Daftar Lampiran
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
DAFTAR PUSTAKA
AGN, 03 Februari 2011.“Sistem dan Prosedur Keuangan Sector Public
(Daerah)”.http://karangtangis.blogspot.co.id/2011/02/sistem-dan-prose
dur-keuangan-sektor.html(6 Nov. 2015)
Fakultas Ekonomi Sumatra Utara 2015.Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian Kompre Program Strata 1 (S1). Fakultas Ekonomi USU, Medan
Fauziah. 2011. Analisis Pencatatan Dan Pelaporan Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Di Kab. Lima Puluh Kota (studi kasus pada Badan Kepegawaian Daerah). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang. [pdf]. Diakses dari http://repository.unand.ac.id
Halim, Abdul, 2002. Akuntansi keuangan Daerah. SalembaEmpat, Jakarta.
, 2012. Akuntansi sector public. Salemba Empat,Jakarta
Noviana, Endah. 2009. Analisis Pencatatan Dan Pelaporan Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Di Pemerintah Kota Medan (Studi Kasus Pada Dinas Tata Kota Tata Bangunan). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan. [pdf]. Diakses dari http://repository.usu.ac.id (Juli 2015)
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta
__________.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. Jakarta
. 2014. Modul Gambaran Umum Akuntansi Berbasis Akrual.
Saptawibawa, Eka. 2012. “Pengertian Keuangan Daerah”. http://saptawibawa
.blogspot.co.id/2012/08/pengertian-keuangan-daerah.html (5 Nov. 2015)
Syefira, Anisaa. 2013. Analisis Pencatatan Dan Pelaporan Belanja Modal Pada Dinas Perhubungan Kota Manado. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 304 – 303. Manado.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah berupa studi deskriptif
yang menguraikan tentang sifat – sifat dan keadaan sebenarnya dari
suatu objek penelitian. Penelitian ini akan mendeskripsikan apakah
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan selaku SKPD sudah siap
melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
3.2 Jadwal dan Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan di Jalan Jendral Abdul Haris Nasution No. 32. Penelitian ini
dilaksanakan mulai bulan Desember 2015 sampai dengan selesai.
3.3 Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada pencatatan dan pelaporan
keuangan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
tahun 2015, serta sudah sejauh mana Dinas Pendapatan Daerah
(DISPENDA) Kota Medan mengimplementasikan PP No. 71 Tahun
3.4Definisi Operasional
Definisi operasional variable yang digunakan dalam
pembahasan skripsi ini adalah:
1. Pencatatan Akuntansi adalah proses pengklasifikaan dan
pengikhtisaran dengan cara sepatutnya dan dalam satuan uang.
2. Pelaporan Akuntansi adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan
untuk menggambarkan kinerjanya.
3.5 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Data primer: yaitu data yang diperoleh dengan cara
melakukan penelitian langsung ke lapangan guna
memperoleh atau mengumpulkan keterangan untuk
selanjutnya diolah sesusai kebutuhan penelitian. Dalam
penelitian ini data primer yang digunakan terdiri dari hasil
wawancara berupa tanya jawab langsung dengan bendahara
DISPENDA,
2. Data sekunder: yaitu data yang telah diolah sehingga
menjadi lebih informatif dan langsung dapat
dipergunakan. Data sekunder yang penulis kumpulkan
dalam penelitian ini antara lain :
Sejarah singkat DISPENDA Kota Medan
Sistem Akuntansi Keuangan DISPENDA Kota
Medan
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:
1. Teknik wawancara, dilakukan dengan mengadakan Tanya
jawab dengan pihak-pihak terkait dengan penelitian yaitu
PPK-SKPD (Pejabat Penata Usaha Keuangan SKPD) dan
Bendahara DISPENDA.
2. Studi dokumentasi, dilakukan dengan melakukan
penelusuran terhadap dokumen–dokumen yang
mendukung penelitian.
3.7 Metode Analisis Data
Untuk mendeskripsikan apakah Dispenda Pemko Medan telah
melaksanakan pencatatan danpelaporan keuangan sesuai dengan PP
No.71 Tahun 2010, penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu suatu
metode yang bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, dan ciri dari jenis penelitian
ini adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Data Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan
Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah
suatu sub bagian pada bagian yang mengelola bidang
penerimaan dan pendapatan daerah. Pada sub bagian ini belum
terdapat Sub Seksi, karena pada saat itu wajib pajak / wajib
retribusi yang berdomisili di daerah kota Medan belum begitu
banyak. Dengan memperhitungkan perkembangan pembangunan
dan laju pertumbuhan di kota Medan melalui peraturan daerah sub
bagian keuangan tersebut dirubah menjadi bagian pendapatan.
Pada bagian pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang
mengelola penerimaan pajak dan retribusi daerah yang merupakan
kewajiban para wajib pajak / wajib retribusi di dalam daerah kota
Medan, yang terdiri dari 21 kecamatan diantaranya kecamatan
Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan denai,
Medan Tembung, Medan Timur, Medan Kota, Medan Area,
Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang,
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009,
bahwa Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan merupakan unsur
pelaksana otonomi daerah, urusan pemerintahan bidang
pendapatan dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah
dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretariat
Daerah.
Dinas pendapatan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
penerimaan dan pendapatan daerah. Untuk melaksanakan
tugas sebagaimana tersebut di atas, Dinas Pendapatan Kota
Medan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan
asas otonomi dan tugas pembantuan.
Berdasarkan Peraturan Walikota Medan Nomor 1 Tahun
2010 tentang Rincian dan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan, bahwa Dinas Pendapatan
Daerah Kota Medan mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan;
b) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan
umum di bidang pendapatan;
c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang
pendapatan; dan
d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota
4.1.2 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Kota Medan
Visi Dinas Pendapatan Kota Medan
Secara umum arah dan agenda pembangunan kota
mengacu kepada visi :
Jangka Panjang (Visi 2025). Perda Nomor 8 Tahun 2009 : Kota
Medan yang maju, sejahtera, religious dan berwawasan
lingkungan (Indikasi : Income perkapita Rp. 72 juta/tahun).
Jangka Menengah (Visi 2015) : Kota Medan menjadi Kota
Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera.
Jangka Pendek (Tahun 2011) : Mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah yang semakin dinamis dan berkualitas guna
menciptakan kesempatan kerja yang luas, mengurangi
kemiskinan, meningkatkan mutu pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat (Indikasi : Income perkapita menjadi
Rp 41,3 juta dari Rp 36 juta Tahun 2010).
