• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERGESERAN PENGGUNAAN AKSARA BATAK DALAM TATANAN KEHIDUPAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA TOMOK KABUPATEN SAMOSIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERGESERAN PENGGUNAAN AKSARA BATAK DALAM TATANAN KEHIDUPAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA TOMOK KABUPATEN SAMOSIR."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PERGESERAN PENGGUNAAN AKSARA BATAK DALAM

TATANAN KEHIDUPAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI

DESA TOMOK KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi

Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

TONGGO SIDABUTAR

308121151

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

TONGGO SIDABUTAR. NIM 308121151. PERGESERAN PENGGUNAAN AKSARA BATAK DALAM TATANAN KEHIDUPAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA TOMOK KABUPATEN SAMOSIR. SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH, FAKULTAS ILMU SOSIAL, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai pergeseran penggunaan Aksara Batak dalam kehidupan masyarakat Batak Toba khusunya di desa Tomok, kemudian supaya kita mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi proses pergeseran tersebut dan sekalian sedikit mempelajari mengenai Sejarah Aksara Batak Toba.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Dengan tekhnik pengumpulan data menggunakan studi literatur maupun observasi langsung kedaerah Tomok yang merupakan objek penelitian. Selanjutnya melakukan pemotretan kepada seluruh objek yang merupakan data factual dalam penelitian ini. Kemudian dilakukan wawancara dengan pihak pemerintah daerah , dinas pariwisata, tokoh masyarakat, tokoh adat, pengrajin souvenir dan pihak-pihak yang berkecimpung dalam pelestarian Aksara Batak.

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa Demikianlah kenyataanya bahwa pada masyarakat Batak khususnya jaman dahulu di desa Tomok kabupaten Samosir, telah memiliki peradapan berupa seni tulisan sendiri, yang tidak dimiliki oleh semua suku di nusantara. Jadi dalam hal penggunaanya pada jaman dahulu di desa Tomok, bahwa Aksara Batak digunakan sebagai sebuah varian tulisan yang di pergunakan oleh datu (dukun) untuk memuat tentang ramalan yang berkaitan dengan ilmu perbintangan (Parhalaan) yang sering ditulis pada ruas-ruas bambu, dan kebanyakan mengandung lebih dari jenis teks. Jadi dalam tatanan kehidupan masyarakat Batak Toba khususnya di desa Tomok pada jaman dahulu segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari itu tidak pernah dituliskan tetapi diutarakan secara lisan, maupun itu dalam hal silsilah keluarganya sendiri, jadi mengenai Aksara Batak tersebut, tidak sembarangan orang yang mengerti. Hanya seorang Datu (dukun) lah yang mengerti tentang varian tulisan tersebut. Yang dimana sang Datu tersebut menggunakanya untuk menulis di berbagai media yang dibuat sendiri, contohnya kulit kayu, tanduk kerbau, tulang hewan. Hanya media-media tersebutlah yang digunakan oleh masyarakat Batak Toba, lain hal dengan suku-suku lain di Indonesia yang berbeda dengan suku-suku Batak, contohnya, suku-suku Bugis di Sulawesi menggunakan daun Lontar, jawa sudah menggunakan batu sebagai media tulisan atau yang lebih kita kenal dengan prasasti.

(5)

KATA PENGANTAR

puji dan syukur panjatkan kepada Allah Bapa dan sang kepala gerakan Yesus

Kristus atas berkat dan rahmatnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh dan dipenuhi

penulis untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Untuk memenuhi gelar tersebut maka

penulis mengajukan judul “Pergeseran Penggunaan Aksara Batak Dalam Tatanan

Kehidupan Masyarakat Batak Toba di Desa Tomok Kabupaten Samosir”.

Didalam penulisan ini, Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak

mengalami kekurangan baik dalam tata bahasa dan penyajian. Hal tersebut disebabkan

karena Penulis masih dalam tahap belajar. Maka dengan ini Penulis dengan hati terbuka

manerima kritikan yang konstruktif terhadap kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga

menyadari betapa besar bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga masalah yang

dihadapi penulis sejak awal dapat teratasi. Tanpa bantuan dan dorongan berbagai pihak

kiranya, Penulis tidak akan dapat menyesaikan menyelesaikan penelitian dan penyusunan

skripsi ini.

Pada kesempatan ini saya ingin menuturkan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua Penulis Bapa S. Sidabutar (Alm) dohot Omak L br

Gultom dengan seluruh kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasi atas segala

(6)

sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi. dan Khusus kepada ayahanda, terimakasih

telah membimbingku hingga akhir hayatmu, semua jasamu tak akan kulupakan seumur

hidupku, kepada ibunda tercinta, terima kasih telah jadi ibu nomor satu, yang jadi inspirasi

penulis dalam hidup ini. Semua jasa yang saya terima tidak akan pernah lupa sepanjang

hayat ini.

Dan kepada adekku satu-satunya Elsa manora sidabutar, tingkatkan trus prestasimu

kami mendukungmu. Terkhusus kepada hasianku Honey Sartika Nadapdap, terima kasih

atas doa dan dukungan selama Penulis melakukan studi, semua perbuatan baikmu telah

terpahat indah dalam hati, Tuhan memberkati.

Dan pada kesempatan ini juga dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.DR. Ibnu Hajar Damanik selaku Rektor UNIMED

2. Bapak Drs.H.Restu MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Medan

3. Ibu Dra. Lukitaningsih,M.Hum selaku ketua jurusan Pendidikan Sejarah

Universitas Negeri Medan.

4. Ibu Dra.Hafnita SD Lubis,M.si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

(7)

5. Bapak Pristi Suhendro,S.Hum,M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah memberikan banyak masukan dalam membimbing kepada Penulis

menyelesaikan Skripsi ini.

6. Bapak-Ibu Dosen jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan yang

telah memberikan banyak ilmu kepada Penulis selama perkuliahan.

7. Buat sahabat-sahabat terbaikku selama menjalani perkuliahan, Bang Koko,

Bang Martua, mauliate Motivasi muna bang, buat lae Rio, Marolop, lek Putra,

lek Imam Santosa, freddy, Agus hitam dan Agus Putih, Lae Pomo, Dolung,

Brighten, semua mahasiswa stambuk 2008.

8. Buat Team SERA 08, kita selalu menjadi tim yang terbaik di FIS, truss

semangat…

9. Dan seluruh pihak yang ikut berperan dalam membantu Penulis menyelesaikan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap atas kebaikan yang mereka berikan kelak akan mendapat balasan

yang berlipat ganda dari Tuhan yang Maha Esa.,

Agustus 2012

Tonggo Sidabutar

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Hariara, J.M. 1928.Poestaha Parsiajaran Manjaha Soerat Batak. Lagoeboti: Zendelingsdrukkerij.

Hariara, J.M.1987. Hata Batak Maninggoring Bagian Rangsa Ni Andung Dohot

Hadatuan.Jakarta:Balai Pustaka.

Heine-Geldern, Robert.1999.Warisan Leluhur Sastra Lama Dan Aksara Batak.Jakarta:Gramedia.

Lumbantobing, Arsenisius.1916. Porgolatanta buku sidjahon ni

anaksikola.Laguboti:Pangarongkoman Mission.

Meuraxa, Dada.1973.Sejarah Kebudayaan Suku-Suku di Sumatera Utara.Medan:Napitupulu.

Sidabutar,S.S.1980.Batu na Impol: Buku Parsiajaran Manala, Manami dohot Marhamaolan

Hata Surat Batak nang Pustaha. Medan: Mitra.

Sihombing, T.M.1986.Filsafat Batak Tentang Kebiasaan Adat Istiadat.Jakarta:Balai Pustaka

Tampubolon, Raja Patik.2002.Pustaha Tumbaga Holing Adat Batak-Patik Uhum.Buku I dan

II.Jakarta:Dian Utama.

Kozok,Uli. 1999. Warisan Leluhur Sastra Lama dan Aksara Batak. Bogor. Grafika Mardi Yuana

Kozok,Uli. 2009. Surat Batak.Jakarta. Kepustakaan Populer Gramedia.

Marbun, M.A. 1978. Pengantar Budaya Batak. Jakarta. Balai Pustaka.

Baroroh, Baried, 1985. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta : Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batak Toba merupakan suatu kelompok dari etnik Batak yang menjunjung

nilai-nilai sosial budaya yang hampir sama dengan sub etnik lainnya seperti :

Batak Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing, dan Angkola pada dasarnya

memiliki kesamaan dalam kebudayaan. Namun, dewasa ini istilah Batak

sebenarnya sudah jarang dipakai bila merujuk kepada kelompok etnis Batak selain

Toba, yakni Karo, Mandailing, Pakpak, Simalungun. Hal tersebut terjadi karena

dalam kenyataan bahwa orang Toba cenderung menyebut diri sebagai Batak, dan

bukan sebagai Toba. Dengan demikian maka Batak sering dianggap sinonim

dengan Toba.

Jadi mengapa orang Batak Toba lebih suka menggunakan predikat Batak

daripada Toba? Hal itu disebabkan karena “Toba” sebenarnya adalah nama daerah

bukan nama suku bangsa. Pada intinya Toba merujuk pada dua daerah saja, yaitu

Toba Humbang dan Toba Holbung, sementara Habinsaran, Samosir, Silalahi,

Silindung Uluan, dan beberapa daerah kecil lainnya sebenarnya tidak termasuk

kepada daerah Toba. Akan tetapi karena kesamaan dari segi bahasa, dan budaya

penduduk daerah-daerah itu lazim disebut etnis Toba, terutama oleh orang luar

dan kemudian juga oleh para ahli bahasa dan antropologi. Tetapi sampai sekarang,

banyak orang Samosir merasa janggal mereka disebut Toba, dan lebih suka

(10)

Sebagian besar kegiatan suku Batak Toba mengacu kepada Adat Istiadat

yang telah di wariskan secara turun – temurun. Mulai dari awal kehamilan,

kelahiran, sampai tumbuh dewasa, hingga kematian, selalu di atur oleh adat

istiadat. Pada umumnya di jaman dahulu ketika peran Zending belum menyentuh

tanah Batak, dimana masyarakat pribumi masih menganut agama suku

PARMALIM’ setiap pelaksanaan upacara ritual baik yang menyangkut religi, adat

istiadat, pengobatan, dll. Selalu menggunakan Aksara Batak dalam hal penulisan

ke media-media yang tersedia sebagai pertinggalan yang berguna bagi anak cucu

di kemudian hari.

Sebagian besar sastra Batak tidak pernah ditulis. Cerita-cerita rakyat dalam

bentuk fable, Mitos, dan legenda, umpama dan umpasa, torhan-torhanan,

turi-turian, huling-hulingan semua itu tidak pernah ditulis, tetapi diturunkan secara

lisan dari generasi ke generasi. Walaupun orang Batak sudah berabad-abad sudah

memiliki tulisan sendiri, mereka tidak pernah menggunakan system tulisannya

untuk tujuannya sehari-hari. Membuat catatan, mengeluarkan dokumen-dokumen,

mencatat piutang-piutang atau pengeluaran rumah tangga, mencatat silsilah

marganya, semuanya ini tidak pernah dilakukan dengan menggunakan pena

melainkan secara lisan saja orang Batak menggunakan aksaranya hanya untuk tiga

tujuan:

1. Ilmu kedukunan ( hadatuon)

2. Surat menyurat ( hata poda)

(11)

Tiga perempat naskah membahas hal-hal yang berkaitan dengan ilmu

kedukunan atau hadatuon. Yang berhak menulis naskah perihal hadatuon adalah

dukun (datu). Pengetahuannya terutama ditulis dalam buku kulit kayu, tetapi

kadang-kadang mereka juga menggunakan bambu atau tulang rusuk

kerbau.Dalam hal penulisan pustaha, para datu menggunakan sebuah ragam

bahasa yang lazim disebut hata poda. Kata poda dalam bahasa sehari-hari dapat

diartikan sebagai nasehat, tetapi dalam pustaha memiliki makna yang berbeda,

dalam pustaha artinya lebih mendekati instruksi atau petunjuk. Ragam hata poda

yang hanya dipakai di pustaha ini, merupakan sejenis dialeg kuno rumpun bahasa

Batak Selatan dan banyak bercampur dengan kata-kata yang dipinjam dari bahasa

Melayu. Kerahasiaan ini merupakan salah satu sebab mengapa isis pustaha sangat

sukar dimengerti karena petunjuk-petunjuk yang diberikan pada umumnya hanya

dapat dipahami oleh seseorang yang sudah memiliki pengetahuan mendalam

mengenai masalah yang dibicarakan.

Walaupun seorang datu harus menguasai bahasa poda sebelum menyusun

sebuah pustaha, hal itu tidak berarti bahwa bahasa yang dipakai dipustaha adalah

murni hata poda. Tetapi ada pula banyak naskah yang jika dilihat dari segi

bahasa, tempat asalnya tidak dapat diketahui, karena ditulis dalam ragam hata

poda tersebut.

Kini tradisi pembuatan pustaha sudah lama usai dan bukan pustaha saja

demikian juga dengan naskah-naskah lainnya yang ditulis pada ruas-ruas bambu

atau yang ditulang-tulang rusuk kerbau. Memang sudah punah, tetapi masih ada

(12)

memprihatikan. Contohnya adalah industri cenderamata yang diperjualbelikan di

daerah pusat-pusat pariwisata, khususnya daerah Desa Tomok Kabupaten

Samosir. Naskah-naskah yang baru diciptakan cukup memprihatikan. Karena

naskah yang dihasilkan (dijual) tidak dapat dimengerti atau dibaca makna dari

Surat Batak tersebut. Cenderung naskah-naskah yang ditulis dalam media-media

hanya terdiri atas rantaian huruf-huruf yang tak berarti. Dalam kata lain bahwa

Surat Batak yang dipakai hanya sebagai hiasan saja. Hasilnya adalah sebuah

“naskah” dan “teksnya” dikarang oleh yang buta huruf yang kemudian dijual

kepada masyarakat sebagai hasil ciptaan budaya Batak. Labors of The Datu

(Bartlet 1973).

Namun ironisnya diperkirakan terdapat sekitar 1000 hingga 2.000 pustaha

Aksara Batak asli berada di luar negeri, dan tersimpan dalam koleksi-koleksi

museum atau perpustakaan di mancanegara terutama di Belanda dan Jerman.

Sebuah koleksi yang besar juga terdapat di Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia di Jakarta. Jadi masyarakat pribumi, terlebih para generasi muda Batak,

merasa ada dari kebudayaan mereka yang hilang. Mereka jadi sangat sulit

mendapatkan naskah pustaha yang asli yang merupakan milik nenek moyang

mereka tersebut. (Fischer 1914; 1920 ).

Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk meneliti

permasalahan tersebut dalam suatu penelitian yang berjudul: “Pergeseran

Penggunaan Aksara Batak Dalam Tatanan Kehidupan Masyarakat Batak

(13)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dikemukakan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Pemakaian Aksara Batak dalam proses kehidupan masyarakat

Batak Toba di Desa Tomok Kabupaten Samosir sebelum masuknya

agama Kristen.

2. Pemakaian Aksara Batak dalam proses kehidupan masyarakat

Batak Toba di Desa Tomok Kabupaten Samosir setelah masuknya

agama Kristen.

3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran pemakaian

Aksara Batak dalam kehidupan masyarakat Batak Toba di Desa

Tomok Kabupaten Samosir.

4. Dampak penggunaan Aksara Batak dalam proses kehidupan

masyarakat Batak Toba di Desa Tomok Kabupaten Samosir.

5. Usaha masyarakat Batak Toba di Desa Tomok Kabupaten Samosir

dalam melakukan pelestarian Aksara Batak sebagai salah satu

warisan budaya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah diatas yang menjadi pembatasan masalah dalam

penelitian ini : “Pergeseran Penggunaan Aksara Batak Dalam Tatanan

(14)

D. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pemakaian Aksara Batak dalam proses kehidupan

masyarakat Batak Toba di Desa Tomok Kabupaten Samosir

sebelum masuknya agama Kristen?

2. Bagaimana pemakaian Aksara Batak dalam proses kehidupan

masyarakat Batak Toba di Desa Tomok Kabupaten Samosir setelah

masuknya agama Kristen?

3. Apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran

pemakaian Aksara Batak dalam kehidupan masyarakat Batak Toba

di Desa Tomok Kabupaten Samosir?

4. Bagaimana dampak penggunaan Aksara Batak dalam proses

kehidupan masyarakat Batak Toba di Desa Tomok Kabupaten

Samosir?

5. Bagaimana usaha masyarakat Batak Toba di Desa Tomok

Kabupaten Samosir dalam melakukan pelestarian Aksara Batak

sebagai salah satu warisan budaya?.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui pemakaian Aksara Batak dalam proses

kehidupan masyarakat Batak Toba di Desa Tomok Kabupaten

(15)

2. Untuk mengetahui pemakaian Aksara Batak dalam proses

kehidupan masyarakat Batak Toba di Desa Tomok Kabupaten

Samosir setelah masuknya agama Kristen.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

pergeseran pemakaian Aksara Batak dalam kehidupan masyarakat

Batak Toba di Desa Tomok Kabupaten Samosir.

4. Untuk mengetahui dampak penggunaan Aksara Batak dalam

proses kehidupan masyarakat Batak Toba di Desa Tomok

Kabupaten Samosir.

5. Untuk mengetahui masyarakat Batak Toba di Desa Tomok

Kabupaten Samosir dalam melakukan pelestarian Aksara Batak

sebagai salah satu warisan budaya.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat Batak Toba khususnya di

Desa Tomok Kabupaten Samosir tentang pergeseran pemakaian

Aksara Batak dalam proses kehidupan.

2. Menambah pengetahuan dan memperkaya informasi tentang

pemakaian Aksara Batak sebelum dan sesudah masuknya agama

Kristen Protestan dalam masyarakat Batak Toba khususnya di Desa

(16)

3. Sebagai studi pembanding bagi penulis lainnya yang mempunyai

objek tulisan yang sama.

4. Sebagai pengangkat motivasi kepada generasi muda khususnya

Batak Toba untuk lebih mempelajari kebudayaan yang hampir

(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Desa Tomok merupakan sebuah desa yang keadaan sosial masyarakatnya cukup

baik, hal ini didukung oleh masyarakat yang hidupnya tidak terlalu heterogen, hampir

semua masyarakat desa ini satu suku yakni suku Batak Toba dan menganut agama Kristen

protestan dan katolik. Disamping itu secara kultural penduduk desa Tomok masih berasal

dari satu klan keturunan marga Sidabutar ditambah dengan marga-marga lain yang juga

masih sanak saudaranya, jadi dalam tatanan kehidupan masyarakat desa Tomok, walaupun

sekarang telah menganut agama, namun masyarakat belum meninggalkan nilai-nilai leluhur

mereka, baik dalam hal keagamaan (Parmalim) maupun dalam hal pengobatan dan ilmu

nujum dll. Semua hal tersebut dirangkum dalam berbagai media yakni Pustaha lak-lak

(yang terbuat dari kulit kayu) dan bagian parhalaan (yang terbutat dari bambu).

Demikianlah kenyataanya bahwa pada masyarakat Batak khususnya jaman dahulu di desa

Tomok kabupaten Samosir, telah memiliki peradapan berupa seni tulisan sendiri, yang

tidak dimiliki oleh semua suku di nusantara.

Jadi dalam hal penggunaanya pada jaman dahulu di desa Tomok, bahwa Aksara

Batak digunakan sebagai sebuah varian tulisan yang di pergunakan oleh datu (dukun) untuk

(18)

ditulis pada ruas-ruas bambu, dan kebanyakan mengandung lebih dari jenis teks. Jadi dalam

tatanan kehidupan masyarakat Batak Toba, khususnya di desa Tomok pada jaman dahulu

segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari itu tidak pernah dituliskan tetapi

diutarakan secara lisan, maupun itu dalam hal silsilah keluarganya sendiri,

Sejak dahulu orang Batak telah memiliki tulisan sendiri (Aksara Batak), dan

sistem kekerabatan sendiri (dalihan natolu) yang menandakan suku Batak Toba memiliki

budaya yang sangat tinggi. Warisan itu tetap bertahan walaupun terkadang terdapat

pergeseran bentuk dan penggunaanya. Karena prinsip yang berlaku bagi orang Batak adat

atau budaya merupakan tu ari so ra biltak, tu aek sora mengge (tidak lekang oleh panasnya

matahari dan tidak luntur karena hujan).

Secara khusus fungsi Aksara Batak di desa Tomok Kabupaten Samosir yang

dijadikan sebagai objek utama dalam penelitian ini dalam bidang kebudayaan dapat dilihat

dari berbagai sisi yang diantaranya yaitu:

 Dapat dijadikan sebagai salah satu peninggalan budaya Batak yang ternyata

memiliki identitas dari suku tersebut.

 Isi dari naskah yang telah diterjemahkan dari Aksara Batak, memperkuat

bahwa suku Batak Toba memiliki banyak pengetahuan yang didalamnya

(19)

 Secara tidak langsung dari naskah yang ditemukan telah memberi warna

bahwa suku Batak Toba memiliki ciri khas dari segi tulisan yang dimana,

ada beberapa suku lain juga memilikinya. Tetapi, ada juga yang tidak

memilikinya.

Dari beberapa hasil tersebut dapat terlihat bahwa suku Batak mampu untuk

bersaing dalam bidang kebudayaan dengan suku yang lain.

B. Saran

Sebelum penulis mengakhiri pembahasan dalam skripsi ini maka penulis ingin

memberikan sedikit saran-saran dari penulis yang merupakan sebuah himbauan.

1. Untuk menjaga lestarinya naskah-naskah kuno terutama Aksara Batak Toba,

disarankan agar pemerintah daerah membuat suatu kebijaksanaan tentang

pengajaran naskah Batak disekolah lanjutan ayng ada didaerah masing-masing.

Dengan adanya pelajaran tersebut memaksa dengan cara yang halus agar murid

memahami bahasa dan peninggalan budaya daerah sendiri.

2. Terutama kepada penutur bahasa Batak Toba, perlu himbauan supaya kita sebagai

penutur bahasa tersebut mengetahui sekaligus memperdalam ilmu tentang

pernaskahan Batak Toba. Dengan cara ini maka sudah barang tentu kita turut

memelihara dan mengembangkan cakrawala pengetahuan dan mengenai naskah

(20)

3. Kepada Pemerintah daerah sebaiknya lebih mengefektifkan penggunaan Aksara

Batak dalam sisi kehidupan masyarakat terlebih di Toba, hal tersebut minimal akan

membuat Aksara Batak tidak akan terlupakan, contoh yang paling kecil adalah

penggunaan Aksara Batak dalam penulisan papan nama depan suatu instansi

pemerintahan, contoh, Puskesmas, kantor Polisi, kantor Dinas, Rumah Sakit,

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terkait dengan pemahaman tentang konsep dasar matematika yang seharusnya telah dipahami oleh siswa sebelum melanjutkan materi yang lebih mendalam lagi, karena pada

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate... The SAS System The

Simpulan penelitian ini adalah model pembelajaran Think Pair Share lebih efektif dari pada model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN

Dalam sebuatr kelas diketahui rata-rata tinggi badan siswa perempuan I 60 cm,ratanatatinggi badan siswa laki-laki 168 cm dan rata-rata keseltruhan tinggi badan 162

39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak

Dari grafik lama waktu penyelesaian KTI mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan tingkat akhir di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta didapatkan hasil dengan presentase

A pub- lished dataset (McWilliam et al., 1993), obtained by destructive sampling of a fourth forest site, ‘Fazenda Embrapa’, which was similar in structure and close to the

[r]