PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL INKUIRI SISWA KELAS IV SD KRISTEN 1
METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh SRI WAHYUNI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL INKUIRI SISWA KELAS IV SD KRISTEN 1
METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh SRI WAHYUNI
Berdasarkan data observasi awal yang diperoleh di SD Kristen 1 Metro Pusat yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah khususnya mata pelajaran matematika, sebanyak 9 siswa atau 28,23% siswa tuntas dan 23 siswa atau 71,78% siswa belum tuntas dengan nilai dibawah KKM (60), maka diperlukan upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tersebut. Berdasarkan kenyataan di atas peneliti menerapkan model inkuiri yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika.
Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi siswa serta tes hasil belajar disetiap siklusnya. Selanjutnya data dianalisis dengan cara analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Hasil Penelitian dengan menggunakan model inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 59,0 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 72,7. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 60,63 dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 72,5. Ketuntasan siswa pada siklus I hanya mencapai 62,5% (20 siswa) dan meningkat pada siklus II menjadi 100% (32 siswa). Berdasarkan hasil Penelitan Tindakan Kelas yang dilaksanakan dari siklus I sampai siklus II dapat disimpulkan bahwa penggunaan model inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Kristen 1 Metro Pusat.
Halaman
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil SD Kristen 1 Metro Pusat ... 29
4.2. Diskripsi Per Siklus ... 30
4.2.1. Siklus I ... 30
4.2.2. Siklus II ... 38
4.3. Pembahasan ... 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 47
5.2. Saran ... 47
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang wajib diselenggarakan
di sekolah. Proses pembelajaran yang efektif dapat terwujud apabila seorang guru melakukan tugasnya dengan baik. Salah satu tugas guru yang baik
adalah dapat menentukan model dan media yang tepat dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat memahami materi yang dipelajari.
Dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.
Belajar merupakan suatu proses yang memerlukan aktivitas siswa.
Artinya siswa yang belajar ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran yang berlangsung adalah serangkaian kegiatan antara guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat diketahui dari hasil belajar yang
diperoleh siswa antara lain pelajaran matematika.
Matematika merupakan ilmu dengan objek abstrak dan dengan
Sebagaimana yang terjadi bahwa matematika dianggap pelajaran yang
paling sulit dan menakutkan bagi siswa diantara pelajaran-pelajaran yang lain sehingga siswa tidak begitu berminat untuk belajar matematika, siswa
hanya mengikuti pembelajarannya saja tetapi tidak menanamkan dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh sehingga aktivitas siswa tidak nampak dalam proses pembelajaran dan hasil belajarnya pun relatif rendah.
Berdasarkan hasil observasi dan dokumen tentang pembelajaran Matematika di kelas IV SD Kristen 1 Metro Pusat tahun pelajaran
2012/2013, diperoleh data bahwa dalam pembelajaran Matematika masih banyak hasil belajar siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 60, terbukti dari nilai rata-rata kelas yang hanya mencapai 52. Sementara itu dilihat dari ketuntasan nilai individu berdasarkan KKM, diperoleh hasil bahwa dari 32 siswa hanya 9
siswa (28,23%) yang telah mencapai KKM, sedangkan 23 siswa (71,87%) belum tuntas atau belum mencapai KKM. Aktivitas belajar siswa juga masih rendah terlihat dari siswa yang cenderung ribut, banyak mengobrol dan
tidak menyimak materi yang disampaikan oleh guru, serta proses timbal balik antara guru dengan siswa kurang terlihat.
Kondisi pembelajaran di kelas selama pelajaran matematika siswa kurang memperhatikan guru saat menjelaskan materi, bahkan ada siswa yang melamun. Siswa yang duduk belakang lebih banyak mengobrol dan
bermain dengan teman sebangkunya, bahkan ada yang mengganggu teman dengan mengambil alat tulis sehingga terjadi perkelahian. Apabila ditanya
hanya diam. Saat guru memberi kesempatan bertanya mengenai kesulitan
siswa tidak ada yang bertanya bahkan cenderung diam.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melaksanakan penelitian
tindakan kelas dengan mengambil judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika dengan Model Inkuiri Siswa Kelas IV SD Kristen 1 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2012/2013”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas IV SD Kristen 1 Metro Pusat masih rendah.
2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas IV SD Kristen 1 Metro Pusat masih rendah, dari 32 siswa hanya terdapat 9 siswa (28,23%) yang mencapai nilai KKM yaitu 60
3. Pembelajaran di kelas IV SD Kristen 1 Metro Pusat masih bersifat teacher center (berpusat pada guru).
4. Penggunaan waktu penyajian materi Matematika yang kurang efisien.
5. Siswa cenderung ribut dan tidak memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru.
6. Masih terdapat siswa yang mengobrol ketika pembelajaran berlangsung.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu
1. Bagaimanakah penggunaan model inkuiri pada pembelajaran Matematika
di kelas IV SD Kristen 1 Metro Pusat dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Tahun Pelajaran 2012/2013?
2. Bagaimanakah penggunaan model inkuiri pada pembelajaran Matematika di kelas IV SD Kristen 1 Metro Pusat dapat meningkatkan hasil belajar siswa Tahun Pelajaran 2012/2013?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan
penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas IV SD Kristen 1 Metro Pusat dengan menggunakan model inkuiri
Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas
IV SD Kristen 1 Metro Pusat dengan menggunakan model inkuiri Tahun Pelajaran 2012/2013.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Siswa
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas IV SD Kristen 1 Metro Pusat.
2. Guru
Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai penggunaan model inkuiri, serta mengembangkan kemampuan
profesional guru dan bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di kelasnya.
3. Sekolah
Dapat memberikan kontribusi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SD Kristen 1 Metro Pusat, sehingga memiliki
output yang berkualitas dan kompetitif. 4. Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Model Inkuiri
Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa
untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan yang dirumuskan. Dalam model
pembelajaran inkuiri siswa terlibat secara mental dan fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.
Kardi (2003: 3) mendefinisikan inkuiri adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti masalah dan pertanyaan berdasarkan fakta. Model inkuiri menekankan pada proses
mencari dan menemukan, peran siswa dalam model ini adalah mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah dalam suatu materi pelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Secara umum inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya, Ibrahim (2007: 2).
Cleaf dalam Putrayasa (2009: 2) menyatakan bahwa inkuiri adalah
yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan
informasi.
Lebih lanjut Sagala (2006: 197) menyatakan ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan model inkuiri yaitu: (1) perumusan masalah yang dipecahkan siswa, (2) menetapkan jawaban sementara (hipotesis), (3) siswa mencari informasi, data fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan, (4) menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi, dan (5) mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.
Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa model inkuiri adalah model pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk
lebih aktif dalam pembelajaran, dimana siswa dapat menemukan atau meneliti masalah berdasarkan fakta untuk memperoleh data, sedangkan guru
hanya sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam belajar.
Langkah-Langkah Model Inkuiri
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri, siswa hendaknya memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri agar
pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Menurut Sanjaya (2006 : 201) mengemukakan secara umum bahwa proses pembelajaran yang menggunakan model inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak untuk berpikir memecahkan masalah.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka teki.
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang di kaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu di uji kebenarannya.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan data meliputi percodaan atau eksperimen.
1.Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Kelebihan dan Kekurangan Model Inkuiri
Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangnnya masing-masing. Dengan adanya kelebihan dan kekurangan tersebut dapat menjadi acuan guru untuk menyampaikan materi
pembelajaran. Adapun kelebihan dan kelemahan model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
Menurut Sanjaya (2006: 208) bahwa model inkuiri memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, diantaranya :
Kelebihan
1. Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. 2. Model inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar meraka.
3. Model inkuiri merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku.
4. Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terlambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Kekurangan
2. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Semua kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model inkuiri akan sulit diimplemintasikan oleh setiap guru.
2.2. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk mengembangkan potensi diri seseorang. Proses belajar diperlukan untuk
mengembangkan kemampuan seseorang secara optimal.
Menurut Rusffendi dalam Heruman (2007: 5) membagi belajar menjadi dua macam yaitu belajar menghafal dan belajar bermakna. Pada belajar menghafal, siswa dapat belajar dengan menghafalkan apa yang sudah diperolehnya, sedangkan belajar bermakna adalah belajar memahami apa yang sudah diperolehnya, dan dikaitkan dengan dengan keadaan lain sehingga apa yang dipelajari akan lebih dimengerti.
Sejalan dengan pendapat di atas, Skinner (dalam Dimyati dan Mudjiono 2002: 9) berpendapat bahwa belajar adalah suatu perilaku, pada saat belajar maka responnya menjadi baik, sebaiknya bila tidak belajar
responnya akan menurun.
Teori yang dikemukakan Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono
2002: 10) menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks, setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka penulis simpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang kompleks dari diri seseorang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda seseorang
2.3. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.
Aktivitas belajar dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Karena tanpa adanya aktivitas, belajar itu tidak akan berjalan dengan baik.
Anak yang belajar selalu melakukan aktivitas. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya
keinginan siswa untuk belajar. Reber (Syah, 2003: 109) mengemukakan bahwa aktivitas adalah proses yang berarti cara-cara atau langkah-langkah
khusus yang dengan beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.
Menurut Kunandar (2010: 277), aktivitas belajar adalah keterlibatan
siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Selanjutnya Sardiman (2010:
100) menyatakan: “aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik
maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu
berkait”.
Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2000: 67):
“Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi
anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama
Jenis-jenis aktivitas belajar menurut Paul D. Dierich dalam Hamalik (2008: 173) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok sebagai berikut:
1. Visual Activities (kegiatan visual), misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaaan orang lain.
2. Oral Activities (kegiatan lisan), misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
3. Listening Activities (kegiatan mendengarkan), misalnya mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music dan pidato. 4. Writing Activities (kegiatan menulis), misalnya menulis cerita,
karangan, laporan, angket, menyalin.
5. Drawing Activities (kegiatan menggambar), yaitu menggambar, membuat grafik, peta dan diagram.
6. Motor Activities (kegiatan metrik), misalnya melakukan kegiatan, membuat konsturksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berernak.
7. Mental Activities (kegiatan mental), missal menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional Activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup. Dari uraian-uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas
merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan hasil belajar siswa, karena didalam kegiatan pembelajaran tanpa adanya suatu keaktifan siswa, maka belajar tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Siswa yang aktif
dalam belajar akan mendapatkan prestasi yang baik dibandingkan dengan siswa yang kurang aktif dalam belajar.
2.4 Hasil Belajar
Belajar merupakan proses mengadakan perubahan, salah satunya perubahan pengetahuan. Ada tidaknya pengetahuan dalam diri siswa dapat
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah
kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap, dan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemapuan bertindak. Hasil belajar dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang diberikan kepada anak. Ini berarti bahwa guru perlu menyusun rancangan dan pengelolaan pembelajaran yang
memungkinkan anak bebas untuk melakkukan eksplorasi terhadap lingkungannya.
Soedijarto (Nashar, 2004: 79) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti
program belajar dan mengajar sesuai yang ditetapkan. Hasil belajar ialah suatu akibat dari proses belajar (Sudjana dalam Kunandar, 2010: 276). Sedangkan Dimyati & Mudjiono (2006: 3) mengemukakan bahwa hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Larasati (2005 : 11) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan
hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu proses belajar. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif dan
tingkah laku psikomotorik. Dengan sumber yang sama prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan
masing-masing. Suatu prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator, keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa
hasil belajar yaitu perubahan dalam diri siswa setelah memperoleh pengalaman belajar terutama dalam aspek pengetahuan, sikap serta
keterampilan yang dimilikinya, dan hasil belajar tersebut didapat dari soal tes yang diberikan oleh guru kepada siswa.
2.5 Pengertian Matematika
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematike” yang
berarti mempelajari, atau “Mathesis” yang berarti “relating to learning” (pengetahuan atau ilmu). Perkataan Mathematike berhubungan erat dengan
sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu “mathaein’ yang mengandung arti ajaran atau belajar (berpikir) Ensiklopedia Indonesia dalam Tim MKPBM
UPI (2001: 17), jadi berdasarkan asal katanya, maka Matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir atau nalar (Erna, Tiurlina, 2006: 3). Matematika juga diartikan sebagai pengetahuan abstrak dan
deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah–kaidah tertentu melalui deduksi.
James dan James (1976) dalam kamus Matematika mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika, bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu, aljabar, analisis, dan
geometri (Tim MKPBM UPI, 2001: 17).
Definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil
setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah Matematika sering disebut ilmu deduktif.
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar), yang berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,
mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika sederhana yang berguna untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai
permasalahan sosial dan ekonomi.
2.6 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian
tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran inkuiri secara tepat, maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Kristen 1 Metro
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action research, Wardhani, dkk. (2007: 1.3) mengungkapkan penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Secara garis besar, terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Arikunto,
dkk., 2006: 16).
Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Kusumah, dkk. (2009: 26) bahwa ada empat langkah utama dalam PTK yaitu,
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selessai, mungkin guru akan menemukan
Gambar 1. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Modifikasi dari Arikunto (2006: 16)
3.2. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Kristen 1 Metro Pusat, yang
terletak di jalan Wijaya Kusuma Kota Metro Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2012/2013, serta akan dilaksanakan dalam jangka waktu 5 bulan dimulai dari bulan November 2012 sampai dengan bulan Maret 2013.
Perencanaan
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
Observasi
Observasi
Refleksi Pelaksanaan
SIKLUS I
SIKLUS II
3.3. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas IV SD Kristen 1 Metro Pusat, yang terdiri dari 32 siswa dengan
komposisi 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Peneliti sebagai guru dan dibantu oleh kolaborator yang akan mengamati proses pembelajaran.
3.4. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Tes
Teknik ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru dengan
memberikan soal tes.
Tabel 3.1 Contoh Lembar Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1 2 3 4 ...
Jumlah Modus Nilai Terendah
Nilai Tertinggi Rata-rata
2. Teknik Non Tes
Teknik ini dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa saat
a. Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa diperoleh dari observasi selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati aktivitas
yang dilakukan siswa sesuai dengan deskriptor yang terdapat dalam lembar observasi.
Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No Nama
Sumber: dimodifikasi dari Poerwanto (2008:5.27)
b. Data Kinerja Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran di Kelas
Data kinerja guru dilakukan selama pembelajaran berlangsung,
diadakan observasi untuk mengamati pengelolaan pembelajaran melalui lembar observasi yeng disesuaikan dengan tahap-tahap pembelajaran menggunakan model inkuiri. Data kinerja guru diperoleh dari
pengamatan langsung kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran di kelas, dengan menggunakan lembar Instrumen Penelitian Kinerja
NP = x 100 %
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan JS = Jumlah skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap
Diadopsi dari Aqib dkk. (2009: 41).
3.5Alat Pengumpulan Data 1. Tes hasil belajar
Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai
peningkatan hasil belajar atau prestasi belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan
model inkuiri.
2. Lembar panduan observasi
Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas
lain. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas
dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan model inkuiri.
3.6. Teknik Analisis Data 1. Analisis Kualitatif
Analisis Kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri data aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data aktivitas diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan
pembelajaran. Data nilai aktivitas siswa dari setiap siklus akan dianalisis menggunakan rumus:
NP = X 100%
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan JS = Jumlah skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap
Diadopsi dari Aqib dkk. (2009: 41).
Tabel 3.3 Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
No Skala Kategori
No. Aspek yang diamati Skor Pengamatan
1 2 3 4 5
I Pra pembelajaran
1. Kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran
2. Memeriksa kesiapan siswa
II Membuka pelajaran
1. Melakukan apersepsi
2. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan
III Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penugasan materi pembelajaran 1. Menunjukkan penguasaan materi
pembelajaran
2. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
3. Menyampaikan materi sesuai dengan hirarki belajar
4. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
B. Pendekatan / Strategi pembelajaran 1. Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dengan waktu yang telah dialokasikan C. Pemanfaatan media pembelajaran/sumber
belajar
1. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media
2. Menghasilkan pesan yang menarik 3. Menggunakan media gambar secara
efektif dan efisien
4. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
D. D. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa
1. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
2. Merespon positif partisipasi siswa 3. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru,
siswa, dan sumber belajar
4. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa
5. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif
6. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme dalam belajar
E. Kemampuan khusus pembelajaran di SD Matematika
1. Mengembangkan keterampilan dalam penggunaan medi pada pembelajaran matematika
2. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi atau menyampaikan informasi (lisan, atau tertulis) F. Penilaian proses dan hasil belajar
2. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) G. Penggunaan bahasa
1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar
2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar
3. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
IV Penutup
1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa
2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa
3. Melaksanakan tindak lanjut Jumlah Skor IPKG
Persentase
Keterangan :
1.Sangat Kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat Baik
Analisis kualitatif pada lembar observasi kinerja guru di atas,
menggunakan teknik presentase:
NK= %
Keterangan:
NK = Nilai kinerja yang dicari atau diharapkan JS = Jumlah skor yang diperoleh
SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap
Diadopsi dari Aqib dkk. (2009: 41).
Setelah diperoleh presentase mengenai kinerja guru dalam
Tabel 3.5. Kriteria hasil observasi kinerja guru
Tingkat Keberhasilan (%) Arti
> 80% Sangat Baik
60-79% Baik
40-59% Cukup
20-39% Kurang
<20% Sangat Kurang
(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif akan digunakan untuk menganalisis data dari instrumen tes. Data hasil penelitian tergolong data kuantitatif secara deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan
kentuntasan individual dengan rumus sebagai berikut: a. Ketuntasan Individual
S = X 100 Keterangan :
S : nilai yang diharapkan
R : Jumlah skor / item yang dijawab benar N : Skor maksimum dari tes
b. Ketuntasan klasikal
S = X 100%
Keterangan :
Ketuntasan individual: jika siswa mencapai KKM ( > 60)
Ketuntasan klasikal: jika > 75% dari 32 siswa mencapai KKM (60)
(Sumber: Adaptasi Purwanto 2008:12) R
N
3.7. Urutan Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua siklus masing-masing siklus melalui empat tahapan kegiatan, yaitu :
a. Perencanaan (plan) b. Tindakan (act)
c. Pengamatan (observe)
d. Refleksi (reflect)
Siklus I
1. Tahap Perencanaan (Plan)
a. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, RPP,
lembar evaluasi yany terdiri dari soal dan kunci jawaban, sumber belajar (buku paket), dan media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.
b. Menyusun skenario pembelajaran yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi pembelajarannya adalah memahami sifat-sifat bangun datar.
c. Menyiapkan media yang akan digunakan.
d. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
2. Tahap Pelaksanaan (Act)
a. Pendahuluan
proses pembelajaran, mengadakan post test dan menyampaikan tujuan
pembelajaran
b. Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran menggunakan media gambar yang sesuai secara interakrtif, inspiratif, menyenangkan, sehingga memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam menggunakan media yang telah
tersedia. Dalam kegiatan ini siswa melakukan pengamatan agar mereka nantinya dapat menarik kesimpulan atas percobaan yang telah mereka
lakukan.
c. Penutup
Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran dengan membuat rangkuman atau kesimpulan dari materi pembelajaran yang telah dilakukan secara bersama-sama antara siswa
dan guru, kemudian malakukan tes formatif guna mendapatkan nilai dan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut.
3. Tahap Observasi
Dalam kegiatan observasi kegiatan yang dilakukan antara lain:
a) Mengamati keadaan siswa untuk mempertimbangkan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran.
b) Melakukan pengamatan terhadap penggunaan model inkuiri dalam pembelajaran Matematika.
4. Tahap Analisis dan Refleksi
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus I adalah
untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran berlangsung. Bila terdapat kekurangan pada siklus I tentunya akan dilakukan tindakan pada siklus II, sehingga kekurangan dalam siklus I bisa terselessaikan, begitu
pula dengan kelebihannya harus dipertahankan dan dikembangkan agar dapat berjalan terus-menerus pada siklus-siklus selanjutnya.
Siklus II
1. Perencanaan
a. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I
b.Merencanakan perbaikan untuk pembelajaran pada siklus II berdasarkan
refleksi dari siklus I.
c Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, lembar evaluasi yany terdiri dari soal dan kunci jawaban, sumber belajar (buku paket), dan
media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.
d. Menyusun skenario pembelajaran yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi pembelajarannya adalah memahami sifat-sifat bangun datar.
e. Menyiapkan media yang akan digunakan.
f. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan
1. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan pada siklus II masih sama dengan tahap pelaksanaan siklus I. Tahap ini merupakan pelaksanaan dari skenario
pembelajaran dengan menggunakan media gambar yang telah dibuat pada tahap perencanaan sesuai dengan hasil refleksi padan siklus I.
2. Observasi
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi. Data yang didapat akan diolah, agar diperoleh
kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan perbaikan baik teknik, cara
penyampaian, atau hal apa pun yang mempengaruhi jalannya proses pembelajaran dalam pelaksanaan siklus yang telah direncanakan dan dilaksanakan.
3. Analisis dan Refleksi
Pada akhir siklus, dilakukan refleksi agar pada pelaksanaan siklus yang baru, perencanaan yang matang pun dapat dilaksanakan dengan maksimal melalui observasi dan analisis oleh peneliti dan guru guna mendapatkan hasil
dan tujuan yang ingin dicapai serta harapan dari penelitian ini. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk
merencanakan siklus berikutnya.
3.8. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dengan menerapkan model inkuiri dikatakan berhasil
a. Adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap
siklusnya.
b. Pada akhir penelitian adanya peningkatakan hasil belajar siswa secara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran ini
adalah:
1. Penggunaan model inkuiri pada pembelajaran matematika dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada
siklus I rata-rata aktivitas siswa adalah 59,0% dan pada siklus II aktivitas siswa meningkat menjadi 72,7%.
2. Penggunaan model inkuiri pada pembelajaran matematika dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 62,5% dan pada
siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100%
5.2. Saran
1. Bagi peserta didik, agar senantiasa membiasakan untuk belajar dan bekerja sama dengan peserta didik lain, guna memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi yang maksimal agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
2. Bagi guru, upayakan untuk menggunakan variasi dalam pembelajaran untuk mencegah kejenuhan peserta didik dalam menerima ilmu, karena
lebih antusias dan terpancing untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Selain itu, variasi dalam pembelajaran membuat kita lebih kreatif dan berpikiran luas.
3. Bagi Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang dapat mendukung pembelajaran guna peningkatan prestasi peserta didik dan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB & TK. Yrama Widya. Bandung.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.
Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
---. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah, Saiful, Bahri dan Zain. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rieneka Cipta. Jakarta.
Erna, Tiurlina 2006. Mengajar dan Menyayangi Matematika. http://www.pikiran_rakyat.com/ diakses pada 18 Desember pukul 11.45 WIB.
Hamalik, Oemar. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim. 2007. Model Pembelajaran Inkuiri. http://azisgr.blogspot.com. Diakses 22 Mei 2012. Pukul 20.00 WIB).
Kardi, Soeparman. 2003. Merancang Pembelajaran Menggunakan Model Inkuiri. UNS. Surabaya.
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.
Kusumah, Wijaya dkk. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Malta Printindo. Jakarta.
Akutansi pada siswa kelas II semester I SMU Negeri 7 Purworejo, Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Delia Press. Jakarta.
Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
____. 2010. Pengertian Aktivitas Belajar. http://syacom.blogspot.com. Diakses 22 Mei 2012. Pukul 13.00 WIB.
Putrayasa, 2009. Model Pembelajaran Inkuiri. http://ipotes.wordpress.com. Diakses 16 November 2012. Pukul 15.57 WIB).
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya. 2006. Pengertian Model Inkuiri. http://fkippgsd.wordpress.com. Diakses 03 Desember 2012. Pukul 21.00 WIB.
Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Sriyono. 2010. Hakikat Belajar, Prestasi Belajar, dan Aktivitas Belajar.
http://susilofy.wordpress.com. Diakses 7 Desember 2011. Pukul 00.15 WIB.
Sudjana, Nana, 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Tim MKPBM UPI. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI Press.