ABSTRAK
AFIKS DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR LAMPUNG POST DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA
Oleh
TIKA YUNI ARSITA
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan afiks dalam berita utama pada surat kabar Lampung Post serta impilkasinya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan penggunaan afiks dalam berita utama pada surat kabar Lampung Post serta implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah berita utama pada surat kabar Lampung Post edisi Januari 2014 yang berjumlah 28 eksemplar. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Dengan teknik ini, berita utama yang akan dijadikan sebagai sumber data dipilih berdasarkan tema “peristiwa” sehingga sumber data pada penelitian ini berjumlah sepuluh artikel berita utama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan afiks yang ditemukan dalam berita utama pada surat kabar Lampung Post dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis afiks, yaitu prefiks, sufiks, kofiks, dan kombinasi afiks. Berdasarkan temuan penelitian, penggunaan afiks yang sering muncul ialah prefiks sedangkan penggunaan afiks yang paling sedikit muncul ialah konfiks. Prefiks yang
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandarlampung, pada 12 Februari 1993. Penulis merupakan
anak kedua dari empat bersaudara, putri dari pasangan Bapak A. Fajri dan Ibu
Barti.
Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1998 di Sekolah Dasar Negeri 3
Gunung Terang dan diselesaikan tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama Negeri
8 Bandarlampung diselesaikan pada 2007. Sekolah Menengah Atas Negeri 5
Bandarlampung diselesaikan pada 2010.
Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Tahun 2013
penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pampangan Kecamatan
Sekincau Kabupaten Lampung Barat. Pada tahun yang sama penulis juga
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PPL) di SMP Miftahul Ulum Pampangan,
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan Alhamdulillah dan rasa bahagia atas nikmat yang diberi
Allah Subbahana Wata’ala kupersembahkan skripsi ini untuk orang-orang terkasih
dalam hidupku.
1. Ayahanda dan Ibunda tercintaku, Bapak A. Fajeri dan Ibu Barti yang tak
henti-hentinya mencurahkan kasih sayang, mendidik dengan penuh cinta, dan
berdoa dengan keikhlasan hati untuk keberhasilanku menggapai cita-cita serta
selalu menanti keberhasilanku.
2. Kakak dan adik-adikku, Danis Septa Kesuma, Vyon Elvaton, dan Nafeeza
Aulia Zahra yang telah memberikan doa, bantuan, motivasi, dan dukungan
dalam menuntut ilmu serta menanti keberhasilanku.
3. Untuk keluarga besar dan sahabat-sahabatku yang telah memberikan
semangat, nasihat, motivasi, dan dukungan dalam keadaan suka dan duka.
4. Bapak dan Ibu dosen serta staf Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan almamater tercinta yang mendewasakanku dalam berpikir,
MOTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”
(QS. Al- Insyirah: 6-8)
“Tidak ada sesuatu yang mudah kecuali Allah menjadikannya mudah apabila Allah menghendaki pasti kesulitan itu akan menjadi kemudahan”
(Al-Hadist)
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahuinya”
SANWACANA
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulilahirobbilalamin, segala puji bagi Allah Subbahana Wata’ala yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Afiks dalam Berita Utama Surat Kabar
Lampung Post dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMA”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar
sarjana pendidikan pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung.
Penulis telah banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak dalam proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, sebagai wujud rasa
hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.
1. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang
selama ini telah banyak membantu, membimbing, mengarahkan, dan memberi
saran kepada penulis dengan cermat dan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
2. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku pembimbing II sekaligus Ketua
ix
Universitas Lampung yang selama ini telah banyak membantu, membimbing,
mengarahkan dan memberi kritik dan saran yang sangat berarti bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Wini Tarmini, M.Hum., selaku penguji yang telah memberikan nasihat,
arahan, saran dan motivasi kepada penulis.
4. Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing akademik yang
senantiasa memberikan dukungan, nasihat, arahan, dan kritik yang bermanfaat
bagi penulis.
5. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu yang bermanfaat.
7. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
8. Bapak dan Ibu tercinta, A. Fajri dan Barti, yang telah mendidikku dengan
penuh kesabaran, memberikan kasih sayang, pengorbanan, perhatian, nasihat,
dukungan, dan doa yang tiada terputus untuk keberhasilanku.
9. Kakakku tersayang, Danis Septa Kesuma yang telah membantu, mendoakan,
menasihati, dan memenuhi kebutuhanku dalam melaksanakan pendidikan di
perguruan tinggi ini.
10. Adik-adikku tersayang, Vyon Elvaton dan Nafeeza Aulia Zahra yang selalu
menghilangkan penat penulis melalui perhatian, tawa, dan candanya.
12. Teman terdekatku, terima kasih atas bantuan dan kesetiannya menemani
dalam keadaan senang maupun sedih, serta telah memberikan semangat dan
motivasi yang berharga bagi penulis.
13. Teman seperjuanganku, Ani Setyawati, Anida Febriani, Ayuning Tyas
Purwaningrum, Deacy Permata Sari, Novita Sari, Shera Lovina, Riris
Kristiani, dan Weny Nisma yang selama ini telah memberi motivasi,
dukungan, dan doa yang tulus.
14. Teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Daerah angkatan 2010 terima kasih atas doa serta kebersamaan yang telah
teman-teman berikan.
15. Sahabat KKN Riska, Nida, Mumu, Mia, dan Ira.
16. Semua pihak yang membantu terselesainya skripsi ini.
Semoga Allah Subbahana Wata’ala selalu memberikan balasan yang lebih besar
untuk Bapak, Ibu, dan rekan-rekan semua. Hanya ucapan terima kasih dan doa
yang bisa penulis berikan. Kritik dan saran selalu terbuka demi terciptanya
kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk
kemajuan pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Aamiin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bandarlampung, September 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
RIWAYAT HIDUP ... v
MOTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
SANWACANA ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
DAFTAR SINGKATAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat penelitian ... 9
1.5Ruang Lingkup Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Morfologi ... 11
2.1.1 Leksem, Morfem, Bentuk Dasar, Akar, dan Kata ... 12
2.1.2 Proses Morfologis ... 13
2.2 Afiks Bahasa Indonesia ... 14
2.2.1 Afiks ... 14
2.2.2 Proses Pembubuhan Afiks (Afiksasi) ... 16
2.2.3 Jenis-Jenis Afiks ... 17
a. Prefiks (Awalan) ... 17
b. Infiks (Sisipan) ... 34
c. Sufiks (Akhiran) ... 36
d. Konfiks (Imbuhan Terbelah) ... 47
e. Simulfiks {N-} ... 55
f. Kombinasi Afiks ... 56
2.3 Surat Kabar ... 67
2.3.1 Fungsi Surat Kabar ... 68
2.3.2.1 Pengertian Berita Utama ... 69
2.3.3 Ragam Bahasa Jurnalistik ... 70
2.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA ... 72
2.4.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 74
2.4.2 Pemilihan dan Penyusunan Bahan Ajar ... 74
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 77
3.2 Sumber Data ... 77
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 78
3.4 Teknik Analisis Data ... 78
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 80
a. Penggunaan Prefiks ... 81
b. Penggunaan Sufiks ... 81
c. Penggunaan Konfiks ... 82
d. Penggunaan Kombinasi Afiks... 82
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 85
4.2.1 Penggunaan Prefiks ... 85
a. Penggunaan Prefiks {ber-}... 85
b. Penggunaan Prefiks {se-} ... 88
c. Penggunaan Prefiks {pe-} ... 89
d. Penggunaan Prefiks {peN-} ... 90
e. Penggunaan Prefiks {di-} ... 96
f. Penggunaan Prefiks {meN-} ... 97
g. Penggunaan Prefiks {ter-} ... 103
4.2.2 Penggunaan Sufiks ... 105
a. Penggunaan Sufiks {-an} ... 106
b. Penggunaan Sufiks {-nya} ... 107
c. Penggunaan Sufiks {-al} ... 108
d. Penggunaan Sufiks {-if} ... 109
e. Penggunaan Sufiks {-tas} ... 110
4.2.3 Penggunaan Konfiks ... 111
a. Penggunaan Konfiks {ke-an} ... 111
b. Penggunaan Konfiks {per-an} ... 112
c. Penggunaan Konfiks {peN-an} ... 113
d. Penggunaan Konfiks {ber-an} ... 118
e. Penggunaan Konfiks {se-nya} ... 119
f. Penggunaan Konfiks {ber-R} ... 120
4.2.4 Penggunaan Kombinasi Afiks ... 121
a. Penggunaan Kombinasi Afiks {me-kan} ... 122
b. Penggunaan Kombinasi Afiks {di-kan} ... 128
c. Penggunaan Kombinasi Afiks {me-i} ... 129
d. Penggunaan Kombinasi Afiks {di-i} ... 134
e. Penggunaan Kombinasi Afiks {memper-kan} ... 135
f. Penggunaan Kombinasi Afiks {diper-kan} ... 136
xiii
h. Penggunaan Kombinasi Afiks {se-nya} ... 137
i. Penggunaan Kombinasi Afiks {keber-an} ... 138
j. Penggunaan Kombinasi Afiks {keter-an} ... 139
k. Penggunaan Kombinasi Afiks {ber-an} ... 139
l. Penggunaan Kombinasi Afiks {ber-kan} ... 140
4.3 Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA ... 141
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 167
5.2 Saran ... 169
DAFTAR PUSTAKA ... 171
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penggunaan Afiks dalam Berita Utama Surat Kabar
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tabel Ancangan Instrumen Penelitian ... 174 2. Tabel Instrumen Penelitian Afiks dalam Berita Utama Surat Kabar
Lampung Post ... 176 3. Tabel Data Representasi Terpilih Afiks dalam Berita Utama
Surat Kabar Lampung Post ... 178 4. Tabel Analisis Data Representasi Terpilih Afiks ... 180 5. Data Representasi Afiks dalam Berita Utama Surat Kabar
DAFTAR SINGKATAN
Jan : Januari
K : Konfiks
KA : Kombinasi Afiks
LP : Lampung Post
P : Prefiks
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa
digunakan sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi sesama manusia. Dengan
bahasa, manusia dapat menyampaikan berbagai informasi, berita, pikiran,
gagasan, pendapat, perasaan, dan sebagainya. Bahasa adalah alat komunikasi
antara anggota masyarakat yang berupa simbol bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia (Keraf, 1994: 1). Selain berfungsi sebagai alat komunikasi,
bahasa juga memunyai beberapa fungsi yang lainnya, seperti alat untuk
mengekspresikan diri, alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan
sebagai alat kontrol sosial (Keraf, 1994: 3). Mengingat pentingnya bahasa seperti
yang dikemukakan di atas, maka setiap manusia harus mahir berbahasa, baik
secara lisan maupun tulisan.
Salah satu kunci sukses dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
adalah ketepatan dan keteraturan berbahasa. Ketepatan dan keteraturan berbahasa
itu tentu saja memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang luas mengenai ilmu
kebahasaaan. Salah satu ilmu kebahasaan yang perlu dikuasai ialah morfologi.
Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang
kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain perubahan dalam
fungsi gramatik maupun semantik (Ramlan, 1987: 21).
Proses morfologis (pembentukan kata) dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan
dengan tiga cara, yakni proses pembubuhan afiks (afiksasi), proses pengulangan
(reduplikasi), dan proses pemajemukan (komposisi) (Ramlan, 1987: 52). Dari
ketiga proses tersebut, penelitian ini memfokuskan pada proses pembubuhan afiks
atau afiksasi. Afiksasi ialah pengimbuhan pada suatu satuan, baik berupa bentuk
tunggal maupun kompleks dengan tujuan untuk membentuk suatu kata, seperti
mendengar, didengar, pendengar, terdengar, pendengaran, dan didengarkan.
Afiksasi sangat produktif dalam menyokong perbendaharaan kata bahasa
Indonesia. Banyak kata dalam bahasa Indonesia yang dibentuk dari proses
pengimbuhan ini. Afiks dapat digunakan dalam bahasa tulis maupun bahasa lisan.
Secara umum, afiks dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi enam jenis afiks,
yaitu (1) prefiks (awalan), (2) sufiks (akhiran), (3) infiks (sisipan), (4) konfiks, (5)
simulfiks, dan (6) kombinasi afiks.
Berkomunikasi juga memerlukan media. Keberadaan media dapat menjadi sarana
memperlancar komunikasi atau kegiatan berbahasa. Salah satu media komunikasi
dalam bahasa tulisan yang efektif memperlancar komunikasi adalah media massa
cetak atau surat kabar. Surat kabar merupakan alat atau media penyampaian berita
atau informasi yang sesuai dengan realita yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Surat kabar juga memiliki peran penting dalam pembinaan bahasa
3
Lampung Post adalah salah satu surat kabat harian yang terbit di Bandar
Lampung. Surat kabar ini memuat berbagai informasi yang bersifat internasional,
nasional, dan regional (daerah), dan dapat dibaca oleh sebagian besar masyarakat
Lampung, baik dari kalangan atas, menengah, maupun kalangan bawah. Penulis
memilih surat kabar Lampung Post karena surat kabar ini sudah terbit sejak tahun
1974, dan hingga saat ini eksistensinya belum pudar. Surat kabar Lampung Post
juga pernah dinobatkan sebagai surat kabar terpopuler di Lampung pada tahun
2010 dengan dibaca oleh 400.000 orang setiap harinya. Penghargaan ini diperoleh
berdasarkan survei yang dilakukan oleh salah satu lembaga survei di Lampung,
yaitu Rakata Institute. Survei ini dilakukan di satu kota dan empat kabupaten,
yakni Bandar Lampung, Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan
dan Pesawaran
(http://rakatainstitute.blogspot.com/2010/09/surat-kabar-dan-stasiun-tv-lokal.html).
Berdasarkan alasan dipilihnya Lampung Post oleh pembaca, hasil survei tersebut
menunjukkan bahwa 56% pembaca memilih Lampung Post karena kualitas berita
yang disajikan, selanjutnya 17% karena kemudahan memperoleh, 12% untuk
bermerek dan terkenal, sedangkan mengenai harga menempati urutan keempat 9%
dan tampilan menarik 6%
(http://rakatainstitute.blogspot.com/2010/09/surat-kabar-dan-stasiun-tv-lokal.html). Saat ini surat kabar Lampung Post mampu
memproduksi surat kabar sebanyak 30.000 eksemplar dengan 20 halaman
Lampung Post memuat berbagai kolom berita, seperti berita utama, tajuk, artikel,
iklan, dan sebagainya. Berita utama dalam surat kabar ialah kolom yang menjadi
sorotan utama pembaca. Hal ini karena berita utama letaknya di halaman pertama
dan selalu menyuguhkan informasi atau topik terhangat yang sedang terjadi di
masyarakat. Untuk menarik perhatian pembaca, berita utama berada di halaman
awal surat kabar, penyajiannya didukung dengan ukuran huruf judul berita yang
lebih besar dari huruf lainnya serta gambar yang mendukung berita utama
tersebut. Dengan demikian, pembaca dapat dengan mudah untuk mengetahui
polemik yang terjadi dalam masyarakat. Untuk dapat menarik perhatian pembaca,
penulisan berita dalam surat kabar juga harus memerhatikan cara menulis yang
baik.
Bahasa dalam surat kabar biasanya menggunakan bahasa yang sederhana,
kalimat-kalimatnya pendek, lugas, mudah dimengerti, dan langsung mengenai
persolaan (Assegaf, 1982: 98). Dengan begitu seorang penulis berita harus
memunyai pengetahuan yang dalam mengenai dunia tulis-menulis, seperti
ketekunan, latihan, dan pengalaman. Ketekunan dalam penulisan tergambar dalam
pemilihan kata-kata yang digunakan.
Sebelumnya sudah terdapat beberapa penelitian sejenis yang dilakukan oleh
beberapa mahasiswa pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Lampung, seperti pada penelitian dari mahasiswa bernama Irwan Jauri dengan
judul skripsi Penggunaan afiks dalam tuturan siswa pada proses pembelajaran
Bahasa Indonesia kelas IV SD Islam Terpadu Permata Bunda Bandarlampung
5
afiks dalam tuturan siswa. Dengan demikian, objek pada penelitian ini ialah
bahasa lisan yaitu tuturan siswa. Hasil dari penelitian ini ialah penggunaan afiks
yang timbul dalam tuturan siswa kelas IV SD, baik penggunaan jenis afiks formal
dan nonformal. Namun, penelitian ini tidak mengimplikasikan hasil penelitiannya
dengan pembelajaran Bahasa Indonesia.
Selain penelitian dengan judul di atas, terdapat beberapa penelitian sejenis
lainnya, yakni yang pertama penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa bernama
Vivi Oktavianti dengan judul skripsi Penggunaan Kata Berimbuhan dalam
Karangan Narasi Siswa Kelas V SD Ismania Al-Qur’aniyah Rajabasa
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2010/2011. Selanjutnya, yang kedua dilakukan
oleh mahasiswa bernama Supri Yanti dengan judul skripsi Penggunaan Kata
Berimbuhan dalam Latar Belakang Proposal Skripsi Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Periode Januarai-April
2007 dan penelitian yang ketiga dilakukan oleh mahasiswa bernama Rian Andri
Prasetya dengan judul skripsi Penggunaan Kata Berimbuhan dalam Laporan
Praktik Kerja Indudtri Siswa SMK Negeri 2 Bandarlampung Tahun 2013 dan
Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK.
Ketiga penelitian di atas menggunakan objek penelitian bahasa tulisan, yakni
karangan narasi siswa kelas IV SD, latar belakang skripsi mahasiswa, dan laporan
praktik kerja industri siswa. Hasil penelitian pada skripsi pertama ialah
penggunaan kata berimbuhan dalam karangan narasi siswa. Sama halnya dengan
penelitian dari Saudara Irwan, hasil penelitian Saudara Vivi ini juga tidak
subjek penelitian pada penelitian kedua dan ketiga ini ialah penggunaan afiks
yang dibatasi pada jenis-jenis afiks yang mengalami proses morfofonemik.
Sehingga hasil penelitian yang didapat terbatas pada penggunaan afiks yang
mengalami proses morfofonemik saja. Hasil penelitian pada skripsi kedua juga
tidak diimplikasikan pada pembelajaran Bahasa Indonesia sedangkan hasil
penelitian pada skripsi ketiga diimplikasikan pada pembelajaran bahasa Indonesia
di SMK sebagai materi pembelajaran.
Peneliti merasa penting melakukan penelitian ini karena hasil penelitian sejenis
sebelumnya yang telah dijabarkan di atas belum menjawab pertanyaan pada
penelitian ini. Penelitian ini akan mendeskripsikan penggunaan afiks dalam berita
utama surat kabar Lampung Post. Hasil penelitian ini juga akan diimplikasikan
pada pembelajaran bahasa Indonesia.
Selain pernah dinobatkan sebagai surat kabar terpopuler pada tahun 2010, surat
kabar Lampung Post ini juga tergabung dalam Media Grup, yakni salah satu usaha
penerbitan yang pernah mendapat penghargaan dari Pusat Bahasa karena
penggunaan bahasanya yang dinilai baik. Atas dasar itu, maka peneliti semakin
tertarik meneliti mengenai penggunaan afiks dalam berita utama surat kabar
Lampung Post ini yang sudah dianggap memiliki tatanan dan pemilihan kata yang
baik dan benar. Selain itu, alasan lainnya peneliti merasa penting melakukan
penelitian ini karena setelah melakukan pengamatan pada teks berita utama dalam
surat kabar Lampung Post memperlihatkan bahwa penggunaan afiks dalam berita
7
lainnya. Penggunaan afiks dalam berita utama tersebut dapat terlihat pada kalimat
berikut.
(a) Pasangan Amalsyah Tarmizi-Gunadi Ibrahim akhirnya mundur dari bursa pemilihan Gubernur Lampung. (Lampung Post, 24 Januari 2014) (b) Isu bom mewarnai perayaan Natal di Bandar Lampung. (Lampung
Post, 26 Desember 2013)
Dilihat dari segi bentuknya, pada kalimat (a) kata pemilihan dan pada kalimat (b)
kata perayaan merupakan kata yang sama-sama terbentuk dari proses
pembentukan kata dengan menggunakan konfiks {peN-an}. Pengimbuhan
konfiks {peN-an} ini dilakukan secara serentak pada sebuah bentuk dasar. Pada
kalimat (a) kata pemilihan terbentuk dari peN- + pilih + -an sedangkan pada
kalimat (b) kata perayaan terbentuk dari peN- + raya + -an. Pada kedua bentuk
kata ini, prefiks {peN-} mengalami proses morfofonemik menjadi {pe-}sehingga
konfiks {peN-an} menjadi {pe-an}. Hilangnya fonem /N/ pada prefiks {peN-} ini
karena prefiks {peN-} diimbuhkan pada kata dasar yang berawal dengan fonem
/p/ dan /r/, seperti pada kata dasar pilih dan raya tersebut. Penggunaan konfiks
{peN-an} ini sudah sesuai dengan ragam standar bahasa Indonesia. Selanjutnya,
pada kalimat (b) kata mewarnai merupakan kata yang terbentuk dari kombinasi
afiks {me-i}. Kata mewarnai terbentuk dari meN- + warna + -i. Pada bentuk ini,
prefiks {meN-} mengalami proses morfofonemik menjadi {me-}. Perubahan ini
terjadi karena prefiks {meN-} diimbuhkan pada kata dasar yang berawal dengan
fonem /w/, seperti pada kata dasar warna. Penggunaan kombinasi afiks {me-i} ini
Keterampilan mengenai tata bentuk kata, khususnya afiks juga memegang peran
penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Salah satu pembelajaran Bahasa
Indonesia yang terkait dengan penelitian ini tertuang dalam silabus kurikulum
2013 untuk SMA kelas XII semester ganjil, yakni pada pembelajaran mengenai
teks berita, yakni dalam KI 4, yaitu mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta
dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif,
dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan dengan KD 4.2, yakni
memproduksi teks berita yang koheren sesuai dengan karakteristik teks baik
secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian, judul penelitian ini adalah Afiks
dalam Berita Utama Surat Kabar Lampung Post dan Implikasinya terhadap
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah penggunaan afiks dalam berita utama surat kabar Lampung
Post edisi Januari 2014?
2. Bagaimanakah implikasi penggunaan afiks dalam berita utama surat kabar
Lampung Post terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah
9
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Mendeskripsikan penggunaan afiks dalam berita utama surat kabar Lampung
Post.
2. Mendeskripsikan implikasi penggunaan afiks dalam berita utama surat kabar
Lampung Post terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah
Atas (SMA).
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai kalangan. Adapun
kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai ilmu
bahasa dalam kajian pembentukan kata khususnya afiks yang digunakan
dalam surat kabar dan juga diharapkan dapat menambah referensi penelitian
selanjutnya.
2. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai penggunaan afiks dalam
surat kabar.
3. Membantu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam mencari alternatif
bahan ajar yang berkaitan dengan kajian afiks bagi siswa SMA.
1.5Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Subjek penelitian ini berupa berita utama surat kabar Lampung Post edisi
2. Objek penelitian ini adalah afiks dalam berita utama surat kabar Lampung
Post edisi Januari 2014.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Morfologi
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan
kata logi yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ilmu
mengenai bentuk. Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap
golongan dan arti kata; atau morfologi mempelajari seluk-beluk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi
semantik (Ramlan, 1987: 21).
Jika dikatakan morfologi membicarakan masalah bentuk-bentuk dan pembentukan
kata maka pembahasan mengenai komponen atau unsur pembentukan kata itu,
yaitu morfem, baik morfem dasar maupun morfem afiks, dengan berbagai alat
proses pembentukan kata itu, yaitu afiks dalam pembentukan kata melalui proses
afiksasi, duplikasi ataupun pengulangan dalam proses pembentukan kata melalui
proses reduplikasi, penggabungan dalam proses pembentukan kata melaui proses
2.1.1 Leksem, Morfem, Bentuk Dasar, Akar, dan Kata
Kajian utama morfologi adalah seluk-beluk kata. Dengan demikian dalam kajian
ini akan membahas mengenai unsur-unsur kata seperti morfem, bentuk dasar kata,
akar, leksem, dan kata. Leksem dalam kajian morfologi digunakan untuk
mewadahi konsep bentuk yang akan menjadi kata melalui proses morfologi
(Chaer, 2008: 23). Misalnya bentuk PUKUL (dalam konvensi ‘morfologi’ leksem
ditulis dengan huruf kapital semua) adalah sebuah leksem yang akan menurunkan
kata-kata seperti memukul, terpukul, pukul, pukulan, pemukul, dan pemukulan.
Morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak
memunyai satuan lain sebagai unsurnya (Ramlan, 1987: 32). Dengan kata lain,
morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna. Wujud morfem
dapat berupa imbuhan, klitika, partikel, dan kata dasar, misalnya –an, lah,
-kah,bawa. Seperti halnya fonem, morfem pun memiliki variasi disebut alomorf.
Misalnya morfem {meN-} memiliki lima alomorf/variasi morfem, yaitu /mem-/,
/me-/, /men-/, /meny-/, /meng-/, dan /menge-/. Setiap variasi morfem tersebut
dinamai morf. Morf adalah anggota morfem yang belum ditentukan distribusinya
(Kridalaksana, 2011: 158).
Istilah bentuk dasar (base) biasanya digunakan untuk menyebut sebuah bentuk
yang menjadi dasar dalam proses morfologi. Bentuk dasar ialah satuan, baik
tunggal maupun kompleks, yang menjadi dasar bentukan bagi satuan yang lebih
besar (Ramlan, 1996: 49). Misalnya pada kata berpakaian yang tervbentuk dari
bentuk dasar pakaian dengan afiks {ber-} sedangkan akar (root) dalam morfologi
13
Artinya, akar adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya ditanggalkan
(Chaer, 2008: 22).
Selain istilah leksem, morfem, dasar, dan akar, terdapat pula istilah kata. Kata
adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan
memunyai makna (Finoza, 2008: 80). Contohnya, rumah, duduk, penduduk,dan
sebagainya. Kata-kata yang dibentuk dengan menggabungkan huruf atau
menggabungkan morfem, baru dapat dinyatakan sebagai kata bila bentukan itu
memunyai makna.
2.1.2 Proses Morfologis
Proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah
bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan
(dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan
(dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi)
(Chaer, 2008: 25).
Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan
morfem yang satu dengan morfem yang lain (Samsuri, 1994: 190). Selanjutnya,
proses morfologis adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang
merupakan bentuk dasarnya. Proses morfologi dalam bahasa Indonesia terbagi
atas tiga proses yakni, proses pembubuhan afiks (afiksasi), proses pengulangan
2.2 Afiks Bahasa Indonesia
Afiks sangat berperan penting dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Hal
itu dikarenakan, proses afiksasi merupakan proses pembentukan kata yang sangat
produktif.
2.2.1 Afiks
Afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan
unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan
melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru
(Ramlan, 1987: 55).
Afiks ialah bentuk kebahasaan terikat yang hanya memunyai arti gramatikal, yang
merupakan unsur langsung suatu kata, tetapi bukan merupakan bentuk dasar, yang
memiliki kesanggupan untuk membentuk kata-kata baru (Muslich, 2009: 41).
Berdasarkan asalnya, afiks dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi
dua jenis, yaitu sebagai berikut (Putrayasa, 2008: 9).
1) Afiks asli, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa Indonesia. Misalnya,
{meN-}, {ber-}, { ter-}, { -el-}, {-em-},{ -er-},{ -i},{-kan}, dan lain-lain.
2) Afiks serapan, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa asing ataupun bahasa
15
Dari segi penempatannya, afiks bahasa Indonesia terbagi menjadi enam jenis,
yaitu
1. afiks yang terletak pada awal kata yang lazim disebut awalan (prefiks)
(Kridalaksana, 1996: 28; Putrayasa, 2008: 7). Contohnya: {meN-}, {ber-},
{ter-}, {pe-}, {per-}, dan {se-};
2. afiks yang diletakkan di belakang kata dasar yang lazim disebut akhiran
(sufiks) (Kridalaksana, 1996: 29; Putrayasa, 2008: 7). Contohnya: {-an},
{-kan}, dan {-i};
3. afiks yang terletak di dalam bentuk dasar yang lazim disebut sisipan (infiks)
(Kridalaksana, 1996: 28; Putrayasa, 2008: 7). Contohnya: {-el-}, {-er-},
{-em-}, dan {-in-};
4. afiks yang terletak pada awal dan akhir sekaligus atau yang lazim disebut
gabungan imbuhan (konfiks) (Kridalaksana, 1996: 29; Putrayasa, 2008: 7;
Alwi, dkk., 2003: 31). Contohnya: {ke-an}, {peN-an}, {per-an}, {ber-an};
5. afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental yang dileburkan
pada dasar yang lazim disebut simulfiks . Dalam bahasa Indonesia simulfiks
dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar,
dan fungsinya ialah membentuk verba atau memverbalkan nomina, adjektiva
atau kelas kata lain. Contohnya terdapat dalam bahasa Indonesia nonstandar,
seperti kopi – mgopi, soto – nyoto, sate – nyate, kebut – ngebut (Kridalaksana,
1996: 29);
6. Imbuhan gabungan atau kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau
lebih yang bergabung dengan dasar. Afiks ini bukan jenis afiks yang khusus,
makna gramatikal tersendiri, muncul secara bersama pada bentuk dasar, tetapi
berasal dari proses yang berlainan, atau muncul secara bertahap (tidak
serentak) (Kridalaksana, 1996: 29; Putrayasa, 2008: 8). Contohnya:
{meN-kan}, {meN-i}, {memper-{meN-kan}, {memper-i}, {ber-{meN-kan}, {ter-{meN-kan}, {di-{meN-kan},
{per-kan}, {diper-kan}, {peN-an}, dan {se-nya}.
2.2.2 Proses Pembubuhan Afiks (Afiksasi)
Proses pembubuhan afiks (afiksasi) ialah peristiwa pembentukan kata dengan
jalan membubuhkan afiks pada bentuk dasar (Muslich, 2009: 38). Selanjutnya,
Proses pembubuhan afiks ialah pembubuhan afiks pada sesuatu satuan, baik
satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk
kata (Ramlan, 1987: 54). Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan
kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar
tunggal maupun kompleks (Putrayasa, 2008: 5). Misalnya, pembentukan afiks
{meN-} pada bentuk dasar jual menjadi menjual, benci menjadi membenci, masak
menjadi memasak, dan sebagainya.
Di samping dapat menempel pada bentuk dasar yang bermorfem tunggal
(monomorfemis) afiks juga dapat membubuhkan diri pada bentuk dasar yang
bermorfem lebih dari satu (polimorfemis). Misalnya, pembubuhan afiks {ber-}
pada bentuk dasar satu padu sehingga menjadi bersatu padu; pembubuhan afiks
{meN-} pada bentuk dasar babi buta sehingga menjadi membabi buta (Muslich,
17
2.2.3 Jenis-Jenis Afiks
Terdapat beberapa afiks dalam bahasa Indonesia, yakni prefiks (awalan), infiks
(sisipan), sufiks (akhiran), konfiks, simulfiks, dan kombinasi afiks.
a) Prefiks (Awalan)
Prefiks merupakan salah satu jenis afiks yang produktif. Prefiks atau awalan
adalah afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar (Alwi, dkk.,
2003: 31). Misalnya, prefiks {-ber} pada kata bermain, bersiul, berjalan,
bergurau, belajar. Berikut ini diuraikan jenis-jenis prefiks dalam bahasa
Indonesia yang meliputi prefiks {ber-}, {per-}, {ke-}, {se-}, {pe-}, {peN-},
{di-}, {meN-}, dan {ter-}.
1) Prefiks {-ber}
Dalam pembentukan kata, prefiks {-ber} mengalami perubahan bentuk
sesuai dengan kondisi morfem yang mengikutinya (morfofonemik).
Terdapat tiga bentuk yang dapat terjadi jika prefiks {ber-} diletakkan pada
bentuk dasar. Ketiga bentuk tersebut adalah {be-}, {ber-}, dan {bel-}
(Putrayasa, 2008: 17; Chaer, 2008: 46). Kaidah pembentukan prefiks
{ber-} adalah sebagai berikut.
a) Prefiks {ber-} berubah menjadi {be-} jika ditempatkan pada bentuk
dasar yang bermula dengan fonem /r/ atau bentuk dasar yang suku
pertamanya berakhir dengan /er/.
Misalnya:
ber- + serta beserta
ber- + runding berunding
b) Prefiks {ber-} berubah menjadi {ber-} (tidak mengalami perubahan)
jika ditempatkan pada bentuk dasar yang suku pertamanya tidak
bermula dengan fonem /r/ atau suku kata pertamanya tidak
mengandung /er/.
Misalnya:
ber- + main bermain
ber- + kerudung berkerudung
ber- + dasi berdasi
c) Prefiks {ber-} berubah menjadi {bel-} jika dilekatkan pada bentuk
dasar ajar.
ber- + ajar belajar
Prefiks {ber-} juga dapat membentuk makna gramatikal akibat
pertemuannya dengan kata dasar yang dapat digolongkan sebagai berikut
(Chaer, 2008: 107-112).
a) Menyatakan makna ‘memunyai, memiliki atau ada’.
Prefiks {ber-} menyatakan makna ‘memunyai, memiliki atau ada’
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda), (+
milik), dan atau (+ bagian).
Contoh: Budi beristri dua.
b) Menyatakan makna ‘memakai atau menggunakan’.
Prefiks {ber-} menyatakan makna ‘memakai atau menggunakan’
apabila bentuk dasarnya memunyai komponen makna (+ pakaian) atau
(+ perhiasan).
19
c) Menyatakan makna ‘mengendarai, menumpang atau naik’.
Prefiks {ber-} menyatakan makna ‘mengendarai, menumpang atau
naik’ apabila bentuk dasarnya memiliki kompinen makna (+
kendaraan).
Contoh: Rani bersepeda di halaman.
d) Menyatakan makna ‘berisi atau mengandung’.
Prefiks {ber-} menyatakan makna ‘berisi atau mengandung’ apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda) atau (+
kandungan).
Contoh: Makanan itu tidak beracun.
e) Menyatakan makna ‘mengeluarkan atau menghasilkan’.
Prefiks {ber-} menyatakan makna ‘mengeluarkan atau menghasilkan’
apabila bentuk dasarnya memiliki kompenen makna (+ benda), (+
hasil), atau (+ keluar).
Contoh: Pabrik itu tidak berproduksi lagi sejak kemarin.
f) Menyatakan makna ‘ mengusahakan atau mengerjakan’.
Prefiks {ber-} menyatakan makna ‘mengusahakan atau mengerjakan’
apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bidang usaha).
Contoh: Hampir semua mata pencaharian penduduk Indonesia adalah
bercocok tanam.
g) Menyatakan makna ‘melakukan’.
Prefiks {ber-} menyatakan makna ‘melakukan kegiatan’ apabila
bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda) dan (+
Contoh: Mereka berdiskusi mengenai ketahanan nasional.
h) Menyatakan makna ‘mengalami atau berada dalam keadaan’.
Prefiks {ber-} menyatakan makna ‘mengalami atau berada dalam
keadaan’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+
perasaan batin).
Contoh: Ani bergembira karena dapat naik kelas.
i) Menyatakan makna ‘menyebut atau menyapa’.
Prefiks {ber-} menyatakan makna ‘ menyebut atau menyapa’ apabila
bentuk dasrnya memiliki komponen makna (+ kerabat) dan (+
sapaan).
Contoh: Ia beradik kepadaku.
j) Menyatakan makna ‘kumpulan atau kelompok’.
Prefiks {ber-} menyatakan makna ‘kumpulan atau kelompok’ apabila
bentuk dasrnya memiliki komponen makna (+ jumlah) atau (+
hitungan).
Contoh: Mereka berlima adalah penari.
k) Menyatakan makna ‘memberi’.
Prefiks {ber-} menyatakan makna ‘memberi’ apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ benda) dan (+ berian).
Contoh: Dia diminta berceramah di pertemuan itu.
Chaer (2008: 112) menambahkan bahwa ada sejumlah kata berprefiks
21
Misalnya:
berpulang dengan makna ‘meninggal’
bersalin dengan makna ‘melahirkan’
bertolak dengan makna ‘melakukan perjalanan’
2) Prefiks {per-}
Prefiks {per-} sangat berkaitan erat dengan prefiks {ber-}. Jika kata
kerjanya berawalan {ber-} maka kata bendanya menjadi {per-}. Misalnya,
pada kata dasar tapa. Bentuk dari kata tersebut adalah bertapa (verba), dan
nominanya adalah pertapa. Sekarang, kelas kata nomina {per-} luluh
menjadi {pe-} (Putrayasa, 2008: 21).
Misalnya:
bertapa pertapa petapa
bertani pertani petani
Dalam pertemuannya dengan kata dasar verba, prefiks {per-} dapat
membentuk makna gramatikal yakni sebagai berikut (Chaer, 2008:
124-126).
a) Menyatakan makna ‘jadikan lebih’.
Prefiks {per-} menyatakan makna ‘jadikan lebih’ apabila bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) atau (+ situasi).
Contoh: pertinggi, artinya ‘jadikan lebih tinggi’
b) Menyatakan makna ‘anggap sebagai’.
Prefiks {per-} menyatakan makna ‘anggap sebagai atau jadikan’
Contoh: perbudak, artinya ‘anggap sebagai budak’
peristri, artinya ‘jadikan istri’
c) Menyatakan makna ‘bagi’.
Prefiks {per-} menyatakan makna ‘bagi’ apabila bentuk dasarnya
memiliki komponen makna (+ jumlah) atau (+ bilangan).
Contoh: perlima, artinya ‘bagi lima’
perseratus, artinya ‘bagi seratus’
3) Prefiks {ke-}
Prefiks {ke-} tidak mengalami perubahan bentuk pada saat digabungkan
dengan bentuk dasar. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara
merangkaikannya di depan kata yang diimbuhinya (Chaer, 1998: 258). Hal
yang perlu diperhatikan adalah perbedaan antara ke- sebagai prefiks dan
sebagai kata depan. Ke- sebagai kata depan kedudukannya sama dengan
kata depan di dan dari. Oleh karena itu, sebagai kata depan penulisannya
dipisahkan, sedangkan sebagai prefiks penulisannya digabung dengan kata
dasar (Putrayasa, 2008: 22).
Pada umumnya prefiks {ke-} melekat pada bentuk dasar yang termasuk
golongan kata bilangan, misalnya keempat, kelima, dan seterusnya. Ada
juga yang melekat pada bentuk dasar yang bukan kata bilangan, tetapi
jumlahnya terbatas (improduktif), seperti kehendak, ketua, kekasih, dan
ketahu (Ramlan, 1987: 139).
Afiks {ke-} memiliki makna sebagai berikut (Ramlan,1987:139-140;
23
a) Menyatakan ‘kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada
bentuk dasar’.
Contoh: Ketiga temannya datang ke perkemahan bersama. ‘kumpulan
yang terdiri dari tiga orang’.
b) Menyatakan ‘urutan’.
Contoh: Ia mendapat peringkat ketiga di sekolahnya.
c) Menyatakan ‘spontan’.
Contoh: Jangan ketawa keras-keras, nanti menganggu orang yang
sedang belajar.
d) Menyatakan ‘sanggup’.
Contoh: Surat itu kebaca oleh anak kecil ini.
4) Prefiks {se-}
Prefiks {se-} berasal dari kata sa yang berarti satu, tetapi karena tekanan
struktur kata, vokal a dilemahkan menjadi e (Putrayasa, 2008: 23). Prefiks
{se-} tidak memunyai variasi bentuk. Pengimbuhannya dilakukan dengan
cara merangkaikannya di muka kata yang diimbuhinya (Chaer, 1998: 262).
Misalnya: se- + rumah serumah
se- + minggu seminggu
Akibat pertemuannya dengan bentuk dasarnya, prefiks {se-} mengandung
makna sebagai berikut (Ramlan, 1987: 136-139).
a) Menyatakan makna ‘satu’.
Contoh: Budi membawa sekarung beras dari pasar.
b) Menyatakan makna ‘seluruh’.
c) Menyatakan makna ‘sama’.
Contoh: Halaman rumahnya sebesar lapangan sepak bola.
d) Menyatakan makna ‘setelah’.
Contoh: Sesampainya di sekolah.
5) Prefiks {pe-}
Prefiks {pe-} tidak mengalami perubahan bentuk pada saat digabungkan
dengan bentuk dasar. Prefiks {pe-} termasuk afiks yang produktif.
Pengimbuhannya dilakukan dengan cara merangkaikannya di muka kata
yang diimbuhinya (Chaer, 1998: 266). Contohnya seperti kata pejalan
kaki, petani, pegulat, dan seterusnya.
Prefiks {pe-} kadang-kadang sukar dibedakan dengan prefiks {peN-}
karena pada suatu kondisi prefiks {peN-} mungkin kehilangan N-nya,
apabila diikuti bentk dasar yang berfonem awal / l, r, y, w, dan nasal /,
misalnya pada kata-kata pelerai, pelukis, peramal, perokok, pewaris.
Dalam hal ini dapat dipakai suatu petunjuk bahwa prefiks {peN-} pada
umumnya bertalian dengan verba berprefiks {meN-}, sedangkan prefiks
{pe-} pada umunya bertalian dengan verba berprefiks {ber-} (Ramlan,
1987: 130-131).
Prefiks {pe-} mengandung berbagai makna, yakni sebagai berikut
(Ramlan, 1987: 131-132).
a) Menyatakan makna ‘yang biasa/pekerjaannya/gemar melakukan
pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar’.
25
b) Menyatakan makna ‘orang yang (pekerjaannya) di...’.
Contoh: Para petugas keamanan sudah siap siaga sejak dini hari.
c) Menyatakan makna ‘sesuatu yang di...’.
Contoh: Ia memelihara ayam petelur.
6) Prefiks {peN-}
Dalam proses pembentukan kata prefiks {peN-} mengalami proses
morfofonemik seperti prefiks {meN-}. Prefiks {peN-} dapat berubah
menjadi {pe-}, {pen-}, {pem-}, {peng-}, {peny-}, dan {penge-} (Chaer,
1998: 266-268). Kaidah perubahan bentuk tersebut adalah sebagai
berikut.
a) Prefiks {peN-} berubah menjadi {peng-} jika diikuti oleh bentuk dasar
yang bermula dengan fonem /k/, /g/, /h/, /kh/, dan semua vokal (a, i, u,
e, o). Fonem /k/ tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi
sengau dari awalan itu atau dengan kata lain mengalami peluluhan,
sedangkan konsonan g/, /h/, /kh/, dan semua vokal (a, i, u, e, o) tetap
diwujudkan.
Contoh: peN- + ambil pengambil
peN- + garap penggarap
peN- + harap pengharap
b) Prefiks {peN-} berubah menjadi {pe-} jika diikuti oleh bentuk dasar
yang bermula dengan fonem /l/, /m/, /n/, /ny/, /ng/, /r/, /y/, dan /w/.
Contoh: peN- + makan pemakan
peN- + waris pewaris
c) Prefiks {peN-} berubah menjadi {pen-} jika diikuti oleh bentuk dasar
yang bermula dengan fonem /d/ dan /t/. Fonem /t/ mengalami
peluluhan, sedangkan fonem /d/ tetap diwujudkan.
Contoh: peN- + datang pendatang
peN- + tanam penanam
peN- + tukar penukar
Selain itu sesuai dengan ejaan yang berlaku, {pen-} digunakan juga
pada kata-kata yang dimulai dengan fonem konsonan /c/ dan /j/.
Contoh: peN- + cetak pencetak
peN- + jahit penjahit
d) Prefiks {peN-} berubah menjadi {pem-} jika diikuti oleh bentuk dasar
yang bermula dengan fonem /b/, /p/, dan /f/. Fonem /p/ tidak
diwujudkan tetapi mengalami peluluhan dengan bunyi sengau dari
prefiks itu.
Contoh: peN- + pukul pemukul
peN- + bantu pembantu
peN- + fitnah pemfitnah
e) Prefiks {peN-} berubah menjadi {peny-} jika diikuti oleh bentuk dasar
yang bermula dengan fonem /s/. Fonem /s/ itu mengalami peluluhan
dengan bunyi sengau prefiks itu.
Contoh: peN- + sayang penyayang
peN- + sadar penyadar
27
f) Prefiks {peN-} berubah menjadi {penge-} jika diikuti oleh bentuk
dasar yang bersuku satu.
Contoh: peN- + tik pengetik
peN- + cek pengecek
peN- + bom pengebom
Prefiks {peN-} memunyai berbagai makna yang dapat digolongkan
sebagai berikut (Ramlan, 1987: 127-129).
a) Menyatakan makna ‘yang (pekerjaannya) melakukan perbuatan yang
tersebut pada bentuk dasar’.
Contoh: Kakenya seorang pembela bangsa.
b) Menyatakan makna ‘alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan
yang tersebut pada bentuk dasar’.
Contoh: Toko itu tidak menjual pemotong rumput.
c) Menyatakan makna ‘yang memiliki sifat yang tersebut pada bentuk
dasar yang berupa adjektiva’.
Contoh: Anak itu sangat penakut.
d) Menyatakan makna ‘yang menyebabkan adanya sifat yang tersebut
pada bentuk dasar yang berupa adjektiva’.
Contoh: Ruang kelasnya sudah memakai pendingin ruangan.
e) Menyatakan makna ‘yang (pekerjaannya) melakukan perbuatan
terhubung dengan benda yang tersebut pada bentuk dasar yang berupa
nomina’.
7) Prefiks {di-}
Prefiks {di-} tidak memunyai variasi bentuk. Bentuknya untuk posisi dan
kondisi maa pun sama saja. Hanya perlu diperhatikan adanya di- sebagai
prefiks dan sebagai kata depan. Di- sebagai prefiks dilafalkan dan
dituliskan serangkai dengan kata yang diimbuhinya, sedangkan di- sebagai
kata depan dilafalkan dan dituliskan terpisah dari kata yang mengikutinya
(Chaer, 1998: 244-245).
Contoh: Dia ditangkap polisi tadi malam.
Adik sedang belajar di perpustakaan.
Pada kalimat di atas, di- pada kata ditangkap adalah sebuah prefiks,
sedangkan di- pada kata di perpustakaan merupakan sebuah kata depan.
Prefiks {di-} memunyai makna ‘menyatakan suatu tindakan yang pasif’
(Putrayasa, 2008: 20; Ramlan, 1987: 117). Sebagai verba pasif, kata
berprefiks {di-} digunakan di dalam kalimat yang pelakunya terletak di
belakang verbanya.
Contoh: Buku itu dibaca adik
Kata dibaca pada kalimat di atas merupakan verba, sedangkan kata adik
merupakan pelaku.
8) Prefiks {meN-}
Prefiks {meN-} adalah imbuhan yang produktif. Pengimbuhannya
dilakukan dengan cara merangkaikannya di muka kata yang diimbuhinya.
Dalam pembentukan kata, prefiks {meN-} mengalami perubahan bentuk
29
{meN-} tidak bersifat bebas, tetapi akan mengalami perubahan bentuk
sesuai dengan inisial morfem yang mengikutinya (Putrayasa, 2008: 10).
Prefiks {meN-} memunyai enam variasi bentuk, yaitu {me-}, {mem-},
{men-}, {meny-}, {meng-}, dan {menge-}. Keenam bentuk perubahan
prefiks {meN-} tersebut disebut alomorf dari prefiks {meN-}. Kaidah
perubahan {meN-} tersebut adalah sebagai berikut (Chaer, 1998:
225-227).
(1) Prefiks {meN-} berubah menjadi {meng-} jika diikuti oleh bentuk
dasar yang bermula dengan fonem /k/, /g/, /h/, /kh/, dan semua vokal
(a,i,u,e,o). Pada prefiks ini, fonem /k/ juga mengalami peluluhan.
Contoh: meN- + ambil mengambil
meN- + kalahkan mengalahkan
meN- + gulung menggulung
(2) Prefiks {meN-} dapat berubah menjadi {me-} jika diikuti oleh bentuk
dasar yang bermula dengan fonem /l/, /r/, /y/, dan /w/ serta konsonan
sengau /m/, /n/, /ny/, dan /ng/.
Contoh: meN- + latih melatih
meN- + nyatakan menyatakan
meN- + ramaikan meramaikan
(3) Prefiks {meN-} dapat berubah menjadi {men-} jika diikuti oleh bentuk
dasar yang bermula dengan fonem /d/, dan /t/. Fonem /t/ pada prefiks
ini mengalami peluluhan.
Contoh: meN- + datang mendatang
Sesuai dengan ejaan yang berlaku {men-} digunakan juga pada kata
yang mulai dengan konsonan /c/, /j/, /sy/,dan /z/. Misalnya seperti pada
kata-kata mencegah, menjawab, mensyukuri, menziarahi, dan
sebagainya.
(4) Prefiks {meN-} berubah menjadi {mem-} jika diikuti oleh bentuk dasar
yang bermula dengan fonem /b/, /p/ dan /f/. Pada prefiks {mem-}
fonem /p/ akan mengalami peluluhan.
Contoh: meN- + bantu membantu
meN- + pukul memukul
meN- + fitnah memfitnah
(5) Prefiks {meN-} dapat berubah menjadi {meny-} apabila bentuk
dasarnya bermula dengan fonem /s/. Fonem /s/ pada prefiks {meny-}
akan mengalami peluluhan.
Contoh: meN- + sayangi menyayangi
meN- + sambar menyambar
(6) Prefiks {meN-} akan berubah menjadi {menge-} apabila diikuti oleh
bentuk dasar yang bersuku satu.
Contoh: meN- + tik mengetik
meN- + bom mengebom
meN- + tes mengetes
Akibat pertemuannya dengan bentuk dasar, maka prefiks {meN-} sebagai
unsur pembentuk verba intransitif memunyai beberapa makna, yang dapat
31
a) Menyatakan makna ‘melakukan perbuatan yang disebut kata
dasarnya’.
Contoh: Anto menendang bola itu.
b) Menyatakan makna ‘bekerja dengan alat yang disebut kata dasarnya’.
Contoh: Kakek sedang mengail di sungai.
c) Menyatakan makna ‘membuat barang yang disebut kata dasarnya’.
Contoh: Mereka menulis di atas meja.
d) Menyatakan makna ‘bekerja dengan bahan yang disebut kata
dasarnya’.
Contoh: Ayah mengecat pagar rumah.
e) Menyatakan makna ‘memakan, meminum, atau mengisap’.
Contoh: Orang itu sangat suka merokok.
Untuk mendapatkan makna ‘memakan, meminum, atau mengisap’
penggunaan prefiks {meN-} sangat terbatas pada kata-kata tertentu.
Tidak dapat digunakan pada kata-kata lain, walau kata tersebut juga
menyatakan makanan atau minuman. Untuk kata-kata itu secara
eksplisit harus dinyatakan kata kerjanya.
Contoh: Memakan kue, bukan mengue
f) Menyatakan makna ‘menuju arah’.
Contoh: Nelayan tidak dapat melaut di musim seperti ini.
g) Menyatakan makna ‘mengeluarkan’.
Contoh: Setiap malam anjing itu terus menggonggong.
h) Menyatakan makna ‘menjadi’.
i) Menyatakan makna ‘menjadi lebih’.
Contoh: Kata-katanya memperburuk suasana.
j) Menyatakan makna ‘menjadi seperti atau berlaku seperti’.
Contoh: Dia hanya mematung saja dalam diskusi itu.
k) Menyatakan makna ‘menjadikan, menganggap, atau memperlakukan
seperti.
Contoh: Jangan memperbudak kawan sendiri.
l) Menyatakan makna ‘memperingati’.
Contoh: Esok kami akan menghadiri menyeratus hari wafatnya
ibumu.
9) Prefiks {ter-}
Prefiks {ter-} termasuk awalan yang produktif. Prefiks {ter-} memunyai
dua macam bentuk, yaitu {ter-} dan {te-}. Prefiks bentuk {ter-}
digunakan pada kata-kata yang tidak dimulai dengan konsonan /r/, seperti
terdapat pada kata-kata berikut.
ter- + angkat terangkat
ter- + lena terlena
Bentuk {te-} digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan /r/,
seperti pada kata-kata berikut.
ter- + rasa terasa
ter- + rendam terendam
33
Prefiks {ter-} juga dapat berubah menjadi {tel-}. Bentuk {tel-} hanya
terjadi pada kata-kata tertentu seperti telanjur dan telentang (Putrayasa,
2008: 19).
Arti atau makna gramatikal dari prefiks {ter-} adalah sebagai berikut
(Putrayasa, 2008: 20-21).
a) Menyatakan aspek perspektif atau makna ‘sudah/sudah terjadi’.
Contoh: Kerajaan Mataram kini terbagi menjadi empat buah kerajaan.
b) Menyatakan makna ‘ketidaksengajaan’.
Contoh: Bukunya terbawa temannya.
c) Menyatakan makna ‘ketiba-tibaan’.
Contoh: Aku terbangun di tengah malam.
d) Menyatakan makna ‘suatu kemungkinan’.
Prefiks {ter-} yang menyatakan makna ‘suatu kemungkinan’ ini, pada
umumnya didahului oleh kata negatif tidak atau tak.
Contoh: Rumah mewah itu harganya tidak ternilai.
Kedatangan ayahnya kemarin sungguh tak terduga.
e) Menyatakan makna ‘paling’.
Prefiks {ter-} dapat menyatakan makna ‘paling’, apabila bentuk
dasarnya berupa adjektiva.
Contoh: Gedung itu adalah gedung tertinggi di dunia.
f) Menyatakan makna ‘dapat atau sanggup’.
g) Apabila kata dasarnya mengalami reduplikasi, maka prefiks {ter-}
dapat menyatakan makna ‘intensitas: kesangatan, perulangan suatu
peristiwa’.
Contoh: Anak itu terbahak-bahak.
b) Infiks (Sisipan)
Infiks atau sisipan adalah afiks yang diselipkan di tengah kata dasar (Alwi,
dkk., 2003: 31). Infiksasi dalam bahasa Indonesia kini sudah tidak produktif
lagi. Pembubuhan infiks dalam pembentukan kata adalah dengan menyisipkan
infiks tersebut di antara konsonan dan vokal pada suku pertama kata dasar.
Misalnya: gigi + {-er-} = gerigi
tunjuk + {-el-} = telunjuk
guruh + {-em-} = gemuruh
Adakalanya dua buah infiks yang tidak sama digunakan bersama-sama pada
sebuah kata dasar.
Misalnya: getar + {-em-} + {-el-} = gemeletar
getuk + {-em-} + {-er-} = gemeretuk
Pemakaian infiks (sisipan) dalam bahasa Indonesia hanya terbatas pada
kata-kata tertentu. Infiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah el-},
{-em-}, {-er-}, dan {-in-}.
1) Infiks {-el-}
Dalam proses pembentukan kata infiks {-el-} tidak mengalami perubahan
35
Infiks {-el-} menyatakan berbagai makna, antara lain sebagai berikut
(Kridalaksana, 1996: 76).
a) Menyatakan makna ‘benda yang ...’
Contoh: Anak itu sedang bermain dengan gelembung-gelembung
sabun.
b) Menyatakan makna ‘alat (instrumentalis)’
Contoh: Telunjuk gadis itu luka tergores pisau.
c) Menyatakan makna ‘kumpulan’
Contoh: Geligi anak itu sedang diperiksa oleh dokter gigi.
2) Infiks {-em-}
Infiks {-em-} tidak memunyai variasi bentuk, dan merupakan imbuhan
yang improduktif. Artinya, tidak digunakan lagi untuk membentuk
kata-kata baru (Chaer, 1998: 284). Infiks {-em-} dapat menyatakan makna
‘berulang-ulamg (frekuentatif)’ (Kridalaksana, 1996: 62).
Contoh:
Setiap hari aku mendengar gemerincing delman lewat di depan rumahku.
Anak itu gemetar ketakutan ketika ketahuan mencuri.
3) Infiks {-er-}
Sama halnya dengan infiks {-el-} dan {-em-}, infiks {-er-} juga tidak
memunyai variasi bentuk yang lain (Chaer, 1998: 284). Infiks {-er-}
mengandung makna sebagai berikut (Kridalaksana, 1996: 76).
a) Menyatakan makna ‘alat (instrumentalis)’
b) Menyatakan makna ‘yang ber ...’
Contoh: Gerigi gergaji itu sudah tumpul. Jika dibubuhkan pada bentuk
4) Infiks {-in-}
Infiks {-in-} juga tidak mengalami perubahan bentuk saat dibubuhkan
pada sebuah kata dasar. Infiks {-in-} dapat menyatakan makna
‘berlangsung beberapa lama (duratif)’ (Kridalaksana, 1996: 62).
Contoh: Kita harus menjaga kesinambungan antara kedua pernyataan itu.
c) Sufiks (Akhiran)
Sufiks adalah morfem terikat yang ditempatkan di bagian belakang kata
(Alwi, dkk.. 2003: 31). Sufiks atau akhiran adalah morfem terikat yang
diletakkan di belakang suatu bentuk dasar dalam membentuk kata (Putrayasa,
2008: 27).
Sufiks-sufiks dalam bahasa Indonesia, yaitu sufiks an}, i}, kan},
{-nya}, {-in}, {-al}, {-il}, {-iah},{-if}, {-ik}, {-is}, {-istis}, {-at}, {-si}, {-ika},
{-ir}, {-ur}, {-ris},{-us}, {-isme}, {-is}, {-isasi}, {-isida}, {-ita}, {-or}dan
{-tas} (Kridalaksana, 1996: 64-81). Sufiks-sufiks tersebut akan dijelaskan di
bawah ini.
1) Sufiks {-an}
Penggunaan sufiks {-an} dalam pembentukan kata bahasa Indonesia
sangat produktif. Dalam proses pembentukan kata, sufiks {-an} tidak
mengalami perubahan bentuk. Jadi, untuk situasi dan kondisi mana pun
37
memunyai beberapa makna yang dapat digolongkan sebagai berikut
(Kridalaksana, 1996: 67; Putrayasa, 2008: 28).
a) Menyatakan makna ‘tempat’
Contoh: Tempat itu sudah dijadikan pangkalan perahu
b) Menyatakan makna ‘kumpulan atau seluruh’
Contoh: Seluruh daratan Eropa sudah dikuasai tentara sekutu.
c) Menyatakan makna ‘alat atau perkakas’
Contoh: Ayah pergi ke pasar membeli timbangan.
d) Menyatakan makna ‘hal atau cara’
Contoh: Anak yang saleh itu didikan orang tuanya.
e) Menyatakan makna ‘akibat atau hasil perbuatan’
Contoh: Ia pasti akan mendapatkan hukuman yang setimpal.
f) Menyatakan makna ‘menyerupai atau tiruan dari’
Contoh: Anak-anak itu bermain kuda-kudaan.
g) Menyatakan makna ‘sesuatu yang di ... atau sesuatu yang telah ...
seperti disebut bentuk dasar’
Contoh: Pemerintah mengeluarkan larangan mengirim emas ke luar
negeri.
h) Menyatakan makna ‘tiap-tiap’
Contoh: Lampung post adalah salah satu surat kabar harian.
i) Menyatakan makna ‘sesuatu yang memunyai sifat sebagai yang
disebut pada kata dasar’
j) Menyatakan makna ‘intensitas; kuantitas atau kualitas’
Contoh: Buah-buahan di pasar pagi ini terlihat segar.
k) Menyatakan makna ‘yang bernilai/jumlah’
Contoh: Ratusan mahasiswa berkumpul di depan Istana Presiden
untuk melakukan unjuk rasa.
Selain makna-makna yag telah dijabarkan di atas, sufiks {-kan} juga
menyatakan makna ‘sekitar’ (Ramlan, 1987: 156).
Contoh: Tahun 50-an
2) Sufiks {-i}
Sufiks {-i} juga tidak memunyai variasi bentuk. Pengimbuhannya
dilakukan dengan merangkaikannya di belakang kata yang diimbuhinya.
Hal yang perlu diperhatikan kata-kata yang berakhir dengan fonem /l/
tidak dapat diberi sufiks {-i} (Chaer, 1998: 201). Sufiks {-i} memunyai
beberapa makna, yang dapat digolongkan sebagai berikut (Ramlan, 1987:
149-152).
a) Menyatakan makna ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar itu
dilakukan berulang-ulang’
Contoh: Mereka mencabuti rumput di tamanku.
b) Menyatakan makna ‘memberi apa yang tersebut pada bentuk dasar
pada . . .’
39
c) Menyatakan makna ‘tempat’
Contoh: Para petani sedang menanami sawahnya. ‘menanam di
sawah’
d) Menyatakan makna ‘kausatif’
Contoh: Sebelum keluar rumah, wanita itu selalu memerahi bibirnya
dengan lipstik. ‘menyebabkan merah’
Sufiks {-i} juga memunyai alomorf, seperti {-i}, {-wi}, dan {-ni}. Makna
yang terkandung sufiks {-i} pembentuk adjektiva ini ialah ‘bersangkutan
dengan’ (Kridalaksana, 1996: 66).
Contoh: Setiap manusia harus mempertimbangkan hal-hal surgawi.
3) Sufiks {-kan}
Sufiks {-kan} tidak mengalami perubahan bentuk saat dibubuhkan pada
kata dasar (Putrayasa, 2008: 28). Akibat pertemuannya dengan bentuk
dasar, sufiks {-kan} memunyai beberapa makna yang dpaat digolongkan
sebagai berikut (Chaer, 1998: 198-200).
a) Menyatakan makna ‘sebabkan jadi’
Contoh: Mereka harus kita damaikan.
b) Menyatakan makna ‘sebabkan jadi berada’
Contoh: Pinggirkan dulu mobil itu!
c) Menyatakan makna ‘lakukan akan ...’
Contoh: Jangan bidikkan pistol itu kepadaku.
d) Menyatakan makna ‘lakukan untuk orang lain’
e) Menyatakan makna ‘bawa masuk ke ...’
Contoh: Asramakan saja mereka berdua itu.
4) Sufiks {-nya}
Sufiks {-nya} tidak memunyai variasi bentuk. Jadi, untuk situasi dan
kondisi mana pun bentuknya sama (Chaer, 1998: 208). Dalam bahasa
Indonesia, perlu diperhatikan adanya dua macam {–nya}, yaitu sebagai
berikut (Chaer, 1998: 208; Chaer, 2008: 163). Pertama, {-nya} sebagai
pronomina persona ketiga tunggal yang berlaku objek atau pemilik.
Contoh: Bukunya sudah tak layak pakai.
Kedua, {-nya} sebagai sufiks (akhiran) sebagai pembentuk nomina dengan
makna gramatikal sebagai berikut (Chaer, 2008: 163-164):
(1) Menyatakan makna ‘hal (dasar)’
Nomina bersufiks {-nya} memiliki makna gramatikal ‘hal’ jika bentuk
dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Seperti kata-kata
naiknya, mahalnya, luasnya, turunnya, dan sebagainya.
Contoh: Turunnya harga beras menggembirakan rakyat.
(2) Menyatakan makna ‘penegasan’
Nomina bersufiks {-nya}memiliki makna gramatikal ‘penegasan’ jika
bentuk dasarnya memiliki momponen makna (+ bendaan) atau (+
tindakan), seperti kata-kata nasinya, airnya, pulangnya, datangnya,
dan sebagainya.
41
5) Sufiks {-in}
Dalam pembentukan kata verba, sufiks {-in} tidak mengalami perubahan
bentuk. Biasanya sufiks ini hanya digunakan pada ragam non standar atau
tidak baku. Dalam pembentukan kata verba, sufiks {-in} mengandung
berbagai makna, yakni sebagai berikut (Kridalaksana, 1996: 50-51).
a) Menyatakan makna ‘melakukan untuk orang lain (benefaktif)’
Contoh: Bikinin saya kemeja dari kain batik itu.
b) Menyatakan makna ‘menandai objek’
Contoh: Jagain anakku sebentar.
c) Menyatakan makna ‘membuat jadi’
Contoh: Bagusin sedikit gambarmu ini.
d) Menyatakan makna ‘menjadikan’
Contoh: Kau apain dia sampai menangis seperti itu.
e) Menyatakan makna ‘dijadikan’
Contoh: Giniin saja supaya lebih rapi.
f) Menyatakan makna ‘arahkan ke’
Contoh: Tolong ke depanin kertas ulanganku ini.
6) Sufiks {-al}
Dalam pembentukan kata, sufiks {-al} juga tidak mengalami perubahan
bentuk. Sufiks {-al} mengandung makna ‘bersangkutan dengan’
(Kridalaksana, 1996: 64).
Contoh: Untuk membangun rumah dibutuhkan banyak material.
7) Sufiks {-il}
Sama halnya dengan sufiks {-al}, sufiks {-il} juga tidak mengalami
perubahan bentuk. Sufiks {-il} mengandung makna ‘bersangkutan dengan’
(Kridalaksana, 1996: 64).
Contoh: Segi-segi materiil dibicarakan dalam sidang pleno.
Prinsip-prinsip yang idiil itu dituangkan dalam undang-undang.
8) Sufiks {-iah}
Sufiks {-iah} tidak memunyai variasi bentuk, sehingga dalam kondisi apa
pun bentuk sufiks ini tetaplah menjadi {-iah}. Makna dari sufiks {-iah}
ialah ‘bersangkutan dengan’ (Kridalaksana, 1996: 65).
Contoh: Kecantikan alamiah dimiliki oleh gadis-gadis desa.
Banyak kata dalam bahasa Inggris yang tidak dapat diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia secara harfiah.
9) Sufiks {-if}
Dalam pembentukan kata, sufiks {-if} juga tidak mengalami perubahan
bentuk. Sufiks {-if} mengandung makna ‘bersangkutan dengan’
(Kridalaksana, 1996: 65).
Contoh: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Kegiatan belajar mengajar harus berjalan secara efektif dan
efisien.
10)Sufiks {-ik}
Pengimbuhan sufiks {-ik} dilakukan dengan membubuhkannya di
43
Makna yang terkandung dalam sufiks {-ik} ialah ‘bersangkutan dengan’
(Kridalaksana, 1996: 65).
Contoh:
Sikap patriotik harus ditanamkan dalam jiwa anak sejak usia dini.
11)Sufiks {-is}
Sama halnya dengan sufiks {-ik}, sufiks {-is} juga tidak mengalami
perubahan bentuk. Sufiks {-is} mengandung makna ‘bersangkutan
dengan’ (Kridalaksana, 1996: 65-66).
Contoh: Peristiwa itu dibeberkan secara kronologis oleh komandannya.
Pemotong kuku itu sangat praktis untuk digunakan anak-anak.
12)Sufiks {-istis}
Dalam proses pembentukan kata bahasa Indonesia, sufiks {-istis} tidak
mengalami perubahan bentuk. Sufiks {-istis} mengandung makna
‘memunyai atau bersifat’ (Kridalaksana, 1996: 66).
Contoh: Perempuan itu sangat materialistis.
13)Sufiks {-at}
Sufiks {-at} juga tidak mengalami perubahan bentuk. Sufiks {-at}
mengandung makna ‘pelaku jamak feminin’ (Kridalaksana, 1996: 77).
14)Sufiks {-si}
Dalam proses pembubuhan afiks pada bentuk dasar, sufiks ini tidak
mengalami perubahan bentuk. Makna yang terkandung dalam sufiks {-si}
ialah ‘pelaku jamak’ (Kridalaksana, 1996: 77).
Contoh: Para politisi di negeri ini melempem saja.
15)Sufiks {-ika}
Sufiks {-ika} juga tidak mengalami perubahan bentuk jika dibubuhkan
pada bentuk dasar. Sufiks {-ika} mengandung makna ‘penanda bidang
ilmu’ (Kridalaksana, 1996: 77).
Contoh:
Fisika adalah mata pelajaran yang paling tidak saya sukai.
Ayahnya seorang guru matematika.
16)Sufiks {-ir}
Sufiks {-ir} jika dibubuhkan pada bentuk dasar bentuknya akan tetap
menjadi {-ir}. Sufiks {-ir} mengandung makna ‘pelaku’ (Kridalaksana,
1996: 77-78).
Contoh:
Para importir merasa keberatan dengan dinaikkannya bea masuk.
17)Sufiks {-ur}
Dalam pembentukan kata, sufiks {-ur} tidak mengalami perubahan
bentuk. Sufiks {-ur} mengandung makna ‘pelaku maskulin’ dan ‘sistem’
45
Contoh:
Redaktur majalah Inayah menerima banyak surat. ‘pelaku maskulin’
Usaha kaum komunis mendirikan diktatur proletariat digagalkan kaum
sosialis. ‘sistem’
18)Sufiks {-ris}
Dalam pembentukan kata, sufiks {-ris} tidak mengalami perubahan
bentuk. Sufiks {-ris} mengandung makna ‘pelaku feminin’ (Kridalaksana,
1996: 78).
Contoh: Rebecca Giling, aktris jelita dari Australia, membintangi film
seri ‘Return to Eden’.
19)Sufiks {-us}
Sufiks {-us} jika dibubuhkan pada sebuah kata dasar bentuknya tidak
berubah atau tetap menjadi {-us}. Sufiks {-us} mengandung makna
‘pelaku tunggal, orang yang bergerak dalam bidang’ (Kridalaksana, 1996:
78).
Contoh: Ia ingin menjadi politikus ulung.
Cita-citanya menjadi komikus internasional.
20)Sufiks {-isme}
Sufiks {-isme} juga tidak mengalami perubahan bentuk saat dibubuhk