• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK TUTUR SAPAAN BAHASA BATAK TOBA DALAM DALIHAN NA TOLU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINDAK TUTUR SAPAAN BAHASA BATAK TOBA DALAM DALIHAN NA TOLU."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK TUTUR SAPAAN BAHASA BATAK TOBA

DALAM DALIHAN NA TOLU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

Alexsander Situmorang

04410002

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)

ii

KATA PENGATAR

Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sihingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik.

Skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana sastra di Universitas

Negeri Medan. Skripsi ini berjudul “ Tindak Tutur Sapaan Bahasa Batak Toba dalam

Dalihan Na Tolu”.

Dalam penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak

baik materil maupun moril. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati

peneliti menuturkan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Syawal Gultom, M.Pd. Selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.

3. Ibu Dra. Rosmawaty, M.Pd selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

4. Bapak Drs. Tingkos Sinurat, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

5. Bapak Drs. Basyaruddin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia

6. Bapak Drs. T.R. Pangaribuan selaku Dosen Pembimbing skripsi yang selalu

memberikan bimbingan, arahan, dan semangat.

7. Bapak Drs. P. Sihombing, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan bimbingan dan arahan.

(3)

iii

9. Bapak dan Ibu pegawai Perpustakan Daerah Sumatera Utara yang memberikan

bantuan kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

10.Terkhusus Bapak H. Situmorang dan Ibu P. Samosir yang tercinta, tersanyang

dan yang paling penulis hormati yang telah memberikan kasih saying, baik moril

maupun materi, motivasi, air keringat dan doamu yang tiada hentinya demi

kesuksesan penulisan skripsi ini.

11.Abang saya Tony Defrans Situmorang dan Rahmat Swanto Situmorang. Dan juga

adik saya Irvan Situmorang dan Panca Situmorang yang telah memberikan

bantuan moral maupun material serta canda tawanya.

12.Buat seseorang yang banyak membantu dan memberi semangat buat penulis

dalam menyelesaikan perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

13.Abang-abang dan teman-teman yang ada di Gg. Bahagia yang banyak

memberikan motivasi dan arahan-arahan.

14.Buat Teman-teman KOMSI, terkhusus Wandes Sianipar yang banyak membantu

penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

15.Teman-teman seperjuangan anak stambuk 04 nondik, tahnk you so much for all

dan canda tawanya.

16.Baut Perwira Sembiring, Rocky, Keny, Jhon Damanik, Rony. HARANGAN

SINGA LAPAR

(4)

iv

Tidak dapat kiranya penulis membalas semua bantuan dan kebaikan yang

telah diberikan, saya berharap semoga Tuhan yang membalas segala kebaikan yang telah

diberikan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin!

Medan, September 2009

Alexsander Situmorang

(5)

ABSTRAK

Alexsander Situmorang, NIM 04410002, Tindak Tutur Sapaan Bahasa Batak Toba dalam Dalihan Na Tolu

Upacara adat pernikahan pada suku Batak Toba adalah upacara yang wajib dihadiri oleh tiga unsur ‘Dalihan Na Tolu’ yaitu: hulahula ‘pemberi istri’, dongan

sabutuha ‘kawan semarga’, dan boru ‘penerima istri’ yang berpartisifasi aktif dalam

upacara adat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif merupakan metode penelitian untuk membuat gambaraan mengenai situasi atau kejadiaan untuk memperoleh kejelasan tentang data.

Tindak tutur yang digunakan oleh pihak hulahula, dongan sabutuha, dan boru adalah berbeda sesuai dengan posisinya pada acara adat tersebut. Dalam penelitian ini dibahas tindak tutur apa yang dipakai, jenis dan fungsi tindak tutur dalam acara adat perkawinan masyrakat Batak Toba.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis sapaan yang dipakai dalam bahasa Bata Toba yang sesuai dengan Dalihan Na Tolu, untuk mengetahui bagaimana cara-cara atau aturan-aturan dalam bertindak tutur sapaan dalam bahasa Batak Toba sesuai dengan Dalihan Na Tolu, dan untuk menjelaskan jenis dan fungsi tindak tutur dalam Dalihan Na Tolu, khususnya pada acara perkawinan.

Hasil penelitian diperoleh bahwa tindak tutur yang ditemukan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba ada 13 jenis tindak tutur, yaitu: tindak tutur bersalam, memberkati, memohon, memuji, meminta, berjanji, menyarankan, amemperingatkan, mengesahkan, berterima kasih, menjawab, menjelaskan dan bertanya.

