• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MIKROKAPSUL OLEORESIN FULI PALA (Myristica fragrans HOUTT) UNTUK MENINGKATKAN DAYA SIMPAN DAGING AYAM BROILER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN MIKROKAPSUL OLEORESIN FULI PALA (Myristica fragrans HOUTT) UNTUK MENINGKATKAN DAYA SIMPAN DAGING AYAM BROILER"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MIKROKAPSUL OLEORESIN FULI PALA (Myristica fragrans HOUTT) UNTUK MENINGKATKAN DAYA SIMPAN DAGING AYAM BROILER USE OF FULI PALA (Myristica fragrans HOUTT) MICROCAPSUL TO INCREASE THE

SAVING POWER OF BROILER MEAT

Alston Millan1*, Yohanis Sirante2

1Politeknik Malinau, Jalan Ladang RT 01, Desa Malinau Seberang, Kec. Malinau Utara

2Politeknik Malinau, Jalan Ladang RT 01, Desa Malinau Seberang, Kec. Malinau Utara

*

Email korespondensi: alstonmillan31@gmail.com

Diterima 20-09-2019 Diperbaiki 28-09-2019 Disetujui 28-09-2019 ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah mikrokapsul oleoresin fuli pala dapat mempertahankan dan mengawetkan daging ayam broiler yang disimpan pada suhu ruangan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 5 perlakuan, dengan konsentrasi mikrokapsul fuli pala adalah : P1= (0 ppm), P2= (50 ppm), P3= (100 ppm), P4= (150 ppm) dan P5= (200 ppm). Variabel yang diamati adalah

kadar air, nilai pH, total mikroba dan sifat organoleptik (warna, aroma dan tekstur).

Data-data dianalisa statistik dengan analisis varian dan apabila

ada perbedaan antar

perlakuan dilanjutkan dengan uji lanjutan (DMRT) menggunakan SPSS versi 23.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daging ayam broiler yang direndam

menggunakan mikrokapsul oleoresin fuli pala tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap

kadar air dan total mikroba daging ayam tetapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap

nilai pH. Hasil uji organoleptik panelis

pada tingkat kesukaan terhadap warna daging, aroma dan tekstur daging ayam berada pada kisaran angka 3 (agak suka) sampai 4 (agak

tidak suka) dan

menunjukan bahwa daging ayam broiler tidak berpengaruh (P>0,05)

terhadap warna, aroma dan tekstur daging ayam broiler.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah perendaman daging ayam menggunakan berbagai konsentrasi mikrokapsul oleoresin fuli pala mempengaruhi nilai kadar air dan mampu menurunkan nilai pH dan menghambat aktivitas mikroba serta tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap warna daging, aroma dan tekstur daging ayam broiler.

Kata kunci : daging ayam, mikrokapsul oleoresin fuli pala, kadar air, pH, total mikroba,

organoleptik

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine whether the nutmeg oleoresin microcapsules can maintain and preserve broiler chicken meat stored at room temperature. The design used was a Completely Randomized Design (CRD) consisting of 5 treatments, with mace concentration of nutmeg microcapsules: P1 = (0 ppm), P2 = (50 ppm), P3 = (100 ppm), P4 = (150 ppm) and P5 = (200 ppm). The variables observed were water content, pH value, total microbes and organoleptic properties (color, aroma and texture). Data were analyzed statistically with analysis of variance and if there were differences between

(2)

treatments continued with further tests (DMRT) using SPSS version 23. The results showed that broiler chicken meat marinated using maceous oleoresin microcapsules had no effect (P> 0.05) on water content and total microbial chicken meat but have a significant effect (P <0.05) on the pH value. Panelol organoleptic test results on the level of preference for meat color, aroma and texture of chicken meat are in the range of numbers 3 (somewhat like) to 4 (somewhat dislike) and show that broiler chicken has no effect (P> 0.05) on color, the aroma and texture of broiler chicken meat. The conclusion of this study is the immersion of chicken meat using various concentrations of mace nutmeg oleoresin microcapsules affects the value of water content and is able to reduce the pH value and inhibit microbial activity and does not affect the level of panelists' preference for meat color, aroma and texture of broiler chicken meat.

Keywords: chicken meat, mace nutmeg oleoresin microcapsules, water content, pH, total microbes, organoleptics

Ayam broiler merupakan salah satu bahan pangan yang kita konsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Kandungan nutrisi yang terdapat di dalamnya seperti lemak, protein, karbohidrat, mineral, dan vitamin

menjadi media yang baik untuk

perkembangan mikroorganisme.

Keberadaan mikroorganisme dapat

menyebabkan kebusukan dan kerusakan, menghasilkan bau yang tidak sedap

kadang-kadang beracun serta

menyebabkan penyakit, muntah serta jijik

penampilannya (Winarno, 2007),

pengawetan adalah cara yang digunakan

untuk memperpanjang masa simpan

daging dan produk daging serta

penyimpanan daging segar dan produk daging proses (Soeparno, 2011).

Banyak cara yang telah dilakukan untuk menghambat terjadinya kerusakan

daging adalah dengan penggunaan

rempah-rempah sebagai pengawet alami. Salah satu bahan alami yang berfungsi sebagai bumbu, flavor dan sekaligus sebagai pengawet dalam pangan atau

makanan adalah fuli pala (Myristica

fragrans Houtt). Fuli pala mampu sebagai anti mikroba (Putra, 2007), (Rani dan Khullar 2004), anti bakteri (Nanasombat dan Lohasupthawee, 2005), antioksidan

(Jukie dkk., 2006 dan Olaleye dkk., 2006), menghambat radikal bebas, anti kanker, antifungi, anti-inflamatory (Bambang Kunarto, 2008).

Penggunaan fuli pala dalam bentuk utuh, irisan, bubuk maupun dalam bentuk ekstrak oleoresin juga masih mempunyai kelemahan yaitu tidak mudah larut dalam air dan sulit ditangani dan ditimbang secara tepat. Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut dapat dilakukan dengan membuat mikrokapsul oleoresin fuli pala. Mikroenkapsulasi merupakan teknologi penyalutan padatan, cairan dan gas oleh kapsul dalam bentuk kecil dimana kapsul tersebut dapat melepaskan isinya dibawah

kondisi spesifik. Mikroenkapsulasi

berpotensi untuk mengubah bentuk cairan ke bentuk tepung yang stabil dan bersifat

free flowing, sehingga mudah untuk ditangani dan dimasukan kedalam sistem bahan pangan (Wagner dan Warthesen,

1995). (Sudibyo dkk. 1995) telah

melakukan mikroenkapsulasi oleoresin lada menggunakan berbagai komponen, yaitu bahan inti (minyak atsiri dan lesitin) dan bahan pelapis (gelatin, twin 80,

Na-alginat, dekstrin). (Efendi 2000)

menggunakan enkapsulan gum arab pada mikroenkapsulasi minyak atsiri jahe. Sedangkan (Bambang Kunarto 2005) membuat mikrokapsul minyak atsiri kulit kayu manis menggunakan kombinasi gum

(3)

arab dan maltodekstrin sebagai enkapsulan.

Penelitian ini akan mengkaji

penggunaan mikrokapsul oleoresin fuli pala untuk merendam daging ayam broiler, sehingga diharapkan daya simpannya menjadi lebih lama dan dapat menghambat pertumbuhan mikroba.

METODELOGI

Bahan yang digunakan pada

penelitian ini yaitu daging ayam bagian dada sebanyak 4 kg dan mikrokapsul

oleoresin fuli pala. Alat-alat yang

digunakan pada penelitian ini yaitu timbangan analitik, pH meter, oven, desikator, cawan petri, alat-alat gelas,

kertas krep, autoclave, incubator, plastik

vacuum, botol sampel, lampu spritus, jarum ose, kapas, masker, sarung tangan untuk analisis total mikroba.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 s.d 06 Agustus 2019 di Laboratorium UPTD Pupuk Organik Hayati Dinas Pertanian, Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Malinau,

Kalimantan Utara.

Rancangan percobaan pada aplikasi mikrokapsul pada daging ayam broiler adalah rancangan acak lengkap (RAL) tiga ulangan dengan lima perlakuan, P1= konsentrasi mikrokapsil oleoresin fuli pala 0 ppm; P2= konsentrasi mikrokapsil

oleoresin fuli pala 50 ppm; P3=

konsentrasi mikrokapsil oleoresin fuli pala 100 ppm; P4= konsentrasi mikrokapsil oleoresin fuli pala 150 ppm; P5= konsentrasi mikrokapsil oleoresin fuli pala 200 ppm. Data-data dianalisa statistik dengan analisis varian dan apabila ada perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji lanjutan (DMRT) menggunkan SPPS versi 23.

Analisis dilakukan meliputi kadar air, pH, total plate count (TPC), dan sifat organoleptik (bau dan tekstur) daging ayam broiler yang disimpan selama 0 hari, 2 hari, 4 hari.

Prosedur/Pelaksanaan Penelitian

Aplikasi mikrokapsul oleoresin fuli pala pada daging ayam broiler

Penggunaan mikrokapsul oleoresin fuli pala pada daging ayam broiler dengan

cara perendaman sebelum proses

penyimpanan daging. Perendaman daging ayam broiler dengan berbagai konsentrasi mikrokapsul fuli pala dilakukan selama satu jam. Adapun konsentrasi mikrokapsul fuli pala adalah adalah: 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm dan 200 ppm/liter air. Daging ayam broiler yang sudah direndam

lalu dikemas dengan plastik jenis low

density polietylen lalu disimpan selama 0 hari, 2 hari, 4 hari pada suhu ruang.

