Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang
Pendidikan Anak Penyandang Disabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh
gelar Magister Pendidikan Pendidikan Kebutuhan Khusus
oleh
Tryastuti I B Manullang
NIM 1202197
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCASARJANA
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang
Pendidikan Anak Penyandang Disabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Oleh
Tryastuti I. B. Manullang
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Magister Pendidikan Khusus
© Tryastuti I.B.Manullang 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian
LEMBAR PENGESAHAN
DISETUJUI dan DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Dr. Juang Sunanto, M.Ed NIP. 196105151987031002
Pembimbing II
Dr. Didi Tarsidi, M.Pd NIP. 19510601 197903 1 003
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khsuus
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
F. Struktur Organisasi Penelitian ... 7
G. Tinjauan Pustaka ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Budaya Batak ... 9
1. Pandangan Suku Batak Toba terhadap Pendidikan ... 11
B. Pendidikan Bagi Penyandang Disabilitas ... 13
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Teknik Pengumpulan Data ... 30
E. Instrumen Penelitian ... 30
F. Teknis Analisis Data ... 31
G. Teknik Keabsahan Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Pemaparan Hasil Penelitian ... 33
1. Pengetahuan Stakeholders Pendidikan tentang Penyandang Disabilias ... 33
a. Pengetahuan tentang Penyebab Disabilitas ... 34
b. Pengetahuan tentang Pandangan Masyarakat Batak Toba terhadap Penyandang Disabilitas ... 39
c. Pengetahuan tentang Implikasi Pandangan Masyarakat terhadap Pendidikan bagi Penyandang Disabilitas ... 45
2. Pengetahuan Stakeholders Pendidikan tentang Implementasi Pendidikan Bagi Anak Penyandang Disabilitas di Suku Batak Toba ... 47
3. Pandangan Stakeholders Pendidikan Terhadap Pendidikan Bagi Anak Penyandang Disabilitas ... 55
4. Konsep Pendidikan Bagi Anak Penyandang Disabilitas di Suku Batak Toba ... 59
B. Pembahasan Hasil Peneleitian ... 69
1. Pengetahuan Stakeholders Pendidikan tentang Pendidikan bagi Penyandang Disabilias ... 69
a. Pengetahuan Stakeholders Pendidikan tentang Pendidikan bagi Penyandang Disabilias ...69
b. Pengetahuan tentang Pandangan Masyarakat Batak Toba terhadap Penyandang Disabilitas ... 73
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Pengetahuan Stakeholders Pendidikan tentang Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak Penyandang
Disabilitas di Suku Batak Toba ... 79
3. Pandangan Stakeholders Pendidikan Terhadap Pendidikan Bagi Anak Penyandang Disabilitas ... 93
4. Konsep Pendidikan Bagi Anak Penyandang Disabilitas di Suku Batak Toba ... 95
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 101
1. Kesimpulan ... 101
2. Rekomendasi ... 104
DAFTAR PUSTAKA ... 105 LAMPIRAN ...
A. Data Hasil Wawancara dengan Informan B. Transkrip Wawancara
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Abstrak
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang Disabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Tryastuti I.B.Manullang1
Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan pandangan Stakeholders Pendidikan suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang Disabilitas dan Implementasinya di Kabupaten Toba Samosir. Stakeholders pendidikan dalam penelitian ini terdiri dari satu orang kepala dinas pendidkan, satu orang kepala yayasan H, dua orang kepala sekolah dan tiga orang guru di SDLB di Kabupaten Toba Samosir. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan data penelitian ini didapat dengan menggunakan wawancara. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa pengetahuan stakeholders pendidikan mengenai penyandang disabilitas masih perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Stakeholders mengetahui pandangan budaya tentang disabilitas dan implikasinya terhadap pendidikan serta mengetahui penyelenggaraan pendidikan bagi penyandang disabilitas di Kabupaten Tobasa berikut hambatan-hambatannya. Para stakeholders mendorong terselenggaranya pendidikan yang melibatkansemua pihak, pendidikan yang berbasis panti, dan beranggapan bahwa pengalaman individu dengan penyandang disabilitas akan memberikan dampak pada keseriusan penyelenggaraan pendidikan. SLB dan strategi CBR juga pendidikan inklusif merupakan konsep pendidikan yang dipandang tepat karena dianggap sesuai dengan budaya Batak Toba.
Kata-Kata Kunci: Stakeholders pendidikan, pendidikan inklusif, konsep
pendidikan, Community Based Rehabilitation.
1
Mahasiswi Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Toba Batak Education Stakeholders’ Perspectives Towards Education of Children with Disabilities and its Implementation
in Toba Samosir
Tryastuti I.B.Manullang2 Special Needs Education Program
School of Postgraduate Studies Indonesia University of Education
The purpose of this study is to find the perspectives of the Toba Batak education stakeholders towards the education of children with disabilities and its implementation in Toba Samosir. The education stakeholders consist of a head of education department in Toba Samosir, head of the H foundation, two principals and three teachers from the Special Primary Schools. This study uses qualitative descriptive approach and research data obtained through interviews. The results of this study demonstrate that the education stakeholders knowledge about disabilities needs improvement in accordance with the development of science. Stakeholders know the cultural views towards disability and its implications, and the education services available for children with disabilities in addition to encountered its problem in Toba Samosir. Stakeholders considered that the education for children with disabilities should be implemented with the cooperation of all parties, application of the institution-based education and that the education development on disabilities will be implemented faster if there is personal experience with people with disabilities. While the education concepts considered appropriate are the special school and the CBR (Community Based Rehabilitation) strategy, also inclusive education because it represents the Toba Batak philosophy.
Keywords: education stakeholders, inclusive education, education concept,
Community Based Rehabilitation (CBR).
2
Student of Special Needs Education Program, School of Postgraduate Studies
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Artinya negara memberikan jaminan bagi setiap warga negaranya untuk memperoleh akses atas pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama dan gendernya.
Para penyandang disabilitas di Indonesia merupakan warga negara yang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang sesuai dengan potensi dan kemampuannya. Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 5 dalam ayat (1), (2), (3), (4), menuliskan tentang kesamaan hak pendidikan tanpa memandang kondisi fisik, emosional, mental, kecerdasan maupun kondisi geografis. Undang-undang ini semakin menegaskan betapa negara berusaha untuk memberikan pendidikan untuk semua.
Salah satu yang dianggap mampu untuk merealisasikan pendidikan untuk semua tersebut adalah dengan mengembangkan pendidikan inklusif yaitu pendidikan yang memberikan kesempatan bagi setiap anak untuk memperoleh pendidikan terlepas dari kondisi disabilitasnya. Di Indonesia, keberadaan pendidikan inklusif ini ditandai dengan dikeluarkannya peraturan menteri pendidikan nasional yang dikenal dengan Permendiknas 70/2009 yang berbunyi:
”Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan
2
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam pendidikan inklusif, semua anak memiliki hak yang sama. Oleh karena itu, tidak heran bila sekolah inklusif dipandang sebagai sekolah yang bisa menjawab kebutuhan akan pendidikan dan pemenuhan hak atas pendidikan sehingga pada akhirnya bisa menciptakan masyarakat yang inklusif. Hal ini sesuai dengan kondisi negara Indonesia yang beragam suku, budaya dan kepercayaannya. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa dalam penyelenggaraannya sendiri pendidikan inklusif ini sering sekali tidak disesuaikan dengan keberagam ataupun kekayaan lokal yang terdapat dalam satu daerah.
Meskipun aturan penyelenggaraan sekolah inklusif sebagai sekolah yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus atau yang memiliki hambatan dalam akses pendidikan sudah dibuat, proses pelaksanaannya masih perlu dipelajari dan
diupayakan. Sampai saat ini, kebanyakan anak penyandang disabilitas
mendapatkan layanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan derajat dan jenis kekhususannya di sekolah yang dinamakan Sekolah Luar Biasa (SLB). SLB sendiri adalah sekolah yang bersifat eksklusif karena anak yang belajar di SLB adalah anak-anak yang jenis disabilitasnya sama dan ini tetap membuat para penyandang disabilitas menjadi orang‟asing‟ dan „khusus‟. Kondisi ini membuat masyarakat menjadi tidak akrab dengan kehidupan kelompok difabel. Sementara kelompok difabel sendiri merasa keberadaannya bukan menjadi bagian yang integral dengan kehidupan masyarakat sekitarnya (Mujito & dkk, 2014:75). Artinya, kondisi penyandang disabilitas ini dilayani secara eksklusif saja atau memisahkan mereka dan menempatkan yang sejenis ternyata tidak cukup.
3
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penyandang disabilitas tidak bisa ditentukan untuk dimiliki suku atau masyarakat budaya tertentu saja. Kita tidak bisa memilih di mana kita lahir dan suku apa yang ingin kita jadikan sebagai identitas kita karena orangtua kita sudah terlebih dahulu menjadi makhluk budaya dan berasal dari suku tertentu yang pasti akan menurunkan budaya tersebut untuk menjadi identitas kita juga.
Kondisi penyandang disabilitas sering mengalami diskriminasi maupun
„alienisasi‟ yang disebabkan disabilitasnya. Munculnya pandangan budaya yang
menghubungkan kondisi disabilitas dengan kepercayaan-kepercayaan lain atau mitos yang berkembang di dalam masyarakat itu sendiri dari satu generasi ke generasi berikutnya tak ayal menyebabkan penyandang disabilitas mendapatkan perlakuan yang membuatnya kehilangan kesempatan untuk mendapatkan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Pada suku Batak Toba, ditemukan juga penyandang disabilitas meski sejarah mulai keberadaannya ada dalam lingkungan masyarakat Batak Toba itu sendiri kurang diketahui secara pasti.
Budaya mempengaruhi perkembangan anak melalui penyediaan setting yang menciptakan konteks dalam kehidupan sehari-hari (Whiting dalam Dhayaksini dan Yuniardi, 2012:108). Dalam hubungannya dengan disabilitas, seorang anak penyandang disabilitas yang tinggal dalam setting budaya yang menghargai dirinya sebagai bagian dari masyarakat budaya, akan mengalami perkembangan sebagai bagian dari masyarakat budaya dimana dia tinggal. Suku Batak Toba memandang bahwa setiap individu yang lahir adalah dari Tuhan sehingga harus diterima keberadaannya dalam rasa syukur dalam kondisi apapun.
Pandangan budaya dapat memberikan pandangan negatif dan positif tentang
disabilitas (Groce dalam Haihambo, 2010). Pandangan budaya tersebut
4
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang mendasari perwujudannya dalam proses interaksi yang terjadi di lingkungan masyarakat tersebut. Dalam proses interaksi ini di masyarakat, stakeholders merupakan orang yang memberikan pengaruh dalam interaksi tersebut.
Menyadari ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti pandangan para stakeholders suku Batak Toba tentang disabilitas. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengarahkan penelitian ini dengan judul “Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang Disabilitas dan Implementasinya di Kabupaten Toba Samosir”.
B. Fokus Penelitian
Pendidikan bagi penyandang disabilitas dewasa ini semakin menjadi isu yang diperhatikan. Beberapa kesepakatan internasional maupun nasional mendorong untuk semakin terselenggarakannya pendidikan yang mampu memberikan layanan pada semua anak. Penyelenggaraan pendidikan bagi penyandang disabilitas di suku Batak Toba di Kabupaten Tobasa sejak tahun 1983 berpusat di kecamatan Sintong Marnipi. Sudah tiga puluh tahun pendidikan bagi penyandang disabilitas diberikan dan sampai saat ini masih ada dua Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) di Kabupaten Tobasa. Satu merupakan sekolah negeri dan satunya lagi sekolah swasta dan keduanya hanya mengakomodasi pendidikan sampai tingkat Sekolah Dasar.
Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian ini. Menyadari bahwa dalam proses penyelenggaraan pendidikan bagi penyandang disabilitas
Stakeholders (pemangku kepentingan) pendidikan memiliki peranan aktif untuk
5
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut. Stakeholders pendidikan memiliki peranan yang besar untuk
membangun dan menciptakan iklim lingkungan sekolah yang bisa menerima semua anak agar mendapatkan kesempatan untuk mengecap pendidikan. Dalam penelitian ini, Stakeholders pendidikan merujuk kepada kepala dinas, kepala sekolah, kepala yayasan dan guru di Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada di Kabupaten Tobasa.
Penelitian ini berfokus kepada pandangan para Stakeholders pendidikan yang berlatar belakang suku Batak mengenai pendidikan bagi penyandang disabilitas. Penelitian ini akan menggali pandangan-pandangan mereka sebagai masyarakat suku Batak yang dapat dipengaruhi oleh cerita turun-temurun yang ada di suku Batak, mitos yang tetap berlangsung di masyarakat, pengetahuan baru yang berasal dari faktor luar yang dipengaruhi oleh pendidikan, media komunikasi, agama maupun pandangan-pandangan lain yang menyebabkan stigma atau stereotip yang dibangun dan menjadi pandangan para Stakeholders pendidikan suku Batak Toba di Kabupaten Tobasa.
C. Pertanyaan Penelitian
Untuk menjawab fokus penelitian seperti yang telah disebutkan di atas, peneliti menyusun pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengetahuan Stakeholders pendidikan suku Batak Toba tentang penyandang disabilitas?
2. Bagaimana pengetahuan Stakeholders pendidikan suku Batak Toba tentang implementasi pendidikan bagi penyandang disabilitas?
6
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Bagaimanakah konsep pendidikan bagi penyandang disabilitas dan implementasinya yang sesuai bagi suku Batak Toba menurut
Stakeholders pendidikan tersebut?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membantu menemukan bentuk layanan pendidikan yang tepat bagi anak penyandang disabilitas di suku Batak Toba yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan gambaran tentang pengetahuan Stakeholders pendidikan suku Batak Toba tentang penyandang disabilitas di Kabupaten Tobasa.
b. Untuk mengetahui pandangan Stakeholders pendidikan suku Batak Toba tentang pendidikan bagi penyandang disabilitas suku Batak Toba di Kabupaten Tobasa.
c. Untuk mengetahui implementasi pendidikan bagi anak penyandang disabilitas di Kabupaten Tobasa menurut Stakeholders pendidikan suku Batak Toba.
d. Untuk membantu pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten
Toba Samosir menemukan layanan pendidikan yang tepat bagi anak penyandang disabilitas di suku Batak Toba.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
7
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Batak Toba secara khusus dan suku-suku lain di Indonesia secara umum.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang penyandang disabilitas di suku Batak Toba. b. Bagi orangtua yang memiliki anak penyandang disabilitas,
penelitian ini diharapkan mampu memberikan dorongan agar keluarga semakin peduli dengan kebutuhan pendidikan anak penyandang disabilitas di suku Batak Toba.
c. Bagi dinas pendidikan Kabupaten Toba Samosir penelitian ini
diharapkan membantu mempercepat dan turut memperkaya
penyelenggaraan pendidikan yang disesuaikan dengan kebudayaan suku Batak Toba di Kabupaten Toba Samosir.
d. Bagi Kementrian Pendidikan, penelitian ini bisa dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk menemukan atau merancang layanan pendidikan yang tepat terhadap penyandang disabilitas pada suku Batak Toba dan suku-suku lain di Indonesia.
F. Struktur Organisasi Penelitian
Tesis ini terdiri dari 5 (lima) BAB. Pada BAB I memuat tentang latar belakang, identifikasi masalah, fokus masalah, manfaat dan tujuan penelitian. BAB II membuat tentang kajian pustaka sementara BAB III memuat tentang metode penelitian, lokasi dan subjek, pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV memuat tentang hasil penelitian dan pembahasan dan terakhir, BAB V yang memuat tentang kesimpulan dan saran.
8
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari fokus penelitian yang sudah dijelaskan diatas, peneliti hendak menjelaskan definisi-definisi yang dipakai sebagai landasan teori untuk penelitian ini.
1. Pandangan
Pandangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah adalah pengetahuan, pendapat dan konsep berpikir yang dimiliki oleh golongan masyarakat yang didapat dari pengalaman langsung maupun cerita turun-temurun dalam menanggapi dan menerangkan fenomena yang ada di dalam masyarakat.
2. Stakeholders Pendidikan
Dalam penelitian ini, Stakeholders (pemangku kepentingan) adalah orang-orang yang memiliki peranan dan pengaruh dalam pengambilan keputusan atau terciptanya suatu pandangan dan sikap dan keputusan yang mempengaruhi cara pandang maupun penyelenggaraan suatu nilai di dalam komunitas atau budaya.
Stakeholders pendidikan dalam penelitian ini berfokus kepada
pemangku kepentingan pendidikan yang melingkupi kepala dinas pendidikan kabupaten, kepala sekolah, kepala yayasan, dan guru sekolah luar biasa di Kabupaten Tobasa dengan pertimbangan bahwa
mereka memiliki peranan dalam mengembangkan atau
mempengaruhi pandangan tentang penyandang disabilitas dan
pendidikannya di tengah-tengah masyarakat.
3. Pendidikan
9
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral, serta keimanan dan ketakwaan manusia (Sa‟ud & Makmun, 2005: 6).
4. Penyandang Disabilitas
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) Sumatera Utara dan secara khusus di Kecamatan Laguboti. Di kecamatan Laguboti inilah kita bisa menemukan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) yang melayani anak penyandang disabilitas di Kabupaten Tobasa. Lokasi penelitian ini juga tidak jauh dari kecamatan dan kabupaten dimana peneliti berasal.
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini menjadikan Stakeholders (pemangku kepentingan) pendidikan yang berasal dari suku Batak Toba dan tinggal di daerah Kabupaten Tobasa. Dalam penelitian ini terdapat tujuh orang Stakeholders pendidikan yang terdiri dari dua orang kepala sekolah luar biasa yang berlatar belakang pendidikan dari SGPLB ( Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa), tiga orang tenaga pendidik di Sekolah Luar Biasa yang juga berlatar belakang pendidikan dari SGPLB ( Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa), dan satu orang kepala yayasan yang berlatar belakang pendidikan sebagai Sarjana Teologia, dan satu orang kepala dinas pendidikan yang berlatar belakang Sarjana Pendidikan.
C. Metode Penelitian
30
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik wawancara.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan wawancara semi terstruktur.
Menurut Herdiansyah (2013:66) bahwa wawancara semi terstruktur lebih tepat digunakan dalam penelitian kualitatif karena peneliti diberikan kebebasan sebebas-bebasnya dalam bertanya dan memiliki kebebasan dalam mengatur alur dan setting wawancara.
Dalam melakukan wawancara peneliti akan menggunakan pedoman wawancara (terlampir) yang berfungsi sebagai patokan atau pedoman dalam melakukan wawancara dengan para informan.Wawancara dalam penelitian ini adalah proses interaksi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, dimana kedua pihak yang terlibat (pewawancara/interviewer dan terwawancara/interviewee) memiliki hak yang sama dalam bertanya dan menjawab (Herdiansyah, 27:2013).
31
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan peneliti sebagai instrumen utama dan peneliti menggunakan instrumen dalam menggumpulkan data berupa pedoman wawancara (terlampir). Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara semi terstruktur yang memberikan kebebasan kepada informan untuk menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya dan memberikan kebebasan bagi peneliti untuk bertanya dan mengatur alur wawancara.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dengan mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Bodgan dalam Sugiyono, 2013:244). Analisis data kualitatif harus dilakukan dengan teliti agar setiap data yang diperoleh dapat disusun dan dipahami sehingga menghasilkan temuan yang dapat berguna bagi peneliti sendiri dan orang lain.
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013:246) mengemukakan bahwa dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Dalam menganalisa data, Miles dan Huberman membaginya dalam beberapa langkah:
1. Data reduction (reduksi data)
32
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
polanya sehingga memberikan gambaran data yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
2. Data display (penyajian data)
Data yang sudah direduksi akan disajikan untuk membuat hasil temuan data menjadi tersusun, terorganisasi dalam pola yang saling berhubungan sehingga data yang sebelumnya hanya berdasarkan tema dan pola semakin mudah dipahami oleh peneliti dan pembaca. Dalam hal penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif (Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2013: 249).
3. Conclusion drawing/verification (menarik kesimpulan/verifikasi)
Ini adalah langkah terakhir dari penganalisaan data. Kesimpulan yang sudah dibuat pada langkah ini bukanlah menjadi kesimpulan atas seluruh penelitian, namun merupakan kesimpulan yang bersifat sementara bila bukti-bukti yang ditemukan belum kuat dan sebaliknya.
Peneliti dalam menganalisa data yang didapat dari penelitian ini, akan melakukan proses penganalisaan data berdasarkan langkah-langkah diatas. Untuk mendapatkan dan mengolah keseluruhan data maka peneliti akan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Deskriptif yang dimaksudkan disini adalah setiap hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dituliskan dan dipaparkan dengan cara memaparkan hasil wawancara yang sudah dikumpulkan.
33
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data yang sudah dianalisa, pada akhirnya memberikan hasil, selanjutnya akan diuji keabsahannya agar penelitian ini dapat diterima dengan melibatkan pengujian dengan:
1. Dosen Pembimbing Tesis
Dosen pembimbing memeriksa dan meneliti serta memberikan
masukan dan perbaikan terhadap hasil dari penelitian ini.
2. Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengetahuan Stakeholders Pendidikan tentang Penyandang
Disabilitas
Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa pengetahuan para
Stakeholders pendidikan tentang penyandang disabilitas yang meliputi
pengetahuan mereka tentang penyebab disabilitas, pandangan masyarakat tentang disabilitas dan implikasi dari pandangan masyarakat tersebut
terhadap disabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengetahuan para Stakeholders pendidikan tentang penyebab disabilitas masih belum tepat. Hal ini berhubungan dengan latar belakang pendidikan, dan pengembangan keprofesian yang kurang ditangani dengan baik. Stakeholders pendidikan yang terlibat langsung dalam pendidikan terhadap penyandang disabilitas mengetahui lebih banyak tentang anak disabilitas meski ditemukan adanya pengetahuan yang sudah tidak sesuai dengan kebaruan ilmu pengetahuan.
102
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan memiliki ciri-ciri anak penyandang disabilitas yang disebut dengan
“SLB-an” atau “ke-SLB-an”. Meskipun ada pandangan baru ini, tidak
memberikan dampak negatif, namun menjadi ciri penanda bila seseorang dianggap perlu untuk bersekolah di sekolah luar biasa agar tidak lagi menjadi ke-SLB-an.
2. Pengetahuan Stakeholders Pendidikan tentang Implementasi
Pendidikan Bagi Anak Penyandang Disabilitas di Suku Batak
Toba
Stakeholders pendidikan mengetahui dengan baik kondisi
penyelenggaraan pendidikan bagi penyandang disabilitas di
Kabupaten Toba Samosir yang saat ini diselenggarakan oleh dua Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) yaitu SDLB Negeri Sintong Marnipi dan SDLB Swasta Hepata. Penyelenggaraan pendidikan bagi penyandang disabilitas dianggap terlaksana karena masih merupakan program pemerintah. Meski SDLB Hepata lebih bergiat dalam penjangkauan karena merupakan sekolah yang dikelola oleh yayasan gereja HKBP. Penjangkauan dilakukan dengan penjemaatan melalui kerjasama dengan gereja dan menjangkau keluarga dan anak penyandang disabilitas yang lokasi tempat tinggalnya jauh dari
sekolah dengan menggunakan strategi Community Based
Rehabilitation (CBR).
Setiap stakeholders pendidikan juga mengetahui permasalahan atau
hambatan dalam penyelenggaraan pendidikan bagi penyandang
disabilitas. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi
103
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
prasarana serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan bagi penyandang disabilitas.
3. Pandangan Stakeholders Pendidikan terhadap Pendidikan
Bagi Anak Penyandang Disabilitas Berdasarkan Perspektif
Budaya suku Batak Toba.
Berdasarkan penelitian ini ditemukan tiga pandangan utama terhadap pendidikan bagi penyandang disabilitas berdasarkan
perspektif budaya suku Batak Toba yang dimiliki para
Stakeholders pendidikan yaitu:
a. Pendidikan bagi penyandang disabilitas pada suku Batak Toba
haruslah merupakan collaborative education. Artinya,
pendidikan ini harus diselenggarakan dengan kerjasama semua pihak. Berdasarkan perspektif budaya Batak Toba ini bisa dilakukan karena suku Batak Toba memiliki keterikatan satu dengan yang lain yang secara umum dengan menggunakan marga karena marga adalah identitas suku Batak Toba. Sehingga collaborative education ini bisa dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan para tokoh adat atau tokoh masyarakat dan para tokoh agama.
b. Pendidikan berbasis panti masih dianggap tepat untuk
104
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Konsep Pendidikan Penyandang Disabilitas yang Sesuai Bagi
Suku Batak Toba
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pendidikan berbasis panti dan pendidikan inklusif dianggap menjadi konsep pendidikan yang tepat dilakukan mengingat kondisi desa-desa yang berjauhan dan perekonomian keluarga yang bisa menjadi faktor penghambat pelaksanaan pendidikan bagi penyandang disabilitas. Bila anak tinggal di panti akan mempermudah anak untuk datang ke sekolah dan adanya nilai-nilai inklusif dalam suku Batak Toba diantaranya tidak memberikan pelabelan kepada anak, keluarga adalah partner yang terbaik dalam memberikan pendidikan sehingga anak dalam memperoleh pendidikannya harus berada dekat dengan orangtua,
merupakan kekuatan yang bisa dipakai untuk membantu
penyelenggaraan pendidikan bagi penyandang disabilitas di suku Batak Toba.
105
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pengetahuan Stakeholders pendidikan tentang pendidikan bagi penyandang disabilitas dan implementasinya, tentang pendidikan terhadap penyandang disabilitas berdasarkan perspektif budaya suku Batak Toba yang mereka
miliki, dan konsep pendidikan bagi penyandang disabilitas dan
implementasinya yang sesuai bagi suku Batak Toba menurut Stakeholders pendidikan tersebut, maka peneliti memberikan saran untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam penyelenggaraan pendidikan di suku Batak Toba di Kabupaten Toba Samosir sebagai berikut:
1. Untuk Sekolah
a. Mengupayakan peningkatan pengetahuan guru tengang
pendidikan bagi penyandang disabilitas melalui pelatihan,
seminar, dan sosialisasi yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pendidikan bagi anak penyandang disabilitas. b. Memanfaatkan masyarakat setempat dan para orangtua untuk
berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan bagi
penyandang disabilitas dengan melakukan kerjasama dengan para tokoh adat dan tokoh keagamaan setempat.
2. Untuk Orangtua
a. Menjalin kerjasama dengan sekolah dalam memberikan
pendidikan bagi anak dengan mengikuti pertemuan guru dan orangtua maupun seminar bila diadakan sekolah.
b. Bekerjasama dengan gereja dan tokoh adat setempat untuk membantu mendorong terbukanya setiap sekolah yang ada disekitar desa mereka terhadap penyandang disabilitas.
106
Tryastuti Irawati Belliny M anullang, 2014
Pandangan Stakeholders Pendidikan Suku Batak Toba tentang Pendidikan Anak Penyandang D isabilitas dan Implementasinya
di Kabupaten Toba Samosir
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Melaksanakan dengan segera pemberian pelatihan dan penataran
sehubungan dengan pengembangan pendidikan bagi anak
penyandang disabilitas di Kabupaten Toba Samosir bagi semua tenaga pendidik baik di sekolah luar biasa maupun sekolah reguler.
b. Membuka dan/atau mengembangkan sekolah-sekolah yang
mampu menerima kehadiran peserta didik dengan disabilitas, minimal satu sekolah satu kecamatan.
c. Membuka diri untuk menerima konsep pendidikan terbaru yang
dianggap mampu memecahkan masalah pendidikan bagi
penyandang disabilitas yang disesuaikan dengan kondisi wilayah Kabupaten Toba Samosir.
d. Menyediakan tenaga pendidik yang memiliki keahlian
pendidikan khusus dalam memberikan pendidikan bagi anak penyandang disabilitas.
e. Memberikan pelatihan dan/atau pendidikan mengenai
keterampilan pendidikan khusus bagi guru-guru di sekolah reguler.
f. Mendirikan resource center untuk membantu para pendidik dalam memberikan layanan pendidikan bagi setiap anak terlepas dari kondisi disabilitasnya.
g. Melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan