• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI SINAMOT DALAM PERKAWINAN MENURUT ADAT MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA SIPEAPEA KECAMATAN SORKAM BARAT KABUPATEN TAPANULI TENGAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FUNGSI SINAMOT DALAM PERKAWINAN MENURUT ADAT MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA SIPEAPEA KECAMATAN SORKAM BARAT KABUPATEN TAPANULI TENGAH."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI SINAMOT DALAM PERKAWINAN

MENURUT ADAT MASYARAKAT BATAK TOBA

DI DESA SIPEAPEA KECAMATAN SORKAM BARAT

KABUPATEN TAPANULI TENGAH

Skripsi

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Angelius Pratama Simbolon NIM. 309111003

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

iv

ABSTRAK

Angelius Pratama Simbolon, NIM 309111003. Fungsi Sinamot dalam Perkawinan Menurut Adat Masyarakat Batak Toba di Desa Sipeapea Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah.

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, hormat dan kemuliaan hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa.

Atas segala pertolongan dan kasih-Nya selalu melimpah yang telah memberikan

kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Skripsi ini

diberi judul “Fungsi Sinamot dalam Perkawinan Menurut Masyarakat Adat Batak

Toba di Desa Sipeapea Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah”

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mengucapkan terimakasih

kepada Dosen Pembimbing Skripsi Bapak Drs. Buha Simamora, SH, M.Hum

yang terus membimbing Penulis menyelesaikan tugas akhir dengan penuh

kesabaran.

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan

(UNIMED).

2. Bapak Dr. H. Restu, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNIMED.

3. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu

Sosial (FIS) UNIMED.

4. Bapak Drs. Sugiharto, M.Si, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial

(FIS) UNIMED.

5. Bapak Drs. Liber Siagian, M.Si, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu

(6)

vi

banyak memberi masukan, petunjuk dan sarannya dalam penyusunan skripsi

ini.

6. Ibu Dra. Yusna Melianti, M.H, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan (PP-Kn).

7. Bapak Parlaungan Gabriel Siahaan, S.H., M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PP-Kn) sekaligus juga sebagai

Dosen Pembimbing Akademik dan Penguji Utama yang telah banyak

memberi masukan, petunjuk dan sarannya dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Dra. Rosnah Siregar, SH, M.Si sebagai Dosen penguji yang juga telah

banyak memberi masukan, petunjuk dan sarannya dalam penyusunan skripsi

ini.

9. Bapak Jhon selaku Staf Jurusan PKn yang telah ikut membantu dalam

penyiapan berkas untuk ujian mempertahankan Skripsi.

10.Terkhusus kepada keluaga besar Ayahanda Tartitus Simbolon, S.Pd dan

Ibunda (Alm) Kristina Sipayung, kedua orang tua yang banyak memberikan

bantuan moril dan materil kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

perkuliahan dengan baik.

11.Kepada Kakanda Bistok MT Simbolon, ST, Yelvie Listrawati, Am.Keb, Riris

Parsaulian, S.Ag, Isabella Betty Simbolon, S.Pd, Maria Dora E. Simbolon,

S.Kep, serta adinda Petra L Simbolon, Agnes S Simbolon, dan Eva L

Simbolon yang selalu memberi semangat dan bantuan dalam perkuliahan.

12.Kepada Teman-Temanku si keluarga minus Adi Syahputra Munthe, Radius P

(7)

vii

Sembiring, Gentina Pardosi, yang selalu berbagi suka dan duka, yang

menggoreskan kenangan penuh warna selama kuliah di Universitas Negeri

Medan.

13.Kepada teman-teman Base Camp Rihold Simanjuntak S.Pd, Omri G

Simanjuntak, Amin Johanes Simanjuntak, Dodi Indra Situmeang, Panen

Nababan, Ewin Sitanggang yang telah selalu bersama dalam susah maupun

duka.

14.Kepada Teman-teman stambuk 2009 yang telah banyak membantu penulis

selama kuliah di Universitas Negeri Medan.

15.Kepada semua kerabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima

kasih atas dukungan, doa, dan semangat yang telah diberikan hingga

terselesaikannya skripsi ini.

Mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang ada, penulis

menyadari bahwa dalam penyususunan skripsi ini masih belum sempurna, baik

dari segi isi maupun tata bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari para pembaca untuk melengkapi skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat

membantu dan memberi manfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2013 Penulis,

Angelius P Simbolon

(8)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

2. Perkawinan Menurut Masyarakat Adat Batak Toba ... 9

3. Adat ... 16

4. Tahap Perkawinan Adat Batak Toba ... 17

5. Struktur dan Sistem Sosial ... 22

B. Kerangka Berfikir ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 28

A. Lokasi Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

E. Teknik Analisis Data ... 30

(9)

ix

A. Analisis Data Penelitian ... 31

B. Hasil Penelitian ... 32

C. Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Bentuk Perkawinan Responden ... 32

Tabel 2 Pentingnya Sinamot dalam Upacara Perkawinan ... 34

Tabel 3 Dasar Pemberian Sinamot untuk Mencari Keuntungan ... 36

Tabel 4 Marhata Sinamot harus Dilaksanakan oleh Dalihan Na Tolu ... 38

Tabel 5 Bentuk Sinamot adalah Uang ... 39

Tabel 6 Manfaat Adat Bagi Responden ... 40

Tabel 7 Upacara Adat Merupakan Kewajiban bagi Responden ... 41

Tabel 8 Pelaksanaan Adat Perkawinan Dilaksanakan di Tempat Pihak Laki-laki ... 42

Tabel 9 Perubahan Pelaksanaan Adat dalam Perkawinan dalam Masyarakat Adat Batak Toba ... 44

Tabel 10 Memaksakan Kehendak Mengenai Sinamot Kepada Pihak Laki-laki ... 45

Tabel 11 Pembayaran Sinamot dalam Perkawinan ... 47

Tabel 12 Kedudukan dalam Adat ... 48

Tabel 13 Dengan Disahkannya di Gereja, Mereka Sudah Dianggap Sah Kawin. Apakah Sinamot Masih Perlu di Bayar ... 49

Tabel 14 Perkawinan dengan Kawin Lari ... 50

Tabel 15 Kunjungan ke Rumah Mertua ... 52

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Bentuk Perkawinan Responden ... 32

Tabel 2 Pentingnya Sinamot dalam Upacara Perkawinan ... 34

Tabel 3 Dasar Pemberian Sinamot untuk Mencari Keuntungan ... 36

Tabel 4 Marhata Sinamot harus Dilaksanakan oleh Dalihan Na Tolu ... 38

Tabel 5 Bentuk Sinamot adalah Uang ... 39

Tabel 6 Manfaat Adat Bagi Responden ... 40

Tabel 7 Upacara Adat Merupakan Kewajiban bagi Responden ... 41

Tabel 8 Pelaksanaan Adat Perkawinan Dilaksanakan di Tempat Pihak Laki-laki ... 42

Tabel 9 Perubahan Pelaksanaan Adat dalam Perkawinan dalam Masyarakat Adat Batak Toba ... 44

Tabel 10 Memaksakan Kehendak Mengenai Sinamot Kepada Pihak Laki-laki ... 45

Tabel 11 Pembayaran Sinamot dalam Perkawinan ... 47

Tabel 12 Kedudukan dalam Adat ... 48

Tabel 13 Dengan Disahkannya di Gereja, Mereka Sudah Dianggap Sah Kawin. Apakah Sinamot Masih Perlu di Bayar ... 49

Tabel 14 Perkawinan dengan Kawin Lari ... 50

Tabel 15 Kunjungan ke Rumah Mertua ... 52

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket

2. Nota Tugas

3. Surat Ijin penelitian Dari Jurusan

4. Surat Keterangan Ijin Mengadakan Penelitian Dari Fakultas

5. Surat Keterangan Mengadakan Penelitian Dari Kepala Desa Sipeapea

6. Surat Keterangan Bebas Pustaka Dari Perpustakaan UNIMED

7. Kartu Kendali Bimbingan Skripsi

8. Daftar Peserta Seminar Proposal Penelitian

9. Surat Keterangan Dari Laboratorium PP-Kn

10.Surat Keterangan Penyerahan Buku dan Tidak Ada Masalah Dengan

Perpustakaan Fakultas

11.Pernyataan Keaslian Tulisan

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat

melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat

bersangkutan. Perkawinan bagi masyarakat Batak Toba adalah sebuah pranata

yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dan seorang perempuan tetapi juga

mengikat suatu keluarga besar yakni keluarga pihak laki-laki yang disebut

paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

pihak tersebut dalam suatu ikatan kekerabatan yang baru, yang juga berarti

membentuk satu dalihan na tolu yang baru. Dalihan na tolu muncul karena

perkawinan yang menghubungkan dua keluarga besar, dimana akan terbentuk

sistem kekerabatan baru.

Kelompok kekerabatan merupakan sekelompok orang yang memiliki

hubungan darah atau perkawinan. Masyarakat Batak Toba memiliki kelompok

kekerabatan yang kuat yaitu didasari dengan keturunan garis patrilineal (garis

keturunan Bapak). Suatu hal yang sering dibahas dalam suatu sistem patrilineal

yang sangat ketat seperti halnya dengan sistem kekerabatan masyarakat Batak

Toba adalah posisi perempuan. Perempuan merupakan bagian dari kelompok

ayahnya sebelum dia nikah. Karena setelah pernikahan, perempuan itu akan

meninggalkan lingkungan ayahnya dan dimasukkan dalam satuan kekerabatan

(14)

2

Perkawinan masyarakat Batak Toba tidak luput dari sinamot. Sebab

sahnya suatu perkawinan dalam kehidupan masyarakat Batak Toba didahului

dengan pemberian sinamot. Sinamot merupakan pemberian dari pihak laki-laki

kepada kepada pihak perempuan yang berupa uang atau benda berharga lainnya.

Pada zaman dahulu, sinamot bisa berupa hewan atau barang, tetapi seiring

berkembangnya zaman pada saat sekarang sinamot dapat diuangkan. Kata sinamot

sama dengan tuhor.

Sebelum upacara perkawinan dilaksanakan selalu didahului dengan

beberapa tahapan acara, salah satunya marhata sinamot yaitu adat yang harus

dilaksanakan sebelum perkawinan dilangsungkan. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui berapa besar biaya yang ditanggung oleh kedua belah pihak agar

perkawinan itu dapat dilaksanakan.

Perkawinan Batak Toba adalah perkawinan eksogami marga, karena

per-kawinan satu marga dilarang keras. Perper-kawinan yang ideal bagi masyarakat Batak

Toba adalah perkawinan antara seorang laki-laki dengan anak perempuan saudara

laki-laki dari ibunya atau boru ni tulangna (pariban). Orangtua pada masyarakat

Batak Toba selalu menganjurkan perkawinan ideal tersebut, tetapi bila anjuran ini

tidak berhasil pihak orangtua sudah mengalah demi kebahagiaan anak-anaknya.

Marhata sinamot adalah bahagian acara dari acara perkawinan (pesta

pamasumasuon) dalam adat Batak Toba, dimana dalam acara ini pihak lelaki

(paranak) dan pihak perempuan (parboru) bertemu di tempat yang telah

dipersiapkan oleh pihak perempuan (parboru). Tempat diadakan acara ini

biasanya di rumah pihak perempuan (parboru.) Topik pembicaraan dalam acara

(15)

3

Sebenarnya marhata sinamot merupakan tahap penentuan dalam

pernikahan. Disinilah pihak lelaki (paranak) dan perempuan (parboru) menjalin

kesepakatan tentang tata cara pernikahan yang akan dilaksanakan serta wujud hak

dan kewajiban masing-masing.

Sinamot menjadi dasar yang harus dipenuhi dan tidak dapat dihilangkan

dalam rangkaian perkawinan adat Batak Toba karena merupakan awal tata cara

dari suatu perkawinan adat Batak Toba. Sahnya suatu perkawinan dalam

kehidupan masyarakat Batak Toba didahului dengan pemberian sinamot.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin meneliti bagaimana

sebenarnya fungsi sinamot pada masyarakat Batak Toba, khususnya mereka yang

tinggal di Desa Sipeapea Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah.

Melihat dari latar belakang diatas maka penulis menetapkan judul “Fungsi

Sinamot Dalam Perkawinan Menurut Adat Masyarakat Batak Toba di Desa

Sipeapea Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah.”

B. Identifikasi Masalah

Adat merupakan peninggalan nenek moyang. Dengan adanya adat ini

maka dapat mempererat dan memperbanyak keluarga dalam masyarakat Batak

Toba. Jika seseorang sering menghadiri upacara adat maka dia akan sangat

dihargai di daerah tersebut.

Dengan adanya masalah yang menunjukkan perkawinan yang batal karena

kurangnya sinamot atau tidak sanggupnya pihak lelaki membayar sejumlah

sinamot kepada pihak perempuan maka penulis mengidentifikasi masalah yang

(16)

4

1. Pengertian sinamot dalam perkawinan

2. Fungsi sinamot dalam perkawinan

3. Bentuk sinamot dalam perkawinan

4. Ketidakmampuan membayar sinamot

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah diatas maka penulis membatasi isi dari penelitian

ini, dimana Penulis hanya mengkaji pokok permasalahan mengenai

1. Fungsi sinamot dalam perkawinan

2. Ketidakmampuan membayar sinamot

D. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana fungsi sinamot dalam perkawinan menurut masyarakat Batak

Toba di Desa Sipeapea Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli

Tengah?

2. Apa yang harus dilakukan jika paranak tidak mampu membayar sinamot

menurut adat masyarakat Batak Toba?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, pembatasan dan rumusan masalah

diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah

1. Mengetahui fungsi sinamot dalam perkawinan menurut masyarakat Batak

Toba di Desa Sipeapea Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli

(17)

5

2. Mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika sinamot tidak mampu di

bayar oleh pihak paranak

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

1. Sebagai langkah awal bagi penulis untuk lebih mengenal budaya Batak Toba,

khususnya tentang fungsi sinamot dalam upacara perkawinan.

2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat agar lebih menghargai adat istiadat

dalam lingkungan masyarakat terkhusus adat perkawinan.

3. Melatih penulis dalam penyusunan karya ilmiah.

4. Sebagai bahan penelitian bagi orang yang ingin meneliti terhadap

(18)

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil temuan di lapangan dan pembahasan

dalam penelitian ini adalah:

1. Sinamot merupakan syarat sah suatu perkawinan. Sinamot masih

mempunyai fungsi pada perkawinan menurut adat masyarakat batak toba

khusunya di Desa Sipeapea Kecamatan Sorkam Barat. Hal itu terlihat dari

sinamot yang harus dibayar walau sudah meninggal sekalipun, jika mereka

belum membayar sebelumnya.

2. Masyarakat di Desa Sipeapea sangat mementingkan sinamot dalam

perkawinan menurut adat masyarakat batak toba karena syarat sahnya

suatu perkawinan adalah dengan adanya pemberian sinamot.

3. Mengenai jumlah sinamot tidak ada batasnya. Sebenarnya sinamot harus

tinggi supaya kedua belah pihak saling puas atau setidaknya pihak

perempuan tidak dirugikan. Sebab bagaimanapun suatu yang berharga dan

sulit didapat tentu saja akan sangat dihargai.

4. Suatu perkawinan menurut adat harus terlebih dahulu membayar sinamot

tetapi belakangan ini sinamot boleh dibayar jika mereka sudah mempunyai

penghasilan yang cukup.

5. Pemberian sinamot tidak untuk mencari keuntungan. Hal ini dikarenakan

(19)

59

pesta yang diadakan jauh dari keluarga perempuan, dibagi-bagikan kepada

kerabat serta disumbangkan kepada puteri mereka untuk membeli pakaian

dan perhiasan si perempuan. Bahkan tidak sedikit pihak perempuan

mengalami kerugian sebab sinamot yang diberikan tidak sebanding dengan

pengeluaran pada saat acara perkawinan tersebut. Yang mendapat

keuntungan bahkan pihak laki-laki karena mendapat tumpak, beras dari

pihak ale-ale, dongan tubu, dongan huta serta kerabat.

6. Upacara adat merupakan sebuah kewajiban bagi masyarakat. Karena adat

merupakan warisan dari nenek moyang yang harus dilestarikan oleh

generasi penerusnya. Apa yang sudah dibuat atau dilaksanakan oleh nenek

moyang dulu harus diteruskan oleh generasi selanjutnya (na pinukka ni na

parjolo sihuttonon ni na parpudi). Adat merupakan sarana untuk

mempererat kekeluargaan, itulah sebabnya orang batak tidak pernah lepas

dari adat

7. Dalam masyarakat adat batak toba, kawin lari merupakan jenis perkawinan

menyimpang dan merupakan perkawinan tidak sah, tetapi pada hari

kedepannya dapat dianggap sah apabila mereka telah membayar sinamot

serta dapat melaksanakan adat na gok.

8. Menurut adat bahwa orang yang belum membayar sinamot tidak

diperbolehkan mengunjungi mertua atau saudara laki-laki, tetapi karena

manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang memiliki hati nurani dan

perasaan sehingga mereka tidak akan tega mengusir orang yang datang

(20)

60

B. Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi yang belum membayar sinamot hendaknya mereka membayar

sinamot setelah melakukan kawin lari tidak dipersoalkan masalah waktu

dan besarnya sinamot yang penting harus tetap di bayar karena merupakan

syarat sah suatu perkawinan.

2. Seharusnya perkawinan haruslah dilaksanakan dengan menggunakan adat

na gok. Supaya terjalin ikatan kekeluargaan yang baik serta dapat ikut

dalam upacara adat dan berhak atas jambar.

3. Orangtua tidak mungkin menolak kedatangan anaknya untuk berkunjung

kerumah dengan alasan bahwa mereka merindukan orang tua mereka.

Jangan karena adat kita mengorbankan manusia dan jangan karena

manusia kita mengorbankan adat. Kiranya antara adat dan manusia harus

sesuai dengan tuntutan masyarakat dan tuntutan zaman.

4. Para generasi muda handaknya menghayati hukum adatnya karena penting

untuk mereka di kemudian hari sehingga tidak menghilangkan nilai-nilai

luhur budayanya. Bagaimanapun orang yang hidup tanpa didasari nilai

(21)

61

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta

Gultom, Raja Marpodang.1992. Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak Toba. Medan: CV. Kirana

Iskandar. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta : GP Press

Koentjaranigrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.Jakarta: Djambatan

Siahaan, Binsar Muller. 2010. Parrambuan Adat Batak Dalihan Natolu.Medan: Percetakan Trabulan

Siahaan, Nalom. 1982. Adat Dalihan Na Tolu dan Pelaksanaannya. Jakarta: Tulus Jaya

Sihombing, T.M. 1989. Jambar Hata. Jakarta: Tulus Jaya.

Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2012. Konsepku Membangun Bangso Batak. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

___________________. 2011. Pemikiran Orang Batak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

___________________. 2006. Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba Hingga 1945: Suatu pendekatan Antropologi Budaya dan Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sitanggang, Jan Pieter. 2010. Raja Napogos. Jakarta: Jala Permata Aksara.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R dan D). Bandung: Alfabeta

Tambunan. E.H. 1982. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya Sebagai Sarana Pembangunan. Bandung: Tarsito.

Tampubolon, Raja Patik. 2002. Pustaha Tumbaga Holing. Jakarta: Dian Utama

(22)

62

Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974. 1986. Surabaya: Pustaka Tintia

http://luciusosc.blogspot.com/2009/12/tahapan-perkawinan-adat-batak-toba.html. Tanggal 8 Maret 2013. Online

http://media.kompasiana.com/buku/2011/06/17/perkawinan-adat-batak-toba/. Tanggal 8 Maret 2013. Online

Revida. Fungsi Uang jujur.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15677/3/pkm-mei-agt2006-%20%287%29.pdf.txt. Tanggal 8 Maret 2013. Online

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi Dalihan Na Tolu Dalam Pelaksanaan Upacara Perkawinan Batak Toba Di Desa Sibarani Nasampulu Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba

Pada saat ini upacara adat perkawinan Batak Toba telah berubah seperti tahapan mangalehon tanda hata ( pemberian tanda burju) sudah jarang dilaksanakan, marhori- hori

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modernisasi dalam pelaksanaan pesta perkawinan pada masyarakat Batak Toba di Desa Sipultak Rurajulu Kecamatan Pagaran

Permasalahan yang akan dijabarkan dalam penelitian ini yaitu penerapan prinsip Dalihan Natolu dalam hukum adat Batak Toba, karena dalam hukum adat Batak Toba sendiri

Simbol yang dimaksud dalam upacara perkawinan adat Batak Toba.. ialah pada saat

marunjuk pada upacara adat perkawinan Batak Toba. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang menerapkan kerangka pikir pragmatik. Lokasi penelitian ini adalah

Adapun pepatah atau ungkapan dalam masyarakat adat Batak Toba sebagai berikut “Na hancit ma antong naso markula dongan, suada dongan tu si martulo, na hancit

Perkawinan dalam adat Batak Toba tidak terlepas dari musik-musik yang mengiringi proses upacara tersebut berlangsung, yang mana alat musik yang digunakan memiliki