TINDAK TUTUR SAPAAN BAHASA BATAK TOBA
DALAM DALIHAN NA TOLU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Oleh
Alexsander Situmorang
04410002
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
ii
KATA PENGATAR
Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sihingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana sastra di Universitas
Negeri Medan. Skripsi ini berjudul “ Tindak Tutur Sapaan Bahasa Batak Toba dalam
Dalihan Na Tolu”.
Dalam penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
baik materil maupun moril. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati
peneliti menuturkan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Syawal Gultom, M.Pd. Selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.
3. Ibu Dra. Rosmawaty, M.Pd selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
4. Bapak Drs. Tingkos Sinurat, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
5. Bapak Drs. Basyaruddin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia
6. Bapak Drs. T.R. Pangaribuan selaku Dosen Pembimbing skripsi yang selalu
memberikan bimbingan, arahan, dan semangat.
7. Bapak Drs. P. Sihombing, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu memberikan bimbingan dan arahan.
iii
9. Bapak dan Ibu pegawai Perpustakan Daerah Sumatera Utara yang memberikan
bantuan kepada penulis selama melaksanakan penelitian.
10.Terkhusus Bapak H. Situmorang dan Ibu P. Samosir yang tercinta, tersanyang
dan yang paling penulis hormati yang telah memberikan kasih saying, baik moril
maupun materi, motivasi, air keringat dan doamu yang tiada hentinya demi
kesuksesan penulisan skripsi ini.
11.Abang saya Tony Defrans Situmorang dan Rahmat Swanto Situmorang. Dan juga
adik saya Irvan Situmorang dan Panca Situmorang yang telah memberikan
bantuan moral maupun material serta canda tawanya.
12.Buat seseorang yang banyak membantu dan memberi semangat buat penulis
dalam menyelesaikan perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.
13.Abang-abang dan teman-teman yang ada di Gg. Bahagia yang banyak
memberikan motivasi dan arahan-arahan.
14.Buat Teman-teman KOMSI, terkhusus Wandes Sianipar yang banyak membantu
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
15.Teman-teman seperjuangan anak stambuk 04 nondik, tahnk you so much for all
dan canda tawanya.
16.Baut Perwira Sembiring, Rocky, Keny, Jhon Damanik, Rony. HARANGAN
SINGA LAPAR
iv
Tidak dapat kiranya penulis membalas semua bantuan dan kebaikan yang
telah diberikan, saya berharap semoga Tuhan yang membalas segala kebaikan yang telah
diberikan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin!
Medan, September 2009
Alexsander Situmorang
ABSTRAK
Alexsander Situmorang, NIM 04410002, Tindak Tutur Sapaan Bahasa Batak Toba dalam Dalihan Na Tolu
Upacara adat pernikahan pada suku Batak Toba adalah upacara yang wajib dihadiri oleh tiga unsur ‘Dalihan Na Tolu’ yaitu: hulahula ‘pemberi istri’, dongan
sabutuha ‘kawan semarga’, dan boru ‘penerima istri’ yang berpartisifasi aktif dalam
upacara adat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif merupakan metode penelitian untuk membuat gambaraan mengenai situasi atau kejadiaan untuk memperoleh kejelasan tentang data.
Tindak tutur yang digunakan oleh pihak hulahula, dongan sabutuha, dan boru adalah berbeda sesuai dengan posisinya pada acara adat tersebut. Dalam penelitian ini dibahas tindak tutur apa yang dipakai, jenis dan fungsi tindak tutur dalam acara adat perkawinan masyrakat Batak Toba.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis sapaan yang dipakai dalam bahasa Bata Toba yang sesuai dengan Dalihan Na Tolu, untuk mengetahui bagaimana cara-cara atau aturan-aturan dalam bertindak tutur sapaan dalam bahasa Batak Toba sesuai dengan Dalihan Na Tolu, dan untuk menjelaskan jenis dan fungsi tindak tutur dalam Dalihan Na Tolu, khususnya pada acara perkawinan.
Hasil penelitian diperoleh bahwa tindak tutur yang ditemukan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba ada 13 jenis tindak tutur, yaitu: tindak tutur bersalam, memberkati, memohon, memuji, meminta, berjanji, menyarankan, amemperingatkan, mengesahkan, berterima kasih, menjawab, menjelaskan dan bertanya.
V
DAFTAR ISI
ABSTRAK………. i
KATA PENGATAR………. ii
DAFTAR ISI ………... v
BAB I . PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah………. 1
BAB II. LANDASAN TOERETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoretis……….. 7
1. Tindak Tutur……….. 7
2. Pragmatik………... 9
3. Jenis Tindak Tutur……….. 10
4. Pengertian Dalihan Na Tolu………... 14
B. Kerangka Konseptual……….. 27
BAB III. METOLOGI PENELITIAN A. Metode penelitian……… 30
B. Sumber Data……… 30
C. Teknik Pengumpulan Data……….. 31
D. Teknik Analisis Data………... 31
vi
A. Tindak Tutur dalam Dalihan Na Tolu pada Acara Perkawinan….. 32
1. Tindak Tutur Hulahula……….. 32
2. Tindak Tutur Dongan Sabutuha Ni Parboru………. 42
3. Tindak Tutur Dongan Sabutuhan Ni Paranak……….. 45
4. Tindak Tutur Parboru……… 49
B. Jenis dan Fungsi Tindak Tutur yang Digunakan dalam Upacara Perkawinan Batak Toba Sesuai dengan Dalihan Na Tolu………. 57
C. Cara Tindak Tutur yang Diucapkan pada Upacara Perkawinan Batak Toba………. 64
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan………. 66
B. Saran……… 69
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku
memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakan bahasa suku yang satu dengan
bahasa suku lainnya. Suku Batak Toba merupakan salah satu suku bangsa asli Indonesia
yang berdomilisi di provinsi Sumatera Utara. Suku Batak Toba merupakan salah satu
sub-etnis dari suku Batak di samping Batak Simalungun, Karo, Mandailing dan Pakpak.
Salah satu yang menjadi ciri pembeda antara sub-etnis Batak adalah bahasa dan letak
geografis daerahnya. Masyarakat Batak Toba mempunyai bahasa Batak Toba sebagai
lambang identitas dan manifestasi eksistensi. Eksistensi yang dimaksud adalah sebagai
mahluk sosial di mana kemasyarakatan itu sendiri terbentuk dengan adanya bahasa.
Setiap suku bangsa pasti memiliki bahasa dan setiap bahasa itu menunjukkan
identitas suku bangsa. Bahasa merupakan alat pemersatu bangsa sehingga apabila bahasa
itu mulai berbeda dalam suatu suku bangsa, niscaya bahasa itu akan membentuk
masyarakat tuturnya sendiri di luar dari suku bangsa yang lain. ( Kondjaraningrat,
dalam Chaer 1990:12)
Slamet Mulyana dalam Chaer (2004:8) mengatakan “Antara bahasa Indonesia
dan bahasa daerah telah terjadi kontak sosial dan budaya yang aktif. Jiwa bahasa
Indonesia dan jiwa bahasa daerah telah bertemu. Kedua bahasa yang bersangkutan mulai
saling memperhatikan, dan akhirnya saling mempengaruhi”. Begitu juga halnya dengan
bahasa Batak Toba sangat erat hubungannya dengan masyarakat suku Batak Toba dan
masyarakat yang menggunakan bahasa Batak Toba sebagai bahasa sehari-harinya.
Masyarakat Batak Toba mempunyai sistem adat tertentu yang berazaskan Dalihan
Na Tolu ‘ Tungku yang Berkaki Tiga/ Tungku Nan Tiga’ Dalihan Na Tolu merupakan
dasar hidup masyarakat Batak Toba. Setiap anggota masyarakat wajib berbuat dan
bertindak menurut aturan adat-istiadat yang berazaskan Dalihan Na Tolu.
Upacara adat dalam Masyarakat Batak Toba ialah upacara yang dihadiri oleh
ketiga unsur Dalihan Na Tolu, yaitu dongan sabutuha, hulahula dan boru. Ketiga
komponen inilah yang menjadi satu keluarga besar Dalihan Na Tolu yang baru. Apabila
ketiga komponen dari kedua pihak tidak hadir maka apa yang disebut adat tidak
memenuhi kulifikasi adat. Dengan kata lain, keterikatan ketiga komponen tersebut
merujuk pada satu kesatuan yang terintergrasi sehingga pelaksanaan adat dapat
berlangsung dengan baik.
