• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHIDUPAN WANITA BATAK TOBA SEBAGAI PEDAGANG BERAS DALAM BIDANG EKONOMI DAN SOSIAL DI DESA PARBOTIHAN, DOLOK SANGGUL TAHUN 1998-2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEHIDUPAN WANITA BATAK TOBA SEBAGAI PEDAGANG BERAS DALAM BIDANG EKONOMI DAN SOSIAL DI DESA PARBOTIHAN, DOLOK SANGGUL TAHUN 1998-2013."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

KEHIDUPAN WANITA BATAK TOBA SEBAGAI PEDAGANG BERAS DALAM BIDANG EKONOMI DAN SOSIAL DI DESA PARBOTIHAN,

DOLOK SANGGUL TAHUN 1998-2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi

Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:

HOTRESLY MARBUN

NIM : 3103121032

PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Hotresly Marbun. 3103121032. Kehidupan Wanita Batak Toba Pedagang Beras Dalam Bidang Ekonomi Dan Sosial di Desa Parbotihan, Dolok Sanggul Tahun 1998-2013. Program Studi Pendidikan sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang menjadi latarbelakang wanita Batak Toba untuk berdagang beras, cara wanita batak toba pedagang beras tersebut dalam berdagang beras, peranan wanita batak toba tersebut dalam bidang ekonomi keluarga, dan peranan wanita batak toba tersebut dalam bidang sosial.

Penelitian ini merupakan penelitian oral history (sejarah lisan) dengan menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dan didukung oleh metode kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Alasan wanita Batak toba menjadi pedagang beras yaitu, ingin memperbaiki keadaan ekonomi keluarga serta ingin mewujudkan falsafah hidup orang Batak Toba yaitu hamoraon (kekayaan), hagabeon (mempunyai keturunan), hasangapon (terpandang di dalam masyarakat). 2. Wanita Batak Toba dalam berdagang beras melakukan dua hal yaitu membeli dan menjual. Cara pedagang beras tersebut dalam membeli yaitu: Langsung membeli kepada masyarakat yang ingin menjual beras, membayar beras terlebih dahulu meskipun belum panen, merangkapkan usahanya dengan menjual pupuk yang dibutuhkan oleh masyarakat, pengepul. Cara pedagang beras untuk menjual yaitu: Langsung menjual /mengecerkan beras kepada orang yang ingin membeli, menjual beras kepada pengecer, beras tersebut akan di bayar setelah laku terjual atau sampai batas waktu yang ditentukan, penjualan juga dilakukan lewat telepon. 3. Keadaan ekonomi keluarga wanita Batak Toba pedagang beras mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 4.Kehidupan sosial wanita Batak Toba pedagang beras cukup dipandang dalam masyarakat, karena selain cara mereka berinteraksi cukup baik, mereka juga memiliki kehidupan sosial yang baik.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat

dan anugerah-Nya yang telah penulis terima mulai dari awal hingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Kehidupan Wanita Batak Toba

Sebagai Pedagang Beras Dalam Bidang Ekonomi Dan Sosial Di Desa Parbotihan

Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 1998-2013”. Adapun tujuan skripsi ini

disusun yaitu sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Dalam prose menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mengalami kendala

dan masalah. Namun, penulis terus berusaha semaksimal mungkin agar skripsi ini

dapat selesai dengan baik. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi

ini, masih memiliki beberapa kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk melengkapi skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menghadapi beberapa kendala ,

namun berkat bantuan dan bimbingan, dukungan, kerjasama dari berbagai pihak,

kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan trimakasih dan penghargaan kepada:

1. Teristimewa untuk Kedua orang tua penulis, bapak tercinta A.marbun dan ibu

tersayang M.Br.Silaban, trimakasih untuk semua pengorbanan dan kasih

sayang yang selalu kalian berikan, terimakasih untuk doa, semangat, motivasi,

(7)

untuk keringat dan nasehat mu, trimakasih ibu untuk kasih sayang dan doa

mu, penulis bangga memiliki orang tua yang sangat hebat seperti kalian. Maaf

karena tidak dapat menyelesaikan studi ku tepat waku seperti yang kalian

inginkan. Trimakasih untuk segalanya.

2. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universita Negeri

Medan.

3. Bapak Dr. H. Restu, MS selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial.

4. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A selaku ketua jurusan Pendidikan Sejarah.

5. Bapak Drs. Yushar Tanjung M.si selaku sekretaris jurusan.

6. Ibu Dra. Lukitaningsih M.Hum selaku dosen pembimbing skripsi penulis,

yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan bantuan kepada

penulis mulai dari penulisan proposal hingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan, tidak ada kata yang bisa ku ucapkan selain terimakasih dan

bangga menjadi anak bimbingan ibu.

7. Ibu Dra. Syarifah, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik penulis

sekaligus dosen penguji.

8. Ibu Dr. Samsidar Tanjung M.Pd selaku dosen penguji ahli.

9. Bapak Drs.Ponirin, M.Si selaku dosen pembanding bebas.

10.Trimakasih Kepada abang dan kaka-kaka ku, kaka tersayang Mawar Kristina

Marbun dan abang ipar Sihombing, kepada abang Anwar Marbun dan eda

S.Naibaho, kepada abang Amri Marbun dan eda H. Sihite, kepada kaka

(8)

Marganda Marbun, trimakasih untuk support, motivasi, doa dan materi yang

kalian berikan.

11.Untuk tulang terbaik ku, tulang Ruben Silaban, trimakasih untuk doa,

dukungan, motivasi, tawa dan nasehat yang selalu penulis rasakan saat penulis

mengalami masalah dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Untuk semua keponakan ku, Asriel Syahputra Marbun, Gideon Tua Marbun,

Andika Sihombing, Kenji Siagian, Arief Sihombing, Ferdinan Marbun, dan

Jeasy Gavrila Siagian, trimakasih untuk senyum dan tawa kalian yang

menjadi motivasi untuk penulis.

13.Untuk Bude dan ka Sinta, trimakasih atas semua nasehat, arahan dan

bimbingan serta motivasinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

14.Untuk teman sekaligus sahabat terbaik ku, Nelly Sinaga, trimakasih untuk

doa, dukungan, bantuan dan nasehat mu sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi serta skripsi ini, trimakasih untuk smuanya. Tetaplah jadi

sahabat terbaik ku.

15.Terimakasih untuk kawan-kawan A-reg 2010, Marya, Hezri, Fatwa, Desi,Eka

lia, Flora, Elya, Chanra dan Evan.

16.Terimakasih juga untuk kawan-kawan panser, Rio, Zarahman, Agustinus,

Berkat, Jenri, Berkat gea, Rades, Frianko, Josrai, Reinhard, dan Boy.

17.Untuk teman terbaik ku, M.H.M, R.Tpb, D.S, A.S, trimakasih untuk doa

(9)

18.Terimakasih untuk Bapak Manalu dan Ibu kos Br. Sinaga dan teman-teman

satu kos, bang Septo, bang Beny, bang virgo, Novita, Ria, Delis, Winda, Vj,

Tiana, Tika, Elisabet, bang keka, bang jo, Fatimah dan nur trimakasih untuk

doa dan dukungannya.

19.Untuk pak S.Sembiring dan pak E.sembiring, serta teman-teman satu

pelayanan di youth MMTC dan SOG, trimakasih untuk doa dan dukungannya.

20.Terimakasih untuk teman-teman PPL di SMA N.1 Sei Bamban.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan doa dari semua pihak

termasuk juga kepada pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat

bagi semua pembaca.

Medan, januari 2015

(10)

vi

b) Wanita dalam rumah tangga……… 10

c) Wanita Batak Toba sebagai pedagang beras... 11

b. Konsep perdagangan……….. 13

c. Konsep interaksi sosial dan kehidupan sosial…… 15

d. Konsep persaingan(competition) ekonomi……… 17

e. Konsep ekonomi………... 18

B. Kerangka berfikir………. 21

Bab III Metodologi Penelitian………... 23

A. Metodologi penelitian……… 23

E. Teknik pengumpulan data……….. 25

(11)

b. Pengamatan (observasi)……… 26

A. Gambaran umum desa Parbotihan……….. 28

a. Luas wilayah ……… 28

b. Sarana dan prasaran….………. 29

c. Kependudukan dan agama……… 31

d. Pendidikan masyarakat………..… 33

B. Hasil penelitian………. 35

I. Latar belakang wanita Batak Toba bekerja sebagai pedagang beras………. 37

a) Profil wanita Batak Toba sebagai pedagang beras………. 43

II. Cara wanita Batak Toba pedagang beras dalam Berdagang……….. 45

a) Membeli……… 46

b) Menjual………. 49

III.Peranan wanita Batak Toba pedagang beras dalam bidang ekonomi keluarga……… 53

IV.Peranan wanita Batak Toba pedagang beras dalam bidang sosial……… 58

BAB V . Kesimpulan Dan Saran……… 62

A. Kesimpulan ……… 62

B. Saran ……….. 64

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas wilayah menurut penggunaannya……… 29

Tabel 2. Sarana jalan yang ada di Desa Parbotihan……… 30

Tabel 3. Sarana bangunan……… 30

Tabel 4. Jumlah penduduk………. 31

Tabel 5. Pekerjaan masyarakat……… 31

Tabel 6. Agama penduduk……….. 33

Tabel 7. Tingkat pendidikan masyarakat……….. 34

Tabel 8. Jenis-jenis beras merah……… 52

Tabel 9. Jenis-jenis beras putih………. 53

(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar pedoman wawancara

Lampiran 2. Daftar responden

Lampiran 3. Daftar informan

Lampiran 4. Peta lokasi penelitian

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Humbang Hasundutan merupakan daerah agraris (pertanian) oleh

karenanya prioritas pembangunan hingga saat ini tetap diletakkan pada sektor

pertanian. Konseptalisasi pembangunan merupakan proses perbaikan yang

berkesinambungan pada suatu masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik atau

lebih sejahtera, sehingga terdapat beberapa cara untuk menentukan tingkat

kesejahteraan pada suatu Negara. Penduduk di daerah ini terutama hidup dari

sawah dan ladang yang dikerjakan secara tradisional.

Orang Batak dewasa ini, mendiami daerah pegunungan Sumatera

Utara, mulai dari perbatasan Daerah Istimewa Aceh di utara sampai ke perbatasan

dengan Riau di Sumatera Barat di sebelah selatan. Selain itu orang batak juga

mendiami daratan tinggi Karo, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang, Silindung,

Angkola, Mandailing dan Kabupaten Tapanuli Tengah. (Koentjaraningrat,

2007:94).

Sementara itu, menurut Simanjuntak, sub suku batak toba mendiami

wilayah sekeliling Danau Toba. Kelompok sub suku ini merupakan kelompok

terbesar orang batak dan dianggap termaju terutama dalam bidang pertanian

sawah dan pendidikan dibandingkan kelompok yang lain. Walaupun termasuk

kedalam satu sub suku, bukan berarti tidak ada perbedaan dialek dan adat diantara

(15)

orang Humbang, Silindung, Toba Holbung, Samosir, Pahae, Parhabisaran, dan

Parhasundutan. (Simanjuntak, 2009:60)

Pada umumnya yang bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan

adalah laki-laki atau suami, hal ini disebabkan oleh suami merupakan kepala

keluarga dan kepala rumah tangga, sedangkan wanita bertanggung jawab dalam

pekerjaan rumah dan mengurus anak-anak. Sejalan dengan semakin kompleksnya

bidang-bidang kehidupan masyarakat dan semakin beratnya beban ekonomi

keluarga, peran perempuan dalam masyarakat dan keluarga semakin diperlukan.

Hal ini berlaku disemua kalangan masyarakat termasuk masyarakat Batak Toba

yang mana para wanita juga mengambil bagian dalam pemenuhan kebutuhan

keluarga, hal ini meneyebabkan mereka memiliki peran ganda yaitu sebagai ibu

yang bekerja diluar rumah sekaligus ibu yang harus melaksanakan tugas rumah

tangga.

Adapun faktor yang mendorong perempuan Batak Toba memilih

berdagang sebagai pekerjaan adalah dorongan ekonomi untuk meningkatkan

pendapatan keluarga dan persyaratan kerja disektor nonformal relatif lebih rendah

dan mudah bila dibandingkan dengan bekerja di sektor formal, karena pendidikan

yang mereka miliki cukup rendah. Mereka umumnya berjualan di pasar-pasar

tradisional. Keterlibatan kaum laki-laki jauh lebih sedikit dari pada kaum wanita.

Desa Parbotihan adalah desa yang terletak di kecamatan Onan

Ganjang, kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara.Desa ini

terletak di dataran tinggi yang pada umumnya penghasilan utamanya dari

(16)

barat berbatasan dengan Pakkat, disebelah utaranya adalah desa Aek Godang dan

di sebelah selatannya adala desa Batu Nagodang.

Asal kata untuk nama desa parbotihan mempunyai dua versi yaitu yang

pertama, Parbotihan itu berasal dari kata parbontisan atau perburuan, dimana

sebelum Parbotihan menjadi sebuah desa, tempat ini merupakan tempat perburuan

orang-orang dari desa lain, dan versi kedua Parbotihan itu berasal dari kata

parbotikan, dimana dulunya sebelum tempat tersebut menjadi sebuah desa disana

banyak tumbuh papaya (botik).

Menurut Lando dan Cunnigham, orang Batak Toba hidup dari

pertanian, terutama sawah. Berabad-abad lamanya mereka mengusahakan

pertanian sawah dengan irigasi. Maka tidak heran kalau orang batak toba berdiam

di lembah-lembah dan sekitar danau toba sebab disanalah tempat air yang perlu

untuk sawah dan tanahnya subur. Mereka hidup dalam ruang yang terbatas dan

terisolasi di lembah. (nainggolan.2006:63)

Suku Batak hidup dengan bercocok tanam, beternak hewan, dan

berladang. Hasil dari peternakan dan cocok tanam mereka jual kepasar pada hari

tertentu. Di pasar mereka melakukan transaksi untuk membeli keperluan

sehari-hari seperti membeli beras, garam, tembakau dan sebagainya.(Simanjuntak,

2012:176)

Tahun 1997 saat krisis moneter melanda Indonesia, hal yang paling

terasa dalam kehidupan masyarakat adalah turunnya nilai mata uang rupiah,

seluruh lapisan masyarakat dari kehidupan ekonomi menengah ke atas maupun

(17)

tinggal di kota maupun yang tinggal di desa, bahkan hingga ke desa-desa yang

cukup jauh dari pusat kota juga merasakannya seperti Desa Parbotihan.

Saat krisis moneter melanda Indonesia, provinsi sumatera utara juga

merasakan dampak yang cukup signifikan dimana semua harga bahan pokok

melambung tinggi, hal yang sama juga di rasakan kabupaten dan kota-kota kecil

di provinsi ini termasuk di Dolok Sanggul hingga ke desa Parbotihan. Di desa

parbotihan efeknya sangat terasa karena harga semua hasil panen menurun

sementara modal yang di keluarkan sebelumnya dalam pengolahan di bidang

pertanian tersebut sangat besar, hal ini menyebabkan kerugian besar dalam

masyarakat. Ini sangat berpengaruh dalam kehidupan rumah tangga masyarakat

yang penghasilan utamanya dari pertanian bahkan masyarakat yang seutuhnya

mengharapkan hasil dari pertanian tersebut terlilit utang, karena di desa ini, para

petani biasanya membeli bahan-bahan untuk pertanian tersebut tidak membayar

tunai tetapi itu di bayarkan setelah hasil panen keluar.

Saat keadaan ini terjadi, hampir semua keadaan ekonomi masyarakat

memburuk kecuali mereka yang berdagang beras karena beras yang sudah di beli

dengan harga yang cukup tinggi bisa tidak langsung di jual atau dengan kata lain

di simpan dulu dan itu seperti tabungan buat mereka sebelum keadaan mata uang

membaik, bahkan saat ada pembeli yang datang membeli ke rumah pun mereka

bisa menjualnya dengan harga yang tinggi pula jadi mereka tidak ada kerugian

meskipun mata uang rupiah sedang anjlok. Seiring perjalanan waktu, dimana mata

uang rupiah mulai membaik yaitu sekitar tahun 1998 mereka yang tadinya hanya

(18)

terlihat dari yang awalnya hanya beberapa saja wanita penjual beras dari daerah

ini di pajak-pajak yang dekat dengan desa ini jumlahnya semakin banyak.

Di desa ini dari tahun 1998 hingga 2013 berdagang beras dominan

dilakukan oleh wanita saja bahkan bisa dikatakan tidak ada laki-laki terlibat secara

langsung. Biasanya, laki-laki hanya membantu-bantu saja meskipun itu suami dari

pedagang beras tersebut. Mereka dibutuhkan hanya untuk mengangkat beras-beras

itu saja baik yang terbeli maupun yang terjual.

Konsep pasar secara harafiah di dalam bahasa Batak Toba disebut

onan. Onan sebagai satu institusi ekonomi, juga merupakan institusi sosial yang

menghubungkan antar huta (antar desa). Secara sederhana, pasar merupakan

tempat bertemunya para penjual dan pembeli. Dalam aktivitas pasar dapat dilihat

hampir semua fenomena ekonomi seperti pasar yang berkaitan dengan lokasi,

waktu, institusi dan proses didalamnya. Selai itu juga terdapat actor pasar seperti

pedagang, pembeli, produsen, konsumen, pekerja dan pengusaha.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Latar belakang wanita Batak Toba bekerja sebagai pedagang beras.

2. Cara wanita Batak Toba pedagang beras dalam berdagang beras.

3. Kehidupan wanita Batak Toba dalam bidang ekonomi keluarga.

(19)

C. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah yang disimpulkan

adalah:

1. Apa yang melatar belakangi wanita batak toba bekerja sebagai

pedagang beras?

2. Bagaimana cara wanita batak toba pedagang beras tersebut dalam

berdagang beras?

3. Bagaimana peranan wanita batak toba tersebut dalam bidang ekonomi

keluarga.

4. Bagaimana peranan wanita batak toba tersebut dalam bidang sosial.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi wanita Batak Toba

untuk berdagang beras.

2. Untuk mengetahui cara wanita batak toba pedagang beras tersebut

dalam berdagang beras

3. Untuk mengetahui peranan wanita batak toba tersebut dalam bidang

ekonomi keluarga.

4. Untuk mengetahui peranan wanita batak toba tersebut dalam bidang

(20)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi pengembangan ilmu sosial

Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini, perubahan peranan

wanita dalam masyarakat akan mempengaruhi perkembangan sosial

masyarakat.

2. Bagi peneliti

Sebagai panduan bagi peneliti untuk melakukan penelitian yang lebih

baik kedepannya

3. Bagi institusi

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan institusi/lembaga dapat

melihat peranan perempuan dalam kesejahteraan keluaga dengan cara

bekerja dan tidak lagi membedakan gender dalam membuka lowongan

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya,

maka dapat disimpulkan :

1. Wanita Batak Toba pedagang beras, mayoritas memulai usahanya tahun

1998-2002. Latar belakang wanita batak Toba menjadi pedagang beras,

yaitu untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarga serta igin

mewujudkan falsafah hidup orang Batak Toba yaitu, hamoraon

(kekayaan), hagabeon (berketurunan), hasangapon (terpandang dalam

masyarakat).

2. Wanita Batak Toba dalam berdagang beras melakukan dua hal yaitu

membeli dan menjual. Cara pedagang beras tersebut dalam membeli dan

menjual hampir sama. Dalam membeli, para pedagang biasanya

melakukannya dengan beberapa cara, yaitu:

 Langsung membeli beras kepada masyarakat yang ingin menjual

beras

 Membayar beras terlebih dahulu meskipun belum panen

 Merangkapkan usahanya dengan menjual pupuk yang dibutuhkan

oleh masyarakat

 Mempercayakan uangnya kepada pengepul

Untuk menjual beras, wanita Batak Toba juga melakukannya dengan

(22)

 Langsung menjual atau mengecerkan beras kepada orang yang

ingin membeli

 Menjual beras kepada pengecer, beras tersebut akan di bayar

setelah laku terjual atau sampai batas waktu yang ditentukan.

 Penjualan juga dilakukan lewat telfon

3. Keadaan ekonomi keluarga wanita Batak Toba pedagang beras

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, keadaan ekonomi mereka

juga terbilang stabil karena dalam berdagang beras jarang terjadi

kerugian bahakan tidak pernah ada kerugian. Hal ini terlihat dari harta

kekayaan mereka seperti bentuk fisik rumah dan kendaraan yang

mereka miliki serta pendidikan anak-anak dari wanita pedagang beras

tersebut yang dapat mengecap pendidikan hingga ke perguruan tinggi

baik negeri maupun swasta.

4. Pekerjaan seseorang mempengaruhi kehidupan sosialnya. Kehidupan

sosial wanita Batak Toba pedagang beras cukup dipadang dalam

masyarakat, karena selain cara mereka berinteraksi cukup baik, mereka

juga memiliki kehidupan sosial yang baik, sehingga beberapa acara

yang akan diadakan oleh masyarakat, biasanya mempertimbangkan

waktu dari pedagang beras tersebut. Contohnya untuk mengadakan

pesta dan syukuran biasanya dilakukan antara hari rabu dan kamis,

karena pada hari itulah para wanita Batak Toba tidak berdagang ke

(23)

lakukan pada hari kamis dan arisan marga juga dilakukan pada hari

minggu.

B. Saran

Dalam penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan dan dikembangkan, yaitu sebagi berikut:

1. Kepada kepala Desa Parbotihan dan masyarakat desa Parbotihan,

diharapakan dapat mendirikan koperasi simpan pinjam, agar saat

terjadi keadaan pasar yang tidak baik seperti gagal panen atau harga

hasil panen murah, masyarakat tidak terlilit utang

2. Kepada wanita Batak Toba pedagang beras, agar lebih bijak dalam

membagi waktu sehingga dapat mempunyai waktu untuk mengurus

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Antonius, Bugaran Simanjuntak. 2009, Konflik Status Dan Kekuasaan Orang

Batak Toba, Yayasan Obor Indonesia: Jakarta

Antonius, Bugaran Simanjuntak. 2012, Konsepku Membangun Bangso Batak,

Yayasan Obor Indonesia: Jakarta

Arikunto, Suharsini. 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.

Gardiner, M.O dkk.1996, Perempuan Indonesia Dulu Dan Kini, penerbit,

PT.Gramedia Pustaka Utama.

Ihromi, T.O. 1995, Kajian Wanita Dalam Pembangunan, Yayasan Obor

Indonesia: Jakarta

Kartono, kartini.1981, Psychologi Wanita, Penerbit Alumni: Bandung

Kansil, 1985, Hukum Dagang Indonesia, Penerbit Aksara Baru: Jakarta

Koentjaraningrat.2007, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan:

Jakarta.

Nainggolan, Togar. 2006, Batak Toba di Jakarta, Penerbit Bina Media : Medan.

Nasikum. 1996, Sistem Sosial Indonesia, Penerbit PT.Raja Grafindo Persada:

Jakarta

Sajogyo, Pudjiwati. 1983, Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat

Desa, Penerbit Rajawali Pers : Bogor

Sjamsuddin, Helius. 2007, Metodologi Sejarah, Penerbit Ombak : Yogyakarta.

Soekanto, Soerjono. 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, PT.Raja Grafindo Persada:

Jakarta

Sugiyono. 2010, Metode Penelitian Pendidikan, Penerbit Alphabet:Bandung

Ulfa, Maria Subadjo dan T.O Ihromi. 1994, Peranan Dan Kedudukan Wanita

Indonesia, Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Gambar

Gambaran  a. Luas wilayah …………………………………… b.Sar
Tabel 1. Luas wilayah menurut penggunaannya………………………

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur cerita rakyat Batak Toba dan fungsi cerita rakyat tersebut bagi masyarakat yang memilikinya dalam hal ini masyarakat Batak

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis sapaan yang dipakai dalam bahasa Bata Toba yang sesuai dengan Dalihan Na Tolu, untuk mengetahui bagaimana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wujud dan faktor penyebab terjadinya campur kode dalam percakapan masyarakat Batak Toba di pasar Porsea Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman upaya-upaya yang dilakukan oleh ansambel Sopo Nauli dalam mempertahankan keberadaan musik tradisi Batak Toba di Kota

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah terbentuknya Pasar Melati yang mengalami perkembangan cukup cepat dan perkembangan pedagang wanita di Pasar Melati yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana fungsi sinamot dalam perkawinan menurut adat masyarakat Batak Toba dan untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pergeseran fungsi uang jujur (sinamot) pada perkawinan adat masyarakat Batak Toba dan untuk mengetahui tindakan yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dukungan sosial keluarga pada pasangan pernikahan beda etnis (Batak Toba-Tamil).. Penelitian ini menggunakan pendekatan