• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA SIMBOLIK UPACARA ADAT MANGULOSI (PEMBERIAN ULOS) DPADA SIKLUS KEHIDUPAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA SIMBOLIK UPACARA ADAT MANGULOSI (PEMBERIAN ULOS) DPADA SIKLUS KEHIDUPAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA SIMBOLIK UPACARA ADAT MANGULOSI

PADA SIKLUS KEHIDUPAN MASYARAKAT BATAK

TOBA DI KECAMATAN PANGURURAN

KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi

Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

MARIA DEBORA MANALU

NIM. 3103321031

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Maria Debora Manalu. NIM 3103321031. MAKNA SIMBOLIK UPACARA ADAT

MANGULOSI (PEMBERIAN ULOS) PADA SIKLUS KEHIDUPAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMSIR. Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai makna simbolik upacara adat mangulosi (pemberian ulos) pada siklus kehidupan masyarakat Batak Toba khususnya di kecamatan Pangururan, kemudian mengetahui proses dan tahap-tahap pembererian ulos pada setiap upacara adat. Pada masyarakat Batak Toba mangulosi merupakan suatu tardisi yang sakral yang sampai pada saat ini masih dilasakan oleh masyarakat Batak Toba. Ulos menjadi lambang yang merupakan jati di masyarakat Batak Toba. Oleh sebab itu dalam siklus kehidupan masyarakat Batak Toba tidak terlepas dari ulos, sehingga setiap upacara penting pada siklus kehidupan masyarakat Batak Toba selalu menggunakan ulos.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif dan deskrtiptif. Dengan teknik pengumpulan data menggunakan study pustaka dan observasi langsung kedaerah Pangururan yang merupakan objek penelitian. Selanjutnya pemotretan kepada seluruh objek yang merupakan data faktual dalam penelitian ini. Kemudian melakukan wawancara dengan pihak pemerintah daerh dan penatua-penatua adat atau yang dianggap paham dalam paradatan, tokoh masyarakat, pihak-pihak yang berkecimpung dalam pembuatan Ulos Batak.

Dari hasil wawancara yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa demikianlah kenyataannya bahwa pada masyarakat Batak Toba didaerah kecamatan pangururan dahulu telah mengenal istilah mangulosi dan budaya itu dilestarikan oleh masyarakan Batak Toba yang ada dikecamatan Pangururan sebagai suatu identitas diri seorang yang bersuku Batak. Oleh karena itu mangulosi yang dianggap sakral oleh masyrakat selalu dijaga kelestariannya agar tidak punah dan menjadi jalan penyampaian doa kepada Mulajadi Na Bolon. Mangulosi juga merupakan satu tradisi yang sudah mendarah daging dalam hidup kebatakan suku Batak Toba. Mencopot kebudayaan ini dari hidup mereka, berarti mencopot salah satu identitas kesukuan mereka sendiri.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik, dalam memenuhi persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan. Dengan skripsi berjudul “Makna Simbolik Upacara Adat

Mangulosi Pada Siklus Kehidupan Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Pangururan

Kabupaten Samosir”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya atau

mungkin masih jauh dari harapan baik dalam teknik penulisan, dari segi bahasa, dalam materi,

bentuk penyajian mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari peneliti sendiri,

akan tetapi berkat dan bantuan dan dukungan yang diterima, penulis semakin termotivasi. Untuk

itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Yang tercinta dan yang paling saya sayangi

kedua orang tua saya Ayahanda H.X Manalu dan Ibunda R. Br. Tobing, yang selalu memberikan

kepercayaan dan dukungan moril maupun materil serta doa-doanya. Saya sangat mengucapkan

banyak terimakasih kepada Ibunda tercinta, yang selalu sabar dan tetap semangat sehinga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga panjang umur, sehat selalu, dan dalam lindunganNya.

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati serta penuh penghargaan penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. DR Ibnu Hajar Damanik M.Si selaku rektor Universitas Negeri Medan dan

(7)

2. Dr. Restu, Ms selaku Dekan Fakultas, serta Pembantu Dekan I, Dra Nurmala Berutu,

M.Pd serta semua staf di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan untuk

kemudahan yang telah diberikan selama proses penyusunan berkas.

3. Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas

Negeri Medan yang sangat baik yang selalu memberikan bimbingan dan arahan

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

4. Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah

Universitas Negeri Medan, yang memberikan arahan dan kemudahan sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

5. Dr. Hidayat, M.Si selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak membantu, dengan

penuh kesabaran telah membimbing, memberi saran, dan masukan dari proses awal

hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Dra. Lukianingsih, M.Hum selaku Dosen Pembanding Bebas yang sudah banyak juga

memberikan masukan dan arahan bagi penulis. Kritik dan saran yang Ibu berikan

sangat bermanfaat bagi penulis dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini.

7. Pristi Suhendro, S. Hum, M.Si selaku Dosen Pembanding Bebas yang telah banyak

membantu selama perkuliahan dan memberi masukan demi terselesaikannya skripsi

ini.

8. Drs. Ponirin, M.Si selaku Dosen Ahli Pembanding Utama yang telah banyak

membantu selama perkuliahan dan memberi dorongan, kritikan, saran dan masukan,

(8)

Seluruh Dosen-dosen dan Staf administrasi di Jurusan Pendidikan Sejarah, terima

kasih yang sebesar-besarnya atas jasa dan ilmu, bimbingan serta arahan yang

diberikan selama mengenyam pendidikan

di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan.

9. Jimmy Carolus Manalu dan Jefry Mateus Manalu yang selalu memberi semangat dan

dukungan penuh baik dalam hal materil serta doanya.

10.Adek saya tersayang Julita F. Manalu, yang selalu memberi semangat dan dukungan

selama penyelesaian skripsi ini.

11.Teman teman Ekstensi Sejarah stambuk 2010 yang selalu kita singkat dengan

“ESJA” : Hartini, Hasnaini Rosanda, Rita Haryani, Fahrunnisya, S.Pd, Maria Debora,

Berkat Gea, Nelita Nababan, S.Pd, Astusti, Valentina Sembiring, Nurul Amalia, S.Pd,

Adam Zaki, Mawardi Syahputra, S.Pd, Jonathan, Marihot Sianturi, Jenri limbong,

Sherli Vani, Yosi Eka Mardiana Siahaan, S.Pd, Tre boy Nababan, Chandra Hutabarat,

Aryani lubis, Asima, Deva, Devi, Saulina, Putri, Rades Lasta Simbolon, Ahrasani

Purba, Novia Maslina, Sahatma Sinaga, Deli Novia Manurung, Novi, Evi Berutu,

Rizki Niara, Emi Alvionita, Ester Aritonang, Rainhard Situmeang, Ari Purba, dan

Fahrurrozi. Terimakasih kepada kalian karena telah memberikan warna selama

hampir 4 tahun ini. Good luck for us.

12.Teman-teman satu PS yang selalu setia menemani bersama menunggu, menanti tiada

pernah bosan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

13.Keluargaa besar Manalu dan Tobing yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis

(9)

14.P. Deo Gratias Manalu.OFM.Cap selaku bapakatua dan seluruh pastor yang

berkomunitas di paroki pangururan yang telah menerima dan memberikan penulis

tempat tinggal selama melakukan penelitian di kecamatan Pangururan, atas kebaikan

dan arahan serta motivasi-motivasi sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan.

15.P. Ivan Sialagan. OFM. Cap yang setia menemani dan mengantar saya ke

instansi-insatansi yang saya tuju selama melakukan penelitian. Semoga Tuhan senantiasa

memberkati beliau.

16.P. Herman Nainggolan/ Dr. Togar Nainggolan informan/narasumber yang telah

membantu penulis, memberikan setiap informasi yang ditanyakan oleh penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini

17.P. Benny Manurung. OFM.Cap yang menjadi teman dan sahabat yang selalu

mendukung saya dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih segala masukan dan

waktu yang diberikan untuk mendengarkan keluh kesah saya dalam penulisan skripsi

ini. Semoga senantiasa Tuhan membarkatimu dan menguatkan panggilanmu.

18.P. Nicholas Sitanggang. OFM.Cap ucapan terimakasih juga saya haturkan buat beliau

atas kebaikan dan kerelaan hati membantu saya dalam mencari buku-buku sebagai

bahan refrensi.

