laki-laki yang berhak untuk diperlakukan
semena-mena, termasuk dengan cara kekerasan.
Perempuan berhak memperoleh perlindungan hak asasi manusia.
Kekerasan terhadap perempuan dapat berupa pelanggaran hak-hak berikut:
Hak atas kehidupan
Hak atas persamaan
Hak atas perlindungan yang sama di muka umum
Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan fisik maupun
mental yang sebaik-baiknya
Hak atas pekerjaan yang layak dan kondisi kerja yang baik
Hak untuk pendidikan lanjut
Hak untuk tidak mengalami penganiayaan atau bentuk
kekejaman lain, perlakuan atau penyiksaan secara tidak
manusiawi yang sewenang-wenang.
Kekerasan perempuan dapat terjadi dalam bentuk:
Tindak kekerasan fisik
Tindak kekerasan non-fisik
Tindak kekerasan psikologis atau jiwa
Tindak kekerasan fisik adalah tindakan yang bertujuan melukai, menyiksa atau menganiaya orang lain. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan anggota tubuh pelaku (tangan, kaki) atau dengan alat-alat lainnya.
Tindak kekerasan non-fisik adalah tindakan yang bertujuan merendahkan citra atau kepercayaan diri seorang perempuan, baik melalui kata-kata maupun
melalui perbuatan yang tidak disukai/dikehendaki korbannya.
Tindak kekerasan psikologis/jiwa adalah tindakan yang bertujuan mengganggu atau menekan emosi korban. Secara kejiwaan, korban menjadi tidak
pada suami atau orang lain dalam segala hal (termasuk keuangan). Akibatnya
korban menjadi sasaran dan selalu dalam keadaan tertekan atau bahkan takut.
2.2.4.3 Kekerasan Terhadap Anak
Barker mendefinisikan child abuse merupakan tindakan melukai
beulang-ulang secara fisik dan emosional terhadap anak yang ketergantungan, melalui
desakan hasrat, hukuman badan yang tak terkendali, degradasi dan cemoohan
permanen atau kekerasan seksual (Huraerah, 2007: 9).
Terry E. Lawson, psikiater internasional yang merumuskan definisi tentang
child abuse, menyebut ada empat macam abuse, yaitu physical abuse, emotional
abuse,verbal abuse, dan sexual abuse).
Kekerasan secara Fisik (physical abuse)
Physical abuse, terjadi ketika orang tua/pengasuh dan pelindung anak
memukul anak (ketika anak sebenarnya memerlukan perhatian). Pukulan
akan diingat anak itu jika kekerasan fisik itu berlangsung dalam periode
tertentu. Kekerasan yang dilakukan seseorang berupa melukai bagian
tubuh anak.
Kekerasan Emosional (emotional abuse)
Emotional abuse terjadi ketika orang tua/pengasuh dan pelindung anak
setelah mengetahui anaknya meminta perhatian, mengabaikan anak itu. Ia
ingin diganggu pada waktu itu. Ia boleh jadi mengabaikan kebutuhan anak
untuk dipeluk atau dilindungi. Anak akan mengingat semua kekerasan
emosional jika kekerasan emosional itu berlangsung konsisten. Orang tua
yang secara emosional berlaku keji pada anaknya akan terus menerus
melakukan hal sama sepanjang kehidupan anak itu.
Kekerasan secara Verbal (verbal abuse)
Biasanya berupa perilaku verbal dimana pelaku melakukan pola
komunikasi yang berisi penghinaan, ataupun kata-kata yang melecehkan
anak. Pelaku biasanya melakukan tindakan mental abuse, menyalahkan,
melabeli, atau juga mengkambing hitamkan.
Kekerasan Seksual (sexual abuse)
Sexual abuse meliputi pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan
terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut
(seperti istri, anak dan pekerja rumah tangga). Selanjutnya dijelaskan
bahwa sexual abuse adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan
hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar
dan atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain
untuk tujuan komersil dan atau tujuan tertentu (Huraerah, 2007:24).
Eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan
sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat.
ekonomi, sosial, atau politik tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk
mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan fisik, psikisnya dan
status sosialnya. Misalnya, anak dipaksa untuk bekerja di pabrik-pabrik yang
membahayakan (pertambangan, sektor alas kaki) dengan upah rendah dan tanpa
peralatan yang memadai, anak dipaksa untuk angkat senjata, atau dipaksa
melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga melebihi batas kemampuannya
3.1 Objek Penelitian
3.1.1United Nations of Children’s Fund (UNICEF) 3.1.1.1 Sejarah UNICEF
UNICEF adalah organisasi yang didirikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
pada tahun 1946, setelah Perang Dunia II dalam rangka untuk menyediakan
kebutuhan seperti makanan dan pakaian untuk anak-anak di Eropa. Pada tahun 1953,
UNICEF menjadi badan tetap dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Enam tahun
kemudian, sidang umum PBB mensahkan Deklarasi Hak Anak, yang dokumen dan
mengidentifikasi hak anak untuk kebutuhan seperti gizi, pendidikan dan tempat
tinggal. Pada bulan Desember 1950, majelis Umum PBB memberikan mandat kepada
UNICEF untuk membantu anak-anak yang hidup dalam kekurangan, khususnya
dinegara-negara yang sedang berkembang hingga akhirnya, pada bulan Oktober 1953,
Majelis Umum PBB memutuskan bahwa UNICEF ditetapkan menjadi suatu badan
permanen dalam PBB yang menangani masalah anak. UNICEF kemudian lebih dikenal sebagai United Nations Children’s Fund.
UNICEF dibangun dalam rangka untuk merawat anak-anak di seluruh dunia
UNICEF mendukung gagasan bahwa agar seorang anak memiliki masa depan yang
kuat, mereka membutuhkan kualitas awal untuk kehidupannya. Semenjak saat itu
gagasan lain mengenai cara-cara perlindungan terhadap anak-anak mulai dilakukan
termasuk diantaranya mendirikan suatu lembaga khusus yang menangani anak-anak.
Pada awal tahun pembentukannya, sumber-sumber dana digunakan untuk kebutuhan
darurat anak-anak korban perang untuk pengadaan pangan, obat-obatan dan sandang
pangan atau pakaian di Eropa dan Cina. Pada bulan desember 1950, Sidang Umum
PBB mengubah mandat organisasi ini untuk menanggapi berbagai kebutuhan yang
sangat mendesak dari sekian anak yang tidak terhitung jumlahnya di negara
berkembang.
Kemudian sekitar akhir tahun 1953, sidang umum memutuskan bahwa
UNICEF harus meneruskan tugasnya sebagai badan tetap PBB. Badan ini kemudian disebut the ―United Nations Children’s Fund‖ (Dana PBB untuk anak-anak).
UNICEF berupaya melalui berbagai kegiatannya untuk melindungi anak-anak dan
memungkinkan anak-anak tersebut mengembangkan potensinya secara penuh.
Pemberian nobel kepada UNICEF pada tahun 1965 merupakan salah satu bukti
tindakan langsung dari dunia internasional terhadap kepedulian dan pengakuan bahwa
kesejahteraan anak tidak dapat dipisahkan dari perdamaian dunia itu sendiri
3.1.1.2 Fungsi UNICEF
Sebagai salah satu organisasi kemanusiaan yang berada dibawah naungan PBB
yang peduli terhadap masalah anak-anak, UNICEF menjalankan fungsi-fungsi
sebagai berikut:
a. Memberi arahan dan alternatif pemecahan bagi negara-negara yang
menghadapi masalah tentang anak-anak.
b. Memberi advise dan bantuan bagi rencana dan penerapan usaha-usaha
kesejahteraan anak.
c. Mendukung latihan-latihan bagi para pekerja sosial UNICEF di seluruh
negara.
d. Mengkoordinasi proyek-proyek bantuan dalam skala kecil untuk
melakukan metode yang lebih baik.
e. Mengorganisasikan proyek-proyek yang lebih luas.
f. Bekerjasama dengan partner internasional untuk memberi bantuan
eksternal bagi negara yang membutuhkan (UNICEF,2009: 2).
Melihat fungsi-fungsi tersebut, nampak bahwa UNICEF sangat perduli dengan
kaum anak-anak. UNICEF melihat situasi anak-anak dari tiap negara berbeda-beda.
Antara kesejahteraan anak-anak di negara berkembang sangat berbeda dengan
kesejahteraan anak-anak di negara maju. Hal-hal ini selalu berkaitan baik dengan
sistem pemerintahan dan sistem perekonomian negara bersangkutan. Oleh karena itu,
oleh UNICEF untuk dapat melakukan kerjasama-kerjasama dengan berbagai pihak
untuk mendapatkan keseimbangan tersebut dalam menangani masalah seputar anak.
UNICEF ini adalah sebuah organisasi anak perusahaan dari Perserikatan
Bangsa-Bangsa yang didirikan setelah Perang Dunia II pada bulan Desember 1946.
Tujuan utama organisasi ini adalah untuk memberikan perawatan kesehatan yang
layak dan makanan untuk anak-anak dan perempuan di dunia. Fungsi UNICEF ini
yaitu, Penyediaan Infrastruktur Pendidikan Dasar untuk dunia, Meningkatkan tingkat
Anak Hidup di negara berkembang, Kesetaraan jender melalui pendidikan bagi anak
perempuan, Perlindungan anak-anak dari segala bentuk kekerasan dan pelecehan,
Melindungi dan advokasi hak anak. Imunisasi bayi dari berbagai penyakit.
Penyediaan gizi yang memadai dan air minum yang aman untuk anak-anak.
Pengembangan Analisis Situasi Anak dan Wanita adalah fungsi sentral dari
mandat UNICEF. Ini adalah output program yang sangat mendukung upaya nasional
dan lembaga ini, yang juga bagian dari upaya menyeluruh PBB untuk mendukung
kapasitas nasional untuk mempromosikan pembangunan manusia dan memenuhi hak
asasi warga negara. Pengkajian dan analisis menunjukkan dimensi anak relevan dari
masalah pembangunan nasional dan merupakan skema dari tindakan prioritas yang
terus berkelanjutan. Upaya ini didukung dengan promosi dan penggunaan data
analisis studi kualitatif dari pemerintah dan masyarakat sipil yang merupakan mitra
kerjasama pembangunan internasional (http://www.unicef.org/sitan/index_43348.