(6)

V

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

KATA PENGATAR………. ii

DAFTAR ISI ………... v

BAB I . PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah………. 1

BAB II. LANDASAN TOERETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoretis……….. 7

1. Tindak Tutur……….. 7

2. Pragmatik………... 9

3. Jenis Tindak Tutur……….. 10

4. Pengertian Dalihan Na Tolu………... 14

B. Kerangka Konseptual……….. 27

BAB III. METOLOGI PENELITIAN A. Metode penelitian……… 30

B. Sumber Data……… 30

C. Teknik Pengumpulan Data……….. 31

D. Teknik Analisis Data………... 31

(7)

vi

A. Tindak Tutur dalam Dalihan Na Tolu pada Acara Perkawinan….. 32

1. Tindak Tutur Hulahula……….. 32

2. Tindak Tutur Dongan Sabutuha Ni Parboru………. 42

3. Tindak Tutur Dongan Sabutuhan Ni Paranak……….. 45

4. Tindak Tutur Parboru……… 49

B. Jenis dan Fungsi Tindak Tutur yang Digunakan dalam Upacara Perkawinan Batak Toba Sesuai dengan Dalihan Na Tolu………. 57

C. Cara Tindak Tutur yang Diucapkan pada Upacara Perkawinan Batak Toba………. 64

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan………. 66

B. Saran……… 69

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakan bahasa suku yang satu dengan

bahasa suku lainnya. Suku Batak Toba merupakan salah satu suku bangsa asli Indonesia

yang berdomilisi di provinsi Sumatera Utara. Suku Batak Toba merupakan salah satu

sub-etnis dari suku Batak di samping Batak Simalungun, Karo, Mandailing dan Pakpak.

Salah satu yang menjadi ciri pembeda antara sub-etnis Batak adalah bahasa dan letak

geografis daerahnya. Masyarakat Batak Toba mempunyai bahasa Batak Toba sebagai

lambang identitas dan manifestasi eksistensi. Eksistensi yang dimaksud adalah sebagai

mahluk sosial di mana kemasyarakatan itu sendiri terbentuk dengan adanya bahasa.

Setiap suku bangsa pasti memiliki bahasa dan setiap bahasa itu menunjukkan

identitas suku bangsa. Bahasa merupakan alat pemersatu bangsa sehingga apabila bahasa

itu mulai berbeda dalam suatu suku bangsa, niscaya bahasa itu akan membentuk

masyarakat tuturnya sendiri di luar dari suku bangsa yang lain. ( Kondjaraningrat,

dalam Chaer 1990:12)

Slamet Mulyana dalam Chaer (2004:8) mengatakan “Antara bahasa Indonesia

dan bahasa daerah telah terjadi kontak sosial dan budaya yang aktif. Jiwa bahasa

Indonesia dan jiwa bahasa daerah telah bertemu. Kedua bahasa yang bersangkutan mulai

saling memperhatikan, dan akhirnya saling mempengaruhi”. Begitu juga halnya dengan

(9)

bahasa Batak Toba sangat erat hubungannya dengan masyarakat suku Batak Toba dan

masyarakat yang menggunakan bahasa Batak Toba sebagai bahasa sehari-harinya.

Masyarakat Batak Toba mempunyai sistem adat tertentu yang berazaskan Dalihan

Na Tolu ‘ Tungku yang Berkaki Tiga/ Tungku Nan Tiga’ Dalihan Na Tolu merupakan

dasar hidup masyarakat Batak Toba. Setiap anggota masyarakat wajib berbuat dan

bertindak menurut aturan adat-istiadat yang berazaskan Dalihan Na Tolu.

Upacara adat dalam Masyarakat Batak Toba ialah upacara yang dihadiri oleh

ketiga unsur Dalihan Na Tolu, yaitu dongan sabutuha, hulahula dan boru. Ketiga

komponen inilah yang menjadi satu keluarga besar Dalihan Na Tolu yang baru. Apabila

ketiga komponen dari kedua pihak tidak hadir maka apa yang disebut adat tidak

memenuhi kulifikasi adat. Dengan kata lain, keterikatan ketiga komponen tersebut

merujuk pada satu kesatuan yang terintergrasi sehingga pelaksanaan adat dapat

berlangsung dengan baik.

