• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARJAMBARON PADA UPACARA ADAT KEMATIAN “SAUR MATUA” BATAK TOBA (KAJIAN SEMIOTIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PARJAMBARON PADA UPACARA ADAT KEMATIAN “SAUR MATUA” BATAK TOBA (KAJIAN SEMIOTIK."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PARJAMBARON

PADA UPACARA ADAT KEMATIAN

“SAUR MATUA” BATAK

TOBA

(KAJIAN SEMIOTIK)

SKRIPSI

Dinyatakan telah memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra

Oleh:

JEFRANY MELY SILAEN

NIM 209510003

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIMED

▸ Baca selengkapnya: jambar juhut adat batak toba

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Jefrany Mely Silaen. 209510003.“Parjambaron” Pada Upacara Adat

Kematian “Saur Matua” Batak Toba (Kajian Semiotik). Fakultas Bahasa

dan Seni. Universitas Negeri Medan. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana struktur pelaksananan serta makna semiotik yang terdapat pada“Parjambaron” Upacara

Adat Kematian “Saur Matua” BatakToba.Jenis penelitian yang dipakai penulis

adalah metode deskriptif kualitatif.Teknik pengumpulan data yang digunakan agar memperoleh data secara mendetail dan menyeluruh adalah teknik simak dan teknik cakap.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat berbagai makna simbolik (tanda) pada “Parjambaron” Upacara Adat Kematian “Saur Matua” Batak Toba diantaranya adalah makna simbolik Verbal dan Non-verbal.

Penulis berharap ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik terhadap makna simbolik yang terdapat pada upacara adat Batak serta budaya lainnya

dengan kajian yang menarik, sampel besar, dan teknik analisis yang lebih mendalam untuk mendapatkan hasil kajian yang sempurna.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Analisis

Kesantunan Imperatif pada Proses Perkawinan Etnik Batak Toba (kajian

Pragmatik). Penyusunan skripsi ini dapat diselesikan dengan baik dan tepat

waktu. Penelitian ini memfokuskan pada kesantunan imperatif yang merupakan

bagian dari kesantunan berbahasa.

Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M. Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.

3. Drs. Syamsul Arif, M. Pd. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. Trisnawati Hutagalung, S.Pd., M.Pd. Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

5. Dr. Wisman Hadi, M.Hum. Ketua Program Studi Sastra Indonesia.

6. Prof. Dr. Rosmawaty, M. Pd. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak

memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Dra. Rosmaini, M.Pd. Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak

memberikan dorongan dan juga pengarahan.

8. Dr. Wisman hadi, M.Hum dan Bapak M. Surip, S.Pd., M.Si. Dosen Penguji

yang banyak memberikan masukan dan saran-saran.

9. Ayahanda tercinta Bapak Tadar Silaen dan Ibunda tersayang Erlinda Manik

yang telah banyak memberikan dorongan materi dan materiil. Adinda

tersayang Refaldy Silaen, Jopringko Silaen, Avo Silaen yang banyak

(8)

iii

Aswita Simarmata, Jekky Sinaga, Willy Firdaus yang membantu memberikan

masukan dan ide-ide terkait penulisan skripsi.

10. Erianto Simanjuntak yang telah memberikan dukungan, doa, perhatian serta

memberikan semangat yang luar biasa dan juga bantuan terkait penyelesaian

skripsi.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang banyak

membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari

segi isi, maupun tulisannya. Oleh karena itu, penulis menyampaikan mohon maaf

dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi

tepat waktu.

Medan, Agustus 2016

Penulis,

Jefrany Mely Silaen

(9)

iv

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN... 7

A. Landasan Teori... 7

1. Sejarah Parjambaron Dalam Upacara Adat Kematian Saur Matua... 7

2. Dalihan Natolu... 9

a. Latar Belakan Pemakaian Dalihan Natolu... 9

b. Falsafah Dalihan Natolu Dalam Masyarakat Toba... 10

3. Upacara Adat Kematian Dalam Masyarakat Toba... 12

4. Struktur Upacara Adat Kematian Saur Matua... 16

a. Persiapan... 16

(10)

v

c. Penutup... 18

5. Parjambaron Dalam Upacara Adat Kematian Saur Matua.. 20

a. Pengertian Parjambaron... 20

b. Jenis – jenis Parjambaron... 20

1) Jambar Hata... 21

2) Jambar Tor-tor... 22

3) Jambar Juhut... 24

6. Kajian Semiotik... 27

a. Semiotik Menurut Para Ahli... 32

1) Teori Semiotik C.S Peirce... 32

2) Ferdinand De Saussure... 33

3) Roland Barthes... 34

b. Jenis Semiotika... 38

c. Konsep Dasar Semiotika... 39

d. Semiotika Sebagai Tanda Verbal dan Non-verbal... 40

1) Tanda Verbal... 40

2) Tanda Non-verbal... 43

B. Kerangkan Konseptual... 44

C. Pertanyaan Penelitian... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 46

A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 46

B. Sumber Data dan Subjek Penelitian... 47

1. Sumber Data... 47

2. Subjek Penelitian... 47

C. Metode Penelitian... 47

D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian... 48

1. Metode Pengumpulan Data... 48

(11)

vi

E. Metode Analisis Data... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 52

A. Hasil Penelitian... 52

1. Struktur Acara Pelaksanaan Upacara Adat Saur Matua... 52

a. Upacara di Jabu (Rumah)... 53

b. Upacara Maralaman (di Halaman Rumah)... 56

2. Semiotik Sebagai Tanda Verbal dan Non-verbal... 68

a. Tanda Verbal... 68

b. Tanda Non-verbal... 76

B. Pembahasan Penelitian... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 97

A.Kesimpulan... 97

B. Saran... 97

DAFTAR PUSTAKA... 98

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 DIALOG SAAT UPACARA ADAT... 99

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 DIALOG SAAT UPACARA ADAT... 99

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk

berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Secara sederhana, bahasa dapat

diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati.

Namun, lebih jauh bahasa merupakan alat untuk berinteraksi atau alat untuk

berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep

atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem

lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan

manusiawi. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu

seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya.

Manusia sebagai makhuk sosial tidak terlepas dari komunikasi.

Berkomunikasi tidak pernah lepas dari berbagai peristiwa-peristiwa yang

dilakukan oleh manusia itu sendiri. Pada dasarnya bahasa tidak hanya berupa

bunyi saja yang keluar dari organ mulut manusia tetapi juga bahasa itu dapat

berupa lambang (simbol) dan tanda. lambang atau simbol tidak bersifat langsung

dan alamiah. Lambang menandai sesuatu yang lain secara konvensional, tidak

secara alamiah dan langsung. Karena itu lambang sering disebut bersifat arbiter.

Yang dimaksud arbiter adalah tidak adanya hubungan langsung yang bersifat

wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya. Berbeda dengan tanda,

tanda bersifat tidak arbiter. Tanda adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai

(16)

2

alamiah. Tidak terlepas dari kebudayaan, berbagai simbol dan tanda dapat

dianalisis dengan kajian semiotik.

Semiotika adalah cabang ilmu yang semula berkembang dalam bidang

bahasa. Dalam perkembangannya kemudian, semiotika merasuk pada semua segi

kehidupan umat manusia. Bahasa dalam hal ini dibaca sebagai “teks” atau “simbol

dan tanda”.

Semiotika sebagai ilmu untuk mengetahui tentang sistem symbol dan

tanda, konvensi-konvensi yang ada dalam komunikasi dan makna yang tekandung

di dalamnya sangat berhubungan erat dengan berbagai karya sastra. Dalam suatu

kajian semiotik, tanda-tanda yang dimaksud tentunya tanda-tanda yang memiliki

arti atau mengandung arti. Tanda yang dimaksud dalam kajian semiotik ini tidak

hanya terbatas pada tanda yang berwujud benda saja namun lebih dari itu.

Misalnya sebuah bendera kecil, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu

keheningan, kekhawatiran, kelengahan semuanya itu dianggap sebagai tanda.

Analisis semiotik mengkaji bagaimana kita memahami suatu simbol dan

tanda yang terdapat dalam komunikasi. Dengan kajian semiotik, suatu tanda

dalam komunikasi juga dapat melahirkan sebuah kepercayaan pada masyarakat

yang akhirnya lahirlah sebuah mitos. Suatu tanda itu tidak selamanya bisa

dipahami secara benar dan sama di antara masyarakat. Setiap orang memiliki

interpretasi makna tersendiri dan tentu saja dengan berbagai alasan yang

melatarbelakanginya.

