KEHIDUPAN WANITA BATAK TOBA SEBAGAI PEDAGANG BERAS DALAM BIDANG EKONOMI DAN SOSIAL DI DESA PARBOTIHAN,
DOLOK SANGGUL TAHUN 1998-2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
HOTRESLY MARBUN
NIM : 3103121032
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Hotresly Marbun. 3103121032. Kehidupan Wanita Batak Toba Pedagang Beras Dalam Bidang Ekonomi Dan Sosial di Desa Parbotihan, Dolok Sanggul Tahun 1998-2013. Program Studi Pendidikan sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang menjadi latarbelakang wanita Batak Toba untuk berdagang beras, cara wanita batak toba pedagang beras tersebut dalam berdagang beras, peranan wanita batak toba tersebut dalam bidang ekonomi keluarga, dan peranan wanita batak toba tersebut dalam bidang sosial.
Penelitian ini merupakan penelitian oral history (sejarah lisan) dengan menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dan didukung oleh metode kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Alasan wanita Batak toba menjadi pedagang beras yaitu, ingin memperbaiki keadaan ekonomi keluarga serta ingin mewujudkan falsafah hidup orang Batak Toba yaitu hamoraon (kekayaan), hagabeon (mempunyai keturunan), hasangapon (terpandang di dalam masyarakat). 2. Wanita Batak Toba dalam berdagang beras melakukan dua hal yaitu membeli dan menjual. Cara pedagang beras tersebut dalam membeli yaitu: Langsung membeli kepada masyarakat yang ingin menjual beras, membayar beras terlebih dahulu meskipun belum panen, merangkapkan usahanya dengan menjual pupuk yang dibutuhkan oleh masyarakat, pengepul. Cara pedagang beras untuk menjual yaitu: Langsung menjual /mengecerkan beras kepada orang yang ingin membeli, menjual beras kepada pengecer, beras tersebut akan di bayar setelah laku terjual atau sampai batas waktu yang ditentukan, penjualan juga dilakukan lewat telepon. 3. Keadaan ekonomi keluarga wanita Batak Toba pedagang beras mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 4.Kehidupan sosial wanita Batak Toba pedagang beras cukup dipandang dalam masyarakat, karena selain cara mereka berinteraksi cukup baik, mereka juga memiliki kehidupan sosial yang baik.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan anugerah-Nya yang telah penulis terima mulai dari awal hingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Kehidupan Wanita Batak Toba
Sebagai Pedagang Beras Dalam Bidang Ekonomi Dan Sosial Di Desa Parbotihan
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 1998-2013”. Adapun tujuan skripsi ini
disusun yaitu sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Dalam prose menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mengalami kendala
dan masalah. Namun, penulis terus berusaha semaksimal mungkin agar skripsi ini
dapat selesai dengan baik. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi
ini, masih memiliki beberapa kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk melengkapi skripsi ini.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menghadapi beberapa kendala ,
namun berkat bantuan dan bimbingan, dukungan, kerjasama dari berbagai pihak,
kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan trimakasih dan penghargaan kepada:
1. Teristimewa untuk Kedua orang tua penulis, bapak tercinta A.marbun dan ibu
tersayang M.Br.Silaban, trimakasih untuk semua pengorbanan dan kasih
sayang yang selalu kalian berikan, terimakasih untuk doa, semangat, motivasi,
untuk keringat dan nasehat mu, trimakasih ibu untuk kasih sayang dan doa
mu, penulis bangga memiliki orang tua yang sangat hebat seperti kalian. Maaf
karena tidak dapat menyelesaikan studi ku tepat waku seperti yang kalian
inginkan. Trimakasih untuk segalanya.
2. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universita Negeri
Medan.
3. Bapak Dr. H. Restu, MS selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial.
4. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A selaku ketua jurusan Pendidikan Sejarah.
