• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EMOSI POSITIF, LINGKUNGAN DAN PENGALAMAN BELANJA TERHADAP IMPULSE BUYING PADA HYPERMART BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH EMOSI POSITIF, LINGKUNGAN DAN PENGALAMAN BELANJA TERHADAP IMPULSE BUYING PADA HYPERMART BANDAR LAMPUNG"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EFFECT OF POSITIVE EMOTIONS, ENVIRONMENT AND SHOPPING EXPERIENCE IMPULSE BUYING ON HYPERMART BANDAR LAMPUNG

by:

Ivan Jepriansyah

This research aims to determine how much influence positive emotions, environment and shopping experience to impulse buying at the hypermart Bandar Lampung. Object of this study is the city of Bandar Lampung community who make a visit to shopping in the city of Bandar Lampung hypermart of the month January 2014 to july 2013 data used are primary data.

The results showed that the effect of positive emotions, the environment and shopping experience to impulse buying on hypermart Bandar Lampung from month to month January 2014 to july 2014 can be explained by the positive emotion variables, environment variables and variable shopping experience a positive and significant effect on impulse buying at hypermart Bandar Lampung.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH EMOSI POSITIF, LINGKUNGAN DAN PENGALAMAN BELANJA TERHADAP IMPULSE BUYING PADA HYPERMART BANDAR LAMPUNG

Oleh :

Ivan Jepriansyah

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh emosi positif,

lingkungan dan pengalaman belanja terhadap impulse buying pada hypermart Bandar Lampung. Objek penelitian ini adalah masyarakat kota Bandar lampung yang melakukan kunjungan untuk belanja di hypermart kota Bandar lampung dari bulan January 2014 sampai bulan Juli 2014. Data yang digunakan adalah data primer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh emosi positif, lingkungan dan pengalaman belanja terhadap impulse buying pada hypermart Bandar Lampung dari bulan January 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 bisa dijelaskan dari variabel emosi positif, variabel lingkungan dan variabel pengalaman belanja berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying pada hypermart kota Bandar Lampung.

(3)
(4)

Pengaruh Emosi Positif, Lingkungan dan Pengalaman Belanja

Terhadap

Impulse Buying

Pada

Hypermart

Bandar Lampung

(Skripsi)

Oleh

IVAN JEPRIANSYAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ivan Jepriansyah lahir pada tanggal 03 Januari 1983 di Air

Naningan Kabupaten Tanggamus. Penulis lahir sebagai anak kedua dari Lima

bersaudara dari pasangan Bapak Saumar dan Ibu Nisriana.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Darmawanita pada tahun

1988 dan tamat pada tahun 1989. Selanjutnya penulis meneruskan pendidikan di

Sekolah Dasar Negeri 1 yang diselesaikan pada tahun 1995. Kemudian, penulis

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Pulau

Panggung dan tamat pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis meneruskan

pendidikan di SMU Negeri 2 Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2001.

Pada tahun 2001 penulis diterima di perguruan tinggi Universitas Lampung

Fakultas Ekonomi Jurusan Akutansi Program Reguler. dan pada tahun 2007

penulis melanjutkan pendidikan strata 1 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan

Manajemen Non Reguler.

Penulis sempat menjadi anggota organisasi selama kuliah diantaranya BEM U

tahun 2002 Staff Departemen Dalam Negeri, Rohani Islam FE Unila sebagai

(9)

MOTO

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Al-Baqarah: 153)

Hanya Keyakinan Yang Di iringin Dengan Kerja Keras Dan Semangat Yang

Dapat Mewujudkan Impian Seseorang.

(10)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

Allah SWT dan Seluruh Orang-Orang Yang Beriman,

Kedua orang tuaku Bapak Saumar dan Ibu Nisriana, yang selalu memberikan

cinta dan kasih sayangnya, dukungan do’a, moril, dan materi yang tak terbatas

serta didikannya agar aku menjadi pribadi yang mandiri dan disiplin. Serta Istriku

Tersayang dr.Laili Indah Kusumawati Noor, S.E dan Anakku Tercinta M.Rafif

Akram Noor Yang Selalu Memberikan Warna Dalam Menjalani Kehidupan.

Almamater tercinta jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

(11)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Emosi Positif, Lingkungan, dan Pengalaman Belanja

Terhadap Impulse Buying Pada Hypermart Bandar Lampung” sebagai salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua

pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses

penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Hj. Aida Sari S.E., M.Si selaku dosen pembimbing.

2. Bapak Ribhan S.E., M.Si sebagai dosen pendamping.

3. Bapak Mustafid, S.E, M.M selaku penguji utama.

4. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

5. Ibu Hj. Aida Sari S.E., M.Si., sebagai Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

6. Ibu Yuningsih, S.E, M.M selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

(12)

8. Keluargaku, Bapak, Ibu, Kakak, Ayuk, Kakak Ipar, Adik serta Anak yang

selalu memberikan semangat dan doa.

9. Bu Iis, Pak Kus, dan Mas Nasir yang telah banyak membantu kelancaran

proses penyelesaian skripsi ini.

10. Rekan Satu Fakultas Nanda, Dina, Indi, Dini, Ira, yang telah memberikan

semangat, waktu, bantuan, doa, dan warna di kehidupan saya.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan, dan semoga

skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... ...11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... ...12

D. Kerangka Pemikiran ... ... ...13

E. Hipotesis ... ... ...15

II. LANDASAN TEORI A. Pengertian Pemasaran ……… 16

B. Bauran Pemasaran ……….. 17

C. Perilaku Konsumen ……… 18

D. Impulse Buying………..20

E. Emosi Positif ……….. 22

F. Respon Lingkungan Belanja ……….. 23

G. Pengalaman Belanja ………... 25

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... ...28

B. Populasi dan Sampel ... ...29

C. Metode Pengumpulan Data ... ...30

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... ...30

E. Pengukuran Instrumen Penenlitian ………. 32

F.Uji Validitas dan Reliabilitas……… 33

(14)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Perusahaan ...36

B.Visi dan Misi Perusahaan………. 38

C. Hasil Analisis Responden ...39

C.1. Jenis Kelamin ... ...39

C.2. Usia ... ...39

C.3. Pendidikan Terakhir ... ...40

C.4. Pekerjaan... ...40

D. Uji Validitas dan Reliabilitas Responden ………...41

D.1 Uji Validitas……….. 41

D.2 Uji Reliabilitas ………. 43

E. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ……….. 44

F. Analisis Regresi Linear Berganda ……….. 45

G. Uji Parsial ( t ) ……… 47

H. Pembahasan Hasil Uji Parsial ( t ) ……….. 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. 51

B. Saran dan Implikasi Manajerial………. 52

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.Jumlah Kunjungan, Besarnya Belanja Per Kunjungan, Total... 4

2.Perilaku Belanja Konsumen Di Toko Retail Modern ... 8

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan Jumlah Gerai Ritel Modern di Indonesia tahun

2009-2012... 2

2. Nilai Penjualan Hypermart Central Plaza Dari Bulan January 2013 -Oktober 2013 ... 6

3. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ... 31

4. Presentase Responden Dalam Jenis Kelamin ... 39

5. Presentase Responden Dalam Usia Responden ... 39

6. Presentase Responden Dalam Pendidikan Terakhir ... 40

7. Presentase Responden Dalam Pekerjaan Terakhir... 40

8. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 42

9. Hasil Croanboac’s Alfa Penelitian... 43

10. Distribusi Frekuensi Pertanyaan Responden ... 44

11. Hasil Uji R Square ... 45

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekonomian Internasional merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan

perdagangan antar negara, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu

kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial

negara. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi

kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional

akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang

pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya

juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.

Bisnis ritel yang semakin menyebar dan meningkat jumlahnya.

Seperti halnya bisnis ritel di Indonesia, pengaruh dari globalisasi menyebabkan

banyak pengusaha ritel dari luar negeri dengan kemampuan kapital yang luar biasa

melakukan aktivitasnya di Indonesia. Semakin terbukanya peluang bisnis bagi

pengusaha asing untuk berekspansi mengembangkan bisnis ritelnya di Indonesia,

perkembangan usaha manufaktur, dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah

untuk mendorong perkembangan bisnis ritel akan mengakibatkan tumbuhnya ritel

modern yang begitu pesat. Pernyataan ini diperkuat dengan data hasil survey yang

(19)

2

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Gerai Ritel Modern di Indonesia tahun 2009-2012

RITEL MODERN 2009 2010 2011 2012

SUPERMARKET

SUPER INDO 46 50 56 63

FOODMART 32 29 27

CARREFOUR EXPRESS 30

JUMLAH 46 82 85 120

HYPERMARKET

CARREFOUR 19 29 37 58

HYPERMART 16 26 36 43

GIANT 12 17 17 26

MAKRO 17 19 19 19

JUMLAH 64 91 109 146

MINIMARKET

ALFAMART 1263 1753 2266 2750

INDOMARET 1401 1857 2425 3093

JUMLAH 2664 3610 4691 5843

Sumber : SWA 2013 berdasar data Nielsen Media Research, Retail Asia Magazine, 2014.

Berdasarkan Tabel 1 jumlah geraihypermarketdi tahun 2012 meningkat sekitar 25 persen dari 109 menjadi 146 unit; sementarasupermarketpertumbuhannya lebih cepat yakni sekitar 29 persen dari 85 menjadi 120. Peningkatan jumlah gerai yang

paling tajam terjadi pada minimarket. Alfamart pada tahun 2009 hanya memiliki

1263 gerai. Kemudian, pada tahun 2012, jumlahnya berkembang menjadi 2750 gerai.

Peningkatan indomaret bahkan lebih fantastis, dari 1401 di tahun 2009 menjadi 3093

di tahun 2012.

Pertumbuhan gerai modern yang begitu pesat ini memunculkan suatu fenomena baru

bagi para pemasok produk. Ritel kini telah berubah fungsinya bukan hanya sekedar

(20)

3

Munculnya outlet-outlet baru merangsang pembeli untuk datang, dan memberikan

lebih banyak pilihan bagi mereka. Sehingga ritel kini dianggap menjadi tempat yang

strategis, untuk memasarkan barangnya secara tepat waktu, lokasi dan konsumen.

Sehingga bagi produsen pasar inilah yang kemudian harus mereka garap karena

kemampuan ritel modern mendatangkan konsumen sangat besar. Meningkatnya

jumlah outlet modern dan juga perubahan sosial budaya masyarakat menunjukkan

semakin besarnya peluang bisnis ritel di Indonesia sekaligus juga menunjukkan

semakin ketatnya persaingan di Industri ini.Pesaing utama ritel modern adalah toko

ritel tradisional yang merupakan pesaing dari format yang berbeda namun menjual

barang yang sama atau biasa disebut persainganintertype. Pada masa resesi toko tradisional merupakan ancaman yang paling terasa oleh toko ritel modern. Seperti

yang di ungkapkan oleh Susilo (2009)“pada 2008 sebagian konsumen beralih dari

toko modern ke toko tradisional. Peralihan itu dianggap sebagai solusi uang ketat di

dalam keluarga. Akibatnya, penjualan barang konsumen melalui toko tradisional

(21)

4

Gambar 1.

Jumlah Kunjungan, Besaran Belanja Per Kunjungan, dan Rata-rata Total Belanja Per Kunjungan

Sumber: MIX 2013 berdasar data Nielsen Media Research, 2014.

Berdasarkan data Homepanel Nielsen di lima kota besar di Indonesia, angka

penetrasi ke toko tradisional, jumlash kunjungan, besaran belanja perkunjungan, dan

rata-rata total belanja per rumah tangga, semuanya meningkat. Namun ada yang

perlu di khawatirkan olehHypermarketkarena berdasarkan gambar diatas menunjukkan konsumen berhati-hati dalam membelanjakan uangnya di

Hypermarket.

Kehati-hatian konsumen dalam membelanjakan uangnya merupakan ancaman bagi

bisnis berkonsep hypermarket karena pada masa resesi, konsumen mengurangi

belanjanya di toko yang berformat besar ini. Apalagi persaingan ini tidak hanya pada

(22)

5

(intratype), namun persaingan yang dihadapi oleh hypermarket juga dengan tipe ritel yang berbeda (intertype)

Persaingan merupakan hal yang pasti mesti dihadapi oleh perusahaan terlebih ritel

berformat hypermarket karena jumlahnya yang makin banyak. Menurut Lemon, Rust

dan Zeithalm (dalam Pratikno, 2003) Perusahaan dimanapun akan dihadapkan pada

ancaman-ancaman produk-produk komoditas yang mana perusahaan lain akan

dengan mudah memasuki pasar dengan menyediakan produk atau jasa kepada

konsumen secara lebih baik, lebih cepat, atau lebih murah, hal ini akan

mengakibatkan perusahaan tersebut sulit untuk memenangkan konsumen. Karena

persaingan bisnis yang ada sekarang ini menjadi sangat sengit“orang bisa bilang

bahwa bisnis adalah Darwinian:survival of the fittest. Siapa tak sanggup silahkan minggir!” Sudarmadi (2009). Menanggapi hal tersebut, maka para pemasar harus

melakukan strategi-strategi yang berkaitan dengan upayanya untuk dapat tetap

bertahan hidup.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi Hypermart cabang Central Plaza

Bandar Lampung. Dasar pertimbangannya adalah Hypermart cabang Central Plaza

merupakan salah satu jenis bisnis ritel yang terletak di pusat Kota Bandar Lampung

sehingga selalu ramai dipadati oleh pengunjung terutama pada saat akhir pekan,

dengan demikian Hypermart dipandang sangat representatif untuk mewakili pasar

modern di Bandar Lampung.

Ketatnya persaingan ritel yang ada di Bandar Lampung menuntut Hypermart untuk

terus bersaing menentukkan strategi agar penjualan perusahaan semakin meningkat.

Adapun data jumlah penjualan di Hypermart Central Plaza selama sepuluh bulan

(23)

6

Tabel 2 : Nilai Penjualan Hypermart Central Plaza Pada Bulan Januari 2013 -Oktober 2013

Sumber : Data Hypermart Central Plaza, November (2014)

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa terjadi penurunan dua bulan berturut-urut pada

bulan Agustus dan September.Stimuliyang kurang baik di dalam Hypermart cabang Central Plaza dapat membuat konsumen untuk tidak melakukan pembelian

berikutnya. Masalah yang timbul adalah bagaimana menjaring konsumen atau

menimbulkan minat konsumen untuk melakukan pembelian secaraimpulsif. Strategi yang paling penting yang harus dilakukan oleh pemasar khususnya di toko

ritel modern adalah dengan memiliki pengetahuan tentang perilaku belanja

konsumen/pelanggan yang menjadi pasar sasaran di toko ritel modern

(swalayan/self-service). Pengetahuan tentang perilaku konsumen merupakan kunci dalam memenangkan persaingan di pasar. Konsumen merupakan penyampai pesan

yang jelas akan suatu produk atau jasa dapat dikatakan sukses atau tidak. Konsumen

(24)

7

menentukan produk/jasa termasuk pengambilan keputusan yang mendahului dan

mengikutinya dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut Fandy Tjiptono (2005): Salah satu faktor fundamental dalam studi perilaku

konsumen adalah premis bahwa“people often buy product not for what they do, but

for what they mean”. Artinya, konsumen membeli sebuah produk bukan

semata-mata karena mengejar manfaat fungsionalnya, namun lebih dari itu juga mencari

makna tertentu (seperti citra diri, gengsi, bahkan kepribadian). Oleh karena itu,

kajian akan perilaku konsumen perlu dipelajari sebagai langkah bagi pelaku usaha di

dunia ritel modern untuk mengetahui bagaimana perilaku konsumen di dalam toko

ritel modern. Dan selanjutnya bisa dijadikan referensi untuk membuat strategi

pemasaranyang baik.

Perilaku konsumen yang menarik di dalam toko ritel modern yaitu adanya perilaku

impulse buyingatau yang biasa disebut pemasar dengan pembelian yang tidak direncanakan.Impulse buyingadalah bagian dari sebuah kondisi yang dinamakan “unplanned purchase” atau pembelian yang tidak direncanakan yang kurang lebih adalah pembelanjaan yang terjadi ternyata berbeda dengan perencanaan

pembelanjaan seorang konsumen. Rook dan Fisher (Negara dan Dharmmesta, 2003)

mendefinisikan impulse buying sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan, sesuai dengan suasana hati.

Seperti yang sebagian besar orang alami mereka seringkali berbelanja melebihi apa

yang direncanakan semula. Bahkan kadang tak sedikit membeli barang-barang yang

tidak masuk dalam daftar belanja yang sudah dipersiapkan (dalam Purjono, 2007).

Ini merupakan indikator positif bahwa masyarakat indonesia adalah masyarakat yang

(25)

8

Menurut Engel,etal. (1995)“Mayoritas pembelian dipasar swalayan dilakukan dengan cara impulse, khusunya bila pemaparan sebelumnya terhadap iklan telah

membangun semacam pengenalan mereka.” Pernyataan ini di perkuat lewat hasil

dari sebuah survey yang dilakukan oleh AC Nielsen terhadap pembelanja di sebagian

besarsupermarketatauhypermarketdibeberapa kota besar seperti Bandung, Jakarta dan Surabaya, berdasarkan survey tersebut sekitar 85 persen pembelanja terkadang

atau selalu membeli tidak direncanakan (lihat gambar 1.2). Sedangkan jumlah

pembelanja yang melakukan pembelian sesuai dengan rencana dan tidak terdorong

untuk membeli item tambahan hanya berkisar 15 persen saja. Hanya di Bandung

yang jumlahnya sedikit lebih besar yaitu sekitar 17 persen namun perbedaannya tidak

terlalu banyak.

Gambar 2

Perilaku Belanja Konsumen di Toko Ritel Modern

Sumber: MIX 2013 berdasar data Nielsen Media Research, 2014.

(26)

9

pangsa pasar terbesar dalam pasar modern. Tentunya fenomena“impulse buying” merupakan sesuatu yang harus diciptakan. Menciptakan ketertarikan secara emosional

diibaratkan seperti memancing gairah konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi sebuah

produk atau merek tertentu. Konsumen yang tertarik secara emosional (terutama untuk

produklow involvement) seringkali tidak lagi melibatkan rasionalitas dalam proses pengambilan keputusan pembelian.

Konsumen sebagai pengambil keputusan pembelian atau yang berpengaruh dalam

proses pengambilan keputusan tersebut, perlu dipahami melalui suatu penelitian yang

teratur. Strategi yang tepat dan trik khusus perlu di miliki, tentunya faktor-faktor

yang mempengaruhi konsumen dalam melakukanimpulse buyingperlu di ketahui oleh pemasar supaya pengorbanan yang besar terutama untuk biaya promosi bisa

terbayar dan tidak menjadi sia-sia.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu seperti Rachmawati (2009), Premananto

(2007) dan Semuel (2005) mengemukakan bahwa faktor yang menjadi alasan

mengapa seseorang terdorong untuk melakukanimpulse buyingdiantaranya adalah karena faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang ada pada diri

seseorang yaitu pada suasana hati dan kebiasaan mereka berbelanja apakah di dorong

sifat hedonis atau tidak. Dan faktor eksternal yang mempengaruhiimpulse buying yaitu pada lingkungan toko dan promosi yang ditawarkan oleh toko.

Beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Rachmawati (2009) menunjukkan

bahwa faktor internal seperti pengalaman belanja dan emosi positif secara positif dan

signifikan mempengaruhi pembelian impuls, sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Premananto (2007) bahwa emosi seseorang saat berbelanja memiliki

(27)

10

Pada penelitian yang dilakukan oleh Semuel (2005) Kondisi lingkungan belanja

secara positif dan signifikan mampu mendorong mereka untuk melakukan pembelian

yang tidak direncanakan, penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Gutierrez (2002) yang menunjukkan bahwa lingkungan toko ritel mampu

mempengaruhi pembelian impuls.

Beberapa penelitian lainnya seperti yang dilakukan oleh Sullivan dan Mauss (2008)

menunjukkan tidak ada korelasi positif antara stress, emosi danimpulse buying. Penelitian yang dilakukan oleh Gutierrez (2004) menunjukkan tidak adanya

hubungan antara strategi pencarian hedonis dengan pembelian impuls, Dan penelitian

yang dilakukan oleh Tendai dan Crispen (2009) juga menunjukkan hasil yang negatif

pada hubungan antaraIn-store shopping environmentatau lingkungan belanja denganimpulsive buying, dalam penelitian Esch et, al. (2003) menunjukkan personal selling tidak memiliki korelasi positif denganimpulse buying, penelitian tersebut sesuai dengan yang dilakukan Mattila dan Wirtz (2007) yang menunjukkan

kegagalan peran stimulan toko dan faktor sosial seperti bantuan karyawan/SPG

terhadap pembelian impuls.

Ada perbedaan penelitian yang beraneka ragam yang dilakukan untuk mengetahui

pengaruh dari faktor internal dan eksternal pada seseorang yang menyebabkan

mereka terdorong untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan.

Dari uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dipilih judul :Pengaruh Emosi Positif, Lingkungan dan Pengalaman Belanja TerhadapImpulse BuyingPada

(28)

11

B. Perumusan Masalah

Persaingan ketat yang terjadi di gerai ritel modern (Tabel 2.) akibat dari semakin

tumbuhnya ritel modern menyebabkan perusahaan perlu menggunakan strategi yang

tepat untuk memenangkan persaingan agar dapat tetap bertahan hidup. terutama di

masa resesi dimana konsumen sebagian besar beralih ke toko tradisional sebagai

solusi uang ketat, yang imbasnya paling dirasakan oleh Hypermarket.

Hypermarket yang merupakan format ritel paling besar tentunya perlu melakukan

strategi yang baik untuk mempertahankan bisnisnya terutama pada masa resesi.

Strategi yang tepat bagi toko ritel modern adalah melalui pemahaman pada

pemasaran yang berorientasi pada pasar yang mensyaratkan pemahaman yang baik

mengenai perilaku konsumen.

Impulse buyingmerupakan keunggulan yang dimiliki olehHypermarketyang perlu di pertahankan terutama dimasa resesi yang menyebabkan berkurangnya jumlah

produk yang dibelanjakan oleh konsumen. Pembeli akan berupaya menghemat

pembelian mereka dan mengurangi pembelian impuls dimasa resesi. Maka peritel

mesti terus mengupayakan untuk meningkatkan stimulan didalam toko untuk

semakin meningkatkan pembelian impuls. Sehingga perusahaan tetapsurvivedan unggul dalam persaingan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam mengungkapkan hubungan

internal dan eksternal dalam diri seseorang yang mampu mendorong terjadinya

pembelian impuls. Terdapat perbedaan hasil yang diperoleh oleh beberapa peneliti.

Beberapa peneliti menemukan korelasi positif antara faktor internal (emosi positif

(29)

12

interaksi antara pelanggan dan pelayan toko) dengan pembelian impuls, sedangkan

penelitian lainnya menunjukkan hasil yang negatif.

Masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah adanya solusi uang ketat dalam

berbelanja diHypermarketBandar Lampung sebagai imbas dari masa resesi yang kemudian menyebabkan konsumen mengurangi pembelian impuls. Dan adanya

perbedaan dari hasil penelitian yang dilakukan untuk menilai faktor-faktor apa yang

mempengaruhi konsumen dalam melakukanimpulse buying.( Tabel 1 )

Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah dalam penelitian ini, maka dapat

ditarik rumusan permasalahannya adalah sebagai berikut:

1. Apakah Emosi Positif mempunyai pengaruh terhadap keputusanImpulse Buying? 2. Apakah Respon Lingkungan Belanja mempunyai pengaruh terhadapImpulse Buying?

3. Apakah Pengalaman Belanja mempunyai pengaruh terhadapImpulse Buying?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen melakukanimpulse buyingdi dalam toko ritel modern, dalam hal ini faktor-faktor yang akan diteliti adalah faktor emosi positif, respon lingkungan belanja, interaksi antara pelanggan dan pelayan toko,

(30)

13

Manfaat Penelitian :

1. Bagi Dunia Usaha :

Memberikan informasi yang akurat kepada kalangan dunia usaha yang dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan usaha.

2. Bagi Peneliti :

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang secara

potensial dapat menyebabkan konsumen melakukanimpulse buying. 3. Bagi Pemasar :

Sebagai penelitian empiris, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan

yang bermanfaat bagi para pemasar produk yang rentan terhadapimpulse buying. Temuan dari penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi

pemasar dalam menyusun strategi pemasaran yang tepat.

4. Bagi Akademisi :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa kerangka teoritis

tentang perilakuimpulse buyingyang dilakukan konsumen serta faktor-faktor penyebabnya dan nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

melakukan penelitian selanjutnya.

D. Kerangka Pemikiran

Belanja impulsif adalah spontanitas dan keputusan mendadak dimana konsumen

tidak secara aktif melihat lebih rinci produk-produk yang dibeli dan tanpa rencana

awal (Kollat dan Willet, 1967; Rook 1987; Rook dan Fisher 1995; Verplanken dan

(31)

14

pembelian konsumen di saat melihat penampilan produk-produk dan secara spontan

konsumen membuat keputusan membeli produk tersebut. Oleh sebab itu toko-toko

ritel harus mempersiapkan kondisi toko secara hati-hati dan menarik, dari segi

pemajangan produk, pengelompokan produk, jalur jalur pola rak pajangan, alur

pajangan untuk kenikmatan penjelajahan dalam toko, musik, wewangian, cahaya

lampu, dan lain-lain pembangkit selera konsumen (Mattila dan Wirtz, 2007 dalam

penelitian Bong, 2011). Semua ini membantu menciptakan stimulasi minat

penjelajahan, menciptakan kenyamanan untuk berlama-lama dalam toko, dan

tentunya lingkungan toko keseluruhan memengaruhi calon konsumen mengambil

keputusan berbelanja secara impulsif sebanyak mungkin. Pembelian secara mpulsive

seringkali dilakukan untuk memuaskan kebutuhan akan kesenangan atau hedonis

(Hausman, 2000 dalam penelitian Bong, 2011). Menurut R.Singh (2006) dalam

penelitian Bong (2011) mengatakan bahwa perasaan berdasarkan emosional,

ditambah denganeye catchingkonsumen terhadap produk-produk terpajang dalam toko adalah kondisi yang membantu terjadinya perasaan terdesak untuk belanja

impulsif itu muncul (felt urge to buy impulsively).Felt Urge To Buy Impulsively adalah tahap awal kesiapan mental konsumen yang merupakan momentum mutlak

yang mendorong terjadinya belanja impulsif.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengembangkan model teoritik yang

menghubungkan variabel-varibel dari beberapa teori perilaku belanja impulsif, yaitu

model penelitian Singh (2006); Mattila dan Wirzt (2007); Rook dan Fisher (1995);

serta Hausman (2000) dalam penelitian Bong (2011). Di dalam membangun model

penelitian ini, penulis mengikuti penelitian terdahulu oleh Bong (2011) maka

(32)

15

yang dirujuk dari penelitian Singh (2006); Mattila dan Wirzt (2007). Kontruk in-store stimulidiukur dengan 12 (dua belas) indikator. Berdasarkan penelitian Bong (2011), kontrukimpulse buyingdiukur dengan menggunakan 8 (delapan) indikator yang dirujuk dari penelitian Rook dan Fisher (1995); serta Hausman (2000).

( Gambar 3. Kerangka Penelitian )

E. Hipotesis Penelitian:

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Emosi Positif mempunyai pengaruh positif terhadap keputusanImpulse Buying. 2. Lingkungan Belanja mempunyai pengaruh positif terhadapImpulse Buying. 3. Pengalaman Belanja mempunyai pengaruh positif terhadapImpulse Buying.

Emosi Positif (X1)

Assael (2001)

Lingkungan Belanja ( X2)

Assael (2001)

Pengalaman Belanja ( X3)

Assael (2001)

Impulse Buying (Pembelian Spontanitas/Y)

(33)

16

II . LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pemasaran

Pemasaran sebagai proses sosial dan manajerial dimana individu atau kelompok

mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan,

penawaran, dan pertukaran segala sesuatu yang bernilai dengan orang atau kelompok

lain (Tjiptono, 2008). Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2005)Marketing is a societal process by which individuals and groups obtain what they need and want throught creating, offering, and freely exchanging products and services of values with others.Dengan kata lain pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan

diinginkan dengan jalan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang

bernilai dengan pihak lain.

Dua definisi tersebut menyimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu proses

sosial dan manajerial. Definisi sosial menunjukkan peran yang dimainkan oleh

pemasaran di masyarakat. Seorang pemasar mengatakan bahwa peran pemasaran

adalah menghasilkan standar yang lebih tinggi. Untuk definisi manajerial, pemasaran

(34)

17

B. Bauran Pemasaran

Kunci sukses untuk mengembangkan strategi pemasaran yaitu mempertahankan

bauran pemasaran yang tepat yang memuaskan pelanggan sasaran dan menciptakan

hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Bauran pemasaran mencakup empat

macam aktivitas pemasaran utama yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi yang

dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkungan

pemasaran yang dinamis (Kotler, 2003).

Produk adalah barang, jasa, atau ide yang memiliki atribut tangible (berwujud) atau

intangible (tidak berwujud) yang memberikan kepuasan dan manfaat pada konsumen.

Produk merupakan variabel yang penting dari bauran pemasaran karena jika produk

yang ditawarkan oleh perusahaan tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

konsumen maka penjualan produk tersebut akan sulit dan daur hidup produk menjadi

lebih singkat.

Harga merupakan nilai yang ditempatkan pada produk atau jasa yang ditukarkan

antara pembeli dan penjual. Pembeli akan menukarkan sumber daya yang

dimilikinya (dalam bentuk pendapatan, kredit, kekayaan) untuk mendapatkan

kepuasan atau manfaat produk. Pemasar menganggap harga sebagai elemen kunci

dari bauran pemasaran karena harga berhubungan secara langsung dengan pendapatan

dan profit yang didapat oleh perusahaan. Harga merupakan elemen marketing mix

yang paling fleksibel karena harga dapat diubah dengan cepat untuk menstimulasi

(35)

18

Distribusi berarti membuat produk tersedia bagi konsumen baik dalam hal jumlah

maupun lokasi yang diinginkan. Produk terbaik apapun di dunia tidak akan sukses

tanpa adanya usaha dari perusahaan untuk membuat produk tersebut tersedia

dimanapun dan kapanpun pelanggan ingin membelinya. Perantara seperti wholesaler

(grosir) dan retailer (pengecer) melakukan banyak aktivitas yang diperlukan untuk

memindahkan produk secara efisien dari produsen ke konsumen atau pembeli

industri. Keputusan distribusi merupakan keputusan yang sangat tidak fleksibel

karena membutuhkan komitmen sumberdaya dan menentukan hubungan kontrak,

karenanya keputusan sulit dan tidak mungkin diubah.

Promosi merupakan bentuk komunikasi persuasif yang mencoba untuk mendorong

pertukaran pemasaran dengan cara mempengaruhi individu, kelompok, dan

organisasi untuk menerima barang, jasa, dan ide. Promosi mencakup periklanan,

penjualan pribadi, publisitas, dan promosi penjualan. Dalam merencanakan aktivitas

promosi, pendekatan integrated marketing communication (mengkoordinasi elemen

bauran pemasaran promosi dan mensinkronisasi promosi sebagai satu kesatuan) dapat

menghasilkan pesan yang diinginkan bagi pelanggan.

C. Perilaku Konsumen

Pemasar telah menyadari bahwa efektivitas mereka dalam memenuhi kebutuhan

konsumen secara langsung berpengaruh terhadap profitabilitas. Semakin baik mereka

memahami faktor-faktor yang mendasari perilaku konsumen, semakin baik mereka

dapat mengembangkan strategi pemasaran yang efektif untuk memenuhi kebutuhan

konsumen. Di masa lalu, banyak perusahaan bisnis yang tidak terlalu peduli dengan

(36)

19

pelacakan dengan sedikit perhatian mengapa konsumen melakukan apa yang mereka

lakukan. Tapi seperti kompetisi yang kaku, lingkungan pemasaran telah

menyebabkan manajer pemasaran menganalisis lebih dekat faktor-faktor yang

mempengaruhi pilihan konsumen. Sekarang manajer yang bersangkutan dengan

memberikan manfaat bagi konsumen, belajar tentang konsumen dan mengubah

sikap, dan mempengaruhi persepsi konsumen.

Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai perilaku yang menampilkan

konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang

produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Kotler,

2003). Perilaku konsumen juga dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan

keputusan dan kegiatan fisik individu yang terlibat dalam mengevaluasi,

memperoleh, menggunakan, atau membuang barang dan jasa. Studi perilaku

konsumen adalah studi tentang bagaimana individu membuat keputusan untuk

menghabiskan sumberdaya yang tersedia, yang uang, waktu dan juga upaya, pada

item terkait konsumsi. Memahami perilaku konsumen dan "mengetahui pelanggan"

tidak pernah sederhana (Kotler, 2003). Pelanggan dapat mengatakan satu hal tetapi

melakukan hal yang lain. Mereka mungkin tidak berhubungan dengan motivasi yang

lebih dalam. Mereka mungkin menanggapi pengaruh yang mengubah pikiran pada

menit terakhir.

Menurut Assael (2001), ada dua pendekatan yang luas untuk mempelajari perilaku

konsumen. Sebuah pendekatan manajerial tinjauan perilaku konsumen sebagai ilmu

sosial terapan. Hal ini dipelajari sebagai tambahan dan dasar untuk mengembangkan

(37)

20

merupakan fokus sah penyelidikan dan dirinya sendiri tanpa perlu diterapkan untuk

pemasaran.

Titik awal untuk memahami perilaku pembeli adalah model stimulus-respon yang

ditunjukkan pada Gambar 2.2. Rangsangan pemasaran dan lingkungan masukkan

kesadaran pembeli. Karakteristik pembeli dan proses keputusan menimbulkan

keputusan pembelian tertentu. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi

dalam kesadaran pembeli antara datangnya stimulus luar dan keputusan pembelian.

Sebuah perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh budaya, sosial, pribadi, dan

faktor-faktor psikologis. Mengerahkan faktor budaya yang paling luas dan paling dalam

pengaruh (Kotler, 2003).

D. Impulse Buying

Mayoritas pembelian dipasar swalayan dilakukan dengan cara impuls, khusunya bila

pemaparan sebelumnya terhadap iklan telah membangun semacam pengenalan

mereka (Engel,etal., 1995).Menurut Premananto (2007) Pembelian impulsif adalah sebagian dari pembelian yang tidak terencana, disebabkan oleh ekspose dari stimulus

dan diputuskan langsung di lokasi belanja. Thomson,etal. dalam Yusrianti (2008), mengemukakan bahwa ketika terjadi pembelian impulsif akan memberikan

pengalaman emosional lebih daripada rasional, sehingga tidak sebagai suatu sugesti,

menurut penelitian Rook dalam Engel,etal. (1995), pembelian berdasar impuls mungkin memiliki satu atau lebih karakteristik ini:

1. Spontanitas. Pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung

(38)

21

2. Kekuatan, kompulsi, dan intensitas. Mungkin ada motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika.

3. Kegairahan dan stimulasi. Desakan mendadak untuk membeli sering disertai dengan emosi yang dicirikan sebagai “menggairahkan,” “menggetarkan,” atau “liar.”

4. Ketidakpedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.

Perspektif mengenaiimpulse buyingyang paling dasar berfokus pada faktor eksternal yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Menurut Bong (2011) faktor-faktor

yang mungkin mempengaruhi pembelian impulsif antara lain adalah harga,

kebutuhan terhadap produk atau merek, distribusi masal, pelayanan terhadap diri

sendiri, iklan, displai toko yang menyolok, siklus hidup produk yang pendek, ukuran

yang kecil dan kesenangan untuk mengoleksi.

Dengan dasar penjelasan di atas makaimpulse buyingmerupakan kegiatan untuk berbelanja tanpa kontrol diri dengan sedikit atau tanpa pertimbangan mendalam.

Alasannya adalah pengalaman emosional yang lebih daripada rasional, karenanya

pembelian pun dilakukan. Sehingga kebanyakan pembelian dilakukan pada

barang-barang yang tidak di perlukan.

Kategori pembelian impulsif dapat dibagi menjadi empat klasifikasi sebagai berikut

ini:

1. Pure impulse, pembelian dilakukan murni tanpa rencana atau terkesan mendadak. Biasanya terjadi setelah melihat barang yang dipajang di toko dan muncul keinginan

(39)

22

2. Reminder impulse, pembelian dilakukan tanpa rencana setelah diingatkan ketika melihat iklan atau brosur yang ada di pusat perbelanjaan.

3. Suggestion impulse,pembelian dilakukan tanpa terencana pada saat berbelanja di pusat perbelanjaan. Pembeli terpengaruh karena diyakinkan oleh penjual atau teman

yang ditemuinya pada saat belanja.

4. Planned impulse, pembeli melakukan pembelian karena sebenarnya sudah

direncanakan tetapi karena barang yang dimaksud habis atau tidak sesuai dengan apa

yang diinginkan maka pembelian dilakukan dengan membeli jenis barang yang sama

tetapi dengan merek atau ukuran yang berbeda.

E. Emosi Positif

Pada dasarnya pendekatan psikologi mengajukan pandangannya mengenai perilaku

manusia bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungannya. Hal tersebut

diantaranya dapat dilihat dari formulasi yang dilakukan Lewin (dalam Negara dan

Dharmmesta, 2003) dari hasil formulasi tersebut ditemukan bahwa perilaku

merupakan fungsi dari kepribadian dan lingkungan. Dari hubungan ketiganya

kemudian diamati lebih mendalam oleh Mehrabian dan Russel dengan memasukkan

variable mediasi yakni faktor emosi individu. Hal ini sejalan dengan paradigma

S-O-R yang mendasarinya. Taman dalam Tirmizi,etal. (2009) menemukan hubungan positif emosi positif, keterlibatan dan mode fashion yang berorientasiimpuls membeli

dengan dorongan keseluruhan perilaku pembelian dari konsumen.

(40)

23

merupakan konstruk yang bersifat temporer karena berkaitan dengan situasi atau

objek tertentu. Perasaan seperti jatuh cinta, sempurna, gembira, ingin memiliki,

bergairah, terpesona, dan antusias, dari berbagai studi, disinyalir memiliki korelasi

positif yang signifikan dengan kecenderungan melakukanimpulse buying (Premananto, 2007). Emosi positif didefinisikan sebagai suasana hati yang

mempengaruhi dan yangmenentukan intensitas pengambilan keputusan

konsumen.(Watson dan Tellegen dalam Tirmizi,etal., 2009).

Namun lebih luas perlu dibedakan mengenai emosi yang berkaitan dengan keputusan

pembelian misalnya emosi yang diciptakan merek, stimuli yang ada dan emosi yang

sifatnya lebih luas. Hal tersebut dikemukakan oleh Shiv dan Fedorikhin dalam

Premananto (2007) dengan mengklasifikasikan emosi menjaditask-induced affect

yang dinyatakan sebagai ‘affective reaction that arise directly from the decision task itself’ danambient affectyang dinyatakan sebagai ‘affective states that arise from background condition such as fatigue and mood.’

Emosi positif yang dirasakan konsumen akan mendorong konsumen untuk

mengakuisisi suatu produk dengan segera tanpa adanya perencanaan yang

mendahuluinya dan sebaliknya emosi yang negatif dapat mendorong konsumen

untuk tidak melakukan pembelianimpuls(Premananto, 2007).

F. Respon Lingkungan Belanja

Dalam penelitian ini lingkungan mengacu pada rangsangan fisik dan sosial yang ada

di dalam toko ritel modern, termasuk objek fisik (produk dan toko), hubungan ruang

(lokasi toko, produk dalam toko) dan perilaku sosial dari orang lain (siapa saja yang

(41)

24

bagian penting yang perlu diciptakan pemasar untuk mempengaruhi perilaku

konsumen. Menurut Paul Peter dan Jerry Olson (1999), lingkungan terdiri dari dua

macam, yaitu: Lingkungan makro dan lingkungan mikro. Faktor-faktor lingkungan

makro seperti iklim, kondisi ekonomi, sistem politik, dan kondisi alam mempunyai

pengaruh umum atas perilaku, seperti ketika keadaan ekonomi mempengaruhi jumlah

belanja rumah tangga, mobil, dan barang, sedangkan, faktor-faktor lingkungan mikro

yang berhubungan dengan aspek nyata fisik dan sosial lingkungan seseorang

berpengaruh langsung pada perilaku spesifik konsumen, pendapat, dan perasaan.

Peter dan Olson (1999) juga membagi lingkungan menjadi dua aspek dan dimensi

yaitu aspek lingkungan sosial dan aspek lingkungan fisik. Aspek lingkungan fisik

termasuk semua yang bukan manusia, yang dapat dibagi menjadi elemen yang

mempunyai ruang atau tidak mempunyai ruang.

Park dan Lennon (2006) menyatakan bahwa respon afektif lingkungan atas perilaku

pembelian dapat diuraikan oleh 3 variabel yaitu:pleasure, arousal dan dominance.

Pleasuremengacu pada tingkat dimana individu merasakan baik, penuh

kegembiraan, bahagia yang berkaitan dengan situasi tersebut.Pleasurediukur dengan penilaian reaksi lisan ke lingkungan (bahagia sebagai lawan sedih,

menyenangkan sebagai lawan tidak menyenangkan, puas sebagai lawan tidak puas,

penuh harapan sebagai lawan berputus asa, dan santai sebagai lawan bosan).

Konseptualisasi terhadappleasuredikenal dengan lebih suka, kegemaran, perbuatan positif.

(42)

25

saat dirangsang, ditentang, dan diperlonggar dan dalam pengukurannya digunakan

metode semantik differential, dan membatasi arousal sebagai sebuah keadaan

perasaan yang secara langsung ditaksir oleh laporan verbal. Beberapa ukuran

nonverbal telah diidentifikasi dapat dihubungkan den sesungguhnya membatasi

sebuah ukuran dariarousaldalam situasi sosial.

Dominanceditandai dengan laporan responden yang merasa dikendalikan sebagai lawan mengendalikan, mempengaruhi sebagai lawan dipengaruhi, terkendali sebagai

lawan diawasi, penting sebagai lawan dikagumi, dominan sebagai lawan bersikap

tunduk, dan otonomi sebagai lawan dipandu.

G. Pengalaman Belanja (Hedonic Shopping Value)

Hedonic shopping valuemerupakan bagian dari instrumen pengalaman belanja.

Menurut Negara dan Dharmmesta (2003) Pengalaman belanja adalah cerminan dari

instrumen yang menyajikan secara langsung manfaat dari suatu pengalaman dalam

melakukan pembelanjaan(hedonic shopping value), nilai yang mencerminkan instrumen manfaat belanja(utilitarian shopping value)dan tingkat sumber daya

yang dibelanjakan dan jumlah dari nilai belanja seseorang(resources expenditure).

Hedonic shopping valuemenurut Semuel (2005) mencerminkan instrumen yang

menyajikan secara langsung manfaat dari suatu pengalaman dalam melakukan

pembelanjaan, seperti: kesenangan dan hal-hal baru. Konsumsi hedonis meliputi

aspek tingkah laku yang berhubungan denganmulti-sensory, fantasi dan konsumsi emosional yang dikendalikan oleh manfaat seperti kesenangan dalam menggunakan

(43)

26

Tawar dan menawar adalah dua pengalaman berbelanja yang berhubungan dengan

kenikmatan dalam berbelanja (Sherry dalam Rachmawati, 2009), oleh karena itu

disarankan bahwa pengalaman pembelian mungkin adalah lebih penting dibanding

memenuhi keinginan hedonis berhubungan dengan konsumsi hedonis

(Hausman,2000; Piron (1991), Rook,1987 dalam Park,et.al.,2005 dalam Rachmawati, 2009).

Menurut Rachmawati (2009) konsumen lebih mungkin terlibat dalamimpulse buying ketika mereka termotivasi oleh keadaan hedonis atau alasan ekonomi, seperti

kesenangan, fantasi dan sosial atau kepuasaan emosional. Menurutnya pula sejak

tujuan pengalaman belanja untuk mencukupi kebutuhan hedonis, produk yang akan

dibeli ini nampak seperti terpilih tanpa perencanaan dan mereka menghadirkan suatu

(44)

27

III . METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Sumber Data Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan melakukan penggambaran atau

pemaparan tentang variabel-variabel yang diteliti yang selanjutnya mencoba untuk

menarik kesimpulan.

Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Sekunder : hasil survei dan analisis yang dilakukan beberapa

lembaga yang terkait, yang didapatkan dari berbagai artikel di website berkenaan

dengan topik penelitian. Data sekunder digunakan sebagai data pendukung untuk latar

belakang penelitian.

2. Data Primer : hasil survei penulis yang didapatkan dari penyebaran kuesioner

terhadap sampel dari populasi random dari seluruh konsumen Hypermart Central

(45)

28

B. Populasi dan sampel

Populasi

Populasi menurut Arikunto (2006:130) merupakan keseluruhan subjek penelitian.

Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang sering dihadapi peneliti umumnya

berkaitan dengan populasi yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah

konsumen Hypermart Central Plaza cabang Bandar Lampung.

Sampel

Metode yang di gunakan dalam pengambilan sampel menggunakan metodenon probability samplingtipepurposive samplingyaitu pengambilan sampel yang membatasi pada ciri-ciri khusus seseorang yang memberikan informasi yang

dibutuhkan dengan cara menentukan responden atau konsumen yang telah berbelanja

di Hypermart cabang Central Plaza Bandar Lampung. Penentuan subjek untuk

dijadikan sampel atau responden dilakukan secarapurposive samplingdengan kriteria:

1) Konsumen Hypermart yang pernah dan sedang berbelanja minimal dua kali

pembelian atau lebih di Hypermart.

2) Berdomisili di Bandar Lampung.

3) Bersedia menjadi responden

Menurut Arikunto (2006:130) ukuran populasi dalam penelitian ini sangat banyak

dan tidak dapat diketahui dengan pasti, oleh karena itu besar sampel yang digunakan

(46)

29

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang penulis tempuh dalam usaha memperoleh daya yang

relevan untuk pemecahan dan penganalisaan permasalahan. Data-data tersebut dapat

diperoleh melalui dua cara, yaitu:

1. Penelitian Pustaka(Library research),yaitu pengumpulan data teoritis dengan cara menelaah berbagai literatur dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan

masalah yang di teliti.

2. Penelitian lapang(Field research),yaitu dengan cara :

Wawancara dan Observasi

Penelitian yang dilakukan melaluiliteratureserta wawancara langsung dengan konsumen serta melihat dan merasakan langsung kondisi sarana dan prasarana

Hypermart cabang Central Plaza Bandar Lampung.

Kuisioner

Pengumpulan data dengan cara memberikan daftar isian kepada responden

secara langsung.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Pengertian dari variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi-informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2000). Sedangkan,

definisi operasional berarti definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara

memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau memberi suatu operasional

yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Arikunto (2006). Dalam

(47)

30

Variabel independen dilambangkan dengan X sedangkan variabel dependen

dilambangkan dengan Y. Dan masing-masing variabel memiliki definisi operasional,

Definisi operasional variabel penelitian ini kemudian diuraikan menjadi indikator

empiris (IE). Variabel-variabel, definisi operasional, indikator empiris, dan

pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini dapat di lihat pada tabel 3.1 di

bawah.

Tabel 3.

Variabel penelitian dan definisi Operasional

Variabel Definisi Variabel Indikator Pengukuran

(48)

31

Impulse Buying(Y) Tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Di dalam melakukan penelitian, peneliti memberikan skor untuk

mengukur variabel-variabel yang akan diteliti. Pemberian skor ditentukan dengan

skala Likert interval Sugiyono (2008) . Adapun skor jawaban dari item pertanyaan

mempunyai bobot sebagai berikut :

1. Sangat setuju diberi bobot 5

2. Setuju diberi bobot 4

3. Netral diberi bobot 3

4. Tidak setuju diberi bobot 2

(49)

32

Instrumen penelitian (kuisioner) yang baik harus memenuhi persyaratan yaitu valid

dan reliabel. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner perlu dilakukan

pengujian atas kuisioner dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

Karena validitas dan reliabilitas ini bertujuan untuk menguji apakah kuesioner yang

disebarkan untuk mendapatkan data penelitian adalah valid dan reliabel, maka untuk

itu, penulis juga akan melakukan kedua uji ini terhadap instrumen penelitian

(kuisioner).

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan yang

disebarkan kepada responden. Instrumen yang dibuat sebelum disebarkan kepada

responden yang menjadi sampel penelitian harus diuji kevalidan dan kerelibelannya

melalui analisis faktor, agar daftar pertanyaan yang dibuat tersebut benar-benar

mampu menguak data sehingga mampu menjawab permasalahan hingga tujuan

penelitian tercapai.

Uji validitas ini dimaksudkan untuk memastikan seberapa baik suatu instrumen

mengukur konsep yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat dan benar. Dengan

mempergunakan instrumen penelitian yang memiliki validitas yang tinggi, hasil

penelitian mampu menjelaskan masalah penelitian sesuai dengan keadaan atau

(50)

33

Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukur

(instrumen) yang digunakan dapat dipercaya atau dilakukan untuk mengetahui

konsistensi dan ketepatan pengukuran. Uji reliabilitas menggunakan koefisien

Croanbach’s Alpadengan bantuan SPSS. Pengujian reliabilitas dilakukan dalam

tahapan yaitu dengan membandingkan nilai padaCroanbach’s Alpadengan nilai

padaCroanbach’s Alpa if item deleted.Apabila ada pernyataan yang memiliki nilai

Croanbach’s Alpa if item deletedlebih besar dari padaCroanbach’sAlpamaka pernyataan tersebut tidak reliabel dan harus dilakukan pengujian selanjutnya

sehingga tidak ada pernyataan yang memiliki nilaiCroanbach’s Alpa if item deleted

yang lebih besar dariCroanbach’s Alpa.Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30

responden konsumen Hypermart cabang Central di Bandar Lampung. Hasil uji

realibilitas dengan nilaiCroanbach’s Alpa> 0.5 = Reliabel.

G. Teknik Analisis Data

Agar data yang dikumpulkan dapat dimanfaatkan, maka data tersebut diolah

dan dianalisis terlebih dahulu sehingga nantinya dapat dijadikan dasar dalam

pengambilan keputusan.

Alat analisis yang digunakan antara lain :

a. Analisis Kualitatif

Data kualitatif yaitu data penelitian yang bukan angka, yang sifatnya tidak dapat

dihitung berupa informasi atau penjelasan yang didasarkan pada pendekatan teoritis

(51)

34

diskriptif tentang tanggapan yang diberikan responden pada kuisoner atau daftar

pertanyaan yang diberikan dan dihubungkan dengan teori pemasaran atau

pendekatan-pendekatan yang berkaitan dengan hubungan kepercayaan konsumen

dalam memutuskan pembelian.

b. Alat Analisis Kuantitatif

Analisis kuantiatif adalah analisis yang digunakan terhadap data yang berwujud

angka–angka dan cara pembahasannya dengan uji statistik. Analisis statistik

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana.

Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel

independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau

negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel

independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya

berskala interval atau rasio.

Y = a + b1X1+ b2X2+b3X3+ε

Keterangan :

Y = Impulse Buying

X1 = Emosi Positif

X2 = Lingkungan Belanja

X3 = Pengalaman Belanja

b = Koefisien regresi variabel In-store Stimulus

a = Konstanta

(52)

0

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian

ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan :

1. Emosi positif, Lingkungan Dan Pengaalaman Belanja memiliki pengaruh yang

positif terhadap impulse buying pada Hypermart Bandar Lampung, Dengan nilai R

Sequre 48,60%.

2. Variabel emosi positif (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying,hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,015.Maka hipotesis pertama (H1) yaitu, Emosi Positif mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan

Impulse Buying, dapat diterima.

3. Variabel bebas yang kedua yaitu respon lingkungan belanja (X2) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap impulse buying, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,047 yang masih dibawah 0,05. Maka Hipotesis kedua (H2)

yaitu, Lingkungan Belanja mempunyai pengaruh positif terhadap Impulse Buying, dapat diterima.

4. Variabel bebas yang ketiga yaitu pengalaman belanja (X3) berpengaruh positif

(53)

✁1

Pengalaman Belanja mempunyai pengaruh positif terhadap Impulse Buying, dapat diterima.

5. Variabel yang paling berpengaruh besar terhadap impulse buying adalah emosi positif dengan nilai t hitung sebesar 2,476 dan nilai standardizecoefficient beta 0,322, kemudian diikuti oleh variabel pengalaman belanja dengan nilai t hitung

sebesar 2,315dan nilai standardize coefficient beta 0,224, dilanjutkan dengan variabel lingkungan belanja dengan nilai t hitung sebesar 2,017dan nilaistandardize coefficient beta0,240.

B. Saran dan Implikasi Manajerial

Saran praktis dimunculkan berdasarkan teori-teori yang telah dibangun dan

didasarkan pada hasil penelitian yang diperoleh. Hasil statistik deskriptif dalam

penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber tambahan referensi dan informasi bagi

penyusunan rencana strategis pemasaran di toko ritel modern khusunyahypermarket yang berada di kota Bandar Lampung untuk makin meningkatkan volume penjualan

melaluiimpulse buying.

Berdasarkan hasil penelitian, variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap

impulse buyingadalah emosi positif sehingga saran praktis lebih difokuskan kepada variabel tersebut. Berdasarkan hasil statistik deskriptif variabel emosi positif,

indikator dengan indeks yang paling rendah adalah perasaan penuh kegembiraan dan

perasaan penuh semangat. Sehingga saran yang di tujukan kepada peritel khususnya

(54)

✂2

1. Perasaan penuh kegembiraan saat berbelanja merupakan cerminan dari situasi

lingkungan belanja yang baik. Situasi berbelanja di hypermarketsudah cukup baik, namun belum mampu memberikan nilai yang maksimum bagi konsumen. Untuk

lebih meningkatkan perasaan penuh kegembiran kepada konsumen sebaiknya

hypermarket memperhatikan penempatan barang yang baik. Berdasarkan pengamatan di Hypermart Bandar Lampung masih terdapat beberapa produk yang di

tempatkan di keranjang tanpa pengaturan tata letak yang baik seperti produk alat

rumah tangga dari jepang dan china, produk-produk tersebut diletakkan asal-asalan,

sehingga mengurangi minat pembeli untuk berbelanja. Disini perlu pengamatan

menyeluruh dari pihak pengelola untuk memperhatikan tiap detil dari toko, karena

hal-hal yang kecil sangat mempengaruhi perasaan pelanggan saat berbelanja.

2. Perasaan penuh semangat saat berbelanja juga hal yang perlu diperhatikan oleh

pengelola hypermarket karena responden merasa perasaan penuh semangat yang sedang-sedang saja. Sehingga perlu upaya untuk memunculkan perasaan penuh

semangat pada konsumen. Perasaan bersemangat dalam berbelanja dapat diupayakan

peritel dengan menyediakan diskon yang lebih menarik, sejauh ini diskon-diskon

yang ditawarkan oleh hypermarket yang diteliti dinilai masih kurang menarik minat

pembelanja. Karena diskon yang diberikan biasanya adalah diskon dari pihak

produsen ataupun wholesaler sehingga potongan harga yang didapat masih kurang.

Selain itu promosi saat ada diskon pun dinilai kurang mampu mengedukasi pembeli,

karena diskon hanya ditujukan bagi orang-orang yang mau berbelanja, yaitu melalui

katalog yang disediakan di pintu masuk toko. Sebaiknya promosi diskon juga di

tampilkan di media-media iklan lainnya sehingga banyak yang tertarik dan

(55)

✄3

Berdasarkan hasil penelitian, variabel emosi positif, respon lingkungan belanja, dan

pengalaman belanja berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang bersifat

impulsif. Sehingga implikasi manajerial yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Untuk penelitian selanjutnya perlu ditambahkan lagi faktor-faktor yang

mempengaruhi impulse buying.Selain untuk semakin menyempurnakan pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhiimpulse buying. Hal ini juga dikarenakan ketiga variabel (emosi positif, respon lingkungan belanja, dan pengalaman belanja)

hanya mampu menjelaskan sebesar 48,60%. penelitian ini belum memasukkan

variabel atas aspek lain yang mungkin dapat mempengaruhi dan lebih

menyempurnakan hasil penelitian ini dan langkah-langkah yang harus dilakukan toko

ritel modern khususnya hypermarket di toko ritel modern agar dapat meningkatkan volume penjualan melaluiimpulse buying.

2. Penelitian selanjutnya dapat dilaksanakan dengan menggunakan objek penelitian

yang lebih luas. Untuk mendapatkan hasil yang lebih umum terhadap faktor-faktor

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Assael, Henry. 2001. Consumer Behavior and Marketing Action. 6th ed. Natorp Blvd,Mason: South-Western College Publishing

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Arisa,Novin. (2010).Pengaruh In Store Stimuli Dalam Melakukan Impulse Buying Di Minimarket Perdana Surabaya. Skripsi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional, Surabaya.

Asim Ali dan SAF Hasnu. (2011). An Analysis Of In-Store Shopping Environment On Consumers’ Impulse Buying: Evidence From Pakistan.Proceedings of 3rd ...

Bangsawan, Satria.2012.Manajemen Pemasaran Usaha Kecil. Bandar Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung.

Bong, Soeseno. (2011). Pengaruh In Store Stimuli Terhadap Impulse Buying Behavior Konsumen Hypermarket Di Jakarta. Jurnal pada Fakultas Ekonomi Manajemen, Universitas Multimedia Nusantara,Tanggerang. Volume 3, Nomor 1.

Christiaans, Henri, Cleempoel Van, Katelijn, Koenraad, Quartier. (2008). Retail design: lighting as an atmospheric tool, creating experiences which influence consumers’ mood and behaviour in commercial spaces. Sheffield: Design Research Society Conference, Sheffield Hallam University.

Darmayanti. 2008. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impulse Buying Konsumen Pada Butik Rudi Collection Tangerang.” Skripsi Tidak Dipublikasikan,Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro

Data Hypermart Central Plaza 2013

Engel, JF, R.D Blackwell dan P.W. Miniard. (1995).Consumer Behavior jilid 2 (terjemahan). 6thedition. Binarupa Aksara, Jakarta.

Fuad, Muhammad. (2010). Store Atmosphere Dan Perilaku Pembelian Konsumen Di Toko Buku Gramedia Malang. Jurnal Manajemen Pemasaran Modern. Volume 2, Nomor 1.

Hansen, Kare dan Olsen, Svein Ottar. (2008). Impulsive Buying and Store Patronage: The

(57)

Hartono M., Jogiyanto. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman.Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Hetharie, Jondry A. (2012). Model Kecenderungan Pembelian Impulsif: Studi Pada Konsumen Matahari Departement Store Kota Ambon.Jurnal Manajemen Teknologi. Volume 11, Nomor 3.

Inggrid S. , Suharyono dan Srikandi K. (2012). Stimulus Store Environment Dalam Menciptakan Emotional Response Dan Pengaruhnya Terhadap Impulse Buying (Survei pada Pembeli di Carrefour Mitra I Malang.Profit Jurnal Administrasi Bisnis, Universitas Brawidjaya. Vol 6, No 2.

Kotler, P dan G. Armstrong. 2005. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1. Edisi 8. Erlangga,

Lubis, Arlina. (2004). Strategi Pemasaran dalam Persaingan Bisnis. Artikel pada Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Sumatera Utara, SUMUT.

Ma’ruf, Hendri. 2006. Pemasaran Ritel. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Majalah Ritel Asia 2012 dalamwww.bisnis.com/September, 2012

Mowen, JC dan M.Minor. 2001.Perilaku Konsumen Jilid 2, Ed 5. Erlangga, Jakarta.

Negara, Danes Jaya dan Basu Swastha Dharmmesta. 2003. “Normative Moderators Of Impulse Buying Behaviour.”Jurnal of Bussines,Vol. 5, No. 1, h. 1-14 Pratikno, Andre Nugroho. (2003). “Studi Mengenai Pemilihan Merek.”Jurnal Sains

Pemasaran Indonesia,Mei 2003, h. 53-66

Park, Jihye dan Sharron J. Lennon, 2006, “Psychological and Environmental Antencendents of impulse buying tendency in the multichannel shopping context”,journal of consumer marketing, vol. 23, no. 2, p. 58-68

Peter, J.P. dan J. C. Olson.1999. Consumer Behaviour : Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jilid 1. 4th ed”, Jakarta : Erlangga.

Premananto, Gancar Candra. 2007. “Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Impuls Dengan Pendekatan Psikologi Lingkungan Dan Rantai Kausalitas.” Jurnal Antisipasi,Vol. 10, No. 1, Hal. 172-184

(58)

Rachmawati, Veronika. 2009. “Hubungan Antara Hedonic Shopping Value, Positive Emotion, Dan Perilaku Impulse Buying Pada Konsumen Ritel.”Jurnal Majalah Ekonomi,Agustus 2009, h. 192-208

Semuel, Hatane. 2005. “Respon Lingkungan Belanja Sebagai Stimulus Pembelian Tidak Terencana pada Toko Serba Ada (Toserba).” Jurnal Manajemen & Kewirausahaan,Vol.7, No. 2, h. 152-170

Schiffman, LG dan Leslie L. Kanuk. 2004.Consumer Behavior. Pearson Education, Inc. New Jersey.

Sharon, E. Beatty., Ferrel, M. Elizabeth. (1998). Impulse Buying: Modeling Its Precursors. Journal of Retailing, Summer,Vol. 74(2), ABI/ Inform Global p. 169.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2004.Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2000.Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sumarwan, Ujang. 2002.Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Suyanto,M. 2007. Marketing Strategi Top Brand Indonesia. Penerbit CVANDI OFFSET, Yogyakarta.

Syahyunan. 2004.Strategi Pemasaran Dalam Meningkatkan Volume Penjualan. Fakultas Ekonomi. Jurusan manajemen. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.Tendai, Mariri dan Crispen, Chipunza. (2009), In-store environment and Impulsive buying.African Journal of Marketing Management,Vol. 1(4) pp. 102-108. Tendai, Mariri and Chipunza Crispen. 2009. “In-store shopping environment and

impulsive buying.” African Journal of Marketing Management Vol. 1(4) pp. 102-108

Tirmizi, Muhammad Ali, Ur Kashif Rehman dan M. Iqbal Said. 2009. “An Empirical Study of Consumer Impulse Buying Behaviour in Local Markets.”European Journal of Scientific Research,Vol. 28, No. 4, p. 522-532

Tjiptono, Fandy. 2008.Strategi Pemasaran.Penerbit Andi: Yogyakarta. wikipedia :http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen

Yusriyanti, Ade. 2008. Pengaruh In Store Promotion Terhadap Keputusan Pembelian Impulse Buying Pada Konsumen Giant Hypermarket. Skripsi pada Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Gerai Ritel Modern di Indonesia tahun 2009-2012
Gambar 1.
Tabel 2 :Nilai Penjualan Hypermart Central Plaza Pada Bulan Januari 2013 -
Gambar 2Perilaku Belanja Konsumen di Toko Ritel Modern
+2

Referensi

Dokumen terkait

Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada empat kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan sebesar 2,59

Tujuan utama dari dilaksanakannya penelitian ini adalah meningkatkan performa turbin Savonius dengan meletakkan silinder penganggu dengan perbandingan diameter turbin dan

Pendekatan input-output yang bersifat makro tersebut kurangmemperhatikan aspek yang bersifat mikro yaitu proses yang terjadi di sekolah.Dengan kata lain, dalam membangun

Rancangan Halaman Buku Tamu pada Perangkat Lunak Bantu Pendaftaran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Pt. Baiti Sejahtera Berbasis Web ini

Penelitian ini nantinya akan menghasilkan sebuah sistem keamanan data pendaftar english communitative dengan menggunakan XML encyription.[4] Tujuan peneltian yang

Jadi mungkin kalau urusan pribadi lebih banyak cerita sama orang tua O: jadi berarti yang guntur takutin itu respon dari merekanya atau karena takut mereka nilainya guntur tuh

Kesimpulan dari penelitian ini adalah perendaman daging ayam menggunakan berbagai konsentrasi mikrokapsul oleoresin fuli pala mempengaruhi nilai kadar air dan mampu