Banyak tanda (simbol) dalam kehidupan sehari-hari, seperti tanda-tanda

lalu lintas, tanda-tanda adanya suatu peristiwa atau tanda -tanda lainnya. Semiotik

(17)

3

semiotik hanya meliputi tanda-tanda visual (visual sign). Di samping itu juga

masih banyak hal lain yang dapat dijelaskan seperti tanda yang dapat berupa

gambaran, lukisan dan foto sehingga tanda juga termasuk dalam seni dan

fotografi. Atau tanda juga bisa mengacu pada kata-kata, bunyi-bunyi dan bahasa

tubuh (body language).

Berbagai acuan-acuan dari tanda yang telah disebutkan tentunya dapat

dikaji dengan analisis semiotika seperti halnya yang terdapat dalam sebuah

Parjambaron dalam pesta upacara kematian adat Saur Matua pada masyarakat

Toba.

Kita telah mengetahui bahwa akar atau sumber budaya batak itu bertitik

tolak dari dalihan natolu dan parjambaron itu adalah sebagian dari budaya batak.

Ada beberapa jenis pembagian jambar, yaitu: jambar hata, jambar juhut, dan

jamber tor-tor.

Untuk perolehan ketiga jambar tersebut harus dibarengi dengan umpama.

Ketiga jambar itu setiap orang berhak menerimanya melalui kelompok atau

perorangan. Ketiga jambar tersebut harus teliti dan cermat pembagiaannya. Bila

tidak demikian akan timbul kericuhan dan aka nada permasalahan.

Pada dasarnya pembagian jambar tidak sama atau berbeda antara

kelompok satu dengan kelompok lainnya atau antara luat (daerah) yang lain.

Pembagian jambar juga tidak sama pada upacara adat lainnya. Pada upacara adat

kematian yaitu “ saur matua” pada masyarakat toba yang dijadikan sebagai jambar

“parjambaron” berupa ulos dan juga berupa daging. Biasanya yang menjadi

korban sembelihan yang akan dijadikan jambar adalah kerbau, lembu, pinahan

(18)

4

Pembagian jambar tidak sembarangan dilakukan. Bagian tubuh dari

korban sembelihan tersebut harus dibagikan kepada orang tertentu tergantung

peran dan kedudkannya masing-masing. Dengan demikian “parjambaron” ini

memiliki makna tertentu menurut bagian-bagiannya. Hal tersebut penulis tertarik

untuk mengkaji sebuah penelitian yang berjudul “Parjambaron” pada Upacara

Adat Kematian Saur Matua Batak Toba (Kajian Semiotik)”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan identifilkasi masalah

berikut:

1. Struktur “ Parjambaron” pada upacara adat saur matua pada Batak Toba

2. Jenis- jenis Parjambaran pada upacara adat Saur Matua Batak Toba

3. Menganalisis makna bahasa verbal dan non-verbal pada upacara adat Saur

Matua Batak Toba

C.Batasan Masalah

Tidak semua masalah yang diidentifikasi di atas menjadi masalah dalam

penelitian ini. Adapun batasan masalah yang akan dikaji adalah menganalisis

makna bahasa verbal dan nonverbal serta semiotik tanda menurut Roland Barthes

(19)

5

D.Rumusan Masalah

Ada tiga hal yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, yakni:

1. Bagaimana struktur “Parjambaron” pada upacara adat kematian Saur Matua

Batak Toba?

2. Apa saja makna bahasa verbal dan non-verbal yang terdapat dalam

“Parjambaron” pada upacara adat kematian Saur Matua Batak Toba?

E.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:.

1. Mengetahui strukur “Parjambaron” pada upacara adat kematian Saura Matua

Batak Toba.

2. Mengetahui bahasa verbal dan non-verbal dalam “Parjambaron” pada upacara

adat kematian Saur Matua Batak Toba.

F. Manfaat Penelitian

Adapun yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dari segi teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka

pengembangan Ilmu Sastra khususnya di bidang kajian semiotika yang

berhubungan dengan kebudayaan batak. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan bagi Bahasa Indonesia sehinga dapat memperkaya hasil

penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai makna simbolik

“Parjambaron” dalam upacara adat kematian “saur matua” pada masyarakat Batak

(20)

6

2. Dari segi praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan kepada masyarakat bahwa

kebudayaan dapat dikaji dalam berbagai ilmu, salah satunya adalah

semiotika yang dapat digunakan dalam membaca simbol (tanda-tanda) hasil

penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi kepada

mahasiswa, orangtua, dan dalam upaya memperkaya kajian tentang analisi makna

(21)

97 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Makna semiotik pada upacara adat kematian Saur Matua Batak Toba

memiliki makna semiotic sebagai semiotic verbal dan juga non-verbal. Semiotik

verbal dalam “parjambaron” pada upacara adat kematian Saur Matua Batak Toba

terdapat dalam jambar hata. Sedangkan semiotic non-verbal dalam “parjambaron”

pada upacara adat kematian Saur Matua terdapat dalam jambar tor-tor dan jambar

juhut.

B. Saran

Penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk penelitian-penelitian

selanjutnya, diantaranya parjambaron pada upacara adat kematian diberbagai

etnik. Selain itu, bisa juga dilakukan perbandingan parjambaron antar etnik dalam

(22)

98

DAFTAR PUSTAKA

Barthes, Roland. 2012. Elemen-elemen Semiologi. Jogjakarta: IRCiSoD.

Christomy, Tommy & Untung Yuwono. 1999. Semiotika Budaya. Depok. Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia.

Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, Makna. Jogjakarta: Jalasutra.

Friska, Junita. 2005. Kajian Semiotika. Medan: Universitas Negeri Medan.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

Piliang, Y. A. 2012. Semiotika dan Hipersemiotika. Bandung: Matahari.

Sartini Ni Wayan, 2006.Tinjauan Teoritik tentang Semiotik.Surabaya: Universitas Airlangga.

Sihombing, Marhulalan. Dongan tu Ulaon Adat. Medan. Tapian Raya Offset.

Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soemarsono. 2004. Filsafat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Tinarbuko, Sumbo. 2009. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra.

Trabaut, Jurgen. 1996. Dasar-Dasar Semiotik (Elemente der Semiotik). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Vihma, Susann. dan Seppo Vakeva. 2009 . Semiotika Visual dan semantika

Produk. Jogjakarta: Jalasutra.

Wibowo, Indiawan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

http://fauzierachman20.wordpress.com/2013/11/15/teori-semiotik/ diakses tgl 24 agustus 2014

http://vyant-chester.blogspot.com/p/landasan-teori.html diakses tgl 12 September 2014

Gambar

TABEL 3.1 INSTRUMEN HASIL PENELITIAN.........................................
gambaran, lukisan dan foto sehingga tanda juga termasuk dalam seni dan

Referensi

Dokumen terkait

Oafam upacara Saur Mattia dan mangongkal HoH yang wajib dilaksanakan adalah pembagian jambar sebagai tanda kekerabatan yang memiliki berbagai fungsi dan makna. Untuk

Dari gambaran permasalahan tersebut diatas yang menarik untuk melakukan penelitian tentang fungsi dan makna kerbau pada masyarakat Batak Toba dalam upacara kematian

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul MAKNA SIMBOLIK DALAM PEMBERIAN ULOS PADA PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA: KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK.. Penulis

Debora (2014) dalam skripsinya yang berjudul Makna Simbolik Upacara Adat Mangulosi (Pemberian Ulos) pada Siklus Kehidupan Masyarakat Batak Toba di Kecamatan

Kini masyarakat Batak Kristen memahami upacara saur matua bukan untuk menyembah si orang tua agar kekuatan sahala diberikan kepada anak-cucunya, tetapi sebagai ungkapan syukur

Simpulan, jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara kematian Saur Matua yaitu pohon beringin, Ompu-ompu, padi, anggrek kipas tanah, sanggar atau pimping

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan-tahapan upacara adat saur matua, ragam diksi yang direalisasikan dalam kata, frase, ungkapan, pantun, dan juga ragam diksi

Aktifitas manortor menari dalam upacara saur matua Foto: Sopandu Manurung, 2019 4.3 Gondang Sitolupulutolu Gondang Sitolupulutolu adalah ensambel gondang yang hanya dijumpai pada