Pesta perkawinan pada masyarakat Batak Toba merupakan semacam jembatan

yang mempertemukan Dalihan Na Tolu dari orang tua pengatin pria dan dari orang tua

pengantin wanita, artinya karena perkawinan itulah maka Dalihan Na Tolu dari orang tua

pengatin pria merasa dirinya berkerabat dengan Dalihan Na Tolu orang tua pengantin

wanita dan begitu juga sebaliknya. Segala istilah sapaan dan acuan yang digunakan oleh

pihak yang satu terhadap pihak yang lain demikian pula sebaliknya adalah istilah-istilah

kekerabatan berdasarkan Dalihan Na Tolu.

Perkawinan bagi suku Batak Toba bukanlah merupakan persoalan pribadi suami

(10)

juga ikatan dari orangtua si suami terhadap orang tua si istri, ditambah lagi dengan boru

serta hulahula dari masing-masing pihak.

Perkawinan suku Batak Toba haruslah diremiskan secara adat berdasarkan

Dalihan Na Tolu, dan upacara agama. Sedangkan catatan sipil hanyalah sebagai

pelengkap saja. Perkawinan suku Batak Toba yang hanya diabsahkan dengan upacara

agama serta catatan sipil boleh dikatakan masih dianggap perkawinan yang belum sah

oleh masyarakat Batak Toba dilihat dari sudut adat Dalihan Na Tolu.

Kajian tindak tutur, merupakan hal yang perlu dikaji. Tindak tutur merupakan

pengejawantahan kompetensi komunikasi seseorang. Scheffrin (1994:365)

mengemukakan “Kompetensi terbentuk sejak dini, dari masa kanak-kanak hinga dewasa,

berkembang sesuai dengan aturan yang merupakan konvensi dalam komunitas bahasa

tiap manusia”. Grass (1996:127) mengumukakan, “Tindak tutur bersifat fundamental

pada komunikasi manusia”. Sementara Cohen (1996:384) mengatakan bahwa “Tindak

tutur merupakan unit yang berfungsi penting dalam berkomunikasi”. Siregar (2000:172)

mengatakan bahwa “Komunikasi sehari-hari atau siasat bahasa dalam tindak tutur antara

penutur dan petutur bertujuaan untuk menciptakan dan menjaga hubungan sosial,

berhubungan dengan kesantunan”.

Chaer dan Agustina (1995:3) mengatakan “Sosiolingustik adalah bidang ilmu

antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu

dalam masyarakat. Selanjutnya Nababan, (1984:2) mengatakan, “Sosiolinguistik adalah

studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai

anggota masyarakat, mempelajari atau membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa.

(11)

kajian pada bagaimana bahasa yang berfungsi di tengah masyarakat. mereka juga

mengatakan bahwa sosiolinguistik berupaya menjelaskan kemampuan manusia

menguraikan aturan-aturan berbahasa secara tepat dalam situasi-situasi yang bervariasi”.

Tindak tutur yang sering dijumpai dalam acara adat perkawinan suku Batak Toba

tidaklah hal yang gampang. Tindak tutur tersebut harus sesuai dengan kedudukannya

sebagai penutur dalam acara tersebut. Apakah ia sebagai hulahula, dongan sabatuha atau

sebagai boru. Jika seseorang itu tidak paham atau tidak tau sebagai apa kedudukannya

dalam acara adat atau dia menduduki yang buka kedudukannya maka ia tidak paham

dengan tindak tutur yang berlaku yang sesuai dengan Dalihan Na Tolu sebagai filosopi

kehidupan masyarakat Batak Toba.

Penulis menganggap tindak tutur sapaan yang sering dipakai dalam upacara adat

perkawinan masyarakat Batak Toba yang sesuai dengan Dalihan Na Tolu perlu dipahami

dan dijelaskan kepada generasi muda supanya jangan punah. Untuk itu penulis memilih

judul ‘Tindak Tutur Sapaan Bahasa Batak Toba dalam Dalihan Na Tolu.”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan proses atau tahapan untuk menjelaskan hal-hal

yang relevan dengan judul penelitian

1. Bagaimana Dalihan Na Tolu dalam konsep tindak tutur sapaan bahasa Batak

Toba?

2. Apa saja jenis dan fungsi tindak tutur sapaan dalam bahasa Batak Toba?

3. Bagaimana tindak tutur sapaan dalam acara perkawinan yang sesuai dengan

(12)

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup penelitian ini, maka perlu dilakukan

pembatasan penelitian. Pembatasan masalahnya adalah penggunan Tindak Tutur dan

Tutur Sapaan Bahasa Batak Toba dalam Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu di sini hanya

dalam upacara adat perkawinan saja.

D. Perumusan Masalah

Agar penelitian ini terarah, maka perlu dirumuskan masalah yang akan diteliti.