Misi Dinas Pendapatan Kota Medan
Misi Dinas Pendapatan Kota Medan adalah :
a) Mewujudkan Masyarakat Kota Medan yg Taat Pajak
dan Retribusi Daerah
b) Mengembangkan Sistem Administrasi Perpajakan
yang Akuntabel
c) Melaksanakan Intensifikasi dan Ekstensifikasi
d) Meningkatkan Aparatur Dinas Pendapatan Kota
Medan yang Profesional
4.1.3 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
Sehubungan dengan instruksi Menteri Dalam Negeri
KUPD No. 7/12/41 – 10 tentang Penyelenggaraan Struktur
Organisasi Dinas Pendapatan Daerah di Seluruh Indonesia.
Maka Pemerintah Kota Medan, berdasarkan Peraturan Daerah
No. 12 tahun 1978 menyesuaikan dan membentuk struktur
organisasi Dinas Pendapatan yang baru.
Susunan organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan Berdasarkan Peraturan Walikota Medan Walikota
Medan No. 1 Tahun 2010 Pasal 2, organisasi DISPENDA Kota
Medan terdiri dari :
1. Kepala Dinas,
2. Sekretariat terdiri dari:
a. Sub Bagian Keuangan,
b. Sub Bagian Umum,
c. Sub Bagian Penyusunan Program,
3. Bidang Pendataan dan Penetapan terdiri dari:
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran,
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi,
d. Seksi Pemeriksanan,
4. Bidang Penagihan terdiri dari:
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi,
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan,
c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi,
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari:
a. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil,
b. Seksi Bagi Hasil Pajak,
c. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak,
d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian
Pendapatan,
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari:
a. Seksi Pengembangan Pajak,
b. Seksi Pengembangan Retribusi,
c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain,
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT),
8. Kelompok Jabatan Fungsional.
Adapun diagram susunan organisasi Dinas Pendapatan
Gambar 4.1
4.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi
1. Dinas
Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian urusan pemerintah daerah di bidang pendapatan
daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan. Dalam melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Dinas menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pendapatan,
b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan
umum di bidang pendapatan
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang
pendapatan,
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota
sesuai dengan tugas dan fungsinya
2. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi
pengolahan administrasi umum, keuangan dan penyusunan
program. Dalam melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Sekretariat menyelenggarakan
fungsi :
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program
Dinas,
c. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan
administrasi kesekretariatanDinas yang meliputi
administrasi umum, kepegawaian, keuangan dan
kerumahtanggaan Dinas,
d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya
manusia, pengembangan organisasi, dan
ketatalaksanaan,
e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas
Dinas,
f. Penyiapan Bahan Pembinaan, pengawasan dan
pengendalian
g. Pelaksanaan monotoring, evaluasi dan pelaporan
kesekretariatan, dan
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya
3. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup
pengolalaan admistrasi keuangan. Dalam melaksanakan
tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sub Bagian Umum
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub
Bagian Umum,
b. Penyusunan bahan petujuk teknis pengelolaan
Administrasi Umum,
c. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi
pengelolaan tata naskah dinas, penataan kearsipan,
perlengkapan dan penyelenggaraan kerumahtanggaan
Dinas,
d. Pengelolaan administrasi kepegawaian,
e. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan
kelembagaan,ketatalaksanaan dan kepegawaian,
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian,
g. Penyiapan bahan monotoring, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan tugas,
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris
sesuai dengan tugas dan fungsinya
4. Sub Bagian Keuangan
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi
keuangan. Dalam melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Sub Bagian Keuangan
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub
Bagian Keuangan,
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengolaan
administrasi keuangan,
c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan
meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan
bahan, pemprosessan, pengusulan dan verifikasi,
d. Penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi
pengelolaan administrasi keuangan,
e. Penyusunan laporan keuangan Dinas,
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian,
g. Penyiapan bahan monotoring, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan tugas,
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
5. Sub Bagian Penyusunan Program
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas sekretariat lingkup penyusunan program dan
pelaporan. Dalam melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Sub Bagian Penyusunan
Program menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub
b. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup Sub
Bagian Penyusunan Program,
c. Pengumpulan bahan penyusunan rencana dan program
Dinas
d. Penyiapan bahan pembinaan pengawasan dan
pengendalian
e. Penyiapan bahan monotoring, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan tugas,
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
6. Bidang Pendapatan dan Penetapan
Bidang Pendapatan dan Penetapan dipimpin oleh
Kepala Bidang, yangberada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas. Dalam melaksanakan tugas
pokok sebagaimana dimaksud, Bidang Pendataan dan
Penetapan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang
Pendapatan dan Penetapan,
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan,
pendaftaran, pemeriksaan, penetapan dan pengolahan
data dan informasi
c. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib
d. Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat
Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil
pemeriksaan dan informasi dari instansi yang terkait,
e. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi
daerah dan pendapatan daerah lainnya,
f. Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan
terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi,
g. Penyiapan bahan monotoring, evaluasi dan pelaporan
lingkup bidang pendataan dan penetapan,
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Dinas dengan tugas dan fungsinya.
7. Bidang Penagihan
Sub Dinas Penagihan mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang penagihan
meliputi kegiatan pembukuan, verifikasi, penagihan dan
perhitungan restitusi, pemindah bukuan serta
pertimbangan terhadap keberatan pajak daerah, retribusi
daerah dan pendapatan daerah lainnya.
8. Bidang Hasil dan Pendapatan
Bidang Hasil dan Pendapatan mempunyai tugas
hasil pajak dan bukan pajak, penata usahaan bagi hasil
dan perundang-undangan serta pengkajian pendapatan.
9. Bidang Pengembangan dan Pendapatan Daerah
Bidang Pengembangan dan Pendapatan Daerah
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan
pendapatan lain-lain dan Pelaksanaan pengkajian potensi
pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya.
10. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendapatan
sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
11. Unit Pelaksana Teknis
Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan
fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut
dengan Peraturan Walikota.