5. Bapak Drs. Yushar Tanjung M.si selaku sekretaris jurusan.
6. Ibu Dra. Lukitaningsih M.Hum selaku dosen pembimbing skripsi penulis,
yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan bantuan kepada
penulis mulai dari penulisan proposal hingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan, tidak ada kata yang bisa ku ucapkan selain terimakasih dan
bangga menjadi anak bimbingan ibu.
7. Ibu Dra. Syarifah, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik penulis
sekaligus dosen penguji.
8. Ibu Dr. Samsidar Tanjung M.Pd selaku dosen penguji ahli.
9. Bapak Drs.Ponirin, M.Si selaku dosen pembanding bebas.
10.Trimakasih Kepada abang dan kaka-kaka ku, kaka tersayang Mawar Kristina
Marbun dan abang ipar Sihombing, kepada abang Anwar Marbun dan eda
S.Naibaho, kepada abang Amri Marbun dan eda H. Sihite, kepada kaka
Marganda Marbun, trimakasih untuk support, motivasi, doa dan materi yang
kalian berikan.
11.Untuk tulang terbaik ku, tulang Ruben Silaban, trimakasih untuk doa,
dukungan, motivasi, tawa dan nasehat yang selalu penulis rasakan saat penulis
mengalami masalah dalam penyelesaian skripsi ini.
12.Untuk semua keponakan ku, Asriel Syahputra Marbun, Gideon Tua Marbun,
Andika Sihombing, Kenji Siagian, Arief Sihombing, Ferdinan Marbun, dan
Jeasy Gavrila Siagian, trimakasih untuk senyum dan tawa kalian yang
menjadi motivasi untuk penulis.
13.Untuk Bude dan ka Sinta, trimakasih atas semua nasehat, arahan dan
bimbingan serta motivasinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
14.Untuk teman sekaligus sahabat terbaik ku, Nelly Sinaga, trimakasih untuk
doa, dukungan, bantuan dan nasehat mu sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi serta skripsi ini, trimakasih untuk smuanya. Tetaplah jadi
sahabat terbaik ku.
15.Terimakasih untuk kawan-kawan A-reg 2010, Marya, Hezri, Fatwa, Desi,Eka
lia, Flora, Elya, Chanra dan Evan.
16.Terimakasih juga untuk kawan-kawan panser, Rio, Zarahman, Agustinus,
Berkat, Jenri, Berkat gea, Rades, Frianko, Josrai, Reinhard, dan Boy.
17.Untuk teman terbaik ku, M.H.M, R.Tpb, D.S, A.S, trimakasih untuk doa
18.Terimakasih untuk Bapak Manalu dan Ibu kos Br. Sinaga dan teman-teman
satu kos, bang Septo, bang Beny, bang virgo, Novita, Ria, Delis, Winda, Vj,
Tiana, Tika, Elisabet, bang keka, bang jo, Fatimah dan nur trimakasih untuk
doa dan dukungannya.
19.Untuk pak S.Sembiring dan pak E.sembiring, serta teman-teman satu
pelayanan di youth MMTC dan SOG, trimakasih untuk doa dan dukungannya.
20.Terimakasih untuk teman-teman PPL di SMA N.1 Sei Bamban.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan doa dari semua pihak
termasuk juga kepada pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat
bagi semua pembaca.
