• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKONSTRUKSI FOLKLOR BATAK TOBA DALAM BENTUK PERTUNJUKAN TORTOR SIGALE-GALE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REKONSTRUKSI FOLKLOR BATAK TOBA DALAM BENTUK PERTUNJUKAN TORTOR SIGALE-GALE."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

REKONSTRUKSI FOLKLOR BATAK TOBA DALAM

BENTUK PERTUNJUKAN TOR-TOR SIGALE-GALE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh :

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Rini H. Sinaga.NIM 2111542019. Rekonstruksi Folklor Batak Toba Dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keberadaan folklor pada masyarakat Batak Toba dan untuk mengetahi bagaimana “Rekonstruksi Folklor Batak Toba dalam bentuk pertunjukan Tortor Sigale-gale”.

Untuk pembahasan tujuan penelitian diatas, digunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian, seperti teori rekonstruksi, teori folklor, teori bentuk pertunjukan, pengertian tortor, dan pengertian keberadaan.

Waktu penelitian yang dilakukan untuk membahas “Rekonstruksi Folklor Batak Toba Dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale” dilakukan selama 2 Bulan yaitu padan bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Februari 2016. Tempat penelitian adalah di daerah Pangururan Kabupaten Samosir dan Medan Helvetia. Populasi pada penelitian ini adalah beberapa tokoh seniman muda dan tua.

Hasil penelitian dengan menggunakan metode penelitian kualitatif meliputi pemaparan dan interpretasi data-data yaitu bagaimana “Rekonstruksi Folklor Batak Toba Dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale. Folklor (cerita rakyat) pada masyarakat Batak Toba adalah jenis Folklor lisan dan Folklor bukan lisan. Patung Sigale-gale dapat bergerak dengan berbagai gerakannya yang detail, seperti gerakan tangan yang naik turun, kaku (stakato) dan kepala hanya bisa geleng-geleng. Rekonstruksi Folklor Sigale-gale banyak diangkat para seniman menjadi sebuah karya pertunjukan seni. Pertunjukan Tortor Sigale-gale salah satu kreativitas para kaula muda dan tua yang bergerak dibidang seni. Dalam bentuk pertunjukan tari meliputi adanya gerak, iringan, tata rias, dan busana.

(8)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Medan. Skripsi ini berjudul “REKONSTRUKSI FOLKLOR BATAK TOBA DALAM BENTUK PERTUNJUKAN TORTOR SIGALE-GALE”.

Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis menuturkan ucapan terimakasih yang tiada terhingga kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan,

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd. Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,

4. Dra. Pita HD Silitonga M.Pd. Sekretaris Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,

5. Sitti Rahmah, S.Pd., M.Si. Ketua Prodi Pendidikan Tari dan Pembimbing Skripsi II,

6. Nurwani S.S.T., M.Hum. Pembimbing Skripsi I,

7. Iskandar Muda, S.Sn., M.Sn. Pembimbing Akademik dan Narasumber I 8. Drs. Inggit Prasetiawan, M.Sn. Narasumber II

9. Seluruh Dosen di Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,

10. Para Pegawai Tata Usaha Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

11. Orangtua tercinta, Ayahanda J. Sinaga, Ibunda Alm. R. Siahaan dan Tante F. Naibaho yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, semangat, didikan nasehat, kesabaran, kasih sayang dan Doanya kepada penulis serta adik Marissha Yunita Sinaga, HM. Rio Julianto Sinaga dan Farel. Terimakasih untuk segala perhatian, kasih sayang dan pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis dalam mendukung penyelesaian Skripsi ini,

12. Thompson Hs, Inong Lena Simanjuntak, Mateus Suwarsono, Octavianus Matondang, Marlita Simbolon, S.Pd. Pengasuh Sanggar Angel Elkanean, Dewi Marlina Maru, S.Pd. Pengasuh Sanggar Nusa Indah Entertainment Ibu Perri Kristina Sagala S.Pd. Pengasuh Sanggar Jolo New, Edison Manik, dan Dian Manik yang telah memberi semangat, bantuan materil maupun non materil, dan memberikan informasi kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini,

(9)

PPLT 2014, Rekan-rekan PLOT dan UK-KMK St. Martinus Unimed terimakasih telah memberikan semangat dan motivasi,

14. Semua pihak yang turut berperan membantu dan mendukung dalam penyelesaian Skripsi ini,

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan mutu pendidikan, khususnya di bidang pendidikan musik.

