O!eh:
11~DIN
MM:02SO~
'--~
~
PASOlSAJUANA ANTROPOLOGI SOSIAL
UNJ."J'ER-.XTAS NEGER::t MEDAN
2 0 0 6
)
▸ Baca selengkapnya: tata cara ulaon saur matua
(2)l.El\-1BAR l'ERSETU.JUAN UAN PENGESAHAN
FUNGSI
DAN
~
KfRBAU PADA MAS\':
:TBATAKTOBA
Tdah Di~:rtalmnkan Hihz.rl:t!);u; Paniti.~. lfjian Thesis
.Pada TanggaJ !2 Agushlt~ 2006-dan Olny.at~lmn
Tekat1
Memenuhi Saiah S2tuPenyar.atan Untuk Memperoieh Gelar:
~
oO/
M,~ .. G~~TER SAJ_N~ >
Pada Program Study Autropologi Sosial
Uisetujuiillisyahkan Oieh:
▸ Baca selengkapnya: jambar panamboli
(3)KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa1 atas
segala
rahmat dan ridho yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini dengan
baik.. Merupakan salah satu puncak. kebahagiaan ketik.a tugas akhir ini dapat diselesaikan
walaupun dengan waktu yang cukup lama. Tesis adalah salah satu persyaratan yang harus
diselesaikan seorang mahasiswa untuk mengakhiri studi pada program Pascasarjana
setingkat Magister.
Tesis ini berjudul "Fungsi dan Makna Kerbau Pada Masyarakat Batak Toba Kajan
Upacara Kemati~n Saur Matua dan Mangongka/ Hoff di Kabupaten samosir; Tujuan
peneltian ini adalah untuk menjelaskan fungsi dan Makna Kerbau pada masyarakat batak
mengetahui perubahan fungsi dan makna kerbau pada upacara Saur Matua dan
Mangongkal Hall Adapun alasan penulis memilih Kabupaten SamOSir sebagai lokasi
penelitian adalah bahwa daerah ini menurut sejarahnya adalah asal usul suku Batak Toba,
relatif k.ebudayaannya masih asli belum banyak. mendapat pengaruh dari luar serta
masih
sering dilak.uk.an upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Holl
Dalam penyelesaiaan T esis ini banyak mengalami kendala dan hambatan
diantaranya adalah kurangnya literatur, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan
terima kasih kepada yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini dan selama
mengikuti pendidik.an di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Pertama sekali ucapan terima kaslh disampaikan kepada Susila Rtri ( istri) yang
telah banyak membantu terutama moril dan materil selama mengikuti pendidikan
hingga seJesai tesisi ini. Kepada kedua orang tua tercinta, penuUs ucapkan terima kasih
atas bantuan dan doa restunya serta kepada seluruh keluarga. Ucapan terima kasih yang
tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua pembimbing selama dalam
penuiisan tests yakni Bapak Dr.Phiii.Ichwan Azhari selaku pemblmbing I dan Ibu Ratih
Baiduri, M.Si selaku pembimbing II, yang telah banyak membantu dan membimbing dalam
penyelesaian tesis ini. Selain itu dihaturkan terima kasih kepada pengelola Pascasarjana
Universitas Negeri Medan, Bapak Prof.Dr. Belferik Manullang
setaku
Direktur ProgramAntropofogi Sosial yang selalu siap menampung keluhan dan memberi solusi kepada
mahasiswa.
T erima kasih disampaikan kepada seluruh dosen Program Pascasarjana Studi Antropologi Sosial Universitas Negeri Medan atas segala bimbingan dan pengajarannya yang diberikan kepada penulis selama mengikuti penoidikan, beliau adalah Bapak Prof.Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak1 Bapak Prof.Or.Usman Pelly/ MA., Ph.D, Bapak Prof.Dr
Payung Bangun, M.A. Bapak Prof.Dr.Nur Ahmad Padhil Lubis, MA, Bapak mProf.Dr. M.Arif
Nasution, MA1 Ibu Prof. Dr. Chalida Fachruddin,MA1 Bapak Prof.Dr.Robet Siberani, MS, Bapak Prof.Dr.Amrin Saragih1 MA, Ph.D, Bapak Dr.Phiii.Ichwan-Azhari, MS, Bapak Or.Phill Ibrahim Gultom, M.Pd, Bapak Dr.Ibnu Hajar Oamanik, MS, Bapak Dr.Berlin Sibarani, M.Pd, Bapak
Dr.
Sc Yongkers Tampubolon, M.Sc, Ibu Dr. Sulistiowaty Irianto1 MA, Ibu Dra.TrisniHandayani, M.Si, Ibu Ratih Baiduri, M.Si dan Bapak Drs.Onggal Sihite, M.Si. Selain itu,
juga diucapkan terima kasih kepada Bapak Eri Syawardi, S.S {Staf Administrasi Program
Studi AntropoJogi Sosial).
Secara khusus, ucapan terima l<asih diucapkan kepada sahabat penulis Drs. Ketut
Wiradyana ( Balai Arkeoiogi Medan) yang banyak. membantu baik dorongan semangat
maupun literatur serta pengolahan data. Kepada Dra.Sri Hartini, M.Si (Kepala Museum Negeli PropinSi Sumatera Utara) diucapkan terima kasih atas bantuannya dalam
--
- -
---pelaksanaan penelitian lapangan. Terima kasih kepada seluruh staf Museum Negeri Propinsi
Sumatera Utara yang selalu membantu mencari literatur diantaranya adalah Ibu Usna Budi
Setati, Ibu Eliana dan Ibu Rospita Siahaan. Ibu Marsiria Sebayang, S.Pd. Terakhir saya
ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan .tesis ini. semogs T uhan Yang Maha Ku_asa selalu membedkan rahmat dan hidyah-Nya kepada kita semua.
Akhirnya, dengan segala kekurangan dan kelemahan serta kekuatan penulis, laitik
dan saran adalah merupakan kehormatan yang sangat berarti dalam penyempumaan bentuk dan isi tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, Amin.
Medan, Agustus 2006
CJ
~
;;.
ABSTRAK
Hasanuddin. Fungsi dan Makna Kerbau Pacta Mawaral<at Batak Toba: Kajian Upacara
Kematian Saur Matua dan mangongkaJ Holi di Kabupaten Samosir. Tesis Program
Pascasarjana, Program Studi AntropoJogi Sosial, Universitas Negeri Medan. 2006.
Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu: pertama menjelaskan bagaimana
fungSi dan makna kerbau pada masyarakat Batak Toba, khususoya dalam upacara
kematian Saur Matua dan Mangongkal Holi. Kedua menjelaskan perubahan fungsi dan
makna kerbau pada masyarakat Batak Toba dalam upacara kematian Saur Matua dan
Mangongkal Holi Penelitian ini. dilak.ukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan
desloiftif. Data diperoieh dari sampel yang ditentukan secara tida.k terbatas yang dihimpun
melalui wawancara tak berstruktur, pengamatan langsung
serta
menelaah be·tw.r::an::aliteratur.
"'
-
' ;JData dianalisis secara deskriftif yang diawali dengan menelaah seluruh data,
hingga
-menginterpretasi.kan dengan menank kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertama Kerbau merupakan salah satu sarana upacara tradisional Batak Toba terutama
pada upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Holi, pembagian jambar adalah
sebagai sarana komunikaSi, pemberitahuan atau pengumumant pengikat dan mempererat
hubungan kekeluargaan. Dengan memotong kerbau pada upacara kematian Saur ma/ua
dan Mangongkal Holiberarti status yang meninggal sudah tinggi (dalam pengertian adat},
demik.ian pula kehidupan sosial dan el<onominya. Kerbau mempunyai banyak keistimewaan
diantaranya tenaganya kuat, membatu mengola pertanian , sehingga dianggap sebagai
lambang k.esuburan. Kerbau tidak mengalami perubahan fungsi, akan tetapi penambahan
yaitu pada upacara Sari Matua sudah ada yang memotong kerbau. Korban kerbau
merupakan refleksi dari Sistem kepercayaan lama Sub Etnis Batak Toba tentang
penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang.
Upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Holi yang harus diikuti dengan
kurban kerbau merupakan adat istiadat yang telah diwariskan oleh nenek moyang sub etnis
= Batak Toba. Oleh karena itu pertu dilestarikan untuk acuan dalam kehidupan
.bermasyarakat dan bernegara, karena dalam kegiatan tersebut banyak nilai-nilai yang
ABSRACf
Hasanuddin1 Function and Meaning Buffallo at Batak Toba Society: The Study of
Saur Matua Las Offices Mangongkal Holi in Sub Province Samosir. Thesis on Post
graduated Social Anthropological Program, State University of Medan.2006.
This research has two target of that of is: first explain how buffalo meaning and function
at
Batak Toba Society, especially in Saur Matua las offices and Mangongkal Holt.Both explain chaoe of buffalo meaoiog and function at Batak Toba Society- in
saur
Matualast offices Mangongkal Ho/i, This research is conducted with method qualitative with
approach of descriptive. Data obtained from determined sample indirectly and also analyze literature.
Data analyzed descriptively which early with analyzing entireall data, till interpreted
attractively conclusion. Result of research indicate that firstly of buffalo represent one of
the traditional ceremony medium of Batak Toba especially at Saur Matua last offices
Mangongkal Holi, divisio ~ nf jambar is as communications
medium, announcement
ornotification , fastener and tighten relationship. Buy cutting buffalo at Saur Matua last
offices and Mangongkal Holi mean status dying have is high ( congeniality of
custom),
thatway also social and economic life of them. Buffalo have many idiosyncrasies among other
its energy of strength, assisting to manage agncdulture, so that considered to be fertility
device. Buffalo does not exprienc4e the change of function ; however addition that at Saur
Matua ceremony, someone have cut buffalo. Buffalo victim represent reflections from old
trust system of ethnical Sub of Batak Toba about worshiP. and respect to ancestor's soul.
Last officer of Saur Matua and Mangong/cal Holi which must follow with buffalo
victim represent mores which has been endowed by ethnical sub ancestor of Batak. Toba.
Therefore require to preserve for the reference of in societal life and have state, because in
the activity many values which consist in it especially in esteeming each other and
DAFTAR lSI.
LEMBARAN PENGESAHAN ... .
LEMBARAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ...
> ...
- ~-ABS'f.R.AK ... -: ... :-... · · ·
IJ.J
ABS'TRACT ...
?
.. ...
~... ..
~ ~;y;
KA TA PENGANTAR ... .
. (INIM~ (INIM~ (INIM~O
DAFTAR ISL .. .. ~ ... .. . .. ... -.:"':":
DAFTAR TABEL ...
-~
--
...~
...-- ~~
DAFTAR DlAGRAM ...
~.f.
f ...
-- ~~~
...
~ -
L ... ..
I 11 iii iv v vii lX X
DAFTAR LAMPIRAN PETA DAN PHOTO ... - ~ ... .. ... 1o.1
BAB I PENDAHULUAN ... . ...
--
__
~ ... ~ ... ,_ .. ~~ - '' ''- ~ ~ - ~ :./ 1, / " ' ~ ~
1.1 Latar Belakang ... ~ - ... -~ - 1
~.'(ft.~ <:G~ ~.(.ft.~ <:G~
1.2 Perumusan Masalah ...
-~~
...-- ~~ -
...,~~
...~
3L-3 Tujuan Penelitian ...
Jf ...
-- ~
J
f..?... . .. .. . . .. .
4-z.
"%-1.4 Kegunaan Penelitian ...
? ... ...
.? .. .. . .. . . ..
4. IM~ (INIM~O
1. 5 Kerangka Berfik1r ... ~ - ~ · .,._ ... ... ~ .-.r. ... - ~ 5
l.6 Kerangka Teori ...
~
... .~;'
...~
61.7TinjauanPustaka ...
~
...~ ~\~~
--
... 181.8 MetodePenelitian ... ...
~
...HJ... ... ... ... ..
, 201.8.1 JenisPenehtian ... !~ ... ~
--
--
~ ~1.8.2 Objek Penelitian ... ~ ... ~ .
1::(
4
-
r-1.8.3 Fokus Penelitian ... - ~~ ... .'
r~
l.8.4 Teknik Pengumpulan Data ... -~ - ... .... ~ ... .
1.8.5 Teknik Analisa Data ...
..r..\?. ...
~/.\?.
... .
(
· ·
. ·
y
(INIM~OL8.6..Lokast dan Waktu .Penehtian ... _ .~ ... ... .. ~
BAB 11 BUDAY A BAT AK ... . -: .. ... '. ... .
2.1 Etnis batak toba ...
~ ~
\ (~
... .2.2 Religi ...
J .~
...
~
... .
2.3 Upacara Kcmatian ...
· : ~.;;.; , -.;. ·
.:..1 ... ... ... ' : •. ...~
..~ ./
... ' ...~
2.4 Kerbau .. . ... ... ... ... ... ... ... ... .. . ... ... ... ... .. . ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 4·1
BAB Ill GAMBARAN UMUM LOKASIPENELITIAN... 46
BAB lV BASIL PENElJTTAN . .. ... . . ... .. . . .. 58
4.1 Upacara Saur Matua .. . .. .. .. .. . .. . . .. .. . .. . . .. .. . .. . .. . .. . . .. . . .. .. .. . .. . . .. .. 58
4.2 Upacara Mangongkal Holi ...• ... - ~ - .... -:-:. - ~ - ... . :":'... ... ... ... .. 62
~ , ~ "r'i' "::\
j{'o'
'I4.3 Jambar ... ...
flt .. ...
~...
~ ..... ... ... .. .
66• >
4.4 Borotan ...
!: ...
- ~ -- -... .
BAB
VPEMB~SAN
...~
.. : ....! ....
~
.. : ...
~
.. ... ..
S
~ - 6
dan M - • l'~
-5.1 aur IVIatua angongl(al Ho 1 ... . .. - ~ - ~ - ... ... .-:"":"' . ~ .. .
. . ~~s NEe~ /:I.~s NEe~
5. 2 Fm1gs1 dan Ma.kna Kerbau ... -: ~ ... ~ ..o: ... :: ~ ... ..
~'(:-74
79
79
85
111
l l l
lll
112
113
114121
121
127
128
129
DAFTAR TABEL
Tabel L Jadwal Penelitian . . . .. 16
Tabel 2. I..etlk Geogra:fis, Penduduk, De.sa/Keluamhan, dan Luas Perkecamatan
di Kabupaten Samosir . . . .. .. . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. 42
NEe
Tabel 3. Jumlah Penduduk. Kepadatan, Rumah Tangga, Rumab lbadah ~~
Perkecamatan di Kabupaten Samosir . . . . .. . .. . . . .. . .. . . .. .. . .. . . .. . . 42
Tabel 4. Populasi Ternak besar Per Kecamatan di Kabupaten
Samosir.. . ... ... ..
43Tabel 5. Te:mak yang dipotong Per Kecamatan di Ka~upaten Samosir ... .;.; :...: . -~ 44
Tabel 6. Jwnlah Penduduk, Rumah Tangga. Rwnah Ibadah dan Populasi Ec~
"'
Temak. per desa di Kecamatan Palipi ... ... ... .
Tabel 7. Luas Wilayah"' Rumah U>adah dan Populasi Ternak per desa
Tabel
Tabel
TabeJ Tabel
Tabel
di Kecamatan Harian ... ... ... ..
E,O
8. .hmuah penduduk., Kepadatan, Rumah Tangga; Luas
Rumah
-~lhadah dan populasi ternak
per
desa di KecamatanNainggoJan ...
- ~c~"'
9.
Luas, Penduduk,
Kepadatan dan populasi ternak per desadi Kecamatan Sianjunnulamula ... ... ... ... ... .
10. Luas, populasi temak per desa di Kecamatan_Onan Runggu ... ~
ll Populasi ternak, agama per desa di Kecamatan Pangurur:an ....
~
-~
. ~
12. Luas, pe.nduduk, kepadatan., Rumah Tangga. populast temak.
45
46
47
48
48per desa di Kecamatan Simanindo . . . 50
Tabel 13. Luas, jumlah pendudu~ kepadatan, rumah tangga, JX>pulasi ternak
per desa di kecamatan
Sitiotio ... . -:-.. . .. . ... ...
~ .....
51
TabeJ 14. Luas, jumJah penduduk, kepadatan. agama, rwnah ibadah, -P
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
popuJasi temak
per
desa di Kecamatan Ronggur Nihuta .. _ . . . 5 J15.
Jambar
berdasarkan DaJihan Na Tolu ... .... ... ~ ... . . . .. . 6616. Pandangan lain primsipparjambaran ...
~~~ -- ·~~
.• / . .... .. ..~
661.7. Patjambaran merujuk Horbo sebagai panjuhuti ... ... ... ~ 66
"'
...
~18 Parjambaran menurut filsafah berasal dari cerita/dongeng ...
~
6619. Jambar Kerbau ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... ... ... 67
/
';20. Beberapa perubahan fungsi dan makna kerbau .. ... · ;[ · · c;~::~:~ii
g/
110DAFT AR LAMPJRAN DAN PHOTO
Lampiran l. Daftar lnforman
~
. ./.~\/.~
Larnpiran 2. Daftar Pertanyaan ... ~ ... .
? ...
~... .
L~mpiran
3. Peta Propinsi Sumatern Utara ...Jl.t ...
- ~ . JJ~
... ..
I.
....amptran . eta
. 4 p Kab upatens
amos1r ... ·'-· ...
.
'
;:>Ph oto 1. Isap Tangts se e . di k J'l' J mgMayat ...
~
~
~~
~. /:I-r--s NEe~
Photo 2. Mengeluarkan mayat dan dalam rumab ... ~ ..o: ... :: ~ ... .. • • ~.,
~'(:-Photo 4. Menutup
ruang
dengan permanent ... ... ~ -... .. ~NIM~O 0
5. Meng@Jt Tulang belulang ::...:.· ... -.:.: .. ~ ... ---- :..:..:..:.. ..
...-6. Menggali Tulang belu1ang ...
~
...-- ~
...- ~ - ~
/.~ ~
7. Mengumpulkan dan membersihkan Tulang belulang
t
f
$
>
Photo
Photo
Photo
lalu disimpan dalam am pang (bakul) ...
=: ... .
Photo 8. Menutup peti tu!ang bel ulang dengan u.los ... ... ... ..
~
,.
9. Menanl.manortor) di depan-peti tulang beluhiiig ~
. /:::<-r--s NEe~~~
yang teJah ilitutup dengan ulos ... .- -: ~ ... 'S!
Photo
Photo JO. Membawa peti tulang belulang menuju tambak sambi1 rnenari ... .
Photo 11. Ruang/ Tempat peti Tulang Belulang terdapat dibagian atas
dan _b_!gian bawah untut ~ur Matua ... : .. : .:..:. ... ~ ~ -'· ... .
Photo 12. Peti Tulang belulang diletakkan secara teratur ...
-~
..~
..~"
Photo 13. Tambak tempat mayat Saur Matua ~an ~
l
r
~TuJang Belulang (Mangongkal Hoh) ... ..
Photo 14. Salah satu tempat be1u1ang yang terbuat dari batu (tempayan batu) ...
';,..t
Photo 15. Tamoak tempat mayat dan Tulang belang ... ~~ -- ... . ~ - ~ -- ..
sNEe~
Photo t6. Menari sambil rnenge1ilingi borotan Serta menerima uang 'S!
pada upacara Saur l'vlatua dan Mangongka Holi ... _ ... __ .... .
Photo l7. Menari sambil mengelilingi borotan Serta menerima uang
110 116 117 11.8 119 119 120 l2l 121 121 122 122 122 123 123 123 124 124 125
~ upacara Saur Matua dan Mangongka Holi ... ~ .. .. . .. . .. . . .. .. . .. . .. .. 125
--Photo 18. Pihak Suhut dengan pakaian tradisional sedang mengikuti
jalannya upacara .. . . .. .. . . .. . .. .. . . .. . . .. . . .. . . .. .. . .. . . .. 126
Photo 19. Pihak Suhut dengan pakaian trad1siona1 sedang mengikuti
jalannya upacara ... . .. . . .. .. . . .. . .. . . . .. . .. . .. . . ... .. . .. . . .. .. . . 126
Photo 20. Pi.hak Suhut dengan pakaian tradisiona1 mengikuti ~
~~~- --C~~
jalannya upacara ... .. ": ... . ... ... ...
~
...~
127Photo 21. Peserta upacara dan Kerbau mengelilingi pohon (borotan)... ... .... 127
Photo 22.
Kerbau
yang sudah disembeli dan dipotong bagian tubuhnya.
.
. .
~
kemu.dian disusun kembaiJ sesua1 denganletaknya ... ... ... ... . .. . . . .... 128
Photo 23. Kerbau yang sudah disembeli dan dipotong bag:ian tubuhnya
;N~
kemudian disusun kemba1i sesuai dengan Jetakn ... . .• ... ... ... ... .... 128
Photo 24. Diadakan pembagianjambar .. . ... ... ... .. . ... .. . ... .. . ... ... ... ... ... .. . ... 129
Photo 25. Bagian kepala kerbau telah diserahkan kepada yang berhak. 1 tJI \::. ...
-
-
~Menerimanya ... ... .... ... ... ... .. ... ... ~ 129
r::r 1:'~~,.. """'~
Photo 26. Tanduk kerbau sebagai tanda pada kuburan ... ... ... . !?~ ..
... ... ..
130"
Photo 27. Tanduk kerbau yang dipasang pada bagian atas tambak.. ... ... .. . . l30
Photo 28. Omamen yang terdapat pada tambak ... . ... ... ... ... .
-- ~ -- -
... ... .... 131CINII'J\E.~ ~
Photo 29. Ornam....en yang terdapat pada.tambak ... ~ . ... .. . ... ... ... ... .... 131
Photo 30. Lukisan yang terdapat pada tambak: menggamb-arkan
132
Photo 3 1. Ornamen yang terdapat pada lambak
sedang mengikat kerbau pada borotan .. .... ... .. . .. ... ... .. ~ ... .. ~ - ~ 132
-
,._....,
Photo 32.
Ornamen
yang terdapatpada
tambak. menggambarkan sedang ~c~
memotong kerbau diikuti dengan mu.sik ... .... .. . ... .... ... ....
'~
133Photo 33. Ornamen yang terdapat pada tarnbak menggambarkan sedang
memotong .kerbau diikuti dengan musik. .. .. . .. . .. . . .. . .. . . .. . .. . 133
e,O
Photo 34. SaJah ~ tu bentu.k tambak hagian depan dipasang tandu.k kerbau ~
1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I
PENDAHULUAN
Upacara kematian yang sering dilakukan oleh etnis Batak Toba adalah upacara Saur
Matua dan
Mangongkal
Holi. Pengertian Saur Matua adalah orang yang meninggal dunia ituseluruh keturunannya telah berkeluarga dan memiliki anak. Bagi etnis Batak. Toba jika seluruh keturunanan telah berkeluarga dan memiliki anak- dianggap telah sempuma dalam kekerabatannya. Orang seperti ini bila meninggal dunia maka wajib diadakan upacara yaitu
Saur Matua. Dalam upacara tersebut salah satu sarana bagi beriangsungnya adalah kerbau.
Dalam hal ini kerbau dipotong untuk kemudian bagian-bagian tubuhnya dibagikan kepada
pihak. keluarganya. Jadi kerbau pada upacara ini disamping sebagai sarana upacara juga dapat dipandang sebagai pemersatu kekerabatan masyarakat Batak Toba. ~ \
Pengertian Mangongka/ Holi adalah penggalian tulang belulang orang
tua.,
nenek, kakek dan nenek moyang yang -dilakukan oleh keturunannya, dari kuburannya semula kemudian memasukkannya ke dalam suatu bangunan yang dibuat sedemikian rupa dengan kondiSi permanent. Pada masyarakat Batak Toba bangunan itu disebut Batu Na{Jii', simin,paromasan dan Tambak. Jenis kuburan tersebut banyak dijumpai di daerah Kabupaten
Samosir, Toba, Humbang Hasundutan dan Tapanuli Utara.
Penggunaan kerbau tidak hanya ditemukan pada masyarakat Batak Toba saja akan tetapi juga masyarakat etnis lainnya di Sumatera Utara diantaranya Batak Karo, Dairi dan
Kerbau dalam kehidupan masyarakat Toraja mempunyai art.i yang sangat penting,
terutama pada saat mereka melaksanakan upacara pemakaman. Peranan kerbau bagi
masyarakatnya dimulai paling tidak dari masa sebelum masuknya agama KriSten hinga
sekarang. Pada masyarakat Dayak di Kalimantan, kerbau juga merupakan salah satu sarana upacara kematian, di Bali peranan kerbau sangat penting dalarn upacara kematian, hal ini tampak dari wadah kubur dengan hiasan kepala kerbau atau wadah kubur dengan bentuk
kerbaU utllh. ~
hS
N~ ~N~ ....r::;-N~Penelitian yang berkaitan dengan Fungsi dan makna kerbau belum banyak dilak.ukan,
hanya saja ada beberapa tulisan yang menyebutkan fungsi dan peranan kerbau dalam masyarakat Indonesia khususnya- pada masa prasejarah. Penelitian tersebut diantaranya
Kerbau dibeberapa Suku Bangsa Indonesia, suatu tinjauan Antropologi Ekonomi oleh Gunadi
(2000). Sementara penelitlan tentang fungsi dan peran kerbau dalam masyarakat Batak Toba
belum ditemuk.an. /
Peran kerbau juga tampak. pada masyarakat Minangkabau, bHa ada perhelatan penting di rumah gadang misalnya pelantikan penghulu, ibu yang dituak.an adalah
satu-satunya yang mengenakan pakaian kebesaran dengan tutup kepala berbentuk tanduk yang
dikenal sebagai Tangkuluak Tam:Luak. Maka sesJJailah bila atap rwnah gadang yang
merupakan kepala bangunan berbentuk tanduk pula. Bentuk tanduk. itu dapat dipemrak.an
ada kaitannya dengan peranan kerbau untuk kepentingan manusia sejak masa-masa awal
bercocok. tanam pada masa neolitik. Kerbaulah satu-satunya kawan mengolah lahan pertanian dan menjaga keamanan dart gangguan binatang sehingga dapat dianggap sebagai
lambang kesuburan dan keperkasaan (Sudibyo, 1993). ~ (
f :-
~'r
Dart hasil penelitian tersebut kerbau sering dikaitkan dengan k.epercayaan animisme
dibeberapa tempat masih beriangsung sampai sekarang. Pada tradisi tersebut k.erbau sering dikait:kan dengan upacara kematian. Di beberapa daerah makna dari kerbau sebagian ada
yang berubah, perubahan tersebut akan nampak jika kita dapat mengetahui proses perkembangan awal hingga kini.
Khusus masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara, hewan k.erbau sering dijadikan sarana dalam upacara tradiSional baik suka maupun duka. Kurban hewan kerbau nampak
pada upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Holi dan bah~n dalam
acara-acara
tertentu seperti pesta biLJS, horja seketurunan marga dan lain sebagainya1 seperti yang
dinyatakan oleh Situmorang (1993) kerbau selalu menjadi salah
satu
sarana upacaraperesmian huta, upacara proldamasi marga Sitomorang-Untong. Selain sebagai .sarana
upacara,
di daerah Batak Toba seperti TapanuliUtara, Toba, Samosir
dan HumbangHasundutan hiasan kerbau berupa kapala dan tanduk kerbau ditempatkan sebagai hiasan atau
tanda di kuburan (tambak,
batu
Napir, Simindan bahkan ada pada tugu), "'-o /Dari gambaran permasalahan tersebut di atas yang menarik untuk melawkan
penelitian
tentang fungsi dan makna kerbau padamasyarakat
BatakToba,
khususnya dalamupacara
kematian Saur Matua dan Mangongkal Holi. Disamping itubefum
pernahmenemukan tulisan yang membabas fungsi dan makna kerbau dalam. upacara-upacara tradisional di daerah Batak Toba.
1.2
Perumusan
MasalahKurban atau pemotongan kerbau dalam upacara kematian pada masyarakat Batak Toba
merupakan tradisi yang sudah berlangsung lama dan bahkan sampai saat ini k.erbau masih
Matua dan Mangongkal Holi. Berdasarkan kenyataan ini, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitlan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimakah fungsi dan makna kerbau pada masyarakat Batak Toba dalam upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Holi? ;,
g )
2. Apakah ada perubahan fungsi dan makna kerbau pada masyarakat Batak Tobapada upacara Saur Matua dan Mangongkal Holi?
1 .. 3 Tujuan Penelitian ;
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian inl adalah sebagai
berikut:
1. Menjelaskan fungsi dan makna kerbau pada masyarakat Batak Toba dalam upacara kematian Saur Hatua dan Hangongkal Holi
g
Jl
~2. Menjelaskan perubahan fungsi dan makna kerbau pada masyarakat Batak Toba dafam upacara kematlan Saur Matua dan Mangongkal Holi
lA Kegunaan Penelitian
l)((
Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teolitis maup.un praktis. Secara teoritis berguna untuk. menambah khasanah keilmuan tentang fungsi dan makna kerbau pada masyarakat Batak Toba, khususnya dari tinjauan upacara kematian Saur Matua dan
Mangongkal Holi. Sedangkan kegunaan secara pralct:is adalah dapat dijadikan bahan
1.5 Kerangka Berpikir
Adat sebagai salah satu wujud kebudayaan sangat penting peranannya bagi
masyarakat Batak T oba yang mayoritas menganut agama Kristen. salah satu aktivitas
kebudayaan yang masih berlangsung sampai sekarang adalah upacara kematian Saur
Matua dan Mangongkat Holi. Dalam upacara tersebut biasanya dipotong hewan kerbau
sebagai penanda bahwa pelaksanaan upacara telah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan oleh
adat
Berdasarkan kenyataan tersebutt kerbau telah memilik.i fungsi danmakna yang sangat penting dalam upacara kematian Saur Matua dan Mengongtal Holi
pada etnis Batak Toba. Demikian pula di sebagian wilayah Indonesia yang menganut
k.epercayaan animisme dan dinamisrne1 k.epercayaan ini berkembang jaub sebelum masehi
dan di beberapa daerah ada yang berlangsung sampai sekarang. ~ ~ ...
Kerbau bagi masyarakat batak T oba memiliki fungsi sebagai salah satu sarana upacara
dan sekaligus memiliki makna tertentu. Perubahan budaya yang terjadi pada masyarakat
Batak. Toba tentunya mempengaruhi fungsi dan makna kerbau pada kedua aktivitas
tersebut. Hal inilah yang menjadi landasan untuk mengetahui lebih jelas fungsi dan makna
kerbau khususnya pada upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Holi pada
Diagram. 1 Kerangka berpikir
Budaya
'
-SaurMatua ··
..
Pengaruh
1. 6 Kerangka Teori
Dalam penulisan mengenai fungsi dan makna kerbau pacta masyarakat Batak T oba dlihat
dari kajian upacara kematian khususnya Saur matua dan Mangongkal Holi, teori yang
dlgunakan adalah yang berorientasi kepada upacara religi diantaranya adalah teori dari
penting mengenal asas-asas dari religi dan agama pada umumnya, ketiga gagasan tersebut adalah:
(
1 ). Mengenai soal bahwa disamping sistem keyakinan dan dokrin, sistem upacara
juga merupakan suatu perwujudan dari religi atau agama yang memertukan studi
dan analisa yang
khusus,
2). bahwa upacara religi atau agama yang biasanya dilaksanakan oleh banyak warga masyarakat pemeluk religi atau agama yangbersangkutan bersama-sama mempunyai fungsi untuk mengintesitkan solidatitas
masyarakat, 3). Mengenai fungsi upacara bersaji, pada pokoknya upacara seperti
itu dimana manusia menyajikan sebagian dart seekor binatang, terutama darahnya kepada dewa, kemudian memakan sendiri slsa daging dan darahnya
(Koentjaraningrat, 1985)
kematian selalu dilakukan manusia dalam rangka adat istiadat dan struktur sosial dari
masyarakatnya yang berwujud sebagai gagasan kolektif (Kontjaraningrat, 1985). Upacara kematian Saur Matuadan Mangongkal Holiyang dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba
khususnya di Kabupaten Samosir ada benarnya bahwa upacara tersebut selain sebagai
upacara religi juga untuk menambah solidaritas masyarakat (kekerabatan). . /
/ Selanjutnya adalah teori interaksionisme simbolik yang berhubungan dengan fungsi dan makna suatu tindakan manusia baik secara individu rnaupun kelompok. Tokoh-tokoh teori ini adalah John Dewey, Chales Horton Cooley, George Herbert Mean, Herbert
mumer dan Poloma serta Char<><m. Pendapat tokoh - tokoh tersebut di atas terdapat dalam buku yang berjudul Interaksionisme SimboJik yang ditulis oleh Dr. H.R. Riyadi Soeprapto,
M.S. ~
Herbert Blumer mengatakan bahwa:
T eori ini merujuk pada karakter interaksi k.husus yang ber1angsung antar manusla, actor tidak semata -
mata
beraksi terhadap tindakan yang lain tetapi dia menafsirkan setiap tindakan orang lain. Respon aktorsecara
langsung maupun tidak, selalu didasarkan atas penilaian mak:na tersebut. Oleh karena itu interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol - simbol penafsiran atau dengan menemukan makna tindakan orang lain. , e.QY
Dari pendapat ini jlka dihubungkan dengan upacara kematian
Saur
Matua
danMa. of Holt maka kegiatan-kegiatan tersebut jelas mempunyai fungs; dan makna
dalam pelaksanaan pemotongan hewan kerbau yang selalu menjadi keharusan. Dalam
upacara Sour- ..Matua dan Mangongkal Holl pada masyarakat Batak T Qba jelas terdapat
tindakao-tindakan yang mempunyai fungsi dan makna.
Haf
ini dapat dilihat dan pembagian kerja dan jambar, kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang terorganisaSi dengan baikberdasarkan prinsip Dalihan Na To/~ dimana masing - masing pihak bekeja
sesuai
dengan posisinya.f
~.; Padaupacara
Saur Matuadan
Mangongkal Hoi~ pembagian Jambarberdasarkanposis;, sehingga posisi seseorang menentukan bagian mana yang menjadi hak dan
kewajibannya. Semua tindakan tersebut mempunyai fungsi yang perlu dimaknai baik secara individu maupun kelompok. Makna - makna tersebut dapat dilihat dalam proses kegiatan itu
berlangsung. Pemotongan kerbau dan pembagian dari bagian - bagian tubuhnya merupakan
simbo~mbol yang berkaitan dengan kekerabatan, kedudukan dan status seseorang
-ataupun kelompok yang melaksanakan dan penerimanya. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa apabila pen·}iJmbar-an ini hilang atau menjadi tidak ada maka identitas masyarakat
Batak. itupun akan menjadi tidak ada, artinya apabila pen-jam/Jar-an itu tidak ada maka
Pen-)1mbar-an itu menjadi simbol daripada sistem kekerabatan yang disebut dengan Dillihan
Na To/u(Guttom:1992).
Charoon mengatakan bahwa:
Pentingnya pemahaman terhadap simbol - simbol ketika seseorang menggunakan
teori interaksiornsme simbolis. Simbol adalah obyek
sosiaJ
dalam suatu interaksi. Ja digunakan sebagain perwakilan dan komunikasi yang ditentukan oleh orang- orang yang menggunakannya, orang - orang tersebut memberi arti, menciptakan dan mengubah obyek tersebut di dalam interaksi. Simbol sosial tersebut dapat terwujud dalam bentuk obyek fi.Sik (benda- benda kasat mata), kata - kata (untuk mewakiliobyek flsik, peraksaan, ide - ide dan nilai - nilai) serta tindakan (yang dilakukan orang untuk memberi arti dalam k.omunikasl dengan orang lain). (Soeprapto,2002).
Pada kegiatan upacara kematian
atau komunikasi antara individu dan kelompok atau sebaliknya. Objek fiSik dalam simbol sosial tersebut diantaranya adalah pemotongan hewan kerbau sebagai salah satu sarana prosesi upacara Saur Matua dan Mangongkal Holi. Jumlah dan besarnya kerbau yang
dipotong atau dikurbankan akan menimbulkan suatu lnteraksi kepada orang
yang
menyaksikan bahwa apabila banyak kerbau yang dipatong maka orang yang mefaksanakan kegiatan tersebut adalah termasuk yang ekonominya mampu dan akan mempengaruhistatus
sosialnya di masyarakatg
JPerlakuan - pertakuan terhadap sl mati ataupun tulang belulang pada upacara Saur
Matua dan Mangongkal Hoi/ merupakan tindakan komunikasi antara yang masih hidup
dengan yang telah mati, demikian pula perlakuan pada kerbao yang hendak dipotong misalnya diikatl<an pada sebatang kayu (borotan)1 dulunya dipohon harihara dan
mengelilingi ~non tersebut. Semua tindakan atau simbol yang mempunyai makna dan arti terhadap yang orang yang melakukan kegiatan tersebut. Menurut Max Weber dalam teort
"tindakanH yang dikutip oleh Campbell mengatakan bahwa "
I
~ c )komftik hubungan-hubungan sosial yang menyusun sebuah masyarakat dapat
dimengerti hanya dengan mencapai sebuah pernahaman mengenai segi-segi
subyektif dari kegiatan-kegiatan pribadi dan para anggota masyarakat itu, oleh
karena itu melalui analisis atas berbagai macam tindakan mamJSia kita
memperoleh pengetahuan mengenai ciri dan k.eanekaragarnan masyarakat
manusia" {(ampbell,1994).
<"~
Kreativitas manusia meliputi banyak kegiatan diantaranya dalam organisasl sosial dan
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta proses simboJis. Proses simbolis adaJah
kegiatan manu sia dalam menciptakan makna yang merujuk pada realitas yang lain dalipada
pengalaman sehari-
han.
Simbol - simbol yang terdapat pada Upacara SaurMatua
danMangongkal Holi meliputi simbol filsafat, sejarah, mitos, seni, dan religi (agama), yang
kesemuanya !_ermasuk dalam simbol Dalihan Na Tofu dan sekaligus sebagai sumber adat dan
hukum masyarakat Batak. Toba.
Budianto Hakim (1997) menguntip pendapat Sylvester dan Colin Renfew mengatakan
bahwa simbol dalam upacara reJigi adalah petunjuk, tanda dan gambar yang bertenaan
dengan hal : nal yang
nyata,
maupunhal
yang tidak nyata. Dikatakanpula bahwa
simboldapat berfungsi sebagai alat penghantar manusia barhubungan dengan roh - roh sud untuk
meraih suatu kerukunan, kedamaian dan harmonis dalam hidupnya. Sementara Colin
Renfew menyatakan bahwa simbol merupakan salah satu alat pengatur suatu kelompok
orang, dan sebagai bahasa yang dapat memberikan keterangan khusus pada suatu
kelompok tertentu atau masyarakat umum, serta simbol dapat berarti petunjuk yang
memudahkan
dalam penyampaian informasi dari satu orang kepada orangfain.
1
Jadi pada hak.ekatnya simbol adalah lambang atau petunjuk yang mengandung
makna abstrak, luas dan universal. Sedangkan simbol dalam konteks upacara dapat berarti
bahasa yang berfungsi sebagai sarana penghubung yang membenkan keterangan atau
sebagai pengukuhan mal<na dalam upacara. Dalam upacara bermacam -
macam simbot
yang dihadirkan dan kelihatannya setiap simbol tersebut sudah merupakan kesepakat:an, serta simbol ini berfungsi sebagai alat kontrol bagi setlap orang yang ikut serta dalam upacara itu. Maka, pelaksanaan suatu upacara berjalan secara khidmat dan sakral.
( Teori Fungsional dalam penelitian ini juga dipakai sebagai landasan untuk
mengumpulkan dan menganalisa data. Tokoh - tokoh teori fungsional adalah Takott Parsons (1937), Kingsley Davis (1937) dan Robert Merton (1957) serta Emile Durkheim. Mereka mengatakan bahwa :
Setiap kelompok dalam masyarakat akan melaksanakan tugas tertentu dan secara kontinyu, karena ini merupakan cermin dari apa yang disebut sebagai fungsional
tersebut. 5ebuah prilaku atau tindakan sosial akan bisa dibenarkan k:arena hal
tersebut daJam masyarakat dinilai sebagai fungsional. Suatu pola prilaku bisa muncul dan sekaligus bisa hilang dan berubah sesuai dengan perkembangan sosial yang
terjadi dan sesuai dengan kebutuhan apa yang diinginkan dalam masyarakat
tertentu. {Soeprapto,2002).
Persfektif fungsional mengandaikan bahwa suatu masyarakat dipandang sebagai
suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisasi, yang bekerja dalam suatu
cara yang relatif teratur menurut seperangkat aturan dan rnlai yang dianut oleh sebagian
masyarakat tersebut. Oleh karena itu masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang
stabil dengan orientasi kearah keseimbangan.
Secara
teoritik diasumsikan bahwa jikasuatu
perubahan sisial yang datang membawa hal - hal yang fungsionat, maka pada saat yang
sama terjadi keseimbangan. Namun demikian sebaliknya, jika perubahan sos1al
yang
datangtemyata
mengganggu keseimbangan atau stabilitas soslal yang ada, maka hal tersebutdisebut sebagai gangguan fungsional. (Soeprapto, 2002)
dengan kepercayaan lama mereka yang animistis bahwa roh leluhur yang sudah menilggal menduduki tempat yang khusus, terutama pada waktu
hidupnya
rnempunyaikekuasaan,
banyak harta dan banyak keturunan. Roh leluhur dipercaya dapat memajukan kesejahteraandan
terusbergiat
memberipertindungan kepacla keturunannya. (Vergouwen,
1986).I~
Sebagai refleksi dari sistem
kepercayaanorang Batak
Toba tersebut adatahpemujaan
dan
penghormatan kepada orang yangmati,
terutama bagi orang yangmate
Silrimatua maupun orang
yang
mati dalam peringkat tertinggi mate Saur Mat.ua. Upacarapenguburan bagi orang yang mati dalam pelingkat tinggi tersebut
diJakukan
secarabesar-besaran
melalui pesta adat dan membuatbangunan
tempat peristirahatannya yang terakhir yaJtu pembangunan f2Jmbak yang bersifat monumental. (Simanjuntak, 2002}./ Kegiatan upacara Saur Matua dan Mangongka/ Holi
merupakan
budayamasyarakat Batak Toba dapat dipandang sebagai simbot yang berkaitan dengan
kepercayaan.
PengertianSimbol berasal
dartbahasa
Yunani. simbolosyang
berarti tandaatau
driyang
memberitahukansesuatu
kepadaseseorang. {Herusatotol
2005). Bentuksimbol bermacam-macam biSa berupa bentuk obyek materi (benda}, gambar, wama,
tulisan atau ucapan.
Pengertlan lainnya simbolmerupakan
salahsatu perangkat
pengetahuan dan metode ekspresiyang
paling tua yang memperlihatkan aspek-aspek kenyataan yang tidak diungkapkan rnelalui cara pengungkapan lainnya (Cooper, J.l1978).Membuat simbol dimaksudkan untuk menyampaikan pesan merupakan salah satu dri
manusia.
Orangselalu mengekspresikan dalam bentuk simbol seperti dalam bentuk
bahasa, pengetahuan, seni
dan
- kepercayaan. Simbol merupakan sarana atau mediakomunikasi antar individu (Van Ball, 1971). , ~
'r {
~-- ~'r
l
Simbot ini pula yang membedak.an antara manusia dan binatang, karena hanyasimbolicum
(Magetsari, 1977}. Dalam kebudayaan dan tindakan manusia kedudukan simbol sebagai inti kebudayaan, karena tindakan manusia harus selalu menggunakan simbot sebagai media penghantar dalam komunikasi antar sesama. Tanpa simbolkomunikasi dan tindakan manusia menjadi beku. ( Herusatoto, 2005). ~'51.,
l
=
Makna atau nilai sebuah simbdl tidak diperoleh oleh sifat-stfat intristik benb.lkfisiknya saja, tetapi diperoleh dan ditentukan oleh makhluk hidup yang menggunakannya.
Upacara kematian Saur
matua
dan Mangongkal HoH yang berfungsi sebagaipenghormatan kepada seseorang atau leluhur dengan segala atributnya merupakan simbol
berkaitan dengan kepercayaan. Simbol yang terkandung dalam upacara kematian tersebut mempunyai fungsi dan makna, sehingga merupakan sarana komunikasi sebagai pesan-pesan kepada generasl berikutnya. Pengungkapkan fungsi dan makna kerbau dalam upacara tersebut sebagai simbol pada dasarnya ditafsirkan arti secara simbolik, dan fungsinya. Dengan belajar lewat simbol inilah kebudayaan dapat diwariskan dari generasi
ke generast (Bakker,1989). ;-N~ ~N~ ~
f "'
Secara etimologis simbol berasal dan kata kerja bahasa Yunani sumba/toobjeknya/ intinya adalah hubungan antara subjek dengan objeknya dijalin dengan konotasi.
Ernst <:assiree ( 1990 ) mengatakan semua kegiatan mantJSia pada umumnya melibatian symbol-simbol, karena itu manusia bukan saja dikatakan animal
rationale,
tetapi juga
animal simbolicum (
makhluk yang bermain dengan symbol-simbol ). BaikErnst Cassirer maupun Susanne Ianger sependapata bahwa hidup manusia dipenuhi dengan tanda dan symbol seringkali kurang disadari manusia. Kedua filsuf ini menjelaskan bahwa symbol
sebagai sesuatu
yang sama sekaliberbeda dengan
tancla, karena keduanyaberada dalam bidang yang bertainan.
Cassirer
memandang masalah ini periu dijemihkan,menurutnya symbol bila diartikan secara tepat tidak dapat dijabarkan menjadi tanda semata-mata. Tanda dan symbol terletak dafam dua bidang pemabahasan yang berlainan
; tanda adalah bagian dari dua fisik , symbol adalah bagian dari duania lllabla manusiawi.
Tanda adalah 'operator, symbol adalah' designator' ( cassirer ,
1990 }.
0 ~Perbendaan symbol dan tanda terletak dalam segi fungsionalanya. Dalam hal ini
Susanne
Langer memberikan gambaran yang lebih tegasberdasarkan penggunaan
istilah itu sebagai subjek dan hubungannya dengan fungsl makna. Dalam segi ini, peogertiansymbol menjadi lebih dinamis dibandingkan dengan tanda. Oalam bukunya philosQphy in a
new key. Susanne Langer (1976) menulis: .._"(,..,.
" The fundamental difference between sign and symbols is this difference of association, and conseguently of their use by the third party to the meaning
function, the subject, sign announce their object to himt whereas symbols lead
him to conceive object w.
1
Perbedaan yang mendasar antara tanda dan symbol adalah pada penggabungansub~ tanda memberitahukan objek-objeknya kepada manusia, sedangkan symbol
pemahaman objek-objek. Memahami suatu haf atau keadaan adalah tidak sama dengan bereaksi terhadap sesuatu tersebut secara terbuka atau manyadari hadimya sesuatu
tersebut.
~ Dalam membicarakan suatu benda , kita memounya pemahaman dari benda
tersebut , tanpa pemahaman benda itu tidak berarti apa-apa , symbot tidak langsung
menunjuk pada objek tertentu. Pemahaman benda inilah yang disebut symbol. Nama diri adalah bentuk yang paling sederhana dari symbol, nama diri seseorang menimbulkan
sesuatu
konsepsi mengenai sosok manl.!Sia konkrit ( Ianger, 1976). Satu kala dapatbertaku datam dua kemampuan, sebagai tanda dan sebagai symbol hanya dinyatakan oteh sesuatu yang khusus, misalnya gerakan anggota tubuh tertentu, ( jari, mata, kepala ), dan saura ( aksen) kata"' lari I misalnya di ucapkan dengan nada keras dapat berobah menjadi
symbol marah atau memaksa. Kalau memahami tanda terjadi tiga tahapan yaitu ( tanda-objek- subjek ), amka upaya memahaml symbol ada empat tahapan yaitu ( symbol - objek.
-- pemahaman -- subjek ). Hat ini berarti diperfukan pemahaman objek untuk supaya subjek mengerti akan makna dari pada
symbol
tersebut.rn' (
$
~)'t? Susanne K. Langer membagi dua macam cara membedakan symbol, pertama symbol diskursif (discursive symbol).
a. symbol diskursif . cara penangkapan symbol ini mempergunakan naJar atau intelek.
Oleh sebab itu juga disebut symbol nalar. Penyampaian hal apa yang diungkapkan
berlangsung secara berurutan Tidak spontan. Bahasa adalah ~tu-satunya yang
terfgolong dalarn symbol diskursif, yaitu bahsa sehari-hari {languange of Old/nary
thought). Bahasa komunikasi (practical communication). Bahasa ilmu ( languange of
scientific knowledge) . dan bahsa nlsafat ) /anguange of philosophical thougth ).
nama sehingga deretan simbol-simbol yang tersusun menurut aturan sintaksis
tertentu mengahsUkan suartu gambaran mengenai
satu
l<enyataan tertentu pula. (sudiarja, 1982 ). Dalam simbol diskursif terkandung suatu struktur yang dibangun oleh kata-kata menurut hukum tata bahasa dan sintaksis. Pengabaian terhadap hukum
tersebut menyebabkan kalimat kehilangan maknanya atau tidak dapat dipahami,
terjadi kekaburan makna. ..., ~o
Y
b. symbol presentasional ,
cara
pengungkapan simbol ini tidak memerlukan irtelek,pemahaman simboJ presentasionar tidak tergantung kepada hukum yang mengatur
hubungan unsur-unsumya,
akan ytetapidengan
intuisi atauperasaao.
Simbolini dapat
berdiri sendiri sebagai simbol yang penuhm, artinya bukan di bangun dari kontruksi
atau secara bertahap, melainkan suatu kesatuan bulat atau utuh . simbol seperti inilah yang kita jumpai dalam alam dan kreasi manusia seperti: tarian, lukisan, patung, hiasan atau omamen dan sebagainya. Maknannya tidak dapat ditangkap dengan logika dan nalar. Ragam hias dan warna-wama yang dihadirkan dipahami dengan intusi
langsung. Rtagam hias ( omamen ) itu tidak berupa suatu kontruksi atau susunan yang bisa diuraikan unsur-unsumya , meJainkan suatu kesatuan yang utuh. Motif hias
dan omamen , lukisan dan taruian hanya dapat ditangkap melalui arti kesefuntlan ,
melalui hubungan antara elemen-elemen simbol dalam struktur keseluruhan.
Elemen yang terkandung sebuah lukisan atau omamen berupa garis, bidang,
-wama dan unsur lainnya bisa jadi febih banyak makna dari pada elemen yang
dikandung bahasa. Jika
satu
gambar biSa jadi berbicara seribukata,
dengan demikiansatu goresan pada sebuah lukisan tidak mengandung pengertian apapun bila tidak
bidang dan warna. Sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh , bentuk representasional
berbicara
langsung kepada indra manusia.HI
inipertama-tama dan
terutama adalah kehadiran langsuyng dari suatu objek individual ( Langer, 1976 ).I
Oleh karena simbo1 presentasional merupakan langsung dari suatu objek individual, maka simbol ini tidak dapat diterjemahkan dalam bentuk-bentuk yang fain • menurut Langer tidak ada suatu ukuran atau kunci standart untuk menterjemahkan patung kedatam lukisan, atau sebuah gambaran kedalam sajak, sebab ekuivalensinya terletak pada referensitotal
secara umum I bukan pada ekuivalensi antara bagiansepertJ menterjemahkan {Langer, 1976 ). ~I
\?
~IUntuk mengetahui _fungsi dan makna--simbolik yang_ada dibalik simbol
tersebut diperlukan suatu alat analisis yang disebut semiotic {adalah teori dan anaJisa
berbagai tanda {sign} dan pemaknaan(signification) . Analaisis semiotik ini digunakan
sebagai pilihan karena secara umum semioUk dikenal sebagai ilmu tentang tanda,
suatu
ilmu yang mengkaji berbagai tanda atau sign yang terdapat pada fenomenakehidupan manusia baik secara verbal maupun non verbal (Muliono, 2004). Sebagai
alat analiSis,
semiotik dapat digunakan sebagai pilihan atausuatu
metode untuk dimanfaatf(an oleh berbagaL bidang ilmu pengetahuan seperti linguiSt:ik, arsitektur, ark.eologi, anthropologi, kedokteran, sinematografi, hukum dan sebagainya. (Hidayat,2004). Tujuan penerapan semioUk ini untuk mencari ~an menemukan fungsi dan makna yang terdapat pada upacara kematlan Saur Matua dan Mangongkal Holi khususnya kerbau yang menjadi obyek penelitian. ~
{ ff
Sebagai aplikasi dari pendekatan semiotik pada prinsipnya adalah mengamati (observasi) terhadap fenomena dan gejala di sekelilingnya melalui tanda yangseperti nama (sebutan}, peran, fungsi, tujuan dan kegunaan. Inti
dartanafiSa
semiotikini
adalah mencari hubungan yang menyatukan antara tanda
itu sendirt {sign) dengansignif"rer (bentuk)
dan
signified(fungsi). Pola hubungan hubungan
ini dapat terbagidalam: (a). Hubungan simbollk yaitu hubungan internal antara tanda itu sendiri dengan
signifier (bentuk) dan signified (fungsi). (b). Hubungan paradimatik
yaitu
hubunganeksternal
antara tanda itu sendiri dengan tanda lain dalam satu sistem. (c). Hubungan sintagmatik yaituhubungan
eksternal antara tanda itu sendiri dengan tanda lain dalamsatu
struktur Sunardi,2002).
? Berdasarkan landasan
analisis
ini, pola hubungan semiotik dapat diterapkan dalam membantu menganalisa fungsi dan maknakerbau melaluLhubungan
antara kerbau itu sendiri sebagai tanda (sign)dengan
segataaspek
yangdikandungnya
dengan aspek perUaku ( daJam hal ini peritaku pembagian jambar) dankepercayaan
(konsepsi kematian) sebagai rujukan yang diberikan olehmanusia
pendukung budaya serta lingkungan sosial budaya. Diharapkan dengan kajian ini konstruksi model-modelrelasi atau hubungan
dapat
terungkap sehingga dapat dijadikan dasar penafsiranmakna kerbau
dalam upacara SiJur Matua dan MangongkalHoA.
_· · · -
·c ~~~~~~
1. 7 Tinjauan
Pustaka
Untuk mendapat hasil yang sempuma dalam pengerjaan dan penyelesaiaan tutisan ini,
S.Sitomorang (1993), bukunya berjudul" Toba Na Sae", membahas tentang sejarah masa lalu Etnis Batak Toba, beberapa jenis upacara tradisional dan persebaran batak Toba.
Harun Kadir (1977) yang khusus membahas tentang aspek Megalik di Toraja, dalam tulisan ini ada menyinggung tentang kerbau yang berfungsi sebagai hewan persembahan, pemujaan dalam upacara kematian dan pemakaman. Baharuddin Bunru (1998/1999}, judul tulisannya" Erong di Toraja" membahas mengenai fungsi dan makna kerbau yang kompleks diantaranya kerbau merupakan jembatan untuk menuju kea lam sorga, kerbau menentukan
tingkatan upacara kematian dan menentukan stratifil<asi seseorang dalam Ungkungan
masyarakatnya. ~I
\'?
~I\-;
~I\-;
r
Oari beberapa literatur terseblll.diatas tidak. ada yang secara khusus_membahas tent:lng fungsi dan makna kerbau pada upacara adapt Batak T oaba, apalagi upacara
Saur
MatuiJ danMangongkal Hofi Oleh karenaya dalam tulisan (tesis) ini banyak berdasarkan wawancara dan
pengamatan terhadap pelaksana dan peserta upacara.
y
1.8 Metode penelitian
1.8.1 Jenis Penelltian
Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang
relevan
dan menunjang dari tujuan penelitian yangmencoba
mengungkap fungsidan
makna kerbau pada masyarakat Batak Toba khususnya dalam upacara kematian Saur Matua dan Mangongkal Ho/i. Penelitian ini merupakaQ. penelitian deskriR.tif kualitatif yaitu
suatu cara yang digunakan untuk menyelidiki dan memecahkan masalah yang tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data.
~~
teori. Uteratur atau tulisan tersebut berupa hasil penelitian, buku-buku teks, tulisan para ahli
didalam media cetak seperti majalah dan Koran-k.oran.
Beberapa literatur yang ada hubungannya dengan topik bahasan, namun hanya
sebagian yang dapat disebutkan diantaranya adalah J.C.Vergouwen yang diterjemahkan oleh
Pustaka Azet 1985 ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Masyarakat dan Hukum Adat
Batak Toba (1986). Dalam buku ini banyak dibahas tentang adat Batak Toba, terutama
informasi kehidupan masyarakat Batak T oba dalam bidang politik lokal, kepercayaan asli,
adat
istiadatserta
hukum di Batak Toba. Raja Marpondang {1999), tulisannya berjudul"Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Etnis Batak) mengulas tentang kekerabatan, Dalihan Na Tofu,
upacara Saur Mat:JJa dan MangongkaLHo/1. ~ ~
Bungaran Antonius Simanjuntak (2001) datam tulisaMya topik " Komflik Status dan
Kekuasaan Orang Batak Toba. Oatam tulisan ini diuraikan aplikasi pandangan hidup dan
tujuan hidup etnis Batak Toba sebagai dasar mencapai cita-dta antara lain memiliki
Haga~ Hamonaron dan Hasangapon, M.A.Marbun menyusun
sebuah
bukubentuk
kamusyang berjudul "Kamus Budaya Batak Toba (1987), dalam kamus ini banyak terdapat istilah
mengenai budaya Batak T oba, seperti kekerabatan, adat istiadat, parjambaran dan lain-lain.
T.M.Sihombing (2000) menulis tentang Filsafat Bat.ak Tentang ~e!>iasaan-Kebiasaan
Adat Batak, membahas berbagai adapt Batak Toaba diantaranya adalah mengenai jambar dan
pembagiannya, Bisuk Siahaan (2005) dalam bul<unya "Batak Toba Kehiduapan di balik Tembok
Bambu", banyak membahas kehidupan masyarakat Batak Toba baik mengenai upac.ara
tradisonal maupun adapt istiadatnya. ~ ~
B.Sianaga (2004) dalam buk.unya
yang
berjudul " Dendang Bakti Inkulturasi TeologiDalam Budaya Batak, membahas berbagai ritus kepercayaan seperti penganut agama lama
Metode deskriptif juga digunakan untuk menggambarkan fakta-fakta yang berk.aitan dengan masalah yang diteliti sebagaimana adanya. Juga digunakan penelitian etnografi karena keglatan upacara kematian sampai saat ini masih terus bertangsung. Demikian juga melalui kajian arkeologi karena banyak data-data fisik yang merupakan data arkeologi memiliki kaitan dengan upacara kematian seperti pada sistem penguburan
dan
rumahtradisional. Etnoarkeologi adalah suatu disiplin untuk menguraikan dan memberikan penjelasan tentang suatu objek 1 fenomena masyarakat masa lalu dengan
menggunakan analogi pada masyarakat masa kini yang mempunyai persamaan unsur
dan polanya. Sedangkan analogi yang dimaksud adalah untuk memperoleh model
kebudayaao ~ yang dapat diproy_eksikan pada kebudayaan masa tampau ( Nurhadi, 1995).
1.8.2
Objek PenelitianSebagai objek penelitian adalah upacara kematian 5aur Matua dan MangongkiJI Holi pada masyarakat Batak Toba di Kabupaten Samosir
I~
"~\If
>
1.8.3 Fokus Penelitian %.
....
Fokus penelitian ini adalah fungsi dan makna kerbau pada masyarakat sub etnis Batak Toba dalam upacara kematian Saur Matua dan Mangongka/ Holi di wilayah Kabupaten
Samosir.
1.8.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan
yang
meliputi :2. Wawancara, dilakukan dengan sejumlah informan yang terdiri dan tokoh
adat/
masyarakat, tokoh agama serta masyarakat yang dianggap mengetahui pennasalahan
upacara kematian Saur Matuadan Mangongkal Holiyang akan diteliti.
3. Pengamatan langsung di lapangan ketika ada upacara kematian
Saur
Matua danMangongkal Holiyang didalamnya melaksanakan kurban kerbau.
~IAut'O
/~
1.8.5 Teknik Analisa Data
~
Semua data yang tetah terkumpul dari hasil wawancara. observasi, dan kepustakaan dipilah atas
dasar
relfabilitas dan validitasnya. Selanjutnya diadakan reduksidata,
dimana
pada tahap ini peneliti memusatkan perhatian pada data lapangan yang telah terk.umpul. Data-data yang terpilih akan disederhanakan dalam arti mengldasifikasikan data dan melakukan abstraksi data kasar tersebut menjadi uraian singkat atau ringkasan. Hal ini akanmemperjelas dan menyatukan data sehingga mempermudah dalam rnanganalisa data.
Analisa data dalam penefitian ini dilakukan dengan cara kualitatif. Anatisa data ini merupak.an bagian penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisalah data t.ersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nasir,
1985).
Setelah data dikumpulkan baik yang diperoleh dari kepustakaan maupll'l yang diperoleh di lapangan lalu dilakukan pengldasifikasian data, setelah itu dipilih data yang
berflubungan dan relevan dengan masalah yang diteliti. Data yang sudah dipilih dan dikJasifikasikan, diolah dan dianalisa dengan metode deskriftif analisis yaitu data disederhanakan ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, sehingga
dapat diketahui realisasi dari masalah
yang
diteliti apakah sesuai dengan pelaksanaan yang1.8.6 lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian yang berhubungan dengan makna dan fungsi kerbau pada
masyarakat
subetnis Batak Toba dalam
upacara
l<ematian Saur Matua dan Mangongkal Holi, lokasipenelitiannya adalah di Kabupaten Samosir. Penelitian juga di lakukan pada upacara
kematian yang
sama
namun di luar wilayah penelitian dimaksud. Waktu penelitian iniberlangsung selama 6 ( enam) bulan dari bulan September 2005 sampai dengan bulan April
2006
Tabell. Jadwal Penelitian
I I
_,
INo ~ Kegiatan ~ Sept Okt
Nop
Des .liKL Peb MarI
Apr~ 05
OS
OS
OS 06 06 06]061 Penyusunan Proposal ~\"- -<;:: i
~ 'SI,. i
2 Seminar Proposal
-' - I .' - !
,
3 Penelitian L.apangan
.
I Ii
4 Penyusunan laJX)fan ._, .._ I
I i
5 Perbaikan laporan dan Ujian Tesis -
--
I
--
--· - - ~5.1 Silur Matua dan Mangongka/
Holi
BABV
PEMBAHASAN
\ MILIK PERPUS1
---~~·---
~~-AAN
UN!MEI}
Kabupaten Samosir merupakan salah satu kabupaten yang wilayahnya berada di
Propinsi
SumateraUtara.
Sebagaisalah satu
kabupaten yang wilayahnya agakteJisolir,
mengingat daerahnya sebagian besar dikelilingi Danau Toba, maka perkembangan daerahnya relatif lebih lambat yang pacta akhimya mempengarubi juga eksistensi budayanya. Sub etnis Batak Toba yang merupakan sub etnis terbesar mendiami wilayahdiantarcmya manortor, si
gale-gale,
pesta hotja bius dan lainnya juga memiliki tmggalan-arkeologis berupa: sarkofagus, peti kubur batu, tempayan batu dan berbagai bentuk manusia dan binatang yang digambarkan sangat sederhana. Salah
satu
unsurkebudayaan yang paling tampak berubah pada masyarakat sub etnis Batak Toba adalah religi. Hanya dalam beberapa waktu berselang rdgi lama yang dianut masyaralcatnya
(parmalim) mulai ditinggalkan untuk menganut agama bani (Kristen dan Islam). Perubahan
tersebut tentunya membawa konsekuensi bagi aspek-aspek dalam unsur religi seperti dalam
cara pandang masyarakatnya menghadapl prosesi religi dlantaranya adalah prosesi
kematian. -.__
Nr=,."""--Kematian clan kata mati yang artinya tidak bemyawa, tldak bergerak, tidak bemafas,
tidak berkesan, tidak membayangkan. Kematian dapat berarti proses perubahan dari hidup ke mati atau dari hidup di alam nyata ke hidup dialam fana. Dalam kematian berbagai ststem penguburan menyertainya baik itu prosesi sebelum kematian, prosesi pada
saat
mati danprosesi setelah kematian. Kematian adalah saJah satu wujud kepercayaan akan adanya roh
berpindahnya roh dari badan manusia maka manusia dianggap sudah mati. Kematian
merupakan sebuah proses yang tidak dapat diduga, kematian itu sendiri dapat terjadi
kapan
saja. Ada yang mati sebelum lahir, ada
yang
mati semasih anak-anak, mati semasih remaja,Mate Mangkaryaib.J mati setelah berkeluarga tetapi
meninggalkan anak ~ anaknya yang masih kecil-kecil. Selain itu,
ada
yang mati sesudahberumur panjang, lebih seratus tahun.
o /
Orang Batak Toba mengist:Uahkan meninggal atau mati dengan kata monding/mate.
Pengistilahan itu
muncul
berdasarkan kepercayaan tradisi mereka. Kata monding itumempunyai kemiripan arti denagn kata
onding
artinya tak nampak karena terhambatpandang ole!!_
sesuatu
pembatas. Berdasarkan katai!U
orang Batak lngin mengatakan bahwaantara hidup dan mati hanya dipisahkan oleh
sesuatu pembatas. Orang
yangmeninggal
itutetap ada, tidak hllang lenyap, hanya saja tempatnya sudah tertindung di balik
pembatas.
Orang yang meninggal itu masih bisa berkomunikasi dengan yang hidup. Oleh karena
mereka
sudah
dipisahkan oleh sesuatupembatas
maka berkomunikasi denganmereka
tidaklagi dengan cara yang biasa. Komunikasi dilakukan dengan cara yang lain, yaitU melafui
Tradisi Pasiarhon irri sangat kental bagi sub etnis Satak Toba. Arwah yang dipanggil
itu dapat memasuki seseorang , lalu melalui orang
yang
dimasukinya itu, ia berbicaradengan logat dan sikap seperti halnya si mati masih hidup. Pembicaraan dilakukan berkisar
keadaan di alam sana, berkumpul sesama kerabat
-yang
sama-sama sudah meninggal. Iamempertanyakan sanak keturunannya, memberkati mereka supaya
sehat-sehat
danmemperoleh rejeki; tetap; menegur kalau ada diantara yang kurang honnat. Setelah
semuanya dipertanyakan ia permisi pulang. Pasiarhon itu tidak dilaku!an sembarangan
waktu, melainkan pada saat-saat hajatan tertentu, at:au pesta t:ahunan keluarga, atau acara yang khusus dibuat untuk ib.J. Acara itu biasanya dimulai dengan pemberian sesajen berupa makanan dan diiringi bunyi-bunyian berupa gondang atau sebangunan gondang, hasapi, dihaditi para undangan dan para keluarga. Pasiarhon merupakan benh.lk kepercayaan akan
adanya alam arwah bahwa ada kehidupan lain selain kehidupan di atam nyata dan adanya anggapan bahwa roh orang yang meninggal dapat mempengaruhi kehidupan orang yang
ditlnggalkan.
Mengingat kematian merupakan sebuah proses translsi/inisiasi, Hertz menganggap
bahwa upacara kematian selaJu dilakukan
mamJSia
dalam rangka adat istidatdan
struktur sosial dari masyarakatnya yang berwujud sebag ~ _gagasan kolektif. Dengan demikian analisa terhadap upacara kematian harus lepas dan segala perasaan pribadi para pelaku upacara terhadap orang yang meninggal dan harus dipandang dari sudut gagasan kolektifdalam masyarakat yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1987). Selanjutnya Hertz mengatakan bahwa ada lima konsep yang hampir diffiiliki semua suku bangsa di dunia yang berhubungan dengan upacara kematian, kelima konsep tersebut adalah sebagai berikut:
1. Anggapan bahwa perallhan clari satu kedudukan sosial ke kedudukan
sosial yang lain adalah suatu masa krisis, suatu masa penuh bahaya gaib, tidak
hanya bagi individu bersangkutan, tetapi juga bagi seluruh rnasyarakat; 2.
Anggapan bahwa jenazah dan juga semua orang yang ada hubungan dekat dengan orang yang meninggal itu dianggap mempunyai sifat keramat (sacre); 3.
Anggapan bahwa peralihan dan
satu
kedudukan sosial ke suatu kedudukan sosial lain itu tak dapat berfangsung sekafigus, tetapi setingkat demi setingkat, melalaui serangkaian masa antara yang lama; 4. Anggapanbahwa
upacara inisiasi harus rnempunyai tiga tahap, yaitu tahap yang melepaskan si obyek dari hubungan dengan masyarakatnya yang lama, tingkat yang mempersiapkan bagikedudukannya yang baru dan tingkat yang mengangkablya k.e dalam k.edudukan yang
baru;
S.Anggapan bahwa dalam tingkat persiapan dari masa inisiasi, si obyek. merupakan seorang mahluk yang lemah sehingga harus dikuatkan dengan berbagaiupacara ilmu gaib (Koentjaraningrat, \1
~ 7).
. · ... ;J
~
~
Artinya kematian memiliki kedudukan yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia, maka kematian dibedakan beberapa jenis. Kematian
yang
dianggap ideal bagi sub etnis Batak Toba ialah kematian sesudah berumur tua. Kematian seperti itu dibedakan atasMate
Sari
Matua dengan Saur Matua.Dari
keduan jenis kematian tersebut yang dianggappaling
ideal; ialah MiJtE Saur Hatua, karena semua keturunannya suclahsirnpan
artinya sudah berkeluarga dan mempunyai matapencaharian, bukan sepertiSari
Matua, merupak.ankematian
yang
belum sempuma karena masih ada diantara anaknyayang
belum kawinatau belum
punya
anak, sehingga masih ada yang harus dl sarihon (ditanggung). Kalau orang yang sudah bercucu, berdcit dan seterusnya di sebut mate maulibulung.Bagi orang yang menii}Qgaf, apalagi saur fT1ilfua (maulibulung), peristiwa kematiannya mulai han mentnggal sampai hart penguburannya (tiga harl), prosesinya
disertai dengan gondang atau musik tiup, dengan sajian daging kerbau atau lembu, dalam
adat Batak
Toba secara
penuh. Acara lni merupakan penghormatan bagi yang meninggal, dan pembayaran adat terakhir kepada para berbagai pihak. Bahkan, hutangpiutangnya
pada waktu itu diselesaikan keluarga. ~'c {
~Beberapa tahun kemuclian setelah mayat dikuburkan dalam tanah, ada lagi prosesj kematian
yaltu
Hangokal Hob: Masyarakat sub etnls Batak Tobapercaya
bahwa roh orang-
-
-
~tua yang meninggal akan menjadi
sahala
dansumangot
Menghormati sahala atausumangot itu merupakan keharusan supaya mangorasi dan ITiilfl1ilSU-masu (mendapatkan
dapat berhubungan dengan orang yang masih hidup bahkan dapat mempengaruhi kehidupan orang yang ditinggalkan. Prosesi MangokiJI Holi
ini pada prinsipnya akan berakhir pada saat tulang belulang si mati dimasukkan ke dalam wadah kubur yang baru ( tambak). ~ ...
Pada saat-saat sekarang sudah banyak masyarakat sub etnis
Batak
Toba setelah melangsungkan prosesi Saur Matua maka mayat langsung dimasukkan ke dalam tilmbak(wadah kuburd ari semen), sehingga mereka tidak lagi melaksanakan prosesi Mango/cal
HoD
dengan mengambil /mengumpulkan tulang belulang dari dalam tanah akan tetapi dengan
mengumpulkan tulang belulang dart dalam lubang tambak dfmana mayat dimakamkan pada
awalnya untul< dipindahkan ke dc!am lubang tambaJs.. di atasnya ( tambak biasanya dibuat
dengan posisi wadah kubur bertingkat).
Kepercayaan masyarakat sub etnls Batak Toba dalam kaitannya dengan upac.ara
Saur Matua dan Mangokal Ho/1 diantaranya adalah: Kepercayaan akan adanya
I
roh setelah
orang
itu meninggal, roil itu hidup di dunia a rwah dan adanya hubungantimbal balik antara roh orang yang menlnggal dengan orang yang ditinggalkan, artinya roh
orang yang meninggat dapat mempengaruhi kehldupan orang yang masih hidup. Sefuruh konsepsi tersebut didasari oleh penghormatan terhadap leluhur. KonseP. Saur Hatua dan
-
-
-
-Mangokal Holi tersebut memiliki persamaan konsep dengan konsep animisme/dinamisme
yang jug