• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI DAN MAKNA KERBAU PADA MASYARAKAT BATAK TOBA : (KAJIAN UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA DAN MANGONGKAL HOLI DI KABUPATEN SAMOSIR).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FUNGSI DAN MAKNA KERBAU PADA MASYARAKAT BATAK TOBA : (KAJIAN UPACARA KEMATIAN SAUR MATUA DAN MANGONGKAL HOLI DI KABUPATEN SAMOSIR)."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

O!eh:

11~DIN

MM:02SO~

'--~

~

PASOlSAJUANA ANTROPOLOGI SOSIAL

UNJ."J'ER-.XTAS NEGER::t MEDAN

2 0 0 6

)

▸ Baca selengkapnya: tata cara ulaon saur matua

(2)

l.El\-1BAR l'ERSETU.JUAN UAN PENGESAHAN

FUNGSI

DAN

~

KfRBAU PADA MAS\':

:TBATAKTOBA

Tdah Di~:rtalmnkan Hihz.rl:t!);u; Paniti.~. lfjian Thesis

.Pada TanggaJ !2 Agushlt~ 2006-dan Olny.at~lmn

Tekat1

Memenuhi Saiah S2tu

Penyar.atan Untuk Memperoieh Gelar:

~

oO/

M,~ .. G~~TER SAJ_N~ >

Pada Program Study Autropologi Sosial

Uisetujuiillisyahkan Oieh:

▸ Baca selengkapnya: jambar panamboli

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa1 atas

segala

rahmat dan ridho yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini dengan

baik.. Merupakan salah satu puncak. kebahagiaan ketik.a tugas akhir ini dapat diselesaikan

walaupun dengan waktu yang cukup lama. Tesis adalah salah satu persyaratan yang harus

diselesaikan seorang mahasiswa untuk mengakhiri studi pada program Pascasarjana

setingkat Magister.

Tesis ini berjudul "Fungsi dan Makna Kerbau Pada Masyarakat Batak Toba Kajan

Upacara Kemati~n Saur Matua dan Mangongka/ Hoff di Kabupaten samosir; Tujuan

peneltian ini adalah untuk menjelaskan fungsi dan Makna Kerbau pada masyarakat batak

mengetahui perubahan fungsi dan makna kerbau pada upacara Saur Matua dan

Mangongkal Hall Adapun alasan penulis memilih Kabupaten SamOSir sebagai lokasi

penelitian adalah bahwa daerah ini menurut sejarahnya adalah asal usul suku Batak Toba,

relatif k.ebudayaannya masih asli belum banyak. mendapat pengaruh dari luar serta

masih

sering dilak.uk.an upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Holl

Dalam penyelesaiaan T esis ini banyak mengalami kendala dan hambatan

diantaranya adalah kurangnya literatur, namun berkat bantuan dari berbagai pihak

akhirnya hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu penulis ingin

menyampaikan

terima kasih kepada yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini dan selama

mengikuti pendidik.an di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Pertama sekali ucapan terima kaslh disampaikan kepada Susila Rtri ( istri) yang

telah banyak membantu terutama moril dan materil selama mengikuti pendidikan

hingga seJesai tesisi ini. Kepada kedua orang tua tercinta, penuUs ucapkan terima kasih

atas bantuan dan doa restunya serta kepada seluruh keluarga. Ucapan terima kasih yang

tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua pembimbing selama dalam

penuiisan tests yakni Bapak Dr.Phiii.Ichwan Azhari selaku pemblmbing I dan Ibu Ratih

Baiduri, M.Si selaku pembimbing II, yang telah banyak membantu dan membimbing dalam

penyelesaian tesis ini. Selain itu dihaturkan terima kasih kepada pengelola Pascasarjana

Universitas Negeri Medan, Bapak Prof.Dr. Belferik Manullang

setaku

Direktur Program
(4)

Antropofogi Sosial yang selalu siap menampung keluhan dan memberi solusi kepada

mahasiswa.

T erima kasih disampaikan kepada seluruh dosen Program Pascasarjana Studi Antropologi Sosial Universitas Negeri Medan atas segala bimbingan dan pengajarannya yang diberikan kepada penulis selama mengikuti penoidikan, beliau adalah Bapak Prof.Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak1 Bapak Prof.Or.Usman Pelly/ MA., Ph.D, Bapak Prof.Dr

Payung Bangun, M.A. Bapak Prof.Dr.Nur Ahmad Padhil Lubis, MA, Bapak mProf.Dr. M.Arif

Nasution, MA1 Ibu Prof. Dr. Chalida Fachruddin,MA1 Bapak Prof.Dr.Robet Siberani, MS, Bapak Prof.Dr.Amrin Saragih1 MA, Ph.D, Bapak Dr.Phiii.Ichwan-Azhari, MS, Bapak Or.Phill Ibrahim Gultom, M.Pd, Bapak Dr.Ibnu Hajar Oamanik, MS, Bapak Dr.Berlin Sibarani, M.Pd, Bapak

Dr.

Sc Yongkers Tampubolon, M.Sc, Ibu Dr. Sulistiowaty Irianto1 MA, Ibu Dra.Trisni

Handayani, M.Si, Ibu Ratih Baiduri, M.Si dan Bapak Drs.Onggal Sihite, M.Si. Selain itu,

juga diucapkan terima kasih kepada Bapak Eri Syawardi, S.S {Staf Administrasi Program

Studi AntropoJogi Sosial).

Secara khusus, ucapan terima l<asih diucapkan kepada sahabat penulis Drs. Ketut

Wiradyana ( Balai Arkeoiogi Medan) yang banyak. membantu baik dorongan semangat

maupun literatur serta pengolahan data. Kepada Dra.Sri Hartini, M.Si (Kepala Museum Negeli PropinSi Sumatera Utara) diucapkan terima kasih atas bantuannya dalam

--

- -

-

--pelaksanaan penelitian lapangan. Terima kasih kepada seluruh staf Museum Negeri Propinsi

Sumatera Utara yang selalu membantu mencari literatur diantaranya adalah Ibu Usna Budi

Setati, Ibu Eliana dan Ibu Rospita Siahaan. Ibu Marsiria Sebayang, S.Pd. Terakhir saya

ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan .tesis ini. semogs T uhan Yang Maha Ku_asa selalu membedkan rahmat dan hidyah-Nya kepada kita semua.

Akhirnya, dengan segala kekurangan dan kelemahan serta kekuatan penulis, laitik

dan saran adalah merupakan kehormatan yang sangat berarti dalam penyempumaan bentuk dan isi tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, Amin.

Medan, Agustus 2006

CJ

~

;;.

(5)

ABSTRAK

Hasanuddin. Fungsi dan Makna Kerbau Pacta Mawaral<at Batak Toba: Kajian Upacara

Kematian Saur Matua dan mangongkaJ Holi di Kabupaten Samosir. Tesis Program

Pascasarjana, Program Studi AntropoJogi Sosial, Universitas Negeri Medan. 2006.

Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu: pertama menjelaskan bagaimana

fungSi dan makna kerbau pada masyarakat Batak Toba, khususoya dalam upacara

kematian Saur Matua dan Mangongkal Holi. Kedua menjelaskan perubahan fungsi dan

makna kerbau pada masyarakat Batak Toba dalam upacara kematian Saur Matua dan

Mangongkal Holi Penelitian ini. dilak.ukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan

desloiftif. Data diperoieh dari sampel yang ditentukan secara tida.k terbatas yang dihimpun

melalui wawancara tak berstruktur, pengamatan langsung

serta

menelaah be·tw.r::an::a

literatur.

"'

-

' ;J

Data dianalisis secara deskriftif yang diawali dengan menelaah seluruh data,

hingga

-menginterpretasi.kan dengan menank kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pertama Kerbau merupakan salah satu sarana upacara tradisional Batak Toba terutama

pada upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Holi, pembagian jambar adalah

sebagai sarana komunikaSi, pemberitahuan atau pengumumant pengikat dan mempererat

hubungan kekeluargaan. Dengan memotong kerbau pada upacara kematian Saur ma/ua

dan Mangongkal Holiberarti status yang meninggal sudah tinggi (dalam pengertian adat},

demik.ian pula kehidupan sosial dan el<onominya. Kerbau mempunyai banyak keistimewaan

diantaranya tenaganya kuat, membatu mengola pertanian , sehingga dianggap sebagai

lambang k.esuburan. Kerbau tidak mengalami perubahan fungsi, akan tetapi penambahan

yaitu pada upacara Sari Matua sudah ada yang memotong kerbau. Korban kerbau

merupakan refleksi dari Sistem kepercayaan lama Sub Etnis Batak Toba tentang

penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang.

Upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Holi yang harus diikuti dengan

kurban kerbau merupakan adat istiadat yang telah diwariskan oleh nenek moyang sub etnis

= Batak Toba. Oleh karena itu pertu dilestarikan untuk acuan dalam kehidupan

.bermasyarakat dan bernegara, karena dalam kegiatan tersebut banyak nilai-nilai yang

(6)

ABSRACf

Hasanuddin1 Function and Meaning Buffallo at Batak Toba Society: The Study of

Saur Matua Las Offices Mangongkal Holi in Sub Province Samosir. Thesis on Post

graduated Social Anthropological Program, State University of Medan.2006.

This research has two target of that of is: first explain how buffalo meaning and function

at

Batak Toba Society, especially in Saur Matua las offices and Mangongkal Holt.

Both explain chaoe of buffalo meaoiog and function at Batak Toba Society- in

saur

Matua

last offices Mangongkal Ho/i, This research is conducted with method qualitative with

approach of descriptive. Data obtained from determined sample indirectly and also analyze literature.

