• Tidak ada hasil yang ditemukan

FALSAFAH HAMORAON,HAGABEON,HASANGAPON TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA DI PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FALSAFAH HAMORAON,HAGABEON,HASANGAPON TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA DI PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

FALSAFAH HAMORAON,HAGABEON,HASANGAPONTERHADAP

KEHIDUPAN MASYARAKAT SUKU BATAK TOBA DI PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

CANDRA KIRANA SIMBOLON

3103121010

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Candra Kirana Simbolon, NIM 3103121010, Falsafah Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon terhadap Kehidupan Masyarakat Batak Toba di Pangururan Kabupaten Samosir. Studi Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial.Universitas Negeri Medan.2015

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui sejarah falsafah 3H Hamoraon,hagabeon,hasangapon pada orang Batak Toba dan mengetahui hubungan serta implementasi falsafah Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon dalam kehidupan masyarakat batak Toba di Pangururan.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Heuristik dengan Field Research (penelitian lapangan) dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan mengadakan observasi atau pengamatan langsung ke lokasi penelitian dan melakukan wawancara terhadap responden kunci yaitu ketua adat dan masyarakat Pangururan guna mengetahui sejarah falsafah hamoraon, hagabeon, hasangapon serta bentuk implementasinya dalam kehidupan masyarakat Batak Toba di Pangururan selanjutnya mengkaji literatur serta sumber lain guna memperoleh data. Dari hasil penelitian yang dilakukan Menurut asal katanya Hamoraon berasal dari kata “mora” yang berarti kaya dan hamoraon berarti kekayaan. Hagabeon berasal dari kata “gabe” yang berarti memiliki keturunan atas kelahiran anak laki-laki dan hasangapon yang berasal dari kata “sangap” yaitu hormat memiliki arti kehormatan.Sejarah falsafah hamoraon,hagabeon,hasangapon terbagi kedalam tiga fase atau babakan yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Batak Toba. Fase tersebut adalah pada masa sebelum penjajahan, pada masa penjajahan dan pada masa sekarang.

Adapun bentuk implementasi yang dilakukan masyarakat Batak Toba dalam mencapai Hamoraon,Hagabeon,Hasangapon adalah hamoraon dapat dicapai dengan cara bekerja keras dan mencapai kekayaan, namun kekayaan yang dimaksud bukan saja berbentuk materi dan kekayaan secara ekonomi namun kekayaan yang paling berharga adalah ketika anak-anak dalam keluarga Batak Toba dapat bersekolah tinggi dan mencapai kesuksesan. Hagabeon dapat tercapai dengan cara menikah dan memiliki keturunan, dan hasangapon dapat terwujud dengan cara ketika seseorang telah mencapai hamoraon dan hagabeon serta menerapkan dalihan natolu dalam hidupnya.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat serta rahmatNya, Skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul ”Falsafah Hamoaon,Hagabeon,Hasangapon Terhadap Kehidupan Masyarakat Suku Batak Toba Dipangururan Kabupaten Samosir”. Adapun tujuan Skripsi ini disusun yaitu sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Dalam proses menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mengalami kendala

dan masalah. Namun penulis terus berusaha semaksimal mungkin agar skripsi ini

dapat selesai dengan baik. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan

skripsi ini masih memiliki beberapa kekurangan.Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang

bersifat membangun untuk melengkapi skripsi ini.

Didalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, penulis menghadapi

beberapa kendala namun berkat bantuan, bimbingan, dukungan dan kerjasama

dari berbagai pihak, kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk

itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan menjadi tempat curahan

penulis untuk meminta pertolongan dari semua permasalahan. Penulis sadar

bahwa berkat pernyertaanNya, maka skripsi ini dapat diselesaikan (Terima

Kasih Tuhan).

2. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri

(8)

3. Bapak Dr. H. Restu, MS. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial. Serta Bapak dan

Ibu pembantu Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

4. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Dan

bapak Drs.Yushar Tanjung,M.Si selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah.

5. Ibu Dr.Samsidar Tanjung,M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi penulis,

terima kasih atas segala bantuan, motivasi serta bimbingan ibu yang begitu

banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis,M.Si selaku dosen pembimbing akademi

penulis dan penguji. Terima kasih atas bimbingan ibu dari awal perkuliahan

sampai akhir perkuliahan, kritikan dan masukan yang sangat membangun

untuk penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Lukitaningsih,M.Hum selaku penguji ahli dan Bapak Drs. Ponirin,

M.Si selaku pembanding bebas yang telah bersedia memberikan arahan dan

masukan yang banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Sejarah serta tata usaha, terimakasih atas

semua ilmu yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.

9. Kedua orang tua penulis khususnya, Bapak ku tersayang K.Simbolon dan

mama ku tercinta R.Limbong terima kasih atas semua yang telah kalian

berikan kepada anak mu ini.You’re my hero mom and dad. Dan juga kepada kakak ku Desyana Simbolon dan adik-adik ku dewiana simbolon dan juga

putra simbolon terima kasih untuk motivasi dan semangat yang kalian berikan

selama ini.

10. Spesial buat kekasih ku Elya Mayasari Hutasoit,terima kasih ya hasian.sudah

(9)

udah capek-capek datang ke samosir untuk menemani ku penelitian.dan

sampai skripsi ini selesai hasian memang selalu menemani aku.terima kasih ya

sayang ku.semoga hasian makin sukses kedepannya.I love u so much Honey. 11. Semua teman A Reguler 2010, teman sekelas dan teman seperjuangan semasa

kuliah terutama apparaku evan udah ikut membantu penulis penelitian dan

juga teman-teman yang lain atas canda, tawa, duka, kebersamaan,

kekeluargaan yang begitu melekat di hidup penulis.

12. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan untuk semua teman-teman PPLT

SMAN 1 PEGAJAHAN

13. Para Informan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancara

pada sela-sela kesibukannya. Juga tak lupa penulis ucapkan terima kasih

kepada Bapak Camat Pangururan, Bapak Sekretaris camat,dan juga staf BPS

kabupaten Samosir dan Yang telah memberikan izin meneliti, Penulis

mengucapkan banyak terima kasih karena atas kerjasama dan bantuannya

penulis dapat menyusun skripsi ini. Juga kepada masyarakat yang telah

banyak membantu penulis dalam memperoleh data demi penyempurnaan

(10)

Skripsi ini bisa terselesaikan berkat bantuan dan doa dari semua pihak

termasuk juga kepada pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu

namanya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini

bisa bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan, Februari 2015

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Pembatasan Masalah ... 4

1.4. Rumusan Masalah ... 4

1.5. Tujuan Penelitian ... 4

1.6. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1. Kerangka Konseptual ... 6

2.1.1. Kehidupan Masyarakat Batak Toba... 6

2.1.2. Falsafah Hamoraon,Hagabeon,Hasangapon ... 8

2.2. Kerangka Berpikir ... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 14

3.1. Metode Penelitian ... 15

3.2. Lokasi Penelitian ... 15

3.3. Sumber Data ... 16

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 16

3.5. Teknik Analisa Data ... 17

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Samosir... 18

(12)

4.3 Keadaan Sosial Masyarakat Kecamatan Pangururan... 19

4.3.1 Penduduk…... 19

4.3.2 Pendidikan…... 22

4.3.3 Fasilitas Kesehatan Masyarakat dan sejenisnya... 36

4.4 Sejarah dan Latar Belakang Falsafah Hamoraon, Hagabeon,Hasangapon, terhadap Kehidupan Masyarakat Batak Toba Di Pangururan …... 39

4.4.1 Makna Hamoraon,Hagabeon,Hasangapon pada Masa sebelum Penjajahan………...40

4.4.2 Makna Hamoraon,Hagabeon,Hasangapon pada masa Penjajahan ………. 45

4.4.3 Makna Hamoraon,Hagabeon,Hasangapon pada Masa Sekarang……….. 48

4.5 Hubungan dan Implementasi falsafah Hamoraon,Hagabeon,Hasangapon Dalam kehidupan masyarakat Batak Toba Di Pangururan…... 50

4.5.1 Hamoraon………. 53

4.5.2 Hagabeon………. 59

4.5.3 Hasangapon………. 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 66

5.1. Kesimpulan………. 66

5.2. Saran………67

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Wilayah,Jumlah Penduduk dan kepadatan penduduk

Menurut Desa Kelurahan Tahun 2012………...

20

Tabel 2. Penduduk menurut Jenis Kelamin,Rasio

Jenis Kelamin dan Desa Kelurahan Tahun 2012...

21

Tabel 3. Banyaknya Sekolah Dasar Negeri dan Swasta

Menurut Desa Tahun 2012...

24

Tabel 4. Banyaknya Murid Sekolah Dasar menurut

Desa Tahun 2012...

26

Tabel 5. Banyaknya Sekolah Menengah Pertama

Negeri dan Swasta Menurut Desa Tahun 2015...

28

Tabel 6. Banyaknya Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

di Kecamatan Pangururan menurut Desa Tahun 2012…...

30

Tabel 7.Banyaknya Sekolah Menengah Umum

Negeri dan Swasta Menurut Desa Tahun 2012…...

31

Tabel 8.Banyak siswa Sekolah Menegah Umum

menurut Desa di Kecamatan Pangururan Tahun 2012...

32

Tabel 9. Banyaknya Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri dan Swasta Menurut Desa Tahun 2012…...

34

Tabel 10. Jumlah Siswa berdasarkan Desa/kelurahan

yang ada di Kecamatan Pangururan…...

35

Tabel 11. Banyaknya Sarana Kesehatan Umum

Menurut Jenis dan Desa/Kelurahan Tahun 2012…...

37

Tabel.12 Pengetahuan Masyarakat Pangururan

terhadap Falsafah

Hamoraon

,

Hagabeon

,

Hasangapon………

52

Tabel.13 Tingkat Pendidikan yang ditempuh Anak

(14)
(15)

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Suku Batak merupakan salah satu suku yang mendiami Provinsi Sumatera

Utara tepatnya berada di wilayah Tapanuli. Menurut Lance Castles(2001:1)

Tapanuli adalah suatu keresidenan yang merupakan hasil dari ciptaan Belanda.

Pada masa itu Sumatera terbagi dalam sepuluh satuan pemerintahan tingkat

pertama (gewesten) dan keresidenan Tapanuli merupakan salah satunya.

Dalam kamus bahasa Indonesia, Tapanuli terkadang disebut sebagai tanah

batak, yang menunjukkan identitas etnisnya sebagai tempat tinggal sebagian besar

orang Batak. Etnis Batak menurut Lance Castles terbagi atas beberapa

subkelompok Batak yaitu Batak Toba,Karo,Pakpak,Simalungun,Angkola dan

Mandailing. Dan pada penelitian ini penulis berfokus pada suku Batak Toba

sebagai Pusat tanah Batak.

Dalam perkembangannya masyarakat suku Batak Toba tidak lagi hanya

mendiami daerah Tapanuli saja, melainkan telah menyebar hingga ke berbagai

daerah lain bahkan keseluruh penjuru dunia. Salah satu daerah yang didiami oleh

Suku Batak Toba adalah Pangururan.

Pangururan merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten

Samosir dan sekaligus merupakan ibukota Kabupaten Samosir. Hampir seluruh

(16)

Batak Toba terkenal dengan kegigihannya bekerja dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Kegigihan masyarakat Batak Toba saat bekerja dalam mengusahakan

hidupnya menjadi lebih baik adalah suatu hal yang lumrah dan seolah menjadi

tuntunan hidup bagi orang Batak Toba terutama masyarakat Batak Toba yang ada

di Pangururan. Batak Toba yang dikenal sebagai pekerja keras dan gigih telah

dikenal oleh banyak orang.

Falsafah hidup yang melekat dalam kehidupan masyarakat suku Batak

Toba adalah 3H (Hamoraon,Hagabeon, Hasangapon) dengan arti kekayaan,

memiliki keturunan dan kehormatan, yang merupakan ukuran pencapaian

keberhasilan bagi masyarakat Batak Toba. Tidak diketahui secara jelas kapan

falsafah ini muncul, namun perkembangan dan kekuatan falsafah ini mulai

menjadi terkenal pada saat masuknya misionaris kristen ke Silindung. Masyarakat

batak mau menerima ajaran Kristen bila para misionaris mampu membawa orang

batak pada pemilikan Kekayan,kejayaan dan kekuasaan (Simanjuntak,2006:74).

Hal ini berkaitan erat dengan falsafah Hamoraon,hagabeon,hasangapon yaitu

mencapai kekayaan,banyak keturunan dan kehormatan yang essensi dari falsafah

tersebut adalah kekuasaan. Mereka yang dikatakan berhasil adalah Orang Batak

Toba yang sudah mencapai tiga unsur tersebut. Falsafah ini melekat kuat dalam

diri setiap masyarakat Batak Toba yang ada di Pangururan.

Secara umum masyarakat Batak Toba yang ada di Pangururan memiliki

(17)

mereka hingga kejenjang perguruan tinggi, sebisa mungkin setiap orang tua

berusaha untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak mereka, padahal jika

ditinjau dari segi ekonomi dan latar belakang pekerjaan, masyarakat Batak Toba

yang ada di Pangururan bekerja sebagai Petani, dengan penghasilan yang tidak

menentu. Keterbatasan ekonomi dan kekuatan niat untuk melanjutkan pendidikan

yang lebih tinggi menarik untuk di teliti lebih lanjut, apakah, adakah dan

bagaimana hubungan serta implementasi falsafah 3H

(Hamoraon,hagabeon,hasangapon) terhadap kehidupan masyarakat Batak Toba

yang ada di Pangururan, maka dari itu peneliti mengambil judul “Falsafah

Hamoraon,hagabeon,hasangapon terhadap kehidupan Masyarakat Suku

Batak Toba di Pangururan, Kabupaten Samosir.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berasarkan latar belakang di atas terdapat beberapa permasalahan yang di

identifikasi, yaitu :

1. Sejarah falsafah Hamoraon,hagabeon,hasangapon

2. Falsafah hidup Hamoraon,hagabeon,hasangapon yang melekat dalam

masyarakat Batak Toba

3. Hubungan falsafah Hamoraon,hagabeon,hasangapon terhadap kehidupan

(18)

1.3 Pembatasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas perlu kiranya dibatasi masalah

dalam penelitian ini, yaitu :

1. Sejarah falsafah Hamoraon,hagabeon,hasangapon.

2. Hubungan dan implementasi falsafah 3H terhadap kehidupan masyarakat

batak Toba yang ada di Pangururan

1.4 Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana sejarah falsafah Hamoraon,hagabeon,hasangaponpada orang

Batak Toba?

2. Bagaimana hubungan dan implementasi falsafah Hamoraon, Hagabeon,

Hasangapon dalam kehidupan masyarakat batak Toba di Pangururan.

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah;

1. Untuk mengetahui sejarah falsafah 3H Hamoraon,hagabeon,hasangapon

pada orang Batak Toba

2. Untuk mengetahui hubungan dan implementasi falsafah Hamoraon,

Hagabeon, Hasangapon dalam kehidupan masyarakat batak Toba di

(19)

1.6 Manfaat Penelitian

1. Memberikan pengetahuan pada masyarakat mengenai sejarah falasah

hamoraon,hagabeon,hasangapon.

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Falsafah Hamoraon,hagabeon,hasangapon yang dikenal sebagai cita-cita

masyarakat batak Toba bukanlah hal yang asing ditelinga masyarakat Batak

Toba. Pada dasarnya falsafah merupakan hasil buah pemikiran manusia yang

dipegang secara terus menerus sehingga memiliki nilai hidup yang dijadikan

pegangan dan pedoman bagi manusia atau generasi penerus selanjutnya.

Demikian juga dengan falsafah Hamoraon,hagabeon,hasangapon juga

memiliki sejarah penjang yang merupakan proses terbentuknya pemikiran ini

menjadi sebuah falsafah. Menurut asal katanya Hamoraon berasal dari kata

“mora” yang berarti kaya dan hamoraon berarti kekayaan. Hagabeon berasal

dari kata “gabe” yang berarti memiliki keturunan atas kelahiran anak laki-laki

dan hasangapon yang berasal dari kata “sangap” yaitu hormat memiliki arti

kehormatan.

2. Sejarah falsafah hamoraon,hagabeon,hasangapon terbagi kedalam tiga fase

atau babakan yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Batak

Toba. Fase tersebut adalah pada masa sebelum penjajahan,dimana pada masa

ini falsafah Hamoraon,Hagabeon,Hasangapon belum begitu berkembang

(21)

dari pengaruh luar dan masih bergantung pada alam. Pada masa penjajahan

masyarakat suku batak toba telah menerima pengaruh dari luar melalui

misionaris,dan pada masa ini pola pikir orang batak toba sudah mulai

berkembang karena lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan oleh para

misionaris sudah banyak berdiri. Akibatnya pola pikir mengenai falsafah

tersebut berkembang pula. Pada masa sekarang pemikiran orang batak

mengenai falsafah hamoraon,hagabeon,hasangapon sudah semakin

berkembang dan menjadi pedoman hidup orang batak toba khususnya orang

batak yang berada di pangururan.

3. Adapun bentuk implementasi yang dilakukan masyarakat Batak Toba dalam

mencapai Hamoraon,Hagabeon,Hasangapon adalah hamoraondapat dicapai

dengan cara bekerja keras dan mencapai kekayaan, namun kekayaan yang

dimaksud bukan saja berbentuk materi dan kekayaan secara ekonomi namun

kekayaan yang paling berharga adalah ketika anak-anak dalam keluarga

Batak Toba dapat bersekolah tinggi dan mencapai kesuksesan. Hagabeon

dapat tercapai dengan cara menikah dan memiliki keturunan, dan hasangapon

dapat terwujud dengan cara ketika seseorang telah mencapai hamoraon dan

(22)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada maka penulis memaparkan beberapa saran,yaitu :

1. Untuk Masyarakat Batak Toba yang ada di Pangururan untuk tetap

mempertahankan nilai-nilai falsafah Hamoraon,hagabeon,hasangapon

yang ada didalam kehidupan masyarakat batak Toba.

2. Hendak nya kepada generasi muda batak toba terutama yang berada di

pangururan agar tetap memegang teguh pinsip batak sejati,sehingga

nilai-nilai dan norma budaya tetap lestari.

3. Untuk pemerintah agar fasilitas daerah terutama di bidang pendidikan dan

kesehatan agar lebih di tingkatkan lagi.Supaya kedepannya masyarakat

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi,2010,Prosedur Penelitian suatu pendekatan

praktik,Jakarta:PT Rineka Cipta

Castles,Lance.2001.Kehidupan Politik suatu Keresidenan Di

Sumatera:Tapanuli 1915-1940,Jakarta:Kepustakaan Populer

Gramedia

F Nainggolan, Togar.2006.Batak Toba di Jakarta.Medan:Penerbit Bina

Media

Hasselgren,Johan.2008.Batak Toba di Medan:Perkembangan identitas

Etnoreligius Batak Toba di Medan (1912-1965), Medan:Bina Media

Perintis.

Moloeng,Lexy J.2010.Metodologi Penelitian Kualitatif,Jakarta:Rosda

Mudyahardjo,Redja.2010.Filsafat Ilmu Pendidikan,Bandung:PT Remaja

Rosda Karya Bandung

Hasbullah,moeflih dkk.2012.Filsafat Sejarah,Bandung:Pustaka setia

Simanjuntak, Bungaran Antonius.2012.Konsepku Membangun Bangso

Batak.Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Simanjuntak,Bungaran Antonius.2009. Konflik Status Dan Kekuasaan

Orang Batak Toba. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Sjamsuddin,Helius.2012,Metodologi Penelitian Sejarah, Yogyakarta:

Ombak

Vredenbergt,Jacob.1981,Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat,

(24)

Ravertz,Jerome R.2009.Filsafat Ilmu:Sejarah dan Ruang lingkup

Bahasan,Yogyakarta:Pustaka Belajar

Situmeang,Doangsa P.L.2007.Dalihan Natolu Sistem Sosial

kemasyarakatan Batak Toba,Jakarta:Kerabat

Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir. 2013.Pangururan Dalam

Angka.Samosir:BPS Kabupaten Samosir

Sumber Internet:

http://www.wikipedia.co.id/masyarakat diakses pada tgl 18 maret 2014

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pertunjukan tortor Batak Toba dalam kemasan pariwisata di Museum Huta Bolon Simanindo dan bagaimana dampak peningkatan

Pengembangan dan pembinaan seni budaya Batak Toba akan sangat baik bila suatu instansi/lembaga yang khusus mengembangkan dan membina kebudayaan daerah Batak Toba, dalam hal

Para Stakeholders pendidikan mengetahui dengan baik pandangan- pandangan dalam masyarakat suku Batak Toba tentang anak penyandang disabilitas dan dampak-dampak yang

penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang “ FUNGSI TANAH DAN KAITANNYA DENGAN KONFLIK TANAH PADA MASYARAKAT BATAK TOBA ( STUDI DI

BENTUK TOR – TOR MARTUMBA PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KABUPATEN

Budaya Batak Toba yang sangat dekat dengan budaya keras memang sesuatu yang harus dihadapi oleh anak-anak keluarga Batak Toba Muslim, walaupun itu menyuruh mereka untuk melakukan

Konflik Status & Kekuasaan Orang Batak Struktur Sosial dan sistem Politik Batak Toba hingga 1945: Suatu Pendekatan Sejarah, Antropologi Budaya Politik.. Jakarta: Yayasan

Secara umum, masyarakat Batak Karo di Desa Surbakti Kabupaten Karo tidak melarang anak mereka untuk bergaul dan bahkan menikah dengan orang Batak Toba, karena pemikiran