• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN RAJABASA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN RAJABASA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PROFIL GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN RAJABASA

BANDAR LAMPUNG

Oleh

MASAYU OLBA D. A.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil guru dalam pembelajaran IPA pada kelas IV Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Rajabasa Bandar

Lampung. Penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan menggunakan teknik Purposive Sampling sehingga sampel yang diperoleh adalah enam guru kelas IV SD Negeri yang mengajar IPA. Jenis data penelitian ini adalah data kualitatif berupa deskripsi proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang diperoleh dari lembar observasi kegiatan pembelajaran yang dibandingkan dengan standar proses, pendekatan saintifik, dan konstruktivisme. Teknik analisis data

menggunakan analisis deskriptif.

(2)

Masayu Olba D. A.

iii

Seluruh guru melaksanakan pembelajaran IPA yang kurang sesuai dengan standar proses dengan persentase skor rata-rata sebesar 50%. Seluruh guru melaksanakan pembelajaran IPA yang kurang sesuai dengan pendekatan saintifik dengan persentase skor rata-rata sebesar 33%. Seluruh guru melaksanakan pembelajaran IPA yang kurang sesuai dengan konstruktivisme dengan persentase skor rata-rata sebesar 33%.

(3)

PROFIL GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN RAJABASA

BANDAR LAMPUNG

Oleh

MASAYU OLBA D. A.

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PROFIL GURU DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN RAJABASA

BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

MASAYU OLBA D. A.

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Baturaja pada tanggal 26 Juli 1992, anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak M. A. Beni Irawan dan Ibu Yoni Saiyah. Penulis beralamat di Jl. Lintas Sumatera Gg. Puskesmas No. 291 Kec. Martapura OKU Timur Sumatera Selatan kode pos 32181, nomor HP. 089636004962.

Penulis menempuh pendidikan formal pada tahun 1996 di TK RA. Islamiyyah II, diselsaikan pada tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SD Negeri 2 Kotabaru, diselesaikan tahun 2003. Pada tahun 2003, penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2 Martapura diselesaikan pada tahun 2006 dan dilanjutkan di SMA Negeri 1 Martapura diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis mendapatkan juara 2 lomba mading Gempita Himasakta pada tahun 2011. Penulis mendapatkan beasiswa PPA pada tahun 2011 dan 2013. Penulis mengikuti program KKN-KT FKIP Unila di Pekon Gunung Sugih, Kec. Balik Bukit

(9)

MOTO

Jika kamu tidak bisa membuat hujan turun, setidaknya, jangan menumpahkan air yang ada di tempayan.

(Anonim)

No matter who you’d be, whatever u’ve done, and wherever you’ve gone, you’re still nothing without ur own mom’s will.

(Masayu Olba D. A.)

Do your best to get the best and let’s make everything better.

(Masayu Olba D. A.)

When it feels too much to be broken, either forgive it or forget it soon.

(Masayu Olba D. A.)

Setiap insan yang terlahir pasti memiliki sisi baik dan sisi buruk, namun tergantung insan tersebut ingin lebih condong ke sisi yang mana, maka pilihan sendirilah yang akan menentukan

hidup kita akan bagaimana ke depannya.

(10)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillaahirobbil’

aalamiin puji syukur ke hadirat Allah SWT serta

shalawat yang senantiasa tercurahkan kepada Nabiallah Muhammad SAW,

kupersembahkan karyaku ini kepada :

 Mamaku, Yoni Saiyah dan Papaku, M. A. Beni Irawan tercinta yang

menjadi kebahagiaan terbesar di hidupku, yang senantiasa mencurahkan

kasih sayang tiada terhingga untukku, memberikanku kekuatan dan

menjadi motivasi utamaku dalam menyelesaikan studi. Ananda yang

tercinta ini akan selalu berusaha untuk membahagiakan kalian sampai

akhir khayatku.

 Adikku tercinta Abepura Dwi Putra Absa, Abah Saliman dan Nenek

Rakmah, Ayuk Indah Fitriani dan Kak Subandi, seluruh keluarga di

Martapura, Bangun Rejo, Way Gubag, Cendana, Rawa Bengkel, Jakarta,

dan Palembang.

 Para guruku (RA. Islamiyyah II, SDN 2 Kotabaru, SMPN 2 Martapura,

SMAN 1 Martapura) dan dosenku di Unila yang terhormat.

(11)

xii SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’aalamiin, puji syukur terhatur kepada Allah SWT atas

segala karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Profil Guru dalam Pembelajaran IPA pada Kelas IV Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung. Skripsi ini penulis susun sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan Biologi.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini adalah karena bantuan dari banyak pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung. 3. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi. 4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I atas keikhlasannya memberikan

bimbingan dan bantuan hingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II atas

keikhlasannya memberikan bimbingan dan bantuan hingga terselesaikannya skripsi ini.

(12)

xii

7. Dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Biologi, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan selama ini.

8. Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

9. Para Kepala Sekolah dan Guru kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung atas kerjasamanya dalam membantu penulis melaksanakan penelitian.

10.Sahabat-sahabatku Ira Mulyaningsih, Novalia Ariska, Ayu Windarwati, Sri Wahyuningsih, Rina Purwati, Tati Yuliana, Yuliana, Biobio 2010, Alumni SMANSA Bintang Martapura’06.

11.Kakak seperjuanganku Taufik Ardiyanto.

12.Kakak-kakak tingkat Pendidikan Biologi yang memberikan motivasi dan selalu mengayomi.

Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi dan memberikan karuniaNYA kepada kita serta membalas segala kebaikan dan kebahagiaan yang telah kalian berikan untukku.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33

(14)

xiv

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN 1. Daftar Sekolah Dasar Negeri di Bandar Lampung ... 56

2. Kisi-KisI Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran ... 57

3. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran ... 58

4. Analisis Kegiatan Pembelajaran yang Dilakukan oleh Guru ... 62

5. Tabulasi Kegiatan Pembelajaran yang Dilakukan oleh Guru Sesuai dengan Standar Proses ... 65

6. Tabulasi Kegiatan Pembelajaran yang Dilakukan oleh Guru Sesuai dengan Pendekatan Saintifik ... 66

7. Tabulasi Kegiatan Pembelajaran yang Dilakukan oleh Guru Sesuai dengan Pembelajaran Konstruktivisme ... 67

8. Catatan Lapangan ... 68

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pelaksanaan pengambilan data penelitian ... 30 2. Kriteria pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IV SD sesuai

dengan standar proses ... 32 3. Kriteria pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IV SD sesuai

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema kerangka pikir ... 6 2. Guru menggunakan media pembelajaran berupa poster berisikan

bagan siklus hidup hewan tertentu ... 41 3. Guru memfasilitasi siswa dalam berdiskusi dengan kelompoknya ... 43 4. Guru memfasilitasi siswa dalam melakukan pengamatan secara

berkelompok ... 47 5. Guru memfasilitasi siswa untuk mengkomunikasikan hasil

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu studi internasional yang mengukur tingkat pencapaian kemampuan sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

(TIMSS) yang dikoordinasikan oleh International Association for the Evaluation of Education Achievment (IEA). Pada TIMSS 2011, posisi Indonesia menempati peringkat ke-40 dari 42 negara dengan nilai rata-rata 406. Informasi penilaian TIMSS tersebut menunjukkan kemampuan sains siswa Indonesia mengalami penurunan prestasi. Kemampuan sains siswa Indonesia di TIMSS masih di bawah nilai rata-rata (500) dan secara umum berada pada tahapan terendah (Low International Brenchmark) (Kemdikbud, 2013: 1). Rendahnya mutu hasil belajar sains siswa tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran sains di sekolah-sekolah Indonesia telah

mengabaikan perolehan kepemilikan literasi sains siswa (Syaadah, 2013: 1).

(18)

2

menempatkan Indonesia di posisi bawah dalam daftar negara dari segi kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan tersebut ditentukan dengan hasil pembelajaran sains di setiap jenjangnya (Kemdikbud, 2013: 1). Standar dan praktek penilaian hasil belajar siswa secara nasional yang dilakukan dengan memperhatikan berbagai kompetensi siswa, perlu diperbaiki. Mengacu pada soal TIMSS, dapat ditunjukkan bahwa soal pilihan ganda pun dapat

mengukur kemampuan bernalar siswa dan pemecahan masalah (Tjalla, 2011: 19).

Tingkat literasi sains peserta didik di Indonesia masih rendah. Rendahnya kemampuan literasi sains siswa tersebut disebabkan oleh kurikulum,

pembelajaran, dan asesmen IPA di Indonesia yang mengedepankan dimensi konten dan melupakan dimensi konteks serta proses sebagaimana yang dituntut dalam TIMSS. Hal tersebut dapat mengindikasikan rendahnya kualitas siswa Indonesia, terutama dalam memecahkan masalah-masalah secara ilmiah dalam situasi nyata dan dalam memecahkan permasalahan lingkungan (Firman, 2007: 32).

Salah satu penyebab dari rendahnya skor literasi sains siswa Indonesia adalah proses pembelajaran IPA di sekolah. Transfer pengetahuan dari guru ke siswa sebagian besar disampaikan dengan mendengarkan penjelasan ataupun

(19)

3

dibandingkan dengan hanya mendengarkan penjelasan saja. Pengalaman tersebutlah yang akan membentuk pengetahuan siswa (Herdiani, 2013: 25). Berdasarkan hasil penelitian Rochintaniawati (2008: 6) pada kabupaten Bandung Barat, sebanyak 66% guru kelas di SD masih menerapkan metode ceramah dalam melakukan pembelajaran IPA, 22% menerapkan diskusi kelompok, 6% eksperimen, dan 6% ekspositori. Sedangkan guru yang menerapkan pendekatan secara individual sebanyak 67% dan dengan

berkelompok sebanyak 33%. Pembelajaran IPA kurang memberdayakan atau kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif melakukan kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kurang

mengembangkan keterampilan proses IPA. Pembelajaran dilakukan secara klasikal, kurang mengembangkan kerjasama siswa.

(20)

4

pengalaman konkret kepada siswa agar terbiasa dalam memecahkan permasalahan IPA (Pannen, 2010: 29).

Pada saat ini, proses pembelajaran IPA di Indonesia umumnya masih menerapkan teacher centered dimana guru hanya mengajarkan IPA sebagai suatu produk tanpa mengedepankan proses dan sikap ilmiah. Oleh karena permasalahan tersebut, peneliti tergerak untuk melakukan penelitian yang berjudul “Profil Guru dalam Pembelajaran IPA pada Kelas IV Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah penelitian ini adalah

“Bagaimana profil guru dalam pembelajaran IPA pada kelas IV Sekolah Dasar Negeri di Rajabasa Bandar Lampung?”, dengan rincian masalah sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran IPA pada kelas IV Sekolah Dasar di Rajabasa Bandar Lampung sudah sesuai dengan standar proses?

2. Apakah pembelajaran IPA pada kelas IV Sekolah Dasar di Rajabasa Bandar Lampung sudah sesuai dengan hakikat IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik?

3. Apakah pembelajaran IPA pada kelas IV Sekolah Dasar di Rajabasa Bandar Lampung sudah sesuai dengan pembelajaran konstruktivisme?

C. Tujuan Penelitian

(21)

5

mendeskripsikan profil guru dalam pembelajaran IPA sesuai dengan standar proses, hakikat IPA dengan pendekatan saintifik, dan konstruktivisme pada kelas IV Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung. D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sekolah: informasi tentang profil guru dalam pembelajaran IPA. 2. Guru: bahan evaluasi atau refleksi guru dalam membelajarkan IPA. 3. Peneliti: menjadi pengalaman dan pembelajaran peneliti sebagai calon

guru.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap hasil penelitian, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Profil guru dalam penelitian ini adalah ikhtisar atau gambaran mengenai bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran IPA di kelas.

2. Subyek penelitian ini adalah guru kelas IV yang membelajarkan IPA pada Sekolah Dasar Negeri di Rajabasa Bandar Lampung.

3. Profil mengajar guru yang dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana guru dalam membelajarkan IPA sesuai dengan standar proses, hakikat IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik, dan pembelajaran

konstruktivisme.

F. Kerangka Pikir

(22)

6

dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pelatihan yang diikuti, dan latar belakang kepribadian guru tersebut. Keprofesionalan guru salah satunya berupa kompetensi yang harus dimiliki dalam melaksanakan proses pembelajaran yang seharusnya mengacu pada standar proses. Dalam pembelajaran IPA, guru diharapkan dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan hakikat IPA dengan pendekatan saintifik, menggunakan pembelajaran konstruktivisme dimana hal tersebut harus didukung pula dengan sarana dan prasarana di sekolah. Dengan demikian, dari proses pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru tersebut nantinya dapat menghasilkan lulusan yang bermutu.

Untuk memperjelas isi dari kerangka pikir, dapat dilihat pada skema di bawah ini:

Guru

Pelatihan Latar Belakang Pendidikan Latar Belakang Kepribadian

Pembelajaran IPA Standar Proses

Hakikat IPA

Pembelajaran Konstruktivisme

Sarana dan Prasarana

Lulusan

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kompetensi Guru

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 menyatakan bahwa:

Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang

dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Depdiknas, 2005).

Kompetensi sebagai guru pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi:

1. Pedagogik yaitu pemahaman peserta didik, perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, pengembangan peserta didik yang meliputi: (1) aspek potensi peserta didik; (2) teori belajar dan pembelajaran, strategi, kompetensi dan isi, dan merancang pembelajaran; (3) menata latar dan melaksanakan; (4) asesmen proses dan hasil; dan (5) pengembangan

akademik dan non akademik. Kompetensi pedagogik seorang guru ditandai dengan kemampuannya menyelenggarakan proses pembelajaran yang bermutu, serta sikap dan tindakan yang dapat dijadikan teladan.

(24)

8

norma; (2) mandiri dan etos kerja; (3) berpengaruh positif dan disegani; (4) norma religius dan diteladani; (4) jujur.

3. Profesional yaitu menguasai keilmuan studi; dan langkah kajian kritis pendalaman isi bidang studi yang meliputi: (1) paham materi, struktur, konsep, metode keilmuan yang menaungi, menerapkan dalam kehidupan sehari-hari; dan (2) metode pengembangan ilmu, telah kritis, kreatif dan inovatif terhadap bidang studi.

4. Sosial yaitu komunikasi dan bergaul dengan peserta didik, kolega, dan masyarakat, menarik, empati, kolaboratif, suka menolong, menjadi panutan, komunikatif, kooperatif (Nurzaman, 2007: 18).

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwasanya kompetensi pedagogik guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:

1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.

(25)

9

Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat

mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat.

3. Pengembangan kurikulum/silabus.

Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah. 4. Perancangan pembelajaran.

Guru memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan.

5. Pelaksanaan pembelajran yang mendidik dan dialogis.

Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif, dan menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.

6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran.

(26)

10

dengan menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi.

7. Evaluasi hasil belajar.

Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih anak untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki (Depdiknas, 2007: 5).

(27)

11

lebih berpengalaman memiliki nilai guna bagi individu/peserta didik, tetapi mendengar dan menerima itu mesti diikuti dengan membuat sendiri, dan membuktikan sendiri. Jadi, learning by doing – learning by experience (Rohani, 2004: 7).

B.Standar Proses

Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses, baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan pembelajaran dikembangkan oleh BSNP, dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Secara garis besar standar proses pembelajaran tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

2. Dalam proses pembelajaran, penddidik memberikan keteladanan.

3. Setiap tahun pendidik melakukan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan pembelajaran, untuk terlaksananya proses pembelajaran yag efektif dan efisien.

4. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

(28)

12

5. Pelaksanaan proses pembelajaran harus memerhatikan jumlah maksimal pesert didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks pembelajaran setiap peserta didik dan rasio maksimal jumlah peserta didik per pendidik.

6. Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis.

7. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan berbagai teknik penilaian, dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan per-orangan atau kelompok, sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. 8. Untuk mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian observasi secara

individual sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali dalam satu semester. 9. Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi,

evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan (Mulyasa, 2009: 25).

C.Pembelajaran Konstruktivisme

(29)

13

dan mengkonstruksinya. Lebih jauh Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut:

Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang (Suparno, 1997: 30).

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya adalah salah satu filsafat pengetahuan yang

menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih

dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:

1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.

2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.

3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan

pembelajaran terbaru.

(30)

14

5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.

6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar (Suparno, 1997: 36).

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Irzani, 2009: 31).

Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide

mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar

(31)

15

Teori konstruktivisme menganjurkan adanya peran siswa aktif baik aktif fisik maupun mentalnya dalam proses pembelajaran. Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan pembelajaran berpusat kepada siswa/student centered instructions, peran guru membantu siswa dalam menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri siswa sendiri. Prinsip konstruktivisme adalah bahwa

pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial, pengetahuan tersebut diperoleh melalui aktivitas siswa untuk bernalar. Siswa berinteraksi dengan lingkungan menggunakan inderanya. Dengan melakukan penginderaan diharapkan siswa mampu mengkonstruksi gambaran obyek atau fenomena alam. Pendekatan konstruktivisme sesuai diterapkan dalam

pembelajaran IPA sebab dalam pembelajaran ini, siswa akan berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran, siswa dapat mengembangkan

kemampuan belajar mandiri, siswa mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri, serta guru sebagai fasilitator, mediator dan manajer dalam proses pembelajaran (Nur, 2000: 34).

D.Hakikat IPA

(32)

16

sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method) Trianto (2010: 137).

1. Sains sebagai Produk

Sains sebagai produk yang mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Pada tingkat dasar sains dibedakan menjadi tiga, yaitu ilmu biologi (life science) yang mempelajari tentang kehidupan makhluk hidup meliputi anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi contohnya adalah siswa mempelajari tentang salah satu sifat air yang dapat mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah dan mendeskripsikan cara penggunaan air secara baik dan benar di sekolah maupun di rumah. Ilmu fisik (physical sciences) yang mempelajari tentang astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika. Sedangkan ilmu bumi, mempelajari tentang benda-benda langit dan bumi. Dengan mempelajari ketiganya yaitu ilmu biologi, ilmu fisik, dan ilmu bumi siswa dapat melestarikan, melindungi dan mempergunakannya secara bijaksana berkaitan dengan lingkungan sekitar (Winaputra, 1992: 122).

2. Sains sebagai Proses

(33)

17

melalui pengetahuan awal yaitu pengamatan dan percobaan,

mengumpulkan data dari pengukuran dan menghitung jumlah penggunaan air di sekolah setiap hari, setiap minggu, bahkan setiap tahun ajaran. Mendiskusikan dengan siswa lain sehingga pengetahuan baru diperoleh dari kesulitan tanpa menghafalkan yang belum tentu dapat diingat terus (Winaputra, 1992: 122).

3. Sains sebagai Sikap

Sains sebagai sikap yaitu memotivasi siswa untuk mengembangkan pentingnya mencari jawaban dan penjelasan rasional tentang fenomena alam dan fisik serta melibatkan dalam aktivitas pembelajaran. Apabila sains diajarkan menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis. Hal ini dihadapkan pada suatu masalah seperti dapat dikemukakan suatu masalah atau

perumusan masalah kemudian memecahkannya. Siswa dalam memecahkan masalah pada mata pelajaran Sains dengan materi Air diajarkan menemukan, mencari dan menyelidiki sendiri tentang cara penggunaan air dengan mengajukan pertanyaan, mendengarkan pendapat orang lain, bekerjasama dalam kelompok, membaca buku dan mencari reverensi tentang air (Winaputra, 1992: 122).

4. Sains sebagai Teknologi

(34)

18

manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tidak ada habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya

informasi yang dihasilkannya, jangkauan Sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun dari jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan ” Sains hari ini adalah

teknologi hari esok” merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology) (Winaputra, 1992: 122).

IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk - produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan. Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika, dan kimia, merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta

(35)

19

hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2010: 140).

E.Pendekatan Saintifik

Pendekatan scientific atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah merupakan pendekatan dalam kurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya, ada yang

menjadikan scientific sebagai pendekatan ataupun metode. Namun karakteristik dari pendekatan scientific tidak berbeda dengan metode scientific (scientific method). Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologi) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan

mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan

diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses (Permendikbud, 2013: 34).

(36)

20

dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu metode ilmiah umumnya memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau fakta melalui observasi dan eksperimen, kemuadian memformulasi dan menguji hipotesis. Sebenarnya apa yang dibicarakan dengan metode ilmiah merujuk pada adanya fakta, sifat bebas prasangka, sifat objektif, dan adanya analisa. Dengan metode ilmiah seperti ini diharapkan kita akan mempunyai sifat kecintaan pada kebenaran yang objektif, tidak gampang percaya pada hal-hal yang tidak rasional, ingin tahu, tidak mudah membuat prasangka, selalu optimis (Kemdikbud, 2013: 141).

Selanjutnya secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah. Pendekatan nonilmiah dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis (Kemdikbud, 2013: 142).

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

a. Mengamati (observasi)

(37)

21

pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi (Permendikbud, 2013: 36).

b. Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat

(38)

22

yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Kegiatan menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah

mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat (Permendikbud, 2013: 36).

c. Mengumpulkan Informasi

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan

(39)

23

d. Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar

Kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi/menalar adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang

dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah

mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam

pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori (Permendikbud, 2013: 36).

e. Menarik kesimpulan

(40)

24

merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan (Permendikbud, 2013: 36).

f. Mengkomunikasikan

Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar (Permendikbud, 2013: 36).

F. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

(41)

25

petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa, megarahkan, menguasai, dan mengadakan evaluasi. Kalau dalam pelaksanaan mengajar guru banyak

melakukan kegiatan yang bersifat teknis-prosedural, maka dalam rencana pengajaran, guru banyak melakukan kegiatan yang bersifat konseptual. Kemampuan-kemampuan apa yang diharapkan tumbuh dan dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran, serta bentuk aktivitas apa yang cocok dan yang paling baik untuk menguasai kemampuan tersebut. Semua kegiatan belajar yang akan dilakukan oleh siswa hendaknya dicantumkan dalam rencana pengajaran atau telah dibuat skenarionya dalam rencana pengajaran (Ibrahim, 1996: 44).

(42)

26

Kuhn dan Franklin (2006: 74) menyatakan bahwa karakteristik yang sangat menonjol pada anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) adalah rasa ingin tahu yang sangat besar. Hal ini terjadi karena anak usia tersebut sangat memerlukan banyak pengetahuan dan pengalaman untuk memenuhi celah-celah kekurangan pengetahuan di dalam memory store-nya, selain keingindekatan dengan objek nyata dan lingkungan alam sekitar.

Hal ini juga ditunjang oleh teori perkembangan intelektual dari Piaget, bahwa anak usia 6 – 12 tahun termasuk dalam fase operasional konkret dan

merupakan usia strategis yang sangat peka terhadap proses pembentukan fondasi pengetahuan, keterampilan, kesadaran, sikap, serta partisipasi. Dasar filosofi, epistemologi, dan ontologi konstruktivisme mengindikasikan bahwa prinsip-prinsip konstruktivisme pada hakikatnya memberikan wider mandates kepada individu (anak) untuk mengembangkan potensi melalui curiosity dan Inquiry nya. Hal itu semua mungkin bisa tercapai dengan baik kalau di dalam proses pembelajaran dibimbing, difasilitasi dan didampingi oleh guru yang mempunyai anthusiastic, intelligent, dan appreciative (Barlia, 2011: 340).

Dengan dimplementasikannya prinsip-prinsip konstruktivisme dalam proses pembelajaran sains di sekolah dasar, diharapkan dapat memupukkembangkan kekhasan karakteristik yang dipunyainya seoptimal mungkin. Proses

pembelajaran sains di sekolah dasar dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip konstruktivisme secara benar dan komprehensip diasumsikan dapat

(43)

27

diharapkan dapat mendidik dan membiasakan anak didik menggunakan cara-cara ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Diharapkan pengimplementasian prinsip-prinsip konstruktivisme dapat

(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2014 pada Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Rajabasa di Bandar Lampung tahun pelajaran

2013/2014.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru kelas IV yang mengajar pada SD Negeri di kecamatan Rajabasa Bandar Lampung. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling (Sukardi, 2003: 64), sehingga diperoleh 6 guru kelas IV yang membelajarkan IPA.

C. Jenis Penelitian

(45)

29

D. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian: 1. Pra penelitian

a. Mendata jumlah guru kelas IV yang mengajar IPA pada SD Negeri di Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung.

b. Menentukan sampel penelitian.

c. Mempersiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam penelitian yaitu lembar biodata guru dan lembar observasi kegiatan pembelajaran.

2. Pelaksanaan

a. Mengumpulkan dokumen pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru sebelum kegiatan pembelajaran.

b. Merekam proses pembelajaran menggunakan handycam.

c. Melakukan observasi proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi kegiatan pembelajaran yang dibandingkan dengan standar proses, hakikat IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik, serta pembelajaran konstruktivisme.

d. Mencatat proses pembelajaran yang berlangsung pada lembar catatan lapangan.

e. Mengolah data yang diperoleh untuk mengetahui kesesuaian

(46)

30

E. Jenis Data Dan Teknik Pengumpulan Data

Tabel 1. Tabel pelaksanaan pengambilan data penelitian

Jenis Data Sumber Data Instrumen

Waktu

*) penilaian dibantu oleh ahli melalui pemeriksaan dokumen dan rekaman video pada saat proses pembelajaran.

Jenis data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian adalah data kualitatif berupa deskripsi tentang pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru yang diperoleh dari analisis lembar observasi kegiatan pembelajaran yang dibandingkan dengan standar proses, pendekatan saintifik dan pembelajaran konstruktivisme, serta lembar biodata guru.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperoleh melalui: a. Lembar observasi

(47)

31

dengan standar proses, hakikat IPA dengan pendekatan saintifik (scientific approach), serta pembelajaran konstruktivisme. b. Lembar biodata guru

Lembar biodata guru digunakan untuk mengetahui latar belakang pendidikan guru, pengalaman mengajar, dan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti guru guna menunjang data penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berupa video pembelajaran digunakan untuk melihat proses pembelajaran pada tiap sekolah.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dianalisis dan disesuaikan dengan standar proses, pendekatan saintifik dan pembelajaran konstruktivisme yang terdiri dari 29 aspek (24 aspek kesesuaian dengan standar proses dan 5 aspek kesesuaian dengan pendekatan saintifik dan pembelajaran konstruktivisme). Adapun rumus yang digunakan dalam menganalisis lembar observasi pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah sebagai berikut:

Untuk analisis deskriptif persentase menurut Ali (1992: 46) adalah: % =

N n

×100% Keterangan:

n = Nilai yang diperoleh sampel

N = Nilai yang semestinya diperoleh sampel

(48)

32

Informasi yang berhasil dikumpulkan melalui lembar penilaian disajikan dalam bentuk penguraian kuantitatif dan kualitatif. Untuk menafsirkan banyaknya persentase yang diperoleh maka digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria kemampuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IV SD sesuai dengan standar proses

Sumber: dimodifikasi dari Ali (1992: 46).

Sedangkan untuk kriteria kemampuan guru kelas IV yang mengajar IPA dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan pendekatan saintifik dan pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Kriteria pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IV SD sesuai dengan pendekatan saintifik dan pembelajaran konstruktivisme

Sumber: dimodifikasi dari Ali (1992: 46).

Penilaian dilakukan dengan cara memberikan skor 1 (satu) jika terlaksana dengan kriteria tersebut dan 0 (nol) jika tidak terlaksana. Data yang diperoleh dari analisis lembar observasi pembelajaran yang berupa data kuantitatif dan kualitatif.

No Rentang Skor Interval Kriteria

1 24 100% Sesuai

2 1 – 23 1% -99% Kurang Sesuai

3 0 0% Tidak Sesuai

No Rentang Skor Interval Kriteria

1 5 100% Sesuai

2 1 – 4 1% - 99% Kurang Sesuai

(49)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA pada kelas IV SD se-Kecamatan Rajabasa kurang sesuai dengan standar proses, pendekatan saintifik, dan pembelajaran konstrutivisme dengan rincian:

1. Pembelajaran IPA pada kelas IV SD se-kecamatan Rajabasa Bandar Lampung kurang sesuai dengan standar proses

2. Pembelajaran IPA pada kelas IV SD se-kecamatan Rajabasa Bandar Lampung kurang sesuai dengan pendekatan saintifik.

3. Pembelajaran IPA pada kelas IV SD se-kecamatan Rajabasa Bandar Lampung kurang sesuai dengan pembelajaran konstruktivisme.

B. Saran

Pada penelitian ini, peneliti menemukan kekurangan-kerungan, sehingga peneliti menyarankan sebaiknya:

(50)

53

2. Bagi calon peneliti, observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru sampel seharusnya dilaksanakan lebih dari satu kali, hal ini akan memperbesar kevalidan data yang diambil.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan dan Strategi. Angkasa. Bandung. Barlia, L. 2011. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains di SD: Tinjauan

Epistemologi, Ontologi, dan Keraguan Dalam Praksisnya. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Depdiknas. 2007. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tanggal 23 November 2007. Depdiknas. Jakarta.

_________. 2005 a). Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Pasal 28). Depdiknas. Jakarta.

_________. 2005 b). Peraturan Menteri Penddidikan dan Kebudayaan No. 19. 2005. Depdiknas. Jakarta.

_________. 2005 c). Peraturan Menteri Penddidikan dan Kebudayaan No. 81. a. 2005. Depdiknas. Jakarta.

Drost, S. J. 1998. Pendidikan Sains yang Humainis. Kanisius. Yogyakarta. Firman. 2007. Pembelajaran Sains. Rineka Cipta. Jakarta.

Hastuti, W. S. 2010. Cara Belajar Sains. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Herdiani, A. 2013. Literasi Sains di Indonesia. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Ibrahim, R. dan N. Syaodih. 1996. Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Irzani, M. 2009. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bhakti Winaya. Bandung.

Kemdikbud. 2013. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran. Pusbangprodik. Jakarta.

(52)

55

Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Bumi Aksara. Jakarta.

Nur, M. 2002. Buku Panduan Keterampilan Proses dan Hakikat Sains. UNESA-press. Surabaya.

Nurzaman. 2007. Program Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan. Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas. Jakarta.

Pannen, I. . 2010. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rochintaniawati, Diana. 2008. Profil Pembelajaran IPA yang Dilangsungkan oleh Guru Sekolah Dasar di Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat.

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Soemanto, W. 1998. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. Wacana Prima. Bandung. Suparno. 1997. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Syaadah, E. 2013. Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Air dan Kesehatan untuk Meningkatkan iterasi Sains Siswa SMP. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Tjalla, A. 2011. Potret Mutu Pendidikan Indonesia. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Skema kerangka pikir
Tabel 1. Tabel pelaksanaan pengambilan data penelitian
Tabel 2. Kriteria kemampuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IV SD sesuai dengan standar proses

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran matematika yang diharapkan dalam praktek pembelajaran di kelas adalah (1) pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa, (2) siswa diberi kebebasan berpikir memahami

Evaluasi teknis dilakukan terhadap peserta yang memenuhi persyaratan administrasi. Unsur- unsur yang dievaluasi sesuai dengan yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan

Jadi, komunikasi verbal pustakawan dengan pemustaka sangat berkaitan erat dengan minat kunjung pemustaka, karena tampa melakukan komunikasi secara langsung pemustaka

SEKITAR 50 WARGA GAMPINGAN KELURAHAN PAKUNCEN KOTA YOGYAKARTA MENDATANGI DPRD KOTA YOGYAKARTA/UNTUK MELAKUKAN AUDENSI ATAS SENGEKTA TANAH YANG. SEDANG DIHADAPI // PAGUYUBAN WARGA

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat dijelaskan bahwa cara pengasuh untuk mendidik dan membimbing anak yaitu pertama dengan menginternalisasikan nilai-nilai moral

Permasalahan khusus dalam penelitian ini berkaitan dengan persepsi warga sekolah mengenai PBKL, nilai-nilai yang mendukung dalam dalam pembinaan karakter kewarganegaraan,

■ Rekayasa ulang proses bisnis adalah analisis menyeluruh dan pendesainan ulang yang lengkap atas proses bisnis dan sistem informasi untuk mencapai peningkatan kerja yang

 Jumlah Stasiun yang dikelola pada Tahun 2017 : 75 Stasiun  Jumlah Rangkaian yang beroperasi (Trainset) : 81 Trainset..  Jumlah Dipo yang dikelola pada Tahun 2017 :