Data analyzed descriptively which early with analyzing entireall data, till interpreted

attractively conclusion. Result of research indicate that firstly of buffalo represent one of

the traditional ceremony medium of Batak Toba especially at Saur Matua last offices

Mangongkal Holi, divisio ~ nf jambar is as communications

medium, announcement

or

notification , fastener and tighten relationship. Buy cutting buffalo at Saur Matua last

offices and Mangongkal Holi mean status dying have is high ( congeniality of

custom),

that

way also social and economic life of them. Buffalo have many idiosyncrasies among other

its energy of strength, assisting to manage agncdulture, so that considered to be fertility

device. Buffalo does not exprienc4e the change of function ; however addition that at Saur

Matua ceremony, someone have cut buffalo. Buffalo victim represent reflections from old

trust system of ethnical Sub of Batak Toba about worshiP. and respect to ancestor's soul.

Last officer of Saur Matua and Mangong/cal Holi which must follow with buffalo

victim represent mores which has been endowed by ethnical sub ancestor of Batak. Toba.

Therefore require to preserve for the reference of in societal life and have state, because in

the activity many values which consist in it especially in esteeming each other and

(7)

DAFTAR lSI.

LEMBARAN PENGESAHAN ... .

LEMBARAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ...

> ...

- ~

-ABS'f.R.AK ... -: ... :-... · · ·

IJ.J

ABS'TRACT ...

?

.. ...

~

... ..

~ ~;y;

KA TA PENGANTAR ... .

. (INIM~ (INIM~ (INIM~O

DAFTAR ISL .. .. ~ ... .. . .. ... -.:"':":

DAFTAR TABEL ...

-~

--

...

~

...

-- ~~

DAFTAR DlAGRAM ...

~.f.

f ...

-- ~~~

...

~ -

L ... ..

I 11 iii iv v vii lX X

DAFTAR LAMPIRAN PETA DAN PHOTO ... - ~ ... .. ... 1o.1

BAB I PENDAHULUAN ... . ...

--

__

~ ... ~ ... ,_ .. ~~ - '' ''- ~ ~ - ~ :./ 1

, / " ' ~ ~

1.1 Latar Belakang ... ~ - ... -~ - 1

~.'(ft.~ <:G~ ~.(.ft.~ <:G~

1.2 Perumusan Masalah ...

-~~

...

-- ~~ -

...

,~~

...

~

3

L-3 Tujuan Penelitian ...

Jf ...

-- ~

J

f..?... . .. .. . . .. .

4

-z.

"%-1.4 Kegunaan Penelitian ...

? ... ...

.? .. .. . .. . . ..

4

. IM~ (INIM~O

1. 5 Kerangka Berfik1r ... ~ - ~ · .,._ ... ... ~ .-.r. ... - ~ 5

l.6 Kerangka Teori ...

~

... .

~;'

...

~

6

1.7TinjauanPustaka ...

~

...

~ ~\~~

--

... 18

1.8 MetodePenelitian ... ...

~

...

HJ... ... ... ... ..

, 20

1.8.1 JenisPenehtian ... !~ ... ~

--

--

~ ~

1.8.2 Objek Penelitian ... ~ ... ~ .

1::(

4

-

r

-1.8.3 Fokus Penelitian ... - ~~ ... .'

r~

l.8.4 Teknik Pengumpulan Data ... -~ - ... .... ~ ... .

1.8.5 Teknik Analisa Data ...

..r..\?. ...

~/.\?.

... .

(

· ·

. ·

y

(INIM~O

L8.6..Lokast dan Waktu .Penehtian ... _ .~ ... ... .. ~

BAB 11 BUDAY A BAT AK ... . -: .. ... '. ... .

2.1 Etnis batak toba ...

~ ~

\ (

~

... .

2.2 Religi ...

J .~

...

~

... .

2.3 Upacara Kcmatian ...

· : ~.;;.; , -.;. ·

.:..1 ... ... ... ' : •. ...

~

..

~ ./

... ' ...

~

(8)

2.4 Kerbau .. . ... ... ... ... ... ... ... ... .. . ... ... ... ... .. . ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 4·1

BAB Ill GAMBARAN UMUM LOKASIPENELITIAN... 46

BAB lV BASIL PENElJTTAN . .. ... . . ... .. . . .. 58

4.1 Upacara Saur Matua .. . .. .. .. .. . .. . . .. .. . .. . . .. .. . .. . .. . .. . . .. . . .. .. .. . .. . . .. .. 58

4.2 Upacara Mangongkal Holi ...• ... - ~ - .... -:-:. - ~ - ... . :":'... ... ... ... .. 62

~ , ~ "r'i' "::\

j{'o'

'I

4.3 Jambar ... ...

flt .. ...

~

...

~ ..

... ... ... .. .

66

>

4.4 Borotan ...

!: ...

- ~ -- -

... .

BAB

VPEMB~SAN

...

~

.. : ...

.! ....

~

.. : ...

~

.. ... ..

S

~ - 6

dan M - • l'

~

-5.1 aur IVIatua angongl(al Ho 1 ... . .. - ~ - ~ - ... ... .-:"":"' . ~ .. .

. . ~~s NEe~ /:I.~s NEe~

5. 2 Fm1gs1 dan Ma.kna Kerbau ... -: ~ ... ~ ..o: ... :: ~ ... ..

~'(:-74

79

79

85

111

l l l

lll

112

113

114

121

121

127

128

129

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel L Jadwal Penelitian . . . .. 16

Tabel 2. I..etlk Geogra:fis, Penduduk, De.sa/Keluamhan, dan Luas Perkecamatan

di Kabupaten Samosir . . . .. .. . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. 42

NEe

Tabel 3. Jumlah Penduduk. Kepadatan, Rumah Tangga, Rumab lbadah ~~

Perkecamatan di Kabupaten Samosir . . . . .. . .. . . . .. . .. . . .. .. . .. . . .. . . 42

Tabel 4. Populasi Ternak besar Per Kecamatan di Kabupaten

Samosir.. . ... ... ..

43

Tabel 5. Te:mak yang dipotong Per Kecamatan di Ka~upaten Samosir ... .;.; :...: . -~ 44

Tabel 6. Jwnlah Penduduk, Rumah Tangga. Rwnah Ibadah dan Populasi Ec~

"'

Temak. per desa di Kecamatan Palipi ... ... ... .

Tabel 7. Luas Wilayah"' Rumah U>adah dan Populasi Ternak per desa

Tabel

Tabel

TabeJ Tabel

Tabel

di Kecamatan Harian ... ... ... ..

E,O

8. .hmuah penduduk., Kepadatan, Rumah Tangga; Luas

Rumah

-~

lhadah dan populasi ternak

per

desa di Kecamatan

NainggoJan ...

- ~c~"'

9.

Luas, Penduduk,

Kepadatan dan populasi ternak per desa

di Kecamatan Sianjunnulamula ... ... ... ... ... .

10. Luas, populasi temak per desa di Kecamatan_Onan Runggu ... ~

ll Populasi ternak, agama per desa di Kecamatan Pangurur:an ....

~

-~

. ~

12. Luas, pe.nduduk, kepadatan., Rumah Tangga. populast temak.

45

46

47

48

48

per desa di Kecamatan Simanindo . . . 50

Tabel 13. Luas, jumlah pendudu~ kepadatan, rumah tangga, JX>pulasi ternak

per desa di kecamatan

Sitiotio ... . -:-.. . .. . ... ...

~ ...

..

51

TabeJ 14. Luas, jumJah penduduk, kepadatan. agama, rwnah ibadah, -P

Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel

popuJasi temak

per

desa di Kecamatan Ronggur Nihuta .. _ . . . 5 J

15.

Jambar

berdasarkan DaJihan Na Tolu ... .... ... ~ ... . . . .. . 66

16. Pandangan lain primsipparjambaran ...

~~~ -- ·~~

.• / . .... .. ..

~

66

1.7. Patjambaran merujuk Horbo sebagai panjuhuti ... ... ... ~ 66

"'

...

~

18 Parjambaran menurut filsafah berasal dari cerita/dongeng ...

~

66

19. Jambar Kerbau ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... ... ... 67

/

';

20. Beberapa perubahan fungsi dan makna kerbau .. ... · ;[ · · c;~::~:~ii

g/

110
(10)
(11)

DAFT AR LAMPJRAN DAN PHOTO

Lampiran l. Daftar lnforman

~

. .

/.~\/.~

Larnpiran 2. Daftar Pertanyaan ... ~ ... .

? ...

~

... .

L~mpiran

3. Peta Propinsi Sumatern Utara ...

Jl.t ...

- ~ . JJ~

... ..

I.

....amptran . eta

. 4 p Kab upaten

s

amos1r ... ·'-· ...

.

'

;:>

Ph oto 1. Isap Tangts se e . di k J'l' J mgMayat ...

~

~

~

~

~

. /:I-r--s NEe~

Photo 2. Mengeluarkan mayat dan dalam rumab ... ~ ..o: ... :: ~ ... .. • • ~.,

~'(:-Photo 4. Menutup

ruang

dengan permanent ... ... ~ -... .

. ~NIM~O 0

5. Meng@Jt Tulang belulang ::...:.· ... -.:.: .. ~ ... ---- :..:..:..:.. ..

...-6. Menggali Tulang belu1ang ...

~

...

-- ~

...

- ~ - ~

/.~ ~

7. Mengumpulkan dan membersihkan Tulang belulang

t

f

$

>

Photo

Photo

Photo

lalu disimpan dalam am pang (bakul) ...

=: ... .

Photo 8. Menutup peti tu!ang bel ulang dengan u.los ... ... ... ..

~

,.

9. Menanl.manortor) di depan-peti tulang beluhiiig ~

. /:::<-r--s NEe~~~

yang teJah ilitutup dengan ulos ... .- -: ~ ... 'S!

Photo

Photo JO. Membawa peti tulang belulang menuju tambak sambi1 rnenari ... .

Photo 11. Ruang/ Tempat peti Tulang Belulang terdapat dibagian atas

dan _b_!gian bawah untut ~ur Matua ... : .. : .:..:. ... ~ ~ -'· ... .

Photo 12. Peti Tulang belulang diletakkan secara teratur ...

-~

..

~

..

~"

Photo 13. Tambak tempat mayat Saur Matua ~an ~

l

r

~

TuJang Belulang (Mangongkal Hoh) ... ..

Photo 14. Salah satu tempat be1u1ang yang terbuat dari batu (tempayan batu) ...

';,..t

Photo 15. Tamoak tempat mayat dan Tulang belang ... ~~ -- ... . ~ - ~ -- ..

sNEe~

Photo t6. Menari sambil rnenge1ilingi borotan Serta menerima uang 'S!

pada upacara Saur l'vlatua dan Mangongka Holi ... _ ... __ .... .

Photo l7. Menari sambil mengelilingi borotan Serta menerima uang

110 116 117 11.8 119 119 120 l2l 121 121 122 122 122 123 123 123 124 124 125

~ upacara Saur Matua dan Mangongka Holi ... ~ .. .. . .. . .. . . .. .. . .. . .. .. 125

(12)

--Photo 18. Pihak Suhut dengan pakaian tradisional sedang mengikuti

jalannya upacara .. . . .. .. . . .. . .. .. . . .. . . .. . . .. . . .. .. . .. . . .. 126

Photo 19. Pihak Suhut dengan pakaian trad1siona1 sedang mengikuti

jalannya upacara ... . .. . . .. .. . . .. . .. . . . .. . .. . .. . . ... .. . .. . . .. .. . . 126

Photo 20. Pi.hak Suhut dengan pakaian tradisiona1 mengikuti ~

~~~- --C~~

jalannya upacara ... .. ": ... . ... ... ...

~

...

~

127

Photo 21. Peserta upacara dan Kerbau mengelilingi pohon (borotan)... ... .... 127

Photo 22.

Kerbau

yang sudah disembeli dan dipotong bagian tubuhnya

.

.

. .

~

kemu.dian disusun kembaiJ sesua1 denganletaknya ... ... ... ... . .. . . . .... 128

Photo 23. Kerbau yang sudah disembeli dan dipotong bag:ian tubuhnya

;N~

kemudian disusun kemba1i sesuai dengan Jetakn ... . .• ... ... ... ... .... 128

Photo 24. Diadakan pembagianjambar .. . ... ... ... .. . ... .. . ... .. . ... ... ... ... ... .. . ... 129

Photo 25. Bagian kepala kerbau telah diserahkan kepada yang berhak. 1 tJI \::. ...

-

-

~

Menerimanya ... ... .... ... ... ... .. ... ... ~ 129

r::r 1:'~~,.. """'~

Photo 26. Tanduk kerbau sebagai tanda pada kuburan ... ... ... . !?~ ..

... ... ..

130

"

Photo 27. Tanduk kerbau yang dipasang pada bagian atas tambak.. ... ... .. . . l30

Photo 28. Omamen yang terdapat pada tambak ... . ... ... ... ... .

-- ~ -- -

... ... .... 131

CINII'J\E.~ ~

Photo 29. Ornam....en yang terdapat pada.tambak ... ~ . ... .. . ... ... ... ... .... 131

Photo 30. Lukisan yang terdapat pada tambak: menggamb-arkan

132

Photo 3 1. Ornamen yang terdapat pada lambak

sedang mengikat kerbau pada borotan .. .... ... .. . .. ... ... .. ~ ... .. ~ - ~ 132

-

,._....,

Photo 32.

Ornamen

yang terdapat

pada

tambak. menggambarkan sedang ~

c~

memotong kerbau diikuti dengan mu.sik ... .... .. . ... .... ... ....

'~

133

Photo 33. Ornamen yang terdapat pada tarnbak menggambarkan sedang

memotong .kerbau diikuti dengan musik. .. .. . .. . .. . . .. . .. . . .. . .. . 133

e,O

Photo 34. SaJah ~ tu bentu.k tambak hagian depan dipasang tandu.k kerbau ~

(13)

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I

PENDAHULUAN

Upacara kematian yang sering dilakukan oleh etnis Batak Toba adalah upacara Saur

Matua dan

Mangongkal

Holi. Pengertian Saur Matua adalah orang yang meninggal dunia itu

seluruh keturunannya telah berkeluarga dan memiliki anak. Bagi etnis Batak. Toba jika seluruh keturunanan telah berkeluarga dan memiliki anak- dianggap telah sempuma dalam kekerabatannya. Orang seperti ini bila meninggal dunia maka wajib diadakan upacara yaitu

Saur Matua. Dalam upacara tersebut salah satu sarana bagi beriangsungnya adalah kerbau.

Dalam hal ini kerbau dipotong untuk kemudian bagian-bagian tubuhnya dibagikan kepada

pihak. keluarganya. Jadi kerbau pada upacara ini disamping sebagai sarana upacara juga dapat dipandang sebagai pemersatu kekerabatan masyarakat Batak Toba. ~ \

Pengertian Mangongka/ Holi adalah penggalian tulang belulang orang

tua.,

nenek, kakek dan nenek moyang yang -dilakukan oleh keturunannya, dari kuburannya semula kemudian memasukkannya ke dalam suatu bangunan yang dibuat sedemikian rupa dengan kondiSi permanent. Pada masyarakat Batak Toba bangunan itu disebut Batu Na{Jii', simin,

paromasan dan Tambak. Jenis kuburan tersebut banyak dijumpai di daerah Kabupaten

Samosir, Toba, Humbang Hasundutan dan Tapanuli Utara.

Penggunaan kerbau tidak hanya ditemukan pada masyarakat Batak Toba saja akan tetapi juga masyarakat etnis lainnya di Sumatera Utara diantaranya Batak Karo, Dairi dan

(14)

Kerbau dalam kehidupan masyarakat Toraja mempunyai art.i yang sangat penting,

terutama pada saat mereka melaksanakan upacara pemakaman. Peranan kerbau bagi

masyarakatnya dimulai paling tidak dari masa sebelum masuknya agama KriSten hinga

sekarang. Pada masyarakat Dayak di Kalimantan, kerbau juga merupakan salah satu sarana upacara kematian, di Bali peranan kerbau sangat penting dalarn upacara kematian, hal ini tampak dari wadah kubur dengan hiasan kepala kerbau atau wadah kubur dengan bentuk

kerbaU utllh. ~

hS

N~ ~N~ ....r::;-N~

Penelitian yang berkaitan dengan Fungsi dan makna kerbau belum banyak dilak.ukan,

hanya saja ada beberapa tulisan yang menyebutkan fungsi dan peranan kerbau dalam masyarakat Indonesia khususnya- pada masa prasejarah. Penelitian tersebut diantaranya

Kerbau dibeberapa Suku Bangsa Indonesia, suatu tinjauan Antropologi Ekonomi oleh Gunadi

(2000). Sementara penelitlan tentang fungsi dan peran kerbau dalam masyarakat Batak Toba

belum ditemuk.an. /

Peran kerbau juga tampak. pada masyarakat Minangkabau, bHa ada perhelatan penting di rumah gadang misalnya pelantikan penghulu, ibu yang dituak.an adalah

satu-satunya yang mengenakan pakaian kebesaran dengan tutup kepala berbentuk tanduk yang

dikenal sebagai Tangkuluak Tam:Luak. Maka sesJJailah bila atap rwnah gadang yang

merupakan kepala bangunan berbentuk tanduk pula. Bentuk tanduk. itu dapat dipemrak.an

ada kaitannya dengan peranan kerbau untuk kepentingan manusia sejak masa-masa awal

bercocok. tanam pada masa neolitik. Kerbaulah satu-satunya kawan mengolah lahan pertanian dan menjaga keamanan dart gangguan binatang sehingga dapat dianggap sebagai

lambang kesuburan dan keperkasaan (Sudibyo, 1993). ~ (

f :-

~

'r

Dart hasil penelitian tersebut kerbau sering dikaitkan dengan k.epercayaan animisme

(15)

dibeberapa tempat masih beriangsung sampai sekarang. Pada tradisi tersebut k.erbau sering dikait:kan dengan upacara kematian. Di beberapa daerah makna dari kerbau sebagian ada

yang berubah, perubahan tersebut akan nampak jika kita dapat mengetahui proses perkembangan awal hingga kini.

Khusus masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara, hewan k.erbau sering dijadikan sarana dalam upacara tradiSional baik suka maupun duka. Kurban hewan kerbau nampak

pada upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Holi dan bah~n dalam

acara-acara

tertentu seperti pesta biLJS, horja seketurunan marga dan lain sebagainya1 seperti yang

dinyatakan oleh Situmorang (1993) kerbau selalu menjadi salah

satu

sarana upacara

peresmian huta, upacara proldamasi marga Sitomorang-Untong. Selain sebagai .sarana

upacara,

di daerah Batak Toba seperti Tapanuli

Utara, Toba, Samosir

dan Humbang

Hasundutan hiasan kerbau berupa kapala dan tanduk kerbau ditempatkan sebagai hiasan atau

tanda di kuburan (tambak,

batu

Napir, Simindan bahkan ada pada tugu), "'-o /

Dari gambaran permasalahan tersebut di atas yang menarik untuk melawkan

penelitian

tentang fungsi dan makna kerbau pada

masyarakat

Batak

Toba,

khususnya dalam

upacara

kematian Saur Matua dan Mangongkal Holi. Disamping itu

befum

pernah

menemukan tulisan yang membabas fungsi dan makna kerbau dalam. upacara-upacara tradisional di daerah Batak Toba.