Medan, Maret 2016 Penulis,

(10)

iv

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ...8

A. Landasan teoritis ...8

1. Teori Rekonstruksi ...8

2. Teori Folklor ...9

3. Teori Bentuk Pertunjukan ...12

4. Pengertian Tortor ...14

5. Pengertian Sigale-gale ...15

6. Pengertian Keberadaan ...17

B. Kerangka Konseptual ...18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...20

A. Metodologi Penelitian ...20

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...21

C. Populasi dan Sampel ...21

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...28

A. Gambaran Umum ...28

1. Asal Usul Masyarakat Batak Toba ...28

2. Sistem Kepercayaan ...29

3. Kesenian Masyarakat Batak Toba ...30

a. Vokal ...30

B. Keberadaan Folklor pada Masyarakat Batak Toba ...38

C. Rekonstruksi Folklor Batak Toba dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale ...47

a. Gerak ...48

b. Iringan Musik ...51

c. Tata Rias ...54

d. Tata Busana ...57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...61

A. Kesimpulan ...61

B. Saran ...63

(12)

vi

DAFTAR TABEL

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1a. Ulos Sibolang ...36

Gambar 4.1b. Ulos Bintang Maratur...36

Gambar 4.1c. Ulos Sadum ...37

Gambar 4.2. Foto Sigale-gale ...43

Gambar 4.3a. Gambar Somba Debata ... 48

Gambar 4.3b. Datu Bolon dengan kedua Ulu Balang...49

Gambar 4.3c. Memilih dan Menebang Pohon ...49

Gambar 4.3d. Proses Memahat Kayu...49

Gambar 4.3e. Gerak Proses...49

Gambar 4.3f. Gerak Sigale-gale...50

Gambar 4.3g. Gerak Sigale-gale ...50

Gambar 4.3h. Gerak Sigale-gale dan Masyarakat...50

Gambar 4.3i. Gerak Siagale-gale dan Masyarakat Bergembira ...51

Gambar 4.4. Taganing ...52

Gambar 4.5. Seruling ...52

Gambar 4.6. Kecapi...53

Gambar 4.7. Garantung ...53

Gambar 4.8. Ogung ...54

(14)

viii

Gambar 4.17. Busana Ulu Balang...59

Gambar 4.18. Busana Masyarakat ...60

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keanekaragaman budaya atau cultural diversity adalah keniscayaan yang

ada di bumi ini. Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak

dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat

majemuk, selain kebudayaan kelompok suku bangsa masyarakat Indonesia juga

memiliki berbagai kebudayaan daerah yang bersifat kewilayahan yang merupakan

pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah

tersebut.

Dengan jumlah 200 juta lebih orang dimana mereka tinggal tersebar di

pulau-pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi

geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, daratan

rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Dengan keanekaragaman kebudayaan

Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara

lainnya. Keragaman budaya sesungguhnya kekayaan budaya bangsa Indonesia.

(16)

2

dalam setiap suku di Indonesia merupakan budaya yang diturunkan secara turun

temurun dan dilestarikan dengan tetap melaksanakannya dalam kehidupan

sehari-hari. Salah satunya adalah budaya pada suku Batak yang merupakan suku yang

hidup dan berkembang di Provinsi Sumatera Utara.