Pesta perkawinan pada masyarakat Batak Toba merupakan semacam jembatan
yang mempertemukan Dalihan Na Tolu dari orang tua pengatin pria dan dari orang tua
pengantin wanita, artinya karena perkawinan itulah maka Dalihan Na Tolu dari orang tua
pengatin pria merasa dirinya berkerabat dengan Dalihan Na Tolu orang tua pengantin
wanita dan begitu juga sebaliknya. Segala istilah sapaan dan acuan yang digunakan oleh
pihak yang satu terhadap pihak yang lain demikian pula sebaliknya adalah istilah-istilah
kekerabatan berdasarkan Dalihan Na Tolu.
Perkawinan bagi suku Batak Toba bukanlah merupakan persoalan pribadi suami
juga ikatan dari orangtua si suami terhadap orang tua si istri, ditambah lagi dengan boru
serta hulahula dari masing-masing pihak.
Perkawinan suku Batak Toba haruslah diremiskan secara adat berdasarkan
Dalihan Na Tolu, dan upacara agama. Sedangkan catatan sipil hanyalah sebagai
pelengkap saja. Perkawinan suku Batak Toba yang hanya diabsahkan dengan upacara
agama serta catatan sipil boleh dikatakan masih dianggap perkawinan yang belum sah
oleh masyarakat Batak Toba dilihat dari sudut adat Dalihan Na Tolu.
Kajian tindak tutur, merupakan hal yang perlu dikaji. Tindak tutur merupakan
pengejawantahan kompetensi komunikasi seseorang. Scheffrin (1994:365)
mengemukakan “Kompetensi terbentuk sejak dini, dari masa kanak-kanak hinga dewasa,
berkembang sesuai dengan aturan yang merupakan konvensi dalam komunitas bahasa
tiap manusia”. Grass (1996:127) mengumukakan, “Tindak tutur bersifat fundamental
pada komunikasi manusia”. Sementara Cohen (1996:384) mengatakan bahwa “Tindak
tutur merupakan unit yang berfungsi penting dalam berkomunikasi”. Siregar (2000:172)
mengatakan bahwa “Komunikasi sehari-hari atau siasat bahasa dalam tindak tutur antara
penutur dan petutur bertujuaan untuk menciptakan dan menjaga hubungan sosial,
berhubungan dengan kesantunan”.
Chaer dan Agustina (1995:3) mengatakan “Sosiolingustik adalah bidang ilmu
antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu
dalam masyarakat. Selanjutnya Nababan, (1984:2) mengatakan, “Sosiolinguistik adalah
studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai
anggota masyarakat, mempelajari atau membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa.
kajian pada bagaimana bahasa yang berfungsi di tengah masyarakat. mereka juga
mengatakan bahwa sosiolinguistik berupaya menjelaskan kemampuan manusia
menguraikan aturan-aturan berbahasa secara tepat dalam situasi-situasi yang bervariasi”.
Tindak tutur yang sering dijumpai dalam acara adat perkawinan suku Batak Toba
tidaklah hal yang gampang. Tindak tutur tersebut harus sesuai dengan kedudukannya
sebagai penutur dalam acara tersebut. Apakah ia sebagai hulahula, dongan sabatuha atau
sebagai boru. Jika seseorang itu tidak paham atau tidak tau sebagai apa kedudukannya
dalam acara adat atau dia menduduki yang buka kedudukannya maka ia tidak paham
dengan tindak tutur yang berlaku yang sesuai dengan Dalihan Na Tolu sebagai filosopi
kehidupan masyarakat Batak Toba.
Penulis menganggap tindak tutur sapaan yang sering dipakai dalam upacara adat
perkawinan masyarakat Batak Toba yang sesuai dengan Dalihan Na Tolu perlu dipahami
dan dijelaskan kepada generasi muda supanya jangan punah. Untuk itu penulis memilih
judul ‘Tindak Tutur Sapaan Bahasa Batak Toba dalam Dalihan Na Tolu.”
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan proses atau tahapan untuk menjelaskan hal-hal
yang relevan dengan judul penelitian
1. Bagaimana Dalihan Na Tolu dalam konsep tindak tutur sapaan bahasa Batak
Toba?
2. Apa saja jenis dan fungsi tindak tutur sapaan dalam bahasa Batak Toba?
3. Bagaimana tindak tutur sapaan dalam acara perkawinan yang sesuai dengan
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup penelitian ini, maka perlu dilakukan
pembatasan penelitian. Pembatasan masalahnya adalah penggunan Tindak Tutur dan
Tutur Sapaan Bahasa Batak Toba dalam Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu di sini hanya
dalam upacara adat perkawinan saja.
D. Perumusan Masalah
Agar penelitian ini terarah, maka perlu dirumuskan masalah yang akan diteliti.
Rumusan masalah tersebut sekaligus menggambarkan fokus arah yang diikuti di dalam
proses penelitian. Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Dalihan Na Tolu dalam konsep tindak tutur sapaan bahasa Batak
Toba?
2. Bagaimanakah tindak tutur dalam bahasa Batak Toba yang berpatokan pada
Dalihan Na Tolu?
3. Bagimana jenis dan fungsi tindak tutur dalam Dalihan Na Tolu, khususnya pada
upacara perkawinan?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. untuk mengetahui jenis-jenis sapaan yang dipakai dalam bahasa Batak Toba
sesuai dengan Dalihan Na Tolu,
2. untuk mengetahui bagaimana cara-cara atau aturan-aturan dalam bertindak tutur
3. menjelaskan jenis dan fungsi tindak tutur dalam Dalihan Na Tolu, khususnya pada
acara perkawinan.
F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilaksanakan dapat memberi manfaat. Adapun manfaat dari
hasil penelitian ini adalah:
1. memperkenalkan jenis sapaan yang dipergunakan dalam bahasa Batak Toba, agar
yang membaca paham dengan sapaan yang ada dalam Bahasa Batak Toba,
2. memperkenalkan jenis dan fungsi tindak tutur dalam bahasa Batak Toba yang
berpatokan dengan Dalihan Na Tolu dalam acara adat perkawinan, agar dapat
dipahami dan dapat membedakannya dengan tindak tutur dalam bahasa Indonesia
atau pun kebahasa yang lain,
3. memperkaya referensi tentang kebudayaan suku Batak Toba yang sesuai/berpedoman
66
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Setelah melakukan penelitian tindak tutur sapaan dalam upacara perkawinan
masyarakat suku Batak Toba, maka penulis menyimpulkan tindak tutur dalam upacara
perkawinan di bagi atas 13 jenis tindak tutur, yakni:
1. tindak tutur bersalam dengan kategori ekspresif, tindak tutur bersalam ini
disampaikan oleh pihak hulahula, dongan sabutuhan ni parboru, dongan sabutuha ni paranak dan pihak boru. Tindak tutur ini digunakan untuk menyalam
semua hadirin yang ada dipesta sebelum memulai pembicaran,
2. tindak tutur memberkati dengan kategori representatif, tindak tutur memberkati
hanya disampaikan oleh pihak hulahula dan dongan sabutuha ni parboru.
Digunakan untuk memberkati pihak boru supanya mempunyai keturunan yang
banyak, sehat selalu dan umur yang panjang,
3. tindak tutur memohon dengan kategori direktif, tindak tutur memohon hanya
disampaikan oleh pihak boru dan dongan sabutuha parboru untuk memohon
berkat kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepada hulahula. Pada suku Batak
Toba hulahula dianggap pemberi berkat,
4. tindak tutur memuji dengan kategori representatif, tindak tutur memuji
disampaikan oleh pihak hulahula untuk memuji pihak boru dengan menyebut
pihak parboru dengan sebutan anak raja dan cucu orang kaya. Pihak parboru
dengan cara merendahkan diri dihadapan hulahula dan mengangkat martabat
hulahula,
5. tindak tutur meminta dengan kategori direktif, tindak tutur ini hanya pihak
hulahula yang berhak untuk memakainya. Hulahula meminta kepada pihak
parboru supanya memberikan mahar yang banyak.budanya suku Batak Toba
apabila pihak hulahula meminta kepada parboru, hal ini harus dipenuhi,
6. tindak tutur berjanji dengan kategori komisif, tindak tutur berjanji hanya
diucapkan hulahula kepada parboru atas harta bagian putrinya yang akan
diberikan pada waktu yang akan datang,
7. tindak tutur menyarankan dengan kategori representatif, semua unsur Dalihan Na
Tolu yang hadir dalam acara adat tersebut baik dari pihak parboru maupun dari
pihak paranak ikut serta dalam tindak tutur ini, dimana mereka berganti-ganti
menyarankan sesuai dengan kedudukan mereka,
8. tindak tutur memperingatkan dengan kategori direktif, tindak tutur ini
disampaikan pihak hulahula supaya parboru berbuat yang baik dalam segala hal
terutama terhadap hulahula,
9. tindak tutur mengesahkan dengan kategori komisif, tindak tutur ini diucapkan
oleh bersama-sama semua pihak yang ada pada acara tersebut
10.tindak tutur berterima kasih dengan kategori ekspresif, tindak tutur ini disampikan
kedua belah pihak. Pihak hulahula berterimakasih terhadap pihak parboru karna
sudah meyediakan makan yang enak dan pihak parboru juga berterima kasih
terhadap pihak hulahula karna sudah meringankan kakinya untuk menghadiri
11.tindak tutur menjawab dengan kategori representatif, tindak tutur menjawab
digunakan kedua belah pihak karna ada hal-hal yang ingin ditanyakan oleh pihak
hulahula dan begitu juga sebaliknya ada hal-hal yang ingin ditanyak oleh pihak parboru,
12.tindak tutur menjelaskan dengan kategori representatif,tindak tutur ini dipake
untuk menjelaskan hal-hal yang belum dipahami oleh kedua belah pihak,
13.tindak tutur bertanya dengan kategori direktif, dalam acara adat perkawinan suku
Batak Toba. Bertanya ada hal yang sering didengar dari pihak boru maupun dari
pihak hulahula,
Tindak tutur yang paling banyak dipake (dominan) dalam acara adat perkawinan
suku Batak Toba yang berpatokan dari Dalihan Na Tolu adalah tindak tutur representatif
yakni tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkannya,
sedangkan tindak tutur deklaratif tidak ada ditemukan si penulis. Tindak tutur yang
dituturkan oleh tiap pihak Dalihan Na Tolu ditentukan oleh posisinya dalam upacara adat
tersebut, apakah sebagai hulahula (pemberi istri), sebagai boru (penerima istri) dan
sebagai dongan sabutuha (kawan semarga) dari kedua pihak.
B.Saran
1. Peneliti berharap adanya penelitian lanjutan mengenai tindak tutur, misalnya
2. Peneliti juga berharap supaya para kaum muda mau mempelajari makna yang
terkandung dalam Dalihan Na Tolu suku Batak Toba
3. Tindak tutur dalam upacara perkawinan ini perlu diajarkan kepada generasi muda
70
DAFTAR PUSTAKA
Austin, Jhon L. 1962. How to do Things With Wonds. Oxford: Cornell University Press
Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengatar Sosiolinguistik. Bandung: PT Refika Aditama Ban
Chaer, Abdul dan Leonie Austina. 1995. Sosiolinguistik: Suatu Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta
Cohen, A. D. 1996. Speech acts. S. L. McKay & N. H. Hornberger (Eds). Sosiolinguistics and language teaching, ed. By Cambridge University Press
Cruse, D. Alan. 2000. Meaning in Language: An Introduction to Semantic and
Pragmatics. Oxford University Press
Grass, Susan M & New Joyce (Ed). 1996. Speech Acts Across Cultures. New York: Mountun de Ciruyter
Gultom Rajamarpodang, DJ. 1992. Dalihan Na Tolu Budaya Suku Batak. Medan: CV. Armanda
Lakoff, R. 1973b. Language and woman’splace. Language in Society, 2,45-79
Leech, G. N. 1983. Principles of pragmatics. London: Longman
Nababan, P.W.J.1984.Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia
Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches discourse. Massa Chusetts: Blackwell Publihers
Siahaan, Nalom. 1982. Adat Dalihan Na Tolu:Prinsip dan Pelaksanaanya.Jakarta: Tulus Jaya
Sihombing, T.M. 1986. Filsafat Batak:Tentang Kebiasaan-Kebiasaan Adat Istiadat. Jakarta: Balai Pustaka
Umar , Azhar dan Inayah Hanum.2006. Sosiolinguistik.Medan:Unimed Press
Tarigan, H.G.1987. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa