• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Komunikasi Antar Pribadi dalam Meningkatkan Kedekatan Emosional Antara Pengurus dengan Anggota Baru (Studi pada Inter Club Indonesia Lampung Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Komunikasi Antar Pribadi dalam Meningkatkan Kedekatan Emosional Antara Pengurus dengan Anggota Baru (Studi pada Inter Club Indonesia Lampung Utara)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM

MENINGKATKAN KEDEKATAN EMOSIONAL ANTARA

PENGURUS DENGAN ANGGOTA BARU

(Studi pada Inter Club Indonesia Lampung Utara)

Skripsi

Oleh

AGUS SAPUTRA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PENGURUS DENGAN ANGGOTA BARU

(Studi pada Inter Club Indonesia Lampung Utara)

Oleh

AGUS SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Peneliti dilahirkan di Kotabumi Lampung Utara pada

tanggal 17 Agustus 1991. Putra bungsu dari tiga

bersaudara, dari pasangan Marban dengan Wiwi

Suharti. Peneliti menyelesaikan pendidikan di TK Tunas

Harapan 1997, SD Negeri 5 Kotabumi, SMP Negeri 7

Kotabumi pada tahun 2006, dan SMA Negeri 3

Kotabumi pada tahun 2009. Di tahun 2009 Peneliti

terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung.

Selama mengenyam masa kuliah, peneliti aktif berorganisasi dalam HMJ Ilmu Komunikasi

sebagai anggota bidang periklanan . Peneliti juga melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama

(4)

Puji syukur ku Panjatkan padamu ya Allah atas besar karunia yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan juga kedua orang tuaku yang telah berusaha membesarkan dan mendidikku hingga akhir studiku. Buat Bapak dan Mamak, inilah kado kecil yang dapat anakmu persembahkan untuk sedikit menghibur hatimu yang telah aku susahkan, aku tahu banyak yang telah kalian korbankan demi memenuhi kebutuhanku yang selalu tak pernah merasa lelah demi memenuhi kebutuhanku. Aku hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak dan Mamak, hanya Allah yang bisa membalas kemuliaan hati kalian. Kakak, Ayuk dan Adikku yang juga telah banyak memberikan dukungan kepada saya, terimakasih atas kebaikan, perhatian dan kasih sayang yang kalian berikan kepada saya, dan ini adalah merupakan hari kebahagiaanku dan juga merupakan kebahagiaan kalian juga.

(5)
(6)

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT

Tuhan semesta alam yang tak pernah berhenti memberikan nikmat, rahmat dan

hidayahnya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan

Komunikasi Antar Pribadi dalam Meningkatkan Kedekatan Emosional Antara

Pengurus Dengan Anggota Baru (Studi pada Inter Club Indonesia Lampung

Utara) sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu

Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun sebagai bentuk perbaikan dari skripsi ini

dikemudian hari. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, tanpa adanya

bantuan, dukungan dan semangat dari berbagai pihak yang terlibat penyusunan

skripsi ini tidak mungkin selesai. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Politik dan

Ilmu Sosial Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

sosok bijak yang memberikan support dan nasihat terbaik untuk

(7)

Lampung.

4. Bapak Drs. Sarwoko,M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikanilmu, meluangkan waktu dan semangat untuk membimbing,

memberikan masukan saran, mengarahkan, serta perbaikan yang sangat

bermanfaat kepada penulis.memberikan masukan serta kritik yang

membangun dan membantu penulis.

5. Bapak Drs. Cahyono Eko Sugiharto., selaku Dosen Pembahas yang telah

bersedia membahas skripsi dan meluangkan waktu untuk membimbing,

sosok yang kritis dalam memberikan masukan saran, mengarahkan, serta

perbaikan yang sangat bermanfaat kepada penulis.

6. IbuWulan Suciska S.I.KOM,M.Si., Selaku Dosen Pembimbing Akademik

penulis, Ibu yang baik dan murah senyum dan selalu menanyakan

perkembangan skripsi

7. Seluruh Dosen, Staf Administrasi dan Staf Karyawan di Jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

8. Inter Club Indonesia khususnya Regional Lampung Utara. FORZA INTER!

9. Terima Kasih, Kupersembahkan karya ini kepada kedua orang tuaku. Bapak

Mamak terima kasih atas cinta dan doa yang tulus dari kalian. Berjuta

terima kasih tidak akan cukup untuk membalas itu semua.

10. Ketiga saudaraku, Palgunadi Ahmad, Irma Nilawati dan Annisa Amalia

(8)

biar skripsi ini jadi saksi kita terdampar di lorong lorong ruang perkuliahan.

12. Keluarga Besar HMJ Komunikasi Unila yang telah member pengalaman

berharga dan pertemanan yang sangat berarti. Sukses selalu buat HMJ Ilmu

Komunikasi Unila

13. Teman-teman KKN Kelurahan Mercu Buana.

14. Teman teman SD, SMP, SMA, dan sepermainan penulis, warek warek

kobum yang nggak bisa disebutkan satu persatu.

15. Serta kepada anda yang membaca skripsi ini, semoga dapat berguna dan

bermanfaat bagi anda dan yang lainnya.

Penutup kata, Penulis mengucapkan terima kasih padamu sahabat-sahabat baikku

atas segala perhatian dan doa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, semoga bermanfaat bagi

siapapun yang membacanya.

Bandar Lampung, 03Okt 2015

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu... 6

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi ... 8

2.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi ... 8

2.2.2 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ... 11

2.2.3 Ciri Komunikasi Antar Pribadi ... 11

2.2.4 Proses Komunikasi Antar Pribadi ... 13

2.2.5 Sifat Komunikasi Antar Pribadi... 15

2.2.6 Format Komunikasi AntarPribadi... .16

2.3 Definisi Organisasi ... .18

2.4 Jenis-Jenis Organisasi Berdasarkan Hubungan Personal ... .19

2.5 Pentingnya Komunikasi Dalam Organisasi . ... .20

2.6 Format Komunikasi dalam Organisasi... .22

2.7 Proses Komunikasi ... .24

2.8 Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi . ... .27

2.9 Memahami Komunikasi Dalam Organisasi . ... .30

2.10 Tinjauan Tentang Kedekatan Emosional . ... .35

2.11 Kerangka Pikir . ... .38

2.12 Bagan Kerangka Pikir . ... .44

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 45

3.2 Definisi Konsep ... 46

3.2.1 Komunikasi Antar Pribadi . ... .46

3.2.2 Kedekatan Emosional . ... .46

3.2.3 ICI Lampung Utara . ... .47

3.3 Fokus Penelitian ... 47

3.4 Penentuan Informan ... 47

3.5 Sumber Data... 48

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 47

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 50

3.8 Teknik Analisis Data... 51

3.9 Indikator Kedekatan Emosional... 53

(10)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

4.1 Sejarah Inter Club Indonesia... 57

4.2 Waktu dan Pelaksaan Penelitian ... .60

4.3 Gambaran Umum Inter Club Indonesia Lampung Utara... .60

4.4 Struktur ICI Lampung Utara ... .64

4.5 Visi dan Misi... .64

4.6 Tujuan dan Fungsi ICI Lampung Utara ... .65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 67

5.1.1 Profil Informan... 68

5.1.2 Penyajian Data Hasil Wawancara ... .70

5.1.3 Penyajian Data Hasil Wawancara Perubahan Sikap ... .81

5.1.4 Rangkuman Hasil Penelitian Berdasarkan Tujuan Penelitian ... .84

5.1.5 Rangkuman Hasil Penelitian Aspek Perubahan Sikap... .89

5.1.6 Hasil Penelitian Akhir... .90

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 93

5.2.1 Komentar Peneliti ... .93

5.2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Manfaat... .94

5.2.3 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Manfaat Teoritis ... .94

5.2.4 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Manfaat Praktis... .95

(11)

EMOTIONAL CLOSENESS BETWEEN THE COORDINATOR WITH NEW MEMBERS (Study in Inter Club Indonesia Chapter North Lampung)

By: Agus Saputra

The research talk about interpersonal communication which happened between football fans club inter milan .Inter milan is a top club in europe having many fans in indonesia .This research look at the interpersonal communication process in improving closeness emotional between caretaker with new ICI members.The theory behind this study is the interactional model effective through the point of view of humanistic. The research focused on interpersonal communication activities of caretaker and new members viewed from the aspects of the humanistic paradigm (openness, emphaty, supportiveness. Positiveness, equality) And the aspect of a change in attitude. There are 3 respondents from caretaker and 3 from new members in this research. Techniques of analysis data used in this research is data reduction, display and verification.

The results of this research indicates that there are 5 aspects of interpersonal communication between caretaker and new members are: openness, emphaty, supportiveness, equality and positiveness, there are 3 aspects that have been maximumly is shown by caretaker and new members, those are emphaty, supportiveness and equality, and there are two aspect that are still less than the maximum criteria indicated by the caretaker and new members aspect of openness and positiveness.

(12)
(13)
(14)
(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang

lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal

ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari

hasil interelasi sosial dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering

dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun

informal.

Komunikasi pada hakekatnya adalah proses pernyataan antar manusia yang di

nyatakan dalam fikiran, perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa sebagai alat penyaluran dan sebagai alat interaksi. Seperti

pengertian komunikasi sendiri yaitu proses penyampaian pesan oleh seorang

kepada orang lain untuk memberitau atau mengubah sikap, pandangan pendapat,

perilaku, baik lisan, langsung maupun tidak langsung melalui media (Mulyana,

1996: 31 )

Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat

melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam

organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang

(16)

proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan

pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran

berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola

komunikasi dalam organisasi. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat

menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah

organisasi terutama dengan timbulnya salah faham dan konflik.

Dengan demikian interaksi yang dilakukan dapat berjalan sekaligus membuahkan

hasil yang sesuai dengan harapan dan keinginan masing-masing pihak. Sebuah

komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang atau

sebuah sumber kepada penerima yang dapat menimbulkan efek tertentu

sebagaimana dikemukakan oleh Harold Lasswell ”Who say what to whom in what

channel with what effect ” ( Rubent, 1998: 24 ), jadi setiap langkah mulai dari

pesan yang diciptakan sampai timbulnya pengaruh dan perubahan pada sasaran,

adalah proses komunikasi yang asasi. Hal ini dapat memberi makna ketika

manusia saling bertukar informasi fikiran, perasaan, dan kebutuhan dengan

lingkungan di luar diri kita. Berbagai bentuk komunikasi antar manusia dilatar

belakangi oleh berbagai alasan, kepentingan,maksud dan tujuan.

Interaksi dalam suatu organisasi melibatkan juga proses komunikasi melalui

pertemuan fisik (tatap muka), yang disebut komunikasi interpersonal atau

komunikasi antar pribadi, yaitu komunikasi yang melibatkan dua orang atau

dalam group kecil yang terdiri dari beberapa orang. Adanya komunikasi

interpersonal jelas menimbulkan pengaruh yang besar terhadap intensitas

(17)

dan non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh, penampilan pakaian, nada suara

dalam berbicara) sangat menentukan makna dalam Komunikasi Interpersonal

(Rakhmat, 2000: 21).

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental

sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat

menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang

kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling

lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga

kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi

tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda

dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat

teknologi tercanggihpun.

Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi

oleh:

1. Persepsi Interpersonal

2. Konsep Diri

3. Atraksi Interpersonal

4. Hubungan Interpersonal

Secara umum komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses

pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi

(18)

Dalam pengertian tersebut mengandung 3 aspek:

1. Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang

berlangsung terus menerus.

2. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan

menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik.

3. Mengandung makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut,

adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi

terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.

Berdasarkan penjabaran diatas, penulis ingin meneliti permasalahan yang

berkaitan dengan peranan komunikasi antar pribadi dalam meningkatkan

kedekatan emosional dalam sebuah organisasi. Peneliti memutuskan untuk

meneliti organisasi yang mendukung sebuah tim sepak bola di Italia yaitu Inter

Club Indonesia (ICI). Lebih khususnya penulis meneliti cabang ICI yang baru

terbentuk yaitu ICI Lampung Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, pada usul penelitian ini penulis

merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu“Bagaimana Peran Komunikasi

Antar Pribadi dalam Meningkatkan Kedekatan Emosional Antara Pengurus

(19)

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis Peranan Komunikasi Antar Pribadi Dalam Meningkatkan

Kedekatan Emosional Antara Pengurus Dengan Anggota Baru ICI Lampung

Utara, sehingga terbentuknya sebua organisasi yang solid dan menjunjung tinggi

nilai kekeluargaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan ini yaitu :

a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi referensi

bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan komunikasi

antar pribadi yang memberikan efek dalam meningkatkan keahlian khususnya

untuk yang baru belajar berorganisasi.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran, pengetahuan, gambaran dan informasi serta masukan yang positif

bagi para pendiri fans club dan pendiri organisasi kecil agar dapat

meningkatkan kedekatan emosional yang merupakan cikal bakal rasa

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang

lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal

ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari

hasil interelasi sosial dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia sering

dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun

informal.

Komunikasi pada hakekatnya adalah proses pernyataan antar manusia yang di

nyatakan dalam fikiran, perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa sebagai alat penyaluran dan sebagai alat interaksi. Seperti

pengertian komunikasi sendiri yaitu proses penyampaian pesan oleh seorang

kepada orang lain untuk memberitau atau mengubah sikap, pandangan pendapat,

perilaku, baik lisan, langsung maupun tidak langsung melalui media (Mulyana,

1996: 31 )

Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat

melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam

organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang

(21)

proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan

pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran

berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola

komunikasi dalam organisasi. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat

menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah

organisasi terutama dengan timbulnya salah faham dan konflik.

Dengan demikian interaksi yang dilakukan dapat berjalan sekaligus membuahkan

hasil yang sesuai dengan harapan dan keinginan masing-masing pihak. Sebuah

komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang atau

sebuah sumber kepada penerima yang dapat menimbulkan efek tertentu

sebagaimana dikemukakan oleh Harold Lasswell ”Who say what to whom in what

channel with what effect ” ( Rubent, 1998: 24 ), jadi setiap langkah mulai dari

pesan yang diciptakan sampai timbulnya pengaruh dan perubahan pada sasaran,

adalah proses komunikasi yang asasi. Hal ini dapat memberi makna ketika

manusia saling bertukar informasi fikiran, perasaan, dan kebutuhan dengan

lingkungan di luar diri kita. Berbagai bentuk komunikasi antar manusia dilatar

belakangi oleh berbagai alasan, kepentingan,maksud dan tujuan.

Interaksi dalam suatu organisasi melibatkan juga proses komunikasi melalui

pertemuan fisik (tatap muka), yang disebut komunikasi interpersonal atau

komunikasi antar pribadi, yaitu komunikasi yang melibatkan dua orang atau

dalam group kecil yang terdiri dari beberapa orang. Adanya komunikasi

interpersonal jelas menimbulkan pengaruh yang besar terhadap intensitas

(22)

dan non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh, penampilan pakaian, nada suara

dalam berbicara) sangat menentukan makna dalam Komunikasi Interpersonal

(Rakhmat, 2000: 21).

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental

sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat

menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang

kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling

lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga

kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi

tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda

dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat

teknologi tercanggihpun.

Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi

oleh:

1. Persepsi Interpersonal

2. Konsep Diri

3. Atraksi Interpersonal

4. Hubungan Interpersonal

Secara umum komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses

pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi

(23)

Dalam pengertian tersebut mengandung 3 aspek:

1. Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang

berlangsung terus menerus.

2. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan

menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik.

3. Mengandung makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut,

adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi

terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.

Berdasarkan penjabaran diatas, penulis ingin meneliti permasalahan yang

berkaitan dengan peranan komunikasi antar pribadi dalam meningkatkan

kedekatan emosional dalam sebuah organisasi. Peneliti memutuskan untuk

meneliti organisasi yang mendukung sebuah tim sepak bola di Italia yaitu Inter

Club Indonesia (ICI). Lebih khususnya penulis meneliti cabang ICI yang baru

terbentuk yaitu ICI Lampung Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, pada usul penelitian ini penulis

merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu“Bagaimana Peran Komunikasi

Antar Pribadi dalam Meningkatkan Kedekatan Emosional Antara Pengurus

(24)

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis Peranan Komunikasi Antar Pribadi Dalam Meningkatkan

Kedekatan Emosional Antara Pengurus Dengan Anggota Baru ICI Lampung

Utara, sehingga terbentuknya sebua organisasi yang solid dan menjunjung tinggi

nilai kekeluargaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan ini yaitu :

a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi referensi

bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan komunikasi

antar pribadi yang memberikan efek dalam meningkatkan keahlian khususnya

untuk yang baru belajar berorganisasi.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran, pengetahuan, gambaran dan informasi serta masukan yang positif

bagi para pendiri fans club dan pendiri organisasi kecil agar dapat

meningkatkan kedekatan emosional yang merupakan cikal bakal rasa

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Penelitian Terdahulu

Iksan (1996) menyatakan bahwa tinjauan pustaka harus mengemukakan hasil

penelitian lain yang relevan dalam pendekatan permasalahan penelitian teori,

konsep-konsep, analisa, kesimpulan, kelemahan dan keunggulan pendekatan yang

dilakukan orang lain. Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari

duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang

dibuat oleh peneliti sebelumnya. (Masyhuri dan Zainuddin, 2008:100).

Penelitian mengenai peran komunikasi antar pribadi pernah dilakukan oleh

Aryanti Widyanigrum (2014). Penelitian tersebut berjudul“Peranan Komunikasi

Antar Pribadi dalam Meningkatkan Keahlian Dasar-Dasar Fotografi (Studi

pada Calon Anggota UKM Fotografi ZOOM Universitas Lampung Angkatan

15)”. Dalam penelitian tersebut, didapat kesimpulan bahwa komunikasi antar

pribadi yang dilakukan oleh anggota dan calon anggota angkatan 15 UKM

Fotografi ZOOM Universitas Lampung mempunyai peranan dalam meningkatkan

keahlian dasar-dasar fotografi. Aktivitas komunikasi antar pribadi yang

(26)

dasar-dasar fotografi selama proses perekrutan berlangsung, anggota dan calon anggota

angkatan 15 selalu berinteraksi dalam pembelajaran materi fotografi, bertukar

pengalaman dan memberi arahan saat praktek fotografi. Disimpulkan bahwa

proses komunikasi antar pribadi selama perekrutan berlangsung dengan baik dan

terdapat feedback di dalamnya, maka aktivitas komunikasi tersebut berperan

dalam meningkatkan keahlian dasar-dasar fotografi terutama pada analogi kamera,

komposisi, angel dan pencahayaan.

Berikut ini tabel perbedaan penelitian terdahulu.

Judul Peranan Komunikasi Antar Pribadi dalam Meningkatkan Keahlian Dasar-Dasar Fotografi (Studi pada Calon Anggota UKM Fotografi ZOOM Universitas Lampung Angkatan 15)

Penulis Aryanti Widyaningrum (2014)

Hasil Penelitian Aktivitas komunikasi antar pribadi yang memberikan peran dominan atau menonjol dalam meningkatkan keahlian dasar-dasar fotografi selama proses perekrutan berlangsung, anggota dan calon anggota angkatan 15 selalu berinteraksi dalam pembelajaran materi fotografi, bertukar pengalaman dan memberi arahan saat praktek fotografi. Disimpulkan bahwa proses komunikasi antar pribadi selama perekrutan berlangsung dengan baik dan terdapat feedback di dalamnya, maka aktivitas komunikasi tersebut berperan dalam meningkatkan keahlian dasar-dasar fotografi terutama pada analogi kamera, komposisi, angel dan pencahayaan.

Perbedaan Dalam penelitian Aryanti Widyaningrum (2014), anggota yang berkomunikasi bertujuan untuk menyampaikan materi tentang fotografi sehingga terlihat jelas bahwa tujuan untuk berkomunikasi untuk menyampaikan materi tentang fotografi. Sedangkan penelitian ini ingin mengetahui peranan komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh pengurus ICI terhadap anggota baru yang bertujuan semata-mata hanya untuk membangun hubungan keakraban/kedekatan emosional demi keberlangsungan organisasi.

Penelitian tentang peran komunikasi antar pribadi yang kedua dilakukan oleh

Annisa Faisal (2013). Penelitian tersebut berjudul “Seberapa Besarkah

(27)

Kegiatan Employee Gathering Perusahaan Terhadap Peningkatan Kualitas

Kerja ?” (Studi pada pimpinan dan karyawan dalam kegiatan employee

gatheringpada PT.AKASHI WAHANA INDONESIA)

Berikut adalah tabel penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Annisa Faisal:

Judul Seberapa Besarkah Pengaruh Komunikasi Antarpribadi antara Pimpinan dan Karyawan dalam Kegiatan Employee

Gathering Perusahaan Terhadap Peningkatan Kualitas Kerja

(Studi pada pimpinan dan karyawan dalam kegiatan

Employee Gathering pada PT.AKASHI WAHANA

INDONESIA)

Penulis Annisa Faisal (2013)

Hasil Penelitian

Besarnya pengaruh komunikasi antarpribadi antara pimpinan dan karyawan dalam kegiatan employee gathering terhadap peningkatan kualitas kerja termasuk dalam kategori cukup. Dari pendekatan humanistik yang berdasarkan lima karakteristik antara lain, keterbukan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraaan atau kesamaan. Semua mempunyai karakteristik-karakteristik tersendiri dalam berkomunikasi namun, komunikasi yang paling efektif diantara kelima karakteristik tersebut yaitu keterbukaan karena didalam suatu perusahaan sangat dibutuhkan keterbukan antara pimpinan dan karyawan agar dapat terjalin komunikasi yang efektif berlangsung secara diadik.

Perbedaan Dalam penelitian Annisa Faisal (2013) anggota yang mengikuti employee gathering hanya mengikuti kegiatan sebanyak dua kali dalam setahun, dan bertujuan untuk mendekatkan karyawan agar dapat meningkatkan kinerja karyawan yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Sedangkan penelitian ini dilakukan rutin setiap minggu oleh anggota ICI, dengan tujuan bertujuan semata-mata hanya untuk membangun hubungan keakraban/kedekatan emosional demi keberlangsungan organisasi.

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi

2.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana

(28)

diungkapkan oleh DeVito dalam (Liliweri, 1991:13) komunikasi antar pribadi

merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang

yang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang bersifat

langsung. Orang memerlukan hubungan antar pribadi terutama untuk dua hal

yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan

mengacu pada hubungan yang bersifat emosional intensif, sementara

ketergantungan mengacu pada instrumen antar pribadi seperti mencari

kedekatan, membutuhkan bantuan, serta kebutuhan berteman dengan orang lain,

yang juga dibutuhkan untuk kepentingan mempertahankan hidup.

Komunikasi antar pribadi sering disebut dengan dyadic communication

maksudnya yaitu “komunikasi antara dua orang”, dimana terjadi kontak

langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung

secara berhadapan muka (face to face) ataupun bisa juga melalui media seperti

telepon. Ciri khas dari komunikasi antar pribadi adalah sifatnya yang dua arah

atau timbal balik (two ways communication). Namun, komunikasi antar

pribadi melalui tatap muka mempunyai satu keuntungan dimana melibatkan

perilaku nonverbal, ekspresi fasial, jarak fisik, perilaku paralinguistik yang

sangat menentukan jarak sosial dan keakraban (Liliweri, 1991:67).

Bentuk utama dari komunikasi antar pribadi adalah komunikasi tatap muka,

dimana komunikasi ini biasanya merupakan suatu rangkaian pertukaran pesan

antara dua individu dalam proses komunikasi, serta diantara individu tersebut

berhasil menjalin suatu kontak. Kontak itu berhasil karena antara individu yang

(29)

dan berbalas-balasan. Keberadaan interaksi antar individu inilah yang

menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi menghasilkan suatu umpan

balik pada tingkat keterpengaruhan tertentu. Aksi dan reaksi secara langsung

terlihat karena jarak fisik partisipan yang dekat sekali. Interaksi dalam

komunikasi antar pribadi, dapat menghasilkan berupa suatu perubahan pendapat,

sikap, perilaku dan tindakan tertentu.

Cassagrande dalam (Liliweri, 1991:48) berpendapat seseorang melakukan

komunikasi dengan orang lain karena :

1. Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan

membagi kelebihan.

2. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif cepat.

3. Interaksi hari ini merupakan spectrum pengalaman masa lalu dan

menjadikan orang mengatisipasi masa depan.

4. Hubungan yang diciptakan jika berhasil merupakan pengalaman yang

baru.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Cassagrade, dapat disimpulkan

bahwa keinginan berkomuniakasi secara pribadi disebabkan oleh dorongan

(30)

2.2.2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Fungsi dan tujuan komunikasi antar pribadi yaitu berusaha meningkatkan

hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik

pribadi, mengurangi ketidakpastian serta berbagi pengetahuan dan pengalaman

dengan orang lain. Komunikasi antar pribadi juga dapat meningkatkan hubungan

kemanusiaan diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi (Cangara,

2004:33)

2.2.3 Ciri Komunikasi Antarpribadi

Ada beberpa ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang dikemukakan oleh para ahli,

diantaranya DeVito dalam (Liliweri, 1991:13) menurutnya ada 5 ciri-ciri

komunikasi antarpribadi yang umum yaitu sebagai berikut:

1. Keterbukaan (Openess)

Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan ide atau gagasan bahkan

permasalahan secara bebas dan terbuka tanpa ada rasa malu. Keduanya saling

mengerti dan memahami pribadi masing-masing.

2. Empati (Emphaty)

Komunikator dan komunikan merasakan situasi dan kondisi yang dialami

mereka tanpa berpura-pura dan keduanya menanggapi apa-apa saja yang di

komunikasikan dengan penuh perhatian. Empati merupakan kemampuan

seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Apabila

(31)

empati satu sama lain, kemungkinan besar akan terjadi komunikasi yang

efektif.

3. Dukungan (Supportiveness)

Setiap pendapat atau ide serta gagasan yang disampaikan akan mendapatkan

dukungan dari pihak-pihak yang berkomuniaksi. Dukungan membantu

seseseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta

meraih tujuan yang diharapkan.

4. Rasa Positif (Possitivenes)

Apabila pembicaraan antara komunikator dan komunikan mendapat tanggapan

positif dari kedua belah pihak, maka percakapan selanjutnya akan lebih mudah

dan lancar. Rasa positif menjadikan orang-orang yang berkomunikasi tidak

berprasangka atau curiga yang dapat menganggu jalinan komunikasi.

5. Kesamaan (Equality)

Komunikasi akan lebih akrab dan jalinan pribadi akan menjadi semakin kuat

apabila memiliki kesamaan tertentu antara komunikator dan komunikan dalam

hal pandangan, sikap, kesamaan ideologi dan lain sebagainya.

Selain kelima ciri yang dipaparkan DeVito diatas, ada beberapa ciri lagi yang

identik dengan komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi antar pribadi

dilaksanakan oleh seorang individu karena didorong berbagai faktor. Komunikasi

antar pribadi juga berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja,

(32)

penuh keakraban, bebas, bervariasi serta menggunakan berbagai

lambang-lambang yang bermakna bagi individu yang melakukan komunikasi antar pribadi

tersebut (Cangara, 2004:54)

2.2.4 Proses Komunikasi Antar Pribadi

Berkomunikasi secara efektif memiliki arti bahwa komunikator dan

komunikan memiliki pengertian yang sama tentang isi suatu pesan.

Komunikasi antar pribadi dikatakan efektif apabila pertemuan komunikasi

merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan dan dalam proses

tersebut tercipta sebuah kebersamaan dalam makna yang secara langsung hasilnya

dapat diperoleh, jika peserta komunikasi cepat tanggap dan paham terhadap setiap

pesan yang dipertukarkan.

Selain itu, Menurut Steward L. Tubs dan Sylva Moss dalam (Rakhmat,

2001:133) menambahkan bahwa tanda-tanda komunikasi yang efektif

setidaknya menimbulkan hal sebagai berikut :

1. Saling pengertian

2. Memberikan kesenangan

3. Mempengaruhi sikap

Komunikasi antar pribadi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui media

dan tatap muka. Meskipun demikian, yang dianggap paling sukses adalah

komunikasi antar pribadi secara tatap muka, sebab dalam komunikasi antar pribadi

yang dilakukan melalui tatap muka pengiriman pesan dan umpan baliknya dapat

(33)

merasa. Proses komunikasi antar pribadi meggunakan lambang- lambang sebagai

media penyampaian pesan.

Adapun lambang yaitu :

1. Lambang Verbal

Lambang verbal ini biasanya dalam bentuk baahasa. Oleh karena itu, dengan

bahasa seorang komunikator dapat mengunggkapkan pikirannya mengenai hal

atau peristiwa, baik yang kongkrit maupun yang abstrak yang terjadi pada

masa lalu, masa kini dan masa depan kepada komunikannya.

2. Lambang Non Verbal

Lambang Non Verbal adalah lambang yang dipergunakan dalam komunikasi

yang berbentuk isyarat dengan menggunakan anggota tubuh seperti kepala,

mata, jari, dan lainnya. Batasan komunikasi non verbal secara garis besar

sebenarnya sebagai arah dari suatu gejala seperti setiap bentuk penampilan

wajah dan gerak gerik tubuh seseorang sebagai suatu cara dan simbol dari

statusnya. Contohnya tarian, drama sampai ke musik. Jadi, pada dasarnya

dengan isyarat non verbal seorang individu dapat memahami orang lain ketika

orang lain terserbut berbicara atau menulis bahasanya untuk menyatakan

sesuatu tentang dirinya.

Kesamaan dan ketidaksamaan derajat antara komunikator dan komunikan

dalam proses komunikasi, memunculkan istilah homophily dan heterophily

sehingga bisa memperjelas hubungan antara komunikator dengan komunikan

dalam proses komunikasi antarpribadi. Homophily adalah sebuah istilah

(34)

diantara mereka seperti nilai, pendidikan dan status. Sedangkan Heterophily

didefinisikan sebagai derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi yang berada

pada dalam sifat-sifat tertentu. Pada sistem yang lebih tradisional ditandai oleh

derajat homophily yang lebih tinggi, dalam komunikasi antarpribadi dan

norma-norma di desa menjadi lebih modern sehingga menjadi lebih heterophily

(Rakhmat, 2001:133)

2.2.5 Sifat Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi sama halnya dengan ilmu-ilmu lain yang pasti memiliki

sifatnya tersendiri sehingga menjadi suatu ciri khas pada ilmu tersebut. Beberapa

sifat yang dapat menunjukan komunikasi antara dua orang, yang mengarah pada

komunikasi antar pribadi yaitu didalamnya melibatkan perilaku verbal maupun

nonverbal, yang dapat menunjukan seberapa jauh hubungan antara pihak yang

terlibat di dalamnya

Berikut adalah beberapa sifat yang dimiliki oleh komunikasi antarpribadi

(Liliweri, 1991:29):

1. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, perilaku ini

timbul karena kekuasaan emosi yang bebas dari campur tangan kognisi.

2. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik agar

mempunyai interaksi dan koherensi, artinya suatu komuikasi antar pribadi

harus ditandai dengan adanya umpan balik serta adanya interaksi yang

melibatkan suatu perubahan di dalam sikap, perasaan, perilaku dan pendapat

(35)

3. Komunikasi antar pribadi biasanya bersifat intrintik dan ekstrinsik.

Intrinstik merupakan suatu standar perilaku yang dikembang oleh seseorang

sebagai panduan melaksanakan komunikasi, sedangkan ekstrinsik yaitu aturan

lain yang ditimbulkan karena pengaruh kondisi sehingga komunikasi antar

manusia harus diperbaiki atau malah harus berakhir.

4. Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang

dimaksud adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya

tindakan bersama sehinnga menghasilkan proses komunikasi yang baik.

5. Komunikasai antar pribadi menunjukan adanya suatu tindakan. Sifat yang

dimaksud adalah suatu hubungan sebab akibat yang dilandasi adanya

tindakan bersama sehinnga menghasilkan proses komunikasi yang baik

2.2.6 Format Komunikasi Dalam Organisasi

1. Komunikasi antar pribadi

Adalah proses pertukaran informasi diantara sesorang dengan paling kurang

seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui

balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat, maka bertambahlah

persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah

komunikasi tersebut (Cangara, 2001: 31)

Klasifikasi Komunikasi interpersonal

a. Interaksi intim

Dalam organisasi, hubungan ini dikembangkan dalam sistem komunikasi

(36)

dalam organisasi, yang mempunyai interaksi personal mungkin diluar

peranan dan fungsinya di organisasi

b. Percakapan Sosial

Adalah interaksi untuk menyenangkan seorang secara sederhana dengan

sedikit berbicara. Jika dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara

tentang perhatian, minat di luar organisasi seperto famili, sport, isu politik.

c. Interogasi atau Pemerikasaan

Adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta

atau bahkan menurut informasi daripada yang lain.

d. Wawancara

Adalah suatu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat

dalam percakapan yang berupa tanya jawab.

2. Tujuan komunikasi antar pribadi dalam organisasi

Dalam pelaksanaannya komunikasi antar pribadi memiliki tujuan-tujuan utama.

Terdapat enam tujuan komunikasi yang dianggap penting (Widjaja, 2000: 122)

yaitu:

a. menemukan diri sendiri

b. menemukan dunia luar

c. membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

d. merubah sikap dan tingkah laku kearah yang lebih baik

e. untuk bermain dan kesenangan

(37)

3. Hubungan Antar pribadi yang efektif

Hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak

memenuhi kondisi :

a. Bertemu satu sama lain secara personal

b. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang

dapat dipahami satu sama lain secara berarti

c. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau

keberatan

d. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap

menerima dari empati satu sama lain.

e. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan

mengurangi kecenderungan gangguan arti

f. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan

aman terhadap yang lain.

2.3 Definisi Organisasi

Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam

kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, Organisasi adalah

system kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk

kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian

kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi

yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.

Menurut jenisnya organisasi dibagi dalam dua jenis yaitu organisasi formal dan

(38)

Pada dasarnya organisasi hanya memiliki 4 ciri-ciri yaitu :

a. Mempunyai Tujuan dan Sasaran untuk dicapai dalam Organisasi.

b. Mempunyai aturan yang harus ditaati oleh anggota dari Organisasi tersebut.

c. Mempunyai pembagian kerja atau bisa disebut juga kerjasama.

d. Ada yang mengkoordinasi tugas dan wewenang.

2.4 Jenis-Jenis Organisasi Berdasarkan hubungan personal

Jenis organisasi berdasarkan hubungan personal terbagi menjadi dua yaitu

organisasi yang bersifat formal dan organisasi yang bersifat informal (Liliweri,

1991:67)

a. Organisasi Formal

Organisasi formal adalah organisasi yang diatur secara resmi, seperti

organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum. Organisasi formal

sifatnya lebih teratur, mempunyai struktur organisasi yang resmi, serta

perencanaan dan program yang akan dilaksanakan secara jelas.

Contoh: OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), PSSI (Persatuan Sepak Bola

Seluruh Indonesia), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan lain-lain.

b. Organisasi Informan

Organisasi informal, adalah organisasi yang terbentuk karena hubungan

bersifat pribadi, antara lain kesamaan minat atau hobby. Karena sifatnya tidak

resmi, pada organisasi ini kadangkala struktur organisasi tidak begitu

jelas/bahkan tidak ada. Begitu juga dengan perencanaan dan program-program

yang akan dilaksanakan tidak dirumuskan secara jelas dan tegas,

(39)

Contoh: kelompok pecinta puisi disekolah, fans club suatu Idol grup, fans club

pecinta motor antik dan lain sebagainya (Liliweri, 1991:67)

2.5 Pentingnya Komunikasi Dalam Sebuah Organisasi

Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang

merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri

dari pengurus dan anggota. Di antara kedua belah pihak harus ada

two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu

diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita, baik

cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja

sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan

sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu

keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan

dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.

Komunikasi menjadi sebuah media penting dalam sebuah organisasi, karena

dalam berorganisasi kecakapan menyampaikan maksud dan tujuan

(berkomunikasi) antar pribadi dapat meredam gesekan-gesekan konflik. Arus

komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi

horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan

fungsi yang sangat tegas (Effendy, 2003: 71)

Fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut:

1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika

orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada

(40)

a. Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja(job instruction).

b. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk

dilaksanakan (job retionnale).

c. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku

(procedures and practices).

d. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan

(subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari

bawah ke atas ini adalah:

a. Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang

sudah dilaksanakan.

b. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun

tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan.

c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.

d. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun

pekerjaannya.

3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara

para bawahan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi

arus komunikasi horisontal ini adalah:

a. Memperbaiki koordinasi tugas

b. Upaya pemecahan masalah.

(41)

d. Upaya pemecahan konflik.

e. Membina hubungan melalui kegiatan bersama.

2.6 Format Komunikasi Dalam Organisasi

4. Komunikasi antar pribadi

Adalah proses pertukaran informasi diantara sesorang dengan paling kurang

seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui

balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat, maka bertambahlah

persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah komplekslah

komunikasi tersebut (Cangara, 2001: 31)

Klasifikasi Komunikasi interpersonal

e. Interaksi intim

Dalam organisasi, hubungan ini dikembangkan dalam sistem komunikasi

informal. Misalnya hubungan yang terlihat antara kedua orang teman baik

dalam organisasi, yang mempunyai interaksi personal mungkin diluar

peranan dan fungsinya di organisasi

f. Percakapan Sosial

Adalah interaksi untuk menyenangkan seorang secara sederhana dengan

sedikit berbicara. Jika dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara

tentang perhatian, minat di luar organisasi seperto famili, sport, isu politik.

g. Interogasi atau Pemerikasaan

Adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta

atau bahkan menurut informasi daripada yang lain.

(42)

Adalah suatu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat

dalam percakapan yang berupa tanya jawab.

5. Tujuan komunikasi antar pribadi dalam organisasi

Dalam pelaksanaannya komunikasi antar pribadi memiliki tujuan-tujuan utama.

Terdapat enam tujuan komunikasi yang dianggap penting (Widjaja, 2000: 122)

yaitu:

g. menemukan diri sendiri

h. menemukan dunia luar

i. membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

j. merubah sikap dan tingkah laku kearah yang lebih baik

k. untuk bermain dan kesenangan

l. untuk saling membantu

6. Hubungan Antar pribadi yang efektif

Hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak

memenuhi kondisi :

g. Bertemu satu sama lain secara personal

h. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang

dapat dipahami satu sama lain secara berarti

i. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau

keberatan

j. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap

(43)

k. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan

mengurangi kecenderungan gangguan arti

l. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan

aman terhadap yang lain.

2.7 Proses Komunikasi

Pada tataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau memahami komunikasi dari

dua perspektif, yaitu:

1. Perspektif Kognitif.

Komunikasi menurut Colin Cherry (Syaiful Rohim, 2009) yang mewakili

perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk

mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau

kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan

kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya.

Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki

informasi yang sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu

tindak komunikasi telah terjadi.

2. Perspektif Perilaku.

Menurut BF. Skinnerdalam (Syaiful Rohim, 2009) dari perspektif perilaku

memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender

berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada receiver. Masih

dalam perspektif perilaku, FEX Dance menegaskan bahwa komunikasi

(44)

simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh respons.

Kedua pengertian komunikasi yang disebut terakhir, mengacu pada hubungan

stimulus respons antara sender dan receiver.

Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua perspektif yang

berbeda, kita mencoba melihat proses komunikasi dalam suatu organisasi.

Menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi, perspektif

perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi

bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver). Satu respons khusus

diharapkan oleh pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang

disampaikannya. Ketika satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki, bukan

suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan tersebut merupakan

tindak berbagi informasi atau tidak (Syaiful Rohim, 2009:52)

Sekarang kita mencoba memahami proses komunikasi antarmanusia yang

disajikan dalam suatu model berikut. Proses komunikasi diawali oleh sumber

(source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi

dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut:

a. Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu

penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk

dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan

yang akan disampaikan.

b. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu

(45)

tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan

informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau

message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya

dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal

seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.

c. Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan

yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada

penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar ataupun melalui

suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah

channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu

pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka,

radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi

setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat

mereproduksi kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset, video atau OHP

(overheadprojector). Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran

komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat

sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.

d. Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika

pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar

yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan

hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu

(46)

kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk

melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran

penerima. Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana

memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons

terhadap pesan tersebut.

e. Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan

balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan

yang telah disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik

dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud

kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa

mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik

inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas

komunikasi.

2.8 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial,

komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi

(Syaiful Rohim, 2009) yaitu:

1. Fungsiinformative

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi

(information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu

(47)

dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota

organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada

dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan

kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen

membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun

guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.

Sedangkanbawahan membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan,

jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.

2. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam

suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang

berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:

a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu

mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi

yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan

untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur

organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position

of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana

semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah

banyak bergantung pada:

1) Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.

(48)

3) Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin

sekaligus sebagai pribadi.

4) Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.

5) Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada

dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan

kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak

boleh untuk dilaksanakan.

3. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan

selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini,

maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya

daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela

oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding

kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

4. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan

karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua

saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut

(newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran

komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa

(49)

Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk

berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi

(Syaiful Rohim, 2009:40-55)

2.9 Memahami Komunikasi dalam Organisasi

Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan

kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika

mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan.

Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan mengkaji

jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran manajemen

sewaktu mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam

organsasi, kita akan diajak untuk memikirkan bagaimana mendefinisikan

tujuan kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita memilih

orang yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana kita memilih saluran yang

efektif untuk melaksanakan tugas tersebut.

Gaya Komunikasi. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai

seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu

situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal behaviors that are used in a

given situation).Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku

komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu

dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang

digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari

penerima(receiver). (Liliweri, 1991:72) Gaya Komunikasi yang akan kita pelajari

(50)

a. The Controlling style

Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu

kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku,

pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya

komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way

communications.Pihak-pihak yang memakai controlling style of

communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan

dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai

rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai

rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau

feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para

komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang

lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk

memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.

Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha menjual

gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada

orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini

sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak

secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya

komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif

sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif

(51)

b. The Equalitarian style

Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan

kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan

berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis

yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication). Dalam gaya

komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap

anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam

suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian,

memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian

bersama.

Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini,

adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta

kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam

konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style

ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini

efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi

untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks.

Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan

share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.

c. The Structuring style

Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara

tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan,

(52)

(sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi

orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal

kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.

Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State

University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka

beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons

menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah

orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih

memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

i. The Dynamic style

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena

pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya

berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of

communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor

yang membawa para wiraniaga (salesmen atausaleswomen).Tujuan utama gaya

komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang bawahan

untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup

efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis,

namun dengan persyaratan bahwa bawahan mempunyai kemampuan yang cukup

untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.

(53)

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,

pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi

perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi

perintah dan mengontrol orang lain.Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini

akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan

orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia

untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.

j. The Withdrawal style

Untuk akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak

komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya

ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan

ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.Dalam

deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin

dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba

melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu

keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena

itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.Gambaran

umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style

of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal.

Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing

dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi

organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling dan withdrawal

mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang

(54)

2.10 Tinjauan Tentang Kedekatan Emosional

Istilah Kedekatan atau kelekatan (attachment) untuk pertamakalinya dikemukakan

oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby.

Kemudian formulasi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Mary Ainsworth pada

tahun 1969 (Mc Cartney dan Dearing, 2002).

Hubungan akrab ditandai oleh kadar yang tinggi mengenai keramah tamahan dan

kasih sayang, kepercayaan, pengungkapan diri dan tanggung jawab, dirumuskan

melalui lambang-lambang dan ritual (Prisbell dan Anderson 1980)

1. Keramahtamahan

Barangkali yang pertama dan kalau bukan yang paling yang paling penting yang

merupakan karakteristik keakraban ialah keramahtamahan dan kasih sayang.

Sahabat-sahabat kental saling menyukai satu sama lain. Singkat kata, hubungan

akrab yang baik bukanlah hal yang menjengkelkan. Satu cara sahabat kental

menyatakan kesukaannya adalah dengan cara menghabiskan waktu bersama-sama

entah pergi menonton, jalan-jalan atau mengobrol. Teman akrab selalu berharap

untuk selalu bersama sama karena meraka mengalami kegembiraan atau

kesenangan secara bersama sama, mereka menikmati bersama sama dalam

berbicara, dan mereka menikmati dalam berbagi pengalaman.

2. Kepercayaan

Karakteristik penting lainnya mengenai keakraban ialah kepercayaan atau trust.

Referensi

Dokumen terkait

berpendapat bahwa individu yang mempunyai minat belajar tinggi akan berusaha.. keras demi suksesnya

Berdasarkan hasil olah statistik SPSS dengan regresi linear dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa tingkat kekayaan daerah (PAD), belanja modal (BM), dan temuan audit

Sesuai dengan jadwal yang tertera dalam SPSE dan sehubungan dengan akan dilaksanakannya pembuktian kualifikasi kepada peserta seleksi umum paket pekerjaan Jasa Konsultansi

Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan program wajib yang telah ditetapkan oleh UPT PPL Universitas Negeri Semarang sebagai salah satu lembaga Pendidikan

Tujuan menggunakan model tersebut adalah untuk memudahkan peserta didik dalam belajar memahami materi pelajaran, tidak sekedar menghafal rumus tetapi juga memahami konsep

Kelangkaan sumberdaya baik SDA yang tidak bisa diperbaharui maupun SDA yang bisa diperbaharui pada dasarnya bisa diperkirakan melalui indikator fisik dan indikator ekonomi

The learners made error in verb, there are three errors in verb. They are omission of verb, misuses of verb in the past tense, and addition of to in verb of present tense. The

Berdasarkan pernyataan tersebut apabila dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan peneliti maka hasil yang dicapai siswa setelah melakukan model pembelajaran Mind