Kadar Air (AOAC, 2005)

Cawan aluminium kosong

dipanaskan dengan oven 105o C selama 30 menit, kemudian didinginkan dengan

desikator dan ditimbang. Prosedur

pengeringanan cawan diulang sampai

didapatkan bobot seimbang. Sampel

sebanyak 2 gram dalam cawan yang sudah

dikeringkan ditimbang, kemudian

panaskan dalam oven pada suhu 1050 C

selama 6 jam. Setelah cawan dikeluarkan dari oven, dinginkan dalam desikator selama 30 menit. Proses pengeringan

diulang sampai didapatkan bobot

seimbang bahan. Persentase kadar air dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 % 𝐵1 − 𝐵2 𝐵1 𝑥 100

Keterangan :

B1 = Berat bahan mula-mula (g)

B2 = Berat bahan setelah dikeringkan (g)

(4)

Nilai pH (AOAC, 2005)

Sampel daging ayam seberat 25 g

ditambahkan 50 mL air destilasi,

kemudian diblender sampai homogen. Nilai pH ditentukan dengan menggunakan pH meter. Sebelum dilakukan pengukuran, pH meter perlu dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan buffer pH 4 dan 7.

Setelah dikalibrasi baru dilakukan

pengukuran sampel dengan cara

mencelupkan elektroda ke dalam larutan sampai diperoleh pembacaan yang stabil.

Total Mikroba

Sebanyak 10 g sampel daging ayam dimasukkan ke dalam erlenmeyer tahan panas steril. Sebanyak 90 mL larutan pengencer steril ditambahkan ke dalam erlenmeyer aseptis. Sampel kemudian

dihancurkan dengan Stomathcer selama

120 detik, sehingga dihasilkan sampel dengan pengenceran 10-1. Larutan sampel diambil secara aseptis sebanyak 1 mL dengan pipet, kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 mL

larutan pengencer steril sehingga

dihasilkan pengenceran 10-2, kemudian diambil 1 mL dari pengenceran 10-2 dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 mL larutan pengencer steril sehingga dihasilkan pengenceran 10-3 sampai pada pengenceran 10-6. Tiap-tiap pengenceran yang dipilih, dipipet secara aseptis sebanyak 1 mL sampel untuk dimasukkan ke dalam cawan petri steril secara duplo dan ditambahkan media agar

PCA (Plate Count Agar) steril sebanyak

10-15 mL. Setelah media agar membeku, cawan petri diinkubasi dengan posisi

terbalik pada inkubator suhu 370 C selama

2 hari. Penghitungan jumlah koloni dilakukan dengan menggunakan rumus :

Faktor pengenceran = pengenceran

awal x

pengenceran

selanjutnya x

jumlah yang ditumbuhkan.

Koloni per mL = jumlah koloni x

1/faktor pengenceran.

Uji Organoleptik

Uji perbedaan secara organoleptik terhadap warna, bau, dan tekstur terhadap daging ayam didasarkan pada skala

perbandingan yang ditransformasikan

menjadi skala numerik (Tabel 1).

Pengujian organoleptik pada panelis dilakukan dengan cara menyajikan 5 sampel daging ayam, masing-masing satu potongan daging yang telah diberi kode MKOF30 (P1) MKOF32 (P2), MKOF34 (P3), MKOF34 (P4), MKOF36 (P5).

Panelis yang digunakan dalam uji

organoleptik ini merupakan panelis agak terlatih sebanyak 15 orang sebagi ulangan. Tabel 1. Skala perbandingan dan skala numerik warna, aroma, dan tekstur dalam pengujian organoleptik

Skala Perbandingan Skala Numerik

Sangat Suka 1

Suka 2

Agak Suka 3

Agak Tidak Suka 4

Tidak Suka 5

Sangat Tidak Suka 6

Sumber : Soekarto (1985)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air

Nilai rata-rata kadar air daging ayam broiler yang direndam menggunakan mikrokapsul oleoresin fuli pala dan disimpan pada suhu ruangan dapat dilihat pada Tabel 1.

Hasil Analysis of Variance

menunjukkan bahwa perendaman daging ayam menggunakan mikrokapsul oleoresin

(5)

fuli pala pada daging ayam broiler menunjukkan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai kadar air daging

ayam broiler. Hasil uji Duncan

menunjukkan bahwa perlakuan

penyimpanan 0 hari sama dengan 2 hari dan 4 hari. Semua perlakuan yang dicobakan menunjukkan sama dengan tanpa penyimpanan. Tabel 1. Nilai rata-rata kadar air daging ayam broiler yang

direndam menggunakan mikrokapsul

oleoresin fuli pala dan disimpan pada suhu ruangan. Konsentrasi Mikrokapsul Oloeresin Fuli Pala Lama Penyimpanan Total Rerata 0 Hari 2 Hari 4 Hari

0 ppm 23.96a 23.48a 20.30a 67.74 22.58

50 ppm 24.76a 25.93a 20.16a 70.85 23.62

100 ppm 23.98a 24.47a 21.18a 69.63 23.21

150 ppm 23.96a 23.61a 22.05a 69.62 23.21

200 ppm 24.81a 23.36a 19.54a 67.71 22.57

Ket : superskrip yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05).

Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa nilai

kadar air daging ayam mengalami

penurunan pada penyimpanan hari ke-4.

Ini disebabkan oleh daging ayam

mengalami penyesuaian dengan

lingkungannya. Selama proses

penyimpanan dengan suhu ruangan

menggunakan plastik low density daging

ayam broiler akan mengalami proses penguapan. Penguapan ini terjadi karena tekanan uap dalam daging tidak sama

dengan tekanan uap disekitarnya.

Penguapan akan terus berlangsung selama sampai tercapainya kesetimbangan air yaitu pada saat tekanan uap dalam daging

ayam sama dengan tekanan uap

lingkungan sekitarnya (Effendi, 2009). Hal inilah yang menyebabkan penurunan nilai kadar air daging ayam pada penyimpanan

4 hari. Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi penurunan nilai kadar air daging ayam broiler yaitu penggunaan air untuk pertumbuhan mikroba. Hal ini

sejalan dengan pernyataan (Puspitasari et

al. 2013) bahwa penurunan nilai kadar air

dikarenakan air digunakan oleh mikroba untuk proses pertumbuhannya.

Aktivitas mikroba menyebabkan

bertambahnya nilai kadar air didalam

daging ayam broiler. Menurut

(Kasmadiharja. 2008) bahwa kadar air yang meningkat dipengaruhi oleh jumlah air bebas yang terbentuk dari aktivitas

mikroba. Menurut (Puspitasari et al.

2013), menyatakan bahwa pertumbuhan

mikroba pada fase tertentu akan

mengahasilkan senyawa bermolekul kecil yang banyak mengandung air. Semakin lama daging ayam broiler disimpan maka zat-zat yang terkandung didalam daging

akan terlepas keluar sehingga

menyebabkan bertambahnya air bebas. Hal ini sejalan dengan pendapat (Ressang, 1982), menyatakan bahwa daging yang terlalu lama disimpan akan menyebabkan terlepasnya air terikat menjadi air bebas. Dengan demikian, semakin lama daging

ayam disimpan akan menyebabkan

peningkatan nilai kadar air (Kasmadiharja, 2008).

Nilai pH

Nilai rerata pH daging ayam broiler yang direndam menggunakan mikrokapsul oleoresin fuli pala yang disimpan pada suhu ruangan dapat dilihat pada Tabel 2.Tabel 2. Nilai rerata pH daging ayam broiler yang direndam menggunakan mikrokapsul oleoresin fuli pala dan disimpan pada suhu ruangan.

Konsentrasi Mikrokapsul Oloeresin Fuli Pala Lama Penyimpanan Total Rerata 0 Hari 2 Hari 4 Hari

(6)

50 ppm 5.0a 6.6b 8.0a 19.6 6.53

100 ppm 5.5a 7.1b 7.6a 20.2 6.73

150 ppm 5.3a 7.3b 7.6a 20.2 6.73

200 ppm 5.1a 8.0c 8.0a 21.1 7.03

Ket : superskrip yang berbeda

menunjukkan perbedaan yang nyata

(P<0,05).

Nilai pH merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas daging baik secara fisik dan mikrobiologis sehingga sangat menentukan tingkat keawetan dan kualitasnya.

Tabel 2. Menunjukkan bahwa

perendaman menggunakan mikrokapsul oleoresin fuli pala daging ayam broiler menunjukkan perbedaan yang nyata pada konsentrasi 0 ppm dan 200 ppm dengan lama penyimpanan hari ke-2, tetapi tidak berpengaruh nyata pada penyimpanan hari ke -4.

Hasil penelitian pada Tabel 2. menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai pH pada daging ayam yang sudah direndam dengan mikrokapsul oleoresin fuli pala pada penyimpanan 2 hari dan 4 hari. Daging ayam broiler yang disimpan selama 5 hari sudah menunjukkan

tanda-tanda kerusakan daging dengan

munculnya lendir pada permukaan daging dan tekstur daging yang lunak serta bau yang tidak enak. Kerusakan daging ayam

ini terjadi karena adanya aktivitas

mikroba. Menurut (Arizona et al. 2011),

(Ginting et al. 2014) dan (Koswara, 2011)

bahwa nilai pH daging yang semakin tinggi disebabkan oleh mikroba yang mendeaminasi asam-asam amino dalam daging sehingga menghasilkan senyawa-senyawa bersifat basa.

Tabel 2. Menunjukkan kisaran pH

daging ayam broiler direndam

menggunakan mikrokapsul oleoresin fuli pala 5,00-8.00 hingga hari ke-4. Nilai pH ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian (Van Laack et, al, 2000) sebesar

5.96-6.07 dan hasil penelitian (Prayitno dan Suryanto, 2012) dimana pH daging ayam broiler tanpa perlakuan apapun adalah 6.11-6.25. Hasil penelitian ini lebih

tinggi dari hasil penelitian (Afrianti et al.

2013), dimana daging ayam broiler tanpa perlakuan apapun memiliki pH rata-rata 6.79 dalam rentang masa simpan 6 – 12 jam.

Nilai TPC daging ayam broiler

Nilai rataan total mikroba daging ayam broiler yang direndam menggunakan mikrokapsul oleoresin fuli pala pada suhu ruang (cfu/g) dapat dilihat pada tabel 3.

Pada Tabel 3. menunjukkan bahwa nilai total mikroba daging ayam

berbeda-beda pada setiap konsentrasi yang

dicobakan. Nilai tertinggi diperoleh

perlakuan konsentrasi 200 ppm pada

penyimpanan 4 hari dengan nilai

3.59x1010 koloni/g dan nilai terendah

diperoleh konsentrasi 150 ppm pada

penyimpanan 0 hari dengan nilai 2.40x107

koloni/g.

Pada tabel 3. menunjukkan bahwa

perendaman daging ayam broiler

menggunakan mikrokapsul oleoresin fuli pala memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,05) pada penyimpanan 0 hari dan 4 hari, tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) pada penyimpanan 2 hari terhadap nilai total mikroba daging ayam broiler.

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa konsentrasi mikrokapsul oleoresin fuli pala 0 ppm dan 100 ppm tidak berbeda

nyata tetapi berbeda nyata dengan

konsentrasi yang lainnya 50 ppm, 150 ppm dan 200 ppm. Konsentrasi 50 ppm berbeda nyata lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi 100 ppm, 150 ppm dan 200 ppm dan lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi 0 ppm. Konsentrasi

(7)

150 ppm dan 200 ppm berbeda nyata dengan konsentrasi lainya 0 ppm, 50 ppm dan 100 ppm terhadap total mikroba.Tabel 3. Nilai rataan total mikroba daging ayam yang direndam menggunakan mikrokapsul oleoresin fuli pala pada suhu ruang (cfu/g). Konsentrasi Mikrokapsu l Oloeresin Fuli Pala Lama Penyimpanan Total Rerata

0 Hari 2 Hari 4 Hari

0 ppm 7.27x10 7a 4.94x108a 1.02x10 10a b 1.08x1010 3.61 x109 50 ppm 7.67x10 7a 6.13x108a 2.04x10 10 b 2.11x1010 7.0 x109 100 ppm 3.27x10 7a 6.65x108a 2.67x109ab 3.37x1009 1.12 x109 150 ppm 2.40x10 7a 4.87x108a 3.31x1010c 3.36x1010 1.12 x1010 200 ppm 1.62x10 8b 5.16x108a 3.59x1010c 3.66x1010 1.22 x1010

Ket : superskrip yang berbeda

menunjukkan perbedaan yang nyata

(P<0,05).

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai total mikroba daging ayam yang direndam menggunakan mikrokapsul oleoresin fuli pala pada konsentrasi 100 ppm masa simpan 4 hari lebih rendah bandingkan dengan konsentrasi 0 ppm dan 50 ppm dihari yang sama dan pada konsentrasi 150 ppm masa simpan 2 hari juga menunjukkan total mikroba lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Perendaman daging ayam broiler menggunakan mikrokapsul oleoresin fuli pala dapat menghambat aktivitas mikroba dalam daging ayam broiler. Menurut beberapa penelitian yang mengatakan bahwa fuli pala mampu sebagai anti mikroba (Putra, 2007), (Rani dan Khullar 2004), anti bakteri (Oiye dan Muroki, 2002; Nanasombat dan Lohasupthawee, 2005), antioksidan (Jukie dkk., 2006 dan Olaleye dkk., 2006), menghambat radikal

bebas, anti kanker, antifungi,

anti-inflamatory (Bambang Kunarto, 2008). Fuli pala mengandung senyawa aktif

yaitu sabinene hexane, myristicin, phenol

dan metil eugenol sehingga mampu dalam

menghambat aktivitas mikroba. Senyawa aktif tersebut menghambat pertumbuhan

mikroba dengan cara meracuni

protoplasma, merusak membran sel

bakteri sehingga proses metabolisme sel akan terganggu (Conn dan Stumpf, 1976). Reaksi dengan membran sel terjadi karena komponen bioaktif dapat mengganggu dan mempengaruhi membran sitoplasma yang

mengakibatkan kebocoran intraseluler

sehingga menyebabkan lisis sel dan

denaturasi protein (Rahmawati et al.,

2015).

Menurut (Suliantri et al., 2008)

Senyawa aktif fuli pala berperan dengan

cara mengganggu perkembangan

transpeptidase peptidoglikan yang

menyebabkan sel mengalami lisis karena terganggunya pembentukan dinding sel. Kemampuan senyawa phenol sebagai

antimikroba yaitu dengan cara

menginaktifkan kemampuan menempel

bakteri dan mengkoagulasi protein

sehingga aktivitas enzim protease

terhambat (Cowan, 1999).

Data hasil penelitian pada tabel 3

menunjukkan bahwa dengan

bertambahnya waktu penyimpanan

menyebabkan peningkatan total mikroba dalam daging. Hal ini sesuai dengan

pernyataan (Ginting et al. 2014) bahwa

dengan bertambahnya waktu penyimpanan maka total mikroba pun akan semakin meningkat.

Dari hasil penelitian pada tabel 3 diatas juga menunjukkan perbedaan total mikroba setiap perlakuan yang dicobakan, hal ini dapat disebabkan oleh faktor eksternal seperti tingkat kebersihan rumah pemotongan hewan dan sanitasi peralatan. Menurut (Sukmawati, dkk. 2018) faktor kebersihan rumah potong hewan dan

sanitasi sangat mempengaruhi

perkembangan cemaran mikroba pada

(8)

mengkontaminasi daging ayam diketahui pada umumnya berasal dari saluran pencernaan dan feses ternak (D’Aoust, 2000; Sams, 2001).

Selain itu perbedaan jumlah koloni

mikroba tiap sampel juga dapat

dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan, baik pada waktu penyimpanan maupun

pada proses distribusinya. Menurut

(Lawrie, 2003) meningkatnya jumlah mikroorganisme pada suatu sampel juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

suhu, kelembapan, dan ketersediaan

oksigen. Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan mikroba, suhu normal atau suhu ruang adalah suhu yang paling baik untuk perkembangan mikroorganisme. Demikian halnya dengan

faktor kelembaban, dimana tingkat

kelembaban suatu lingkungan berbanding lurus dengan tingkat kecepatan tumbuh

mikroorganisme. Menurut (Buckle et

al.1987), ketersediaan oksigen dapat

dipengaruhi oleh kemasan plastik yang disimpan pada suhu ruang, seperti plastic jenis PE, sedangkan plastik jenis PP

menurut (Yanti et al., 2008) lebih efektif

atau lebih baik dibandingkan plastik jenis PE. Tempat penyimpanan daging yang higienis, tertutup dari udara bebas, serta pengaturan tingkat suhu dan kelembaban dapat mencegah dan mengurangi potensi kontaminasi mikroorganisme.

Batas maksimum cemaran mikroba pada daging ayam menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN) dalam SNI

7833 tahun 2009 yaitu 1 x 105 koloni/g.

Semua perlakukan yang dicobakan masih diatas batas maksimum Badan Standarisasi Nasional (BSN) dalam SNI 7833 tahun 2009 sehingga daging ayam broiler yang disimpan tidak layak untuk dikonsumsi.

Uji Organoleptik Warna Daging

Hasil pengamatan pada Tabel 4.

Menunjukkan bahwa konsentrasi

mikrokapsul oleoresin fuli pala tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap

warna daging ayam broiler. Data

menunjukkan tingkat kesukaan panelis terhadap warna daging berada pada kisaran angka 3 (agak suka) sampai 4 (agak tidak suka). Warna daging unggas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, bangsa, lingkungan kandang, lingkungan pemotongan, kondisi sebelum pemotongan, kondisi pemotongan dan penyimpanan, lemak intramuskular, kandungan air daging dan pakan yang

diberikan (Woelfel dkk., 2002; Froning,

1995; Northcutt, 2009), warna daging juga dipengaruhi oleh kadar air dan pH daging

(Qiao et al. 2001).

Aroma Daging

Data hasil pengamatan pada Tabel 4. Menunjukkan bahwa perendaman daging ayam menggunakan mikrokapsul oleoresin fuli pala tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05) terhadap aroma daging.

Penilaian panelis terhadap tingkat

kesukaan aroma daging berada pada kisaran angka 3 (agak suka) sampai 4 (agak tidak suka). Kandungan lemak yang banyak pada daging ayam memberikan aroma amis yang khas. Penelitian ini, uji

organoleptik dilakukan hanya

menggunakan indra penciuman.

Tekstur Daging

Data hasil pengamatan pada Tabel 4. Menunjukkan bahwa perendaman daging ayam menggunakan mikrokapsul oleoresin fuli pala tidak memberikan pengaruh yang

(9)

nyata (P>0.05) terhadap tekstur daging.

Penilaian panelis terhadap tingkat

kesukaan tekstur daging berada pada kisaran angka 3 (agak suka) sampai 4 (agak tidak suka). Menurut (Susanti 1991) perbedaan tekstur daging disebabkan oleh umur, aktivitas, jenis kelamin, dan pakan. Tabel 4. Uji organoleptik terhadap daging

ayam broiler yang direndam

menggunakan mikrokapsul

oleoresin fuli pala.

Konsentrasi Mikrokapsul Oleoresin Fuli

Pala

Warna Tekstur Aroma

0 ppm 3.89a 3.84a 3.98a 50 ppm 3.93a 3.60a 3.98a 100 ppm 3.56a 3.36a 3.98a 150 ppm 3.89a 3.71a 4.00a 200 ppm 3.96a 3.64a 4.00a

Ket : superskrip yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05).

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa perendaman daging ayam

menggunakan berbagai konsentrasi

mikrokapsul oleoresin fuli pala

mempengaruhi nilai kadar air dan mampu menurunkan nilai pH dan menghambat

aktivitas mikroba serta tidak

mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap warna daging, aroma dan tekstur daging ayam broiler.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini

dapat disarankan kepada penjual atau

penyedia daging ayam broiler untuk

meningkatkan praktek higienis dan

sanitasi sehingga kualitas daging ayam

broiler

dapat

ditingkatkan

dan

pencemaran mikroba daging broiler

dapat diminimalisasi

.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada LLDIKTI XI karena riset penulis dibiayai oleh hibah penelitian dosen pemula (PDP) dari LLDIKTI dengan kontrak nomor: 634/L11/KM/2019 pada tanggal 08 april 2019.

PUSTAKA

Afrianti, M., B. Dwiloka, B. E. Setiani. 2013. Total bakteri, pH dan kadar air

daging ayam broiler setelah

direndam dengan ekstrak daun

senduduk (Malestona

malabathricum L.) Selama Masa Simpan. Jurnal Pangan dan Gizi, 04(7): 49-56

Arizona, R., E. Suryanto dan Y. Erwanto. 2011. Pengaruh Konsentrasi Asap Cair Tempurung Kenari dan Lama

Penyimpanan terhadap Kualitas

Kimia dan Fisik Daging. Buletin Peternakan. 35:50-56

AOAC, 2005. Official Method of Analysis of the Association of Official

Analitycal Chemist. Benyamin

Franklin Station, Washington, D.C Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI:

7388:2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Bahan Makanan Asal Hewan. Jakarta Bambang Kunarto. 2008. Peningkatan

Daya Simpan Bandeng Presto

Menggunakan Mikrokapsul

Oleoresin Fuli Pala (Myristica

Fragrans Houtt). Fakultas

Teknologi Pertanian dan Peternakan. Universitas Semarang.

Buckle RA, Edward GH, Fleet M, Wooton M. 1987. Ilmu Pangan. (Penerjemah H. Purnomo Adiono). UI Press. Jakarta.

Conn, E. E., P. K. Stumpf. 1976. Outlines of Biochemistry. 4th Ed. New York. Cowan, M. M. 1999. Plant Products as

(10)

Microbiology Reviews 12 (4): 564– 582.

D’Aoust JY. 2000. The microbiologycal safety and quality of food. J Sci Food 1(2):13–17.

Efendi, E. 2000. Mikroenkapsulasi

Minyak Atsiri Jahe dengan

Campuran Gum Arab-Maltodekstrin dan Variasi Suhu Inlet Spray Dryer. Tesis Program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta.

Effendi, H. M. S.2009. Teknologi

Pengolahan dan Pengawetan

Pangan. Cetakan Kesatu. Penerbit : Alfabeta, CV. Bandung.

Froning, G.W. 1995. Color of Poultry

Meat. Poult. Avian Bio. Rev. 6.

Ginting, C., S. Ginting, dan I. Suhaidi. 2014. Pengaruh jumlah bubuk kunyit terhadap mutu tahu segar selama penyimpanan pada suhu ruang. J. Rekayasa Pangan dan Pert. 2(4) : 52-60.

Kasmadiharja, H. 2008. Kajian

Penyimpanan Sosis, Nuget Ayam dan Daging Ayam Berbumbu dalam Kemasa Polipropilen Rigid. Skripsi.

Fakultas Teknologi Pertanian.

Institut Pertanian Bogor. Bogor. Koswara, Sutrisno. 2011. Nilai Gizi,

Pengawetan dan Pengolahan Tahu. Produksi : eBook Pangan.

Lawrie. 2003. Ilmu daging. (Penerjemah A. Parakkasi dan Yudha A).

Universitas Indonesia Press,

Jakarta.Nanasombat S. dan P

Lohasupthawee. 2005. Antibacterial Activity of Crude Ethanolic Extracts and Essential Oils of Against

Salmonellae and Other

Enterobacteria. KMITL Sci. Tech.J. 5(3):527-538.

Northcutt, J.K. 2009. Factors Affecting

Poultry Meat Quality. The

University of Georgia Cooperative

Extension Service-College of

Agricultural and Environmental

Sciences- Departement of Poultry Science (Bulletin 1157). Pub. :

12/01/2009 http://en.engormix.com.

Olaleye, M. T., C. Afolabi, Akinmoladun

dan A.A.Akindahunsi. 2006.

Antioxidant properties of Myristica fragrans (Houtt) and its effect on selected organs of albino rats. African Journal of Biotechnology Vol. 5 (13): 1274-1278.

Puspitasari, I., Nuhriawangsa, A. M. P. Dan Swastike W. 2013. Pengaruh

Pemanfaatan Kunyit (Curcuma

domestica Val.) terhadap kualitas mikrobia dan fisiko-kimia daging Sapi. Tropical Animal Husbandry J.

2(1) : 58-64.

Qiao M, Fletcher D, Smith D, Northcutt J. 2001. The effect of broiler breast meat color on pH, moisture, water-holding capacity, and emulsification

capacity. Poult Sci 80(5):676-680.

Rani, R dan N. Khular. 2004.

Antimicrobial Evaluation of Some Medical Plants For Their Anti – Anteric Potential Against Multi

Drug Resistanct Salmonella typhi.

Phytother Res.18(8):670-673.

Rahmawati, N., E. Sudjarwo, E. Widodo.

2015. Uji aktivitas antibakteri

ekstrak herbal terhadap bakteri

Escherichia coli. Jurnal Ilmu Peternakan, 24(3):24-31.

Ressang, A. A., dan S. Karmas. 1989.

Ilmu Kesehatan Daging. Edisi

kedua. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sams RA. 2001. Poultry Meat Processing.

CRC Press. Texas.

Sukmawati. 2018. Total Microbial Plates

on Beef and Beef Offal. J

BioScience 2(1):22–28.

Suliantri, B. S. L. Jenie., M. T. Suhartono dan A. Apriyanto. 2008. Aktivitas

antibakteri ekstrak sirih hijau (Piper

betle L.) terhadap bakteri patogen. Jurnal Teknologi Industri Pangan. 19(1):1-7.

Susanti, S. 1991. Perbedaan Karakteristik

Fisiko- Kimiawi dan Histologi Daging Sapi dan Daging Ayam. Institut Pertanian Bogor.

(11)

Soeparno. 2011. Ilmu Nutrisi Gizi dan Daging. Jojga : Gadjah Mada University Press. Hal 30.

Sudibyo, A., Djubaedah, E., Suprapto dan

Nasyirudin, 1995. Studi

Mikroenkapsulasi Minyak atsiri

Lada Menggunakan Pengering

Semprot. Warta IHP Vol. 12, No 1-2, hal. 85-90.

Wagner, L. A. dan J. J. Warthesen, 1995.

Stability of Spray Dried

Incapsulated Carrot Carotenes. J. of Food Science 60(5):1048-1053.

Winarno F.G, 2007. Teknobiologi Pangan.

Mbrio Press. Bogor. 21-30.

Yanti H, Hidayati, Elfawati. 2008.

Kualitas daging sapi dengan

kemasan plastik PE (Polyethylen).

Woelfel R, Owens C, Hirschler E, Martinez-Dawson R, Sams A. 2002. The characterization and incidence of pale, soft, and exudative broiler meat in a commercial processing

Referensi

Dokumen terkait

• Apabila pada tanggal tersebut belum masuk, maka dianggap idak mengikui cabang olahraga

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah menghasilkan produk bahan ajar cetak pelengkap pembelajaran berbasis komunikasi visual bermuatan

Ini dibuktikan melalui data Forbes (2015) Pada tahun 2014 penjualan online Indonesia mencapai Rp 21 Triliun.. Akan tetapi belum ada data yang menunjukkan bahwa peningkatan

Program utama PPL yang berjudul “ Pendataan GTT/GTY dan PTT/PTY TK di Kabupaten Bantul di __Bidang Pendidikan Non _Formal Dinas Pendidikan Menengah dan __Non

Artikel yang diajukan ke Jurnal Farmasi Udayana belum pernah dipublikasikan sebelumnya (kecuali dalam bentuk abstrak atau sebagai bagian dari skripsi), tidak dalam

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

(1) Bupati melaksanakan pengawasan dalam penyelenggaraan pelayanan bidang sosial, Ketenagakerjaan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Lingkungan Hidup, Keluarga

Langkah-langkah dalam proses penelitian dan pengembangan dikenal dengan istilah lingkaran research dan development yang terdiri atas, (a) meneliti hasil penelitian