Rumusan masalah tersebut sekaligus menggambarkan fokus arah yang diikuti di dalam

proses penelitian. Rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Dalihan Na Tolu dalam konsep tindak tutur sapaan bahasa Batak

Toba?

2. Bagaimanakah tindak tutur dalam bahasa Batak Toba yang berpatokan pada

Dalihan Na Tolu?

3. Bagimana jenis dan fungsi tindak tutur dalam Dalihan Na Tolu, khususnya pada

upacara perkawinan?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. untuk mengetahui jenis-jenis sapaan yang dipakai dalam bahasa Batak Toba

sesuai dengan Dalihan Na Tolu,

2. untuk mengetahui bagaimana cara-cara atau aturan-aturan dalam bertindak tutur

(13)

3. menjelaskan jenis dan fungsi tindak tutur dalam Dalihan Na Tolu, khususnya pada

acara perkawinan.

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilaksanakan dapat memberi manfaat. Adapun manfaat dari

hasil penelitian ini adalah:

1. memperkenalkan jenis sapaan yang dipergunakan dalam bahasa Batak Toba, agar

yang membaca paham dengan sapaan yang ada dalam Bahasa Batak Toba,

2. memperkenalkan jenis dan fungsi tindak tutur dalam bahasa Batak Toba yang

berpatokan dengan Dalihan Na Tolu dalam acara adat perkawinan, agar dapat

dipahami dan dapat membedakannya dengan tindak tutur dalam bahasa Indonesia

atau pun kebahasa yang lain,

3. memperkaya referensi tentang kebudayaan suku Batak Toba yang sesuai/berpedoman

(14)

66

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Setelah melakukan penelitian tindak tutur sapaan dalam upacara perkawinan

masyarakat suku Batak Toba, maka penulis menyimpulkan tindak tutur dalam upacara

perkawinan di bagi atas 13 jenis tindak tutur, yakni:

1. tindak tutur bersalam dengan kategori ekspresif, tindak tutur bersalam ini

disampaikan oleh pihak hulahula, dongan sabutuhan ni parboru, dongan sabutuha ni paranak dan pihak boru. Tindak tutur ini digunakan untuk menyalam

semua hadirin yang ada dipesta sebelum memulai pembicaran,

2. tindak tutur memberkati dengan kategori representatif, tindak tutur memberkati

hanya disampaikan oleh pihak hulahula dan dongan sabutuha ni parboru.

Digunakan untuk memberkati pihak boru supanya mempunyai keturunan yang

banyak, sehat selalu dan umur yang panjang,

3. tindak tutur memohon dengan kategori direktif, tindak tutur memohon hanya

disampaikan oleh pihak boru dan dongan sabutuha parboru untuk memohon

berkat kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepada hulahula. Pada suku Batak

Toba hulahula dianggap pemberi berkat,

4. tindak tutur memuji dengan kategori representatif, tindak tutur memuji

disampaikan oleh pihak hulahula untuk memuji pihak boru dengan menyebut

pihak parboru dengan sebutan anak raja dan cucu orang kaya. Pihak parboru

(15)

dengan cara merendahkan diri dihadapan hulahula dan mengangkat martabat

hulahula,

5. tindak tutur meminta dengan kategori direktif, tindak tutur ini hanya pihak

hulahula yang berhak untuk memakainya. Hulahula meminta kepada pihak

parboru supanya memberikan mahar yang banyak.budanya suku Batak Toba

apabila pihak hulahula meminta kepada parboru, hal ini harus dipenuhi,

6. tindak tutur berjanji dengan kategori komisif, tindak tutur berjanji hanya

diucapkan hulahula kepada parboru atas harta bagian putrinya yang akan

diberikan pada waktu yang akan datang,

7. tindak tutur menyarankan dengan kategori representatif, semua unsur Dalihan Na

Tolu yang hadir dalam acara adat tersebut baik dari pihak parboru maupun dari

pihak paranak ikut serta dalam tindak tutur ini, dimana mereka berganti-ganti

menyarankan sesuai dengan kedudukan mereka,

8. tindak tutur memperingatkan dengan kategori direktif, tindak tutur ini

disampaikan pihak hulahula supaya parboru berbuat yang baik dalam segala hal

terutama terhadap hulahula,

9. tindak tutur mengesahkan dengan kategori komisif, tindak tutur ini diucapkan

oleh bersama-sama semua pihak yang ada pada acara tersebut

10.tindak tutur berterima kasih dengan kategori ekspresif, tindak tutur ini disampikan

kedua belah pihak. Pihak hulahula berterimakasih terhadap pihak parboru karna

sudah meyediakan makan yang enak dan pihak parboru juga berterima kasih

terhadap pihak hulahula karna sudah meringankan kakinya untuk menghadiri

(16)

