• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELANGGARAN HAM TERHADAP AKTIVIS HAM MUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELANGGARAN HAM TERHADAP AKTIVIS HAM MUN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PELANGGARAN HAM TERHADAP AKTIVIS HAM MUNIR SAIB THALIB

1. Apa pengertian pelanggaran hak asasi manusia ?

2. Apa yang melatarbelakangi terjadinya pelanggaran hak asasi manusia ?

3. Bagaimana kasus pelanggaran hak asasi manusia yang menimpa Munir sebagai aktivis HAM ?

4. Bagaimana dasar dasar HAM dan UU No. 39 tahun 1999 mengatur pelanggaran HAM ? 5. Teori serta Asas apa saja yang digunakan terhadap kasus pelanggaran hak asasi

manusia ,Munir Saib Thalib ?

6. Bagaimana pertanggungjawaban pelaku terhadap korban Munir Saib Thalib ? 7. Munir Saib Thalib termasuk dalam tipologi korban apa dalam viktimologi ?

8. Bagaimana peran hukum pidana dalam perlindungan korban terkait kasus pelanggaran hak asasi manusia yang menimpa aktivis HAM Munir Saib Thalib ?

Jawaban :

1. Menurut Pasal 1 Angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum

mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau

dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,

membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran

kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakanya.

2. Faktor internal, yaitu dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM yang berasal dari diri pelaku pelanggar HAM, diantaranya adalah:

- Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri.

Sikap ini akan menyebabkan seseorang untuk selalu mennuntutkan haknya, sementara kewajibabannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyi sikap seperti ini, akan menghalalkan segala cara supaya haknya bisa terpenuhi, meskipun caranya tersebut dapan melanggar hak orang lain

- Rendahnya kesadaran HAM.

(2)

- sikap tidak toleran

Sikap ini akan menyebabkan munculnya saling tidak menghargai dan tidak menghormati atas kedudukan atau keberadaan orang lain. Sikap ini pada akhirnya akan mendorong orang untuk melakukan diskriminasi kepada orang lain.

Faktor eksternal, yaitu faktor – faktor di luar diri manusia yang mendorong seorang atau sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM, diantaranya sebagai berikut:

- Penyalahgunaan kekuasaan

Di Masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku. Kekuasaan disini tidak hanya menunjuk pada kekuasaan pemerintah, tetapi juga bentuk – bentuk kekuasaan lain yang terdapat di masyarakat.

- Ketidaktegasan aparat penegak hukum,

Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas terhadap setiap pelanggaran HAM, tentu saja akan mendorong timbulya pelanggaran HAM lainnya.

- Penyalahgunaan teknologi

Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif, tetapi bisa juga memberikan pengaruh negatif bahkan dapat memicu timbulnya kejahatan. - Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi

Kesenjangan menggambarkan telah terjadinya ketidakseimbangan yang mencolok didalam kehidupan masyarakat.

3. Dengan nama lengkap Munir Said Thalib, (alm) Munir lahir di Malang, Jawa Timur pada 8 Desember 1965 dan meninggal pada 7 September 2004 di pesawat Garuda

Jakarta-Amsterdam yang transit di Singapura. Ia meninggal karena terkonsumsi racun arsenik dalam penerbangan menuju Belanda untuk melanjutkan studi masternya di bidang hukum. Pria keturunan Arab lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini merupakan seorang aktivis dan pejuang HAM Indonesia. Ia dihormati oleh para aktivitis, LSM, hingga dunia internasional.Tanggal 16 April 1996, Munir mendirikan Komosi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) serta menjadi Koordinator Badan Pekerja di LSM ini. Di lembaga inilah nama Munir mulai bersinar, saat dia melakukan advokasi terhadap para aktifis yang menjadi korban penculikan rejim penguasa Soeharto. Perjuangan Munir

(3)

pencopotan Danjen Kopassus (waktu itu) Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota Tim Mawar. Pembunuhan Munir Sepuluh tahun silam, tepatnya pada 2004, Indonesia dikejutkan oleh meninggalnya seorang aktivis HAM, Munir Saib Thalib. Kematianya menimbulkan kegaduhan politik yang menyeret Badan Intelijen Negara (BIN) dan instituti militer negeri ini. Berdasarkan hasil autopsi, diketahui bahwa penyebab kematian sang aktivis yang terkesan mendadak adalah karena adanya kandungan arsenik yang berlebihan di dalam tubuhnya. Munir meninggal ketika melakukan perjalanan menuju Belanda. Ia

berencana melanjutkan studi S2 Hukum di Universitas Utrecht, Belanda, pada 7 September 2004. Dia menghembuskan nafas terakhirnya ketika pesawat sedang mengudara di langi Rumania.Kronologi Kasus Munir Hak yang di langgar dalam kasus munir adalah

pelanggaran hak untuk hidup. Banyak orang yang terlibat dalam kejadian itu. Orang pertama yang menjadi tersangka pertama pembunuhan Munir (dan akhirnya terpidana) adalah Pollycarpus Budihari Priyanto. Selama persidangan, terungkap bahwa pada 7 September 2004, seharusnya Pollycarpus sedang cuti. Lalu ia membuat surat tugas palsu dan mengikuti penerbangan Munir ke Amsterdam. Aksi pembunuhan Munir semakin terkuat tatkala

Pollycarpus ‘meminta’ Munir agar berpindah tempat duduk dengannya. Sebelum

pembunuhan Munir, Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior. Dan pada akhirnya, 20 Desember 2005 Pollycarpus BP dijatuhi vonis 20 tahun hukuman penjara. Meskipun sampai saat ini, Pollycarpus tidak mengakui dirinya sebagai pembunuh Munir, berbagai alat bukti dan skenario pemalsuan surat tugas dan hal-hal yang janggal.Penyelesaian Kasus Munir merupakan contoh lemahnya penegakan HAM di Indonesia. Kasus Munir juga merupakan hasil dari sisa-sisa

pemerintahan orde baru yang saat itu lebih bersifat otoriter. Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran untuk bangsa ini agar meninggalkan cara-cara yang bersifat otoriter k arena setiap manusia atau warga Negara memiliki hak untuk memperoleh

kebenaran, hak hidup, hak memperoleh keadilan, dan hak atas rasa aman. Sedangkan bangsa Indonesia saat ini memiliki sistem pemerintahan demokrasi yang seharusnya menjunjung tinggi HAM seluruh masyarakat Indonesia.Atas perjuangannya yang tak kenal lelah, dia pun memperoleh The Right Livelihood Award di Swedia (2000), sebuah penghargaan prestisius yang disebut sebagai Nobel alternatif dariYayasan The Right Livelihood Award Jacob von Uexkull, Stockholm, Swedia di bidang pemajuan HAM dan Kontrol Sipil terhadap Militer di Indonesia. Sebelumnya, Majalah Asiaweek (Oktober 1999) menobatkannya menjadi salah seorang dari 20 pemimpin politik muda Asia pada milenium baru dan Man of The Year versi majalah Ummat (1998).

4. Menurut UUD 1945 & UU No. 39 Tahun 1999 UUD 1945 Hak Asasi Manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang dimiliki manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa sejak lahir, maka tidak seorang pun dapat mengambilnya atau melanggarnya. Kita harus menghargai anugerah ini dengan tidak membedakan manusia berdasarkan latar belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin, pekerjaan, budaya, dan lain-lain. Namun perlu diingat bahwa dengan hak asasi manusia bukan berarti dapat berbuat semena-mena, karena manusia juga harus menghormati hak asasi manusia lainnya. UU No. 39 Tahun 1999 Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”

(4)

kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat

 Pembunuhan masal (genosida)Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, etnis, dan agama dengan cara melakukan tindakan kekerasan (UUD No.26/2000 Tentang Pengadilan HAM)

 Kejahatan Kemanusiaan Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan berupa serangan yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil seperti

pengusiran penduduk secara paksa, pembunuhan,penyiksaan, perbudakkan dll.Kasus pelanggaran HAM yang biasa :

1. Pemukulan 2. Penganiayaan

3. Pencemaran nama baik

4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya 5. Menghilangkan nyawa orang lain

 Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :

1. Indonesia menyambut baik kerja sama internasional dalam upaya menegakkan HAM di seluruh dunia atau di setiap negara dan Indonesia sangat merespons terhadap pelanggaran HAM internasional hal ini dapat dibuktikan dengan kecaman Presiden atas beberapa agresi militer di beberapa daerah akhir-akhir ini contoh; Irak,

Afghanistan, dan baru-baru ini Indonesia juga memaksa PBB untuk bertindak tegas kepada Israel yang telah menginvasi Palestina dan menimbulkan banyak korban sipil, wanita dan anak-anak

2. Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penegakan HAM, antara lain telah ditunjukkan dalam prioritas pembangunan Nasional tahun 2000-2004

(Propenas) dengan pembentukan kelembagaan yang berkaitan dengan HAM. Dalam hal kelembagaan telah dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan kepres nomor 50 tahun 1993, serta pembentukan Komisi Anti Kekerasan terhadap

perempuan

Pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia , Undang-undang nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM, serta masih banyak UU yang lain yang belum tersebutkan menyangkut penegakan hak asasi manusia. 5. Routine Activities Theory (Cohen & Felson, 1979): Kejahatan dapat terjadi ketika

terdapat tiga kondisi sekaligus yakni : target yang tepat, pelaku yang termovitasi dan ketiadaan pengamanan.

Dalam viktimologi routine activities theory ini yang menjadi pedoman dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia terhadap aktivis HAM , Munir Saib Thalib. Yang dimana Munir sudah menjadi target dari sipelaku pembunuhan,dilihat dari kronologinya

(5)

dalam proses perkara bisa menimbulkan kematian. Pendeknya, ada banyak sebab yang mengakibatkan Munir meninggal dunia.

6. Menyusun puzzle kasus pembunuhan politik atas pejuang HAM ini sepuluh tahun silam memang tidak mudah. Dalam uji publik atas putusan (eksaminasi) yang dibuat Komite Solidaritas untuk Munir (Kasum), dakwaan lemah menjadi salah satu penyebab pelaku bebas. Motif dan kesimpulan campur aduk sejak disusun jaksa penuntut. Hakim tidak aktif mencari kebenaran.Sejumlah saksi yang mencabut keterangan tidak dijerat hakim dengan sumpah palsu. Lewat peninjauan kembali yang diajukan Polly, Mahkamah Agung turut mengurangi hukuman empat tahun. Sendi-sendi hukum terlihat lemah mewujudkan keadilan kasus Munir. Kementerian Hukum dan HAM menempatkan terpidana kasus Munir seperti tahanan lain jelaslah keliru.Perilaku Polly saat di persidangan juga harus dilihat, bukan hanya waktu mendekam di Lapas Sukamiskin. Saat sidang digelardipengadilannegeri, Polly menutup rapat informasi dan tidak mau membuka fakta. Padahal, syarat bersedia bekerja sama seseorang dengan penegak hukum untuk membongkar perkara yang dilakukannya dapat menjadi bahan pertimbangan.Syarat ketentuan remisi tersebut, yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah 99/2012, jelas diabaikan. Sejumlah fakta yang menyeret nama-nama dari Badan Intelijen Negara (BIN) pupus di pengadilan. Rantai komando temuan Tim Pencari Fakta (TPF) 2004 tak bisa menyeret aktor intelektual di balik pembunuhan Munir ke meja hijau. Polly memangkas itu. Penyebabnya adalah jaksa tak bisa menguak fakta penting mengenai garis pertanggungjawaban dalam kasus pembunuhan Munir ini.Membongkar kasus Munir tak cukup dengan mekanisme penanganan kasus biasa. Prosedur standar formal terbukti tak bisa menangkap pelaku utama di pengadilan beberapa tahun lalu. Mekanisme pengadilan HAM mestinya dapat dijadikan rujukan dalam melihat kejahatan kemanusiaan yang sistematis kejahatan yang pelakunya melibatkan aktor negara dan mengandung penyalahgunaan wewenang.Gagal memahami kasus Munir adalah kegagalan memahami keadilan. Karena itu, bagaimanapun keadilan harus tetap digali. Pengungkapan motif kasus Munir tak bisa dilepaskan dari konteks kerja-kerja pembelaan HAM yang pernah dilakukan Munir yang sedikit-banyak menyerempet pihak seperti Badan Intelijen Negara, militer, dan polisi. Dobrakan pembelaan dan keberanian Munir untuk kasus penculikan aktivis 97-98 tercatat dengan tegas dan kita bisa melihat itu.Seperti kerjakerja HAM Munir, kegigihan pemerintah saat ini mengumpulkan bukti dalam mengungkap kasus ini menjadi prasyarat penuntasan kasus Munir. Temuan Tim Pencari Fakta Munir bisa dibuka kembali. Salah satu bukti baru yang bisa ditindaklanjuti kepolisian adalah hasil wawancara jurnalis Allan Nairn yang bertemu Hendropriyono, Oktober lalu. Hendro dengan terang bersedia diadili dan dimintai pertanggungjawaban dalam kasus MunirMengusut kembali pembunuhan keji Munir dengan menghadirkan terdakwa baru dan membongkar otak pembunuhnya adalah keniscayaan bila hendak melangkah lebih maju dalam upaya-upaya penegakan hukum yang lebih luas. Tim Pencari Fakta sudah merekomendasikan namanama yang harus diminta pertanggungjawaban lebih lanjut. Presiden bisa mengumpulkan semua aparatur di bawahnya untuk saling berkoordinasi dan bekerja sama.Seperti diungkapkan Presiden Jokowi di Yogyakarta kemarin, pemerintah tidak hanya komitmen menyelesaikan kasus, tapi juga mencegah terulangnya kasus dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang tegas dan tidak diskriminatif.

7. Yang pertama adalah PRIMARY VICTIMIZATION yang dimana aktivis HAM Munir Saib Thalib adalah korban tunggal.

(6)

8. kasus pembunuhan politik atas pejuang HAM ini sepuluh tahun silam memang tidak mudah. Dalam uji publik atas putusan (eksaminasi) yang dibuat Komite Solidaritas untuk Munir (Kasum), dakwaan lemah menjadi salah satu penyebab pelaku bebas. Motif dan kesimpulan campur aduk sejak disusun jaksa penuntut. Hakim tidak aktif mencari kebenaran.Sejumlah saksi yang mencabut keterangan tidak dijerat hakim dengan sumpah palsu. Lewat

peninjauan kembali yang diajukan Polly, Mahkamah Agung turut mengurangi hukuman empat tahun. Sendi-sendi hukum terlihat lemah mewujudkan keadilan kasus Munir. Kementerian Hukum dan HAM menempatkan terpidana kasus Munir seperti tahanan lain jelaslah keliru.

(7)

Daftar Pustaka

1. http://www.paramadina-pusad.or.id/publikasi/kolom/nasib-penuntasan-kasus-munir.html

2. http://andik-setiawan-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-134276-andik %20setiawan%20-ANALISIS%20PELANGGARAN%20HAM.html

3. http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol17218/prokontra-teori-untuk-menjerat-pembunuh-munir

Referensi

Dokumen terkait

Target dan luaran yang akan dihasilkan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah (1) berdirinya Pos DDTK Komprehensif; (2) tersusunnya buku dan kartu DDTK- Komprehensif; (3)

Dengan degradasi kapasitas sebesar 30% untuk lubang 4% mungkin menjadi alasan faktor reduksi desain kolom sebesar 0,65 berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 8.3

Hasil analisis denyut nadi sesudah intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol memperlihatkan bahwa denyut nadi kelompok intervensi (65 kali/ menit)

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil analisis didapatkan nilai OR dari variabel Ruang Dinas Melati Bawah adalah 24,2 artinya perawat yang berada di Ruang Dinas Melati Bawah

Penguasaan dan pengembangan dimensi dan struktural pembelajaran dalam pendidikan IPS sangat penting bagi guru karena siswa sekolah menengah diharapkan telah

Meningkatkan Keterampilan Siswa dalam Memecahkan Masalah Melalui Penerapan Teknik SSCS (Search, Solve, Create , And Share) Pada Pembelajaran IPS.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Tingkat Kesesuaian Dimensi Kualitas Jasa Layanan Terhadap Kepuasan Penumpang Maskapai Garuda Indonesia Rute Makassar – Jakarta. Makasar: Program Magister Manajemen Fakultas

Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.. © Devi