Medan, januari 2015
vi
b) Wanita dalam rumah tangga……… 10
c) Wanita Batak Toba sebagai pedagang beras... 11
b. Konsep perdagangan……….. 13
c. Konsep interaksi sosial dan kehidupan sosial…… 15
d. Konsep persaingan(competition) ekonomi……… 17
e. Konsep ekonomi………... 18
B. Kerangka berfikir………. 21
Bab III Metodologi Penelitian………... 23
A. Metodologi penelitian……… 23
E. Teknik pengumpulan data……….. 25
b. Pengamatan (observasi)……… 26
A. Gambaran umum desa Parbotihan……….. 28
a. Luas wilayah ……… 28
b. Sarana dan prasaran….………. 29
c. Kependudukan dan agama……… 31
d. Pendidikan masyarakat………..… 33
B. Hasil penelitian………. 35
I. Latar belakang wanita Batak Toba bekerja sebagai pedagang beras………. 37
a) Profil wanita Batak Toba sebagai pedagang beras………. 43
II. Cara wanita Batak Toba pedagang beras dalam Berdagang……….. 45
a) Membeli……… 46
b) Menjual………. 49
III.Peranan wanita Batak Toba pedagang beras dalam bidang ekonomi keluarga……… 53
IV.Peranan wanita Batak Toba pedagang beras dalam bidang sosial……… 58
BAB V . Kesimpulan Dan Saran……… 62
A. Kesimpulan ……… 62
B. Saran ……….. 64
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas wilayah menurut penggunaannya……… 29
Tabel 2. Sarana jalan yang ada di Desa Parbotihan……… 30
Tabel 3. Sarana bangunan……… 30
Tabel 4. Jumlah penduduk………. 31
Tabel 5. Pekerjaan masyarakat……… 31
Tabel 6. Agama penduduk……….. 33
Tabel 7. Tingkat pendidikan masyarakat……….. 34
Tabel 8. Jenis-jenis beras merah……… 52
Tabel 9. Jenis-jenis beras putih………. 53
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar pedoman wawancara
Lampiran 2. Daftar responden
Lampiran 3. Daftar informan
Lampiran 4. Peta lokasi penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Humbang Hasundutan merupakan daerah agraris (pertanian) oleh
karenanya prioritas pembangunan hingga saat ini tetap diletakkan pada sektor
pertanian. Konseptalisasi pembangunan merupakan proses perbaikan yang
berkesinambungan pada suatu masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik atau
lebih sejahtera, sehingga terdapat beberapa cara untuk menentukan tingkat
kesejahteraan pada suatu Negara. Penduduk di daerah ini terutama hidup dari
sawah dan ladang yang dikerjakan secara tradisional.
Orang Batak dewasa ini, mendiami daerah pegunungan Sumatera
Utara, mulai dari perbatasan Daerah Istimewa Aceh di utara sampai ke perbatasan
dengan Riau di Sumatera Barat di sebelah selatan. Selain itu orang batak juga
mendiami daratan tinggi Karo, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang, Silindung,
Angkola, Mandailing dan Kabupaten Tapanuli Tengah. (Koentjaraningrat,
2007:94).
Sementara itu, menurut Simanjuntak, sub suku batak toba mendiami
wilayah sekeliling Danau Toba. Kelompok sub suku ini merupakan kelompok
terbesar orang batak dan dianggap termaju terutama dalam bidang pertanian
sawah dan pendidikan dibandingkan kelompok yang lain. Walaupun termasuk
kedalam satu sub suku, bukan berarti tidak ada perbedaan dialek dan adat diantara
orang Humbang, Silindung, Toba Holbung, Samosir, Pahae, Parhabisaran, dan
Parhasundutan. (Simanjuntak, 2009:60)
Pada umumnya yang bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan
adalah laki-laki atau suami, hal ini disebabkan oleh suami merupakan kepala
keluarga dan kepala rumah tangga, sedangkan wanita bertanggung jawab dalam
pekerjaan rumah dan mengurus anak-anak. Sejalan dengan semakin kompleksnya
bidang-bidang kehidupan masyarakat dan semakin beratnya beban ekonomi
keluarga, peran perempuan dalam masyarakat dan keluarga semakin diperlukan.
Hal ini berlaku disemua kalangan masyarakat termasuk masyarakat Batak Toba
yang mana para wanita juga mengambil bagian dalam pemenuhan kebutuhan
keluarga, hal ini meneyebabkan mereka memiliki peran ganda yaitu sebagai ibu
yang bekerja diluar rumah sekaligus ibu yang harus melaksanakan tugas rumah
tangga.
Adapun faktor yang mendorong perempuan Batak Toba memilih
berdagang sebagai pekerjaan adalah dorongan ekonomi untuk meningkatkan
pendapatan keluarga dan persyaratan kerja disektor nonformal relatif lebih rendah
dan mudah bila dibandingkan dengan bekerja di sektor formal, karena pendidikan
yang mereka miliki cukup rendah. Mereka umumnya berjualan di pasar-pasar
tradisional. Keterlibatan kaum laki-laki jauh lebih sedikit dari pada kaum wanita.
Desa Parbotihan adalah desa yang terletak di kecamatan Onan
Ganjang, kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara.Desa ini
terletak di dataran tinggi yang pada umumnya penghasilan utamanya dari
barat berbatasan dengan Pakkat, disebelah utaranya adalah desa Aek Godang dan
di sebelah selatannya adala desa Batu Nagodang.
Asal kata untuk nama desa parbotihan mempunyai dua versi yaitu yang
pertama, Parbotihan itu berasal dari kata parbontisan atau perburuan, dimana
sebelum Parbotihan menjadi sebuah desa, tempat ini merupakan tempat perburuan
orang-orang dari desa lain, dan versi kedua Parbotihan itu berasal dari kata
parbotikan, dimana dulunya sebelum tempat tersebut menjadi sebuah desa disana
banyak tumbuh papaya (botik).
Menurut Lando dan Cunnigham, orang Batak Toba hidup dari
pertanian, terutama sawah. Berabad-abad lamanya mereka mengusahakan
pertanian sawah dengan irigasi. Maka tidak heran kalau orang batak toba berdiam
di lembah-lembah dan sekitar danau toba sebab disanalah tempat air yang perlu
untuk sawah dan tanahnya subur. Mereka hidup dalam ruang yang terbatas dan
terisolasi di lembah. (nainggolan.2006:63)
Suku Batak hidup dengan bercocok tanam, beternak hewan, dan
berladang. Hasil dari peternakan dan cocok tanam mereka jual kepasar pada hari
tertentu. Di pasar mereka melakukan transaksi untuk membeli keperluan
sehari-hari seperti membeli beras, garam, tembakau dan sebagainya.(Simanjuntak,
2012:176)
Tahun 1997 saat krisis moneter melanda Indonesia, hal yang paling
terasa dalam kehidupan masyarakat adalah turunnya nilai mata uang rupiah,
seluruh lapisan masyarakat dari kehidupan ekonomi menengah ke atas maupun
tinggal di kota maupun yang tinggal di desa, bahkan hingga ke desa-desa yang
cukup jauh dari pusat kota juga merasakannya seperti Desa Parbotihan.
Saat krisis moneter melanda Indonesia, provinsi sumatera utara juga
merasakan dampak yang cukup signifikan dimana semua harga bahan pokok
melambung tinggi, hal yang sama juga di rasakan kabupaten dan kota-kota kecil
di provinsi ini termasuk di Dolok Sanggul hingga ke desa Parbotihan. Di desa
parbotihan efeknya sangat terasa karena harga semua hasil panen menurun
sementara modal yang di keluarkan sebelumnya dalam pengolahan di bidang
pertanian tersebut sangat besar, hal ini menyebabkan kerugian besar dalam
masyarakat. Ini sangat berpengaruh dalam kehidupan rumah tangga masyarakat
yang penghasilan utamanya dari pertanian bahkan masyarakat yang seutuhnya
mengharapkan hasil dari pertanian tersebut terlilit utang, karena di desa ini, para
petani biasanya membeli bahan-bahan untuk pertanian tersebut tidak membayar
tunai tetapi itu di bayarkan setelah hasil panen keluar.
Saat keadaan ini terjadi, hampir semua keadaan ekonomi masyarakat
memburuk kecuali mereka yang berdagang beras karena beras yang sudah di beli
dengan harga yang cukup tinggi bisa tidak langsung di jual atau dengan kata lain
di simpan dulu dan itu seperti tabungan buat mereka sebelum keadaan mata uang
membaik, bahkan saat ada pembeli yang datang membeli ke rumah pun mereka
bisa menjualnya dengan harga yang tinggi pula jadi mereka tidak ada kerugian
meskipun mata uang rupiah sedang anjlok. Seiring perjalanan waktu, dimana mata
uang rupiah mulai membaik yaitu sekitar tahun 1998 mereka yang tadinya hanya
terlihat dari yang awalnya hanya beberapa saja wanita penjual beras dari daerah
ini di pajak-pajak yang dekat dengan desa ini jumlahnya semakin banyak.
Di desa ini dari tahun 1998 hingga 2013 berdagang beras dominan
dilakukan oleh wanita saja bahkan bisa dikatakan tidak ada laki-laki terlibat secara
langsung. Biasanya, laki-laki hanya membantu-bantu saja meskipun itu suami dari
pedagang beras tersebut. Mereka dibutuhkan hanya untuk mengangkat beras-beras
itu saja baik yang terbeli maupun yang terjual.
Konsep pasar secara harafiah di dalam bahasa Batak Toba disebut
onan. Onan sebagai satu institusi ekonomi, juga merupakan institusi sosial yang
menghubungkan antar huta (antar desa). Secara sederhana, pasar merupakan
tempat bertemunya para penjual dan pembeli. Dalam aktivitas pasar dapat dilihat
hampir semua fenomena ekonomi seperti pasar yang berkaitan dengan lokasi,
waktu, institusi dan proses didalamnya. Selai itu juga terdapat actor pasar seperti
pedagang, pembeli, produsen, konsumen, pekerja dan pengusaha.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Latar belakang wanita Batak Toba bekerja sebagai pedagang beras.
2. Cara wanita Batak Toba pedagang beras dalam berdagang beras.
3. Kehidupan wanita Batak Toba dalam bidang ekonomi keluarga.
C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah yang disimpulkan
adalah:
1. Apa yang melatar belakangi wanita batak toba bekerja sebagai
pedagang beras?
2. Bagaimana cara wanita batak toba pedagang beras tersebut dalam
berdagang beras?
3. Bagaimana peranan wanita batak toba tersebut dalam bidang ekonomi
keluarga.
4. Bagaimana peranan wanita batak toba tersebut dalam bidang sosial.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi wanita Batak Toba
untuk berdagang beras.
2. Untuk mengetahui cara wanita batak toba pedagang beras tersebut
dalam berdagang beras
3. Untuk mengetahui peranan wanita batak toba tersebut dalam bidang
ekonomi keluarga.
4. Untuk mengetahui peranan wanita batak toba tersebut dalam bidang
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi pengembangan ilmu sosial
Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini, perubahan peranan
wanita dalam masyarakat akan mempengaruhi perkembangan sosial
masyarakat.
2. Bagi peneliti
Sebagai panduan bagi peneliti untuk melakukan penelitian yang lebih
baik kedepannya
3. Bagi institusi
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan institusi/lembaga dapat
melihat peranan perempuan dalam kesejahteraan keluaga dengan cara
bekerja dan tidak lagi membedakan gender dalam membuka lowongan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan :
1. Wanita Batak Toba pedagang beras, mayoritas memulai usahanya tahun
1998-2002. Latar belakang wanita batak Toba menjadi pedagang beras,
yaitu untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarga serta igin
mewujudkan falsafah hidup orang Batak Toba yaitu, hamoraon
(kekayaan), hagabeon (berketurunan), hasangapon (terpandang dalam
masyarakat).
2. Wanita Batak Toba dalam berdagang beras melakukan dua hal yaitu
membeli dan menjual. Cara pedagang beras tersebut dalam membeli dan
menjual hampir sama. Dalam membeli, para pedagang biasanya
melakukannya dengan beberapa cara, yaitu:
Langsung membeli beras kepada masyarakat yang ingin menjual
beras
Membayar beras terlebih dahulu meskipun belum panen
Merangkapkan usahanya dengan menjual pupuk yang dibutuhkan
oleh masyarakat
Mempercayakan uangnya kepada pengepul
Untuk menjual beras, wanita Batak Toba juga melakukannya dengan
Langsung menjual atau mengecerkan beras kepada orang yang
ingin membeli
Menjual beras kepada pengecer, beras tersebut akan di bayar
setelah laku terjual atau sampai batas waktu yang ditentukan.