11.tindak tutur menjawab dengan kategori representatif, tindak tutur menjawab

digunakan kedua belah pihak karna ada hal-hal yang ingin ditanyakan oleh pihak

hulahula dan begitu juga sebaliknya ada hal-hal yang ingin ditanyak oleh pihak parboru,

12.tindak tutur menjelaskan dengan kategori representatif,tindak tutur ini dipake

untuk menjelaskan hal-hal yang belum dipahami oleh kedua belah pihak,

13.tindak tutur bertanya dengan kategori direktif, dalam acara adat perkawinan suku

Batak Toba. Bertanya ada hal yang sering didengar dari pihak boru maupun dari

pihak hulahula,

Tindak tutur yang paling banyak dipake (dominan) dalam acara adat perkawinan

suku Batak Toba yang berpatokan dari Dalihan Na Tolu adalah tindak tutur representatif

yakni tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkannya,

sedangkan tindak tutur deklaratif tidak ada ditemukan si penulis. Tindak tutur yang

dituturkan oleh tiap pihak Dalihan Na Tolu ditentukan oleh posisinya dalam upacara adat

tersebut, apakah sebagai hulahula (pemberi istri), sebagai boru (penerima istri) dan

sebagai dongan sabutuha (kawan semarga) dari kedua pihak.

B.Saran

1. Peneliti berharap adanya penelitian lanjutan mengenai tindak tutur, misalnya

(17)

2. Peneliti juga berharap supaya para kaum muda mau mempelajari makna yang

terkandung dalam Dalihan Na Tolu suku Batak Toba

3. Tindak tutur dalam upacara perkawinan ini perlu diajarkan kepada generasi muda

(18)

70

DAFTAR PUSTAKA

Austin, Jhon L. 1962. How to do Things With Wonds. Oxford: Cornell University Press

Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengatar Sosiolinguistik. Bandung: PT Refika Aditama Ban

Chaer, Abdul dan Leonie Austina. 1995. Sosiolinguistik: Suatu Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta

Cohen, A. D. 1996. Speech acts. S. L. McKay & N. H. Hornberger (Eds). Sosiolinguistics and language teaching, ed. By Cambridge University Press

Cruse, D. Alan. 2000. Meaning in Language: An Introduction to Semantic and

Pragmatics. Oxford University Press

Grass, Susan M & New Joyce (Ed). 1996. Speech Acts Across Cultures. New York: Mountun de Ciruyter

Gultom Rajamarpodang, DJ. 1992. Dalihan Na Tolu Budaya Suku Batak. Medan: CV. Armanda

Lakoff, R. 1973b. Language and woman’splace. Language in Society, 2,45-79

Leech, G. N. 1983. Principles of pragmatics. London: Longman

Nababan, P.W.J.1984.Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia

Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches discourse. Massa Chusetts: Blackwell Publihers

Siahaan, Nalom. 1982. Adat Dalihan Na Tolu:Prinsip dan Pelaksanaanya.Jakarta: Tulus Jaya

Sihombing, T.M. 1986. Filsafat Batak:Tentang Kebiasaan-Kebiasaan Adat Istiadat. Jakarta: Balai Pustaka

(19)

Umar , Azhar dan Inayah Hanum.2006. Sosiolinguistik.Medan:Unimed Press

Tarigan, H.G.1987. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa

Referensi

Dokumen terkait

Processed spectra (smoothing +Savitzky-Golay derivation) of coffee blend (Luwak- Arabica) with different content of adulterant (Arabica) in the range of 200-450

The objectives of the study are: (1) to find out the idiomatic phrases in Michelle Obama’s final speech as the first lady.. (2) to find out the patterns of the

[r]

Respondents were used in this study are dairy farmers located in Sleman 90 farmers selected to represent dairy farm people in Yogyakarta Province, three

8 Mardianto, ( 2012), Psikologi Pendidikan , Medan: Perdana Publising, hal.193.. mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses

It covers political education, social education, local cultural wisdom (through Kiai Kanjeng), religious education, critical character building, and civic education, 50 as

Dari studi yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) pengambilan data detail situasi tidak hanya mengambil batas-batas atap dari setiap

Pembelajaran dikatakan efektif jika setelah mengalami proses pembelajaran dengan perangkat yang dikembangkan menggunakan model Group Investigation berbasis RME jika (1)