4.1.5 Analisis Akuntansi Pada Dinas Pendapatan Kota Medan 4.1.5.1 Analisis Transaksi
a. Pendapatan adalah semua penerimaan
rekening Kas Umum Negara / Daerah yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan di Dispenda sendiri sampai dengan
tahun 2015 meliputi Pendapatan Asli Daerah
yang terdiri dari pajak hotel, pajak restoran,
pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan
jalan, pajak parker, pajak air tanah, PBB
Perdesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan serta pendapatan
Lain-lain PAD yang sah yang terdiri dari
pendapatan denda pajak.
b. Belanja adalah semua pengeluaran selama
satu periode anggaran. Dinas Pendapatan kota
Medan periode anggaran 2015 membagi
belanjanya sebagai berikut :
1. Belanja Langsung yaitu semua pengeluaran
yang berhubungan dengan aktifitas pelayanan
public. Belanja Pelayanan Publik / Belanja
Langsung sampai dengan tahun 2015 terdiri
dari beberapa program paket diantaranya :
a. Belanja barang dan jasa yang terdiri dari
belanja bahan pakai habis, belanja bahan /
material, belanja jasa kantor, belanja cetak
dan penggandaan, belanja sewa rumah /
sarana mobilitas, belanja sewa perlengkapan
dan peralatan kantor, belanja makan dan
minuman, belanja pakaian dinas dan
atributnya, belanja pakaian kerja, belanja
perjalanan dinas, belanja pemeliharaan,
belanja jasa konsultasi, belanja kursus /
pelatihan, belanja honorarium PNS, belanja
honorarium Non PNS.
b. Belanja modal peralatan dan mesin.
c. Belanja modal gedung dan bangunan.
d. Belanja modal asset tetap lainnya.
2. Belanja Tidak Langsung yaitu pengeluaran
yang manfaatnya melebihi satu tahun
anggaran dan menambah asset atau kekayaan
dan selanjutnya akan menambah biaya yang
bersifat rutin seperti biaya operasi dan
pemeliharaan. Belanja Tidak Langsung Dinas
Pendapatan pada tahun anggaran 2015 dapat
diuraikan meliputi : Gaji Pokok PNS / Uang
Representasi, Tunjangan Keluarga, Tunjangan
Jabatan, Tunjangan Umum, Tunjangan Beras,
Tunjangan PPh / Tunjangan Khusus,
Pembulatan Gaji, Iuran Asuransi Kesehatan,
Penghasilan berdasarkan Beban Kerja dan
Tambahan Penghasilan Berdasarkan Beban
Kerja, Tambahan Penghasilan Berdasarkan
pertimbangan objektif, Insentif Pajak Daerah.
4.1.5.2 Jurnal
a. Akuntansi Pendapatan
Jurnal untuk akuntansi pendapatan pada
Dispenda adalah sebagai berikut :
Sewaktu penerbitan SKP- Daerah
No TANGGAL NO. BUKTI REKENING URAIAN REF DEBET KREDET
1 12-Jan-15 011/M1 Piutang Pajak Hotel 600.000
Hotel - LO 600.000
periode : 1 Januari s.d. 31 Januari 2015 Urusan Pemerintahan : 1 Urusan Wajib
Bidang Pemerintahan : 1 . 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Peraturan Daerah, Kepegawaian
Unit Organisasi : 1 . 20 . 05 Dinas Pendapatan
Sub Unit Organisasi : 1. 20 . 05 . 01 Dinas Pendapatan 1.20 . 05 . 01. 00 .
00 . 2 . 1 .7 . 01 .
Sewaktu pembayaran
No TANGGAL NO. BUKTI REKENING URAIAN REF DEBET KREDET 1 12-Jan-15 011/M1 Kas di Bendahara Penerimaan 600.000
Piutang Pajak Hotel 600.000
Bidang Pemerintahan : 1 . 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Peraturan Daerah, Kepegawaian
No TANGGAL NO. BUKTI REKENING URAIAN REF DEBET KREDET
2 12-Jan-15 012/RN Kas di Bendahara Penerimaan 77.535.662,10
Piutang Pajak Restoran 77.535.662,10
Bidang Pemerintahan : 1 . 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Peraturan Daerah, Kepegawaian
Perubahan SAL
PEMERINTAH KOTA MEDAN
JURNAL PENERIMAAN KAS
Periode : 1 Januari s.d. 31 Januari 2015
Urusan Pemerintahan : 1 Urusan Wajib
Jurnal untuk akuntansi belanja pada
Dispenda adalah sebagai berikut :
- Saat Penerbitan SPP
No TANGGAL NO. BUKTI REKENING URAIAN REF DEBET KREDET
1 2-Jan-15 Beban Gaji Pokok PNS - LO 1.029.135.040,00
Beban Tunjangan Keluarga - LO 100.805.888,00
Beban Tunjangan Jabatan - LO 23.645.000,00
Beban Tunjangan Fungsional - LO 58.185.000,00
Beban Tunjangan Beras - LO 72.829.440,00
Beban Tunjangan PPh - LO 16.776.525,00
Beban Pembulatan Gaji - LO 16.971,00
Beban Iuran JamKes - LO 33.898.231,00
Utang Beban Pegawai 1.335.292.095,00
2 19-Jan-15 011/M1 Beban Jasa Listrik 62.672.300
Utang Beban Barang 62.672.300
(Pembayaran Gaji Bulan Januari 2015 Dispenda Kota Medan)
Bidang Pemerintahan : 1 . 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Peraturan Daerah, Kepegawaian
PEMERINTAH KOTA MEDAN
JURNAL UMUM LAINNYA
periode : 1 Januari s.d. 31 Januari 2015
- Saat Penerbitan SPM
No TANGGAL NO. BUKTI REKENING URAIAN REF DEBET KREDET
1 2-Jan-15 Utang Beban Pegawai 1.335.292.095,00
R/K PPKD 1.335.292.095,00
Belanja Gaji Pokok PNS - LO 1.029.135.040,00
Belanja Tunjangan Keluarga 100.805.888,00
2 19-Jan-15 Utang Beban Barang dan Jasa 62.672.300
R/K PPKD 62.672.300
Belanja Listrik 62.672.300
Perubahan SAL 62.672.300
Bidang Pemerintahan : 1 . 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Peraturan Daerah, Kepegawaian
Akuntansi belanja TU
Urusan Pemerintahan : 1 Urusan Wajib
Bidang Pemerintahan : 1 . 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Peraturan Daerah, Kepegawaian
Unit Organisasi : 1 . 20 . 05 Dinas Pendapatan
No TANGGAL NO. BUKTI REKENING URAIAN REF DEBET KREDET
1 26-Jun-15 Kas di Bendahar Pengeluaran 698.415.560,00
R/K PPKD 698.415.560,00
Akuntansi belanja TU Nihil
No TANGGAL NO. BUKTI REKENING URAIAN REF DEBET KREDET
1 1 Juni 698.415.560,00
Perubahan SAL 698.415.560,00
Bidang Pemerintahan : 1 . 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Peraturan Daerah, Kepegawaian
K- Akuntansi belanja UP
No TANGGAL NO. BUKTI REKENING URAIAN REF DEBET KREDET
1 13-Jan-15 Kas di Bendahar Pengeluaran 500.000.000
R/K PPKD 500.000.000
Bidang Pemerintahan : 1 . 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Peraturan Daerah, Kepegawaian
PEMERINTAH KOTA MEDAN JURNAL UMUM LAINNYA periode : 1 Januari s.d. 31 Januari 2015 Urusan Pemerintahan : 1 Urusan Wajib
Akuntansi belanja GU
No TANGGAL NO. BUKTI REKENING URAIAN REF DEBET KREDET
1 1 Juni Kas di Bendahara Pengeluaran - Bank 6.388.786,00
R/K PPKD 6.388.786,00
Belanja Telepon 1.899.886,00
Belanja Air 4.488.900,00
Perubahan SAL 6.388.786,00
Kas di Bendahara Pengeluaran - Bank 83.700.000,00
R/K PPKD 83.700.000,00 periode : 23 Maret s.d 23 Maret2015 Urusan Pemerintahan : 1 Urusan Wajib
No TANGGAL NO. BUKTI REKENING URAIAN REF DEBET KREDET
Kas di Bendahara Pengeluaran - Bank 4.320.000,00
R/K PPKD 4.320.000,00
Belanja Surat Kabar / Majalah 4.320.000,00
Perubahan SAL 4.320.000,00
Kas di Bendahara Pengeluaran - Bank 4.390.000,00
R/K PPKD 4.390.000,00
Belanja Makan dan Minuman Rapat 4.390.000,00
Perubahan SAL 4.390.000,00
Kas di Bendahara Pengeluaran - Bank 59.175.850,00
R/K PPKD 59.175.850,00
Belanja Honorarium Peg. Honorer 59.175.850,00
Perubahan SAL 59.175.850,00
Kas di Bendahara Pengeluaran - Bank 8.717.657,00
R/K PPKD 8.717.657,00
periode : 23 Maret s.d 23 Maret2015 Urusan Pemerintahan : 1 Urusan Wajib
Kas di Bendahara Pengeluaran - Bank 3.238.000,00
R/K PPKD 3.238.000,00
Belanja Bahan Bakar Minyak / Gas 3.238.000,00
Perubahan SAL 3.238.000,00
Kas di Bendahara Pengeluaran - Bank 1.229.970,00
R/K PPKD 1.229.970,00
Belanja kawat / Faksimili / Internet 1.229.970,00
Perubahan SAL 1.229.970,00
Kas di Bendahara Pengeluaran - Bank 135.150.000,00
R/K PPKD 135.150.000,00
Belanja Perjalanan Dinas Dalam Daerah 135.150.000,00
Perubahan SAL 135.150.000,00
Kas di Bendahara Pengeluaran - Bank 188.370.000,00
R/K PPKD 188.370.000,00
Belanja Makanan dan minuman Rapat 2.320.000,00
Belanja Perjalanan Dinas Dalam Daerah 175.150.000,00
Belanja Honorarium PanPel kegiatan 10.900.000,00
Perubahan SAL 188.370.000,00
(GU I)
Bidang Pemerintahan : 1 . 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Peraturan Daerah, Kepegawaian
PEMERINTAH KOTA MEDAN
JURNAL UMUM periode : 23 Maret s.d 23 Maret2015
4.1.5.3 Buku Besar
Nama Rekening Buku Besar : Pendapatan Asli Daerah (PAD) - LO
PEMERINTAH KOTA MEDAN BUKU BESAR periode : 1 Januari s.d. 31 Januari 2015 Urusan Pemerintahan : 1 Urusan Wajib
Bidang Pemerintahan : 1 . 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Peraturan Daerah, Kepegawaian
- Beban / Belanja
No TANGGAL DEBET KREDET SALDO
1 19-Jan-15 62.672.300,00 62.672.300,00
0,00 62.672.300,00 62.672.300,00
Nama Rekening Buku Besar : Belanja Barang dan Jasa
PEMERINTAH KOTA MEDAN
BUKU BESAR
periode : 1 Januari s.d. 31 Januari 2015 Urusan Pemerintahan : 1 Urusan Wajib
Bidang Pemerintahan : 1 . 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Peraturan Daerah, Kepegawaian
4.1.5.4 Laporan Keuangan
A. Laporan Realisasi Anggaran
Total Anggaran Pendapatan Dinas
Pendapatan Kota Medan Triwulan I dari Januari
sampai Maret Anggaran 2015 berjumlah Rp
1.256.272.602.446,00 dengan realisasi triwulan
I dari Januari – Maret 2015 sebesar Rp
165.318.619,348,50 yang terdiri dari :
Pendapatan Pajak Daerah – LRA dengan
anggaran Rp 1.249.252.602.446,00 dan
realisasi sebesar Rp 164.740.604.489,06
Lain-lain Pendapatan Asli daerah (PAD) yang
Sah – LRA dengan anggaran Rp
7.020.000.000,00 dan realisasi sebesar Rp
578.014.859,44
Total Anggaran Belanja Dinas Pendapatan
Kota Medan Triwulan I dari Januari sampai
Maret Anggaran 2015 berjumlah Rp
145.762.969.740,00 dengan realisasi triwulan I
dari Januari – Maret 2015 sebesar Rp
Belanja Operasi dengan anggaran Rp
143.782.599.740,00 dan realisasi sebesar Rp
7.911.871.047,00
Belanja Modal dengan anggaran Rp
1.980.370.000,00 dan realisasi sebesar Rp
0,00
B. Laporan Operasional
Total Saldo Pendapatan – LO Dinas
Pendapatan Kota Medan Triwulan I dari Januari
sampai Maret 2015 berjumlah Rp
165.318.619.348,50 yang terdiri dari :
Pendapatan Asli Daerah (PAD) – LO sebesar
Rp165.318.619.348,50
Pendapatan Transfer – LO sebesar Rp
578.014.859,44
Lain-lain pendapatan daerah yang sah – LO
sebesar Rp 0,00
Surplus Non Operasional – LO sebesar Rp 0,00
Pendapatan Luar Biasa – LO sebesar Rp 0,00
Total Saldo BebanDinas Pendapatan
Kota Medan Triwulan I dari Januari sampai
Maret 2015 berjumlah Rp 9.405.354.658,00yang
Beban Operasi sebesar Rp 9.405.354.658,00
Beban Transfer sebesar Rp 0,00
Defisit Non Operasional sebesar Rp 0,00
Beban Luar Biasa sebesar Rp 0,00
4.2 Analisis Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Pencatatan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, tentang standar Akuntansi Pemerintahan, Dinas
Pendapatan Kota Medan telah melaksanakan Pencatatan
dengan baik seperti bukti transaksi, pembuatan jurnal, posting
ke buku besar, hingga pembuatan laporan keuangan. Dan sudah
melakukan pedoman sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010. Pencatatan Pendapatan di Dinas
Pendapatan Kota Medan sudah dikelola sesuai dengan
Permendagri No. 64 tahun 2013 tentang perubahan atas
Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Dan Pencatatan Belanja di Dinas
Pendapatan Kota Medan sudah dikelola sesuai dengan Peraturan
Pemerintah dalam negeri nomor 64 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
4.2.2 Analisis Laporan Keuangan
Dari hasil yang didapat oleh peneliti, Dinas Pendapatan
Kota Medan telah melaksanakan pencatatan dan pelaporan
keuangan dengan baik, dan sudah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang menganut pelaporan
berbasis akrual dengan rincian sebagai berikut :
1.Laporan Realisasi Anggaran menyajikan realisasi belanja
dengan anggaran selama triwulan I
2.Laporan Operasional menyajikan saldo tahun 2015 selama
triwulan I
4.3 Kendala Dalam Penerapan PP 71 Tahun 2010
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010,
pencatatan dan pelaporan harus dilakukan dengan menggunakan basis
akrual. Maksudnya, entitas akrual harus melakukan pencatatan dan
pelaporan keuangan dengan basis akrual dalam pengakuan pendapatan
dan beban maupun pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas. Jika
dipandang secara luas, penerapan akrual ini akan menimbulkan hal
positif bagi tata kelola keuangan di daerah maupun pusat karena jika
seluruh entitas pengguna anggaran membuat laporan keuangan yang
didasarkan pada basis akrual, tentu untuk mengonsolidasikan
pelaporan daerah dengan pelaporan pusat akan sangat mudah seperti
yang sudah diterapkan pada akuntansi keuangan. Pelaporan
Pendapatan Kota Medan sudah baik, pedoman yang digunakan sudah
menggunakan PP Nomor 71 Tahun 2010. Namun Dispenda kota
Medan memiliki kendala dalam melaksanakan peraturan yang baru ini
dalam menerapkan basis akrual. Adapun kendala yang dihadapi oleh
Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :
1. Solialisasi yang dilakukan pemerintah pusat terhadap Dispenda
kota Medan untuk melaksanakan peraturan yang baru masih
sangat minim. Sosialisasi hanya kurang maksimal lebih sering
dilakukan pada bulan Desember 2015 lalu. Padahal, peraturan ini
sudah terbit sejak Januari 2010 lalu, namun penyesuaian sosialisasi
yang dilakukan untuk ke daerah SKPD seperti Dinas Pendapatan
Kota Medan sendiri masih sangat minim. Hal ini menyebabkan
Dispenda masih sulit berpedoman pada peraturan yang baru. Hasil
tanya jawab dengan staff yang peneliti temui di kantor Dispenda
mengatakan bahwa pelatihan / sosialisasi yang sering dilakukan akan
cukup untuk membekali mereka dalam memahami pelaporan
berbasis akrual ini.
2. Minimnya sumber daya manusia yang memahami tentang
pelaporan keuangan dan revisi peraturannya. Harus diakui bahwa
tidak semua mereka yang bekerja pada instansi keuangan memiliki
dasar yang kuat dalam akuntansi, begitu juga pada Dispenda. Yang
memahami tentang akuntansi hanyalah orang-orang tertentu saja.
baru karena staff yang ada akan mengalami kesulitan dalam
memahaminya.
3. Perlunya sinkronisasi penyesuaian antara sistem penerimaan pajak
daerah yang ada di dispenda dengan sistem informasi keuangan di
SIMDA dengan sistem database yang ada di SIMDA yang ada di
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai sistem
akuntansi pemerintah daerah pada SKPD (Satuan Kerja Perangkat
Daerah) Dinas Pendapatan Kota Medan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesiapan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam menerapkan PP
Nomor 71 Tahun 2010 dan melakukan pelaporan keuangan sesuai
dengan peraturan menteri dalam negeri nomor 64 tahun 2013
tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah dapat disimpulkan
bahwa Dinas Pendapatan Kota Medan cukup siap jika dilihat dalam
laporan keuangan yang meliputi : bukti transaksi, Jurnal, buku besar,
serta laporan keuangan.
2. Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh Dinas Pendapatan kota
Medan untuk tahun anggaran 2015 terdiri dari laporan ralisasi
anggaran, laporan operasional, neraca, laporan perubahan ekuitas
dan catatan atas laporan keuangan dimana formatnya sudah
berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Namun yang hanya
didapat oleh peneliti baru Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan
3. Kendala dalam implementasi PP nomor 71 tahun 2010, tentang
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) antara lain sampai saat ini
adalah minimnya sumber daya manusia pada Dispenda, serta
kurangnya sosialisasi atau pelatihan yang mengakibatkan sulitnya
melakukan penerapan peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010
tentang standar akuntansi pemerintah yang merupakan revisi dari
peraturan pemerintah nomor 24 tahun 2005, dan perlu penyesuaian
antara SIMDA di pusat (kantor walikota) dengan SIMDA yang ada di
Dinas Pendapatan itu sendiri atau daerah SKPD lainnya.
5.2 Saran
Beberapa hal yang dapat peneliti sarankan dalam penelitian ini
adalah :
1. Untuk tahun anggaran berikutnya diharapkan Dinas Pendapatan
kota Medan hendaknya berpedoman sepenuhnya pada
peraturan-peraturan yang ada sehingga terwujud pengelolaan keuangan daerah
yang efektif dan berguna bagi pengguna laporan keuangan
2. Perlunya pendidikan dan pelatihan secara rutin kepada SDM tentang pemahaman penerapan SAP berbasis akrual dan perlunya
pengadaan infrastruktur (computer, sistem jaringan, aplikasi) dalam
mendukung pengolahan data untuk mempercepat berlakunya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengertian Keuangan Daerah berdasarkan penjelasan
pasal 156 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah yang sekarang direvisi menjadi UU No. 12 tahun 2008
“keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang
dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”.
Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam keten-
tuan umum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah :
“Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.”
Sedangkan pengertian keuangan daerah menurut
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 (yang telah
berubah menjadi Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan berubah
menjadi Permendagri No. 59 tahun 2007 yang sekarang direvisi
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah Serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD):
“Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerahyang dapat dinilai dengan uang termaksud didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah, dalam kerangka anggaran pendapatan dan belanja daerah.”
Sesuai dengan Peraturan Mentri Dalam Negri
(Permendagri) No. 13 Tahun 2006 (yang berubah menjadi
Permendagri No. 59 Tahun 2007 yang sekarang direvisi
menjadi Permendagri No 64 Tahun 2013) tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah, tidak lagi bertumpu atau
mengandalkan bagian keuangan sekretariat daerah (setda)
kabupaten / kota saja, Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD)
kini wajib menyusun dan melaporkan posisi keuangannya yang
kemudian dikoordinasikan dengan bagian keuangan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, pada
prinsipnya keuangan daerah memiliki unsur pokok, yaitu :
- Hak Daerah;
- Kewajiban Daerah;
- Kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
tersebut.
Halim (2002 : 19) menjelaskan bahwa yang dimaksud
penerimaan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah, dan atau hak untuk menerima
sumber-sumber penerimaan lain seperti dana alokasi umum dan dana
alokasi khusus sesuai peraturan yang ditetapkan. Hak tersebut
akan menaikkan kekayaan daerah. Sedangkan yang
dimaksudkan kewajiban adalah kewajiban untuk mengeluarkan
uang membayar tagihan-tagihan kepada daerah dalam rangka
penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan, infrastruktur,
pelayanan umum, dan pengembangan ekonomi. Kewajiban
tersebut akan menurunkan kekayaan daerah.
Disamping memiliki unsur-unsur pokok diatas, pengertian
keuangan daerah selalu melekat dengan pengertian Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yaitu “suatu rencana
keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan
peraturan”. Selain itu, APBD merupakan salah satu alat untuk
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggungjawab.
Setelah selama bertahun-tahun Indonesia menggunakan
UU di bidang perbendaharaan negara yang terbentuk semenjak
zaman kolonial maka pada abad 21 ini telah ditetapkan tiga
paket perundang-undangan di bidang keuangan negara yang
menjadi landasan hukum reformasi di bidang keuangan negara,
Negara, Undang–Undang No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang No. 15 Tahun
2005 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara).
Pelaporan keuangan pemerintah daerah diselenggarakan
berdasarkan peraturan perundang–undangan yang mengatur
keuangan daerah, antara lain :
1) Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945,
khususnya bagian yang mengatur keuangan negara.
(khususnya pasal 23 ayat 1: Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara (APBN) sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan
undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar –besarnya kemakmuran rakyat);
2) Undang-undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme;
3) Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia No. 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4286);
4) Undang-undang No. 1 Tahun 2003 tentang Perbendaharaan
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4355);
5) Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan PerUndang-undangan;
6) Undang-undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan,
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara;
7) Undang-undang No. 12 tahun 2008 sebagai perubahan atas
undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
No. 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No. 3 Tahun 2005 menjadi
Undang-undang;
8) Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah;
9) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom;
10) Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang
Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah;
11) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan yang telah direvisi ke dalam
12) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan;
13) Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang
Sistem Informasi Keuangan Daerah;
14) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Negara;
15) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
16) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
17) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 tahun 2013 atas
perubahan Peraturan Mentri Dalam Negri No. 59 Tahun
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
Menurut PP No. 71 Tahun 2010, bahwa laporan
keuangan memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran.
b. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan.
d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Laporan keuangan yang telah dibuat harus juga
memenuhi karakteristik sebagai berikut :
a. Relevan;
Maksudnya, informasi yang disajikan haruslah
lengkap, tepat waktu dan mampu untuk memprediksi
masa depan hingga dapat dijadikan acuan untuk
mengambil keputusan
b. Andal;
Yang dikatakan andal disini maksudnya adalah
laporan keuangan haruslah bebas dari pengertian yang
menyesatkan serta harus bebas dari kesalahan material.
Informasi yang disajikan juga harus diarahkan pada
kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan
pihak tertentu
c. Dapat dibandingkan; dan
laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan
keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan
eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan
bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang
sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal
dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila
entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan
akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi
yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut
diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
d. Dapat dipahami.
Informasi yang disajikan. Dalam laporan
keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan
dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu,
pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas
pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk
mempelajari informasi yang dimaksud.
2.1.2 Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). SKPD adalah perangkat
daerah pada pemerintah darah selaku pengguna anggaran /
pengguna barang. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) No.13 Tahun 2006 pasal 232 ayat (3), sistem
akuntansi keuangan daerah meliputi:
serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, penggolongan, dan peringkasan atas transaksi dan atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi computer.
Untuk menyelenggarakan akuntansi pemerintah daerah,
kepala daerah menetapkan sistem akuntansi pemerintahan
daerah dengan mengacu pada peraturan daerah tentang
pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah, disusun dengan
berpedoman pada prinsip pengendalian intern dan standar
akuntansi pemerintahan. Penerapan sistem akuntansi
pemerintah di suatu Negara tergantung pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Negara tersebut. Dalam
PP No. 71 Tahun 2010 pasal (1) angka 11 disebutkan bahwa :
Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, danelemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan dilingkungan organisasi pemerintah.
Di Indonesia sendiri, sistem akuntansinya sudah
mengalami beberapa kali perkembangan sesuai dengan
akuntansi di Indonesia sebagai berikut :
1. Tahap pertama (1974-1999 era reformasi)
Pada tahap ini sistem akuntansi yang diterapkan masi
tradisional yaitu masih berbasis kas dan single entry.
2. Tahap kedua (pasca reformasi 2000-2004)
Pada tahap ini sistem akuntansi yang berlaku sudah
menerapkan tata buku berpasangan (double entry) dan
berbasis kas modidikasian namun pada masa ini belum
ada standar akuntansi untuk pemerintahan sehingga
pemerintahan masih mengikuti standar akuntansi
keuangan.
Sistem pencatatan double entry mengarah pada
diberlakukannya sistem tata buku berpasangan dengan
melibatkan sisi debit sebelah kiri dan sisi kredit sebelah
kanan. Pencatatan dengan sistem ini yang disebut
menjurnal. Secara normative, konsekuensi diterapkannya
sistem pencatatan ini adalah munculnya persamaan
dasar akuntansi dalam Halim (2012 :328) dimana
dalam konsteks akuntansi pemerintah, persamaan
dasarnya untuk SAP berbasis kas menuju akrual adalah
sebagai berikut :
Aset + Belanja = Kewajiban + Ekuitas Dana =Pendapatan
Namun setelah diterapkannya PP nomor 71
adalah sebagai berikut (Halim 2012:328) :
Aset + Beban = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan - LO
3. Tahap ketiga ( setelah tahun 2005 )
Pada tahap ini basis akuntansi berubah
menggunakan basis cash basis toward accrual dan telah
ada standar akuntansi pemerintah melalui PP Nomor 24
tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP).
Namun pada tahun 2010 dikeluarkan PP nomor 71
tentang standar akuntansi pemerintahan yang menggantikan
PP No. 24 Tahun 2005, perkembangan akuntansi memasuki
tahap ke empat. Sejak diterbitkannya PP No. 71 tahun 2010,
semua entitas dalam lingkup pemerintah pusat dan daerah harus
melaksanakan sistem akuntansi pemerintah bebasis akrual,
meskipun entitas pemerintah yang belum siap menerapkan
akuntansi berbasis akrual masih diperkenankan menggunakan
basis akuntansi kas menuju akrual dan di harapkan pada tahun
anggaran 2014 sudah menerapkan sistem akuntansi berbasis
akrual secara penuh (KSAP, 2010).
PP No. 71 Tahun 2010 Pasal 1 ayat 8 menyatakan
bahwa SAP berbasis akrual adalah SAP yang mengakui
pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan
finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja,
berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD.
Akuntansi berbasis akrual dianggap memiliki sejumlah manfaat
untuk organisasi sektor publik. Para pendukung penerapan
basis akrual dalam organisasi sektor publik, meyakini bahwa
akuntansi akrual mengakui beban ketika transaksi tersebut
terjadi, dianggap menyediakan gambaran operasional
pemerintahan secara lebih transparan.
Selain itu, dalam modul gambaran umum akuntansi
berbasis akrual yang diterbitkan oleh kementrian keuangan
tahun 2014, adapun kelebihan dan kelemahan dari akuntansi
basis akrual adalah sebagai berikut :
Kelebihan :
- Menghasilkan Laporan Keuangan yang lebih baik untuk tujuan pengambilan keputusan karena memenuhi azas “semakin baik informasi maka semakin baik keputusan”
- Pengalokasian sumber daya dapat diketahui lebih akurat
- Penilaian kinerja yang lebih akurat dalam satu tahun pelaporan karena penilaian kesehatan keuangan dikaitkan pada kinerja organisasi pemerintah
- Dapat menghasilkan nilai aset, kewajiban dan ekuitas yang lebih baik
- Pengukuran penilaian biaya suatu program / kegiatan yang lebih baik
- Sesuai Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah yang diamanatkan oleh UU
- Sesuai dengan international best practices, termasuk untuk kebutuhan Government Finance Statistics (GFS) yang berbasis accrual
- Mengakumulasi kewajiban pembayaran pensiun
- Menyelaraskan / meratakan belanja modal dengan akuntansi penyusutan
- Memungkinkan perundingan dan penjadwalan hutang yang mungkin tak mampu dibayar di masa depan yang masih jauh tanpa tergesa – gesa
- Permintaan hair cut apabila posisi keuangan terlihat tidak tertolong lagi menjadi masuk akal di mata Negara / lembaga donor
- Memberi gambaran keuangan lebih menyeluruh tentang keuangan Negara dari sekadar gambaran kas - Mengubah perilaku keuangan para penggunannya
menjadi lebih transparan dan akuntabel
Kelemahan :
- Relatif lebih kompleks dibanding basis akuntansi kas maupun basis kas menuju akrual sehingga membutuhkan SDM dengan kompetensi akuntansi yang memadai.
SAP berbasis akrual (modifikasian) menurut PP No. 71
Tahun 2010 lampiran (I) mewajibkan entitas pelaporan
menyusun tujuh laporan keuangan pokok yang terbagi dalam
dua jenis pelaporan yaitu :
Laporan pelaksanaan anggaran (Budgetary Reports) terdiri
atas:
1. Laporan realisasi anggaran berbasis kas
2. Laporan perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
Pelaporan financial (financial Reports) berbasis akrual, terdiri
dari:
1. Neraca
2. Laporan Operasional (LO)
3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Namun Pada Paragraf 15 di PSAP 01 Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Penyajian Laporan
Keuangan dijelaskan bahwa komponen–komponen laporan
keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan,
kecuali:
a. Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum;
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasiannya.
Kemudian pada paragraf 16 pada PSAP yang sama
dijelaskan bahwa unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum adalah unit yang ditetapkan sebagai bendahara umum
Negara / daerah dan / atau sebagai kuasa bendahara umum
Negara / daerah.
Sehingga terbentuklah laporan keuangan satuan kerja
(satker) pada Dinas menjadi :
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Laporan ini menyajikan informasi realisasi pendapatan,
belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, sisa lebih
/ kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu
2. Laporan Operasional (LO)
Laporan ini menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi
yang menambah ekuitas dan penggunaannya untuk
kegiatan penyelenggaraan pemerintah dalam satu
periode pelaporan.
3. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Laporan ini menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
4. Neraca
Laporan ini menyajikan informasi posisi keuangan
pemerintah yaitu aset, utang, dan ekuitas dana pada tanggal
tertentu.
5. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Laporan ini menyajikan informasi tentang penjelasan
atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam LRA, neraca, LO dan LPE dalam rangka
pengungkapan yang memadai.
Siklus akuntansi pada daerah tidak memiliki perbedaan dari
siklus akuntansi keuangan komersil. Siklus akuntansi tersebut
diawali dengan analisis bukti transaksi yang berupa bukti
sebagainya. Kemudian penjurnalan yaitu mencatat pengaruh
atas transaksi tadi ke masing-masing akun yang terkait.
Kemudian akan dilanjutkan dengan memposting akun-akun terkait
dengan transaksi ke buku besar masing-masing, neraca lajur (jika
diperlukan), dan tindakan akhirnya adalah menyajikan laporan
keuangan. Untuk basis akrual, laporan utama yang bisa dibentuk
adalah Neraca dan Laporan Operasional. Laporan berikutnya dari
basis akrual yang melengkapi informasi Laporan Keuangan
Primer adalah Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Realisasi
Anggaran. Terakhir untuk melengkapi pengungkapan keempat
laporan keuangan sebelumnya maka disusunlah Catatan atas
Laporan Keuangan. Siklus akuntansi dapat digambarkan seperti
bawah ini :
Gambar 2.1
Siklus Akuntansi Keuangan Daerah Sumber: halim, 2012, hlm 328, dimodifikasi
BUKTI TRANSAKSI
BUKU BESAR JURNAL
NERACA LAJUR
LAPORAN KEUANGAN
NERACA
Laba Operasi (LO)
Laporan Perubahan Equitas (LPE)
Laporan Realisai Anggaran (LRA)
1. Bukti-bukti Transaksi
Dalam tahapan siklus akuntansi akan dimulai
dengan adanya bukti-bukti transaksi yang diperoleh
oleh SKPD kemudian akan dinalisa untuk dijurnal dan
diletakkan pada posisi debit atau kredit nantinya.