Di Sumatera Utara suku Batak memiliki etnik dari sekian banyak rumpun

Batak. Dari sekian rumpun Batak ada enam etnis suku Batak yang ada di

Sumatera Utara yang terdiri dari Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Pakpak

Dairi, Batak Mandailing, Batak Tapanuli Tengah (pesisir sibolga), dan Batak

Toba. Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat,

tari dan musik daerah, jenis makanan, budaya, seni kriya, cerita rakyat, dan

pakaian adat juga bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya sangat

mendukung dalam pasar pariwisata di Sumatera Utara. Salah satu bentuk dari

kebudayaan itu adalah kesenian. Suku Batak Toba memiliki kesenian seperti seni

musik, seni tari, seni rupa, seni drama/teater, seni sastra dan juga seni kerajinan

tangan. Suku Batak Toba adalah salah satu ragam suku yang ada di Sumatera

Utara yang masih menyimpan sejarah dan masih sangat kental dengan adat serta

kebudayaannya.

Batak Toba memiliki Tortor, danau Toba, megalitik (kubur batu), legenda

(cerita rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi sebagai aset wisata. Cerita rakyat

suku Batak Toba banyak diangkat para seniman sebagai sumber ide karya seni

pertunjukan. Cerita rakyat yang ada di Batak Toba seperti terjadinya Danau Toba,

Siboru Pareme, Boru Tumbaga, Tunggal Panaluan, Sigale-gale, Batu Gantung,

(17)

3

Bentuk pertunjukan yang diciptakan para seniman bermacam-macam,

seperti sendratari, dramatari, teater rakyat/opera Batak dan karya tari sebagai

karya-karya kreatif seniman Toba dalam mengusung cerita yang bersumber dari

Folklor Batak. Salah satu cerita yang akan penulis angkat menjadi fokus

penelitian ini adalah bentuk pertunjukan Tortor Sigale-gale.

Di Huta Samosir tersebutlah kerajaan yang dipimpin seorang Raja yang

memiliki seorang anak laki-laki. Dahulu kala disetiap Huta mempunyai pemimpin

yakni Raja yang masih berperang antar kerajaan untuk memperebutkan daerah

kekuasaan. Saat itu dalam suatu perang antar kerajaan, Raja tersebut menyuruh

anaknya yang bernama Manggale. Manggale adalah anak satu-satunya dari

keturunan Raja tersebut. Didalam pertempuran itu Manggale tewas dalam

peperangan. Mengetahui hal itu, Raja tersebutpun bersedih dan terpukul.

Mengingat bahwa anak satu-satunya Manggale pewaris tahta kerajaan turut tewas

dalam peperangan. Akhirnya rajapun jatuh sakit karena memikirkan anaknya

(18)

4

selesai, berangkatlah para penasehat kerajaan ke hutan dimana patung tersebut

dipahat. Dilakukanlah upacara ritual yang dipimpin Datu tersebut yakni meniup

Sordam dan memanggil arwah anak sang Raja agar masuk kedalam patung yang

sudah jadi yang menyerupai wajah Manggale. Kemudian patung tersebut

diusunglah ke kerajaan sembari dilaksanakan Upacara Gondang Sabangunan.

Setibanya rombongan di istana kerajaan, melihat patung yang menyerupai

anaknya Manggale, Raja tersebutpun spontan sembuh dari penyakit yang

dideritanya. Akhirnya Raja itupun bisa kembali memimpin kerajaan seperti

biasanya.

Rekonstruksi Foklor dalam bentuk karya seni pertunjukan merupakan

bagian dari kreativitas seniman. Foklor Batak memiliki banyak nilai-nilai dan

pesan moral yang disampaikan melalui tradisi lisan. Dari Folklor Batak Toba

seniman banyak terinspirasi untuk membuat seni pertunjukan. Banyak karya seni

pertunjukan yang lahir dari foklor. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik

untuk mengangkat topik ini kedalam penelitian yang berjudul: Rekonstruksi

Folklor Batak Toba dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale.

B. Identifikasi Masalah

Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan

menjadi terarah serta masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Identifikasi

masalah tersebut sesuai dengan pendapat Hadeli (2006:23) yang mengatakan

bahwa: “Identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari

(19)

5

yang lain sebagainya) yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan”. Berdasarkan

uraian latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang timbul dan dapat

diidentifikasikan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana keberadaan Folklor pada masyarakat Batak Toba?

