• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP MOTIVASI DAN PENGUASAN KONSEP BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP MOTIVASI DAN PENGUASAN KONSEP BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP MOTIVASI DAN PENGUASAAN KONSEP BELAJAR SISWA

MELALUIMODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Oleh

Made Topan Ari P

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam FakultasKeguruan dan IlmuPendidikanUniversitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI TERHADAP MOTIVASI DAN PENGUASAN KONSEP BELAJAR SISWA

MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Oleh

MADE TOPAN ARI P

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA

Fisika di SMP N I Way Jepara, diketahui bahwa pembelajaran yang dilakukan

oleh guru terbatas pada menjelaskan materi, memberi contoh soal, dan latihan.

Sehingga proses pembelajaran berjalan kurang maksimal. Guru kurang

membiasakan siswanya untuk mendiskusikan berbagai fenomena dalam

keseharian yang berkaitan dengan materi pelajaran. Adapun solusi yang dapat

dilaksanakan untuk menyikapi permasalahan yang berhubungan dengan pengaruh

keterampilan metakognisi terhadap motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa

yaitu dengan menerapkan model PBL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

(1) Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa melalui

model PBL; (2) Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep

belajar siswa melalui model PBL. Penelitian ini dilakukan di SMP N1 Way

Jepara, menggunakan satu kelas yaitu kelasVIIIB dengan jumlah sampel 32 siswa

dan menggunakan desain one-shot case study. Pada penelitian ini diperoleh data

keterampilan metakognisi, data motivasi belajar dan penguasaan konsep belajar

(3)

Made Topan Ari P korelasi, dan regresi linear sederhana antara data keterampilan metakognisi,

motivasi, dan penguasaan konsep. Hasil analisis data dalam bentuk persamaan

regresinya: (1) pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar Y =

43,18 + 0,48X; (2) pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan

konsep belajar Y = 43,90+ 0,43X. Sehingga diperoleh kesimpulan: (1) terdapat

pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa menggunakan

model PBL sebesar 41%; (2) terdapat pengaruh keterampilan metakognisi

terhadap penguasaan konsep belajar siswa menggunakan model PBLsebesar 19%.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Model Problem Based Learning (PBL) ... 6

2. Keterampilan Metakognisi ... 10

3. Motivasi Belajar ... 12

4. Penguasaan Konsep ... 14

B. Kerangka Berpikir ... 16

C. Hipotesis ... 18

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 19

B. Sampel Penelitian ... 19

C. Variabel Penelitian ... 19

(8)

E. Instrumen Penelitian ... 20

F. Analisis Instrumen ... 21

1. Uji Validitas... 21

2. Uji Reliabilitas ... 22

G. Teknik Pengumpulan Data ... 24

1. Teknik Tes ... 24

2. Soal Metakognisi ... 24

3. Angket ... 24

H. Teknis Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 25

1. Uji Normalitas ... 25

2. Uji Linieritas ... 25

3. Uji Korelasi... 25

4.Uji Regresi Linier Sederhana ... 26

5. Analisis Data Angket ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28

1. Uji Instrumen Penelitian ... 28

a. Uji Validitas ... 28

b. Uji Reliabilitas ... 30

2. Tahap Pelaksanaan ... 31

3. Data Hasil Penelitian ... 32

a. Data Kuantitatif Keterampilan Metakognisi Siswa ... 32

b. Data Kuantitatif Motivasi Belajar Siswa ... 33

c. Data Kuantitatif Penguasaan Konsep Siswa ... 34

4. Hasil Uji Analisis Data ... 35

a. Hasil Uji Normalitas Data Keterampilan Metakognisi, Motivasi Belajar, Dan Penguasaan Konsep Belajar Siswa ... 36

b. Hasil Uji Linieritas Data Keterampilan Metakognisi, Motivasi Belajar, Dan Penguasaan Konsep Belajar Siswa ... 36

c. Hasil Uji Korelasi Data Keterampilan Metakognisi, Motivasi belajar, Dan Penguasaan Konsep Belajar Siswa ... 37

(9)

Metakognisi, Motivasi, dan Penguasaan Konsep belajar siswa ... 38

5. Keputusan Hipotesis ... 40

B. Pembahasan ... 41

1. Pengaruh Keterampilan Metakognisi Terhadap Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning(PBL) ... 41

2. Pengaruh Keterampilan Metakognisi Terhadap Penguasaan Konsep Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan SK dan KD ... 56

2. Silabus ... 58

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 63

4. Lembar Kerja Kelompok Getaran ... 74

5. Lembar Kerja Kelompok Gelombang ... 78

6. Soal Keterampilan Metakognisi ... 82

7. Rubrik Penilaian Soal Keterampilan Metakognisi ... 89

8. Soal Posttest ... 90

9. Rubrik Posttest ... 97

10.Kisi – Kisi Posttest ... 98

11.Angket Motivasi ... 106

12.Kunci Angket Motivasi ... 109

13.Uji Instrumen Soal Keterampilan Metakognisi ... 110

14.Uji Instrumen Soal Penguasaan Konsep ... 111

15.Uji Validitas Dan Reliabilitas Keterampilan Metakognisi ... 112

16.Uji Validitas Dan Reliabilitas Penguasaan Konsep ... 115

17.Uji Soal Keterampilan Metakognisi ... 118

(10)

19.Uji Soal Penguasaan Konsep ... 121

20.Uji Normalitas ... 122

21.Uji Linearitas ... 123

22.Uji Korelasi ... 124

23.Uji Regresi Linear Sederhana ... 125

(11)
(12)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran IPA Fisika, untuk tercapainya suatu tujuan pembelajaran guru

memegang peranan penting. Seorang guru IPA Fisika selain menjelaskan konsep

dan teori juga harus menumbuhkan keterampilan metakognisi dalam kondisi yang

baik agar keterampilan metakognisi tersebut dapat berkembang.

Keterampilan metakognisi pada dasarnya sudah dimiliki pada diri manusia itu

sendiri, manusia mempunyai alat dalam merefleksikan watak dan kemampuannya,

manusia juga dengan aktif dan sadar mampu memutuskan suatu perilaku untuk

mengoptimalkan kemampuannya dan memiliki kesadaran untuk belajar dari

kesalahan yang telah dilakukannya. Sehingga yang dimaksud metakognisi adalah

kemampuan seseorang dalam belajar, yang mencakup bagaimana sebaiknya belajar

dilakukan, apa yang sudah dan belum diketahui, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu

perencaan mengenai apa yang harus dipelajari, pemantauan terhadap proses belajar

yang sedang dilakukan, serta evaluasi terhadap apa yang telah direncanakan,

dilakukan, serta hasil dari proses tersebut.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA Fisika

di SMP N I Way Jepara khususnya kelas VIIIB, diketahui bahwa pembelajaran

yang dilakukan oleh guru terbatas pada menjelaskan materi, memberi contoh soal,

dan latihan. Sehingga proses pembelajaran berjalan kurang maksimal. Guru kurang

(13)

2

yang berkaitan dengan materi pelajaran. Adapun solusi yang dapat dilaksanakan

untuk menyikapi permasalahan yang berhubungan dengan pengaruh keterampilan

metakognisi terhadap motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa yaitu dengan

menerapkan model PBL, yang mencirikan model pembelajaran ini adalah tujuan

pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan melibatkan siswa dalam pola

pemecahan masalah. Sehingga siswa diharapkan mampu mengembangkan keahlian

belajar dalam bidangnya secara langsung dalam mengidentifikasi masalah dan

meningkatkan motivasi belajar siswa.