Peletakan suatu akun di sisi debit bukan berarti saldo
dari akun tersebut akan bertambah. Begitupun
sebaliknya, peletakan posisi suatu akun di sebelah kredit
bukan berarti saldo dari akun tersebut akan berkurang.
Disinilah harus diperhatikan dengan sebenar-benarnya
saldo perkiraan normal dari masing-masing kelompok
akun.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur
akuntansi penerimaan kas mencakup:
1. Surat tanda bukti pembayaran yang dilengkapi dengan:
a. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah)
b. SKR
c. Bukti transaksi penerimaan kas lainnya.
2. STS.
3. Bukti Transfer.
4. Nota Kredit Bank.
Sementara bukti transaksi yang digunakan dalam
1. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), yaitu dokumen
yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang
diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM.
2. Nota debit bank.
3. Bukti transaksi pengeluaran kas lainnya.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur
akuntansi aktiva berupa bukti memorial dilampiri
dengan:
1. Berita Acara Penerimaan Barang.
2. Berita Acara Serah Terima Barang.
3. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan.
Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur
akuntansi selain kas Berupa: bukti memorial, dilampiri
dengan:
1. Pengesahan Pertanggungjawaban Pengeluaran
(pengesahan SP).
2. Berita Acara Penerimaan Barang.
3. Surat Keputusan Penghapusan Barang.
4. Surat Pengiriman Barang.
5. Surat Keputusan Mutasi Barang (antar SKPD).
6. Berita Acara Pemusnahan Barang.
7. Berita Acara Serah Terima Barang.
2. Jurnal
Jurnal adalah catatan yang berfungsi untuk
menyediakan informasi yang lengkap dan permanen dari
semua transaksi yang disusun dalam urutan kronologis
kejadiannya sebagai referensi di masa mendatang.
Tujuan dari penjurnalan adalah untuk menunjukkan
pengaruh setiap transaksi ke dalam akun perusahaan.
Jurnal digunakan sebagai dasar untuk melakukan
posting di buku besar. Kesalahan dalam meletakkan
posisi akun saat menjurnal akan berakibat pada kesalahan
jumlah akhir di buku besar. Pencatatan masing-masing
perkiraan akan lebih mudah dengan adanya jurnal
karena jurnal memisahkan perkiraan debet dan kredit.
Penjurnalan dapat dilakukan harian ataupun bulanan.
Format jurnal umum yang biasanya digunakan adalah
sebagai berikut:
Tanggal Nama perkiraan Post ref
Debet Kredet
3. Buku Besar
Langkah selanjutnya dalam siklus akuntansi
adalah melakukan posting ke buku besar. Buku besar
merupakan lanjutan dari jurnal Posting adalah pemindahan
akun-akun sejenis yang sudah di jurnal ke dalam satu
kolom yang disebut buku besar. Nantinya, saldo akhir
yang ditunjukkan oleh buku besar ini akan dilanjutkan
dibawa untuk menyusun laporan keuangan. Berikut adalah
contoh buku besar dari suatu perkiraan yang umumnya
dipakai.
Nama akun: Kas No.akun:
Tanggal Uraian Ref Debet Kredet Saldo Debet Kredet
Sumber : diolah penulis
4. Neraca Lajur
Bagian selanjutnya adalah neraca lajur. Neraca
lajur digunakan sebagai pembantu pembuatan laporan
keuangan. Neraca lajur bersifat opsional, boleh
digunakan boleh juga tidak tergantung kebutuhan dari
suatu entitas dikarenakan sifatnya yang hanya sebagai
surplus atau deficit, posisi keuangan, dan saldo saldo
akhir dari suatu perkiraan. Neraca lajur biasanya
terdiri dari 10 kolom yang terdiri dari kolom neraca saldo,
penyesuaian, neraca saldo disesuaikan, laba rugi dan yang
terakhir adalah neraca yang masing-masing terdiri dari 2
kolom. Kolom debit dan kolom kredit.
5. Laporan keuangan
Tujuan dari akuntansi adalah penyampaian
laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan
gambaran umum untuk mengambil keputusan. Laporan
keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang
relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi
yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu
periode pelaporan. Laporan keuangan terutama
digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang
telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan
membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan
perundang-undangan. Laporan keuangan adalah produk
akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan.
Laporan keuangan yang disusun harus memenuhi
masing SKPD yang kemudian dijadikan dasar dalam
membuat Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi /
Kabupaten / Kota. Laporan keuangan SKPD adalah
suatu hasil dari proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan dari transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas
akuntansi yang ada dalam suatu pemerintah daerah
yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan entitas
akuntansi dan pengambilan keputusan ekonomi oleh
pihak-pihak yang memerlukannya.
a. Neraca
Neraca atau yang kini disebut laporan posisi
keuangan merupakan laporan yang menunjukkan
saldo akhir dari akun-akun nominal atau akun yang
akan dibawa ke periode yang akan datang. Neraca
pada SKPD biasanya terdiri dari kelompok aset,
kewajiban, dan ekuitas dana.
b. Laporan Operasi
Dalam PP No. 71 tahun 2010 dijelaskan bahwa
laporan ini menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan
yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan
pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan
periode sebelumnya. Laporan operasional menyediakan
informasi:
a. Mengenai besarnya beban yan harus ditanggung
oleh pemerintah untuk menjalankan pelayanan;
b. Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh
yang berguna dalam mengevaluasi kinerja
pemeintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan
kehematan perolehan dan penggunaan sumber
daya ekonomi;
c. Yang berguna dalam memprediksi
pendapatan-LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah dalamperiode
mendatang dengan cara menyajikann laporan
secara komparatif;
d. Mengenai penurunan ekuitas (bila deficit
operasional), dan peningkatan ekuitas (bila surplus
beroperasional).
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan ini bertujuan untuk memberikan
informasi terkait dengan perubahan ekuitas yang
diakibatkan oleh surplus operasional atau deficit
operasional. Laporan ini bersifat opsional yakni
d. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan ini menyediakan informasi mengenai
realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/deficit,
dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya.
e. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Laporan ini menyajikan informasi tentang
penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam LRA, neraca, LO
dan LPE dalam rangka pengungkapan yang
memadai.
Berikut digambarkan sistem dan prosedur akuntansi