2. Bagaimana cerita (folklor) Sigale-gale?

3. Bagaimana Rekonstruksi Foklor Batak Toba dalam Bentuk Pertunjukan

Tor-tor Sigale-gale?

4. Bagaimana struktur bentuk pertunjukan tortor Sigale-gale?

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan dari masalah

yang akan diteliti. Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah untuk

mempersingkat cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, kemampuan menulis,

(20)

6

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat

pernyataan dari penelitian agar mendapatkan jalan keluar. Uraian diatas didukung

juga dengan pendapat Sugiyono (2008:288) “Rumusan masalah adalah pertanyaan

penelitian yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya

melalui pengumpulan data”. Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang

masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Keberadaan Folklor pada

masyarakat Batak Toba dan Rekonstruksi Foklor Batak Toba dalam Bentuk

Pertunjukan Tortor Sigale-gale

E. Tujuan Penelitian

Menurut pendapat Sugiyono (2009:397) bahwa tujuan penelitian ialah

“untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan”. Setiap

kegiatan senantiasa berorientasi kepada tujuan agar arah kegiatan yang akan

dilaksanakan terarah dan jelas akan apa yang ingin dicapai. Maka dengan ini

penulis memiliki tujuan yang ingin dicapai, maka tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana keberadaan Folklor

pada masyarakat Batak Toba

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana Rekonstruksi Foklor

(21)

7

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan

dan juga merupakan sumber informasi dalam mengembangkan penelitian

selanjutnya. Setiap penelitian pasti hasilnya akan bermanfaat baik oleh penulis itu

sendiri maupun lembaga atau instansi tertentu ataupun orang lain. Maka manfaat

penelitian yang diharapkan penulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis

dalam menuangkan gagasan maupun ide kedalam suatu karya tulis

2. Sebagai bahan referensi sumbangan penulis bagi civitas akademik

Program Studi Pendidikan Tari dan pihak lain dalam melakukan

penelitian yang sejenis.

3. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat

luas atau lembaga yang mengemban visi dan misi kebudayaan

khususnya bidang pendidikan tari dan pariwisata di Sumatera Utara.

(22)

61 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Seniman-seniman kreatif membuat atau menciptakan karya-karya yang

kerap sekali mengangkat sumber idenya dari cerita-cerita yang ada

menjadi bentuk pertunjukan. Bentuk pertunjukan yang diciptakan para

seniman bermacam-macam. Dalam bentuk pertunjukan seperti sendratari,

dan karya tari yang merupakan karya-karya kreatif seniman Toba

mengusung cerita yang bersumber dari folklor Batak Toba. Salah satunya

adalah cerita Sigale-gale.

2. Folklor merupakan sebagian kebudayaan yang penyebarannya melalui

tutur kata atau lisan disebut sebagai tradisi lisan. Tradisi lisan mencakup

cerita rakyat, teka-teki, peribahasa, nyanyian rakyat, tarian rakyat, dan

arsitektur rakyat. Folklor yang diwariskan secara turun-temurun disebut

juga sebagai cerita rakyat. Rekonstruksi foklor dalam bentuk karya seni

pertunjukan merupakan bagian dari kreativitas seniman. Foklor Batak

memiliki banyak nilai-nilai dan pesan moral yang disampaikan melalui

tradisi lisan. Dari folklor Batak Toba seniman banyak terinspirasi untuk

membuat seni pertunjukan. Banyak karya seni pertunjukan yang lahir dari

(23)

62

3. Rekonstruksi folklor Sigale-gale yang banyak diangkat para seniman

menjadi sebuah pertunjukan tari. Pertunjukan tortor Sigale-gale

merupakan salah satu kreativitas para kaula muda atau tua yang bergerak

dibidang seni. Dimana dalam pertunjukan ini para seniman mengangkat

kembali sejarah dari Bangsa Batak. Dalam hal ini para seniman

merekonstruksi folklor Sigale-gale ke dalam bentuk pertunjukkan tari.

tortor Sigale-gale ini berasal dari daerah Samosir yang sering

dipertunjukan di museum Simanindo dan Tomok dengan memainkan

boneka Sigale-gale. Dengan berkembangnya zaman para seniman

membuat ide kreatif untuk mengembangkan tortor Sigale-gale dan

mengangkatnya ke dunia hiburan atau entertainment. Seniman kreatif yang

sudah merekonstruksi folklor Batak Toba mengangkat cerita Sigale-gale

dalam bentuk pertunjukan.

4. Dalam pertunjukan tortor Sigale-gale ini perempuannya menggunakan

(24)

63

sebaliknya. Gondang yang menjadi iringan musik pada tortor Sigale-gale

ini dapat dimainkan dengan mennggunakan ansambel gondang

sabangunan dan gondang hasapi.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa saran, antara lain:

1. Dengan adanya seniman mengangkat rekonstruksi folklor Batak Toba

kedalam bentuk pertunjukan semoga masyarakat dapat menghargai dan

mendukung setiap karya-karya yang dilaksanakan oleh para seniman

khususnya seniman Batak.

2. Kegiatan pertunjukan yang mengangkat kembali budaya dan sejarah batak

patut dipertahankan seniman

(25)

64

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Prasetijo. 2009. Keragaman Budaya Indonesia. Jakarta: Etno Budaya.

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Djelantik, AAM. 1990. Pengantar Pasar Estetika. Denpasar: STSI Denpasar.

. 1999. Estetika. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Dyastriningrum. 2009. Antropologi Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Gultom, Ibrahim. 2010. Agama Malim di Tanah Batak. Jakarta: Bumi Aksara.

Hadeli. 2006. Pedoman Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta.

Langer, Susanne K. 1998. Rout-Ledge Encyclopedia Of Philosophy. London.

Marbun, B.N. 1996, Kamus Politik. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi pustaka.

Merriam, Alan P. 1964. The Anthopology Of Music. Evanston Illinois: North Western University Press.

(26)

65

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supranto. 2004. Metodologi Penelitian Kependidikan. Bandung: Publishing House.

Suyanto, dkk. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana.

Tambunan, Emil H. 1982. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaan. Bandung : Tarsito.

(http://dwichandrawaskita10.blogspot.co.id/2013/03/misteri-patung-sigale-gale-yang-bisa.html)

http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.co.id/2012/06/suku-batak-toba-di-provinsi-sumatera_1739.html

http://www.negerikuindonesia.com/2015/12/tari-sigale-gale-kesenian-tradisional.html

http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.co.id/2012/06/folklore-bukan-lisan-arsitektur-rumah.html

Gambar

Tabel 2.1 Kerangka Konseptual...............................................................................19Tabel 4.1 Deskripsi Tortor Sigale-gale ...................................................................48
Gambar 4.17. Busana Ulu Balang............................................................................59

Referensi

Dokumen terkait

P nl merupakan suplai daya lima phasa pada keadaan tanpa beban, maka besar reaktansi.

Data Pertambahan Biomass Kalus Bunga Betina Kelapa Sawit Selama 8 Minggu Pada Beberapa Konsentrasi 2,4-D... Data biner dan matriks kemirpan genetik pita DNA hasil amplifikasi

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI MELALUI PENERAPAN METODE PROYEK DENGAN MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKITAR.. DI

Serat optik dipilih sebagai media transmisi karena media ini mempunyai kapasitas transmisi yang sangat besar dan dengan ditunjang oleh teknologi SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

Kegiatan dalam perbengkelan yang terjadi pada bengkel sepeda motor Raja ditemukan beberapa kekhususan pemakaian bahasa ditinjau berdasarkan ragam bahasa lisan,

Rendemen diperoleh dengan cara menghitung total tepung yang dihasilkan, kernudian dibagi berat daging teripang segar yang digunakan dikalikan seratus persen. Hasil

Adakah pengaruh kepemimpinan manajemen Kepala Desa dalam menjalankan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengawasan terhadap keberhasilan

Fokus penelitian ini adalah sejauh mana peran Muhammadiyah dalam membendung arus pemikiran sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme (SEPILIS) periode kepemimpinan 2000-