Motivasi belajar sangat penting dalam proses belajar siswa karena motivasi belajar

siswa merupakan sesuatu yang dapat menggiatkan dan memberikan arah kepada

siswa dalam proses belajar, sehingga tujuan belajar yang diinginkan dapat tercapai,

yakni prestasi akademik yang tinggi.

Salah satu hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh siswa dalam

pembelajaran IPA Fisika adalah keterampilan metakognisi. Siswa yang memiliki

keterampilan metakognisi, diduga siswa akan mudah dalam mempelajari dan

mendalami materi pembelajaran, sehingga dapat menambah motivasi siswa dalam

pembelajaran dan meningkatkan penguasaaan konsep belajar siswa. Hal ini

mengindikasikan bahwa keterampilan metakognisi yang masih rendah terhadap

pembelajaran maka akan berdampak negatif pada motivasi dan penguasaan konsep

belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi

persoalan tersebut adalah model PBL.

Oleh karena itu telah dilakukan penelitian Pengaruh Keterampilan Metakognisi

Terhadap Motivasi dan Penguasaan Konsep Belajar Siswa Melalui Model Problem

(14)

3

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Apakah terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar

siswa melalui model PBL?

2. Apakah terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan

konsep belajar siswa melalui model PBL?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Mengetahui pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar

siswa melalui model PBL.

2. Mengetahui pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep

belajar siswa melalui model PBL.

D. Manfaat Penelitian

Manfaaat penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

Dapat meningkatkan motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa melalui

upaya memecahkan permasalahan serta dapat membuat produk sederhana,

sehingga siswa dapat memantapkan konsep pengetahuan yang diperolehnya.

2. Bagi guru

Guru di SMP memperoleh tambahan pengetahuan tentang teknik merancang

(15)

4

3. Bagi peneliti

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman mengajar sebagai bekal

di masa mendatang.

E. Ruang LingkupPenelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Model PBL merupakan model yang fokus pembelajaran ada pada masalah

sehingga pembelajaran tidak hanya mempelajari9 konsep-konsep yang

berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk pemecahan

masalah. Dalam penelitian ini model PBL memiliki sintak yaitu: Orientasi

siswa kepada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing

penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan

hasil karya serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2. Keterampilan metakognisi merupakan keterampilan tentang strategi-strategi

kognitif. Indikator pada keterampilan metakognisi, yaitu mengidentifikasi tugas

yang sedang dikerjakan, mengawasi kemajuan pekerjaan, mengevaluasi

kemajuan pekerjaan, dan memprediksi hasil yang akan diperoleh.

3. Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya

proses belajar. Motivasi yang diamati pada penelitian ini meliputi dua aspek

yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

4. Penguasaan konsep, yaitu kesanggupan atau kecakapan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal tes yang memuat indikator penguasaan konsep dengan

soal tes dalam bentuk pilihan jamak beralasan.

5. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Way Jepara

(16)

5

6. Materi yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok getaran dan

(17)

II. KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Model Problem Based Learning (PBL)

Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu

dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses.

Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar

tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia dan bahan yang

telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi guru, proses belajar tersebut

tampak sebagai perilaku tentang suatu hal (Dimyati dan Mudjiono; 2006)

Seperti dijelaskan oleh Stepien (1997) dikutip oleh Suchaini (2008) bahwa

PBL juga dapat mengubah pola proses belajar-mengajar tradisional di mana sebuah proses yang memberikan topik demi topik kepada siswa sehingga mereka terjadi proses asimilasi dan akomodasi bagian demi bagian pengetahuan untuk membantu siswa sampai ia menjadi profesional dalam bidang tertentu.

Selain itu menurut Nurhadi (2003: 56) pembelajaran PBL adalah:

Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Model pembelajaran PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih

(18)

7

dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut.

Oleh sebab itu, pembelajaran tidak saja harus memahami konsep yang relevan

dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman

belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam

pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.

Ismail (2000) mengungkapkan ciri utama PBL meliputi pengajuan pertanyaan atau

masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin,penyelidikan autentik,

kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peragaan.

Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan

informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah

antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan

berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.

Dikutip dari Sulatra (2005), Ibrahim mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran yang

berbasis masalah, yaitu:

(1). Mengorientasikan siswa pada masalah-masalah autentik. (2).Suatu pemusatan antar disiplin pengetahuan.(3). Penyelidikan autentik. (4). Kerja sama.(5). Menghasilkan karya (publikasi hasil).

Ada beberapa cara menerapkan PBLdalam pembelajaran. Secara umum

penerapannya dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan oleh siswa.

Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau pendidik. Siswa akan memusatkan

pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, siswa belajar teori dan

metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya.

(19)

8

ilmiah. Dengan demikian siswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan

terencana.

David Johnson and Johnson dalam edukasiana (2010) mengemukakan 5 langkah

strategi PBL melalui kegiatan kelompok:

(1) Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan. (2) Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga akhirnya peserta didik dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan. (3) Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dilakukan. (4) Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan. (5) Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh proses pelaksanaan kegiatan, evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.

Ibrahim dalam Sulatra (2005) menyusun langkah-langkah (sintaks) pembelajaran

berdasarkan masalah, yaitu:

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Ibrahim

TAHAP TINGKAH LAKU GURU

Tahap 1. Orientasi siswa terhadap masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

mengajukan fenomena atau demostrasi (cerita) untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah

Tahap 2.

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mengidentifikasikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

(20)

9

Lanjutan Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Ibrahim

TAHAP TINGKAH LAKU GURU

Tahap 3. Membimbing penyelidikan individual lmaupun kelompok.

Guru memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi yng sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Tahap 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya

Tahap 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Menurut Dewey dalam edukasiana (2010), penyelesaian masalah dilakukan melalui

6 tahap yaitu:

Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Dewey

Tahap-Tahap Kemampuan yang diperlukan

Merumuskan masalah Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas

Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk memperinci,

menganalisis masalah dari beberapa sudut

Merumuskan hipotesis Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab

akibat, dan alternative penyelesaian Mengumpulkan dan

mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis

Kecakapan mencari dan menyusun data, menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar dan tabel.

Pembuktian hipotesi Kecakapan menelaah dan membahas data. Kecakapan

menghubung-hubungkan dan menghitung,

ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan. Menentukan pilihan

penyelesaian

Kecakapan membuat alternative penyelesaian.

Kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

Berdasarkan pendapat ahli, bahwa sintaks model pembelajaran PBL terdiri dari

memberikan orientasi permasalahan kepada siswa, mendiagnosis masalah, pendidik

(21)

10

mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi

proses dan hasil.

2. Keterampilan Metakognisi

Metakognisi merupakan istilah yang dikenalkan oleh flavell pada tahun 1976 yang

menimbulkan banyak perdebatan dalam mendifinisikannya. Namun demikian,

pengertian metakognisi yang di kemukakan oleh peneliti bidang psikologi, pada

umumnya memberikan penekanan pada kesadaran berpikir seseorang tentang

proses berpikirnya sendiri.

Menurut pendapat Mulbar (2008) menyatakan bahwa metakognisi adalah

pengetahuan (knowledge) dan regulasi (regulation) pada suatu aktivitas kognitif

seseorang dalam proses belajarnya. Pengetahuan kognisi merupakan kesadaran

seseorang tentang apa yang sesungguhnya diketahui dan apa yang tidak

diketahuinya. Sedangkan regulasi kognitif berkaitan dengan bagaimana seeorang

mengatur aktivitas kognitifnya secara efektif.

Pengetahuan metakognisi melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran

seseorang pada saat sekarang. Menurut Tamalene (2010: 32) mengemukakan

bahwa :

Aktivitas metakognisi terjadi saat siswa secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan sesuatu tujuan.

Sehingga metakognisi bisa diterjemahkan secara bebas sebagai kesadaran berpikir,

berpikir tentang apa yang dipikirkan dan bagaimana proses berpikirnya, yaitu

aktivitas individu untuk memikirkan kembali apa yang telah terpikir serta berpikir

(22)

11

Berdasarkan pendapat Muin (2005: 17) kegiatan metakognisi dibagi dalam tiga

aktivitas, yaitu :

(1) Kesadaran (mengenal salah satu informasi baik implisit maupun eksplisit); (2) Monitoring/ pengamatan (mempertanyakan diri sendiri dan menguraikan dengan kata-kata sendiri untuk menstimulasi pemahaman); (3) Regulasi/ pengaturan (membandingkan dan membedakan solusi yang lebih memungkinkan untuk memecahkan masalah).

Berdasarkan pendapat ahli, maka keterampilan metakognisi siswa adalah suatu

bentuk kemampuan siswa untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang

dilakukan oleh seseorang dapat terkontrol sehingga siswa diharapkan dapat

memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan keterampilannya.

Pendekatan keterampilan metakognisi menurut Suzana (2003: 29) yaitu :

Pendekatan keterampilan metakognisi sebagai pembelajaran yang menanamkan kesadaran bagaimana merancang, memonitor, serta

mengontrol tentang apa yang mereka ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana melakukannya. Pembelajaran dengan pendekatan metakognisi menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa; membantu dan membimbing siswa jika ada kesulitan; serta membantu siswa untuk mengembangkan konsep diri apa yang dilakukan saat belajar.

Sedangkan pendekatan keterampilan metakognisi menurut Wahyuni (2008: 14)

adalah sebagai berikut :

(1) Pertanyaan pemahaman yaitu pertanyaan yang didesain untuk

mendorong siswa menterjemahkan konsep dengan kata-kata sendiri setelah membaca soal dan memahami; (2) pertanyaan strategi yaitu pertanyaan yang didesain untuk mendorong siswa mempertimbangkan strategi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah besserta alasannya; (3) pertanyaan refleksi yaitu pertanyaan yang didesain untuk mendorong siswa melakukan evaluasi mengenai hasil pekerjaan.

Oleh karena itu, ternyata metakognisi memainkan peran yang sangat penting dalam

kesuksesan belajar siswa. Mengembangkan pengetahuan metakognisi penting

(23)

12

bagaimana mereka dapat belajar lebih baik dalam memanfaatkan sumber daya

kognitif mereka yaitu dengan cara meningkatkan keterampilan metakognisinya.

3. Motivasi belajar

Motivasi belajar dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu

untuk dapat mencapai apa yang menjadi keinginan atau tujuanya.

Menurut Suryabrata (1990: 70) menyatakan bahwa motif adalah keadaan dalam

pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas

tertentu guna mencapai sesuatu tujuan.

Selanjutnya menurut Winkel (1983: 27):

Motif adalah daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif merupakan suatu kindisi intern/disposisi (kesiap siagaan). Motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/dihayati.

Menurut Mc.Donald yang dikutip oleh Soemanto (1990: 191)

Motivasi adalah sebagai suatu perubahan tenaga didalam diri/pribadi

seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut bahwa motif adalah sesuatu yang

menimbulkan motivasi.

Sedangkan menurut Sardiman (2004: 39) bahwa motivasi belajar merupakan

keinginan atau dorongan untuk belajar. Motivasi yang ada pada setiap orang

(24)

13

(1). Tekun menghadapi tugas. (2). Ulet menghadapi kesulitan.

(3).Menunjukkan minat terhadap berbagai masalah. (4). Lebih senang bekerja mandiri.(5). Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.(6).Memiliki frekuensi belajar yang tetap.(7). Dapat mempertahankan pendapatnya.(8). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.(9). Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Sardiman (2004: 39) menambahkan apabila seseorang memiliki ciri-ciri tersebut,

berarti seseorang itu telah memiliki motivasi yang cukup kuat. Adapun fungsi dari

motivasi itu sendiri adalah:

(1). Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor dari suatu kegiatan.(2). Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.(3). Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan

perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan, dan menyisihkan.

Dari pendapat tersebut, bahwa motivasi adalah suatu kekuatan/keadaan dalam diri

individu yang mendorong seseorang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan

yang diharapkan/diinginkan. Dengan demikian motivasi belajar merupakan

sesuatu yang dapat mendorong dan menggiatkan siswa dalam belajar untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

Motivasi menurut Davies (1991: 214) adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri

seseorang yang mendorongnya untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang

khas. Kadang kekuatan itu berpangkal pada naluri, kadang pula pada suatu

keputusan rasional, tetapi lebih sering lagi hal itu merupakan perpaduan dari kedua

(25)

14

Motivasi terbagi menjadi dua, menurut pandapat Sardiman (2004: 88) yaitu:

(1).Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif/berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dorongan di dalam diri individu yang sudah ada.(2). Motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif /berfungsinya karena ada perangsang dari luar.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa motivasi seorang siswa

untuk belajar akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapainya. Dengan

adanya motivasi belajar, seorang siswa akan bersemangat dalam belajarnya,

sehingga hasil belajar yang diperolehnya juga akan lebih baik.

4. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan prinsip dasar yang sangat penting dalam proses belajar. Konsep

menunjukan pemahaman dasar yang mapu mengklasifikasikan kelompok benda

tertentu.

Menurut abdurahman (2003: 254):

konsep menunjukan pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengklompokan benda-benda atau ketika mereka ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu.

Konsep merupakan pemahaman dasar dari sebuah materi, dengan konsep yang

dimiliki siswa mampu menyelesaikan persoalan-persoalan fisika.Konsep

merupakan pemikiran dasar yang diperoleh dari fakta peristiwa, pengalaman

melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Jika seorang siswa telah memahami

(26)

15

Dalam proses pembelajaran, konsep juga memiliki kegunaan-kegunaan. Hamalik

(2002: 164) menyatakan bahwa ada beberapa kegunaan konsep dalam suatu

pembelajaran yaitu sebagai berikut:

(1) Konsep menbantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada disekitar mereka, (2) konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju, siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapidapat menggunakan konsep-konsep yang telah

dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru, (3) konsep

mengarahkan kegiatan yang instrumental, (4) konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran.

IPA Fisika merupakan mata pelajaran yang tergolong sulit, sehingga diperlukan

penguasaan konsep agar lebih mudah untuk mempelajari konsep-konsep

berikutnya.Dalam belajar menguasai konsep mempermudah kita memahami bentuk

soal-soal IPAFisika, karena antara konsep yang satu dengan yang lainnya

berkaitan.

Seseorang belajar konsep jika belajar mengenal dan membedakan sifat-sifat dari

objek kemudian membuat pengelompokan terhadap objek tersebut. Ada beberapa

pengertian lainnya tentang konsep menurut para ahli diantaranya, Hudoyo (1979:

110) mendifinisikan pengertian konsep dalam matematika sebagai ide abstrak yang

akan memungkinkan kita mengelompokan objek-objek ke dalam contoh dan bukan

contoh. Sementara itu Hudoyo (1979) menyatakan bahwa konsep sebagai suatu

idea tau gagasan yang dibentuk dengan memandang sifat yang sama dari

sekumpulan eksemplar yang cocok.

Siswa dituntut untuk menguasai konsep atau pemahaman dasar dalam

pembelajaran, karena dengan menguasai konsep tersebut siswa mampu menguasai

(27)

16

tersebut dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam berbagai pembelajaran

IPA Fisika. Seperti dikemukakan oleh Slameto dalam Yusuf (2010: 16):

Jika sebuah konsep telah dikuasai siswa, maka ada dua kemungkinan untuk menggunakannya, yaitu (1) siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah (2) penguasaan konsep memudahkan siswa untuk mempelajari konsep – konsep lain.

Untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa, digunakan pedoman menurut

arikunto (2008: 245).

Bila nilai siswa ≥ 66, maka dikategorikan baik.

Bila 55 ≤ nilai siswa ≥ 66, maka dikategorikan cukup baik.

Bila nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.

Berdasarkan uraian tersebut, konsep digunakan untuk memecahkan masalah dalam

pembelajaran IPA Fisika dan memudahkan siswa untuk mempelajari konsep –

konsep lain. Kategori yang digunakan untuk mengetahui siswa yang memiliki

penguasaan konsep baik, cukup baik, dan kurang baik. Apabila nilai siswa ≥ 66,

maka dikategorikan baik, jika 55 ≤ nilai siswa ≥ 66, maka dikategorikan cukup

baik, dan nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik.

B.Kerangka Berpikir

Untuk dapat berargumen, siswa harus mampu memberikan penjelasan kritis dan

perlu berpikir kreatif. Hal tersebut didapatkan dengan melakukan pengamatan,

bereksperimen, dan mengevaluasi bukti. Namun, perlu diingat bahwa siswa tak

akan mampu merancang proses belajarnya sendiri. Guru harus membimbing dan

mendampingi siswa dalam setiap aktivitas belajarnya untuk dapat membantu siswa

(28)

17

Oleh karena itu, model PBL dapat digunakan guru dalam membimbing aktivitas

belajar siswa untuk mengamati, bereksperimen, dan mengevaluasi bukti yang

didapatnya. Dalam pembelajaran sains, siswa harus mulai dibiasakan untuk

membangun konsepnya sendiri tentunya dengan bimbingan guru. Dengan model

pembelajaran ini, akan dirancang sebuah pembelajaran yang mengharuskan siswa

untuk memberikan pemecahan masalah terhadap permasalahan yang dimunculkan

saat proses belajar berlangsung. Berangkat dari sebuah permasalahan, menganalisis

permasalahan, dan mengungkapkan pemecahan masalahnya tentang masalah

tersebut dengan baik. Pembelajaran seperti ini diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan metakognisiterhadap motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu kelas.

Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh keterampilan

metakognisi terhadap motivasi dan penguasaan konsepbelajarsiswa. Pada

penelitian terdapat tiga bentuk variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan

variabel moderator.keterampilan metakognisi (X) sebagai variabel bebas, motivasi

belajar (�1) dan penguasaan konsep belajar (�2) sebagai variabel terikat, dan model

PBL sebagai variabel moderator. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang

pengaruh variabel-variabel tersebut, maka dapat dijelaskan dengan kerangka

berpikir seperti berikut.

Gambar 2.1 kerangka berpikir

R1

X

�1

�2

(29)

18

Keterangan :

X : Keterampilan metakognisi

�1 : Motivasi belajar siswa

�2 : Penguasaan konsep belajar siswa

�1 : Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa

�2 : Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep belajar siswa

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa

melalui model PBL pada kelas VIIIB SMP Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran 2012/2013.

2. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep

belajar siswa melalui model PBL pada kelas VIIIB SMP Negeri 1 Way Jepara

(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Way

Jepara Lampung Timur pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang

terdiri dari delapan kelas yaitu VIIIA sampai VIIIH.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik Purposive

Sampling, yaitu penentuan sampel dari anggota populasi dengan pertimbangan

tertentu yang dilakukan dalam memilih satu kelas sebagai sampel adalah dengan

melihat prestasi belajaranIPA Fisika siswa semester ganjil tahun pelajaran

2012/2013. Berdasarkan rata-rata prestasi siswa, siswa kelas VIIIB memiliki prestasi yang lebih baik sehingga kelas VIIIB ditetapkan sebagai sampel.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas (X) yaitu keterampilan

metakognisi yang diukur dengan menggunakan soal metakognisi. Dua variabel

(31)

20

Keterangan:

O : Penguasaan konsep belajar siswa

X : Penerapan keterampilan metakognisi menggunakan model PBL

variabel bebas terhadap variabel terikat yang didukung dengan variabel moderator

yaitu model PBL.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah studi eksperimen dengan menggunakan sebuah kelas yang

menjadi sampel dalam penelitian yaitu kelas VIIIB. Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan dua variabel terikat serta satu variabel moderator. Variabel

bebas adalah keterampilan metakognisi, sedangkan variabel terikatnya adalah

motivasi belajar siswa dan penguasaan konsep belajar siswa, dan variabel

moderatornya adalah model PBL. Desain penelitian yang digunakan adalah one

shot case stady yaitu desain yang digunakan untuk meneliti pada satu kelompok

dengan diberi satu kali perlakuan dan pengukurannya di lakukan satu kali.

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Shot-Case-Study Design

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Ketererampilan metakognisi menggunakan instrumen observasi berbentuk soal

metakognisi. Digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

(32)

21

2. Motivasi belajar siswa menggunakan instrument berbentuk angket. Digunakan

pada saat akhir pembelajaran.

3. Penguasaan konsep belajar siswa menggunakan instrumen berbentuk soal

pilihan jamak beralasan yang digunakan pada saat akhir pembelajaran.

F. Analisis Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti

dalammengumpulkan data penelitian. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu

instrument penelitian minimal ada dua macam yaitu validitas dan realibilitas.

1. Uji Validitas

Validitas tes instrument menunjukan bahwa hasil dari suatu pengukuran

menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Sebuah tes dikatakan valid jika tes

tersebut mengukur apa yang hendak di ukur. Untuk mengetahui validitas dari suatu

tes dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

= �Ʃ − Ʃ (Ʃ )

�Ʃ 2 − Ʃ 2 {�Ʃ 2 − Ʃ 2}

keterangan:

r = Koefisien korelasi yang menyatakan validitas X = Skor butir soal

Y = Skor total

(33)

22

Dengan klasifikasi validitas sebagai berikut:

Tabel 3.1 Klasifikasi validitas butir soal Koefisien validitas Interpretasi

0,00-,019 Sangat rendah

0,20-0,39 Rendah

0,40-0,59 Sedang

0,60-0,79 Tinggi

0,80-1,00 Sangat tinggi

2. Uji Reliabilitas

Langkah selanjutnya adalah mencari harga reliabilitas instrument. Perhitungan

reliabilitas ini dinyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan

rumus alpha, yaitu:

σi2 = jumlah varians skor tiap-tiap soal

(34)

23

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukurannya dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Instrumen dikatakan

reliabel jika digunakan beberapa kali dalam waktu yang berbeda untuk mengukur

obyek yang sama akan menghasilkan data yang relatif sama.

Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan

pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan program SPSS 17.0. Pada program ini digunakan metode Alpha

Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach’s 0 sampai 1.

Lembar observasi dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha yang

lebih besar dari 0,6. Untuk menentukan besarnya koefisien alpha, maka digunakan

ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Klasifikasi validitas butir soal Koefisien validitas Interpretasi

0,00-,020 Kurang reliable

0,21-0,40 Agak reliable

0,41-0,60 Cukup reliable

0,61-0,80 Reliable

0,81-1,00 Sangat reliable

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang

sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan bobot nilai

(35)

24

G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik tes

Tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok

murid. Tes tertulis yang digunakan dalam bentuk soal

pilihanjamakberalasanuntukmengetahuipenguasaankonsepbelajarsiswa yang

dilakukan satu kali test yaitu diakhir pertemuan.

2. Soal metakognisi

Soal metakognisi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara

langsung keterampilan metakognisi siswa selama proses pembelajaran.

3. Angket

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan

diukur atau biasa disebut responden. Pada penelitian ini teknik pengambilan

data yang digunakan untuk mendapatkan data motivasi yaitu berupa angket

motivasi. Indikator skala motivasi belajar terhadap pelajaran IPA Fisika

disusun berupa angket skala likert yang terdiri dari beberapa uraian dan pilihan

jawaban berupa (STS TS RR S SS) yang mempunyai bobot angka (5, 4, 3,

2, dan, 1). Jumlah pertanyaan disesuaikan dengan aspek yang diukur.

Aspek-aspek yang diukurpada angket motivasi meliputi : motivasi intrinsik (dorongan

untuk belajar, waktu belajar, mengerjakan pekerjaan rumah dan latihan soal,

keaktifan di kelas dan di luar kelas, pemahaman materi), dan motivasi

(36)

25

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas

Dasar pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan program

SPSS 17.0 dengan metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran

probabilitas atau nilai �. �� 2− � , nilai � yang digunakan adalah 0,05

dengan demikian kriteria uji sebagai berikut: (1) jika nilai sig atau signifikan atau

probabilitas < 0,05 maka Ho diterima dengan arti bahwa data tidak terdistribusi

normal. (2) jika nilai sig atau signifikan atau probabilitas> 0,05 maka H1 diterima

dengan arti bahwa data terdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi

linear yang bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan

yang linear atau tidak secara signifikan.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode Test

for Linearity pada taraf signifikan 0,05.

Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi

(Linearity) kurang dari 0,05.

3. Uji korelasi

Jika data terdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis dapat digunakan uji

korelassi Product-Moment, dengan menggunakan persamaan berikut ini

= Ʃ � � − Ʃ � Ʃ �

{ Ʃ 2− Ʃ

(37)

26

Ketentuan bila rhitung lebih kecil dari rtabel, maka hipotesis diterima. Tetapi sebaliknya bila rhitung lebih besar dari rtabel (rh> rt) maka hipotesis ditolak.

Pada penelitian ini untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel

dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Korelasi Bivariate

jika data terdistribusi normal. Namun jika tidak terdistribusi normal, dapat

menggunakan Korelaso Rho Spearman.

Agar dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu, maka dapat

digunakan pedoman seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat

Sangat Kuat

korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefesien determinasi, dengan cara

mengkuadratkan koefesien yang ditemukan untu melihat pengaruh dalam bentuk

persentase.

4. Uji Regresi Linier Sederhana

Uji regresi linier sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan regresinya.

Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat diprediksi seberapa tinggi

nilai variabel terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah serta untuk mengetahui

arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau

(38)

27

= +

Dengan: = Ʃ Ʃ 2 − Ʃ Ʃ

Ʃ 2 Ʃ 2

= Ʃ − Ʃ Ʃ

Ʃ 2 − Ʃ 2

(Priyatno, 2010:55)

Agar memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan

menggunakan program SPSS.17 dengan uji Regression Linear.

Pedoman pengambilan keputusan:

1. Nilai Sig. atau signifikasi < 0,05 maka model regresi adalah linier..

2. Nilai Sig. atau signifikasi > 0,05 maka model regresi adalah tidak linier.

5. Analisis data angket

Pernyataan angket dibagi menjadi dua yaitu pernyataan positif dan pernyataan

negative. Pernyataan tersebut dibuat berdasarkan aspek-aspek yang diteliti. Tujuan

pembuatan angket adalah untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap model

pembelajaran PBL. Skor angket di interprestasikan sebagai berikut:

Table 3.4 Skor alternative jawaban angket motivasi

Alternative jawaban Skor pernyataan

Positif Negatif

Sangat setuju 5 1

Setuju Ragu-ragu

4 3

2 3

Tidak setuju 2 4

(39)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar IPA

Fisika siswa menggunakan model PBLsebesar 41%.

2. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep

belajar IPA Fisika siswa menggunakan model PBLsebesar 19%.

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga

analisis terhadap hasil belajar siswa, maka penulis memberikan saran sebagai

berikut:

1. Pembelajaran menggunakan keterampilan metakognisi dengan model PBL

dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru di sekolah sebagai salah satu

upaya untuk meningkatkan motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa

sehingga siswa dapat benar-benar aktif dan termotivasi dalam proses

pembelajaran.

2. Agar pembelajaran menggunakan keterampilan metakognisi dengan model

PBL dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan diri dan

perlengkapan secara matang. Dari mulai mempersiapkan perangkat

(40)

51

pengetahuan, alokasi waktu yang sesuai, serta siswa yang harus berada dalam

kondisi yang kondusif, sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Rineka Cipta: Jakarta

Arikunto, Suharsini. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).Bumi Aksara: Jakarta

Darmiyanti, Vera. 2013. Pengaruh Keterampilan Metakognisi Terhadap Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Melalui TPS.[Online].Diakses 7 mei 2013

darihttp://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPF/article/view/696

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajardan Pembelajaran. RinekaCipta: Jakarta

Edukasiana. 2010. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah. Artikel Pendidikan. Edukasiana.Diakses 6 November 2012 dari

http://edukasiana.com.GrafindoPersada

Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Fisika Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Bumi Aksara: Jakarta

Ibrahim,MdanNur, M. 2003. Pengajaran Berdasarkan Masalah. University Press: Surabaya

Ismail. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction).