1.2

Perumusan

Masalah

Kurban atau pemotongan kerbau dalam upacara kematian pada masyarakat Batak Toba

merupakan tradisi yang sudah berlangsung lama dan bahkan sampai saat ini k.erbau masih

(16)

Matua dan Mangongkal Holi. Berdasarkan kenyataan ini, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitlan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimakah fungsi dan makna kerbau pada masyarakat Batak Toba dalam upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Holi? ;,

g )

2. Apakah ada perubahan fungsi dan makna kerbau pada masyarakat Batak Toba

pada upacara Saur Matua dan Mangongkal Holi?

1 .. 3 Tujuan Penelitian ;

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian inl adalah sebagai

berikut:

1. Menjelaskan fungsi dan makna kerbau pada masyarakat Batak Toba dalam upacara kematian Saur Hatua dan Hangongkal Holi

g

J

l

~

2. Menjelaskan perubahan fungsi dan makna kerbau pada masyarakat Batak Toba dafam upacara kematlan Saur Matua dan Mangongkal Holi

lA Kegunaan Penelitian

l)((

Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teolitis maup.un praktis. Secara teoritis berguna untuk. menambah khasanah keilmuan tentang fungsi dan makna kerbau pada masyarakat Batak Toba, khususnya dari tinjauan upacara kematian Saur Matua dan

Mangongkal Holi. Sedangkan kegunaan secara pralct:is adalah dapat dijadikan bahan

(17)

1.5 Kerangka Berpikir

Adat sebagai salah satu wujud kebudayaan sangat penting peranannya bagi

masyarakat Batak T oba yang mayoritas menganut agama Kristen. salah satu aktivitas

kebudayaan yang masih berlangsung sampai sekarang adalah upacara kematian Saur

Matua dan Mangongkat Holi. Dalam upacara tersebut biasanya dipotong hewan kerbau

sebagai penanda bahwa pelaksanaan upacara telah memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan oleh

adat

Berdasarkan kenyataan tersebutt kerbau telah memilik.i fungsi dan

makna yang sangat penting dalam upacara kematian Saur Matua dan Mengongtal Holi

pada etnis Batak Toba. Demikian pula di sebagian wilayah Indonesia yang menganut

k.epercayaan animisme dan dinamisrne1 k.epercayaan ini berkembang jaub sebelum masehi

dan di beberapa daerah ada yang berlangsung sampai sekarang. ~ ~ ...

Kerbau bagi masyarakat batak T oba memiliki fungsi sebagai salah satu sarana upacara

dan sekaligus memiliki makna tertentu. Perubahan budaya yang terjadi pada masyarakat

Batak. Toba tentunya mempengaruhi fungsi dan makna kerbau pada kedua aktivitas

tersebut. Hal inilah yang menjadi landasan untuk mengetahui lebih jelas fungsi dan makna

kerbau khususnya pada upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Holi pada

(18)

Diagram. 1 Kerangka berpikir

Budaya

'

-SaurMatua ··

..

Pengaruh

1. 6 Kerangka Teori

Dalam penulisan mengenai fungsi dan makna kerbau pacta masyarakat Batak T oba dlihat

dari kajian upacara kematian khususnya Saur matua dan Mangongkal Holi, teori yang

dlgunakan adalah yang berorientasi kepada upacara religi diantaranya adalah teori dari

(19)

penting mengenal asas-asas dari religi dan agama pada umumnya, ketiga gagasan tersebut adalah:

(

1 ). Mengenai soal bahwa disamping sistem keyakinan dan dokrin, sistem upacara

juga merupakan suatu perwujudan dari religi atau agama yang memertukan studi

dan analisa yang

khusus,

2). bahwa upacara religi atau agama yang biasanya dilaksanakan oleh banyak warga masyarakat pemeluk religi atau agama yang

bersangkutan bersama-sama mempunyai fungsi untuk mengintesitkan solidatitas

masyarakat, 3). Mengenai fungsi upacara bersaji, pada pokoknya upacara seperti

itu dimana manusia menyajikan sebagian dart seekor binatang, terutama darahnya kepada dewa, kemudian memakan sendiri slsa daging dan darahnya

(Koentjaraningrat, 1985)

kematian selalu dilakukan manusia dalam rangka adat istiadat dan struktur sosial dari

masyarakatnya yang berwujud sebagai gagasan kolektif (Kontjaraningrat, 1985). Upacara kematian Saur Matuadan Mangongkal Holiyang dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba

khususnya di Kabupaten Samosir ada benarnya bahwa upacara tersebut selain sebagai

upacara religi juga untuk menambah solidaritas masyarakat (kekerabatan). . /

/ Selanjutnya adalah teori interaksionisme simbolik yang berhubungan dengan fungsi dan makna suatu tindakan manusia baik secara individu rnaupun kelompok. Tokoh-tokoh teori ini adalah John Dewey, Chales Horton Cooley, George Herbert Mean, Herbert

mumer dan Poloma serta Char<><m. Pendapat tokoh - tokoh tersebut di atas terdapat dalam buku yang berjudul Interaksionisme SimboJik yang ditulis oleh Dr. H.R. Riyadi Soeprapto,

M.S. ~

Herbert Blumer mengatakan bahwa:

(20)

T eori ini merujuk pada karakter interaksi k.husus yang ber1angsung antar manusla, actor tidak semata -

mata

beraksi terhadap tindakan yang lain tetapi dia menafsirkan setiap tindakan orang lain. Respon aktor

secara

langsung maupun tidak, selalu didasarkan atas penilaian mak:na tersebut. Oleh karena itu interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol - simbol penafsiran atau dengan menemukan makna tindakan orang lain. , e.Q

Y

Dari pendapat ini jlka dihubungkan dengan upacara kematian

Saur

Matua

dan

Ma. of Holt maka kegiatan-kegiatan tersebut jelas mempunyai fungs; dan makna

dalam pelaksanaan pemotongan hewan kerbau yang selalu menjadi keharusan. Dalam

upacara Sour- ..Matua dan Mangongkal Holl pada masyarakat Batak T Qba jelas terdapat

tindakao-tindakan yang mempunyai fungsi dan makna.

Haf

ini dapat dilihat dan pembagian kerja dan jambar, kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang terorganisaSi dengan baik

berdasarkan prinsip Dalihan Na To/~ dimana masing - masing pihak bekeja

sesuai

dengan posisinya.

f

~.; Pada

upacara

Saur Matua

dan

Mangongkal Hoi~ pembagian Jambarberdasarkan

posis;, sehingga posisi seseorang menentukan bagian mana yang menjadi hak dan

kewajibannya. Semua tindakan tersebut mempunyai fungsi yang perlu dimaknai baik secara individu maupun kelompok. Makna - makna tersebut dapat dilihat dalam proses kegiatan itu

berlangsung. Pemotongan kerbau dan pembagian dari bagian - bagian tubuhnya merupakan

simbo~mbol yang berkaitan dengan kekerabatan, kedudukan dan status seseorang

-ataupun kelompok yang melaksanakan dan penerimanya. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa apabila pen·}iJmbar-an ini hilang atau menjadi tidak ada maka identitas masyarakat

Batak. itupun akan menjadi tidak ada, artinya apabila pen-jam/Jar-an itu tidak ada maka

(21)

Pen-)1mbar-an itu menjadi simbol daripada sistem kekerabatan yang disebut dengan Dillihan

Na To/u(Guttom:1992).

Charoon mengatakan bahwa:

Pentingnya pemahaman terhadap simbol - simbol ketika seseorang menggunakan

teori interaksiornsme simbolis. Simbol adalah obyek

sosiaJ

dalam suatu interaksi. Ja digunakan sebagain perwakilan dan komunikasi yang ditentukan oleh orang- orang yang menggunakannya, orang - orang tersebut memberi arti, menciptakan dan mengubah obyek tersebut di dalam interaksi. Simbol sosial tersebut dapat terwujud dalam bentuk obyek fi.Sik (benda- benda kasat mata), kata - kata (untuk mewakili

obyek flsik, peraksaan, ide - ide dan nilai - nilai) serta tindakan (yang dilakukan orang untuk memberi arti dalam k.omunikasl dengan orang lain). (Soeprapto,2002).

Pada kegiatan upacara kematian

atau komunikasi antara individu dan kelompok atau sebaliknya. Objek fiSik dalam simbol sosial tersebut diantaranya adalah pemotongan hewan kerbau sebagai salah satu sarana prosesi upacara Saur Matua dan Mangongkal Holi. Jumlah dan besarnya kerbau yang

dipotong atau dikurbankan akan menimbulkan suatu lnteraksi kepada orang

yang

menyaksikan bahwa apabila banyak kerbau yang dipatong maka orang yang mefaksanakan kegiatan tersebut adalah termasuk yang ekonominya mampu dan akan mempengaruhi

status

sosialnya di masyarakat

g

J

Perlakuan - pertakuan terhadap sl mati ataupun tulang belulang pada upacara Saur

Matua dan Mangongkal Hoi/ merupakan tindakan komunikasi antara yang masih hidup

dengan yang telah mati, demikian pula perlakuan pada kerbao yang hendak dipotong misalnya diikatl<an pada sebatang kayu (borotan)1 dulunya dipohon harihara dan

mengelilingi ~non tersebut. Semua tindakan atau simbol yang mempunyai makna dan arti terhadap yang orang yang melakukan kegiatan tersebut. Menurut Max Weber dalam teort

"tindakanH yang dikutip oleh Campbell mengatakan bahwa "

I

~ c )
(22)

komftik hubungan-hubungan sosial yang menyusun sebuah masyarakat dapat

dimengerti hanya dengan mencapai sebuah pernahaman mengenai segi-segi

subyektif dari kegiatan-kegiatan pribadi dan para anggota masyarakat itu, oleh

karena itu melalui analisis atas berbagai macam tindakan mamJSia kita

memperoleh pengetahuan mengenai ciri dan k.eanekaragarnan masyarakat

manusia" {(ampbell,1994).

<"~

Kreativitas manusia meliputi banyak kegiatan diantaranya dalam organisasl sosial dan

ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta proses simboJis. Proses simbolis adaJah

kegiatan manu sia dalam menciptakan makna yang merujuk pada realitas yang lain dalipada

pengalaman sehari-

han.

Simbol - simbol yang terdapat pada Upacara Saur

Matua

dan

Mangongkal Holi meliputi simbol filsafat, sejarah, mitos, seni, dan religi (agama), yang

kesemuanya !_ermasuk dalam simbol Dalihan Na Tofu dan sekaligus sebagai sumber adat dan

hukum masyarakat Batak. Toba.

Budianto Hakim (1997) menguntip pendapat Sylvester dan Colin Renfew mengatakan

bahwa simbol dalam upacara reJigi adalah petunjuk, tanda dan gambar yang bertenaan

dengan hal : nal yang

nyata,

maupun

hal

yang tidak nyata. Dikatakan

pula bahwa

simbol

dapat berfungsi sebagai alat penghantar manusia barhubungan dengan roh - roh sud untuk

meraih suatu kerukunan, kedamaian dan harmonis dalam hidupnya. Sementara Colin

Renfew menyatakan bahwa simbol merupakan salah satu alat pengatur suatu kelompok

orang, dan sebagai bahasa yang dapat memberikan keterangan khusus pada suatu

kelompok tertentu atau masyarakat umum, serta simbol dapat berarti petunjuk yang

memudahkan

dalam penyampaian informasi dari satu orang kepada orang

fain.

1

Jadi pada hak.ekatnya simbol adalah lambang atau petunjuk yang mengandung

makna abstrak, luas dan universal. Sedangkan simbol dalam konteks upacara dapat berarti

bahasa yang berfungsi sebagai sarana penghubung yang membenkan keterangan atau

(23)

sebagai pengukuhan mal<na dalam upacara. Dalam upacara bermacam -

macam simbot

yang dihadirkan dan kelihatannya setiap simbol tersebut sudah merupakan kesepakat:an, serta simbol ini berfungsi sebagai alat kontrol bagi setlap orang yang ikut serta dalam upacara itu. Maka, pelaksanaan suatu upacara berjalan secara khidmat dan sakral.

( Teori Fungsional dalam penelitian ini juga dipakai sebagai landasan untuk

mengumpulkan dan menganalisa data. Tokoh - tokoh teori fungsional adalah Takott Parsons (1937), Kingsley Davis (1937) dan Robert Merton (1957) serta Emile Durkheim. Mereka mengatakan bahwa :

Setiap kelompok dalam masyarakat akan melaksanakan tugas tertentu dan secara kontinyu, karena ini merupakan cermin dari apa yang disebut sebagai fungsional

tersebut. 5ebuah prilaku atau tindakan sosial akan bisa dibenarkan k:arena hal

tersebut daJam masyarakat dinilai sebagai fungsional. Suatu pola prilaku bisa muncul dan sekaligus bisa hilang dan berubah sesuai dengan perkembangan sosial yang

terjadi dan sesuai dengan kebutuhan apa yang diinginkan dalam masyarakat

tertentu. {Soeprapto,2002).

Persfektif fungsional mengandaikan bahwa suatu masyarakat dipandang sebagai

suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisasi, yang bekerja dalam suatu

cara yang relatif teratur menurut seperangkat aturan dan rnlai yang dianut oleh sebagian

masyarakat tersebut. Oleh karena itu masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang

stabil dengan orientasi kearah keseimbangan.

Secara

teoritik diasumsikan bahwa jika

suatu

perubahan sisial yang datang membawa hal - hal yang fungsionat, maka pada saat yang

sama terjadi keseimbangan. Namun demikian sebaliknya, jika perubahan sos1al

yang

datang

temyata

mengganggu keseimbangan atau stabilitas soslal yang ada, maka hal tersebut

disebut sebagai gangguan fungsional. (Soeprapto, 2002)

(24)

dengan kepercayaan lama mereka yang animistis bahwa roh leluhur yang sudah menilggal menduduki tempat yang khusus, terutama pada waktu

hidupnya

rnempunyai

kekuasaan,

banyak harta dan banyak keturunan. Roh leluhur dipercaya dapat memajukan kesejahteraan

dan

terus

bergiat

memberi

pertindungan kepacla keturunannya. (Vergouwen,

1986).

I~

Sebagai refleksi dari sistem

kepercayaan

orang Batak

Toba tersebut adatah

pemujaan

dan

penghormatan kepada orang yang

mati,

terutama bagi orang yang

mate

Silrimatua maupun orang

yang

mati dalam peringkat tertinggi mate Saur Mat.ua. Upacara

penguburan bagi orang yang mati dalam pelingkat tinggi tersebut

diJakukan

secara

besar-besaran

melalui pesta adat dan membuat

bangunan

tempat peristirahatannya yang terakhir yaJtu pembangunan f2Jmbak yang bersifat monumental. (Simanjuntak, 2002}.

/ Kegiatan upacara Saur Matua dan Mangongka/ Holi

merupakan

budaya

masyarakat Batak Toba dapat dipandang sebagai simbot yang berkaitan dengan

kepercayaan.

Pengertian

Simbol berasal

dart

bahasa

Yunani. simbolos

yang

berarti tanda

atau

dri

yang

memberitahukan

sesuatu

kepada

seseorang. {Herusatotol

2005). Bentuk

simbol bermacam-macam biSa berupa bentuk obyek materi (benda}, gambar, wama,

tulisan atau ucapan.

Pengertlan lainnya simbol

merupakan

salah

satu perangkat

pengetahuan dan metode ekspresi

yang

paling tua yang memperlihatkan aspek-aspek kenyataan yang tidak diungkapkan rnelalui cara pengungkapan lainnya (Cooper, J.l1978).

Membuat simbol dimaksudkan untuk menyampaikan pesan merupakan salah satu dri

manusia.

Orang

selalu mengekspresikan dalam bentuk simbol seperti dalam bentuk

bahasa, pengetahuan, seni

dan

- kepercayaan. Simbol merupakan sarana atau media

komunikasi antar individu (Van Ball, 1971). , ~

'r {

~-- ~

'r

l

Simbot ini pula yang membedak.an antara manusia dan binatang, karena hanya
(25)

simbolicum

(Magetsari, 1977}. Dalam kebudayaan dan tindakan manusia kedudukan simbol sebagai inti kebudayaan, karena tindakan manusia harus selalu menggunakan simbot sebagai media penghantar dalam komunikasi antar sesama. Tanpa simbol

komunikasi dan tindakan manusia menjadi beku. ( Herusatoto, 2005). ~'51.,

l

=

Makna atau nilai sebuah simbdl tidak diperoleh oleh sifat-stfat intristik benb.lk

fisiknya saja, tetapi diperoleh dan ditentukan oleh makhluk hidup yang menggunakannya.

Upacara kematian Saur

matua

dan Mangongkal HoH yang berfungsi sebagai

penghormatan kepada seseorang atau leluhur dengan segala atributnya merupakan simbol

berkaitan dengan kepercayaan. Simbol yang terkandung dalam upacara kematian tersebut mempunyai fungsi dan makna, sehingga merupakan sarana komunikasi sebagai pesan-pesan kepada generasl berikutnya. Pengungkapkan fungsi dan makna kerbau dalam upacara tersebut sebagai simbol pada dasarnya ditafsirkan arti secara simbolik, dan fungsinya. Dengan belajar lewat simbol inilah kebudayaan dapat diwariskan dari generasi

ke generast (Bakker,1989). ;-N~ ~N~ ~

f "'

Secara etimologis simbol berasal dan kata kerja bahasa Yunani sumba/to
(26)

objeknya/ intinya adalah hubungan antara subjek dengan objeknya dijalin dengan konotasi.

Ernst <:assiree ( 1990 ) mengatakan semua kegiatan mantJSia pada umumnya melibatian symbol-simbol, karena itu manusia bukan saja dikatakan animal

rationale,

tetapi juga

animal simbolicum (

makhluk yang bermain dengan symbol-simbol ). Baik

Ernst Cassirer maupun Susanne Ianger sependapata bahwa hidup manusia dipenuhi dengan tanda dan symbol seringkali kurang disadari manusia. Kedua filsuf ini menjelaskan bahwa symbol

sebagai sesuatu

yang sama sekali

berbeda dengan

tancla, karena keduanya

berada dalam bidang yang bertainan.

Cassirer

memandang masalah ini periu dijemihkan,

menurutnya symbol bila diartikan secara tepat tidak dapat dijabarkan menjadi tanda semata-mata. Tanda dan symbol terletak dafam dua bidang pemabahasan yang berlainan

; tanda adalah bagian dari dua fisik , symbol adalah bagian dari duania lllabla manusiawi.

Tanda adalah 'operator, symbol adalah' designator' ( cassirer ,

1990 }.

0 ~

Perbendaan symbol dan tanda terletak dalam segi fungsionalanya. Dalam hal ini

Susanne

Langer memberikan gambaran yang lebih tegas

berdasarkan penggunaan

istilah itu sebagai subjek dan hubungannya dengan fungsl makna. Dalam segi ini, peogertian

symbol menjadi lebih dinamis dibandingkan dengan tanda. Oalam bukunya philosQphy in a

new key. Susanne Langer (1976) menulis: .._"(,..,.

" The fundamental difference between sign and symbols is this difference of association, and conseguently of their use by the third party to the meaning

function, the subject, sign announce their object to himt whereas symbols lead

him to conceive object w.

1

Perbedaan yang mendasar antara tanda dan symbol adalah pada penggabungan

sub~ tanda memberitahukan objek-objeknya kepada manusia, sedangkan symbol

(27)

pemahaman objek-objek. Memahami suatu haf atau keadaan adalah tidak sama dengan bereaksi terhadap sesuatu tersebut secara terbuka atau manyadari hadimya sesuatu

tersebut.

~ Dalam membicarakan suatu benda , kita memounya pemahaman dari benda

tersebut , tanpa pemahaman benda itu tidak berarti apa-apa , symbot tidak langsung

menunjuk pada objek tertentu. Pemahaman benda inilah yang disebut symbol. Nama diri adalah bentuk yang paling sederhana dari symbol, nama diri seseorang menimbulkan

sesuatu

konsepsi mengenai sosok manl.!Sia konkrit ( Ianger, 1976). Satu kala dapat

bertaku datam dua kemampuan, sebagai tanda dan sebagai symbol hanya dinyatakan oteh sesuatu yang khusus, misalnya gerakan anggota tubuh tertentu, ( jari, mata, kepala ), dan saura ( aksen) kata"' lari I misalnya di ucapkan dengan nada keras dapat berobah menjadi

symbol marah atau memaksa. Kalau memahami tanda terjadi tiga tahapan yaitu ( tanda-objek- subjek ), amka upaya memahaml symbol ada empat tahapan yaitu ( symbol - objek.

-- pemahaman -- subjek ). Hat ini berarti diperfukan pemahaman objek untuk supaya subjek mengerti akan makna dari pada

symbol

tersebut.

rn' (

$

~)

't? Susanne K. Langer membagi dua macam cara membedakan symbol, pertama symbol diskursif (discursive symbol).

a. symbol diskursif . cara penangkapan symbol ini mempergunakan naJar atau intelek.

Oleh sebab itu juga disebut symbol nalar. Penyampaian hal apa yang diungkapkan

berlangsung secara berurutan Tidak spontan. Bahasa adalah ~tu-satunya yang

terfgolong dalarn symbol diskursif, yaitu bahsa sehari-hari {languange of Old/nary

thought). Bahasa komunikasi (practical communication). Bahasa ilmu ( languange of

scientific knowledge) . dan bahsa nlsafat ) /anguange of philosophical thougth ).

(28)

nama sehingga deretan simbol-simbol yang tersusun menurut aturan sintaksis

tertentu mengahsUkan suartu gambaran mengenai

satu

l<enyataan tertentu pula. (

sudiarja, 1982 ). Dalam simbol diskursif terkandung suatu struktur yang dibangun oleh kata-kata menurut hukum tata bahasa dan sintaksis. Pengabaian terhadap hukum

tersebut menyebabkan kalimat kehilangan maknanya atau tidak dapat dipahami,

terjadi kekaburan makna. ..., ~o

Y

b. symbol presentasional ,

cara

pengungkapan simbol ini tidak memerlukan irtelek,

pemahaman simboJ presentasionar tidak tergantung kepada hukum yang mengatur

hubungan unsur-unsumya,

akan ytetapi

dengan

intuisi atau

perasaao.

Simbol

ini dapat

berdiri sendiri sebagai simbol yang penuhm, artinya bukan di bangun dari kontruksi

atau secara bertahap, melainkan suatu kesatuan bulat atau utuh . simbol seperti inilah yang kita jumpai dalam alam dan kreasi manusia seperti: tarian, lukisan, patung, hiasan atau omamen dan sebagainya. Maknannya tidak dapat ditangkap dengan logika dan nalar. Ragam hias dan warna-wama yang dihadirkan dipahami dengan intusi

langsung. Rtagam hias ( omamen ) itu tidak berupa suatu kontruksi atau susunan yang bisa diuraikan unsur-unsumya , meJainkan suatu kesatuan yang utuh. Motif hias

dan omamen , lukisan dan taruian hanya dapat ditangkap melalui arti kesefuntlan ,

melalui hubungan antara elemen-elemen simbol dalam struktur keseluruhan.

Elemen yang terkandung sebuah lukisan atau omamen berupa garis, bidang,

-wama dan unsur lainnya bisa jadi febih banyak makna dari pada elemen yang

dikandung bahasa. Jika

satu

gambar biSa jadi berbicara seribu

kata,

dengan demikian

satu goresan pada sebuah lukisan tidak mengandung pengertian apapun bila tidak

(29)

bidang dan warna. Sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh , bentuk representasional

berbicara

langsung kepada indra manusia.

HI

ini

pertama-tama dan

terutama adalah kehadiran langsuyng dari suatu objek individual ( Langer, 1976 ).

I

Oleh karena simbo1 presentasional merupakan langsung dari suatu objek individual, maka simbol ini tidak dapat diterjemahkan dalam bentuk-bentuk yang fain • menurut Langer tidak ada suatu ukuran atau kunci standart untuk menterjemahkan patung kedatam lukisan, atau sebuah gambaran kedalam sajak, sebab ekuivalensinya terletak pada referensi

total

secara umum I bukan pada ekuivalensi antara bagian

sepertJ menterjemahkan {Langer, 1976 ). ~I

\?

~I

Untuk mengetahui _fungsi dan makna--simbolik yang_ada dibalik simbol

tersebut diperlukan suatu alat analisis yang disebut semiotic {adalah teori dan anaJisa

berbagai tanda {sign} dan pemaknaan(signification) . Analaisis semiotik ini digunakan

sebagai pilihan karena secara umum semioUk dikenal sebagai ilmu tentang tanda,

suatu

ilmu yang mengkaji berbagai tanda atau sign yang terdapat pada fenomena

kehidupan manusia baik secara verbal maupun non verbal (Muliono, 2004). Sebagai

alat analiSis,

semiotik dapat digunakan sebagai pilihan atau

suatu

metode untuk dimanfaatf(an oleh berbagaL bidang ilmu pengetahuan seperti linguiSt:ik, arsitektur, ark.eologi, anthropologi, kedokteran, sinematografi, hukum dan sebagainya. (Hidayat,

2004). Tujuan penerapan semioUk ini untuk mencari ~an menemukan fungsi dan makna yang terdapat pada upacara kematlan Saur Matua dan Mangongkal Holi khususnya kerbau yang menjadi obyek penelitian. ~

{ ff

Sebagai aplikasi dari pendekatan semiotik pada prinsipnya adalah mengamati (observasi) terhadap fenomena dan gejala di sekelilingnya melalui tanda yang
(30)

seperti nama (sebutan}, peran, fungsi, tujuan dan kegunaan. Inti

dart

anafiSa

semiotik

ini

adalah mencari hubungan yang menyatukan antara tanda

itu sendirt {sign) dengan

signif"rer (bentuk)

dan

signified

(fungsi). Pola hubungan hubungan

ini dapat terbagi

dalam: (a). Hubungan simbollk yaitu hubungan internal antara tanda itu sendiri dengan

signifier (bentuk) dan signified (fungsi). (b). Hubungan paradimatik

yaitu

hubungan

eksternal

antara tanda itu sendiri dengan tanda lain dalam satu sistem. (c). Hubungan sintagmatik yaitu

hubungan

eksternal antara tanda itu sendiri dengan tanda lain dalam

satu

struktur Sunardi,

2002).

? Berdasarkan landasan

analisis

ini, pola hubungan semiotik dapat diterapkan dalam membantu menganalisa fungsi dan makna

kerbau melaluLhubungan

antara kerbau itu sendiri sebagai tanda (sign)

dengan

segata

aspek

yang

dikandungnya

dengan aspek perUaku ( daJam hal ini peritaku pembagian jambar) dan

kepercayaan

(konsepsi kematian) sebagai rujukan yang diberikan oleh

manusia

pendukung budaya serta lingkungan sosial budaya. Diharapkan dengan kajian ini konstruksi model-model

relasi atau hubungan

dapat

terungkap sehingga dapat dijadikan dasar penafsiran

makna kerbau

dalam upacara SiJur Matua dan Mangongkal

HoA.

_· · · -

·c ~~

~~~~

1. 7 Tinjauan

Pustaka

Untuk mendapat hasil yang sempuma dalam pengerjaan dan penyelesaiaan tutisan ini,

(31)

S.Sitomorang (1993), bukunya berjudul" Toba Na Sae", membahas tentang sejarah masa lalu Etnis Batak Toba, beberapa jenis upacara tradisional dan persebaran batak Toba.

Harun Kadir (1977) yang khusus membahas tentang aspek Megalik di Toraja, dalam tulisan ini ada menyinggung tentang kerbau yang berfungsi sebagai hewan persembahan, pemujaan dalam upacara kematian dan pemakaman. Baharuddin Bunru (1998/1999}, judul tulisannya" Erong di Toraja" membahas mengenai fungsi dan makna kerbau yang kompleks diantaranya kerbau merupakan jembatan untuk menuju kea lam sorga, kerbau menentukan

tingkatan upacara kematian dan menentukan stratifil<asi seseorang dalam Ungkungan

masyarakatnya. ~I

\'?

~I

\-;

~I

\-;

r

Oari beberapa literatur terseblll.diatas tidak. ada yang secara khusus_membahas tent:lng fungsi dan makna kerbau pada upacara adapt Batak T oaba, apalagi upacara

Saur

MatuiJ dan

Mangongkal Hofi Oleh karenaya dalam tulisan (tesis) ini banyak berdasarkan wawancara dan

pengamatan terhadap pelaksana dan peserta upacara.

y

1.8 Metode penelitian

1.8.1 Jenis Penelltian

Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang

relevan

dan menunjang dari tujuan penelitian yang

mencoba

mengungkap fungsi

dan

makna kerbau pada masyarakat Batak Toba khususnya dalam upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Ho/i. Penelitian ini merupakaQ. penelitian deskriR.tif kualitatif yaitu

suatu cara yang digunakan untuk menyelidiki dan memecahkan masalah yang tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data.

~~

(32)

teori. Uteratur atau tulisan tersebut berupa hasil penelitian, buku-buku teks, tulisan para ahli

didalam media cetak seperti majalah dan Koran-k.oran.

Beberapa literatur yang ada hubungannya dengan topik bahasan, namun hanya

sebagian yang dapat disebutkan diantaranya adalah J.C.Vergouwen yang diterjemahkan oleh

Pustaka Azet 1985 ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Masyarakat dan Hukum Adat

Batak Toba (1986). Dalam buku ini banyak dibahas tentang adat Batak Toba, terutama

informasi kehidupan masyarakat Batak T oba dalam bidang politik lokal, kepercayaan asli,

adat

istiadat

serta

hukum di Batak Toba. Raja Marpondang {1999), tulisannya berjudul

"Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Etnis Batak) mengulas tentang kekerabatan, Dalihan Na Tofu,

upacara Saur Mat:JJa dan MangongkaLHo/1. ~ ~

Bungaran Antonius Simanjuntak (2001) datam tulisaMya topik " Komflik Status dan

Kekuasaan Orang Batak Toba. Oatam tulisan ini diuraikan aplikasi pandangan hidup dan

tujuan hidup etnis Batak Toba sebagai dasar mencapai cita-dta antara lain memiliki

Haga~ Hamonaron dan Hasangapon, M.A.Marbun menyusun

sebuah

buku

bentuk

kamus

yang berjudul "Kamus Budaya Batak Toba (1987), dalam kamus ini banyak terdapat istilah

mengenai budaya Batak T oba, seperti kekerabatan, adat istiadat, parjambaran dan lain-lain.

T.M.Sihombing (2000) menulis tentang Filsafat Bat.ak Tentang ~e!>iasaan-Kebiasaan

Adat Batak, membahas berbagai adapt Batak Toaba diantaranya adalah mengenai jambar dan

pembagiannya, Bisuk Siahaan (2005) dalam bul<unya "Batak Toba Kehiduapan di balik Tembok

Bambu", banyak membahas kehidupan masyarakat Batak Toba baik mengenai upac.ara

tradisonal maupun adapt istiadatnya. ~ ~

B.Sianaga (2004) dalam buk.unya

yang

berjudul " Dendang Bakti Inkulturasi Teologi

Dalam Budaya Batak, membahas berbagai ritus kepercayaan seperti penganut agama lama

(33)

Metode deskriptif juga digunakan untuk menggambarkan fakta-fakta yang berk.aitan dengan masalah yang diteliti sebagaimana adanya. Juga digunakan penelitian etnografi karena keglatan upacara kematian sampai saat ini masih terus bertangsung. Demikian juga melalui kajian arkeologi karena banyak data-data fisik yang merupakan data arkeologi memiliki kaitan dengan upacara kematian seperti pada sistem penguburan

dan

rumah

tradisional. Etnoarkeologi adalah suatu disiplin untuk menguraikan dan memberikan penjelasan tentang suatu objek 1 fenomena masyarakat masa lalu dengan

menggunakan analogi pada masyarakat masa kini yang mempunyai persamaan unsur

dan polanya. Sedangkan analogi yang dimaksud adalah untuk memperoleh model

kebudayaao ~ yang dapat diproy_eksikan pada kebudayaan masa tampau ( Nurhadi, 1995).

1.8.2

Objek Penelitian

Sebagai objek penelitian adalah upacara kematian 5aur Matua dan MangongkiJI Holi pada masyarakat Batak Toba di Kabupaten Samosir

I~

"~\If

>

1.8.3 Fokus Penelitian %.

....

Fokus penelitian ini adalah fungsi dan makna kerbau pada masyarakat sub etnis Batak Toba dalam upacara kematian Saur Matua dan Mangongka/ Holi di wilayah Kabupaten

Samosir.

1.8.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan

yang

meliputi :
(34)

2. Wawancara, dilakukan dengan sejumlah informan yang terdiri dan tokoh

adat/

masyarakat, tokoh agama serta masyarakat yang dianggap mengetahui pennasalahan

upacara kematian Saur Matuadan Mangongkal Holiyang akan diteliti.

3. Pengamatan langsung di lapangan ketika ada upacara kematian

Saur

Matua dan

Mangongkal Holiyang didalamnya melaksanakan kurban kerbau.

~IAut'O

/

~

1.8.5 Teknik Analisa Data

~

Semua data yang tetah terkumpul dari hasil wawancara. observasi, dan kepustakaan dipilah atas

dasar

relfabilitas dan validitasnya. Selanjutnya diadakan reduksi

data,

dimana

pada tahap ini peneliti memusatkan perhatian pada data lapangan yang telah terk.umpul. Data-data yang terpilih akan disederhanakan dalam arti mengldasifikasikan data dan melakukan abstraksi data kasar tersebut menjadi uraian singkat atau ringkasan. Hal ini akan

memperjelas dan menyatukan data sehingga mempermudah dalam rnanganalisa data.

Analisa data dalam penefitian ini dilakukan dengan cara kualitatif. Anatisa data ini merupak.an bagian penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisalah data t.ersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nasir,

1985).

Setelah data dikumpulkan baik yang diperoleh dari kepustakaan maupll'l yang diperoleh di lapangan lalu dilakukan pengldasifikasian data, setelah itu dipilih data yang

berflubungan dan relevan dengan masalah yang diteliti. Data yang sudah dipilih dan dikJasifikasikan, diolah dan dianalisa dengan metode deskriftif analisis yaitu data disederhanakan ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, sehingga

dapat diketahui realisasi dari masalah

yang

diteliti apakah sesuai dengan pelaksanaan yang
(35)

1.8.6 lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang berhubungan dengan makna dan fungsi kerbau pada

masyarakat

sub

etnis Batak Toba dalam

upacara

l<ematian Saur Matua dan Mangongkal Holi, lokasi

penelitiannya adalah di Kabupaten Samosir. Penelitian juga di lakukan pada upacara

kematian yang

sama

namun di luar wilayah penelitian dimaksud. Waktu penelitian ini

berlangsung selama 6 ( enam) bulan dari bulan September 2005 sampai dengan bulan April

2006

Tabell. Jadwal Penelitian

I I

_,

I

No ~ Kegiatan ~ Sept Okt

Nop

Des .liKL Peb Mar

I

Apr

~ 05

OS

OS

OS 06 06 06]06

1 Penyusunan Proposal ~\"- -<;:: i

~ 'SI,. i

2 Seminar Proposal

-' - I .' - !

,

3 Penelitian L.apangan

.

I I

i

4 Penyusunan laJX)fan ._, .._ I

I i

5 Perbaikan laporan dan Ujian Tesis -

--

I

--

--· - - ~
(36)

5.1 Silur Matua dan Mangongka/

Holi

BABV

PEMBAHASAN

\ MILIK PERPUS1

---~~·---

~~-AAN

UN!MEI}

Kabupaten Samosir merupakan salah satu kabupaten yang wilayahnya berada di

Propinsi

Sumatera

Utara.

Sebagai

salah satu

kabupaten yang wilayahnya agak

teJisolir,

mengingat daerahnya sebagian besar dikelilingi Danau Toba, maka perkembangan daerahnya relatif lebih lambat yang pacta akhimya mempengarubi juga eksistensi budayanya. Sub etnis Batak Toba yang merupakan sub etnis terbesar mendiami wilayah

diantarcmya manortor, si

gale-gale,

pesta hotja bius dan lainnya juga memiliki tmggalan

-arkeologis berupa: sarkofagus, peti kubur batu, tempayan batu dan berbagai bentuk manusia dan binatang yang digambarkan sangat sederhana. Salah

satu

unsur

kebudayaan yang paling tampak berubah pada masyarakat sub etnis Batak Toba adalah religi. Hanya dalam beberapa waktu berselang rdgi lama yang dianut masyaralcatnya

(parmalim) mulai ditinggalkan untuk menganut agama bani (Kristen dan Islam). Perubahan

tersebut tentunya membawa konsekuensi bagi aspek-aspek dalam unsur religi seperti dalam

cara pandang masyarakatnya menghadapl prosesi religi dlantaranya adalah prosesi

kematian. -.__

Nr=,."""--Kematian clan kata mati yang artinya tidak bemyawa, tldak bergerak, tidak bemafas,

tidak berkesan, tidak membayangkan. Kematian dapat berarti proses perubahan dari hidup ke mati atau dari hidup di alam nyata ke hidup dialam fana. Dalam kematian berbagai ststem penguburan menyertainya baik itu prosesi sebelum kematian, prosesi pada

saat

mati dan

prosesi setelah kematian. Kematian adalah saJah satu wujud kepercayaan akan adanya roh

(37)

berpindahnya roh dari badan manusia maka manusia dianggap sudah mati. Kematian

merupakan sebuah proses yang tidak dapat diduga, kematian itu sendiri dapat terjadi

kapan

saja. Ada yang mati sebelum lahir, ada

yang

mati semasih anak-anak, mati semasih remaja,

Mate Mangkaryaib.J mati setelah berkeluarga tetapi

meninggalkan anak ~ anaknya yang masih kecil-kecil. Selain itu,

ada

yang mati sesudah

berumur panjang, lebih seratus tahun.

o /

Orang Batak Toba mengist:Uahkan meninggal atau mati dengan kata monding/mate.

Pengistilahan itu

muncul

berdasarkan kepercayaan tradisi mereka. Kata monding itu

mempunyai kemiripan arti denagn kata

onding

artinya tak nampak karena terhambat

pandang ole!!_

sesuatu

pembatas. Berdasarkan kata

i!U

orang Batak lngin mengatakan bahwa

antara hidup dan mati hanya dipisahkan oleh

sesuatu pembatas. Orang

yang

meninggal

itu

tetap ada, tidak hllang lenyap, hanya saja tempatnya sudah tertindung di balik

pembatas.

Orang yang meninggal itu masih bisa berkomunikasi dengan yang hidup. Oleh karena

mereka

sudah

dipisahkan oleh sesuatu

pembatas

maka berkomunikasi dengan

mereka

tidak

lagi dengan cara yang biasa. Komunikasi dilakukan dengan cara yang lain, yaitU melafui

Tradisi Pasiarhon irri sangat kental bagi sub etnis Satak Toba. Arwah yang dipanggil

itu dapat memasuki seseorang , lalu melalui orang

yang

dimasukinya itu, ia berbicara

dengan logat dan sikap seperti halnya si mati masih hidup. Pembicaraan dilakukan berkisar

keadaan di alam sana, berkumpul sesama kerabat

-yang

sama-sama sudah meninggal. Ia

mempertanyakan sanak keturunannya, memberkati mereka supaya

sehat-sehat

dan

memperoleh rejeki; tetap; menegur kalau ada diantara yang kurang honnat. Setelah

semuanya dipertanyakan ia permisi pulang. Pasiarhon itu tidak dilaku!an sembarangan

(38)

waktu, melainkan pada saat-saat hajatan tertentu, at:au pesta t:ahunan keluarga, atau acara yang khusus dibuat untuk ib.J. Acara itu biasanya dimulai dengan pemberian sesajen berupa makanan dan diiringi bunyi-bunyian berupa gondang atau sebangunan gondang, hasapi, dihaditi para undangan dan para keluarga. Pasiarhon merupakan benh.lk kepercayaan akan

adanya alam arwah bahwa ada kehidupan lain selain kehidupan di atam nyata dan adanya anggapan bahwa roh orang yang meninggal dapat mempengaruhi kehidupan orang yang

ditlnggalkan.

Mengingat kematian merupakan sebuah proses translsi/inisiasi, Hertz menganggap

bahwa upacara kematian selaJu dilakukan

mamJSia

dalam rangka adat istidat

dan

struktur sosial dari masyarakatnya yang berwujud sebag ~ _gagasan kolektif. Dengan demikian analisa terhadap upacara kematian harus lepas dan segala perasaan pribadi para pelaku upacara terhadap orang yang meninggal dan harus dipandang dari sudut gagasan kolektif

dalam masyarakat yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1987). Selanjutnya Hertz mengatakan bahwa ada lima konsep yang hampir diffiiliki semua suku bangsa di dunia yang berhubungan dengan upacara kematian, kelima konsep tersebut adalah sebagai berikut:

1. Anggapan bahwa perallhan clari satu kedudukan sosial ke kedudukan

sosial yang lain adalah suatu masa krisis, suatu masa penuh bahaya gaib, tidak

hanya bagi individu bersangkutan, tetapi juga bagi seluruh rnasyarakat; 2.

Anggapan bahwa jenazah dan juga semua orang yang ada hubungan dekat dengan orang yang meninggal itu dianggap mempunyai sifat keramat (sacre); 3.

Anggapan bahwa peralihan dan

satu

kedudukan sosial ke suatu kedudukan sosial lain itu tak dapat berfangsung sekafigus, tetapi setingkat demi setingkat, melalaui serangkaian masa antara yang lama; 4. Anggapan

bahwa

upacara inisiasi harus rnempunyai tiga tahap, yaitu tahap yang melepaskan si obyek dari hubungan dengan masyarakatnya yang lama, tingkat yang mempersiapkan bagi

kedudukannya yang baru dan tingkat yang mengangkablya k.e dalam k.edudukan yang

baru;

S.Anggapan bahwa dalam tingkat persiapan dari masa inisiasi, si obyek. merupakan seorang mahluk yang lemah sehingga harus dikuatkan dengan berbagai

upacara ilmu gaib (Koentjaraningrat, \1

~ 7).

. · ... ;

J

~

~

(39)

Artinya kematian memiliki kedudukan yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia, maka kematian dibedakan beberapa jenis. Kematian

yang

dianggap ideal bagi sub etnis Batak Toba ialah kematian sesudah berumur tua. Kematian seperti itu dibedakan atas

Mate

Sari

Matua dengan Saur Matua.

Dari

keduan jenis kematian tersebut yang dianggap

paling

ideal; ialah MiJtE Saur Hatua, karena semua keturunannya suclah

sirnpan

artinya sudah berkeluarga dan mempunyai matapencaharian, bukan seperti

Sari

Matua, merupak.an

kematian

yang

belum sempuma karena masih ada diantara anaknya

yang

belum kawin

atau belum

punya

anak, sehingga masih ada yang harus dl sarihon (ditanggung). Kalau orang yang sudah bercucu, berdcit dan seterusnya di sebut mate maulibulung.

Bagi orang yang menii}Qgaf, apalagi saur fT1ilfua (maulibulung), peristiwa kematiannya mulai han mentnggal sampai hart penguburannya (tiga harl), prosesinya

disertai dengan gondang atau musik tiup, dengan sajian daging kerbau atau lembu, dalam

adat Batak

Toba secara

penuh. Acara lni merupakan penghormatan bagi yang meninggal, dan pembayaran adat terakhir kepada para berbagai pihak. Bahkan, hutang

piutangnya

pada waktu itu diselesaikan keluarga. ~

'c {

~

Beberapa tahun kemuclian setelah mayat dikuburkan dalam tanah, ada lagi prosesj kematian

yaltu

Hangokal Hob: Masyarakat sub etnls Batak Toba

percaya

bahwa roh orang

-

-

-

~

tua yang meninggal akan menjadi

sahala

dan

sumangot

Menghormati sahala atau

sumangot itu merupakan keharusan supaya mangorasi dan ITiilfl1ilSU-masu (mendapatkan

(40)

dapat berhubungan dengan orang yang masih hidup bahkan dapat mempengaruhi kehidupan orang yang ditinggalkan. Prosesi MangokiJI Holi

ini pada prinsipnya akan berakhir pada saat tulang belulang si mati dimasukkan ke dalam wadah kubur yang baru ( tambak). ~ ...

Pada saat-saat sekarang sudah banyak masyarakat sub etnis

Batak

Toba setelah melangsungkan prosesi Saur Matua maka mayat langsung dimasukkan ke dalam tilmbak

(wadah kuburd ari semen), sehingga mereka tidak lagi melaksanakan prosesi Mango/cal

HoD

dengan mengambil /mengumpulkan tulang belulang dari dalam tanah akan tetapi dengan

mengumpulkan tulang belulang dart dalam lubang tambak dfmana mayat dimakamkan pada

awalnya untul< dipindahkan ke dc!am lubang tambaJs.. di atasnya ( tambak biasanya dibuat

dengan posisi wadah kubur bertingkat).

Kepercayaan masyarakat sub etnls Batak Toba dalam kaitannya dengan upac.ara

Saur Matua dan Mangokal Ho/1 diantaranya adalah: Kepercayaan akan adanya

I

roh setelah

orang

itu meninggal, roil itu hidup di dunia a rwah dan adanya hubungan

timbal balik antara roh orang yang menlnggal dengan orang yang ditinggalkan, artinya roh

orang yang meninggat dapat mempengaruhi kehldupan orang yang masih hidup. Sefuruh konsepsi tersebut didasari oleh penghormatan terhadap leluhur. KonseP. Saur Hatua dan

-

-

-

-Mangokal Holi tersebut memiliki persamaan konsep dengan konsep animisme/dinamisme

yang jug

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan-tahapan upacara adat saur matua, ragam diksi yang direalisasikan dalam kata, frase, ungkapan, pantun, dan juga ragam diksi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja makna dari Pohon hariara dalam sanggul marata pada upacara adat kematian Saur matua di Batak Toba, untuk

kebutuhan adat yang bermakna menghormati yang meninggal (serta roh/ tondi orang itu dan tondi yang duluan meninggal) dan merupakan sebagai komunikasi antara dunia nyata dan

Dari penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pelaksan~n upacara saur matua akan memerlukan waktu, uang yang banyak, tetapi dapat juga mcngikat persatuan bagi

Makna Inferensial dalam Upacara Mangongkal Holi bagi Masyarakat Batak Toba di Desa Simanindo Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara. Makna

Ada beberapa saran sehubungan dengan penelitian yang telah penulis lakukan terhadap tari Tor-Tor pada upacara kematian Saur Matua diantaranya yaitu dalam mengembangkan serta

Simpulan, jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara kematian Saur Matua yaitu pohon beringin, Ompu-ompu, padi, anggrek kipas tanah, sanggar atau pimping

Tortor Mangondas adalah suatu ekspresi dukacita yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan adat yang bermakna menghormati yang meninggal (serta roh/tondi orang itu dan