PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP MOTIVASI DAN PENGUASAAN KONSEP BELAJAR SISWA
MELALUIMODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Oleh
Made Topan Ari P
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam FakultasKeguruan dan IlmuPendidikanUniversitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP MOTIVASI DAN PENGUASAN KONSEP BELAJAR SISWA
MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Oleh
MADE TOPAN ARI P
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA
Fisika di SMP N I Way Jepara, diketahui bahwa pembelajaran yang dilakukan
oleh guru terbatas pada menjelaskan materi, memberi contoh soal, dan latihan.
Sehingga proses pembelajaran berjalan kurang maksimal. Guru kurang
membiasakan siswanya untuk mendiskusikan berbagai fenomena dalam
keseharian yang berkaitan dengan materi pelajaran. Adapun solusi yang dapat
dilaksanakan untuk menyikapi permasalahan yang berhubungan dengan pengaruh
keterampilan metakognisi terhadap motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa
yaitu dengan menerapkan model PBL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
(1) Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa melalui
model PBL; (2) Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep
belajar siswa melalui model PBL. Penelitian ini dilakukan di SMP N1 Way
Jepara, menggunakan satu kelas yaitu kelasVIIIB dengan jumlah sampel 32 siswa
dan menggunakan desain one-shot case study. Pada penelitian ini diperoleh data
keterampilan metakognisi, data motivasi belajar dan penguasaan konsep belajar
Made Topan Ari P korelasi, dan regresi linear sederhana antara data keterampilan metakognisi,
motivasi, dan penguasaan konsep. Hasil analisis data dalam bentuk persamaan
regresinya: (1) pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar Y =
43,18 + 0,48X; (2) pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan
konsep belajar Y = 43,90+ 0,43X. Sehingga diperoleh kesimpulan: (1) terdapat
pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa menggunakan
model PBL sebesar 41%; (2) terdapat pengaruh keterampilan metakognisi
terhadap penguasaan konsep belajar siswa menggunakan model PBLsebesar 19%.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka ... 6
1. Model Problem Based Learning (PBL) ... 6
2. Keterampilan Metakognisi ... 10
3. Motivasi Belajar ... 12
4. Penguasaan Konsep ... 14
B. Kerangka Berpikir ... 16
C. Hipotesis ... 18
III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 19
B. Sampel Penelitian ... 19
C. Variabel Penelitian ... 19
E. Instrumen Penelitian ... 20
F. Analisis Instrumen ... 21
1. Uji Validitas... 21
2. Uji Reliabilitas ... 22
G. Teknik Pengumpulan Data ... 24
1. Teknik Tes ... 24
2. Soal Metakognisi ... 24
3. Angket ... 24
H. Teknis Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 25
1. Uji Normalitas ... 25
2. Uji Linieritas ... 25
3. Uji Korelasi... 25
4.Uji Regresi Linier Sederhana ... 26
5. Analisis Data Angket ... 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28
1. Uji Instrumen Penelitian ... 28
a. Uji Validitas ... 28
b. Uji Reliabilitas ... 30
2. Tahap Pelaksanaan ... 31
3. Data Hasil Penelitian ... 32
a. Data Kuantitatif Keterampilan Metakognisi Siswa ... 32
b. Data Kuantitatif Motivasi Belajar Siswa ... 33
c. Data Kuantitatif Penguasaan Konsep Siswa ... 34
4. Hasil Uji Analisis Data ... 35
a. Hasil Uji Normalitas Data Keterampilan Metakognisi, Motivasi Belajar, Dan Penguasaan Konsep Belajar Siswa ... 36
b. Hasil Uji Linieritas Data Keterampilan Metakognisi, Motivasi Belajar, Dan Penguasaan Konsep Belajar Siswa ... 36
c. Hasil Uji Korelasi Data Keterampilan Metakognisi, Motivasi belajar, Dan Penguasaan Konsep Belajar Siswa ... 37
Metakognisi, Motivasi, dan Penguasaan Konsep belajar siswa ... 38
5. Keputusan Hipotesis ... 40
B. Pembahasan ... 41
1. Pengaruh Keterampilan Metakognisi Terhadap Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning(PBL) ... 41
2. Pengaruh Keterampilan Metakognisi Terhadap Penguasaan Konsep Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) ... 47
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan SK dan KD ... 56
2. Silabus ... 58
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 63
4. Lembar Kerja Kelompok Getaran ... 74
5. Lembar Kerja Kelompok Gelombang ... 78
6. Soal Keterampilan Metakognisi ... 82
7. Rubrik Penilaian Soal Keterampilan Metakognisi ... 89
8. Soal Posttest ... 90
9. Rubrik Posttest ... 97
10.Kisi – Kisi Posttest ... 98
11.Angket Motivasi ... 106
12.Kunci Angket Motivasi ... 109
13.Uji Instrumen Soal Keterampilan Metakognisi ... 110
14.Uji Instrumen Soal Penguasaan Konsep ... 111
15.Uji Validitas Dan Reliabilitas Keterampilan Metakognisi ... 112
16.Uji Validitas Dan Reliabilitas Penguasaan Konsep ... 115
17.Uji Soal Keterampilan Metakognisi ... 118
19.Uji Soal Penguasaan Konsep ... 121
20.Uji Normalitas ... 122
21.Uji Linearitas ... 123
22.Uji Korelasi ... 124
23.Uji Regresi Linear Sederhana ... 125
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembelajaran IPA Fisika, untuk tercapainya suatu tujuan pembelajaran guru
memegang peranan penting. Seorang guru IPA Fisika selain menjelaskan konsep
dan teori juga harus menumbuhkan keterampilan metakognisi dalam kondisi yang
baik agar keterampilan metakognisi tersebut dapat berkembang.
Keterampilan metakognisi pada dasarnya sudah dimiliki pada diri manusia itu
sendiri, manusia mempunyai alat dalam merefleksikan watak dan kemampuannya,
manusia juga dengan aktif dan sadar mampu memutuskan suatu perilaku untuk
mengoptimalkan kemampuannya dan memiliki kesadaran untuk belajar dari
kesalahan yang telah dilakukannya. Sehingga yang dimaksud metakognisi adalah
kemampuan seseorang dalam belajar, yang mencakup bagaimana sebaiknya belajar
dilakukan, apa yang sudah dan belum diketahui, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu
perencaan mengenai apa yang harus dipelajari, pemantauan terhadap proses belajar
yang sedang dilakukan, serta evaluasi terhadap apa yang telah direncanakan,
dilakukan, serta hasil dari proses tersebut.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA Fisika
di SMP N I Way Jepara khususnya kelas VIIIB, diketahui bahwa pembelajaran
yang dilakukan oleh guru terbatas pada menjelaskan materi, memberi contoh soal,
dan latihan. Sehingga proses pembelajaran berjalan kurang maksimal. Guru kurang
2
yang berkaitan dengan materi pelajaran. Adapun solusi yang dapat dilaksanakan
untuk menyikapi permasalahan yang berhubungan dengan pengaruh keterampilan
metakognisi terhadap motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa yaitu dengan
menerapkan model PBL, yang mencirikan model pembelajaran ini adalah tujuan
pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan melibatkan siswa dalam pola
pemecahan masalah. Sehingga siswa diharapkan mampu mengembangkan keahlian
belajar dalam bidangnya secara langsung dalam mengidentifikasi masalah dan
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar sangat penting dalam proses belajar siswa karena motivasi belajar
siswa merupakan sesuatu yang dapat menggiatkan dan memberikan arah kepada
siswa dalam proses belajar, sehingga tujuan belajar yang diinginkan dapat tercapai,
yakni prestasi akademik yang tinggi.
Salah satu hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh siswa dalam
pembelajaran IPA Fisika adalah keterampilan metakognisi. Siswa yang memiliki
keterampilan metakognisi, diduga siswa akan mudah dalam mempelajari dan
mendalami materi pembelajaran, sehingga dapat menambah motivasi siswa dalam
pembelajaran dan meningkatkan penguasaaan konsep belajar siswa. Hal ini
mengindikasikan bahwa keterampilan metakognisi yang masih rendah terhadap
pembelajaran maka akan berdampak negatif pada motivasi dan penguasaan konsep
belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi
persoalan tersebut adalah model PBL.
Oleh karena itu telah dilakukan penelitian “Pengaruh Keterampilan Metakognisi
Terhadap Motivasi dan Penguasaan Konsep Belajar Siswa Melalui Model Problem
3
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apakah terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar
siswa melalui model PBL?
2. Apakah terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan
konsep belajar siswa melalui model PBL?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1. Mengetahui pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar
siswa melalui model PBL.
2. Mengetahui pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep
belajar siswa melalui model PBL.
D. Manfaat Penelitian
Manfaaat penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
Dapat meningkatkan motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa melalui
upaya memecahkan permasalahan serta dapat membuat produk sederhana,
sehingga siswa dapat memantapkan konsep pengetahuan yang diperolehnya.
2. Bagi guru
Guru di SMP memperoleh tambahan pengetahuan tentang teknik merancang
4
3. Bagi peneliti
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman mengajar sebagai bekal
di masa mendatang.
E. Ruang LingkupPenelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Model PBL merupakan model yang fokus pembelajaran ada pada masalah
sehingga pembelajaran tidak hanya mempelajari9 konsep-konsep yang
berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk pemecahan
masalah. Dalam penelitian ini model PBL memiliki sintak yaitu: Orientasi
siswa kepada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan
hasil karya serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2. Keterampilan metakognisi merupakan keterampilan tentang strategi-strategi
kognitif. Indikator pada keterampilan metakognisi, yaitu mengidentifikasi tugas
yang sedang dikerjakan, mengawasi kemajuan pekerjaan, mengevaluasi
kemajuan pekerjaan, dan memprediksi hasil yang akan diperoleh.
3. Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya
proses belajar. Motivasi yang diamati pada penelitian ini meliputi dua aspek
yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
4. Penguasaan konsep, yaitu kesanggupan atau kecakapan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal tes yang memuat indikator penguasaan konsep dengan
soal tes dalam bentuk pilihan jamak beralasan.
5. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Way Jepara
5
6. Materi yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok getaran dan
II. KERANGKA TEORITIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Model Problem Based Learning (PBL)
Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang
kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu
dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses.
Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar
tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia dan bahan yang
telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi guru, proses belajar tersebut
tampak sebagai perilaku tentang suatu hal (Dimyati dan Mudjiono; 2006)
Seperti dijelaskan oleh Stepien (1997) dikutip oleh Suchaini (2008) bahwa
PBL juga dapat mengubah pola proses belajar-mengajar tradisional di mana sebuah proses yang memberikan topik demi topik kepada siswa sehingga mereka terjadi proses asimilasi dan akomodasi bagian demi bagian pengetahuan untuk membantu siswa sampai ia menjadi profesional dalam bidang tertentu.
Selain itu menurut Nurhadi (2003: 56) pembelajaran PBL adalah:
Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Model pembelajaran PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih
7
dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut.
Oleh sebab itu, pembelajaran tidak saja harus memahami konsep yang relevan
dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman
belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam
pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.
Ismail (2000) mengungkapkan ciri utama PBL meliputi pengajuan pertanyaan atau
masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin,penyelidikan autentik,
kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peragaan.
Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan
informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah
antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan
berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.
Dikutip dari Sulatra (2005), Ibrahim mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran yang
berbasis masalah, yaitu:
(1). Mengorientasikan siswa pada masalah-masalah autentik. (2).Suatu pemusatan antar disiplin pengetahuan.(3). Penyelidikan autentik. (4). Kerja sama.(5). Menghasilkan karya (publikasi hasil).
Ada beberapa cara menerapkan PBLdalam pembelajaran. Secara umum
penerapannya dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan oleh siswa.
Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau pendidik. Siswa akan memusatkan
pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, siswa belajar teori dan
metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya.
8
ilmiah. Dengan demikian siswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan
terencana.
David Johnson and Johnson dalam edukasiana (2010) mengemukakan 5 langkah
strategi PBL melalui kegiatan kelompok:
(1) Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan. (2) Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga akhirnya peserta didik dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan. (3) Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dilakukan. (4) Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan. (5) Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh proses pelaksanaan kegiatan, evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.
Ibrahim dalam Sulatra (2005) menyusun langkah-langkah (sintaks) pembelajaran
berdasarkan masalah, yaitu:
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Ibrahim
TAHAP TINGKAH LAKU GURU
Tahap 1. Orientasi siswa terhadap masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena atau demostrasi (cerita) untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah
Tahap 2.
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mengidentifikasikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
9
Lanjutan Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Ibrahim
TAHAP TINGKAH LAKU GURU
Tahap 3. Membimbing penyelidikan individual lmaupun kelompok.
Guru memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi yng sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
Tahap 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Menurut Dewey dalam edukasiana (2010), penyelesaian masalah dilakukan melalui
6 tahap yaitu:
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Dewey
Tahap-Tahap Kemampuan yang diperlukan
Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas
Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk memperinci,
menganalisis masalah dari beberapa sudut
Merumuskan hipotesis Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab
akibat, dan alternative penyelesaian Mengumpulkan dan
mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Kecakapan mencari dan menyusun data, menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar dan tabel.
Pembuktian hipotesi Kecakapan menelaah dan membahas data. Kecakapan
menghubung-hubungkan dan menghitung,
ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan. Menentukan pilihan
penyelesaian
Kecakapan membuat alternative penyelesaian.
Kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.
Berdasarkan pendapat ahli, bahwa sintaks model pembelajaran PBL terdiri dari
memberikan orientasi permasalahan kepada siswa, mendiagnosis masalah, pendidik
10
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi
proses dan hasil.
2. Keterampilan Metakognisi
Metakognisi merupakan istilah yang dikenalkan oleh flavell pada tahun 1976 yang
menimbulkan banyak perdebatan dalam mendifinisikannya. Namun demikian,
pengertian metakognisi yang di kemukakan oleh peneliti bidang psikologi, pada
umumnya memberikan penekanan pada kesadaran berpikir seseorang tentang
proses berpikirnya sendiri.
Menurut pendapat Mulbar (2008) menyatakan bahwa metakognisi adalah
pengetahuan (knowledge) dan regulasi (regulation) pada suatu aktivitas kognitif
seseorang dalam proses belajarnya. Pengetahuan kognisi merupakan kesadaran
seseorang tentang apa yang sesungguhnya diketahui dan apa yang tidak
diketahuinya. Sedangkan regulasi kognitif berkaitan dengan bagaimana seeorang
mengatur aktivitas kognitifnya secara efektif.
Pengetahuan metakognisi melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran
seseorang pada saat sekarang. Menurut Tamalene (2010: 32) mengemukakan
bahwa :
Aktivitas metakognisi terjadi saat siswa secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan sesuatu tujuan.
Sehingga metakognisi bisa diterjemahkan secara bebas sebagai kesadaran berpikir,
berpikir tentang apa yang dipikirkan dan bagaimana proses berpikirnya, yaitu
aktivitas individu untuk memikirkan kembali apa yang telah terpikir serta berpikir
11
Berdasarkan pendapat Muin (2005: 17) kegiatan metakognisi dibagi dalam tiga
aktivitas, yaitu :
(1) Kesadaran (mengenal salah satu informasi baik implisit maupun eksplisit); (2) Monitoring/ pengamatan (mempertanyakan diri sendiri dan menguraikan dengan kata-kata sendiri untuk menstimulasi pemahaman); (3) Regulasi/ pengaturan (membandingkan dan membedakan solusi yang lebih memungkinkan untuk memecahkan masalah).
Berdasarkan pendapat ahli, maka keterampilan metakognisi siswa adalah suatu
bentuk kemampuan siswa untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang
dilakukan oleh seseorang dapat terkontrol sehingga siswa diharapkan dapat
memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan keterampilannya.
Pendekatan keterampilan metakognisi menurut Suzana (2003: 29) yaitu :
Pendekatan keterampilan metakognisi sebagai pembelajaran yang menanamkan kesadaran bagaimana merancang, memonitor, serta
mengontrol tentang apa yang mereka ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana melakukannya. Pembelajaran dengan pendekatan metakognisi menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa; membantu dan membimbing siswa jika ada kesulitan; serta membantu siswa untuk mengembangkan konsep diri apa yang dilakukan saat belajar.
Sedangkan pendekatan keterampilan metakognisi menurut Wahyuni (2008: 14)
adalah sebagai berikut :
(1) Pertanyaan pemahaman yaitu pertanyaan yang didesain untuk
mendorong siswa menterjemahkan konsep dengan kata-kata sendiri setelah membaca soal dan memahami; (2) pertanyaan strategi yaitu pertanyaan yang didesain untuk mendorong siswa mempertimbangkan strategi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah besserta alasannya; (3) pertanyaan refleksi yaitu pertanyaan yang didesain untuk mendorong siswa melakukan evaluasi mengenai hasil pekerjaan.
Oleh karena itu, ternyata metakognisi memainkan peran yang sangat penting dalam
kesuksesan belajar siswa. Mengembangkan pengetahuan metakognisi penting
12
bagaimana mereka dapat belajar lebih baik dalam memanfaatkan sumber daya
kognitif mereka yaitu dengan cara meningkatkan keterampilan metakognisinya.
3. Motivasi belajar
Motivasi belajar dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu
untuk dapat mencapai apa yang menjadi keinginan atau tujuanya.
Menurut Suryabrata (1990: 70) menyatakan bahwa motif adalah keadaan dalam
pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu guna mencapai sesuatu tujuan.
Selanjutnya menurut Winkel (1983: 27):
Motif adalah daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif merupakan suatu kindisi intern/disposisi (kesiap siagaan). Motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/dihayati.
Menurut Mc.Donald yang dikutip oleh Soemanto (1990: 191)
Motivasi adalah sebagai suatu perubahan tenaga didalam diri/pribadi
seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut bahwa motif adalah sesuatu yang
menimbulkan motivasi.
Sedangkan menurut Sardiman (2004: 39) bahwa motivasi belajar merupakan
keinginan atau dorongan untuk belajar. Motivasi yang ada pada setiap orang
13
(1). Tekun menghadapi tugas. (2). Ulet menghadapi kesulitan.
(3).Menunjukkan minat terhadap berbagai masalah. (4). Lebih senang bekerja mandiri.(5). Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.(6).Memiliki frekuensi belajar yang tetap.(7). Dapat mempertahankan pendapatnya.(8). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.(9). Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Sardiman (2004: 39) menambahkan apabila seseorang memiliki ciri-ciri tersebut,
berarti seseorang itu telah memiliki motivasi yang cukup kuat. Adapun fungsi dari
motivasi itu sendiri adalah:
(1). Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor dari suatu kegiatan.(2). Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.(3). Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan, dan menyisihkan.
Dari pendapat tersebut, bahwa motivasi adalah suatu kekuatan/keadaan dalam diri
individu yang mendorong seseorang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan/diinginkan. Dengan demikian motivasi belajar merupakan
sesuatu yang dapat mendorong dan menggiatkan siswa dalam belajar untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Motivasi menurut Davies (1991: 214) adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang
khas. Kadang kekuatan itu berpangkal pada naluri, kadang pula pada suatu
keputusan rasional, tetapi lebih sering lagi hal itu merupakan perpaduan dari kedua
14
Motivasi terbagi menjadi dua, menurut pandapat Sardiman (2004: 88) yaitu:
(1).Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif/berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dorongan di dalam diri individu yang sudah ada.(2). Motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif /berfungsinya karena ada perangsang dari luar.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa motivasi seorang siswa
untuk belajar akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapainya. Dengan
adanya motivasi belajar, seorang siswa akan bersemangat dalam belajarnya,
sehingga hasil belajar yang diperolehnya juga akan lebih baik.
4. Penguasaan Konsep
Konsep merupakan prinsip dasar yang sangat penting dalam proses belajar. Konsep
menunjukan pemahaman dasar yang mapu mengklasifikasikan kelompok benda
tertentu.
Menurut abdurahman (2003: 254):
konsep menunjukan pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengklompokan benda-benda atau ketika mereka ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu.
Konsep merupakan pemahaman dasar dari sebuah materi, dengan konsep yang
dimiliki siswa mampu menyelesaikan persoalan-persoalan fisika.Konsep
merupakan pemikiran dasar yang diperoleh dari fakta peristiwa, pengalaman
melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Jika seorang siswa telah memahami
15
Dalam proses pembelajaran, konsep juga memiliki kegunaan-kegunaan. Hamalik
(2002: 164) menyatakan bahwa ada beberapa kegunaan konsep dalam suatu
pembelajaran yaitu sebagai berikut:
(1) Konsep menbantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada disekitar mereka, (2) konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju, siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapidapat menggunakan konsep-konsep yang telah
dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru, (3) konsep
mengarahkan kegiatan yang instrumental, (4) konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran.
IPA Fisika merupakan mata pelajaran yang tergolong sulit, sehingga diperlukan
penguasaan konsep agar lebih mudah untuk mempelajari konsep-konsep
berikutnya.Dalam belajar menguasai konsep mempermudah kita memahami bentuk
soal-soal IPAFisika, karena antara konsep yang satu dengan yang lainnya
berkaitan.
Seseorang belajar konsep jika belajar mengenal dan membedakan sifat-sifat dari
objek kemudian membuat pengelompokan terhadap objek tersebut. Ada beberapa
pengertian lainnya tentang konsep menurut para ahli diantaranya, Hudoyo (1979:
110) mendifinisikan pengertian konsep dalam matematika sebagai ide abstrak yang
akan memungkinkan kita mengelompokan objek-objek ke dalam contoh dan bukan
contoh. Sementara itu Hudoyo (1979) menyatakan bahwa konsep sebagai suatu
idea tau gagasan yang dibentuk dengan memandang sifat yang sama dari
sekumpulan eksemplar yang cocok.
Siswa dituntut untuk menguasai konsep atau pemahaman dasar dalam
pembelajaran, karena dengan menguasai konsep tersebut siswa mampu menguasai
16
tersebut dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam berbagai pembelajaran
IPA Fisika. Seperti dikemukakan oleh Slameto dalam Yusuf (2010: 16):
Jika sebuah konsep telah dikuasai siswa, maka ada dua kemungkinan untuk menggunakannya, yaitu (1) siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah (2) penguasaan konsep memudahkan siswa untuk mempelajari konsep – konsep lain.
Untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa, digunakan pedoman menurut
arikunto (2008: 245).
Bila nilai siswa ≥ 66, maka dikategorikan baik.
Bila 55 ≤ nilai siswa ≥ 66, maka dikategorikan cukup baik.
Bila nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.
Berdasarkan uraian tersebut, konsep digunakan untuk memecahkan masalah dalam
pembelajaran IPA Fisika dan memudahkan siswa untuk mempelajari konsep –
konsep lain. Kategori yang digunakan untuk mengetahui siswa yang memiliki
penguasaan konsep baik, cukup baik, dan kurang baik. Apabila nilai siswa ≥ 66,
maka dikategorikan baik, jika 55 ≤ nilai siswa ≥ 66, maka dikategorikan cukup
baik, dan nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.
B.Kerangka Berpikir
Untuk dapat berargumen, siswa harus mampu memberikan penjelasan kritis dan
perlu berpikir kreatif. Hal tersebut didapatkan dengan melakukan pengamatan,
bereksperimen, dan mengevaluasi bukti. Namun, perlu diingat bahwa siswa tak
akan mampu merancang proses belajarnya sendiri. Guru harus membimbing dan
mendampingi siswa dalam setiap aktivitas belajarnya untuk dapat membantu siswa
17
Oleh karena itu, model PBL dapat digunakan guru dalam membimbing aktivitas
belajar siswa untuk mengamati, bereksperimen, dan mengevaluasi bukti yang
didapatnya. Dalam pembelajaran sains, siswa harus mulai dibiasakan untuk
membangun konsepnya sendiri tentunya dengan bimbingan guru. Dengan model
pembelajaran ini, akan dirancang sebuah pembelajaran yang mengharuskan siswa
untuk memberikan pemecahan masalah terhadap permasalahan yang dimunculkan
saat proses belajar berlangsung. Berangkat dari sebuah permasalahan, menganalisis
permasalahan, dan mengungkapkan pemecahan masalahnya tentang masalah
tersebut dengan baik. Pembelajaran seperti ini diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan metakognisiterhadap motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu kelas.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh keterampilan
metakognisi terhadap motivasi dan penguasaan konsepbelajarsiswa. Pada
penelitian terdapat tiga bentuk variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan
variabel moderator.keterampilan metakognisi (X) sebagai variabel bebas, motivasi
belajar (�1) dan penguasaan konsep belajar (�2) sebagai variabel terikat, dan model
PBL sebagai variabel moderator. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang
pengaruh variabel-variabel tersebut, maka dapat dijelaskan dengan kerangka
berpikir seperti berikut.
Gambar 2.1 kerangka berpikir
R1
X
�1
�2
18
Keterangan :
X : Keterampilan metakognisi
�1 : Motivasi belajar siswa
�2 : Penguasaan konsep belajar siswa
�1 : Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa
�2 : Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep belajar siswa
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa
melalui model PBL pada kelas VIIIB SMP Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran 2012/2013.
2. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep
belajar siswa melalui model PBL pada kelas VIIIB SMP Negeri 1 Way Jepara
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Way
Jepara Lampung Timur pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang
terdiri dari delapan kelas yaitu VIIIA sampai VIIIH.
B. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik Purposive
Sampling, yaitu penentuan sampel dari anggota populasi dengan pertimbangan
tertentu yang dilakukan dalam memilih satu kelas sebagai sampel adalah dengan
melihat prestasi belajaranIPA Fisika siswa semester ganjil tahun pelajaran
2012/2013. Berdasarkan rata-rata prestasi siswa, siswa kelas VIIIB memiliki prestasi yang lebih baik sehingga kelas VIIIB ditetapkan sebagai sampel.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas (X) yaitu keterampilan
metakognisi yang diukur dengan menggunakan soal metakognisi. Dua variabel
20
Keterangan:
O : Penguasaan konsep belajar siswa
X : Penerapan keterampilan metakognisi menggunakan model PBL
variabel bebas terhadap variabel terikat yang didukung dengan variabel moderator
yaitu model PBL.
D. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah studi eksperimen dengan menggunakan sebuah kelas yang
menjadi sampel dalam penelitian yaitu kelas VIIIB. Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan dua variabel terikat serta satu variabel moderator. Variabel
bebas adalah keterampilan metakognisi, sedangkan variabel terikatnya adalah
motivasi belajar siswa dan penguasaan konsep belajar siswa, dan variabel
moderatornya adalah model PBL. Desain penelitian yang digunakan adalah one
shot case stady yaitu desain yang digunakan untuk meneliti pada satu kelompok
dengan diberi satu kali perlakuan dan pengukurannya di lakukan satu kali.
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Shot-Case-Study Design
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Ketererampilan metakognisi menggunakan instrumen observasi berbentuk soal
metakognisi. Digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
21
2. Motivasi belajar siswa menggunakan instrument berbentuk angket. Digunakan
pada saat akhir pembelajaran.
3. Penguasaan konsep belajar siswa menggunakan instrumen berbentuk soal
pilihan jamak beralasan yang digunakan pada saat akhir pembelajaran.
F. Analisis Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti
dalammengumpulkan data penelitian. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu
instrument penelitian minimal ada dua macam yaitu validitas dan realibilitas.
1. Uji Validitas
Validitas tes instrument menunjukan bahwa hasil dari suatu pengukuran
menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Sebuah tes dikatakan valid jika tes
tersebut mengukur apa yang hendak di ukur. Untuk mengetahui validitas dari suatu
tes dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
= �Ʃ − Ʃ (Ʃ )
�Ʃ 2 − Ʃ 2 {�Ʃ 2 − Ʃ 2}
keterangan:
r = Koefisien korelasi yang menyatakan validitas X = Skor butir soal
Y = Skor total
22
Dengan klasifikasi validitas sebagai berikut:
Tabel 3.1 Klasifikasi validitas butir soal Koefisien validitas Interpretasi
0,00-,019 Sangat rendah
0,20-0,39 Rendah
0,40-0,59 Sedang
0,60-0,79 Tinggi
0,80-1,00 Sangat tinggi
2. Uji Reliabilitas
Langkah selanjutnya adalah mencari harga reliabilitas instrument. Perhitungan
reliabilitas ini dinyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan
rumus alpha, yaitu:
σi2 = jumlah varians skor tiap-tiap soal
23
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukurannya dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Instrumen dikatakan
reliabel jika digunakan beberapa kali dalam waktu yang berbeda untuk mengukur
obyek yang sama akan menghasilkan data yang relatif sama.
Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan
pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan program SPSS 17.0. Pada program ini digunakan metode Alpha
Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach’s 0 sampai 1.
Lembar observasi dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha yang
lebih besar dari 0,6. Untuk menentukan besarnya koefisien alpha, maka digunakan
ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Klasifikasi validitas butir soal Koefisien validitas Interpretasi
0,00-,020 Kurang reliable
0,21-0,40 Agak reliable
0,41-0,60 Cukup reliable
0,61-0,80 Reliable
0,81-1,00 Sangat reliable
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang
sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan bobot nilai
24
G. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik tes
Tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok
murid. Tes tertulis yang digunakan dalam bentuk soal
pilihanjamakberalasanuntukmengetahuipenguasaankonsepbelajarsiswa yang
dilakukan satu kali test yaitu diakhir pertemuan.
2. Soal metakognisi
Soal metakognisi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara
langsung keterampilan metakognisi siswa selama proses pembelajaran.
3. Angket
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur atau biasa disebut responden. Pada penelitian ini teknik pengambilan
data yang digunakan untuk mendapatkan data motivasi yaitu berupa angket
motivasi. Indikator skala motivasi belajar terhadap pelajaran IPA Fisika
disusun berupa angket skala likert yang terdiri dari beberapa uraian dan pilihan
jawaban berupa (STS TS RR S SS) yang mempunyai bobot angka (5, 4, 3,
2, dan, 1). Jumlah pertanyaan disesuaikan dengan aspek yang diukur.
Aspek-aspek yang diukurpada angket motivasi meliputi : motivasi intrinsik (dorongan
untuk belajar, waktu belajar, mengerjakan pekerjaan rumah dan latihan soal,
keaktifan di kelas dan di luar kelas, pemahaman materi), dan motivasi
25
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas
Dasar pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program
SPSS 17.0 dengan metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran
probabilitas atau nilai �. �� 2− � , nilai � yang digunakan adalah 0,05
dengan demikian kriteria uji sebagai berikut: (1) jika nilai sig atau signifikan atau
probabilitas < 0,05 maka Ho diterima dengan arti bahwa data tidak terdistribusi
normal. (2) jika nilai sig atau signifikan atau probabilitas> 0,05 maka H1 diterima
dengan arti bahwa data terdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi
linear yang bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan
yang linear atau tidak secara signifikan.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode Test
for Linearity pada taraf signifikan 0,05.
Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi
(Linearity) kurang dari 0,05.
3. Uji korelasi
Jika data terdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis dapat digunakan uji
korelassi Product-Moment, dengan menggunakan persamaan berikut ini
= Ʃ � � − Ʃ � Ʃ �
{ Ʃ �2− Ʃ
26
Ketentuan bila rhitung lebih kecil dari rtabel, maka hipotesis diterima. Tetapi sebaliknya bila rhitung lebih besar dari rtabel (rh> rt) maka hipotesis ditolak.
Pada penelitian ini untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Korelasi Bivariate
jika data terdistribusi normal. Namun jika tidak terdistribusi normal, dapat
menggunakan Korelaso Rho Spearman.
Agar dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat
digunakan pedoman seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00
Sangat Rendah Rendah
Sedang Kuat
Sangat Kuat
korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefesien determinasi, dengan cara
mengkuadratkan koefesien yang ditemukan untu melihat pengaruh dalam bentuk
persentase.
4. Uji Regresi Linier Sederhana
Uji regresi linier sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan regresinya.
Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat diprediksi seberapa tinggi
nilai variabel terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah serta untuk mengetahui
arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau
27
′ = +
Dengan: = Ʃ Ʃ 2 − Ʃ Ʃ
Ʃ 2 − Ʃ 2
= Ʃ − Ʃ Ʃ
Ʃ 2 − Ʃ 2
(Priyatno, 2010:55)
Agar memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan
menggunakan program SPSS.17 dengan uji Regression Linear.
Pedoman pengambilan keputusan:
1. Nilai Sig. atau signifikasi < 0,05 maka model regresi adalah linier..
2. Nilai Sig. atau signifikasi > 0,05 maka model regresi adalah tidak linier.
5. Analisis data angket
Pernyataan angket dibagi menjadi dua yaitu pernyataan positif dan pernyataan
negative. Pernyataan tersebut dibuat berdasarkan aspek-aspek yang diteliti. Tujuan
pembuatan angket adalah untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap model
pembelajaran PBL. Skor angket di interprestasikan sebagai berikut:
Table 3.4 Skor alternative jawaban angket motivasi
Alternative jawaban Skor pernyataan
Positif Negatif
Sangat setuju 5 1
Setuju Ragu-ragu
4 3
2 3
Tidak setuju 2 4
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar IPA
Fisika siswa menggunakan model PBLsebesar 41%.
2. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep
belajar IPA Fisika siswa menggunakan model PBLsebesar 19%.
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga
analisis terhadap hasil belajar siswa, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Pembelajaran menggunakan keterampilan metakognisi dengan model PBL
dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru di sekolah sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa
sehingga siswa dapat benar-benar aktif dan termotivasi dalam proses
pembelajaran.
2. Agar pembelajaran menggunakan keterampilan metakognisi dengan model
PBL dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan
perlengkapan secara matang. Dari mulai mempersiapkan perangkat
51
pengetahuan, alokasi waktu yang sesuai, serta siswa yang harus berada dalam
kondisi yang kondusif, sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Rineka Cipta: Jakarta
Arikunto, Suharsini. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).Bumi Aksara: Jakarta
Darmiyanti, Vera. 2013. Pengaruh Keterampilan Metakognisi Terhadap Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Melalui TPS.[Online].Diakses 7 mei 2013
darihttp://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPF/article/view/696
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajardan Pembelajaran. RinekaCipta: Jakarta
Edukasiana. 2010. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah. Artikel Pendidikan. Edukasiana.Diakses 6 November 2012 dari
http://edukasiana.com.GrafindoPersada
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Fisika Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Bumi Aksara: Jakarta
Ibrahim,MdanNur, M. 2003. Pengajaran Berdasarkan Masalah. University Press: Surabaya
Ismail. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction).
Makalah. Depdiknas: Jakarta
Kuntjojo. 2009. Metodologi Penelitian. Diunduh 06 November 2012
darihttp://ebekunt.files.wordpress.com/2009/04/metodologi-penelitian.pdf
Limarta, Lucky. 2012.Pengaruh Strategi Pembelajaran Problem Based Learning Dipadu Dengan Jigsaw Terhadap Metakognitif Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X Sman 1 Pandaan Pokok Bahasan Kalor. [Online]. Diakses 7 mei 2013 darihttp://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/22870
Matulessy, Andik. 2012. Hubungan antara metakognisi dan motivasi berprestasi dengan kreativitas. [Online].Diakses 7 mei 2013 dari
Meltzer, D. 2002. The relationship between mathematics preparation andconteptual learning gains in physics : Advance Organizer possible “hidden Pembelajaran. Alfabet: Jakarta
Muin, A. 2005. Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan
Matematika Siswa SMA. Tesis. UPI Bandung : Bandung
Mulbar, A. 2008.Metakognisi dalam menyelesaikan masalah matematika. [online]. Diakses 4 November 2012 dari
http://usmanmulbar.files.wordpress.com/2008/04/makalah-seminar-nasional-di-bandung-usman-mulbar.doc
Nurhadi, Agus Gerrad 2003. Pembelajaran Konteksual dan penerapannya dalam
KBK. Universitas Negeri Malang: Malang
Prayitno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Dengan Data SPSS.Mediakom: Yogyakarta
Romli, Muhammad. 2010. Strategi Membangun Metakognisi Siswa SMA dalam Pemecahan Masalah Matematika.[Online].Diakses 7 mei 2013 dari http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id
Ruseffendi. 2011. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Depdikbud: Bandung
Sardiman, A.M. 2004. Interaksidan Motivasi Belajar Mengajar. Raja: Jakarta
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta
Suchaini. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah. Diakses 4 November 2012 darihttp://suchaini.wordpress.com
Suryabata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. CV Rajawali. Jakarta
Suzana, Y. 2003. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa Menengah Umum Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan
Metakognitif. Tesis. UPI Bandung : Bandung
Tamalene, H. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Model CORE
melaluiPendekatan Keterampilan Metakognitif untuk meningkatkan
Wahyuni, E. (2008). Pengaruh Pembelajaran Metakognitif terhadap
KemampuanKoneksi MatematikaSiswa SMA. Skripsi. UPI Bandung :
Bandung
Winkel, W.S. 1983. Beberapa Pendekatan Dalam Pengajaran. IKIP Bandung:
Bandung
Yusuf, Amiril. 2010. Peningkatan Minat, Aktivitas dan Penguasaan Konsep Fisika
Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team
55
56
PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Way Jepara
Mata Pelajaran : IPATerpadu Kelas/Semester : VIII/ Genap TahunPelajaran : 2012/2013
Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar
Tahap
Berpikir Indikator
Tahap konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya
C4 Produk:
Mengidentifikasi gejala
getaran dan gelombang melalui percobaan
Menyelidiki bahwa periode
tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada panjang tali.
Mendeskripsikan hubungan
antara periode, amplitude dan frekuensi getaran
Membedakan karakteristik
gelombang transversal dan longitudinal melalui percobaan
Menganalisis hubungan cepat
rambat, frekuensi dan panjang gelombang dalam kehidupan sehari-hari
Proses :
Melakukan percobaan sederhana tentang konsep getaran dan gelombang, meliputi:
C2
Getaran dan Gelombang
57
Melakukan percobaan konsep
getaran.
Melakukan percobaan konsep
gelombang.
Melakukan percobaan
menganalisis hubungan cepat rambat, frekuensi dan panjang gelombang.
Afektif:
1. Mengembangkan perilaku
berkarakter, meliputi :Jujur, Peduli, danTanggung jawab.
2. Mengembangkan keterampilan
sosial, meliputi :Bertanya dan berkomunikasi, menyumbang ide atau pendapat, dan menjadi pendengar yang baik.
C3
C3 C3
Berpikir kritis, teliti, dan kreatif
Peduli, bertanggung jawab dan jujur
Mengetahui, Bandarlampung, Februari 2013
Guru Mitra Peneliti
AsihSubekti, S.Pd. Made Topan Ari p
NIP 19750613 200604 2 017 NPM. 0913022097
Menyetujui;
KepalaSekolah SMP Negeri1 Way Jepara
58
SILABUS
Sekolah : SMP Negeri 1 Way Jepara
Kelas : VIII (delapan)
Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika)
Semester : II (Dua)
StandarKompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber
Belajar Karakter
Teknik Bentuk Contoh
Instrumen 6.1
Mendeskripsi kan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya
Getaran dan Gelombang
Menyelidiki benda melakukan satu getaran.
1. Kognitif
a. Produk
Mengidentifikasi gejala getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan
Tes tulis Pilihan
ganda beralasan
LP 1 (Lembar posttest) (1dan 2)
59
Membedakan
bahwa periode tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada frekuensi melalui
percobaan.
Menghitung
periode dan frekuensi getaran
Menyelidiki karakteristik gelombang transversal dan longitudinal melalui percobaaan.
Menyelidiki
bahwa periode tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada panjang tali
Mendeskripsikan
hubungan antara periode,
amplitudo dan frekuensi getaran
Menyelidiki
karakteristik gelombang transversal dan longitudinal posttest) (4)
LKK Getaran
LP 1 (Lembar posttest) (3)
LKK Getaran
LP 1 transversal dan longitudinal
Teliti
Membentuk kelompok kerja,aktif, dan kreatif.
Berpikir Kritis
Membentuk kelompok kerja,aktif, dan kreatif.
Berpikir Kritis
60
Menganalisis hubungan antara cepat rambat gelombang, frekuensi gelombang dan panjang
gelombang
Merencanakan
dan melakukan percobaan konsep getaran
Merencanakan
dan melakukan percobaan konsep gelombang
Merencanakan
dan melakukan percobaan menganalisis hubungancepat rambat, frekuensi dan panjang gelombang.
Menganalisis
hubungan antara cepat rambat gelombang, frekuensi gelombang dan panjang
gelombang.
b. Proses
Melakukan
percobaan konsep getaran.
Melakukan
percobaan konsep gelombang.
Melakukan
percobaan menganalisis hubungan cepat rambat, frekuensi dan panjang gelombang. posttest) (9 dan10)
LKK Gelombang transversal dan longitudinal dan kreatif.
Membentuk kelompok kerja,aktif, dan kreatif.
Membentuk kelompok kerja,aktif, dan kreatif.
61
Menganalisis data hasil percobaan
Mengkomunikasi
kan hasil percobaan melalui presentasi dan diskusi kelas
Melakukan
tanya jawab seputar
percobaan yang telah dilakukan untuk lebih memperdalam percobaan yang telah dilakukan
Mengkomunikasi
kan hasil
percobaan melalui presentasi dan diskusi
Tanggung jawab
b.Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi:
Bertanya dan
berkomunikasi
Menyumbang ide
dan berpendapat
Tes Unjuk
Teliti dan Kreatif
Telitidan Kreatif
Bertanggung Jawab, Peduli, dan Jujur
62
Menjadi
pendengar yang baik
Mengetahui, Bandarlampung, Februari 2013
Guru Mitra Peneliti
AsihSubekti, S.Pd. Made Topan Ari P
NIP. 19750613 200604 2 017 NPM. 0913022097
Menyetujui;
KepalaSekolah SMP Negeri1 Way Jepara
63
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Way Jepara
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Kelas/Semester : VIII/2
PokokBahasan : Getaran dan Gelombang
Sub PokokBahasan : Getaran dan Gelombang
Alokasi Waktu : 6 jam pelajaran
STANDAR KOMPETENSI
6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari
KOMPETENSI DASAR
6.1 Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya
A. Indikator Kognitif:
a. Produk
1) mengidentifikasi getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.
2) Menjelaskan bahwa periode suatu getaran tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada panjang tali.
3) Mendeskripsikan hubungan antara periode, amplitudo dan frekuensi getaran.
4) Menjelaskan perbedaan karakteristik gelombang longitudinal dan gelombang transversal.
5) Mendeskripsikan hubungan antara periode, frekuensi, cepa trambat gelombang, dan panjang gelombang.
b. Proses
Adapun proses yang dilakukan dalam pembelajaran getaran dan gelombang adalah:
a. merumuskan masalah,
b. menganalisis masalah,
c. melaksanakan eksperimen,
d. melakukan perhitungan,
e. melakukan analisis data,
f. merumuskan kesimpulan
Psikomotor:
Melakukan percobaan getaran dan gelombang.
64
Afektif
1. Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi:
a. jujur b. peduli
c. tanggung jawab
d. berpikirkritis
2. Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi:
a. bertanya,
b. menyumbang ide atau berpendapat,
c. menjadi pendengar yang baik,
d. berkomunikasi
B. Tujuan Pembelajaran Kognitif
1.Produk:
1) Dengan kalimat sendiri, siswa secara tepat dapat mengidentifikasikan getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari.
2) Berdasarkan percobaan yang dilakukan, siswa secara teliti dapat menjelaskan bahwa periode suatu getaran tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada panjang tali.
3) Berdasarkan data hasil percobaan, siswa dengan cermat dapat mendeskripsikan hubungan antara periode, amplitude dan frekuensi getaran.
4) Berdasarkan demonstrasi yang dilakukan, siswa secara teliti dapat membedakan karakteristik gelombang longitudinal dan gelombang transversal.
5) Berdasarkan demonstrasi yang dilakukan, siswa secara cermat dapat mendeskripsikan hubungan antara periode, frekuensi, cepat rambat gelombang, dan panjang gelombang.
2. Proses
Diberikan LKK, siswa dapat melakukan percobaan getaran dan gelombang untuk memecahkan berbagai masalah sesuai dengan rincian tugas kinerja yang ditentukan di LP2: proses, meliputi: merumusan masalah, menganalisis masalah, melaksanakan eksperimen, melakukan perhitungan, melakukan analisis data, dan merumuskan kesimpulan.
Psikomotor:
65
Afektif
a.Terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter berpikir
kreatif, kritis, dan logis; bekerja teliti, jujur, dan berperilaku santun sesuai
LP: pengamatan perilaku berkarakter.
b.Bekerjasama dalam kegiatan praktik dan aktif menyampaikan pendapat,
menjadi pendengar yang baik, dan menanggapi pendapat orang lain dalam
diskusi sesuai LP: Ketrampilan sosial.
C. Materi Pembelajaran Pengertian Getaran
Sebuah benda dikatakan bergetar apabila benda tersebut mengalami gerak bolak-balik secara berkala melalui titik keseimbangannya.
Getaran
Getaran didefinisikan sebagai gerak bolak-balik melalui titik kesetimbangan. Titik kesetimbangan adalah titik dimana saat benda diam. Contoh getaran adalah gerak bandul atau ayunan, gendang yang dipukul, dan lain-lain.
Yang sering membuat kita bingung adalah apakah gerak jarum jam dan gerak kipas angin termasuk getaran? Jawabnya tidak karena gerak jarum jam dan gerak kipas angin tidak mempunyai titik kesetimbangan atau dalam arti titik
kesetimbangannya dapat diletakkan dimana saja. Gerak jarum jam dan gerak kipas angin termasuk gerak melingkar.
Ada beberapa besaran yang perlu diperhatikan dalam mempelajari getaran yaitu: 1. Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi tiap satuan waktu, atau
didefinisikan sebagai banyaknya getaran yang terjadi setiap satu sekon. Frekuensi dilambangkan dengan f dan bersatuan Hz (dibaca Hertz)
2. Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali getaran. Periode dilambangkan dengan T dan bersatuan sekon.
3. Simpangan adalah jarak yang ditempuh benda bergetar dan dihitung dari titik kesetimbangan. Simpangan dilambangkan dengan y dan bersatuan meter.
4. Amplitudo adalah simpangan maksimum yang ditempuh benda bergetar. Amplitudo dilambangkan dengan A dan bersatuan meter.
Untuk getaran pada bandul massa bandul dan amplitudo tidak mempengaruhi besarnya frekuensi dan periode. Tetapi massa mempengaruhi besarnya frekuensi dan periode pada getaran pegas (getaran selaras).
66
f = n/t sedangkan T = t/n. Bila kedua persamaan ini digabungkan maka akan diperoleh persamaan baru yaitu f = 1/T atau T = 1/f.
Hubungan diatas mempunyai arti bahwa antara frekuensi dan periode hubungannya berbanding terbalik yaitu bila frekuensi besar maka periodenya akan kecil, begitu juga sebaliknya bila periodenya besar maka frekuensinya akan kecil.
Untuk melakukan sejumlah getaran. Sehingga periode dapat dihitung dengan membagi waktu getaran dengan jumlah getaran, dapat dirumuskan sebagai berikut: T = Nt dimanaT = Periode, t = lama benda bergetar, N = jumlah getaran
Waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu getaran penuh disebut periode getaran. Periode getaran dilambangkan dengan huruf T. Untuk menentukan periode getaran kita dapat mengukur langsung waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran penuh.
Namun, cara mengukur semacam ini seringkali menimbulkan kesalahan karena satu getaran biasanya berlangsung sangat singkat. Oleh karena itu, biasanya untuk mengukur waktu yang diperlukan bend auntuk melakukan sejumlah getaran. Periode getaran dapat dihitung dari waktu yang tercatat dibagi jumlah getaran.
Keterangan :
T :periode getaran (sekon) n :jumlah getaran
t :waktu yang diperlukan untuk n kali getaran (sekon)
67
Gelombang
Gelombang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari– hari. Cahaya matahari, bunyi, adalah termasuk gelombang. Permukaan air yang tampak beriak
merupakan suatu gejala gelombang. Apabila sebutir kerikil dilempat kepermukaan air kolam yang tenang, maka pada permukaan air kolam timbul getaran. Getaran ini berbentuk lingkaran yang bergerak merambat menjauhi pusat getaran (tempat jatuhnya batu). Getaran yang merambat inilah yang disebut dengan gelombang.
Gelombang berdasarkan mediumnya dibedakan menjadi 2 macam :
1. Gelombang elektromagnetik
Adalah gelombang yang dapat merambat dalam ruang hampa udara.
Contohnya : cahaya matahari, cahaya matahari dapat merambat di ruang hampa hingga sampai kepermukaan bumi secara radiasi.
2. Gelombang mekanik
Adalah gelombang yang memerlukan medium sebagai tempat perambatannya. Contohnya gelombang air, gelombang bunyi, dan gelombang pada slinki. Gelombang air merambat melalui medium, yaitu air. Gelombang bunyi merambat melalui medium, yaitu udara. Gelombang slinki merambat melalui medium, yaitu slinki
Gelombang berdasarkan arah rambatnya dibedakan menjadi 2 macam: Gelombang mekanik dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Pembagian ini didasarkan pada arah rambat
gelombang terhadap arah getaran.
1. Gelombang Transversal
Gelombang Transversal adalah gelombang yang arah rambatannya tegak lurus dengan arah getarannya. Contoh gelombang transversal adalah gelombang tali. Ketika kita menggerakan tali naik turun, tampak bahwa tali bergerak naik turun dalam arah tegak lurus dengan arah gerak gelombang.
Istilah- istilah yang berkaitan dengan gelombang transversal adalah
Simpangan adalah jarak suatu titik pada gelombang terhadap posisi setimbang
Gelombang adalah titik tertinggi pada gelombang
68
Bukit gelombang adalah lengkungan yang berada di atas posisi setimbang
Lembah gelombang adalah lengkungan yang berada di bawah posisi
setimbang
Amplitudo adalah jarak puncak gelombang atau dasar gelombang terhadap
posisi setimbang
Panjang gelombang ( ) adalah panjang satu gelombang yang terdiri dari
satu bukit dan satu lembah gelombang. 2. Gelombang longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarannya sejajar dengan arah rambatnya. Gelombang longitudinal berbentuk rapatan dan renggangan yang merambat sepanjang slinki.pada gelombang longitudinal tidak terdapat bukit dan lembah gelombang. Panjang satu gelombang untuk gelombang longitudinal terdiri dari satu rapatan dan satu renggangan.
D. Media Pembelajaran
Papan tulis, spidol
LKK
Alat-alat praktikum
E. SumberPembelajaran
Buku IPA Terpaduuntuk SMP kelas VIII
F. AlokasiWaktu : 6 x 40 menit G. Model dan Metode Pembelajara:
Model Pembelajaran : problem based learning (PBL)
Metode Pembelajaran : ceramah, percobaan, diskusi
H. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama
A. Pendahuluan
Kegiatan Model PBL Keterampilan
metakognisi
69
kognitif (produk, proses). 2. Motivasi:
Memotivasi siswa tentang pentingnya
mempelajari materi getaran dalam kehidupan sehari-hari.
3. Siswa dimintaoleh guru untuk menanggapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, apakah yang terjadi jika senar gitar dipetik?
siswa terhadap masalah
B. Inti
Kegiatan Model PBL Keterampilan
metakognisi 1. Difasilitasi oleh guru, siswa diminta untuk
berkelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa.
2. Guru memberikan suatu informasi mengenai
materi getaran, siswa dapat
mendemonstrasikan proses berpikir.
3. Siswa membuat catatan mengenai suatu
informasi yang telah siswa peroleh dari membaca materi getaran dan informasi yang diberikan oleh guru, dengan menggunakan bahasa sendiri.
4. Siswa diminta untuk mengidentifikasi gambar yang diberikan oleh guru.
5. Difasilitasi oleh guru, siswa diminta untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru secara berpasangan atau berkelmpok.
6. Setiap kelompok mengemukakan hasil
diskusi di depan kelas yang dimoderatori oleh guru, siswa lain dapat meregulasi diri selama proses diskusi.
7. Kelompok lain mengklasifikasi ide-ide yang terkait dengan permasalahan yang ada.
8. Guru memberi kesempatan siswa
menyelesaikan soal yang memiliki indikator metakognitif.
Tahap 2:
mengorganisasikan siswa untuk belajar
Tahap 3: membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Tahap 4:
mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Merencanakan (mengidentifik asi tugas yang sedang
dikerjakan)
Memprediksi hasil yang akan diperoleh
Memantau diri (mengawasi kemajuan pekerjaannya)
C. Penutup
Kegiatan Model PBL Keterampilan
metakognisi
70
menyimpulkan materi pelajaran yang baru saja disampaikan dan hasil yang mereka peroleh selama pembelajaran.
2. Guru memberikan waktu kepada siswa
untuk bertanya atau menyampaikan usulan agar pembelajaran berikutnya lebih baik 3. Guru memberikan posttest
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
diri
(mengevaluasi hasil kemajuan pekerjaannya)
Pertemuan kedua A. Pendahuluan
Kegiatan Model PBL Keterampilan
metakognisi
1. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran:
kognitif (produk, proses). 2. Motivasi:
Memotivasi siswa tentang pentingnya
mempelajari materi getaran dalam kehidupan sehari-hari.
3. Siswa dimintaoleh guru untuk menanggapi permasalahan mengenai getaran dalam kehidupan sehari-hari, apakah gerak jarum jam tertmasuk getaran? Jelaskan!
Tahap 1: orientasi siswa terhadap masalah
B. Inti
Kegiatan Model PBL Keterampilan
metakognisi 1. Difasilitasi oleh guru, siswa diminta untuk
berkelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa.
2. Guru memberikan suatu informasi mengenai
materi getaran, siswa dapat
mendemonstrasikan proses berpikir.
3. Siswa diminta untuk mengidentifikasi LKK
1 yang diberikan oleh guru.
4. Difasilitasi oleh guru, siswa diminta untuk memecahkan permasalahan yang terdapat pada LKK 1 secara berpasangan atau berkelmpok.
5. Guru membimbing siswa dalam kelompok
selama proses diskusi
6. Setiap kelompok mengemukakan hasil
diskusi di depan kelas yang dimoderatori oleh guru, siswa lain dapat meregulasi diri selama proses diskusi.
Tahap 2:
mengorganisasikan siswa untuk belajar
Tahap 3: membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Tahap 4:
mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Merencanakan (mengidentifik asi tugas yang sedang
dikerjakan)