19.P. Nikolaus Manurung yang sudah sebagai abang selalu memotivasi dan mendokan

saya dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih untukmu dan semoga ditempat

tugas yang baru juga akan selalu semangat.

20.Fr. Veuster Tamba, OFM Cap, Fr. Agustinus Naibaho, OFM Cap, Fr. Irianto Pardosi,

(10)

OFM Cap Simamora yang telah membantu penulis dalam mencari literature yang

mendukung untuk penulisan skripsi ini.

21.D.S. Silalahi yang bersedia menjadi informan. Terimakasih telah meluangkan waktu

untuk diwawancarai seputar tema skripsi saya.

22.Bapak Camat Pangururan yang bersedia menerima saya untuk melakukan penelitian

di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

23.Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tentu masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan positif demi

perbaikan ke depan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata,

penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Juli 2014

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

2. Identifikasi Masalah ... 2

3. Pembatasan Masalah ... 3

4. Perumusan Masalah ... 3

5. Tujuan Penelitian ...4

6. Manfaat Penelitian ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

b. Makna Simbolik Mangulosi ... 16

1. Mangulosi Tondi ... 16

2. Mangulosi Anak Lahir ... 16

3. Mangulosi Perkawinan ... 17

4. Mangulosi Meninggal ... 17

Kerangaka Berpikir ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 20

B. Lokasi Penelitian ... 20

C. Teknik Pengumpulan Data ... 21

(12)

2. Studi Kepustakaan ... 21

D. Sumber Data ... 22

1. Data Primer ... 22

2. Data Sekunder ... 22

E. Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Kedaan Geografis Kecamatan Pangururan ... 24

b. Iklim ... 25

c. Keadaan Penduduk Kecamatan Pangururan 1. Jumlah Penduduk ... 26

2. Tahapan Upacara Adat Mangulosi ... 37

2.1.Mangulosi Tondi ... 37

2.2.Mangulosi Anak Lahir ... 38

2.3. Mangulosi Perkawinan ... 40

2.4. Mangulosi Meninggal ... 42

2.4.1. Upacara di jabu ... 42

2.4.2. Upacara di halaman ... 47

3. Makna Simbolik Mangulosi Pada Siklus Kehidupan ... 50

3.1. Mangulosi Tondi ... 51

3.2. Mangulosi Anak Lahir ... 55

3.3.Mangulosi Perkawinan ... 57

3.4. Mangulosi Meninggal ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

(13)

BAB V

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dipaparkan di atasa penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Simbol merupakan mediator kepada sesuatu yang lain dan melibatkan keseluruhan manusia

dalam totalitasnya. Selain bermakna human dan sosial, simbol bermakna religius yang

menunjukkan pada realitas transenden. Masyarakat Batak Toba merupakan masyarakat yang

sangat dekat dengan simbol-simbol. Simbol selalu muncul dalam setiap upacara yang

mereka langsungkan, salah satu simbol yang tampak menonjol iala ulos. Ulos adalah simbol

yang menyimpan nilai-nilai human dan sosial serta menghadirkan realitas Kudus, Mulajadi

Na Bolon seturut konsep religius dan tradisi kultural yang mereka terima.

2. Dalam upacara adat mangulosi disertai juga beberapa tahapan dalam penyampaian ulos itu

sendiri. Hal ini dimaksudkan adalah agar semua aturan adat dapat ditaati sesuai tahapan

yang berlaku pada setiap daerah masing.masing. Karena proses pemberian ulos tidak sama

pada setiap daerah. Untuk agar semua acara berjalan dengan lancar tanpa kendala apapun

diminta kepada penatua adat atau parhata adat untuk menjadi pembicara dalam pesta adat

tersebut.

3. Sejarah mangulosi yang merupakan menjadi sebuah tradisi dalam masyarakat Batak Toba

menyimpan suatu makna simbolik yang mendalam. Lewat tradisi mangulosi ditampakkan

bagaimana masyarakat Batak Toba secara bersama menghidupi dunia humanitasnya.