Makalah. Depdiknas: Jakarta

Kuntjojo. 2009. Metodologi Penelitian. Diunduh 06 November 2012

darihttp://ebekunt.files.wordpress.com/2009/04/metodologi-penelitian.pdf

Limarta, Lucky. 2012.Pengaruh Strategi Pembelajaran Problem Based Learning Dipadu Dengan Jigsaw Terhadap Metakognitif Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X Sman 1 Pandaan Pokok Bahasan Kalor. [Online]. Diakses 7 mei 2013 darihttp://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/22870

Matulessy, Andik. 2012. Hubungan antara metakognisi dan motivasi berprestasi dengan kreativitas. [Online].Diakses 7 mei 2013 dari

(42)

Meltzer, D. 2002. The relationship between mathematics preparation andconteptual learning gains in physics : Advance Organizer possible “hidden Pembelajaran. Alfabet: Jakarta

Muin, A. 2005. Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan

Matematika Siswa SMA. Tesis. UPI Bandung : Bandung

Mulbar, A. 2008.Metakognisi dalam menyelesaikan masalah matematika. [online]. Diakses 4 November 2012 dari

http://usmanmulbar.files.wordpress.com/2008/04/makalah-seminar-nasional-di-bandung-usman-mulbar.doc

Nurhadi, Agus Gerrad 2003. Pembelajaran Konteksual dan penerapannya dalam

KBK. Universitas Negeri Malang: Malang

Prayitno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Dengan Data SPSS.Mediakom: Yogyakarta

Romli, Muhammad. 2010. Strategi Membangun Metakognisi Siswa SMA dalam Pemecahan Masalah Matematika.[Online].Diakses 7 mei 2013 dari http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id

Ruseffendi. 2011. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Depdikbud: Bandung

Sardiman, A.M. 2004. Interaksidan Motivasi Belajar Mengajar. Raja: Jakarta

Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta

Suchaini. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah. Diakses 4 November 2012 darihttp://suchaini.wordpress.com

Suryabata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. CV Rajawali. Jakarta

Suzana, Y. 2003. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa Menengah Umum Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan

Metakognitif. Tesis. UPI Bandung : Bandung

Tamalene, H. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Model CORE

melaluiPendekatan Keterampilan Metakognitif untuk meningkatkan

(43)

Wahyuni, E. (2008). Pengaruh Pembelajaran Metakognitif terhadap

KemampuanKoneksi MatematikaSiswa SMA. Skripsi. UPI Bandung :

Bandung

Winkel, W.S. 1983. Beberapa Pendekatan Dalam Pengajaran. IKIP Bandung:

Bandung

Yusuf, Amiril. 2010. Peningkatan Minat, Aktivitas dan Penguasaan Konsep Fisika

Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team

(44)

55

(45)

56

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Way Jepara

Mata Pelajaran : IPATerpadu Kelas/Semester : VIII/ Genap TahunPelajaran : 2012/2013

Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar

Tahap

Berpikir Indikator

Tahap konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya

C4 Produk:

 Mengidentifikasi gejala

getaran dan gelombang melalui percobaan

 Menyelidiki bahwa periode

tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada panjang tali.

 Mendeskripsikan hubungan

antara periode, amplitude dan frekuensi getaran

 Membedakan karakteristik

gelombang transversal dan longitudinal melalui percobaan

 Menganalisis hubungan cepat

rambat, frekuensi dan panjang gelombang dalam kehidupan sehari-hari

Proses :

Melakukan percobaan sederhana tentang konsep getaran dan gelombang, meliputi:

C2

Getaran dan Gelombang

(46)

57

 Melakukan percobaan konsep

getaran.

 Melakukan percobaan konsep

gelombang.

 Melakukan percobaan

menganalisis hubungan cepat rambat, frekuensi dan panjang gelombang.

Afektif:

1. Mengembangkan perilaku

berkarakter, meliputi :Jujur, Peduli, danTanggung jawab.

2. Mengembangkan keterampilan

sosial, meliputi :Bertanya dan berkomunikasi, menyumbang ide atau pendapat, dan menjadi pendengar yang baik.

C3

C3 C3

Berpikir kritis, teliti, dan kreatif

Peduli, bertanggung jawab dan jujur

Mengetahui, Bandarlampung, Februari 2013

Guru Mitra Peneliti

AsihSubekti, S.Pd. Made Topan Ari p

NIP 19750613 200604 2 017 NPM. 0913022097

Menyetujui;

KepalaSekolah SMP Negeri1 Way Jepara

(47)

58

SILABUS

Sekolah : SMP Negeri 1 Way Jepara

Kelas : VIII (delapan)

Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika)

Semester : II (Dua)

StandarKompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

Kompetensi Dasar

Materi Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran Indikator

Penilaian

Alokasi Waktu

Sumber

Belajar Karakter

Teknik Bentuk Contoh

Instrumen 6.1

Mendeskripsi kan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya

Getaran dan Gelombang

Menyelidiki benda melakukan satu getaran.

1. Kognitif

a. Produk

 Mengidentifikasi gejala getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan

Tes tulis Pilihan

ganda beralasan

LP 1 (Lembar posttest) (1dan 2)

(48)

59

Membedakan

bahwa periode tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada frekuensi melalui

percobaan.

Menghitung

periode dan frekuensi getaran

Menyelidiki karakteristik gelombang transversal dan longitudinal melalui percobaaan.

 Menyelidiki

bahwa periode tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada panjang tali

 Mendeskripsikan

hubungan antara periode,

amplitudo dan frekuensi getaran

 Menyelidiki

karakteristik gelombang transversal dan longitudinal posttest) (4)

LKK Getaran

LP 1 (Lembar posttest) (3)

LKK Getaran

LP 1 transversal dan longitudinal

Teliti

Membentuk kelompok kerja,aktif, dan kreatif.

Berpikir Kritis

Membentuk kelompok kerja,aktif, dan kreatif.

Berpikir Kritis

(49)

60

Menganalisis hubungan antara cepat rambat gelombang, frekuensi gelombang dan panjang

gelombang

Merencanakan

dan melakukan percobaan konsep getaran

Merencanakan

dan melakukan percobaan konsep gelombang

Merencanakan

dan melakukan percobaan menganalisis hubungancepat rambat, frekuensi dan panjang gelombang.

 Menganalisis

hubungan antara cepat rambat gelombang, frekuensi gelombang dan panjang

gelombang.

b. Proses

 Melakukan

percobaan konsep getaran.

 Melakukan

percobaan konsep gelombang.

 Melakukan

percobaan menganalisis hubungan cepat rambat, frekuensi dan panjang gelombang. posttest) (9 dan10)

LKK Gelombang transversal dan longitudinal dan kreatif.

Membentuk kelompok kerja,aktif, dan kreatif.

Membentuk kelompok kerja,aktif, dan kreatif.

(50)

61

Menganalisis data hasil percobaan

Mengkomunikasi

kan hasil percobaan melalui presentasi dan diskusi kelas

 Melakukan

tanya jawab seputar

percobaan yang telah dilakukan untuk lebih memperdalam percobaan yang telah dilakukan

 Mengkomunikasi

kan hasil

percobaan melalui presentasi dan diskusi

 Tanggung jawab

b.Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi:

 Bertanya dan

berkomunikasi

 Menyumbang ide

dan berpendapat

Tes Unjuk

Teliti dan Kreatif

Telitidan Kreatif

Bertanggung Jawab, Peduli, dan Jujur

(51)

62

 Menjadi

pendengar yang baik

Mengetahui, Bandarlampung, Februari 2013

Guru Mitra Peneliti

AsihSubekti, S.Pd. Made Topan Ari P

NIP. 19750613 200604 2 017 NPM. 0913022097

Menyetujui;

KepalaSekolah SMP Negeri1 Way Jepara

(52)

63

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Way Jepara

Mata Pelajaran : IPA Fisika

Kelas/Semester : VIII/2

PokokBahasan : Getaran dan Gelombang

Sub PokokBahasan : Getaran dan Gelombang

Alokasi Waktu : 6 jam pelajaran

STANDAR KOMPETENSI

6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari

KOMPETENSI DASAR

6.1 Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya

A. Indikator Kognitif:

a. Produk

1) mengidentifikasi getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.

2) Menjelaskan bahwa periode suatu getaran tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada panjang tali.

3) Mendeskripsikan hubungan antara periode, amplitudo dan frekuensi getaran.

4) Menjelaskan perbedaan karakteristik gelombang longitudinal dan gelombang transversal.

5) Mendeskripsikan hubungan antara periode, frekuensi, cepa trambat gelombang, dan panjang gelombang.

b. Proses

Adapun proses yang dilakukan dalam pembelajaran getaran dan gelombang adalah:

a. merumuskan masalah,

b. menganalisis masalah,

c. melaksanakan eksperimen,

d. melakukan perhitungan,

e. melakukan analisis data,

f. merumuskan kesimpulan

Psikomotor:

Melakukan percobaan getaran dan gelombang.

(53)

64

Afektif

1. Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi:

a. jujur b. peduli

c. tanggung jawab

d. berpikirkritis

2. Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi:

a. bertanya,

b. menyumbang ide atau berpendapat,

c. menjadi pendengar yang baik,

d. berkomunikasi

B. Tujuan Pembelajaran Kognitif

1.Produk:

1) Dengan kalimat sendiri, siswa secara tepat dapat mengidentifikasikan getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari.

2) Berdasarkan percobaan yang dilakukan, siswa secara teliti dapat menjelaskan bahwa periode suatu getaran tidak bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada panjang tali.

3) Berdasarkan data hasil percobaan, siswa dengan cermat dapat mendeskripsikan hubungan antara periode, amplitude dan frekuensi getaran.

4) Berdasarkan demonstrasi yang dilakukan, siswa secara teliti dapat membedakan karakteristik gelombang longitudinal dan gelombang transversal.

5) Berdasarkan demonstrasi yang dilakukan, siswa secara cermat dapat mendeskripsikan hubungan antara periode, frekuensi, cepat rambat gelombang, dan panjang gelombang.

2. Proses

Diberikan LKK, siswa dapat melakukan percobaan getaran dan gelombang untuk memecahkan berbagai masalah sesuai dengan rincian tugas kinerja yang ditentukan di LP2: proses, meliputi: merumusan masalah, menganalisis masalah, melaksanakan eksperimen, melakukan perhitungan, melakukan analisis data, dan merumuskan kesimpulan.

Psikomotor:

(54)

65

Afektif

a.Terlibat aktif dalam pembelajaran dan menunjukkan karakter berpikir

kreatif, kritis, dan logis; bekerja teliti, jujur, dan berperilaku santun sesuai

LP: pengamatan perilaku berkarakter.

b.Bekerjasama dalam kegiatan praktik dan aktif menyampaikan pendapat,

menjadi pendengar yang baik, dan menanggapi pendapat orang lain dalam

diskusi sesuai LP: Ketrampilan sosial.

C. Materi Pembelajaran Pengertian Getaran

Sebuah benda dikatakan bergetar apabila benda tersebut mengalami gerak bolak-balik secara berkala melalui titik keseimbangannya.

Getaran

Getaran didefinisikan sebagai gerak bolak-balik melalui titik kesetimbangan. Titik kesetimbangan adalah titik dimana saat benda diam. Contoh getaran adalah gerak bandul atau ayunan, gendang yang dipukul, dan lain-lain.

Yang sering membuat kita bingung adalah apakah gerak jarum jam dan gerak kipas angin termasuk getaran? Jawabnya tidak karena gerak jarum jam dan gerak kipas angin tidak mempunyai titik kesetimbangan atau dalam arti titik

kesetimbangannya dapat diletakkan dimana saja. Gerak jarum jam dan gerak kipas angin termasuk gerak melingkar.

Ada beberapa besaran yang perlu diperhatikan dalam mempelajari getaran yaitu: 1. Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi tiap satuan waktu, atau

didefinisikan sebagai banyaknya getaran yang terjadi setiap satu sekon. Frekuensi dilambangkan dengan f dan bersatuan Hz (dibaca Hertz)

2. Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali getaran. Periode dilambangkan dengan T dan bersatuan sekon.

3. Simpangan adalah jarak yang ditempuh benda bergetar dan dihitung dari titik kesetimbangan. Simpangan dilambangkan dengan y dan bersatuan meter.

4. Amplitudo adalah simpangan maksimum yang ditempuh benda bergetar. Amplitudo dilambangkan dengan A dan bersatuan meter.

Untuk getaran pada bandul massa bandul dan amplitudo tidak mempengaruhi besarnya frekuensi dan periode. Tetapi massa mempengaruhi besarnya frekuensi dan periode pada getaran pegas (getaran selaras).

(55)

66

f = n/t sedangkan T = t/n. Bila kedua persamaan ini digabungkan maka akan diperoleh persamaan baru yaitu f = 1/T atau T = 1/f.

Hubungan diatas mempunyai arti bahwa antara frekuensi dan periode hubungannya berbanding terbalik yaitu bila frekuensi besar maka periodenya akan kecil, begitu juga sebaliknya bila periodenya besar maka frekuensinya akan kecil.

Untuk melakukan sejumlah getaran. Sehingga periode dapat dihitung dengan membagi waktu getaran dengan jumlah getaran, dapat dirumuskan sebagai berikut: T = Nt dimanaT = Periode, t = lama benda bergetar, N = jumlah getaran

Waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu getaran penuh disebut periode getaran. Periode getaran dilambangkan dengan huruf T. Untuk menentukan periode getaran kita dapat mengukur langsung waktu yang diperlukan untuk melakukan satu getaran penuh.

Namun, cara mengukur semacam ini seringkali menimbulkan kesalahan karena satu getaran biasanya berlangsung sangat singkat. Oleh karena itu, biasanya untuk mengukur waktu yang diperlukan bend auntuk melakukan sejumlah getaran. Periode getaran dapat dihitung dari waktu yang tercatat dibagi jumlah getaran.

Keterangan :

T :periode getaran (sekon) n :jumlah getaran

t :waktu yang diperlukan untuk n kali getaran (sekon)

(56)

67

Gelombang

Gelombang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari– hari. Cahaya matahari, bunyi, adalah termasuk gelombang. Permukaan air yang tampak beriak

merupakan suatu gejala gelombang. Apabila sebutir kerikil dilempat kepermukaan air kolam yang tenang, maka pada permukaan air kolam timbul getaran. Getaran ini berbentuk lingkaran yang bergerak merambat menjauhi pusat getaran (tempat jatuhnya batu). Getaran yang merambat inilah yang disebut dengan gelombang.

Gelombang berdasarkan mediumnya dibedakan menjadi 2 macam :

1. Gelombang elektromagnetik

Adalah gelombang yang dapat merambat dalam ruang hampa udara.

Contohnya : cahaya matahari, cahaya matahari dapat merambat di ruang hampa hingga sampai kepermukaan bumi secara radiasi.

2. Gelombang mekanik

Adalah gelombang yang memerlukan medium sebagai tempat perambatannya. Contohnya gelombang air, gelombang bunyi, dan gelombang pada slinki. Gelombang air merambat melalui medium, yaitu air. Gelombang bunyi merambat melalui medium, yaitu udara. Gelombang slinki merambat melalui medium, yaitu slinki

Gelombang berdasarkan arah rambatnya dibedakan menjadi 2 macam: Gelombang mekanik dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Pembagian ini didasarkan pada arah rambat

gelombang terhadap arah getaran.

1. Gelombang Transversal

Gelombang Transversal adalah gelombang yang arah rambatannya tegak lurus dengan arah getarannya. Contoh gelombang transversal adalah gelombang tali. Ketika kita menggerakan tali naik turun, tampak bahwa tali bergerak naik turun dalam arah tegak lurus dengan arah gerak gelombang.

Istilah- istilah yang berkaitan dengan gelombang transversal adalah

 Simpangan adalah jarak suatu titik pada gelombang terhadap posisi setimbang

 Gelombang adalah titik tertinggi pada gelombang

(57)

68

 Bukit gelombang adalah lengkungan yang berada di atas posisi setimbang

 Lembah gelombang adalah lengkungan yang berada di bawah posisi

setimbang

 Amplitudo adalah jarak puncak gelombang atau dasar gelombang terhadap

posisi setimbang

 Panjang gelombang ( ) adalah panjang satu gelombang yang terdiri dari

satu bukit dan satu lembah gelombang. 2. Gelombang longitudinal

Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarannya sejajar dengan arah rambatnya. Gelombang longitudinal berbentuk rapatan dan renggangan yang merambat sepanjang slinki.pada gelombang longitudinal tidak terdapat bukit dan lembah gelombang. Panjang satu gelombang untuk gelombang longitudinal terdiri dari satu rapatan dan satu renggangan.

D. Media Pembelajaran

 Papan tulis, spidol

 LKK

 Alat-alat praktikum

E. SumberPembelajaran

Buku IPA Terpaduuntuk SMP kelas VIII

F. AlokasiWaktu : 6 x 40 menit G. Model dan Metode Pembelajara:

Model Pembelajaran : problem based learning (PBL)

Metode Pembelajaran : ceramah, percobaan, diskusi

H. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama

A. Pendahuluan

Kegiatan Model PBL Keterampilan

metakognisi

(58)

69

kognitif (produk, proses). 2. Motivasi:

Memotivasi siswa tentang pentingnya

mempelajari materi getaran dalam kehidupan sehari-hari.

3. Siswa dimintaoleh guru untuk menanggapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, apakah yang terjadi jika senar gitar dipetik?

siswa terhadap masalah

B. Inti

Kegiatan Model PBL Keterampilan

metakognisi 1. Difasilitasi oleh guru, siswa diminta untuk

berkelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa.

2. Guru memberikan suatu informasi mengenai

materi getaran, siswa dapat

mendemonstrasikan proses berpikir.

3. Siswa membuat catatan mengenai suatu

informasi yang telah siswa peroleh dari membaca materi getaran dan informasi yang diberikan oleh guru, dengan menggunakan bahasa sendiri.

4. Siswa diminta untuk mengidentifikasi gambar yang diberikan oleh guru.

5. Difasilitasi oleh guru, siswa diminta untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru secara berpasangan atau berkelmpok.

6. Setiap kelompok mengemukakan hasil

diskusi di depan kelas yang dimoderatori oleh guru, siswa lain dapat meregulasi diri selama proses diskusi.

7. Kelompok lain mengklasifikasi ide-ide yang terkait dengan permasalahan yang ada.

8. Guru memberi kesempatan siswa

menyelesaikan soal yang memiliki indikator metakognitif.

Tahap 2:

mengorganisasikan siswa untuk belajar

Tahap 3: membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Tahap 4:

mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Merencanakan (mengidentifik asi tugas yang sedang

dikerjakan)

Memprediksi hasil yang akan diperoleh

Memantau diri (mengawasi kemajuan pekerjaannya)

C. Penutup

Kegiatan Model PBL Keterampilan

metakognisi

(59)

70

menyimpulkan materi pelajaran yang baru saja disampaikan dan hasil yang mereka peroleh selama pembelajaran.

2. Guru memberikan waktu kepada siswa

untuk bertanya atau menyampaikan usulan agar pembelajaran berikutnya lebih baik 3. Guru memberikan posttest

menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

diri

(mengevaluasi hasil kemajuan pekerjaannya)

Pertemuan kedua A. Pendahuluan

Kegiatan Model PBL Keterampilan

metakognisi

1. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran:

kognitif (produk, proses). 2. Motivasi:

Memotivasi siswa tentang pentingnya

mempelajari materi getaran dalam kehidupan sehari-hari.

3. Siswa dimintaoleh guru untuk menanggapi permasalahan mengenai getaran dalam kehidupan sehari-hari, apakah gerak jarum jam tertmasuk getaran? Jelaskan!

Tahap 1: orientasi siswa terhadap masalah

B. Inti

Kegiatan Model PBL Keterampilan

metakognisi 1. Difasilitasi oleh guru, siswa diminta untuk

berkelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa.

2. Guru memberikan suatu informasi mengenai

materi getaran, siswa dapat

mendemonstrasikan proses berpikir.

3. Siswa diminta untuk mengidentifikasi LKK

1 yang diberikan oleh guru.

4. Difasilitasi oleh guru, siswa diminta untuk memecahkan permasalahan yang terdapat pada LKK 1 secara berpasangan atau berkelmpok.

5. Guru membimbing siswa dalam kelompok

selama proses diskusi

6. Setiap kelompok mengemukakan hasil

diskusi di depan kelas yang dimoderatori oleh guru, siswa lain dapat meregulasi diri selama proses diskusi.

Tahap 2:

mengorganisasikan siswa untuk belajar

Tahap 3: membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Tahap 4:

mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Merencanakan (mengidentifik asi tugas yang sedang

dikerjakan)

Gambar

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Ibrahim
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Dewey
Gambar 2.1 kerangka berpikir
Tabel 3.1 Klasifikasi validitas butir soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proposal usaha harus dibuat sebaik dan selengkap mungkin serta mencakup semua yang diperlukan dalam suatu kegiatan usaha. Sehingga suatu rencana usaha harus ditulis dan resmi,

Penerapan metode Mind Mapping dan model Student Facilitator and Explaining yang dikolaborasikan dari siklus I ke siklus II dapat meningkatkan sikap peserta

Kajian Metode Korelasi Nilai Rata-rata Kanal yang Diberi Bobot (Weighted Channel Mean Value) Pada Proses pencocokan Citra (Image Matching) Foto Udara.. Bandung : Institut

Untuk mengetahui nilai buku satuan saham, beberapa nilai yang berhubungan dengannya adalah: (1) Nilai Nominal merupakan modal per lembar yang secara hukum harus ditahan di

Tipe SQ, perangkat solusi antrian standar yang dapat digunakan tanpa komputer8. Tipe SCQ, perangkat solusi antrian standar yang digunakan

Kuesioner ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian (persepsi) setiap kriteria penilaian pada setiap alternatif pemasok gula murniB. Adapun pengisian

Hasil tersebut sesuai pendapat dari Muslihatun (2010) yang menyatakan bahwa faktor janin/ bayi baru lahir yang dapat menyebabkan asfiksia adalah prematur, berat badan

Dari hasil simulasi kondisi skenario alternatif III, maka didapatkan nilai suhu tertinggi pada ruang kerja produksi adalah 31,9096°C sedangkan nilai suhu terendah