Penjualan juga dilakukan lewat telfon
3. Keadaan ekonomi keluarga wanita Batak Toba pedagang beras
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, keadaan ekonomi mereka
juga terbilang stabil karena dalam berdagang beras jarang terjadi
kerugian bahakan tidak pernah ada kerugian. Hal ini terlihat dari harta
kekayaan mereka seperti bentuk fisik rumah dan kendaraan yang
mereka miliki serta pendidikan anak-anak dari wanita pedagang beras
tersebut yang dapat mengecap pendidikan hingga ke perguruan tinggi
baik negeri maupun swasta.
4. Pekerjaan seseorang mempengaruhi kehidupan sosialnya. Kehidupan
sosial wanita Batak Toba pedagang beras cukup dipadang dalam
masyarakat, karena selain cara mereka berinteraksi cukup baik, mereka
juga memiliki kehidupan sosial yang baik, sehingga beberapa acara
yang akan diadakan oleh masyarakat, biasanya mempertimbangkan
waktu dari pedagang beras tersebut. Contohnya untuk mengadakan
pesta dan syukuran biasanya dilakukan antara hari rabu dan kamis,
karena pada hari itulah para wanita Batak Toba tidak berdagang ke
lakukan pada hari kamis dan arisan marga juga dilakukan pada hari
minggu.
B. Saran
Dalam penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan dikembangkan, yaitu sebagi berikut:
1. Kepada kepala Desa Parbotihan dan masyarakat desa Parbotihan,
diharapakan dapat mendirikan koperasi simpan pinjam, agar saat
terjadi keadaan pasar yang tidak baik seperti gagal panen atau harga
hasil panen murah, masyarakat tidak terlilit utang
2. Kepada wanita Batak Toba pedagang beras, agar lebih bijak dalam
membagi waktu sehingga dapat mempunyai waktu untuk mengurus
DAFTAR PUSTAKA
Antonius, Bugaran Simanjuntak. 2009, Konflik Status Dan Kekuasaan Orang
Batak Toba, Yayasan Obor Indonesia: Jakarta
Antonius, Bugaran Simanjuntak. 2012, Konsepku Membangun Bangso Batak,
Yayasan Obor Indonesia: Jakarta
Arikunto, Suharsini. 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.
Gardiner, M.O dkk.1996, Perempuan Indonesia Dulu Dan Kini, penerbit,
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Ihromi, T.O. 1995, Kajian Wanita Dalam Pembangunan, Yayasan Obor
Indonesia: Jakarta
Kartono, kartini.1981, Psychologi Wanita, Penerbit Alumni: Bandung
Kansil, 1985, Hukum Dagang Indonesia, Penerbit Aksara Baru: Jakarta
Koentjaraningrat.2007, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan:
Jakarta.
Nainggolan, Togar. 2006, Batak Toba di Jakarta, Penerbit Bina Media : Medan.
Nasikum. 1996, Sistem Sosial Indonesia, Penerbit PT.Raja Grafindo Persada:
Jakarta
Sajogyo, Pudjiwati. 1983, Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat
Desa, Penerbit Rajawali Pers : Bogor
Sjamsuddin, Helius. 2007, Metodologi Sejarah, Penerbit Ombak : Yogyakarta.
Soekanto, Soerjono. 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, PT.Raja Grafindo Persada:
Jakarta
Sugiyono. 2010, Metode Penelitian Pendidikan, Penerbit Alphabet:Bandung
Ulfa, Maria Subadjo dan T.O Ihromi. 1994, Peranan Dan Kedudukan Wanita
Indonesia, Gajah Mada University Press: Yogyakarta.