Upacara mangulosi merupakan tradisi yang sangat esensial bagi kehidupan masyarakat

(14)

manusia, yaitu ketika dalam kandungan,di lahirkan, menikah dan meningal. Pada saat

seorang ibu mengandung anak pertamanya maka ia akan diberikan ulos tondi, yang

bermakna untuk memperkuat tondinya (jiwa). Tondi yang dimaksud dalam hal ini ialah

tondi sang ibu dan tondi anak yang sedang dalam kandungannya. Anak yang akan lahir

nantinya diharapkan sehat walafiat dan tidak bercacat. Anak yang baru dilahirkan akan

dipermandikan dengan air, upacara ini disebut martutaek. Pada saat ini anak akan

dibaringkan diatas ulos ragidup, ia masuk kepada kehidupan duniawi dan totalitas kosmos di

jaga raya yang dilambangkan oleh ulos ragidup tempat ia dibaringkan, dan kemudian

diberikan nama oleh kedua orang tuanya atau yang disebut bintang maratur. Dengan

harapan agar namanya ini kelak akan membawa keluhuran, kemuliaan dan menjadi bintang

dalam keluarganya. Hidupnya kelak diibaratkan sperti bintang-bintang cemerlang dalam

menggapai kesuksesan ditengah masyarakat dalam hal ini tampak salah satu mentalitas

hidup masyarakat Batak Toba.

Salah satu yang sangat penting dalam hidup seseorang masyrakat Batak Toba adalah

perkawinan, dimana yang diaharapkan dari perkawinan ini ialah berketurunan, jika tidak

marganya akan punah dengan sendirinya karena konsekunsi dari sitem perkawina

patrilineal. Dalam upacara adat perkawinan maka kedua pengantin akan diulosi yang

bermkna mempersatukan keduan pengantin secara intim dan mendalam.

Kehidupan seorang manusia di dunia berakhir dengan kematian, masyarakat Batak Toba

meyakini bahwa hanya tubuh manusia yang mengalami kematian. Tondi (jiwa) akan hidup

terus karena hakikat immortalitasnya. Dalam upacara adat kematian ulos memiliki peranan

penting, ulos yang tampak pada upacara adat kematian adalah ulos parsirangan, ulos saput,

(15)

B. SARAN

1. Sejak dahulu masyarakat Batak Toba telah mengenal ulos dan telah menjadikan ritual

mangulosi menjadi sebuah tradisi yang melekat dalam budaya Batak Toba dan

merupakan suatu identitas diri bagai masyarakat Batak Toba. Maka dari itu masyarakat

hendaknya mengenal jauh lebih dalam dan dapat memaknai setiap pemberian ulos pada

hal yang positif yaitu untuk menghangatkan badan dan menunjukkan kasih sayang

melalu ulos yyang diberikan tresebut.

2. Bahwa sangat penting untuk mengetahui bagaimana tahapan dan ulos yang akan berikan

pada setiap upacara adat mangulosi¸ agar terjagalah kelestarian budaya yang sangat

dicinta terlebih dalam hal ini adalah budaya Batak Toba. Dan sangat penting membuat

suatu buku yang berisikan tentang tatacara serta makna yang terkandung pada setiap

pemberin ulos itu sendiri, yang pada dasarnya sanngat dianggap sakral oleh masyarakat

Batak Toba, sehingga penggunaan ulos tidak dilakukan oleh sembarang orang dan tidak

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Sinaga. Ricahrd. dkk. 2000. Adat Budaya Batak Toba dan Kekristenan. Jakarta.

Dian Utama

Vergowen. J. C. 1986. Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Jakarta.

Pustaka Azert

Aritonang. Jan. S. 2006. Beberapa Pemikiran Mengenai Teologi Dalihan Na

Tolu. Jakarta. Balai Pustaka.

Marbun. M.A. dan Hutapea. I. M. T. 1987. Kamaus Budaya Batak Toba. Jakarta.

Balai Pustaka

Sinaga. B. A. 1797. Martutut Aek Sebagai Permandian Orang Batak. Jakarta.

Kanisius.

Sianaga. Ricahard. 1998. Perkawinan Adat dalihan Na Tolu. Jakarta. Dian Utama.

Siregar. M.T. 1985. Ulos Dalam Tata Cara Adat Batak. Jakarta Pusat.

Dian Utama

Situmorang. Jaulahan. 1992. Penuntun Adat Batak. Praktis. Jakarta Pusat.

Dian Utama

Sobur. Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Jakarta. Remaja Rosda Karya.

Pranoto, Suhartono W. 2010. Teori & Metodologi Sejarah. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Delistone. F.W. The Power Of Symbols. Yogyakarta. Kanisius

Siahaan, N. 1964. Sedjarah Kebudayaan Batak: Suatu Studi Tentang Batak Toba,

(17)

Hartley. Jhon. 2004. Communication, Cultur & Studies. Yogyakarta. Jala Sutra

Simanjuntak, Batara Sangti. 1977. Sejarah Batak. Balige: Karl Sianipar Co.

Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng.

(18)

1

Tempat tinggal : Pangururan

2. Nama : D.S Silalahi

Pekerjaan : Pengawas

Usia : 54 tahun

Tempat tinggal : Pangururan

3. Nama : J.M Turnip

Pekerjaan : Pensiunan Guru

Usia : 68 tahun

Tempat tinggal : Pangururan

4. Nama : Op. Willy

Pekerjaan : Bertani

Usia : 67 tahun

Tempat tinggal : Rianiate, Pangururan

5. Nama : Bitner Sidabutar

Pekerjaan : Sekretaris Desa

(19)

2 Tempat tinggal : Pangururan

6. Nama : Ama Joko Silalahi

Pekerjaan : Petani/ Sintua Gereja

Usia : 56 Tahun

Tempat tinggal : Huta Namora

7. Nama : Op. Santi Bakkara

Pekerjaan : 75 Tahun

Usia : Bertani

Tempat tinggal : Huta Ginjang, Pangururan

8. Nama : Tonggo Silalahi

Pekerjaan : Petani

Usia : 65 Tahun

Tempat tinggal : Pangururan

9. Nama : Op. Andre Malau

Pekerjaan : Bertani

Usia : 87 Tahun

Tempat tinggal : Lumban Batu, Pangururan

10.Nama : Ama Riri Tindaon

Pekerjaan : Pedagang

Usia : 57 Tahun

(20)

3

LAMPIRAN

FOTO WAWANCARA

(21)

4

(22)

5

LAMPIRAN

FOTO MANGULOSI

(23)

6

Ulos Mangiring

2. Mangulosi Anak Lahir

Acara

mangulosi anak lahir

(24)

7

3. Upacara Mangulosi Perkawinan

(25)

8

4. Upacara Mangulosi Meninggal

(26)

9

PETA KABUPATEN SAMOSIR KECAMATAN PANGURURAN

(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat berbagai makna simbolik (tanda) pada “Parjambaron” Upacara Adat Kematian “Saur Matua” Batak Toba diantaranya

me miliki arti „dipersatukan‟, dua keluarga dipersatukan menjadi satu karena pernikahan putra dan putri mereka. Dalam pemberian ulos tersebut terlihat nilai

Berdasarkan pembahasan yang diuraikan sebelumya dapat ditarik beberapa kesimpulan yang sekaligus menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Dalam upacara adat kematian bagi suku

Pada data 12 menjelaskan bahwa performansi yang di tunjukkan dalam upacara adat saur matua pada masyarakat Batak Toba pemberian ulos saput terakhir kepada yang

Berdasarkan hasil wawancara dengan nara sumber fungsi sosial ulos dalam acara pernikahan adat istiadat batak toba yaitu adalah pada saat prosesi penyerahan ulos

Makna Simbolik Upacara Adat Mangulosi (Memberi Ulos) Pada Siklus Kehidupan Masyarakat Pengururan Kabupaten Samosir .(Skripsi).. Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Nurcahaya (2007) dalam skripsi yang berjudul “ Tuturan pada upacara adat pernikahan masyarakat Batak T oba” mengkaji jenis tuturan yang terdapat pada upacara adat

tindak (act) mangolusi pada pernikahan adat Batak Toba, dilakukan datau disimbolkan dengan pemberian kain ulos dari pihak keluarga laki-laki kepada pihak keluarga perempuan..