• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Buku Informasi Bedog Hamid Jambu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Buku Informasi Bedog Hamid Jambu"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

DATA RIWAYAT HIDUP

Curriculum Vitae

Data Pribadi

Nama : Akbar Hamid Suryadireja

Alamat : Jl Cipada No. 20 RT 04/03 Sumedang Selatan

Kode Pos : 45312

Nomor Telepon : (0261) 203873

Email : akbar.suryadireja@gmail.com

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 6 Februari 1987

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan Formal

• TK Islam Al-Mahfudz, Bandung ( 1992 – 1993 ) • SD Negeri Garuda II, Bandung ( 1993 – 1999 ) • SLTP Negeri 1, Bandung ( 1999 – 2002 ) • SMA Negeri 1, Bandung ( 2002 – 2005 )

• Jurusan Perhotelan, LPP Ariyanti, Bandung ( 2007 – 2008 )

(2)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai suku dan adat istiadat di setiap daerahnya. Selain dari pakaian, bentuk rumah, dan bahasa daerah, senjata merupakan simbol dari adat istiadat daerah.Menurut Dedi Suharna (2014), salah satu koordinator pandai besi Pasir Jambu mengatakan bahwa senjata tradisional selain kujang yang paling dikenal di Jawa Barat adalah bedog atau dikenal juga dengan nama golok di sebagian daerah Banten, Bekasi, Bogor, Sukabumi dan dalam penggunaan kata bahasa Indonesia. Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya naskah kuno sejarah Jawa Barat (Sunda) yaitu kitab Sanghyang Siksakandang Karesian yang ditulis pada tahun 1518 (seperti dikutip Sasmita, 2008). “Ganggaman di Sang Prabu ma pedang, abet, pamuk, golok,peso teundeut. Raksasa pina[n]ka dewa na, ja paranti maehan sagala”. (Senjata Sang Prabu adalah pedang, abet (pecut), pamuk, golok, peso teundeut. Raksasa yang dijadikan dewanya, karena digunakan untuk membunuh). Kata golok disebut-sebut dalam naskah kuno terdisebut-sebut. Golok dan bedog merupakan artian yang sama apabila mengacu pada Kamus Bahasa Sunda Danadibrata (2006).

Bedog memiliki ukiran-ukiran dan hiasan yang terlihat indah dan memiliki berbagai ukuran dan ragam bentuk dengan nama yang berbeda. Beberapa nama dari bedog di Jawa Barat antara lain bedog Ujung Turun, bedog Gula Sabeulah, bedog Hambalan, bedog Paut Nyere, bedog Salam Nunggal, dan lain-lain. Nama-nama tersebut masing-masing mempunyai makna tersendiri (Suharna, 2014).

Di Jawa Barat bedog sudah dianggap sebagai bagian dari perlengkapan berpakaian. “Ih Dén, ari lalaki lembur mah kamamana téh tara lésot bedog. Da bedog teh sami sareng calana” témbalna deui “ Mun lalaki lésot bedog, lain

(3)

2

kalau lelaki tidak membawa golok itu bukan lelaki namanya) (Umbara, 1983). Dari dialog tersebut bisa dimaknai bahwa bedog bukan saja sebagai alat praktis, tetapi juga punya makna simbolis, setidaknya sebagai simbol kejantanan menurut masyarakat di Jawa Barat. Pada zaman sekarang ini masyarakat tidak bisa lagi membawa bedog kemana-mana secara bebas karena bedog dianggap sebagai senjata tajam yang membahayakan sehingga masyarakat semakin enggan untuk sekedar memiliki atau menyimpannya. Hal itu berakibat kepada semakin berkurangnya masyarakat yang mengetahui akan ragam bentuk dan makna bedog dari generasi ke generasi.

Kota Bandung, sebagai ibukota provinsi Jawa Barat merupakan titik pertemuan masyarakat Sunda dari berbagai daerah di Jawa Barat. Bahasa, perilaku, dan kebudayaan Sunda di Jawa Barat tercermin di kota yang disebut kota priangan ini. Masyarakat luar daerah hingga luar negeri mengunjungi kota ini sebagian bertujuan untuk belajar tentang berbagai kebudayaan Sunda yang kaya akan ragamnya, termasuk ragam senjata tradisional.

Masyarakat kota Bandung sebagai masyarakat pribumi yang hidup dan menetap di wilayah tatar Sunda sudah seharusnya untuk mengetahui, melindungi, dan melestarikan kebudayaan Sunda termasuk senjata tradisional bedog sebagai warisan nenek moyang yang sangat berharga. Akan tetapi, berdatangannya pengaruh kebudayaan luar dan perubahan sosial masyarakat dari agraris menjadi industri menjadi salah satu dampak yang mengakibatkan berkurangnya minat masyarakat untuk melestarikan bedog karena tidak berhubungan dengan mata pencaharian. Di luar daerah kota Bandung pun kini lebih menganggap bedog hanya sebagai perkakas dan bukan bagian dari senjata budaya Sunda. Sehingga sekarang ini tidak banyak masyarakat yang mengetahui tentang bedog yang menimbulkan kurangnya media informasi yang menjelaskan ragam bentuk dan makna bedog. Apabila hal itu terus terjadi, maka pengetahuan akan bedog akan terancam punah dan kekayaan akan senjata tradisional di Indonesia akan berkurang.

(4)

3

Jambu (kabupaten Bandung). Penamaan dalam ragam bentuk bedog dari daerah-daerah tersebut sebagian besar adalah sama, sehingga akan sulit membedakan nama bentuk bedog yang sama antara buatan daerah yang satu dengan yang lainnya. Walaupun demikian, setiap daerah mempunyai ciri khas masing-masing yang berbeda. Begitu pula ragam bentuk bedog yang dibuat di daerah Pasir jambu.

Berdasarkan informasi dari narasumber yang telah diwawancara dan hasil kuisioner yang telah dilakukan, Pasir Jambu kurang dikenal masyarakat kota Bandung sebagai sentra pengrajin bedog di Jawa Barat, padahal Pasir Jambu adalah daerah yang lokasinya paling dekat dengan kota Bandung. Maka dari itu akan menarik untuk diungkapkan dalam penelitian ini, bagaimana mengulas ragam bentuk dilengkapi dengan nama-nama bagian dan makna yang bertujuan memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan secara tidak langsung untuk mempopulerkan bedog khas Pasir Jambu. Pentingnya mengetahui informasi ragam bentuk dan makna bedog Pasir Jambu ini adalah untuk menumbuhkan rasa kecintaan dan pengetahuan yang lebih mendalam sehingga masyarakat dapat ikut serta untuk melestarikan salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia yang jumlah produktifitasnya semakin berkurang dan mulai terlupakan.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan, maka masalah yang teridentifikasi :

• Berkurangnya pengetahuan masyarakat kota Bandung tentang makna dan ragam bentuk bedog.

• Kurangnya media informasi yang menjelaskan ragam bentuk dan makna bedog.

• Masyarakat kota Bandung kurang mengetahui ciri khas bedog Pasir Jambu dan sebagai salah satu sentra pengrajin bedog di Jawa Barat.

I.3 Rumusan Masalah

(5)

4

sebagai salah satu senjata tradisional Jawa Barat akan terancam punah khususnya bedog Pasir Jambu yang berasal dari daerah Bandung sendiri.

I.4 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membatasi masalah hanya di kota Bandung agar proses penyampaiannya dapat dilakukan dengan tepat sehingga masyarakat dapat lebih mudah mendapatkan informasi tentang ragam bentuk dan makna bedog Pasir Jambu.

I.5. Tujuan Perancangan Perancangan ini bertujuan untuk:

• Mampu menambah pengetahuan masyarakat tentang makna dan ragam bentuk bedog sebagai salah satu senjata tradisional Jawa Barat.

• Menambah media yang menjelaskan ragam bentuk dan makna bedog khas Pasir Jambu sehingga mempermudah masyarakat khususnya kota Bandung untuk mendapatkan informasi.

• Mengangkat bedog Pasir Jambu agar lebih dikenal oleh masyarakat kota Bandung.

(6)

5 BAB II

BEDOG SEBAGAI SENJATA TRADISIONAL JAWA BARAT

II.1 Senjata Tradisional

II.1.1 Definisi Senjata Tradisional

Menurut Sasmita (2008, 48) menjelaskan bahwa senjata adalah suatu alat yang digunakan untuk menghadapi musuh di medan perang, atau alat untuk menjaga diri. Secara etimologis istilah tradisional berasal dari kata latin (traditiwn), yaitu sesuatu yang diteruskan (tranmitet) dari masa lalu ke masa kini. Unsur yang paling menonjol dari tradisi adalah bahwa ia diciptakan melalui tindakan dan perilaku setiap orang, yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Warisan itu berupa materi (kebendaan), tingkah laku, norma dan nilai-nilai, harapan dan cita-cita. Dalam wujud yang kongkret warisan itu tampak dalam seni, kepercayaan dan agama, seni tari, serta monumen-monumen bersejarah (Kartasapoetra, 1992, 216). Senjata tradisional merupakan alat perang yang biasa digunakan oleh suku-suku bangsa di Indonesia untuk mempertahankan diri dari musuh-musuhnya (Ningsih, 2008, 3). Dapat disimpulkan bahwa senjata tradisional yaitu alat atau sesuatu yang digunakan untuk tujuan pertahanan diri, membunuh, merusak, melukai, atau menghancurkan sesuatu adalah suatu alat yang dapat dipakai untuk melukai, membunuh, atau menghancurkan suatu benda dimana alat yang digunakan masih dibuat dengan proses manual dan sesuai dengan keadaan adat setempat.

II.1.2 Ciri-ciri Senjata Tradisional

(7)

6 II.1.3 Karakteristik Senjata Tradisional

Menurut Ningsih (2008), “semua senjata tradisional memiliki bentuk yang khas sesuai kegunaan dan daerah penciptaannya. Akan tetapi, bukan berarti tidak diperbolehkan untuk dimodifikasi, melainkan dapat dikembangkan dalam bentuk maupun bahan baku yang digunakan” (h. 9). Sehingga dapat disimpulkan bahwa senjata tradisional dalam bentuk estetikanya memiliki lebih banyak keragaman sehingga tidak monoton tanpa mengurangi nilai filosofinya.

II.1.4 Macam-macam Senjata Tradisional

Indonesia memiliki bermacam-macam senjata tradisional di setiap daerah dan suku bangsa yang berbeda, seperti rencong dari Aceh, kujang dan bedog dari Jawa Barat, keris dari Jawa Tengah, clurit dari Madura, mandau dari Kalimantan, dan sebagainya.

Gambar II.1 Senjata tradisional rencong dari Aceh

(8)

7 Gambar II.2 Senjata tradisional kujang dari Jawa Barat

Sumber: http://www.kujang-nusantara-cultures.blogspot.com (26 November 2014)

Gambar II.3 Senjata tradisional keris dari Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta

Sumber: http://www.kerisjawa-yanto-antik.blogspot.com (26 November 2014)

Gambar II.4 Senjata tradisional clurit dari Madura

(9)

8 Gambar II.5 Senjata tradisional Mandau dari Kalimantan

Sumber: http://www.mandau-oriental-arms.com (26 November 2014)

Gambar II.6 Senjata tradisional badik dari Sulawesi

Sumber: http://www.badik-permatabangsa.web.id (26 November 2014)

II.2 Bedog

Menurut Suharna (2014), bedog merupakan nama alat yang termasuk ke dalam perkakas dan senjata tajam, ukurannya lebih besar dari pisau namun lebih pendek dari pedang, memiliki bilah tebal dan lebar yang terbuat dari logam. Bedog umumnya memiliki panjang kurang lebih 30 cm sampai dengan 40 cm. Bedog yang memiliki panjang bilah lebih dari 40 cm disebut koléwang atau gobang. Bahan baku yang saat ini umumnya digunakan oleh para pandai besi pengrajin bedog di Jawa Barat saat ini adalah lempengan per bekas mobil. Bahan ini relatif mudah didapat di tempat penjualan besi bekas. Per bekas mobil adalah campuran besi dan baja yang cocok digunakan untuk membuat bilah golok.

(10)

9 Gambar II.7 Ragam bentuk bedog Pasir Jambu

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

II.3 Bentuk Bedog

Menurut Suharna (2014), berdasarkan kegunaan bedog dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bedog gawé/pakakas digunakan untuk keperluan rumah tangga maupun untuk bertani, selanjutnya disebut dengan bedog sorén/pakarang digunakan untuk beladiri/berkelahi (silat) atau setidaknya sebagai ganggaman (pegangan) yang di-sorén dipinggang oleh para pendekar atau jawara (Banten, Betawi). Bedog sebagai pakakas (perkakas) ada yang memakai sarangka dan ada pula yang tidak. Sedangkan bedog sorenan bersarung dan disimpan di tempat yang tidak mudah dijangkau oleh anak-anak.

II.4 Fungsi Bedog

Dilihat dari segi fungsinya bedog terbagi menjadi beberapa fungsi, yaitu:

II.4.1 Fungsi Praktis

“Fungsi praktis leuwih nyoko kana harti ngadeudeul pagawéan, nyindekelkeun

(11)

10 II.4.2 Fungsi Simbolis

Fungsi simbolis berkaitan dengan kegunaan bedog sebagai benda keramat ataupun lambang yang bisa mengangkat harkat martabat pemiliknya. Dalam buku karangan Sasmita (2008) menjelaskan “mindeng kapireng hiji kulawarga atawa hiji kokolot siga nu mupusti bedog, nepi ka cara nyimpen atawa cara

maké na ge aya aturanana, teu sagawayah waktuna tur tara

ditémbong-témbong ka unggal jalma” (h. 49). (Sering ditemukan satu keluarga atau satu tetua seperti yang mengistimewakan golok, sampai dari cara menyimpan atau cara memakainya juga ada aturannya, tidak sembarang waktunya juga tidak diperlihatkan pada setiap orang).

II.4.3 Fungsi Estetis

Fungsi estetis berkaitan dengan kegunaannya sebagai benda koleksi, bedog dalam konteks ini dibuat sangat memperhatikan detail serta estetika baik itu pada wilahan, sarangka, maupun perah nya. “Kiwari mamawa atawa nyorén bedog téh geus teu ilahar. Sanajan kitu, aya kénéh fungsi éstétisna, upamana

dijieun papaés di imah, dijieun barang koléksi” (Sasmita, 2008, 50). (Sekarang membawa golok sudah tidak lazim. Walaupun, begitu, masih ada fungsi estetisnya, seperti dijadikan hiasan di rumah, dibuat barang koleksi).

II.4.4 Fungsi Ekonomi

Sasmita (2008) menjelaskan “tina bedog geus méré pangupa jiwa ka jalma loba ti mimiti panday, maranggi tug nepi ka nu ngécérkeun nguriling

(12)

11 II.5 Bagian-bagian Bedog

Gambar II.8 Nama bagian-bagian bedog Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

(13)

12 Bilah bedog mempunyai bentuk yang beraneka macam, dalam garis besarnya terdapat empat macam bentuk utama, yaitu :

1. tonggong lempeng (punggung lurus)

Gambar II.9 Punggung lurus

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

2. tonggong bentik (punggung agak melengkung)

Gambar II.10 Punggung agak melengkung

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

3. beuteung lempeng (bagian tajam, ada yang menyebut huntu, lurus)

Gambar II.11 Bagian tajam lurus

(14)

13 4. beuteung ngagayot ( bagian tajam melengkung)

Gambar II.12 Bagian tajam melengkung

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

Sebagian punggung ada yang diberi jegongan (bagian ujung diberi cowak, seperti dibuat tajam). Jegongan ini disamping sebagai variasi dari bentuk punggung tetapi ada juga fungsi praktisnya yaitu untuk membelah kelapa tua yang telah dikupas bagian sabutnya.

Pada badan bilah bedog ada juga yang memakai ruruncang (lekukan memanjang ke arah ujung), ini bukan saja sebagai bentuk variasi tetapi ada juga yang menganggap sebagai jalan darah ketika bedog dipakai menyembelih binatang besar (sapi, kambing, atau kerbau).

Gambar II.13 Jegongan dan ruruncang Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

(15)

14 dari itu, pada saat mengajarkan jurus bedog kepada muridnya, biasanya guru silat selalu mengajarkan filosofi sebuah bedog.

II.6 Makna dan Filosofi Bedog

Menurut Sasmita (2008), penamaan pada bilah bedog bukan hanya sekedar nama tetapi ada makna simbolik dibalik nama tersebut. Berikut adalah beberapa contoh filosofi dari penamaan bedog, yaitu :

Salam Nunggal

Nama ini dikaitkan dengan awal penyebaran agama Islam di Tatar Sunda. “Sampurna Iman Islam, jaga ieu kubur janten lembur ramé pisan, mugi-mugi

sing tepi paneda kami, nelahna Salam nunggal” (MO Suratman : Wawacan Gagak Lumayung (1956:340)). Kata salam didalam bahasa Sunda bisa diartikan sebagai nama pohon yang daunnya untuk penambah aroma sayuran, arti lain adalah doa untuk keselamatan, sedangkan nunggal dari kata dasar tunggal. Makna Salam Nunggal pada bedog adalah walaupun kita mempunyai atau membawa bedog, tetapi keselamatan tetap harus berserah diri kepada Yang Maha Tunggal, Allah SWT. Untuk itu menggunakan bedog harus mempunyai tujuan yang pasti, yang diridloi oleh Allah Swt. Bentuk bedog salam nunggal berpunggung lurus begitu juga bagian yang tajam, diujung (congo) melengkung dari bagian yang tajam menyerupai seperempat bulatan ke arah punggung. Ukuran panjang dan lebar tidak ada ukuran baku hampir untuk semua jenis bedog, tergantung ketersediaan bahan tetapi tetap berbentuk harmonis antara panjang dan lebar.

(16)

15 • Paut Nyere

Bentuknya lebih berkesan panjang dan ramping, berpunggung lurus tetapi pada bagian yang tajam tirus meruncing ke arah congo, pada bagian belakang mendekati buntut (bagian bilah yang ditancapkan kedalam gagang) sedikit lebih mengecil ke arah punggung dari bagian yang tajam. Nama bedog paut nyere kadang kadang tertukar dengan nama salam nunggal. Arti paut nyere pada dasarnya adalah menarik lidi dari sebuah ikatan, seperti menarik sebuah lidi dari ikatan sapu lidi. Semakin sering mencabut lidi dari ikatannya yang akan semakin melonggarkan sebuah ikatan, semakin tak bermakna ikatan tersebut. Bedog dan sarangka tiada bedanya dengan lidi dalam ikatan. Begitu semakin sering mencabut bedog, semakin memperlihatkan lemahnya penguasaan diri, apalagi mencabut bedog tanpa tujuan yang pasti. Bedog adalah senjata tajam akan bermanfaat apabila dipergunakan untuk kebaikan dan sebaliknya akan sangat berbahaya bila digunakan untuk kejahatan. Disinilah diperlukannya penguasaan diri dari setiap pemakainya.

Gambar II.15 Bedog Paut Nyere Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

Hambalan

(17)

16 Gambar II.16 Bedog Hambalan

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

Makna simbolik tersebut tidak ada bedanya dengan makna simbolik perah, dimana bentuk perah pada dasarnya seperti eluk (lengkung tunduk mengarah bulat) dengan nama eluk paku atau jéjéngkolan atau jéngkol sagendul, tiada bedanya dengan makna ilmu padi. Disamping makna simbolik ada fungsi praktis bentuk eluk, yaitu untuk penahan pada jari kelingking saat dipegang supaya tidak mudah terlepas disaat licin karena keringat.

Gambar II.17 Eluk pérah bedog Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

(18)

17 II.7 Cara Memperoleh Bedog

Ada empat cara dalam memperoleh bedog, pertama dengan membeli di pasar, toko, maupun pada penjaja bedog yang keluar masuk perkampungan. Bedog yang diperoleh dengan cara ini biasanya untuk keperluan rumah tangga atau sebagai perkakas. Kedua dengan memesan kepada seorang pandai besi atau orang yang dianggap tahu tentang bedog. Bedog yang diperoleh dengan cara ini biasanya digunakan untuk sorénan. Ketiga dari pemberian teman atau orang lain atau warisan dari orang tua, kakek, atau nenek moyang. Bedog yang diperoleh dengan cara ini biasanya digunakan sebagai sorenan simpanan. Keempat, cara ini sering disebut cara gaib, dan sangat berkaitan dengan jodoh, artinya, walau dengan berbagai cara telah ditempuh, kalau belum jodoh tidak akan mendapatkannya. Sebaliknya, tanpa mencarinya tetapi kalau jodoh ada saja penyebabnya, sehingga seseorang dapat memiliki bedog yang diperolehnya secara gaib.

II.8 Analisis Masalah

Dalam penelitian ini dilakukan metode survey pada tanggal 15 – 17 Desember 2014 dengan jumlah responden 50 orang laki – laki dewasa usia 25 – 30 tahun di 5 mall di 5 bagian wilayah kota Bandung yang berbeda. Istana Plaza untuk wilayah Bandung Barat, Trans Studio Mall untuk wilayah Bandung Tengah, Plaza Bandung Timur untuk wilayah Bandung Timur, Bandung Indah Plaza untuk wilayah Bandung Utara, dan Miko Mall untuk wilayah Bandung Selatan. Hal ini ditujukan untuk target sasaran responden golongan ekonomi menengah ke atas. Jumlah pertanyaan dalam survey yang diajukan sebanyak sepuluh pertanyaan yang berkaitan dengan senjata tradisional dan bedog Pasir Jambu.

(19)

18

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BUKU INFORMASI BEDOG PASIR JAMBU

III.1 Target Audiens (target sasaran)

Segmentasi dari target sasaran yang dituju, dalam perancangan identitas visual ini

meliputi beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Demografis

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 25-30 tahun

Pekerjaan : Karyawan dan wirausahawan

b. Geografis

Wilayah : Khususnya untuk daerah kota Bandung dan sekitarnya pada umumnya

Iklim : Tropis

c. Psikografis

Kelas Sosial : Menengah ke atas.

Gaya Hidup : Aktif, sehat dan berakal sehat.

Kepribadian : Semangat, rasa kecintaan terhadap budaya, senang mempelajari sejarah, suka bersosialisasi.

III.2 Strategi Perancangan

(20)

19

mengenal dan ikut melestarikan kebudayaan daerahnya sendiri. Media informasi yang dipilih adalah buku.

Informasi yang ingin disampaikan berupa pengetahuan umum tentang bedog tradisional yang diproduksi di kecamatan Pasir Jambu, dari sejarah, ragam bentuk dan nama-nama bagian dari bedog. Beberapa informasi ditampilkan dengan tampilan visual berbagai bentuk bedog tradisional dan informasi utamanya yakni tentang penjelasan akan ragam bentuk dan makna bedog Pasir Jambu.

Perancangan ini dibagi menjadi tiga media, yakni media utama, media pendukung, dan media kreatif. Dimana bobot akan informasi diulas lebih mendalam di media utamanya. Media pendukung hanya sebagai pelengkap saja karena tujuan utamanya yaitu agar target audience yang dituju mendapatkan informasi dari media utamanya.

III.3 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi merupakan salah satu cara untuk menyampaikan pesan serta informasi dari suatu perusahaan atau produk kepada target sasarannya atau konsumen. Strategi komunikasi dalam perancangan identitas bedog Pasir Jambu ini adalah untuk menampilkan ragam jenis dan memberikan informasi tentang bedog Pasir Jambu. Pesan yang ingin disampaikan oleh bedog Pasir Jambu ini adalah ingin menginformasikan nilai-nilai sejarah, ragam jenis dan filosofi dari bedog Pasir Jambu.

(21)

20

kota Bandung dan pada saat pameran kebudayaan daerah pada tanggal 26-28 Maret 2015 di kantor BPPMD provinsi Jawa Barat (when). Melalui beberapa pengaplikasian media, diutamakan pada media buku dan media pendukung lainnya (how). Menumbuhkan rasa cinta dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap budaya sehingga timbul keinginan untuk ikut serta dalam melestarikan salah satu senjata tradisional Indonesia(effect).

III.4.1 Pendekatan Visual

Tampilan visual yang akan dimunculkan kedalam buku bedog Pasir Jambu adalah ciri khas dari ragam jenis bedog Pasir Jambu dengan pengambilan gambar angle dan background yang tepat yang disajikan dengan gaya digital imaging agar pembaca merasa antusias terhadap buku ini.

(22)

21

Gambar III.2 Flames (kobaran api)

Sumber: http://www.bigbackground.com/flames (2 Desember 2014)

Gambar III.3 Bedog Salam Nunggal digital imaging Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

III.4.2 Pendekatan Verbal

(23)

22

III.4.3 Tujuan Komunikasi

Dalam perancangan sebuah buku dari bedog Pasir Jambu ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan informasi untuk mengenalkan lebih dalam kepada masyarakat luas khususnya masyarakat di kota Bandung. Tujuan komunikasi yang ingin disampaikan pada buku bedog Pasir Jambu adalah memberikan informasi tentang ragam bentuk dan makna bedog Pasir Jambu sebagai upaya dalam melestarikan senjata tradisional bedog.

III.5 Strategi Kreatif III.5.1 Media Utama

Media utama sebagai media yang dapat memberi informasi kepada target audience, yang dipakai dalam perancangan media informasi bedog Pasir Jambu ini adalah berupa media buku, yang mana di dalamnya terdapat ragam bentuk bedog tradisional yang berasal dari Pasir Jambu beserta sejarah dan nama-nama bagiannya. Buku merupakan salah satu media yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan pengetahuan. Dengan konten-konten yang terdapat didalamnya, buku membuat pembaca ikut berinteraksi dalam mengikuti setiap informasinya. Dengan kata lain, buku memfokuskan permasalahan dan informasi yang tepat dan mudah untuk dipahami. Selain itu, buku penyebarannya sangat luas, dapat digunakan sebagai pedoman untuk dipelajari, dapat dibaca kapanpun, dimanapun, serta tahan lama untuk diwariskan pada generasi berikutnya.

III.5.2 Media Pendukung

(24)

23

X-banner

Standing banner atau kebanyakan orang menyebutnya x-banner merupakan suatu media yang bersifat fleksibel. Media ini sangat cocok untuk menginformasikan peluncuran buku.

Flag Chain

Merupakan untaian bendera yang direntangkan di dekat langit-langit toko ataupun di atas area jalur pengunjung. Media ini sangat cocok untuk menginformasikan adanya buku yang dijual di area tersebut.

• Poster

Poster adalah gambar pada selembar kertas yang berukuran besar yang ditempel di dinding atau permukaan lain. Poster merupakan alat untuk menginformasikan sesuatu, sebagai alat propaganda atau maksud-maksud lain untuk menyampaikan berbagai pesan. Poster akan dicetak berukuran A3 (29,7 cm x 42 cm).

Bookmark

Bookmark atau pembatas buku merupakan media yang cukup penting sebagai penanda dimana tingkat halaman yang terakhir dibaca oleh pembaca.

• Gantungan kunci

Hadiah dari pembelian buku sebagai media pengingat yang mudah dibawa. • Pin

Hadiah dari pembelian buku sebagai media pengingat yang mudah dibawa. • Cutting sticker

Hadiah dari pembelian buku sebagai media pengingat. Dapat ditempel dimana saja sesuai keinginan pembeli buku.

• Tempat bolpoin

(25)

24

III.5.3 Strategi Distribusi

(26)

25

Tabel III.1 Tabel distribusi

Media Distribusi

Buku Pendistribusian awal, buku akan disalurkan ke seluruh toko buku Gramedia di wilayah kota Bandung, juga di standbedog Pasir Jambu pada pameran kebudayaan daerah pada tanggal 26-28 Maret 2015 di kantor BPPMD provinsi Jawa Barat. Untuk selanjutnya diikutsertakan kembali di event-event pameran kebudayaan daerah berikutnya.

X-banner Pemasangan dilakukan di seluruh toko buku Gramedia di wilayah kota Bandung dan pada saat pameran kebudayaan daerah diselenggarakan.

Flag Chain Pemasangan dilakukan di seluruh toko buku Gramedia di wilayah kota Bandung dan di stand pameran kebudayaan daerah diselenggarakan.

Poster Akan dipasang di beberapa perkantoran Negeri maupun swasta yang berada di kota Bandung.

Bookmark Sebagai bonus pembelian buku.

Gantungan kunci Sebagai bonus pembelian buku selama masa promosi.

Pin Sebagai bonus pembelian buku selama masa promosi.

Cutting sticker Sebagai bonus pembelian buku.

Tempat bolpoin Sebagai bonus pembelian buku selama masa promosi.

(27)

26

Tabel III.2 Jadwal distribusi media

Media

Sumber : Data pribadi (2014)

III.6 Konsep Visual

(28)

27

III.6.1 Format Desain

Gambar III.4 Desain cover Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

III.6.2 Tata Letak (Layout)

Pengaturan tata letak diatur semenarik mungkin dengan tujuan agar pembaca tidak merasa bosan dan bersemangat dalam membacanya. Peletakannya diatur agar seimbang dan menjadi kesatuan dengan elemen desain yang lainnya.

(29)

28

Gambar III.6 Layout sketsa isi halaman

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

III.6.3 Tipografi

Pada cover dipilih font ALS Script karena memiliki lekukan-lekukan dan ketajaman yang merupakan kesan dari bentuk bedog.

Untuk headline dipilih font Schwarzwald agar terkesan antik dan elegan.

(30)

29

III.6.4 Ilustrasi

Ilustrasi yang dipakai bersifat penambahan. Untuk mengoptimalkan penggunaan ruang halaman.

Gambar III.7 Ilustrasi

III.6.5 Warna

(31)

30

tradisional. Format warna yang digunakan adalah format CMYK karena sesuai dengan format yang digunakan percetakan agar kualitas yang dihasilkan sempurna. Berikut adalah contoh warna yang digunakan pada layout buku:

• Coklat

C: 31% M: 84% Y: 100% K: 39% R: 123 G: 46 B: 0

Merupakan warna yang memberikan kesan nyaman, aman, juga memiliki aksen anggun dan elegan. Warna ini diambil dari warna kayu sebagai bahan dominan dari bedog, yaitu pada bagian perah dan sarangka.

• Hitam

C: 75% M: 68% Y: 67% K: 90% R: 0 G: 0 B: 0

Merupakan warna yang melambangkan keanggunan, kemakmuran, maskulin, dan ketegasan. Warna ini juga merupakan warna yang biasa dipakan untuk warna perah dan sarangka setelah warna coklat.

• Oranye

C: 2% M: 32% Y: 91% K: 0%

(32)

31

Merupakan warna yang memberikan kesan antusiasme, kehangatan,

kesuksesan, ketertarikan Warna oranye memberi kesan yang kuat pada elemen dalam media ini yang dianggap penting.

• Merah

C: 0% M: 99% Y: 100% K: 0%

R: 255 G: 0 B: 0

Merupakan warna yang melambangkan keberanian, energi, kekuatan. Warna merah memiliki kontras yang cocok dengan maksud dan tujuan dalam pembuatan media ini.

• Putih

C: 0% M: 0% Y: 0% K: 0%

R: 255 G: 255 B: 255

(33)

32

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI BUKU INFORMASI BEDOG PASIR JAMBU

IV.1 Media Utama

Media utamanya adalah sebuah buku yang berisikan informasi-informasi tentang ragam bentuk dan makna bedog Pasir Jambu. Buku ini membahas tentang informasi yang berupa pengetahuan akan bedog Pasir Jambu. Media buku dipilih sebagai media utama karena buku merupakan sarana pengetahuan yang dalam penggunaannya berisi akan informasi-informasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, faktor lain dari pemilihan media ini karena dianggap paling tepat sesuai dari hasil mapping akan target masyarakat yang dituju. Konsep visual dari buku ini adalah menampilkan visualiasi secara eksklusif dan modern tanpa mengurangi bentuk asli dari bedog Pasir Jambu. Penyampaian secara informatif dengan menggunakan perpaduan teknik digital imaging, tipografi, dan layout design yang disesuaikan dengan konsep penggunaan dasar elemen-elemen desain yang mencitrakan dan merepresentasikan dari bedog Pasir Jambu.

Gambar IV.1 Cover buku

(34)

33

Gambar IV.2 Isi buku

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

Gambar IV.3 Isi buku

(35)

34

Media : Buku

Ukuran : 14,8 cm x 21 cm

Material : Cover : Art paper 260 gr Isi : Art paper 150 gr Teknis Produksi : Cetak offset

IV.2 Media Pendukung IV.2.1 Poster

Media poster digunakan sebagai media pendukung pada buku informasi bedog Pasir Jambu. Poster ditempatkan pada majalah dinding di beberapa perkantoran Negeri maupun Swasta yang berada di kota Bandung. Isi pesan pada media poster tidak ditampilkan secara rinci, namun hanya memberi informasi akan media utama buku bedog Pasir Jambu. Konsep visual dari media poster ini adalah menampilkan visualiasi foto digital imaging dari ragam bentuk bedog Pasir Jambu.

Gambar IV.4 Poster

(36)

35

Media : Poster

Ukuran : 29,7 cm x 42 cm Material : Art Carton 210 gr Teknis Produksi : Cetak offset

IV.2.2 X-Banner

Media x-banner digunakan sebagai media pendukung pada buku informasi bedog Pasir Jambu. X-banner ditempatkan pada lokasi outdoor maupun indoor toko-toko buku Gramedia wilayah kota Bandung dan di stand pameran. Isi pesan pada media x-banner tidak ditampilkan secara rinci, namun hanya memberi citra visual yang menampilkan buku bedog Pasir Jambu.

Gambar IV.5 X-Banner

(37)

36

Media : X-banner

Material : Flexy

Ukuran : 60 cm x 160 cm

Teknis Produksi : Digital Printing

IV.2.3 Flag chain

Media penunjang ini ditempatkan di pelataran toko-toko buku Gramedia dan stand pameran kebudayaan sebagai penanda bahwa di lokasi tersebut terdapat buku bedog Pasir Jambu yang dijual.

Gambar IV.6 Flag chain

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

Media : Flag chain

Ukuran : 12 cm x 20 cm

Material : Art paper 100 gr Teknis Produksi : Cetak offset

IV.2.4 Bookmark

(38)

37

Gambar IV.7 Bookmark

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

Media : Bookmark

Material : Art Carton 190 gr

Ukuran : 4 cm x 16 cm

Teknis Produksi : Cetak offset

IV.2.5 Cutting sticker

Media pendukung ini adalah sebagai bonus pada setiap pembelian buku bedog Pasir Jambu. Berfungsi sebagai media pengingat ataupun hiasan.

Gambar IV.8 Cutting sticker

(39)

38

Media : Sticker

Material : Vinyl

Ukuran : 6,8 cm x 10 cm

Teknis Produksi : Cetak offset

IV.2.6 Pin

Media pendukung ini adalah sebagai bonus pada setiap pembelian buku bedog Pasir Jambu selama masa promosi. Berfungsi sebagai media pengingat ataupun hiasan.

Gambar IV.9 Pin

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

Media : Pin

Material : kertas HVS 80 gr

Ukuran : Ø 60 mm

Teknis Produksi : Digital Printing+laminasi doff

IV.2.7 Gantungan kunci

(40)

39

Gambar IV.10 Gantungan kunci

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

Media : Gantungan kunci

Material : kertas HVS 80 gr

Ukuran : Ø 44 mm

Teknis Produksi : Digital Printing+laminasi doff

IV.2.8 Tempat bolpoin

Media pendukung ini adalah sebagai bonus pada setiap pembelian buku bedog Pasir Jambu selama masa promosi. Berfungsi sebagai media pengingat juga tempat menyimpan bolpoin.

Gambar IV.11 Tempat bolpoin

Sumber : Dokumentasi pribadi (2014)

Media : Tempat bolpoin

Material : Art paper 100 gr

Ukuran : 3,5 cm x 20 cm

(41)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU INFORMASI BEDOG PASIR JAMBU

DK 26313/Tugas Akhir Semester I 2014-2015

Oleh:

Akbar Hamid Suryadireja 52110009

Program Studi Desain Grafis

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(42)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR SURAT HAK EKSKLUSIF ... iii

(43)

viii

BAB III : STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BUKU INFORMASI BEDOG PASIR JAMBU ... 18

(44)

ix

IV.2.4 Bookmark ... 36

IV.2.5 Cutting sticker……… .. 37

IV.2.6 Pin………... 38

IV.2.7 Gantungan kunci ... 38

IV.2.8 Tempat bolpoin ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(45)

40 DAFTAR PUSTAKA

Buku :

• Adnan, Juliadi. (2012). Seni Budaya dan Keterampilan. Semarang : CV. Bina Pustaka

• Danadibrata, R. A. (2006). Kamus Basa Sunda. Bandung : Kiblat Buku Utama

• Ningsih, Murni Irian. (2008). Senjata Khas Nusantara. Bandung : CV. Alfarisi Putra

• Sasmita, Mamat. (2008). Kujang, Bedog, dan Topeng. Bandung : Yayasan Pusat Studi Sunda

• Umbara, Ki. (1983). Si Bedog Panjang. Bandung : Rachmat Cijulang

Koran :

• Zam, Fatih. (2012, 1 april). Khazanah. Pikiran Rakyat, hlm lembar khusus budaya

Skripsi/Tugas Akhir :

• Marisco, Leo. (2013). Perancangan Media Informasi Ragam Hias Rumah Adat Batak Toba (Gorga). Bandung : Universitas Komputer Indonesia • Perdana, Rega. (2014). Perancangan Media Informasi Songket Palembang

Motif Bungo Pacik. Bandung : Universitas Komputer Indonesia

Wawancara :

(46)

41 • Suharna, sesepuh pengrajin bedog, di Pasir Jambu - Ciwidey, kab. Bandung,

Desember 2014.

Website :

• Al Farizy, Aziz 2012 (24 Agustus). Melestarikan dan menjaga aset bangsa. Tersedia di : http://www.azizalfarizy.wordpress.com [16 Desember 2014] • Reksodipuro, Basuki. Y.B. 2009 (14 September). Sejarah Senjata Tradisional

di Indonesia. Tersedia di : http://www.griyakerisbasuki.blogspot.com [16 Desember 2014]

(47)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, pemberi rahmat serta berkah yang tak terhingga. Shalawat dan salam tercurah pada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabat, dan pengikutnya hingga akhir masa.

Berkat pertolongan dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Buku Informasi Bedog Pasir Jambu.” Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna karena masih terdapat banyak kekurangan serta kesalahan di dalamnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan pengetahuan, memecahkan masalah, serta menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian ini didedikasikan pula kepada para pengrajin bedog yang berada di daerah Pasir Jambu, Ciwidey - Jawa Barat.

Laporan Tugas Akhir merupakan sarana yang sangat tepat untuk mengetahui seberapa besar kemampuan yang didapatkan selama masa perkuliahan. Laporan Tugas Akhir ini diharapkan mampu mempelajari banyak hal yang terjadi di dunia nyata, mencari permasalahan dan mencari solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada.

Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Wira Mahardika Putra, S.Ds., M.M selaku dosen pembimbing dalam Tugas Akhir ini yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan laporan dan karya dengan sebaik-baiknya.

Penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang. Diharapkan laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

(48)
(49)
(50)

Gambar

Gambar II.2 Senjata tradisional kujang dari Jawa Barat
Gambar II.7 Ragam bentuk bedog Pasir Jambu
Gambar II.8 Nama bagian-bagian bedog
Gambar II.10 Punggung agak melengkung
+7

Referensi

Dokumen terkait