REKONSTRUKSI FOLKLOR BATAK TOBA DALAM
BENTUK PERTUNJUKAN TOR-TOR SIGALE-GALE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
oleh :
ABSTRAK
Rini H. Sinaga.NIM 2111542019. Rekonstruksi Folklor Batak Toba Dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keberadaan folklor pada masyarakat Batak Toba dan untuk mengetahi bagaimana “Rekonstruksi Folklor Batak Toba dalam bentuk pertunjukan Tortor Sigale-gale”.
Untuk pembahasan tujuan penelitian diatas, digunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian, seperti teori rekonstruksi, teori folklor, teori bentuk pertunjukan, pengertian tortor, dan pengertian keberadaan.
Waktu penelitian yang dilakukan untuk membahas “Rekonstruksi Folklor Batak Toba Dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale” dilakukan selama 2 Bulan yaitu padan bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Februari 2016. Tempat penelitian adalah di daerah Pangururan Kabupaten Samosir dan Medan Helvetia. Populasi pada penelitian ini adalah beberapa tokoh seniman muda dan tua.
Hasil penelitian dengan menggunakan metode penelitian kualitatif meliputi pemaparan dan interpretasi data-data yaitu bagaimana “Rekonstruksi Folklor Batak Toba Dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale. Folklor (cerita rakyat) pada masyarakat Batak Toba adalah jenis Folklor lisan dan Folklor bukan lisan. Patung Sigale-gale dapat bergerak dengan berbagai gerakannya yang detail, seperti gerakan tangan yang naik turun, kaku (stakato) dan kepala hanya bisa geleng-geleng. Rekonstruksi Folklor Sigale-gale banyak diangkat para seniman menjadi sebuah karya pertunjukan seni. Pertunjukan Tortor Sigale-gale salah satu kreativitas para kaula muda dan tua yang bergerak dibidang seni. Dalam bentuk pertunjukan tari meliputi adanya gerak, iringan, tata rias, dan busana.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Medan. Skripsi ini berjudul “REKONSTRUKSI FOLKLOR BATAK TOBA DALAM BENTUK PERTUNJUKAN TORTOR SIGALE-GALE”.
Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis menuturkan ucapan terimakasih yang tiada terhingga kepada :
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan,
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd. Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,
4. Dra. Pita HD Silitonga M.Pd. Sekretaris Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,
5. Sitti Rahmah, S.Pd., M.Si. Ketua Prodi Pendidikan Tari dan Pembimbing Skripsi II,
6. Nurwani S.S.T., M.Hum. Pembimbing Skripsi I,
7. Iskandar Muda, S.Sn., M.Sn. Pembimbing Akademik dan Narasumber I 8. Drs. Inggit Prasetiawan, M.Sn. Narasumber II
9. Seluruh Dosen di Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,
10. Para Pegawai Tata Usaha Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
11. Orangtua tercinta, Ayahanda J. Sinaga, Ibunda Alm. R. Siahaan dan Tante F. Naibaho yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, semangat, didikan nasehat, kesabaran, kasih sayang dan Doanya kepada penulis serta adik Marissha Yunita Sinaga, HM. Rio Julianto Sinaga dan Farel. Terimakasih untuk segala perhatian, kasih sayang dan pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis dalam mendukung penyelesaian Skripsi ini,
12. Thompson Hs, Inong Lena Simanjuntak, Mateus Suwarsono, Octavianus Matondang, Marlita Simbolon, S.Pd. Pengasuh Sanggar Angel Elkanean, Dewi Marlina Maru, S.Pd. Pengasuh Sanggar Nusa Indah Entertainment Ibu Perri Kristina Sagala S.Pd. Pengasuh Sanggar Jolo New, Edison Manik, dan Dian Manik yang telah memberi semangat, bantuan materil maupun non materil, dan memberikan informasi kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini,
PPLT 2014, Rekan-rekan PLOT dan UK-KMK St. Martinus Unimed terimakasih telah memberikan semangat dan motivasi,
14. Semua pihak yang turut berperan membantu dan mendukung dalam penyelesaian Skripsi ini,
Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan Skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan mutu pendidikan, khususnya di bidang pendidikan musik.
Medan, Maret 2016 Penulis,
iv
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ...8
A. Landasan teoritis ...8
1. Teori Rekonstruksi ...8
2. Teori Folklor ...9
3. Teori Bentuk Pertunjukan ...12
4. Pengertian Tortor ...14
5. Pengertian Sigale-gale ...15
6. Pengertian Keberadaan ...17
B. Kerangka Konseptual ...18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...20
A. Metodologi Penelitian ...20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...21
C. Populasi dan Sampel ...21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...28
A. Gambaran Umum ...28
1. Asal Usul Masyarakat Batak Toba ...28
2. Sistem Kepercayaan ...29
3. Kesenian Masyarakat Batak Toba ...30
a. Vokal ...30
B. Keberadaan Folklor pada Masyarakat Batak Toba ...38
C. Rekonstruksi Folklor Batak Toba dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale ...47
a. Gerak ...48
b. Iringan Musik ...51
c. Tata Rias ...54
d. Tata Busana ...57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...61
A. Kesimpulan ...61
B. Saran ...63
vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1a. Ulos Sibolang ...36
Gambar 4.1b. Ulos Bintang Maratur...36
Gambar 4.1c. Ulos Sadum ...37
Gambar 4.2. Foto Sigale-gale ...43
Gambar 4.3a. Gambar Somba Debata ... 48
Gambar 4.3b. Datu Bolon dengan kedua Ulu Balang...49
Gambar 4.3c. Memilih dan Menebang Pohon ...49
Gambar 4.3d. Proses Memahat Kayu...49
Gambar 4.3e. Gerak Proses...49
Gambar 4.3f. Gerak Sigale-gale...50
Gambar 4.3g. Gerak Sigale-gale ...50
Gambar 4.3h. Gerak Sigale-gale dan Masyarakat...50
Gambar 4.3i. Gerak Siagale-gale dan Masyarakat Bergembira ...51
Gambar 4.4. Taganing ...52
Gambar 4.5. Seruling ...52
Gambar 4.6. Kecapi...53
Gambar 4.7. Garantung ...53
Gambar 4.8. Ogung ...54
viii
Gambar 4.17. Busana Ulu Balang...59
Gambar 4.18. Busana Masyarakat ...60
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman budaya atau cultural diversity adalah keniscayaan yang
ada di bumi ini. Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak
dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat
majemuk, selain kebudayaan kelompok suku bangsa masyarakat Indonesia juga
memiliki berbagai kebudayaan daerah yang bersifat kewilayahan yang merupakan
pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah
tersebut.
Dengan jumlah 200 juta lebih orang dimana mereka tinggal tersebar di
pulau-pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi
geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, daratan
rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Dengan keanekaragaman kebudayaan
Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara
lainnya. Keragaman budaya sesungguhnya kekayaan budaya bangsa Indonesia.
2
dalam setiap suku di Indonesia merupakan budaya yang diturunkan secara turun
temurun dan dilestarikan dengan tetap melaksanakannya dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satunya adalah budaya pada suku Batak yang merupakan suku yang
hidup dan berkembang di Provinsi Sumatera Utara.
Di Sumatera Utara suku Batak memiliki etnik dari sekian banyak rumpun
Batak. Dari sekian rumpun Batak ada enam etnis suku Batak yang ada di
Sumatera Utara yang terdiri dari Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Pakpak
Dairi, Batak Mandailing, Batak Tapanuli Tengah (pesisir sibolga), dan Batak
Toba. Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat,
tari dan musik daerah, jenis makanan, budaya, seni kriya, cerita rakyat, dan
pakaian adat juga bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya sangat
mendukung dalam pasar pariwisata di Sumatera Utara. Salah satu bentuk dari
kebudayaan itu adalah kesenian. Suku Batak Toba memiliki kesenian seperti seni
musik, seni tari, seni rupa, seni drama/teater, seni sastra dan juga seni kerajinan
tangan. Suku Batak Toba adalah salah satu ragam suku yang ada di Sumatera
Utara yang masih menyimpan sejarah dan masih sangat kental dengan adat serta
kebudayaannya.
Batak Toba memiliki Tortor, danau Toba, megalitik (kubur batu), legenda
(cerita rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi sebagai aset wisata. Cerita rakyat
suku Batak Toba banyak diangkat para seniman sebagai sumber ide karya seni
pertunjukan. Cerita rakyat yang ada di Batak Toba seperti terjadinya Danau Toba,
Siboru Pareme, Boru Tumbaga, Tunggal Panaluan, Sigale-gale, Batu Gantung,
3
Bentuk pertunjukan yang diciptakan para seniman bermacam-macam,
seperti sendratari, dramatari, teater rakyat/opera Batak dan karya tari sebagai
karya-karya kreatif seniman Toba dalam mengusung cerita yang bersumber dari
Folklor Batak. Salah satu cerita yang akan penulis angkat menjadi fokus
penelitian ini adalah bentuk pertunjukan Tortor Sigale-gale.
Di Huta Samosir tersebutlah kerajaan yang dipimpin seorang Raja yang
memiliki seorang anak laki-laki. Dahulu kala disetiap Huta mempunyai pemimpin
yakni Raja yang masih berperang antar kerajaan untuk memperebutkan daerah
kekuasaan. Saat itu dalam suatu perang antar kerajaan, Raja tersebut menyuruh
anaknya yang bernama Manggale. Manggale adalah anak satu-satunya dari
keturunan Raja tersebut. Didalam pertempuran itu Manggale tewas dalam
peperangan. Mengetahui hal itu, Raja tersebutpun bersedih dan terpukul.
Mengingat bahwa anak satu-satunya Manggale pewaris tahta kerajaan turut tewas
dalam peperangan. Akhirnya rajapun jatuh sakit karena memikirkan anaknya
4
selesai, berangkatlah para penasehat kerajaan ke hutan dimana patung tersebut
dipahat. Dilakukanlah upacara ritual yang dipimpin Datu tersebut yakni meniup
Sordam dan memanggil arwah anak sang Raja agar masuk kedalam patung yang
sudah jadi yang menyerupai wajah Manggale. Kemudian patung tersebut
diusunglah ke kerajaan sembari dilaksanakan Upacara Gondang Sabangunan.
Setibanya rombongan di istana kerajaan, melihat patung yang menyerupai
anaknya Manggale, Raja tersebutpun spontan sembuh dari penyakit yang
dideritanya. Akhirnya Raja itupun bisa kembali memimpin kerajaan seperti
biasanya.
Rekonstruksi Foklor dalam bentuk karya seni pertunjukan merupakan
bagian dari kreativitas seniman. Foklor Batak memiliki banyak nilai-nilai dan
pesan moral yang disampaikan melalui tradisi lisan. Dari Folklor Batak Toba
seniman banyak terinspirasi untuk membuat seni pertunjukan. Banyak karya seni
pertunjukan yang lahir dari foklor. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik
untuk mengangkat topik ini kedalam penelitian yang berjudul: Rekonstruksi
Folklor Batak Toba dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale.
B. Identifikasi Masalah
Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan
menjadi terarah serta masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Identifikasi
masalah tersebut sesuai dengan pendapat Hadeli (2006:23) yang mengatakan
bahwa: “Identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari
5
yang lain sebagainya) yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan”. Berdasarkan
uraian latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang timbul dan dapat
diidentifikasikan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana keberadaan Folklor pada masyarakat Batak Toba?
2. Bagaimana cerita (folklor) Sigale-gale?
3. Bagaimana Rekonstruksi Foklor Batak Toba dalam Bentuk Pertunjukan
Tor-tor Sigale-gale?
4. Bagaimana struktur bentuk pertunjukan tortor Sigale-gale?
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan dari masalah
yang akan diteliti. Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah untuk
mempersingkat cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, kemampuan menulis,
6
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat
pernyataan dari penelitian agar mendapatkan jalan keluar. Uraian diatas didukung
juga dengan pendapat Sugiyono (2008:288) “Rumusan masalah adalah pertanyaan
penelitian yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data”. Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang
masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Keberadaan Folklor pada
masyarakat Batak Toba dan Rekonstruksi Foklor Batak Toba dalam Bentuk
Pertunjukan Tortor Sigale-gale”
E. Tujuan Penelitian
Menurut pendapat Sugiyono (2009:397) bahwa tujuan penelitian ialah
“untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan”. Setiap
kegiatan senantiasa berorientasi kepada tujuan agar arah kegiatan yang akan
dilaksanakan terarah dan jelas akan apa yang ingin dicapai. Maka dengan ini
penulis memiliki tujuan yang ingin dicapai, maka tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana keberadaan Folklor
pada masyarakat Batak Toba
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana Rekonstruksi Foklor
7
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan
dan juga merupakan sumber informasi dalam mengembangkan penelitian
selanjutnya. Setiap penelitian pasti hasilnya akan bermanfaat baik oleh penulis itu
sendiri maupun lembaga atau instansi tertentu ataupun orang lain. Maka manfaat
penelitian yang diharapkan penulis adalah sebagai berikut:
1. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis
dalam menuangkan gagasan maupun ide kedalam suatu karya tulis
2. Sebagai bahan referensi sumbangan penulis bagi civitas akademik
Program Studi Pendidikan Tari dan pihak lain dalam melakukan
penelitian yang sejenis.
3. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat
luas atau lembaga yang mengemban visi dan misi kebudayaan
khususnya bidang pendidikan tari dan pariwisata di Sumatera Utara.
61 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Seniman-seniman kreatif membuat atau menciptakan karya-karya yang
kerap sekali mengangkat sumber idenya dari cerita-cerita yang ada
menjadi bentuk pertunjukan. Bentuk pertunjukan yang diciptakan para
seniman bermacam-macam. Dalam bentuk pertunjukan seperti sendratari,
dan karya tari yang merupakan karya-karya kreatif seniman Toba
mengusung cerita yang bersumber dari folklor Batak Toba. Salah satunya
adalah cerita Sigale-gale.
2. Folklor merupakan sebagian kebudayaan yang penyebarannya melalui
tutur kata atau lisan disebut sebagai tradisi lisan. Tradisi lisan mencakup
cerita rakyat, teka-teki, peribahasa, nyanyian rakyat, tarian rakyat, dan
arsitektur rakyat. Folklor yang diwariskan secara turun-temurun disebut
juga sebagai cerita rakyat. Rekonstruksi foklor dalam bentuk karya seni
pertunjukan merupakan bagian dari kreativitas seniman. Foklor Batak
memiliki banyak nilai-nilai dan pesan moral yang disampaikan melalui
tradisi lisan. Dari folklor Batak Toba seniman banyak terinspirasi untuk
membuat seni pertunjukan. Banyak karya seni pertunjukan yang lahir dari
62
3. Rekonstruksi folklor Sigale-gale yang banyak diangkat para seniman
menjadi sebuah pertunjukan tari. Pertunjukan tortor Sigale-gale
merupakan salah satu kreativitas para kaula muda atau tua yang bergerak
dibidang seni. Dimana dalam pertunjukan ini para seniman mengangkat
kembali sejarah dari Bangsa Batak. Dalam hal ini para seniman
merekonstruksi folklor Sigale-gale ke dalam bentuk pertunjukkan tari.
tortor Sigale-gale ini berasal dari daerah Samosir yang sering
dipertunjukan di museum Simanindo dan Tomok dengan memainkan
boneka Sigale-gale. Dengan berkembangnya zaman para seniman
membuat ide kreatif untuk mengembangkan tortor Sigale-gale dan
mengangkatnya ke dunia hiburan atau entertainment. Seniman kreatif yang
sudah merekonstruksi folklor Batak Toba mengangkat cerita Sigale-gale
dalam bentuk pertunjukan.
4. Dalam pertunjukan tortor Sigale-gale ini perempuannya menggunakan
63
sebaliknya. Gondang yang menjadi iringan musik pada tortor Sigale-gale
ini dapat dimainkan dengan mennggunakan ansambel gondang
sabangunan dan gondang hasapi.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa saran, antara lain:
1. Dengan adanya seniman mengangkat rekonstruksi folklor Batak Toba
kedalam bentuk pertunjukan semoga masyarakat dapat menghargai dan
mendukung setiap karya-karya yang dilaksanakan oleh para seniman
khususnya seniman Batak.
2. Kegiatan pertunjukan yang mengangkat kembali budaya dan sejarah batak
patut dipertahankan seniman
64
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Prasetijo. 2009. Keragaman Budaya Indonesia. Jakarta: Etno Budaya.
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Djelantik, AAM. 1990. Pengantar Pasar Estetika. Denpasar: STSI Denpasar.
. 1999. Estetika. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Dyastriningrum. 2009. Antropologi Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Gultom, Ibrahim. 2010. Agama Malim di Tanah Batak. Jakarta: Bumi Aksara.
Hadeli. 2006. Pedoman Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta.
Langer, Susanne K. 1998. Rout-Ledge Encyclopedia Of Philosophy. London.
Marbun, B.N. 1996, Kamus Politik. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi pustaka.
Merriam, Alan P. 1964. The Anthopology Of Music. Evanston Illinois: North Western University Press.
65
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supranto. 2004. Metodologi Penelitian Kependidikan. Bandung: Publishing House.
Suyanto, dkk. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana.
Tambunan, Emil H. 1982. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaan. Bandung : Tarsito.
(http://dwichandrawaskita10.blogspot.co.id/2013/03/misteri-patung-sigale-gale-yang-bisa.html)
http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.co.id/2012/06/suku-batak-toba-di-provinsi-sumatera_1739.html
http://www.negerikuindonesia.com/2015/12/tari-sigale-gale-kesenian-tradisional.html
http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.co.id/2012/06/folklore-bukan-lisan-arsitektur-rumah.html