1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Penganggaran merupakan suatu proses yang cukup rumit pada organisasi
sektor publik, termasuk di antaranya pemerintah daerah. Hal tersebut berbeda
dengan penganggaran pada sektor swasta. Pada sektor swasta anggaran
merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun
sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada publik
untuk dikritik dan didiskusikan untuk mendapat masukan.
Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari
uang publik (Mardiasmo, 2005; 61). Penganggaran sektor publik terkait dalam
proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam
satuan moneter.Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran
yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan
perencanaan yang telah disusun.
Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi. Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan
untuk menghasilkan anggaran daerah yang benar-benar mencerminkan
kepentingan dan pengharapan masyarakat daerah setempat terhadap pengelolaan
2
Reformasi anggaran daerah dimulai dengan penyusunan anggaran daerah
yang tidak lagi mengacu kepada PP No. 6 tahun 1975 tentang Cara Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan
Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja.
Perubahan kebijakan tentang anggaran terjadi mengikuti perubahan kebijakan
pengelolaan keuangan negara.
Salah satu bentuk perubahan kebijakan tersebut dengan mulai
diberlakukannya PP No. 105 Tahun 2000 (Yuwono dkk, 2005: 64), selanjutnya
diganti dengan PP No. 58 Tahun 2005, yang diikuti dengan diterbitkannya Permendagri No. 13 Tahun 2006. Terjadinya perubahan paradigma sesuai dengan amanat UU Otoda menuntut adanya partisipasi masyarakat dan
transparansi anggaran sehingga akan memperkuat pengawasan dalam proses
penyusunan dan pelaksanaan anggaran (Sopanah, 2004).
Dalam UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional mekanisme partisipasi penganggaran sudah diatur sedemikian rupa yang kemudian diperjelas dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 29 Tahun 2002 yang sekarang di revisi menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006.
Serta melalui Surat Edaran Bersama Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (BAPPENAS) dan Menteri Dalam Negeri No.
1354/M.PPN/03/2004050/744/SJ yang inti dari keempat peraturaan tersebut
3
pembangunan. Permendagri 13 Tahun 2006 sekarang direvisi menjadi
Permendagri 59 Tahun 2007.
Achmadi dkk (2002) menegaskan, bahwa partisipasi merupakan kunci sukses dalam pelaksanaan otonomi daerah karena dalam partisipasi menyangkut
aspek pengawasan dan aspirasi. Partisipasi masyarakat menjadi penting bagi
sebuah pemerintahan sebagai upaya untuk meningkatkan arus informasi,
akuntabilitas, memberikan perlindungan kepada masyarakat, serta memberi suara
bagi pihak yang terimbas oleh kebijakan publik yang diterapkan Sisk (2002).
Sesuai dengan kaidah-kaidah atau aturan-aturan umum yang berlaku
dalam akuntansi, adapun pelaksanaan penelitian ini menyesuaikan dengan
keadaan di lingkungan BAPPEDA Kota Bandung, dengan partisipatif para
pelaksana yang ada didalamnya untuk mampu bekerjasama dengan baik diantara
satu sama lain termasuk masyarakat yang ada di daerah Kota Bandung.
Setiap kegiatan yang ada di BAPPEDA tidak berpacu kepada pencapaian
keuntungan atau laba maksimal, sebagaimana halnya yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan pada umumnya, karena BAPPEDA merupakan suatu
Kewenangan Daerah yang mampu diartikan keberadaannya dalam lembaga
Bappedanya itu sendiri, di masing-masing daerah yang disesuaikan dengan
tuntutan reformasi dan kebutuhan daerahnya dalam rangka pemenuhan
4
Sistem akuntansi dikonsentrasikan pada sub bidang Penganggaran
Partisipatif. Penulis mengharapkan adanya suatu keselarasan antara teori yang di
dapat selama studi dengan prakteknya. Berdasarkan uraian di atas penulis ingin
membahasnya dalam laporan Kerja Praktek dengan memberi judul :
PROSEDUR PENGANGGARAN PARTISIPATIF PADA BAPPEDA
KOTA BANDUNG
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Tujuan dari laporan kerja praktek ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses perencanaan dan penganggaran partisipatif di
Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui penyusunan Renja SKPD dan RKA-SKPD di
BAPPEDA Kota Bandung.
3. Untuk mengetahui kendala dan upaya dalam pelaksanaan Pengaggaran
5
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Adapun kegunaan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai Tugas dan Fungsi Sub
Bagian Program yang ada pada BAPPEDA khususnya dalam
melaksanakan program kegiatan Musrenbang yang merupakan salah satu
perencanaan partisipatif dari masyarakat di Kota Bandung.
2. Bagi Sub Bidang Program Bappeda Kota Bandung
Memberikan masukan bagi Sub Bagian Program khususnya pada kegiatan
Musrenbang di BAPPEDA Kota Bandung, mengenai
kelemahan/kekurangan khususnya mengenai Prosedur Penganggaran
Partisipatif, sehingga kelemahan/kekurangan tersebut dapat diperbaiki.
3. Bagi Pembaca
Menambah informasi mengenai Prosedur Penganggaran Partisipatif yang
digunakan pada Sub Bagian Program Khususnya Kegiatan Musrenbang di
6
1.4 Metode Kerja Praktek
Metode yang digunakan penulis dalam laporan kerja praktek ini adalah
metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan masalah berdasarkan
fakta yang ada untuk diolah menjadi informasi dan dijelaskan dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah riset lapangan, dengan
cara:
1. Wawancara
Dalam pencarian data untuk laporan Kerja Praktek ini, Penulis melakukan
wawancara kepada Bapak Tamsil dan Bapak Adhitya selaku pelaksana
pada Bagian Program khsusunya kegiatan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Daerah (Musrenbang), yang mengurus tata cara
pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah
dengan dilaksanakan dalam koridor perencanaan pembangunan
partisipatif, melalui musyawarah perencanaan pembangunan daerah.
2. Dokumentasi
Penulis juga mencari informasi yang dibutuhkan tentang Prosedur
Penganggaran Partisipatif yang ada di BAPEDDA Kota Bandung, yang
diberikan oleh pelaksana seperti alur perencanaan dan pengaggaran
7
tentang sistem perencanaan pembangunan nasional, serta tugas pokok dan
fungsi yang ada pada BAPPEDA Kota Bandung.
3. Studi kepustakaan
Selain kedua cara yang telah dijelaskan di atas, Penulis juga
mengumpulkan data melalui buku, jurnal dan browsing internet untuk
mengutip teori-teori tentang Penganggaran Partisipatif.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Kerja Praktek ini dilaksanakan pada Sub Bagian Program khususnya
kegiatan Musrenbang di BAPPEDA Kota Bandung, yang berlokasi di
Jl.Taman Sari No 76 Bandung, Jawa Barat. Waktu pelaksanaannya yaitu
dari tanggal 4 Juli 2011 sampai tanggal 29 Juli 2011, dengan jam kerja hari
8
Tabel Uraian Kerja Praktek
Pada BAPPEDA Kota Bandung
Uraian Kerja Minggu 1 Senin-Jumat Minggu 2 Senin-Jumat Minggu 3 Senin-Jumat Minggu 4 Senin-Jumat Pengurusan Surat KP dan
Penempatan KP
Menginput Data Kegiatan
Program
Mengikuti Rapat Kerja di
Bappeda
Mengajukan Judul Laporan KP
Pencarian dan
Penyusunan Data Laporan
KP
Melakukan Bimbingan
dengan Pembimbing
Instansi
Pengurusan Surat Selesai
9
Tabel Uraian Berita Acara Bimbingan Kerja Praktek
Dengan Dosen Pembimbing
Uraian Kerja Bulan September 2011 Bulan Oktober 2011 Bulan November 2011 Bulan Desember 2011 Pengajuan Kerja Praktek, Pengajuan
Judul dan Revisi Judul.
Pengerjaan Laporan
Bab I dan Revisi.
Pengerjaan Laporan
Bab II dan Revisi.
Pengerjaan Laporan
Bab III, IV dan Revisi .
Melakukan bimbingan
dengan Dosen
Pembimbing
Ujian Laporan Kerja
10 BAB II
GAMBARAN UMUM BAPPEDA KOTA BANDUNG
2.1 Sejarah tentang Berdirinya BAPPEDA di Kota Bandung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung
adalah salah satu lembaga teknis di lingkungan Pemerintah Kota Bandung. Awal
mula pembentukan Bappeda bermula ketika pada tahun 1972 Pemerintah Provinsi
Jawa Barat melakukan penyempurnaan Badan Perancang Pembangunan Daerah
(Bappemda). Provinsi Jawa Barat dengan membentuk Badan Perancang
Pembangunan Kotamadya (Bappemko) dan Badan Perancang Pembangunan
Kabupaten (Bappemka), yang merupakan badan perencanaan pertama di
Indonesia yang bersifat regional dan lokal serta ditetapkan dengan SK Gubernur
Provinsi Jawa Barat No. 43 Tahun 1972.
Setelah berjalan 2 tahun, kedudukan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Tingkat I dikukuhkan dan diakui dengan SK Presiden No. 15 Tahun 1974,
sedangkan untuk Daerah Tingkat II masih berlaku SK Gubernur. Baru kemudian
dengan SK Presiden No. 27 Tahun 1980, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Tingkat II diakui secara nasional. Dengan SK Presiden tersebut, lahirlah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I atau Bappeda Tingkat I dan
11
Pertimbangan yang mendasari terbitnya SK Presiden No. 27 Tahun 1980, yaitu:
1. Untuk meningkatkan keserasian pembangunan di daerah diperlukan
adanya peningkatan keselarasan antara pembangunan sektoral dan
pembangunan regional;
2. Untuk menjamin laju perkembangan, keseimbangan, dan kesinambungan
pembangunan di daerah diperlukan perencanaan yang lebih menyeluruh,
terarah, dan terpadu.
Dalam lingkup Kota Bandung sendiri, pembentukan Bappeda Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandung didasarkan pada Perda No. 21 Tahun 1981 dan Perda
No. 24 Tahun 1981, sebagaimana telah mengalami penyesuaian sejalan dengan
perubahan paradigma pembangunan. Seiring dengan diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, maka Pemerintah Kota Bandung menata kembali
Struktur Organisasi Perangkat Daerahnya, termasuk merubah nama Bappeda
Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung menjadi Bappeda Kota Bandung.
Perubahan ini ditetapkan dengan Perda Kota Bandung No. 06 Tahun
2001 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah
Tingkat Kota Bandung, sedangkan uraian tugas dan fungsinya ditetapkan dengan
Perda No. 17 Tahun 2001 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan
12
Kemudian dengan berlakunya Undang-undang No. 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Daerah, maka keberadaan lembaga Bappeda di masing-masing daerah disesuaikan dengan tuntutan reformasi dan kebutuhan daerahnya
dalam rangka pemenuhan optimalisasi pelayanan kinerja. Terkait dengan hal
tersebut, susunan organisasi Bappeda Kota Bandung kembali ditetapkan dengan
Perda No. 12 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah
Kota Bandung.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang diubah dengan
Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah menjadi tonggak penting dimulainya pelaksanaan otonomi tersebut, sehingga daerah memiliki kewenangan yang lebih
luas untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Konsekuensi dari pelaksanaan
Undang-Undang tersebut adalah Pemerintah Daerah harus dapat lebih
meningkatkan kinerjanya dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat.
2.2 Struktur Organisasi BAPPEDA Kota Bandung
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan
Organisasi Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung,
13
STRUKTUR ORGANISASI BAPPEDA KOTA BANDUNG
Penjelasan :
a. Kepala Badan.
b. Sekretariat, membawahkan:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
2. Sub Bagian Keuangan.
3. Sub Bagian Program.
c. Bidang Perencanaan Tata Ruang, Sarana dan Prasarana,
membawahkan:
1. Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup.
14
d. Bidang Perencanaan Ekonomi dan pembiayaan, membawahkan.
1. Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Ekonomi.
2. Sub Bidang Perencanaan Pembiayaan dan Pengembangan Usaha
Daerah .
e. Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat,
membawahkkan:
1. Sub Bidang Perencanaan Sosial Budaya.
2. Sub Bidang Kesejahteraaan Rakyat.
f. Bidang Perencanaan Pemerintah, membawahkan:
1. Sub Bidang Perencanaan Sumber Daya Pemerintahan.
2. Sub Bidang Perencanaan Kerjasama Pembangunan Daerah.
g. Bidang Penelitian, Pengembangan dan statistik:
1. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan.
2. Sub Bidang Statistik.
h. Bidang Penanaman Modal, membawahkan:
1. Sub Bidang Informasi Penanaman Modal dan Promosi Daerah.
2. Sub Bidang Bina Potensi dan Kerjasama Investasi.
i. Unit Pelaksana Teknis Badan.
Hubungan antara Rencana Pembangunan Jangka Panjang, jangka
Tujuan Pembangunan Daerah :
1. Me
antar sub
2. Menanggulangi kemiskinan
3. Menciptakan atau menambah lapangan kerja
4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
5. Me
aga
(pembangunan berkesinambungan)
ubungan antara Rencana Pembangunan Jangka Panjang, jangka
Pembangunan Daerah :
engurangi d
antar sub-daerah serta antar
Menanggulangi kemiskinan
Menciptakan atau menambah lapangan kerja
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
empertahank
garbermanfaa
(pembangunan berkesinambungan)
ubungan antara Rencana Pembangunan Jangka Panjang, jangka Menengah dan Jangka Pendek.
Pembangunan Daerah :
disparitas at
daerah serta antar
Menanggulangi kemiskinan
Menciptakan atau menambah lapangan kerja
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
nkan atau
faat bagi ge
(pembangunan berkesinambungan)
ubungan antara Rencana Pembangunan Jangka Panjang, jangka Menengah dan Jangka Pendek.
Pembangunan Daerah :
atau ketimpa
daerah serta antar-warga masyarakat
Menanggulangi kemiskinan
Menciptakan atau menambah lapangan kerja
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
u menjaga
generasi sek
(pembangunan berkesinambungan).
ubungan antara Rencana Pembangunan Jangka Panjang, jangka Menengah dan Jangka Pendek.
pangan pemb
warga masyarakat
Menciptakan atau menambah lapangan kerja
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
ga kelestar
sekarang dan
ubungan antara Rencana Pembangunan Jangka Panjang, jangka Menengah dan Jangka Pendek.
mbangunan a
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat daerah
tarian sumb
dan generasi
ubungan antara Rencana Pembangunan Jangka Panjang, jangka
antar-daerah
daerah
mberdaya
asi masa da 15
ubungan antara Rencana Pembangunan Jangka Panjang, jangka
ah dan
alam
16
Ruang Lingkup Perencanaan
Nasional Daerah
Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional
Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah
Rencana Strategis Kementerian /
Lembaga
Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah
Rencana Kerja Pemerintah Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Rencana Kerja Kementerian /
Lembaga
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah
Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan Daerah
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) = 20 tahun
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) = 5 tahun
3. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) = 5 tahun
4. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) = 1 tahun
17
2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi 2.3.1 Tugas Pokok BAPPEDA Kota Bandung
(1) Merumuskan kebijakan perencanaan dan penilaian atas pelaksanaan
pembangunan bagi masyarakat Kota Bandung.
(2) Memfasilitasi dan mendukung aspirasi masyarakat untuk keinginan
membangun daerahnya agar lebih baik dan perencanaannya tidak merugikan
salah satu pihak yang ada di dalamnya.
(3) Mengevaluasi dan membuat pelaporan pelaksanaan atas perencanaan daerah
yang sudah disetujui oleh kebelah dua pihak antara Masyarakat Kota
Bandung dan BAPEDDA.
2.3.2 Fungsi Pokok BAPPEDA Kota Bandung
Fungsi dan peran BAPPEDA sebagai lembaga teknis daerah yang
bertanggung jawab terhadap perencanaan pembangunan sebagaimana
diamanatkan dalam pasal 14, ayat (1), Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, bahwa salah satu urusan wajib yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah adalah urusan perencanaan dan pengendalian
pembangunan.
Kewenangan perencanaan pengendalian tersebut kemudian dipertegas
kembali dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dari 26 (dua puluh enam) urusan sesuai
18
yang merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah, mengemban 3 (tiga)
urusan wajib yang wajib dilaksanakan, yaitu urusan penataan ruang, perencanaan
pembangunan dan urusan statistik.
Selain itu dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, tidak kurang terdapat 13 (tiga belas) pasal
yang menyatakan dan menetapkan secara langsung fungsi dan peran Kepala
BAPPEDA, yaitu :
(1) Pasal 10, ayat (2) : Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP
Daerah .
(2) Pasal 11, ayat (3) : Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang
Jangka Panjang Daerah .
(3) Pasal 12, ayat (2) : Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJP
Daerah berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Panjang Daerah .
(4) Pasal 14, ayat (2) : Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJM
Daerah sebagai penjabaran visi, misi, dan program Kepala Daerah ke dalam
strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas dan arah
kebijakan keuangan daerah .
(5) Pasal 15, ayat (4) : Kepala Bappeda menyusun rancangan RPJM Daerah
dengan menggunakan rancangan Renstra-SKPD .
(6) Pasal 16, ayat (4) : Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang
Jangka Menengah Daerah .
(7) Pasal 18, ayat (2) : Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJM
19
(8) Pasal 20, ayat (2) : Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD
sebagai penjabaran dari RPJM Daerah .
(9) Pasal 21, ayat (4) : Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan
rancangan RKPD dengan menggunakan RENJA-SKPD .
(10) Pasal 22, ayat (4) : Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang
penyusunan RKPD .
(11) Pasal 24, ayat (2) : Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RKPD
berdasarkan hasil Musrenbang .
(12) Pasal 28, ayat (2) : Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil
pemantauan pelaksanaan pembangunan dari masing-masing SKPD .
(13) Pasal 29, ayat (3) : Kepala Bappeda menyusun evaluasi pembangunan
berdasarkan hasil evaluasi SKPD .
2.3.3 Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Satuan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
a. Kepala Badan
(1) Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perencanaan dan
Pengendalian pembangunan daerah.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis perencanaan pembangunan;
20
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas lingkup perencanaan pembangunan
daerah;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya;dan
e. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan laporan penyelenggaraan kegiatan
Badan.
b. Sekretariat
(1)Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah lingkup kesekretariatan;
(2)Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Sekretariat mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan kesekretariatan;
b. Pelaksanaan kesekretariatan Badan yang meliputi administrasi umum dan
kepegawaian, keuangan dan program;
c. Pelaksanaan pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas Bidang;
d. Pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan rencana, program, evaluasi dan
pelaporan kegiatan Badan;
e. Pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas Sekretariat ; dan
21
c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian :
(1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup umum dan kepegawaian;
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi umum dan
kepegawaian Badan.
b. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan naskah
dinas, penataan kearsipan Badan , penyelenggaraan kerumahtanggaan
badan, pengelolaan perlengkapan dan administrasi perjalanan dinas.
c. Pelaksanaan administrasi kepegawaian yang meliputi kegiatan
penyiapan bahan penyusunan rencana mutasi, cuti, disiplin,
pengembangan pegawai dan kesejahteraan pegawai dan
d. Evaluasi dan pelaporan kegiatan lingkup administrasi umum dan
kepegawaian.
d. Sub Bagian Keuangan :
(1) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Sekretariat lingkup keuangan.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
Bagian Keuangan mempunyai fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi keuangan
22
b. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan
penyiapan bahan penyusunan rencana anggaran, koordinasi penyusunan
anggaran, koordinasi pengelola dan pengendalian keuangan dan
menyusun laporan keuangan Badan dan
c. Evaluasi dan pelaporan lingkup pengelolaan administrasi keuangan
Badan.
e. Sub Bagian Program :
(1) Sub Bagian Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Sekretariat lingkup program;
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
Bagian Program mempunyai fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi program
kerja Badan.
b. Pelaksanaan pengendalian program meliputi kegiatan penyiapan bahan
penyusunan rencana kegiatan dinas, koordinasi penyusunan rencana
dan program dinas serta koordinasi pengendalian program dan
c. Evaluasi dan pelaporan lingkup pengelolaan administrasi program kerja
23
f. Bidang Perencanaan Tata Ruang, Sarana dan Prasarana :
(1) Bidang Perencanaan Tata Ruang, Sarana dan Prasarana mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bappeda lingkup perencanan
tata ruang, sarana dan prasarana.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bidang Perencanaan Tata Ruang, Sarana dan Prasarana mempunyai fungsi:
a. Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan lingkup
perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup, serta perencanaan sarana
dan prasarana.
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanaan tata ruang dan
lingkungan hidup, serta perencanaan sarana dan prasarana.
c. Pembinaan dan pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan
pembangunan lingkup perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup,
serta perencanaan sarana dan prasarana dan
d. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
perencanaan lingkup perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup,
serta perencanaan sarana dan prasarana.
(3) Bidang Perencanaan Tata Ruang, Sarana dan Prasarana, membawahkan :
a. Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup.
24
g. Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup :
(1) Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup mempunyai
tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Perencanaan Tata Ruang,
Sarana dan Prasarana lingkup perencanaan tata ruang dan lingkungan
hidup.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup mempunyai
fungsi :
a. Penyusunan program dan rencana kerja lingkup perencanaan tata ruang
dan lingkungan hidup.
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan
pembangunan lingkup perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup.
c. Pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan
lingkup perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup yang meliputi
penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota dan
lingkungan hidup, penyusunan rencana pembangunan pengelolaan
kawasan tata ruang dan lingkungan hidup, serta kerjasama perencanaan
pembangunan tata ruang dan lingkungan hidup dan
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup perencanaan tata ruang dan
25
h. Sub Bidang Perencanaan Sarana dan Prasarana
(1) Sub Bidang Perencanaan Sarana dan Prasarana mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Perencanaan Tata Ruang, Sarana dan
Prasarana lingkup perencanaan sarana dan prasarana kota.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini,
Sub Bidang Perencanaan Sarana dan Prasarana mempunyai fungsi :
a. Penyusunan program dan rencana kerja lingkup perencanaan sarana
dan prasarana kota.
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan
pembangunan lingkup perencanaan sarana dan prasarana kota.
c. Pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan
pembangunan lingkup perencanaan sarana dan prasarana kota yang
meliputi penyusunan rencana pembangunan infrastruktur, sarana dan
prasarana kota, serta kerjasama perencanaan pembangunan
infrastruktur, sarana dan prasarana kota dan
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup perencanaan sarana dan
26
i. Bidang Perencanaan Ekonomi dan Pembiayaan
(1) Bidang Perencanaan Ekonomi dan Pembiayaan mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Kepala Bappeda lingkup perecanaan ekonomi
dan pembiayaan.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bidang Perencanaan Ekonomi dan Pembiayaan mempunyai fungsi :
a. Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan
pembangunan lingkup perencanaan pengembangan ekonomi serta
perencanaan pembiayaan dan pengembangan usaha daerah.
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanaan pengembangan
ekonomi serta perencanaan pembiayaan dan pengembangan usaha
daerah.
c. Pembinaan dan pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan
pembangunan perencanaan pengembangan ekonomi serta perencanaan
pembiayaan dan pengembangan usaha daerah dan
d. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup
perencanaan pengembangan ekonomi serta perencanaan pembiayaan
dan pengembangan usaha daerah.
(3) Bidang Perencanaan Ekonomi dan Pembiayaan, membawahkan :
a. Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Ekonomi.
27
j.Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Ekonomi :
(1) Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Ekonomi mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Perencanaan Ekonomi dan Pembiayaan
lingkup koperasi dan UKM.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
Bidang Perencanaan Pengembangan Ekonomi mempunyai fungsi :
a. Penyusunan program dan rencana kerja lingkup perencanaan
pengembangan ekonomi.
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan pembangunan
perencanaan pengembangan ekonomi.
c. Pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan
lingkup perencanaan pengembangan ekonomi yang meliputi penyusunan
pedoman dan standar perencanaan pembangunan koperasi dan UKM,
penyusunan rencana pembangunan pengelolaan koperasi dan UKM, serta
kerjasama perencanaan pembangunan koperasi dan UKM dan
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup perencanaan pengembangan
ekonomi.
k. Sub Bidang Perencanaan Pembiayaan dan Pengembangan Usaha Daerah :
(1) Sub Bidang Perencanaan Pembiayaan dan Pengembangan Usaha Daerah
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Perencanaan
Ekonomi dan Pembiayaan lingkup perencanaan pembiayaan dan
28
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
Bidang Perencanaan Pembiayaan dan Pengembangan Usaha Daerah
mempunyai fungsi :
a. Penyusunan program dan rencana kerja lingkup perencanaan
pembiayaan dan pengembangan usaha daerah.
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan pembangunan
lingkup perencanaan pembiayaan dan pengembangan usaha daerah.
c. Pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan
perencanaan pembiayaan dan pengembangan usaha daerah yang meliputi
penyusunan pedoman dan standar perencanaan pembangunan
pengembangan usaha daerah, penyusunan rencana pembangunan
pengelolaan pengembangan usaha daerah, serta kerjasama perencanaan
pembangunan pengembangan usaha daerah dan
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup perencanaan pembiayaan
dan pengembangan usaha daerah.
l. Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat :
(1) Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat mempunyai
tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Bappeda lingkup
perencanaan sosial budaya dan kesejahteraan rakyat.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini,
Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat mempunyai
29
a. Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan
pembangunan lingkup perencanaan sosial budaya dan perencanaan
kesejahteraan rakyat.
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanaan sosial budaya dan
perencanaan kesejahteraan rakyat.
c. Pembinaan dan pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan
pembangunan lingkup perencanaan sosial budaya dan perencanaan
kesejahteraan rakyat dan
d. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup
perencanaan sosial budaya dan perencanaan kesejahteraan rakyat.
(3) Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat,
membawahkan:
a. Sub Bidang Perencanaan Sosial Budaya.
b. Sub Bidang Perencanaan Kesejahteraan Rakyat.
m. Sub Bidang Perencanaan Sosial Budaya :
(1) Sub Bidang Perencanaan Sosial Budaya mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan
Kesejahteraan Rakyat lingkup perencanaan sosial budaya.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
Bidang Perencanaan Sosial Budaya mempunyai fungsi :
a. Penyusunan program dan rencana kerja lingkup perencanaan sosial
30
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan pembangunan
lingkup perencanaan sosial budaya.
c. Pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan
lingkup perencanaan sosial budaya yang meliputi penyusunan pedoman,
standar dan perencanaan pembangunan pengembangan sosial budaya
yaitu perencanaan pembangunan pendidikan, perpustakaan, Kepemudaan
dan olahraga, ketenagakerjaan, agama, kebudayaan, kependudukan dan
catatan sipil.
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup perencanaan sosial budaya.
n. Sub Bidang Perencanaan Kesejahteraan Rakyat :
(1) Sub Bidang Perencanaan Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan
Kesejahteraan Rakyat lingkup perencanaan kesejahteraan rakyat.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
Bidang Perencanaan Kesejahteraan Rakyat mempunyai fungsi :
a. Penyusunan program dan rencana kerja lingkup perencanaan
kesejahteraan rakyat.
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan pembangunan
lingkup perencanaan kesejahteraan rakyat.
c. Pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan
lingkup perencanaan kesejahteraan rakyat yang meliputi penyusunan
pedoman, standar dan perencanaan pembangunan serta memfasilitas
31
dan perlindungan anak, Sosial, Keluarga Berencana dan keluarga
sejahtera dan
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup perencanaan kesejahteraan
rakyat.
o. Bidang Perencanaan Pemerintahan
(1) Bidang Perencanaan Pemerintahan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Kepala Bappeda lingkup perencanaan pemerintahan.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bidang Perencanaan Pemerintahan mempunyai fungsi :
a. Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis lingkup perencanaan
sumber daya pemerintahan dan perencanaan kerjasama pembangunan
daerah.
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanaan sumber daya
pemerintahan dan perencanaan kerjasama pembangunan daerah.
c. Pelaksanaan koordinasi Perencanaan lingkup Sumber Daya
Pemerintahan dan Perencanaan Kerjasama Pembangunan Daerah dan
d. Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan Perencanaan lingkup
Sumber Daya Pemerintahan dan Perencanaan Kerjasama Pembangunan
Daerah.
(3) Bidang Perencanaan Pemerintahan, membawahkan :
a. Sub Bidang Perencanaan Sumber Daya Pemerintahan
32
p. Sub Bidang Perencanaan Sumber Daya Pemerintahan :
(1) Sub Bidang Perencanaan Sumber Daya Pemerintahan mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Perencanaan Pemerintahan
lingkup perencanaan sumber daya pemerintahan.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud ayat (1), Sub
Bidang Perencanaan Sumber Daya Pemerintahan mempunyai fungsi :
a. Penyusunan program dan rencana kerja lingkup perencanaan sumber daya
pemerintahan.
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan lingkup
Sumber Daya Pemerintahan.
c. Pelaksanaan koordinasi penyusunan dokumen perencanaan pembangunan
lingkup sumber daya pemerintahan yang meliputi penetapan kebijakan,
serta pelaksanaan evaluasi potensi dan monitoring pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup perencanaan sumber daya
pemerintahan.
q. Sub Bidang Perencanaan Kerjasama Pembangunan Daerah
(1) Sub Bidang Perencanaan Kerjasama Pembangunan Daerah mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Perencanaan Pemerintahan
lingkup perencanaan kerjasama pembangunan daerah.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
33
a. Penyusunan program dan rencana kerja lingkup perencanaan kerjasama
pembangunan daerah.
b. Penyiapan bahan petunjuk teknis lingkup perencanaan kerjasama
pembangunan daerah.
c. Pelaksanaan koordinasi penyusunan dokumen perencanaan lingkup
kerjasama pembangunan daerah yang meliputi perencanaan pembangunan
daerah yang terdiri dari RPJPD, RPJMD, RKPD dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota dan
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pelaksanaan lingkup perencanaan
kerjasama pembangunan daerah.
r. Bidang Penelitian, Pengembangan dan Statistik :
(1) Bidang Penelitian, Pengembangan dan Statistik mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Kepala Bappeda lingkup penelitian,
pengembangan dan statistik.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bidang Penelitian, Pengembangan dan Statistik mempunyai fungsi :
a. Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis lingkup penelitan
pengembangan dan statistik;
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup penelitan pengembangan dan
statistik.
c. Pelaksanaan dan pengkordinasian penelitian dan pengembangan lingkup
34
d. Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan
pengembangan lingkup penelitan pengembangan dan statistik.
(3) Bidang Penelitian, Pengembangan dan Statistik, membawahkan :
a. Sub Bidang Penelitan Pengembangan
b. Sub Bidang Statistik.
s. Sub Bidang Penelitan Pengembangan :
(1) Sub Bidang Penelitan Pengembangan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Penelitian dan Pengembangan lingkup penelitan
pengembangan.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud ayat (1), Sub
Bidang Penelitan Pengembangan mempunyai fungsi :
a. Penyusunan program dan rencana kerja lingkup penelitan
pengembangan.
b. Penyiapan bahan penelitian dan pengembangan lingkup penelitan
pengembangan.
c. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sebagai bahan dalam
penyusunan dokumen perencanaan
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan lingkup penelitan
35
t. Sub Bidang Statistik
(1) Sub Bidang Statistik mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Bidang Penelitian Pengembangan dan Statistik.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
Bidang Statistik mempunyai fungsi :
a. Penyusunan program dan rencana kerja lingkup statistik.
b. Penyiapan bahan petunjuk teknis lingkup statistik.
c. Pelaksanaan lingkup statistik yang meliputi pendataan, penyelenggaraan
survei, penyusunan, pengkajian dan penyajian data statistik, pengelolaan
informasi statistik Kota, penyelenggaraan kerjasama antar lembaga
untuk pengembangan statistik kota serta penyusunan buku Bandung
dalam angka dan
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup statistik.
u. Sub Bidang Penanaman Modal
(1) Bidang Penanaman Modal mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Kepala Bappeda lingkup penanaman modal.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bidang Penanaman Modal mempunyai fungsi :
a. Perencanaan dan penyusunan program lingkup informasi penanaman
modal dan promosi daerah serta bina potensi dan kerjasama investasi.
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup informasi penanaman modal dan
36
c. Pelaksanaan lingkup informasi penanaman modal dan promosi daerah
serta bina potensi dan kerjasama investasi dan
d. Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup informasi
penanaman modal dan promosi daerah serta bina potensi dan kerjasama
investasi.
(3) Bidang Penanaman Modal, membawahkan :
a. Sub Bidang Informasi Penanaman Modal Dan Promosi Daerah.
b. Sub Bidang Bina Potensi dan Kerjasama Investasi.
v. Sub Bidang Informasi Penanaman Modal Dan Promosi Daerah
(1) Sub Bidang Informasi Penanaman Modal Dan Promosi Daerah mempunyai
tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penanaman Modal
lingkup informasi penanaman modal dan promosi daerah.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
Bidang Informasi Penanaman Modal Dan Promosi Daerah mempunyai
fungsi :
a. Penyusunan program dan rencana kerja lingkup informasi penanaman
modal dan promosi daerah.
b. Penyiapan bahan petunjuk teknis lingkup informasi penanaman modal
dan promosi daerah,
c. Pelaksanaan lingkup informasi penanaman modal dan promosi daerah
yang meliputi seminar, pameran, temu usaha, pengiriman dan
37
pemasaran daerah, baik di dalam dan luar negeri dan falitasi promosi dan
pemasaran produksi dan perdagangan dan
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup informasi penanaman modal
dan promosi daerah.
w. Sub Bidang Bina Potensi dan Kerjasama Investasi
(1) Sub Bidang Bina Potensi dan Kerjasama Investasi mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Penanaman Modal lingkup bina
potensi dan kerjasama investasi.
(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
Bidang Bina Potensi dan Kerjasama Investasi mempunyai fungsi :
a. Penyusunan program dan rencana kerja lingkup bina potensi dan
kerjasama investasi.
b. Penyiapan bahan petunjuk teknis lingkup bina potensi dan kerjasama
investasi.
c. Pelaksanaan lingkup bina potensi dan kerjasama investasi yang meliputi
penyusunan peta potensi dan identifikasi potensi sumber daya daerah,
usulan bidang-bidang usaha potensial, fasilitas penanaman modal,
penyiapan materi perjanjian kerjasama penanaman modal, membangun
kemitraan usaha kerjasama, pelaksanaan koordinasian kerjasama
penanaman modal serta pembinaan potensi usaha dalam rangka
pengembangan penanaman modal dan
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup bina potensi dan kerjasama
38
x. Kepala Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic Procurement
(1) Menyusun rencana dan program kerja Unit Pelaksana Teknis Bandung
Electronic Procurement sebagai pedoman pelaksanaan tugas.
(2) Membagi tugas kepada bawahan berdasarkan rumusan tugas dan potensi
bawahan agar tugas dan fungsi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
(3) Mengarahkan tugas kepada bawahan berdasarkan program kerja Unit
Pelaksana Teknis Bandung Electronic Procurement agar sasaran tetap
terfokus.
(4) Membina bawahan dengan cara memotivasi bawahan untuk meningkatkan
produktivitas kerja dan pengembangan karier bawahan.
(5) Merumuskan kebijakan operasional penyedia barang dan jasa secara
elektronik.
(6) Mengordinasikan penyiapan panitia pengadaan barang/jasa dengan SKPD di
lingkungan Pemerintah Kota Bandung.
(7) Menyusun dan mensosialisasikan petunjuk teknis pemilihan penyedia
barang/jasa secara elektronik di lingkungan Pemerintah Kota Bandung.
(8) Melakukan hubungan kerja, baik internal maupun eksternal untuk
kelancaran pelaksanaan tugas Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic
Procurement.
(9) Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan Pemilihan Penyedia Barang dan
jasa secara elektronik di lingkungan Pemerintah Kota Bandung.
(10) Mengendalikan pelaksanaan tugas Unit Pelaksana Teknis Bandung
39
(11) Menyusun telaahan staf berisi saran dan masukan kepada pimpinan sebagai
bahan perumusan/penetapan kebijakan di Unit Pelaksana Teknis Bandung
Electronic Procurement.
(12) Mengordinasikan seluruh pemilihan penyedia barang/jasa secara elektronik
di lingkungan Pemerintah Kota Bandung.
(13) Merumuskan rencana pengumuman putaran paket lelang secara elektronik
baik di media massa maupun di media elektronik.
(14) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan UPT Bandung Electronic
Procurement sebagai bahan pertanggungjawaban kepada Kepala Bappeda.
y. Kepala Sub bagian Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronoc Procurement :
(1) Menyusun rencana dan program kerja ketatausahaan Unit Pelaksana Teknis
Bandung Electronic Procurement sebagai pedoman pelaksanaan tugas.
(2) Membagi tugas kepada bawahan berdasarkan rumusan tugas dan potensi
bawahan agar tugas dan fungsi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
(3) Mengarahkan tugas kepada bawahan berdasarkan program kerja Unit
Pelaksana Teknis Bandung Electronic Procurement agar sasaran tetap
terfokus.
(4) Membina bawahan dengan cara memotivasi bawahan untuk meningkatkan
produktivitas kerja dan pengembangan karier bawahan.
(5) Mengordinasikan pelaksanaan tugas tatausaha umum dan kerumahtanggaan
Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic Procurement.
40
(7) Menyusun bahan evaluasi dan pelaporan hasil latihan kerja kepala Unit
Pelaksana Teknis Bandung Electronic Procurement.
(8) Menyusun telaahan staf berisi saran dan masukan kepada pimpinan sebagai
bahan perumusan/penetapan kebijakan di Unit Pelaksana Teknis Bandung
Electronic Procurement.
(9) Melakukan hubungan kerja, baik dengan panitia maupun SKPD terkait
untuk kelancaran pelaksanaan tugas di Unit Pelaksana Teknis Bandung
Electronic Procurement.
(10) Mengoperasikan dan mengendalikan sistem electronic procurement sebagai
admin super pada Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic Procurement.
(11) Menyusun bahan Standar Pengadaan barang/jasa secara on-line di
lingkungan Pemerintah Kota Bandung.
(12) Menyusun bahan petunjuk teknis pengadaan barang/jasa di lingkungan
Pemerintah Kota Bandung.
(13) Mengevaluasi dan melaporkan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugas kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic
41
Z. Tugas Pokok dan Fungsi satuan Kelompok Jabatan Fungsional :
(1) Kelompok jabatan fungsional pada Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah terdiri atas sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang
terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
(2) Setiap kelompok dipimpin oleh seorang tenaga fungsional yang diangkat
oleh Walikota atas usul Kepala Badan.
(3) Pembentukan jenis, jenjang dan jumlah jabatan fungsional ditetapkan oleh
Walikota berdasarkan kebutuhan dan beban kerja, sesuai dengan peraturan
42
BAB III
PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Penulis melaksanakan kerja praktek Sub Bagian Program, pada kegiatan
Musrenbang Kota Bandung, dan yang diteliti penulis adalah Prosedur
Penganggaran Partisipatif pada BAPPEDA Kota Bandung . Salah satu tugas pokok Sub Bagian Program, pada kegiatan Musrenbang Kota Bandung adalah
melaksanakan penyusunan RKPD dan Bekerjasama dengan masyarakat untuk
bermusyawarah dalam perencanaan pembangunan demi kepentingan daerah untuk
perkembangan yang lebih baik serta merekapitulasi usulan prioritas program dan
kegiatan SKPD di tingkat Kecamatan maupun tingkat Kota Bandung (Adithya
Yanuarsyah:2011).
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Penulis melaksanakan kuliah kerja praktek di BAPPEDA Kota Bandung
pada sub bagian program pada kegiatan Musrenbang yang berlokasi di Jl. Taman
Sari No. 76 Bandung. Dalam pelaksanaan kuliah kerja praktek ini, penulis
ditugaskan untuk menginput data-data yang dibutuhkan pada saat rapat serta
membuat laporan dari data-data hasil rapat yang sudah dilaksanakan. Selain itu
juga penulis melakukan pengamatan tentang cara kerja para pegawainya yang ada
pada sub bagian program pada kegiatan Musrenbang Kota Bandung dan
43
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) merupakan
wadah penyusunan rencana pembangunan tahunan daerah atau yang dikenal
dengan Rencana Kerja pemerintah Daerah (RKPD). Musrenbang tersebut
merupakan upaya memenuhi Amanat Undang-undang Republik Indonesia
nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional . Amanat tersebut dengan menyelesaikan penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah Kota Bandung tahun 2005-2025,
menyelenggarakan Musrenbang kelurahan, kecamatan, dan Kota Bandung.
3.1Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
3.3.1 Pengertian Penganggaran Partisipatif
Dalam suatu perencanaan strategis SKPD, penyusunan anggaran
merupakan salah satu hal yang sangat penting. Dalam hal ini pengertian
partisipasi di dalam Musrenbang adalah usulan kegiatan masyarakat yang
bersumber dari masyarakat, kemudian diselaraskan oleh Bappeda dengan
memperhatikan pendekatan teknokratis, top-down, bottom-up dalam kegiatan
Musrenbang sehingga hasil akhirnya adalah RKPD (Adhitya Yanuarsyah:2011).
Penganggaran merupakan komponen penting dalam organisasi, baik
44
Namun Tidak semua aspek kehidupan masyarakat tercakup oleh anggaran sektor
publik.
Penganggaran partisipatif adalah proses penganggaran yang
memungkinkan para Pemerintah Kota yang bertanggung tanggung jawab
berpartisipasi mengusulkan, menegoisasikan dan mendiskusikan usulan
anggarannya. Bila proses penganggaran tersebut berjalan dengan baik maka
anggaranya akan memotivasi dan menimbulkan rasa percaya diri (trust) dan
meningkatkan komitmen bagi pemerintah tersebut untuk melakukan hal yang
lebih tinggi atau lebih baik untuk kelancaran pekerjaannya yang bersifat positif
untuk menghasilkan sesuatu yang menguntungkan bagi ruang lingkup pekerjaan
yang ditanganinya (Adhitya Yanuarsyah:2011).
3.3.2 Komponen Penganggaran Partisipatif
Pembangunan memuat sejumlah kegiatan. Dalam konteks ini tidak
mungkin semua usulan kegiatan akan dilaksanakan. Oleh karena itu, diperlukan
skala prioritas untuk menentukan mana kegiatan yang akan dilaksanakan dan
mana yang tidak dalam sebuah anggaran pembangunan. Tidak salah bila kita
teringat masalah keterbatasan anggaran, yang kemudian menjadikan skala
prioritas menjadi syarat awal penyusunannya. Penentuan skala prioritas ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara, tergantung metodologi apa yang digunakannya.
45
Akuntabilitas, ini diterjemahkan sebagai asas yang menentukan bahwa
setiap kegiatan pembangunan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi.
Transparansi, dipahami sebagai asas yang membuka diri terhadap hak
sosial untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan kegiatan pembangunan dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
Partisipasi. Partisipasi masyarakat adalah hal yang hendak diwujudkan
dalam penyelenggaraan pemerintahan. Teori pengambilan keputusan meyakinkan
kita bahwa semakin banyak partisipasi dalam proses kelahiran sebuah policy,
maka dukungan semakin luas terhadap kebijakan tersebut.
Kepastian Hukum. Prinsip ini mengarahkan agar kegiatan pembangunan
memiliki keinginan untuk menegakkan supremasi hukum. Tidak masuk akal kalau
keinginan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih tidak didukung
dengan penghormatan terhadap norma hukum yang telah disepakati sebagai
kaidah landasan hukum.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengarahkan bahwa penentuan skala prioritas diharapkan tidak lagi hanya
ditentukan oleh besaran nilai dari masing-masing kegiatan, tetapi lebih
berorientasi pada output dan outcome yang dikehendaki. Prinsip value for money
mungkin dapat digunakan ketika penyusunan alokasi anggaran dilakukan. Dengan
46
mempertimbangkan nilai ekonomi, efisiensi, dan efektivitas penggunaan
anggaran.
Ekonomi berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam
jumlah dan kualitas tertentu pada harga yang paling murah. Efisiensi berarti
bahwa penggunaan dana masyarakat harus dapat menghasilkan output dan
outcome yang maksimal. Efisiensi berarti bahwa penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-target atau tujuan kepentingan publik. Selanjutnya, setelah
skala prioritas disusun, maka perlu ada rentang waktu (time schedule) yang disepakati oleh seluruh stakeholders sehingga output dari penggunaan anggaran tersebut dapat dievaluasi.
3.3.3 Konsep Penganggaran Partispatif
Membangun dan menata sebuah kota secara manusiawi membutuhkan tiga
persyaratan utama yaitu :
1. Partisipasi dan keterlibatan warga kota dalam mengambil keputusan, yang
berarti mendengarkan aspirasi. Aspirasi yang dimaksud di sini harus
muncul dari bawah guna memperkuat basis pengakuan akan aktivitas dan
proyek pembangunan yang sedang berjalan.
2. Mempertimbangkan skala prioritas pembangunan kota. Skala prioritas
sebuah proyek bisa dinilai dari urgensitasnya, segi kemanfaatan, aspek
pemeliharaan, cakupan masyarakat yang mendapatkan manfaat dari
proyek pembangunan itu, dan kemampuan sumber daya. Sejauh ini proyek
47
perlu dikritisi lagi dari aspek tersebut, mulai dari bagaimana penanganan
sampah kota, penanganan masalah banjir, penanganan reklame di dalam
kota, perbaikan fasilitas umum dan fasilitas sosial, perbaikan layanan
birokrasi kota dan lain sebagainya.
3. Pembangunan kota harus mempertimbangkan unsur keadilan.
Tiga persyaratan itu sangat penting artinya bagi masa depan Kota Bandung
yang terus berbenah menuju kota yang modern, ramah, dan bermartabat.
Kesanggupan Pemkot Bandung dalam mendesain pembangunan kota yang
mempertimbangkan partisipasi dan keterlibatan warga, skala prioritas, serta unsur
keadilan akan mendatangkan kesejahteraan warga kota. Hal ini sangat penting
melihat persoalan yang dihadapi warga kota ini sekarang beserta tantangan ke
depan amat berat dan terus berubah.
Aparat pemerintah daerah terlibat dalam proses penganggaran pemerintah
daerah dan diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam pengambilan keputusan
melalui negoisasi terhadap target anggaran. Hal ini sangat penting karena aparat
pemerintah daerah akan merasa produktiv dan puas terhadap pekerjaanya
sehingga memungkinkan munculnya perasaan berprestasi yang akan
meningkatkan kinerjanya (Halim 2005).
Karakteristik Anggaran :
1. Anggaran mengestimasi potensi laba satuan bisnis
2. Anggaran dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter
dapat saja ditunjang oleh jumlah non moneter (missalnya, unit yang
48
3. Mencakup periode satu tahun.
4. Anggaran merupakan komitmen manajemen; manajer sepakat untuk
mengemban tanggung jawab atas pencapaian tujuan yang dianggarkan.
5. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh otoritas yang lebih tinggi
ketimbang oleh pihak yang menganggarkan (budgetee).
6. Begitu disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi yang
ditetapkan.
7. Secara berkala, kinerja finansial sesungguhnya dibandingkan dengan
anggaran, dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
Tujuan Pokok Anggaran :
Memprediksi transaksi dan kejadian finansial serta non finansial di masa
yang akan datang
Mengembangkan informasi yang akurat dan bermakna bagi penerima
anggaran.
Manfaat Penganggaran :
Anggaran menunjukkan kepada manajemen
Angka laba yang dikehendaki oleh perusahaan.
Sumber daya yang diharapkan dapat dihasilkan atau digunakan selama
periode anggaran yang akan datang.
Memberikan landasan untuk pengambilan keputusan alternatif yang
49
Keterbatasan Anggaran :
Dalam banyak kejadian, anggaran cenderung terlalu menyederhanakan
fakta situasi nyata di lapangan
Terlampau menekankan hasil ( Yi : laba bersih sesungguhnya
dibandingkan dengan jumlah laba yang dianggar kan), namun bukan pada
sebab musababnya.
Tema partisipatif pada anggaran menuntut dukungan penuh dan
keterlibatan manjemen.
Dapat menggerogoti inisiatif manajemen dengan menghalangi
perkembangan dan tindakan baru yang tidak tercakup dalam anggaran.
3.3.4 Faktor-faktor Penting dalam Penganggaran Partisipatif
Efektif tidaknya penganggaran partisipatif di organisasi pemerintahan sangat
tergantung pada beberapa faktor di antaranya:
Keterlibatan masyarakat banyak. Semakin banyak masyarakat yang terlibat, maka keragaman permasalahan juga akan semakin besar, sehingga
mempermudah pemetaannya. Masyarakat yang terlibat semestinya
masyarakat yang bersinggungan langsung dengan objek dan kinerja
anggaran daerah.
Efektifitas saluran penganggaran. Pihak-pihak yang melakasanakan Musrenbang (khususnya Bappeda) semestinya dapat menangkap semua
50
merumuskan solusi awal atas permasalahan/kebutuhan tersebut. Tidak
boleh terjadi distorsi sehingga mengaburkan esensi persoalan yang
sebenarnya.
Penentuan target kinerja atau solusi. Persoalan/kebutuhan yang
teridentifikasi kemudian dipecahkan dengan menetapkan target kinerja
yang hendak dicapai. Besaran target kinerja ini sangat ditentukan oleh
lingkup, besaran, dan waktu kegiatan yang dibutuhkan. Bisa saja sebah
kebutuhan tidak dapat dipenuhi selama satu tahun anggaran karena
keterbatasan kapasitas SKPD atau keterbatasan dana.
Akurasi pengalokasian sumberdaya. Besaran alokasi anggaran untuk
program/kegiatan harus menganut konsep 3E (ekonomis, efisien, efektif)
yang disebut juga value for money. Kelebihan alokasi dalam suatu program/kegiatan menyebabkan terjadinya dana menganggur (idle funds) yang pada akhirnya menjadi sisa lebih anggaran (SILPA) pada akhir
tahun. Oleh karena itu, penentuan standar harus dilakuan sebaik mungkin
dengan besaran mark-up sekecil mungkin (reasonable).
3.3.5 Penganggaran Partisipatif pada kegiatan MUSRENBANG pada BAPPEDA Kota Bandung
Penganggaran Partisipatif pada MUSRENBANG disusun sedemikian rupa
sehingga proses penganggarannya menjadi sederhana dan efisien. Tetapi perlu
51
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang mencakup hal-hal secara Umum :
1. Dasar Pemikiran.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
merupakan landasan konstitusional penyelenggaraan negara, dalam waktu relatif
singkat (1999-2002), telah mengalami 4 (empat) kali perubahan. Dengan
berlakunya amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, telah terjadi perubahan dalam pengelolaan pembangunan, yaitu:
(1) penguatan kedudukan lembaga legislatif dalam penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
(2) ditiadakannya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman
penyusunan rencana pembangunan Nasional dan
(3) diperkuatnya Otonomi Daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
GBHN yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia (MPR RI) berfungsi sebagai landasan perencanaan pembangunan
Nasional sebagaimana telah dilaksanakan dalam praktek ketatanegaraan selama
ini. Ketetapan MPR RI ini menjadi landasan hukum bagi Presiden untuk
dijabarkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima Tahunan dengan
memperhatikan secara sungguh-sungguh saran Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia (DPR RI), yang selanjutnya Pemerintah bersama DPR RI
52
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang mengatur bahwa Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dan tidak
adanya GBHN sebagai pedoman Presiden untuk menyusun rencana pembangunan
maka dibutuhkan pengaturan lebih lanjut bagi proses perencanaan pembangunan
Nasional.Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan
memberikan kewenangan yang luas, nyata,dan bertanggung jawab kepada Daerah.
Pemberian kewenangan yang luas kepada Daerah memerlukan koordinasi
dan pengaturan untuk lebih mengharmoniskan dan menyelaraskan pembangunan,
baik pembangunan Nasional, Pembangunan Daerah maupun pembangunan antar
daerah. Berdasarkan pertimbangan, perlu dibentuk Undang-Undang yang
mengatur tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
2. Ruang Lingkup
Undang-Undang ini mencakup landasan hukum di bidang perencanaan
pembangunan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Dalam
Undang-Undang ini ditetapkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah,
dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan di pusat
53
3. Proses Perencanaan
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dalam Undang-Undang ini
mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu:
(1) politik
(2) teknokratik
(3) partisipatif
(4) atas-bawah (top-down) dan (5) bawah-atas (bottom-up)
Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah
adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya
berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing
calon Presiden/Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah
penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Presiden/Kepala
Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah.
Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan
metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara
fungsional bertugas untuk itu.
Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan
melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap
pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan
menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas
dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil
54
dilaksanakan baik di tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan
Desa. Perencanaan pembangunan terdiri dari empat (4) tahapan yakni :
(1) penyusunan rencana
(2) penetapan rencana
(3) pengendalian pelaksanaan rencana dan
(4) evaluasi pelaksanaan rencana.
Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara
keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh.Tahap penyusunan
rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana
yangsiap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah yaitu :
(1) penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik,
menyeluruh, dan terukur.
(2) masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja
dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah
disiapkan.
(3) melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana
pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui
musyawarah perencanaan pembangunan.
(4) penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.Tahap berikutnya adalah
penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak
55
Menurut Undang-Undang ini, rencana pembangunan jangka panjang
Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Undang-Undang/Peraturan Daerah, rencana
pembangunan jangka menengah Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan
Presiden/Kepala Daerah, dan rencana pembangunan tahunan Nasional/Daerah
ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah. Pengendalian pelaksanaan
rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan
sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan
koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Selanjutnya, Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil
pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan
kewenangannya.Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan
perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan
menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan
kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasa