PERANAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM
MENINGKATKAN KEDEKATAN EMOSIONAL ANTARA
PENGURUS DENGAN ANGGOTA BARU
(Studi pada Inter Club Indonesia Lampung Utara)Skripsi
Oleh
AGUS SAPUTRA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGURUS DENGAN ANGGOTA BARU
(Studi pada Inter Club Indonesia Lampung Utara)Oleh
AGUS SAPUTRA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
Peneliti dilahirkan di Kotabumi Lampung Utara pada
tanggal 17 Agustus 1991. Putra bungsu dari tiga
bersaudara, dari pasangan Marban dengan Wiwi
Suharti. Peneliti menyelesaikan pendidikan di TK Tunas
Harapan 1997, SD Negeri 5 Kotabumi, SMP Negeri 7
Kotabumi pada tahun 2006, dan SMA Negeri 3
Kotabumi pada tahun 2009. Di tahun 2009 Peneliti
terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
Selama mengenyam masa kuliah, peneliti aktif berorganisasi dalam HMJ Ilmu Komunikasi
sebagai anggota bidang periklanan . Peneliti juga melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama
Puji syukur ku Panjatkan padamu ya Allah atas besar karunia yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan juga kedua orang tuaku yang telah berusaha membesarkan dan mendidikku hingga akhir studiku. Buat Bapak dan Mamak, inilah kado kecil yang dapat anakmu persembahkan untuk sedikit menghibur hatimu yang telah aku susahkan, aku tahu banyak yang telah kalian korbankan demi memenuhi kebutuhanku yang selalu tak pernah merasa lelah demi memenuhi kebutuhanku. Aku hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak dan Mamak, hanya Allah yang bisa membalas kemuliaan hati kalian. Kakak, Ayuk dan Adikku yang juga telah banyak memberikan dukungan kepada saya, terimakasih atas kebaikan, perhatian dan kasih sayang yang kalian berikan kepada saya, dan ini adalah merupakan hari kebahagiaanku dan juga merupakan kebahagiaan kalian juga.
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT
Tuhan semesta alam yang tak pernah berhenti memberikan nikmat, rahmat dan
hidayahnya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan
Komunikasi Antar Pribadi dalam Meningkatkan Kedekatan Emosional Antara
Pengurus Dengan Anggota Baru (Studi pada Inter Club Indonesia Lampung
Utara) sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun sebagai bentuk perbaikan dari skripsi ini
dikemudian hari. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, tanpa adanya
bantuan, dukungan dan semangat dari berbagai pihak yang terlibat penyusunan
skripsi ini tidak mungkin selesai. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Politik dan
Ilmu Sosial Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
sosok bijak yang memberikan support dan nasihat terbaik untuk
Lampung.
4. Bapak Drs. Sarwoko,M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikanilmu, meluangkan waktu dan semangat untuk membimbing,
memberikan masukan saran, mengarahkan, serta perbaikan yang sangat
bermanfaat kepada penulis.memberikan masukan serta kritik yang
membangun dan membantu penulis.
5. Bapak Drs. Cahyono Eko Sugiharto., selaku Dosen Pembahas yang telah
bersedia membahas skripsi dan meluangkan waktu untuk membimbing,
sosok yang kritis dalam memberikan masukan saran, mengarahkan, serta
perbaikan yang sangat bermanfaat kepada penulis.
6. IbuWulan Suciska S.I.KOM,M.Si., Selaku Dosen Pembimbing Akademik
penulis, Ibu yang baik dan murah senyum dan selalu menanyakan
perkembangan skripsi
7. Seluruh Dosen, Staf Administrasi dan Staf Karyawan di Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
8. Inter Club Indonesia khususnya Regional Lampung Utara. FORZA INTER!
9. Terima Kasih, Kupersembahkan karya ini kepada kedua orang tuaku. Bapak
Mamak terima kasih atas cinta dan doa yang tulus dari kalian. Berjuta
terima kasih tidak akan cukup untuk membalas itu semua.
10. Ketiga saudaraku, Palgunadi Ahmad, Irma Nilawati dan Annisa Amalia
biar skripsi ini jadi saksi kita terdampar di lorong lorong ruang perkuliahan.
12. Keluarga Besar HMJ Komunikasi Unila yang telah member pengalaman
berharga dan pertemanan yang sangat berarti. Sukses selalu buat HMJ Ilmu
Komunikasi Unila
13. Teman-teman KKN Kelurahan Mercu Buana.
14. Teman teman SD, SMP, SMA, dan sepermainan penulis, warek warek
kobum yang nggak bisa disebutkan satu persatu.
15. Serta kepada anda yang membaca skripsi ini, semoga dapat berguna dan
bermanfaat bagi anda dan yang lainnya.
Penutup kata, Penulis mengucapkan terima kasih padamu sahabat-sahabat baikku
atas segala perhatian dan doa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, semoga bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.
Bandar Lampung, 03Okt 2015
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI... i
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu... 6
2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi ... 8
2.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi ... 8
2.2.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ... 11
2.2.3 Ciri Komunikasi Antar Pribadi ... 11
2.2.4 Proses Komunikasi Antar Pribadi ... 13
2.2.5 Sifat Komunikasi Antar Pribadi... 15
2.2.6 Format Komunikasi AntarPribadi... .16
2.3 Definisi Organisasi ... .18
2.4 Jenis-Jenis Organisasi Berdasarkan Hubungan Personal ... .19
2.5 Pentingnya Komunikasi Dalam Organisasi . ... .20
2.6 Format Komunikasi dalam Organisasi... .22
2.7 Proses Komunikasi ... .24
2.8 Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi . ... .27
2.9 Memahami Komunikasi Dalam Organisasi . ... .30
2.10 Tinjauan Tentang Kedekatan Emosional . ... .35
2.11 Kerangka Pikir . ... .38
2.12 Bagan Kerangka Pikir . ... .44
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 45
3.2 Definisi Konsep ... 46
3.2.1 Komunikasi Antar Pribadi . ... .46
3.2.2 Kedekatan Emosional . ... .46
3.2.3 ICI Lampung Utara . ... .47
3.3 Fokus Penelitian ... 47
3.4 Penentuan Informan ... 47
3.5 Sumber Data... 48
3.6 Teknik Pengumpulan Data... 47
3.7 Teknik Pengolahan Data ... 50
3.8 Teknik Analisis Data... 51
3.9 Indikator Kedekatan Emosional... 53
BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
4.1 Sejarah Inter Club Indonesia... 57
4.2 Waktu dan Pelaksaan Penelitian ... .60
4.3 Gambaran Umum Inter Club Indonesia Lampung Utara... .60
4.4 Struktur ICI Lampung Utara ... .64
4.5 Visi dan Misi... .64
4.6 Tujuan dan Fungsi ICI Lampung Utara ... .65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 67
5.1.1 Profil Informan... 68
5.1.2 Penyajian Data Hasil Wawancara ... .70
5.1.3 Penyajian Data Hasil Wawancara Perubahan Sikap ... .81
5.1.4 Rangkuman Hasil Penelitian Berdasarkan Tujuan Penelitian ... .84
5.1.5 Rangkuman Hasil Penelitian Aspek Perubahan Sikap... .89
5.1.6 Hasil Penelitian Akhir... .90
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 93
5.2.1 Komentar Peneliti ... .93
5.2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Manfaat... .94
5.2.3 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Manfaat Teoritis ... .94
5.2.4 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Manfaat Praktis... .95
EMOTIONAL CLOSENESS BETWEEN THE COORDINATOR WITH NEW MEMBERS (Study in Inter Club Indonesia Chapter North Lampung)
By: Agus Saputra
The research talk about interpersonal communication which happened between football fans club inter milan .Inter milan is a top club in europe having many fans in indonesia .This research look at the interpersonal communication process in improving closeness emotional between caretaker with new ICI members.The theory behind this study is the interactional model effective through the point of view of humanistic. The research focused on interpersonal communication activities of caretaker and new members viewed from the aspects of the humanistic paradigm (openness, emphaty, supportiveness. Positiveness, equality) And the aspect of a change in attitude. There are 3 respondents from caretaker and 3 from new members in this research. Techniques of analysis data used in this research is data reduction, display and verification.
The results of this research indicates that there are 5 aspects of interpersonal communication between caretaker and new members are: openness, emphaty, supportiveness, equality and positiveness, there are 3 aspects that have been maximumly is shown by caretaker and new members, those are emphaty, supportiveness and equality, and there are two aspect that are still less than the maximum criteria indicated by the caretaker and new members aspect of openness and positiveness.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang
lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal
ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari
hasil interelasi sosial dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering
dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun
informal.
Komunikasi pada hakekatnya adalah proses pernyataan antar manusia yang di
nyatakan dalam fikiran, perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyaluran dan sebagai alat interaksi. Seperti
pengertian komunikasi sendiri yaitu proses penyampaian pesan oleh seorang
kepada orang lain untuk memberitau atau mengubah sikap, pandangan pendapat,
perilaku, baik lisan, langsung maupun tidak langsung melalui media (Mulyana,
1996: 31 )
Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat
melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam
organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang
proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan
pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran
berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola
komunikasi dalam organisasi. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat
menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah
organisasi terutama dengan timbulnya salah faham dan konflik.
Dengan demikian interaksi yang dilakukan dapat berjalan sekaligus membuahkan
hasil yang sesuai dengan harapan dan keinginan masing-masing pihak. Sebuah
komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang atau
sebuah sumber kepada penerima yang dapat menimbulkan efek tertentu
sebagaimana dikemukakan oleh Harold Lasswell ”Who say what to whom in what
channel with what effect ” ( Rubent, 1998: 24 ), jadi setiap langkah mulai dari
pesan yang diciptakan sampai timbulnya pengaruh dan perubahan pada sasaran,
adalah proses komunikasi yang asasi. Hal ini dapat memberi makna ketika
manusia saling bertukar informasi fikiran, perasaan, dan kebutuhan dengan
lingkungan di luar diri kita. Berbagai bentuk komunikasi antar manusia dilatar
belakangi oleh berbagai alasan, kepentingan,maksud dan tujuan.
Interaksi dalam suatu organisasi melibatkan juga proses komunikasi melalui
pertemuan fisik (tatap muka), yang disebut komunikasi interpersonal atau
komunikasi antar pribadi, yaitu komunikasi yang melibatkan dua orang atau
dalam group kecil yang terdiri dari beberapa orang. Adanya komunikasi
interpersonal jelas menimbulkan pengaruh yang besar terhadap intensitas
dan non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh, penampilan pakaian, nada suara
dalam berbicara) sangat menentukan makna dalam Komunikasi Interpersonal
(Rakhmat, 2000: 21).
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental
sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat
menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang
kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling
lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga
kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi
tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda
dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat
teknologi tercanggihpun.
Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi
oleh:
1. Persepsi Interpersonal
2. Konsep Diri
3. Atraksi Interpersonal
4. Hubungan Interpersonal
Secara umum komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses
pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi
Dalam pengertian tersebut mengandung 3 aspek:
1. Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang
berlangsung terus menerus.
2. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan
menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik.
3. Mengandung makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut,
adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi
terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.
Berdasarkan penjabaran diatas, penulis ingin meneliti permasalahan yang
berkaitan dengan peranan komunikasi antar pribadi dalam meningkatkan
kedekatan emosional dalam sebuah organisasi. Peneliti memutuskan untuk
meneliti organisasi yang mendukung sebuah tim sepak bola di Italia yaitu Inter
Club Indonesia (ICI). Lebih khususnya penulis meneliti cabang ICI yang baru
terbentuk yaitu ICI Lampung Utara.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, pada usul penelitian ini penulis
merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu“Bagaimana Peran Komunikasi
Antar Pribadi dalam Meningkatkan Kedekatan Emosional Antara Pengurus
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis Peranan Komunikasi Antar Pribadi Dalam Meningkatkan
Kedekatan Emosional Antara Pengurus Dengan Anggota Baru ICI Lampung
Utara, sehingga terbentuknya sebua organisasi yang solid dan menjunjung tinggi
nilai kekeluargaan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan ini yaitu :
a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi referensi
bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan komunikasi
antar pribadi yang memberikan efek dalam meningkatkan keahlian khususnya
untuk yang baru belajar berorganisasi.
b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran, pengetahuan, gambaran dan informasi serta masukan yang positif
bagi para pendiri fans club dan pendiri organisasi kecil agar dapat
meningkatkan kedekatan emosional yang merupakan cikal bakal rasa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang
lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal
ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari
hasil interelasi sosial dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering
dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun
informal.
Komunikasi pada hakekatnya adalah proses pernyataan antar manusia yang di
nyatakan dalam fikiran, perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyaluran dan sebagai alat interaksi. Seperti
pengertian komunikasi sendiri yaitu proses penyampaian pesan oleh seorang
kepada orang lain untuk memberitau atau mengubah sikap, pandangan pendapat,
perilaku, baik lisan, langsung maupun tidak langsung melalui media (Mulyana,
1996: 31 )
Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat
melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam
organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang
proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan
pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran
berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola
komunikasi dalam organisasi. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat
menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah
organisasi terutama dengan timbulnya salah faham dan konflik.
Dengan demikian interaksi yang dilakukan dapat berjalan sekaligus membuahkan
hasil yang sesuai dengan harapan dan keinginan masing-masing pihak. Sebuah
komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang atau
sebuah sumber kepada penerima yang dapat menimbulkan efek tertentu
sebagaimana dikemukakan oleh Harold Lasswell ”Who say what to whom in what
channel with what effect ” ( Rubent, 1998: 24 ), jadi setiap langkah mulai dari
pesan yang diciptakan sampai timbulnya pengaruh dan perubahan pada sasaran,
adalah proses komunikasi yang asasi. Hal ini dapat memberi makna ketika
manusia saling bertukar informasi fikiran, perasaan, dan kebutuhan dengan
lingkungan di luar diri kita. Berbagai bentuk komunikasi antar manusia dilatar
belakangi oleh berbagai alasan, kepentingan,maksud dan tujuan.
Interaksi dalam suatu organisasi melibatkan juga proses komunikasi melalui
pertemuan fisik (tatap muka), yang disebut komunikasi interpersonal atau
komunikasi antar pribadi, yaitu komunikasi yang melibatkan dua orang atau
dalam group kecil yang terdiri dari beberapa orang. Adanya komunikasi
interpersonal jelas menimbulkan pengaruh yang besar terhadap intensitas
dan non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh, penampilan pakaian, nada suara
dalam berbicara) sangat menentukan makna dalam Komunikasi Interpersonal
(Rakhmat, 2000: 21).
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental
sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat
menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang
kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling
lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga
kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi
tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda
dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat
teknologi tercanggihpun.
Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi
oleh:
1. Persepsi Interpersonal
2. Konsep Diri
3. Atraksi Interpersonal
4. Hubungan Interpersonal
Secara umum komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses
pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi
Dalam pengertian tersebut mengandung 3 aspek:
1. Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang
berlangsung terus menerus.
2. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan
menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik.
3. Mengandung makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut,
adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi
terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.
Berdasarkan penjabaran diatas, penulis ingin meneliti permasalahan yang
berkaitan dengan peranan komunikasi antar pribadi dalam meningkatkan
kedekatan emosional dalam sebuah organisasi. Peneliti memutuskan untuk
meneliti organisasi yang mendukung sebuah tim sepak bola di Italia yaitu Inter
Club Indonesia (ICI). Lebih khususnya penulis meneliti cabang ICI yang baru
terbentuk yaitu ICI Lampung Utara.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, pada usul penelitian ini penulis
merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu“Bagaimana Peran Komunikasi
Antar Pribadi dalam Meningkatkan Kedekatan Emosional Antara Pengurus
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis Peranan Komunikasi Antar Pribadi Dalam Meningkatkan
Kedekatan Emosional Antara Pengurus Dengan Anggota Baru ICI Lampung
Utara, sehingga terbentuknya sebua organisasi yang solid dan menjunjung tinggi
nilai kekeluargaan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan ini yaitu :
a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi referensi
bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan komunikasi
antar pribadi yang memberikan efek dalam meningkatkan keahlian khususnya
untuk yang baru belajar berorganisasi.
b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran, pengetahuan, gambaran dan informasi serta masukan yang positif
bagi para pendiri fans club dan pendiri organisasi kecil agar dapat
meningkatkan kedekatan emosional yang merupakan cikal bakal rasa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu
Iksan (1996) menyatakan bahwa tinjauan pustaka harus mengemukakan hasil
penelitian lain yang relevan dalam pendekatan permasalahan penelitian teori,
konsep-konsep, analisa, kesimpulan, kelemahan dan keunggulan pendekatan yang
dilakukan orang lain. Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari
duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang
dibuat oleh peneliti sebelumnya. (Masyhuri dan Zainuddin, 2008:100).
Penelitian mengenai peran komunikasi antar pribadi pernah dilakukan oleh
Aryanti Widyanigrum (2014). Penelitian tersebut berjudul“Peranan Komunikasi
Antar Pribadi dalam Meningkatkan Keahlian Dasar-Dasar Fotografi (Studi
pada Calon Anggota UKM Fotografi ZOOM Universitas Lampung Angkatan
15)”. Dalam penelitian tersebut, didapat kesimpulan bahwa komunikasi antar
pribadi yang dilakukan oleh anggota dan calon anggota angkatan 15 UKM
Fotografi ZOOM Universitas Lampung mempunyai peranan dalam meningkatkan
keahlian dasar-dasar fotografi. Aktivitas komunikasi antar pribadi yang
dasar-dasar fotografi selama proses perekrutan berlangsung, anggota dan calon anggota
angkatan 15 selalu berinteraksi dalam pembelajaran materi fotografi, bertukar
pengalaman dan memberi arahan saat praktek fotografi. Disimpulkan bahwa
proses komunikasi antar pribadi selama perekrutan berlangsung dengan baik dan
terdapat feedback di dalamnya, maka aktivitas komunikasi tersebut berperan
dalam meningkatkan keahlian dasar-dasar fotografi terutama pada analogi kamera,
komposisi, angel dan pencahayaan.
Berikut ini tabel perbedaan penelitian terdahulu.
Judul Peranan Komunikasi Antar Pribadi dalam Meningkatkan Keahlian Dasar-Dasar Fotografi (Studi pada Calon Anggota UKM Fotografi ZOOM Universitas Lampung Angkatan 15)
Penulis Aryanti Widyaningrum (2014)
Hasil Penelitian Aktivitas komunikasi antar pribadi yang memberikan peran dominan atau menonjol dalam meningkatkan keahlian dasar-dasar fotografi selama proses perekrutan berlangsung, anggota dan calon anggota angkatan 15 selalu berinteraksi dalam pembelajaran materi fotografi, bertukar pengalaman dan memberi arahan saat praktek fotografi. Disimpulkan bahwa proses komunikasi antar pribadi selama perekrutan berlangsung dengan baik dan terdapat feedback di dalamnya, maka aktivitas komunikasi tersebut berperan dalam meningkatkan keahlian dasar-dasar fotografi terutama pada analogi kamera, komposisi, angel dan pencahayaan.
Perbedaan Dalam penelitian Aryanti Widyaningrum (2014), anggota yang berkomunikasi bertujuan untuk menyampaikan materi tentang fotografi sehingga terlihat jelas bahwa tujuan untuk berkomunikasi untuk menyampaikan materi tentang fotografi. Sedangkan penelitian ini ingin mengetahui peranan komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh pengurus ICI terhadap anggota baru yang bertujuan semata-mata hanya untuk membangun hubungan keakraban/kedekatan emosional demi keberlangsungan organisasi.
Penelitian tentang peran komunikasi antar pribadi yang kedua dilakukan oleh
Annisa Faisal (2013). Penelitian tersebut berjudul “Seberapa Besarkah
Kegiatan Employee Gathering Perusahaan Terhadap Peningkatan Kualitas
Kerja ?” (Studi pada pimpinan dan karyawan dalam kegiatan employee
gatheringpada PT.AKASHI WAHANA INDONESIA)
Berikut adalah tabel penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Annisa Faisal:
Judul Seberapa Besarkah Pengaruh Komunikasi Antarpribadi antara Pimpinan dan Karyawan dalam Kegiatan Employee
Gathering Perusahaan Terhadap Peningkatan Kualitas Kerja
(Studi pada pimpinan dan karyawan dalam kegiatan
Employee Gathering pada PT.AKASHI WAHANA
INDONESIA)
Penulis Annisa Faisal (2013)
Hasil Penelitian
Besarnya pengaruh komunikasi antarpribadi antara pimpinan dan karyawan dalam kegiatan employee gathering terhadap peningkatan kualitas kerja termasuk dalam kategori cukup. Dari pendekatan humanistik yang berdasarkan lima karakteristik antara lain, keterbukan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraaan atau kesamaan. Semua mempunyai karakteristik-karakteristik tersendiri dalam berkomunikasi namun, komunikasi yang paling efektif diantara kelima karakteristik tersebut yaitu keterbukaan karena didalam suatu perusahaan sangat dibutuhkan keterbukan antara pimpinan dan karyawan agar dapat terjalin komunikasi yang efektif berlangsung secara diadik.
Perbedaan Dalam penelitian Annisa Faisal (2013) anggota yang mengikuti employee gathering hanya mengikuti kegiatan sebanyak dua kali dalam setahun, dan bertujuan untuk mendekatkan karyawan agar dapat meningkatkan kinerja karyawan yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Sedangkan penelitian ini dilakukan rutin setiap minggu oleh anggota ICI, dengan tujuan bertujuan semata-mata hanya untuk membangun hubungan keakraban/kedekatan emosional demi keberlangsungan organisasi.
2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi
2.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana
diungkapkan oleh DeVito dalam (Liliweri, 1991:13) komunikasi antar pribadi
merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang
yang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang bersifat
langsung. Orang memerlukan hubungan antar pribadi terutama untuk dua hal
yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan
mengacu pada hubungan yang bersifat emosional intensif, sementara
ketergantungan mengacu pada instrumen antar pribadi seperti mencari
kedekatan, membutuhkan bantuan, serta kebutuhan berteman dengan orang lain,
yang juga dibutuhkan untuk kepentingan mempertahankan hidup.
Komunikasi antar pribadi sering disebut dengan dyadic communication
maksudnya yaitu “komunikasi antara dua orang”, dimana terjadi kontak
langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung
secara berhadapan muka (face to face) ataupun bisa juga melalui media seperti
telepon. Ciri khas dari komunikasi antar pribadi adalah sifatnya yang dua arah
atau timbal balik (two ways communication). Namun, komunikasi antar
pribadi melalui tatap muka mempunyai satu keuntungan dimana melibatkan
perilaku nonverbal, ekspresi fasial, jarak fisik, perilaku paralinguistik yang
sangat menentukan jarak sosial dan keakraban (Liliweri, 1991:67).
Bentuk utama dari komunikasi antar pribadi adalah komunikasi tatap muka,
dimana komunikasi ini biasanya merupakan suatu rangkaian pertukaran pesan
antara dua individu dalam proses komunikasi, serta diantara individu tersebut
berhasil menjalin suatu kontak. Kontak itu berhasil karena antara individu yang
dan berbalas-balasan. Keberadaan interaksi antar individu inilah yang
menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi menghasilkan suatu umpan
balik pada tingkat keterpengaruhan tertentu. Aksi dan reaksi secara langsung
terlihat karena jarak fisik partisipan yang dekat sekali. Interaksi dalam
komunikasi antar pribadi, dapat menghasilkan berupa suatu perubahan pendapat,
sikap, perilaku dan tindakan tertentu.
Cassagrande dalam (Liliweri, 1991:48) berpendapat seseorang melakukan
komunikasi dengan orang lain karena :
1. Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan
membagi kelebihan.
2. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif cepat.
3. Interaksi hari ini merupakan spectrum pengalaman masa lalu dan
menjadikan orang mengatisipasi masa depan.
4. Hubungan yang diciptakan jika berhasil merupakan pengalaman yang
baru.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Cassagrade, dapat disimpulkan
bahwa keinginan berkomuniakasi secara pribadi disebabkan oleh dorongan
2.2.2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Fungsi dan tujuan komunikasi antar pribadi yaitu berusaha meningkatkan
hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik
pribadi, mengurangi ketidakpastian serta berbagi pengetahuan dan pengalaman
dengan orang lain. Komunikasi antar pribadi juga dapat meningkatkan hubungan
kemanusiaan diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi (Cangara,
2004:33)
2.2.3 Ciri Komunikasi Antarpribadi
Ada beberpa ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya DeVito dalam (Liliweri, 1991:13) menurutnya ada 5 ciri-ciri
komunikasi antarpribadi yang umum yaitu sebagai berikut:
1. Keterbukaan (Openess)
Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan ide atau gagasan bahkan
permasalahan secara bebas dan terbuka tanpa ada rasa malu. Keduanya saling
mengerti dan memahami pribadi masing-masing.
2. Empati (Emphaty)
Komunikator dan komunikan merasakan situasi dan kondisi yang dialami
mereka tanpa berpura-pura dan keduanya menanggapi apa-apa saja yang di
komunikasikan dengan penuh perhatian. Empati merupakan kemampuan
seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Apabila
empati satu sama lain, kemungkinan besar akan terjadi komunikasi yang
efektif.
3. Dukungan (Supportiveness)
Setiap pendapat atau ide serta gagasan yang disampaikan akan mendapatkan
dukungan dari pihak-pihak yang berkomuniaksi. Dukungan membantu
seseseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta
meraih tujuan yang diharapkan.
4. Rasa Positif (Possitivenes)
Apabila pembicaraan antara komunikator dan komunikan mendapat tanggapan
positif dari kedua belah pihak, maka percakapan selanjutnya akan lebih mudah
dan lancar. Rasa positif menjadikan orang-orang yang berkomunikasi tidak
berprasangka atau curiga yang dapat menganggu jalinan komunikasi.
5. Kesamaan (Equality)
Komunikasi akan lebih akrab dan jalinan pribadi akan menjadi semakin kuat
apabila memiliki kesamaan tertentu antara komunikator dan komunikan dalam
hal pandangan, sikap, kesamaan ideologi dan lain sebagainya.
Selain kelima ciri yang dipaparkan DeVito diatas, ada beberapa ciri lagi yang
identik dengan komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi antar pribadi
dilaksanakan oleh seorang individu karena didorong berbagai faktor. Komunikasi
antar pribadi juga berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja,
penuh keakraban, bebas, bervariasi serta menggunakan berbagai
lambang-lambang yang bermakna bagi individu yang melakukan komunikasi antar pribadi
tersebut (Cangara, 2004:54)
2.2.4 Proses Komunikasi Antar Pribadi
Berkomunikasi secara efektif memiliki arti bahwa komunikator dan
komunikan memiliki pengertian yang sama tentang isi suatu pesan.
Komunikasi antar pribadi dikatakan efektif apabila pertemuan komunikasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan dan dalam proses
tersebut tercipta sebuah kebersamaan dalam makna yang secara langsung hasilnya
dapat diperoleh, jika peserta komunikasi cepat tanggap dan paham terhadap setiap
pesan yang dipertukarkan.
Selain itu, Menurut Steward L. Tubs dan Sylva Moss dalam (Rakhmat,
2001:133) menambahkan bahwa tanda-tanda komunikasi yang efektif
setidaknya menimbulkan hal sebagai berikut :
1. Saling pengertian
2. Memberikan kesenangan
3. Mempengaruhi sikap
Komunikasi antar pribadi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui media
dan tatap muka. Meskipun demikian, yang dianggap paling sukses adalah
komunikasi antar pribadi secara tatap muka, sebab dalam komunikasi antar pribadi
yang dilakukan melalui tatap muka pengiriman pesan dan umpan baliknya dapat
merasa. Proses komunikasi antar pribadi meggunakan lambang- lambang sebagai
media penyampaian pesan.
Adapun lambang yaitu :
1. Lambang Verbal
Lambang verbal ini biasanya dalam bentuk baahasa. Oleh karena itu, dengan
bahasa seorang komunikator dapat mengunggkapkan pikirannya mengenai hal
atau peristiwa, baik yang kongkrit maupun yang abstrak yang terjadi pada
masa lalu, masa kini dan masa depan kepada komunikannya.
2. Lambang Non Verbal
Lambang Non Verbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi
yang berbentuk isyarat dengan menggunakan anggota tubuh seperti kepala,
mata, jari, dan lainnya. Batasan komunikasi non verbal secara garis besar
sebenarnya sebagai arah dari suatu gejala seperti setiap bentuk penampilan
wajah dan gerak gerik tubuh seseorang sebagai suatu cara dan simbol dari
statusnya. Contohnya tarian, drama sampai ke musik. Jadi, pada dasarnya
dengan isyarat non verbal seorang individu dapat memahami orang lain ketika
orang lain terserbut berbicara atau menulis bahasanya untuk menyatakan
sesuatu tentang dirinya.
Kesamaan dan ketidaksamaan derajat antara komunikator dan komunikan
dalam proses komunikasi, memunculkan istilah homophily dan heterophily
sehingga bisa memperjelas hubungan antara komunikator dengan komunikan
dalam proses komunikasi antarpribadi. Homophily adalah sebuah istilah
diantara mereka seperti nilai, pendidikan dan status. Sedangkan Heterophily
didefinisikan sebagai derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi yang berada
pada dalam sifat-sifat tertentu. Pada sistem yang lebih tradisional ditandai oleh
derajat homophily yang lebih tinggi, dalam komunikasi antarpribadi dan
norma-norma di desa menjadi lebih modern sehingga menjadi lebih heterophily
(Rakhmat, 2001:133)
2.2.5 Sifat Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi sama halnya dengan ilmu-ilmu lain yang pasti memiliki
sifatnya tersendiri sehingga menjadi suatu ciri khas pada ilmu tersebut. Beberapa
sifat yang dapat menunjukan komunikasi antara dua orang, yang mengarah pada
komunikasi antar pribadi yaitu didalamnya melibatkan perilaku verbal maupun
nonverbal, yang dapat menunjukan seberapa jauh hubungan antara pihak yang
terlibat di dalamnya
Berikut adalah beberapa sifat yang dimiliki oleh komunikasi antarpribadi
(Liliweri, 1991:29):
1. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, perilaku ini
timbul karena kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi.
2. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik agar
mempunyai interaksi dan koherensi, artinya suatu komuikasi antar pribadi
harus ditandai dengan adanya umpan balik serta adanya interaksi yang
melibatkan suatu perubahan di dalam sikap, perasaan, perilaku dan pendapat
3. Komunikasi antar pribadi biasanya bersifat intrintik dan ekstrinsik.
Intrinstik merupakan suatu standar perilaku yang dikembang oleh seseorang
sebagai panduan melaksanakan komunikasi, sedangkan ekstrinsik yaitu aturan
lain yang ditimbulkan karena pengaruh kondisi sehingga komunikasi antar
manusia harus diperbaiki atau malah harus berakhir.
4. Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang
dimaksud adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya
tindakan bersama sehinnga menghasilkan proses komunikasi yang baik.
5. Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang
dimaksud adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya
tindakan bersama sehinnga menghasilkan proses komunikasi yang baik
2.2.6 Format Komunikasi Dalam Organisasi
1. Komunikasi antar pribadi
Adalah proses pertukaran informasi diantara sesorang dengan paling kurang
seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui
balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat, maka bertambahlah
persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah
komunikasi tersebut (Cangara, 2001: 31)
Klasifikasi Komunikasi interpersonal
a. Interaksi intim
Dalam organisasi, hubungan ini dikembangkan dalam sistem komunikasi
dalam organisasi, yang mempunyai interaksi personal mungkin diluar
peranan dan fungsinya di organisasi
b. Percakapan Sosial
Adalah interaksi untuk menyenangkan seorang secara sederhana dengan
sedikit berbicara. Jika dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara
tentang perhatian, minat di luar organisasi seperto famili, sport, isu politik.
c. Interogasi atau Pemerikasaan
Adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta
atau bahkan menurut informasi daripada yang lain.
d. Wawancara
Adalah suatu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat
dalam percakapan yang berupa tanya jawab.
2. Tujuan komunikasi antar pribadi dalam organisasi
Dalam pelaksanaannya komunikasi antar pribadi memiliki tujuan-tujuan utama.
Terdapat enam tujuan komunikasi yang dianggap penting (Widjaja, 2000: 122)
yaitu:
a. menemukan diri sendiri
b. menemukan dunia luar
c. membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
d. merubah sikap dan tingkah laku kearah yang lebih baik
e. untuk bermain dan kesenangan
3. Hubungan Antar pribadi yang efektif
Hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak
memenuhi kondisi :
a. Bertemu satu sama lain secara personal
b. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang
dapat dipahami satu sama lain secara berarti
c. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau
keberatan
d. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap
menerima dari empati satu sama lain.
e. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan
mengurangi kecenderungan gangguan arti
f. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan
aman terhadap yang lain.
2.3 Definisi Organisasi
Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam
kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, Organisasi adalah
system kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk
kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian
kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi
yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
Menurut jenisnya organisasi dibagi dalam dua jenis yaitu organisasi formal dan
Pada dasarnya organisasi hanya memiliki 4 ciri-ciri yaitu :
a. Mempunyai Tujuan dan Sasaran untuk dicapai dalam Organisasi.
b. Mempunyai aturan yang harus ditaati oleh anggota dari Organisasi tersebut.
c. Mempunyai pembagian kerja atau bisa disebut juga kerjasama.
d. Ada yang mengkoordinasi tugas dan wewenang.
2.4 Jenis-Jenis Organisasi Berdasarkan hubungan personal
Jenis organisasi berdasarkan hubungan personal terbagi menjadi dua yaitu
organisasi yang bersifat formal dan organisasi yang bersifat informal (Liliweri,
1991:67)
a. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah organisasi yang diatur secara resmi, seperti
organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum. Organisasi formal
sifatnya lebih teratur, mempunyai struktur organisasi yang resmi, serta
perencanaan dan program yang akan dilaksanakan secara jelas.
Contoh: OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), PSSI (Persatuan Sepak Bola
Seluruh Indonesia), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan lain-lain.
b. Organisasi Informan
Organisasi informal, adalah organisasi yang terbentuk karena hubungan
bersifat pribadi, antara lain kesamaan minat atau hobby. Karena sifatnya tidak
resmi, pada organisasi ini kadangkala struktur organisasi tidak begitu
jelas/bahkan tidak ada. Begitu juga dengan perencanaan dan program-program
yang akan dilaksanakan tidak dirumuskan secara jelas dan tegas,
Contoh: kelompok pecinta puisi disekolah, fans club suatu Idol grup, fans club
pecinta motor antik dan lain sebagainya (Liliweri, 1991:67)
2.5 Pentingnya Komunikasi Dalam Sebuah Organisasi
Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang
merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri
dari pengurus dan anggota. Di antara kedua belah pihak harus ada
two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu
diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita, baik
cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja
sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan
sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu
keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan
dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Komunikasi menjadi sebuah media penting dalam sebuah organisasi, karena
dalam berorganisasi kecakapan menyampaikan maksud dan tujuan
(berkomunikasi) antar pribadi dapat meredam gesekan-gesekan konflik. Arus
komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi
horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan
fungsi yang sangat tegas (Effendy, 2003: 71)
Fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut:
1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika
orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada
a. Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja(job instruction).
b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk
dilaksanakan (job retionnale).
c. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku
(procedures and practices).
d. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan
(subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari
bawah ke atas ini adalah:
a. Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang
sudah dilaksanakan.
b. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun
tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan.
c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.
d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun
pekerjaannya.
3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara
para bawahan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi
arus komunikasi horisontal ini adalah:
a. Memperbaiki koordinasi tugas
b. Upaya pemecahan masalah.
d. Upaya pemecahan konflik.
e. Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
2.6 Format Komunikasi Dalam Organisasi
4. Komunikasi antar pribadi
Adalah proses pertukaran informasi diantara sesorang dengan paling kurang
seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui
balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat, maka bertambahlah
persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah
komunikasi tersebut (Cangara, 2001: 31)
Klasifikasi Komunikasi interpersonal
e. Interaksi intim
Dalam organisasi, hubungan ini dikembangkan dalam sistem komunikasi
informal. Misalnya hubungan yang terlihat antara kedua orang teman baik
dalam organisasi, yang mempunyai interaksi personal mungkin diluar
peranan dan fungsinya di organisasi
f. Percakapan Sosial
Adalah interaksi untuk menyenangkan seorang secara sederhana dengan
sedikit berbicara. Jika dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara
tentang perhatian, minat di luar organisasi seperto famili, sport, isu politik.
g. Interogasi atau Pemerikasaan
Adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta
atau bahkan menurut informasi daripada yang lain.
Adalah suatu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat
dalam percakapan yang berupa tanya jawab.
5. Tujuan komunikasi antar pribadi dalam organisasi
Dalam pelaksanaannya komunikasi antar pribadi memiliki tujuan-tujuan utama.
Terdapat enam tujuan komunikasi yang dianggap penting (Widjaja, 2000: 122)
yaitu:
g. menemukan diri sendiri
h. menemukan dunia luar
i. membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
j. merubah sikap dan tingkah laku kearah yang lebih baik
k. untuk bermain dan kesenangan
l. untuk saling membantu
6. Hubungan Antar pribadi yang efektif
Hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak
memenuhi kondisi :
g. Bertemu satu sama lain secara personal
h. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang
dapat dipahami satu sama lain secara berarti
i. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau
keberatan
j. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap
k. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan
mengurangi kecenderungan gangguan arti
l. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan
aman terhadap yang lain.
2.7 Proses Komunikasi
Pada tataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau memahami komunikasi dari
dua perspektif, yaitu:
1. Perspektif Kognitif.
Komunikasi menurut Colin Cherry (Syaiful Rohim, 2009) yang mewakili
perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk
mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau
kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan
kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya.
Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki
informasi yang sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu
tindak komunikasi telah terjadi.
2. Perspektif Perilaku.
Menurut BF. Skinnerdalam (Syaiful Rohim, 2009) dari perspektif perilaku
memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender
berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada receiver. Masih
dalam perspektif perilaku, FEX Dance menegaskan bahwa komunikasi
simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh respons.
Kedua pengertian komunikasi yang disebut terakhir, mengacu pada hubungan
stimulus respons antara sender dan receiver.
Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua perspektif yang
berbeda, kita mencoba melihat proses komunikasi dalam suatu organisasi.
Menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi, perspektif
perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi
bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver). Satu respons khusus
diharapkan oleh pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang
disampaikannya. Ketika satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki, bukan
suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan tersebut merupakan
tindak berbagi informasi atau tidak (Syaiful Rohim, 2009:52)
Sekarang kita mencoba memahami proses komunikasi antarmanusia yang
disajikan dalam suatu model berikut. Proses komunikasi diawali oleh sumber
(source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi
dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut:
a. Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu
penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk
dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan
yang akan disampaikan.
b. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu
tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan
informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau
message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya
dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal
seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.
c. Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan
yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada
penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar ataupun melalui
suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah
channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu
pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka,
radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi
setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat
mereproduksi kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset, video atau OHP
(overheadprojector). Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran
komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat
sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.
d. Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika
pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar
yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan
hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu
kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk
melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran
penerima. Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana
memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons
terhadap pesan tersebut.
e. Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan
balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan
yang telah disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik
dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud
kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa
mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik
inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas
komunikasi.
2.8 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial,
komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi
(Syaiful Rohim, 2009) yaitu:
1. Fungsiinformative
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi
(information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu
dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota
organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada
dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan
kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen
membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun
guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.
Sedangkanbawahan membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan,
jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam
suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang
berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:
a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu
mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi
yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan
untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur
organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position
of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah
banyak bergantung pada:
1) Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.
3) Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin
sekaligus sebagai pribadi.
4) Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
5) Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada
dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan
kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak
boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan
selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini,
maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya
daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela
oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding
kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua
saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut
(newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran
komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa
Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk
berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi
(Syaiful Rohim, 2009:40-55)
2.9 Memahami Komunikasi dalam Organisasi
Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan
kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika
mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan.
Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan mengkaji
jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran manajemen
sewaktu mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam
organsasi, kita akan diajak untuk memikirkan bagaimana mendefinisikan
tujuan kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita memilih
orang yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana kita memilih saluran yang
efektif untuk melaksanakan tugas tersebut.
Gaya Komunikasi. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai
seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu
situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal behaviors that are used in a
given situation).Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku
komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu
dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang
digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari
penerima(receiver). (Liliweri, 1991:72) Gaya Komunikasi yang akan kita pelajari
a. The Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu
kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku,
pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya
komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way
communications.Pihak-pihak yang memakai controlling style of
communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan
dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai
rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai
rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau
feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para
komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang
lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk
memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha menjual
gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada
orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini
sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak
secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya
komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif
sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif
b. The Equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan
kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan
berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis
yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication). Dalam gaya
komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap
anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam
suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian,
memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian
bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini,
adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta
kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam
konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style
ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini
efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi
untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks.
Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan
share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
c. The Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara
tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan,
(sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi
orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal
kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State
University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka
beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons
menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah
orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih
memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
i. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena
pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya
berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of
communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor
yang membawa para wiraniaga (salesmen atausaleswomen).Tujuan utama gaya
komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang bawahan
untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup
efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis,
namun dengan persyaratan bahwa bawahan mempunyai kemampuan yang cukup
untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,
pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi
perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi
perintah dan mengontrol orang lain.Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini
akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan
orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia
untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
j. The Withdrawal style
Untuk akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak
komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya
ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan
ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.Dalam
deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin
dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba
melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu
keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena
itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.Gambaran
umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style
of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal.
Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing
dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi
organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling dan withdrawal
mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang
2.10 Tinjauan Tentang Kedekatan Emosional
Istilah Kedekatan atau kelekatan (attachment) untuk pertamakalinya dikemukakan
oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby.
Kemudian formulasi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Mary Ainsworth pada
tahun 1969 (Mc Cartney dan Dearing, 2002).
Hubungan akrab ditandai oleh kadar yang tinggi mengenai keramah tamahan dan
kasih sayang, kepercayaan, pengungkapan diri dan tanggung jawab, dirumuskan
melalui lambang-lambang dan ritual (Prisbell dan Anderson 1980)
1. Keramahtamahan
Barangkali yang pertama dan kalau bukan yang paling yang paling penting yang
merupakan karakteristik keakraban ialah keramahtamahan dan kasih sayang.
Sahabat-sahabat kental saling menyukai satu sama lain. Singkat kata, hubungan
akrab yang baik bukanlah hal yang menjengkelkan. Satu cara sahabat kental
menyatakan kesukaannya adalah dengan cara menghabiskan waktu bersama-sama
entah pergi menonton, jalan-jalan atau mengobrol. Teman akrab selalu berharap
untuk selalu bersama sama karena meraka mengalami kegembiraan atau
kesenangan secara bersama sama, mereka menikmati bersama sama dalam
berbicara, dan mereka menikmati dalam berbagi pengalaman.
2. Kepercayaan
Karakteristik penting lainnya mengenai keakraban ialah kepercayaan atau trust.