• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Profil Pasien STEMI yang dirawat di Ruang CVCU RSUP H. Adam Malik pada bulan Januari-Juli 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Profil Pasien STEMI yang dirawat di Ruang CVCU RSUP H. Adam Malik pada bulan Januari-Juli 2016"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Cut Farah Saufika

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 26 Januari 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Taman Setia Budi Indah blok GG no 6

Telepon : 082368077220

II. Riwayat Pelatihan

1. Tahun 1999-2001 : PG/TK Medina Medan

2. Tahun 2001-2007 : SD Harapan 2 Medan

3. Tahun 2007-2010 : SMP Harapan1 Medan

4. Tahun 2010-2013 : SMA Harapan 1 Medan

III. Riwayat Kepanitiaan

1. Anggota Administrasi Kesekretarian PORSENI FK USU tahun 2014

2. Koordinator Administrasi Kesekretarian porseni FK USU tahun 2015.

3. Anggota SOTR FK USU pada tahun 2013.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Hipertensi

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 18 52.9 52.9 52.9

Tidak 16 47.1 47.1 100.0

Total 34 100.0 100.0

Onset

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >12 jam 21 61.8 61.8 61.8

<12 jam 13 38.2 38.2 100.0

Total 34 100.0 100.0

Mortalitas

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid hidup 27 79.4 79.4 79.4

meninggal 7 20.6 20.6 100.0

(7)

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organisation, CardiovascularDisease, World Health Organisation; 2015.

2. Elizabeth G. Nabel, M.D., and Eugene Braunwald, M.D.N Engl J Med. A Tale of Coronary Artery Disease and Myocardial Infarction. January 2012: DOI: 10.1056: 366:54-63.

3. Riset Kesehatan Dasar. Situasi kesehatan jantung. Riset Kesehatan Dasar; 2013.

4. Fuster,at al. Hurst, The Heart Disease. 13th, 2011, Mc Graw Hill Publisher. 5. American Heart Association. Older Americans and Cardiovascular

Diseases-Statistics. American Heart Association. 2015. Available from :http://www.american heart.org/presenter.jhtml identifier_3000936

6. GW Heart and Vascular Institute. Anatomy and Function of the Heart Valves. GW Heart and Vascular Institute; 2016.

7. Rilantono, L.L. Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.

8. A Leslie Innasimuthu, MD, FACC. Heart and Vascular. 2013.

9. Siti Setiati, Idrus Alwi, Aru W. Sudoyo, Marcellus Simadibrata et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi ke-6. Jakarta: Interna Publishing; 2016. 1459-1460.

10. Steg PG, James SK, Atar D, Badano LP, Lundqvist CB, Borger MA, Di Mario C, Dickstein K, Ducrocq G, Fernandez-Aviles F, Gershlick AH. ESC Guidelines for the management of acute myocardial infarction in patients presenting with ST-segment elevation. European heart journal. 2012 Aug 23:ehs215.

11. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovascular Indonesia, 2014. Infark Miokard dengan Elevasi Segmen ST. Edisi ke-3.

12. Lilly, L.S., Pathophysiology of Heart Disease. Edisi 5. Lippincott Williams&Wilkins. Philadelphia; 2011. 161-162.

13. Katrisis, D.G., Gersh, B.J., and Camm, A.J., 2013. Acute Myocardial Infarction, p.177. In: Clinical CArdiology; Current Practice Guidelines, Oxford, Oxford University press.

14. Kasiman Sutomo. Nyeri Dada dari A sampai Z. Medan: Pustaka Bangsa; 2016. 48.

15. Liwang F and Wijaya I.P. Penyakit jantung koroner. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.

16. Abdul Wadud. Nstemi. 2016. Available from meddling :http://nstemi.org/stemi/

17. Coronary Heart Disease in-deth symptoms. A.D.A.M, 2013.

18. PERKI. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Edisi ke-3. Jakarta. Centra communications; 2014.

(8)

Europe Society of Cardiology. Eur Heart J 2012; 33: 2569-2619.

20. Harvey D. White: the Writing Group on behalf of the Joint ESC/ACCF/AHA/ WHF. Universal Definition of Myocardial Infarction. 2012: 60: 4.

21. Journal of the amarican college of cardiology. Therapy of STEMI. Journal of the amarican college of cardiology.

http://content.onlinejacc.org/data/journals/jac/23211/m_11087_gr4.jpeg

22. Septiani V, Anggadiredja K, Amalia L, Aprami TM. Identifikasi Kejadian dan Penanganan Reaksi Obat Merugikan pada Pasien Coronary Artery Disease ST-Segmen Elevation Myocardial Infarction di Cardiac Intensive Care Unit salah satu Rumah Sakit di Bandung Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi. 2014 Dec 8;2(2). 23. Wagyu EA. Gambaran Pasien Infark Miokard dengan Elevasi ST (STEMI)

yang dirawat di BLU RSUP PROF. DR. RD KANDOU MANADO periode Januari-Desember 2010 e-CliniC. 2013 Dec 11;1(3).

24. Basoor A, Cotant JF, Randhawa G, Janjua M, Badshah A, DeGregorio M, Halabi AR, Diaczok B, Patel KC, Stein P. High prevalence of obesity in young patients with ST elevation myocardial infarction. The American heart hospital journal. 2010 Dec;9(1):E37-40.

25. Zahara F, Syafri M, Yerizel E. Gambaran profil lipid pada pasien sindrom koroner akut di rumah sakit khusus jantung sumatera barat tahun 2011-2012. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014 May 1;3(2).

(9)
(10)
(11)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif yang memakai metodea

cross-sectional untuk melihat profil pasien-pasien STEMI yang dirawat di ruang CVCU

RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Januari-Juli 2015.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Adapun pertimbangan

peneliti dalam memilih lokasi tersebut dikarenakan pasien STEMI yang dirawat di

ruang CVCU RSUP H. Adam Malik Medan adalah rumah sakit tipe A yang

relatif banyak untuk dijadikan sampel penelitian.

Adapun pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan Agustus hingga

November 2016, dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian adalah seluruh pasien STEMI yang dirawat di ruang

CVCU RSUP H. Adam Malik Medan bulan Januari-Juli 2015.

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel penelitian ini adalah seluruh pasien STEMI yang tercatat

dalam rekam medis RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Januari-Juli

2015.Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan metode total

sampling yaitu dengan mengambil semua sampel penelitian. Selain itu, sampel

yang akan diambil harus memenuhi kriteria inklusi serta tidak termasuk dalam

(12)

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan sampel penelitian ini

adalah:

1. Kriteria Inklusi

a. Rekam medik pasien STEMI yang dirawat di ruang CVCU RSUP

H.AdamMalik pada bulan Januari-Juni 2015 yang lengkap.

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien dengan data rekam medik yang tidak lengkap.

b. Pasien dengan data rekam medik yang tulisannya tidak dapat

dibaca.

c. Pasien STEMI yang disertai dengan penyakit lainnya dan

keganasan.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Jenis penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang didapat peneliti

secara tidak langsung.Data ini diambil melalui rekam medik pasien STEMI yang

dirawat di ruang CVCU RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Januari-Juli

2015.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

4.5.1 Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. editing, dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan dari data-data yang

dikumpulkan.

2. coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data atau bilangan.

3. entry, yakni memasukkan data-data ke dalam program atau software

komputer.

4. cleaning, pengecekan kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan

(13)

4.5.2 Analisa Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah mengunakan program komputer

perangkat lunak. Hasil disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, tabel

tabulasi silang, serta diagram sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui

profil pasien STEMI yang dirawat di ruang CVCU RSUP H.Adam Malik pada

bulan Januari-Juli 2015.

4.6. Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi

Operational

1. STEMI Gejala karateristik

(14)

dirawat Medik  45-60

6. Hipertensi Peningkatan

(15)

9. Onset STEMI Sudah

berapa lama

terkena

serangan

pertama?

Rekam

Medik

 > 12 jam

 < 12 jam

Nominal

10. Mortalitas Angka

mortalitas di

rumah sakit

pada pasien

STEMI

Rekam

Medik

 Meninggal

 Hidup

(16)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Penelitian

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pembacaan data

rekam medis pasien dengan STEMI pada periode bulan Januari 2015 – Juli

2015.Data rekam medis yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa sehingga

didapatkan hasil penelitian seperti yang dipaparkan di bawah ini.

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, Kelurahan Kemenangan Tani,

Kecamatan Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara. Rumah sakit tersebut

merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.502/Menkes/SK/IX/1991 dan rumah sakit umum kelas A berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.335/Menkes/SK/VII/1990. Rumah sakit ini

juga merupakan pusat rujukan kesehatan bagi wilayah pembangunan A yang

meliputi Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan Aceh, sehingga

dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang beragam.

Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

menyimpan data rekam medis seluruh pasien yang dilayani di rumah sakit

ini.Data dalam penelitian ini berasal dari rekam medis yang disimpan dalam

instalasi tersebut.

5.1.2. Deskripsi karakteristik

Karakteristik yang digunakan untuk menjadi sampel dalam penelitian ini

adalah rekam medis pasien dengan STEMI di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik periode Januari 2015 – Juli 2015.Jumlah keseluruhan pasien STEMI

(17)

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase

Laki – laki 27 79,4%

Perempuan 7 20,6%

Total 34 100,0%

Berdasarkan Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa jumlah pasien laki – laki

dengan STEMI adalah sebanyak 27 orang (79,4%) dan perempuan sebanyak 7

orang (20,6%) dari keseluruhan sampel sebanyak 34 orang.

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Menurut Usia

Usia Frekuensi (n) Persentase

< 50 tahun 6 17,5%

51 – 60 tahun 13 38,2%

61 – 70 tahun 11 32,3%

> 70 tahun 4 11,7%

Total 34 100%

Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa jumlah pasien STEMI dengan

usia dibawah 50 tahun adalah sebanyak 6 orang (17,5%), diantara 51 hingga 60

tahun sebanyak 13 orang (38,2%), diantara 61 hingga 70 tahun sebanyak 11 orang

(32,3%), dan diatas 70 tahun sebanyak 4 orang (11,7%). Usia terendah pasien

dengan STEMI adalah 42 tahun, sedangkan yang tertinggi adalah 80 tahun. Rata –

rata usia pasien adalah 59 tahun dengan usia terbanyak 52 tahun.

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Menurut Suku

Suku Frekuensi (n) Persentase

Batak 30 88,2%

Jawa 2 5,9%

Aceh 2 5,9%

(18)

Berdasarkan Tabel 5.3. dapat dilihat bahwa jumlah pasien STEMI dengan suku

Batak adalah sebanyak 30 orang (88,2%), suku Jawa adalah sebanyak 2 orang

(5,9%), dan suku Aceh adalah sebanyak 2 orang (5,9%) dari keseluruhan sampel

sebanyak 34 orang.

5.1.3. Hasil analisa data

Tabel 5.4. Distribusi Pasien dengan STEMI Berdasarkan Status Merokok

Berdasarkan Tabel 5.4. dapat dilihat bahwa jumlah pasien STEMI yang

merokok sebanyak 15 orang (44,1%),dan tidak merokok sebanyak 19 orang

(55,9%).

Tabel 5.5. Distribusi Pasien dengan STEMI dengan Hipertensi

Berdasarkan Tabel 5.5. dapat dilihat bahwa jumlah pasien STEMI dengan

Hipertensisebanyak 18 orang (52,9%), dan tidak Hipertensi sebanyak 16 orang

(47,1%).

Status Merokok Frekuensi (n) Persentase

Ya 15 44,1%

Tidak 19 55,9%

Total 34 100%

Hipertensi Frekuensi (n) Persentase

Ya 18 52,9%

Tidak 16 47,1%

(19)

Tabel 5.6. Distribusi Pasien dengan STEMI dengan Dislipidemia

Berdasarkan Tabel 5.6. dapat dilihat bahwa jumlah pasien STEMI dengan

dislipidemia sebanyak 11 orang (32,4%), dan tidak Dislipidemia sebanyak 23

orang (67,6%).

Tabel 5.7. Distribusi Pasien dengan STEMI dengan Obesitas

Berdasarkan Tabel 5.7. dapat dilihat bahwa jumlah pasien STEMI dengan

obesitas yaitu 5 orang (14,7%), dan tidak obesitas yaitu 29 orang (85,3%).

Tabel 5.8. Distribusi Pasien dengan STEMI Berdasarkan Onset Serangan

Onset Frekuensi (n) Persentase

>12 jam 21 61,8%

<12 jam 13 38,2%

Total 34 100,0%

Berdasarkan Tabel 5.8. dapat dilihat bahwa jumlah pasien STEMI dengan

Onset >12 jam sebanyak 21 orang (61,8%), sedangkan dengan Onset < 12 jam

sebanyak 13 orang (38,2%).

Dislipidemia Frekuensi (n) Persentase

Ya 11 32,4%

Tidak 23 67,6%

Total 34 100%

Obesitas Frekuensi (n) Persentase

Ya 5 14,7%

Tidak 29 85,3%

(20)

Tabel 5.9. Distribusi Pasien dengan STEMI Berdasarkan Mortalitas

Berdasarkan Tabel 5.9. dapat dilihat bahwa jumlah pasien STEMI yang

tidak mengalami mortalitas di Rumah Sakit sebanyak 27 orang (79,4%) dan

meninggal di Rumah Sakit sebanyak 7 orang (20,6%).

5.2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Profil Pasien STEMI

yang di rawat di ruang CVCU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada

bulan Januari – Juli tahun 2015. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

terhadap data rekam medis pasien STEMI, diperoleh data sebanyak 34 sampel

dari Januari 2015 – Juli 2015 yang memenuhi kriteria inklusi.

Gambaran karakteristik sampel menurut jenis kelamin

Pada penggolongan sampel menurut jenis kelamin,jumlah pasien laki –

laki dengan STEMI adalah sebanyak 27 orang (79,4%) dan perempuan sebanyak

7 orang (20,6%) dari keseluruhan sampel sebanyak 34 orang.

Hasil yang serupa juga didapatkan pada penelitian lain yang pernah

dilakukan sebelumnya di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Vina Septiani

dkk,di salah satu rumah sakit di bandung tahun 2014 yang menunjukkan total

pasien dewasa yang didiagnosis menderita CAD STEMI adalah 53 pasien, dengan

jumlah pasien laki-laki lebih banyak dibandingkan pasien perempuan (45,28%).22

Gambaran karakteristik sampel menurut usia

Pada penggolongan sampel menurut Usiajumlah pasien STEMI dengan

usia dibawah 50 tahun adalah sebanyak 6 orang (17,5%), diantara 51 hingga 60 Mortalitas Frekuensi (n) Persentase

Hidup 27 79,4%

Meninggal 7 20,6%

(21)

tahun sebanyak 13 orang (38,2%), diantara 61 hingga 70 tahun sebanyak 11 orang

(32,3%), dan diatas 70 tahun sebanyak 4 orang (11,7%). Usia terendah pasien

dengan STEMI adalah 42 tahun, sedangkan yang tertinggi adalah 80 tahun. Rata –

rata usia pasien adalah 59 tahun dengan usia terbanyak 52 tahun.

Hasil yang serupa juga didapatkan pada penelitian lain yang pernah

dilakukan sebelumnya di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Edward

August Wahyu dkk. RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO pada tahun

2010 yang menunjukkan total pasien dengan umur kurang dari 40 tahun yaitu 4

pasien (4,82 %), pasien dengan umur 40-49 tahun yaitu 11 pasien (13,41 %),

pasien infark miokard yang berumur 50-59 tahun terdapat 27 pasien (31,32 %),

pasien infark miokard yang berumur 60-69 tahun terdapat 28 pasien (33,73 %)

dan pasien yang berumur lebih dari 70 tahun terdapat 13 pasien (15,66 %). 23

Gambaran karakteristik sampel menurut Suku

Pada penggolongan sampel menurut Suku dapat dilihat bahwa jumlah

pasien STEMI dengan suku Batak adalah sebanyak 30 orang (88,2%), suku Jawa

adalah sebanyak 2 orang (5,9%), dan suku Aceh adalah sebanyak 2 orang (5,9%)

dari keseluruhan sampel sebanyak 34 orang.

Gambaran distribusi frekuensi pasien STEMI Berdasarkan Status Merokok

Pada penggolongan sampel menurut hasil penelitian yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa jumlah pasien STEMI yang merokok sebanyak 15 orang

(44,1%),dan tidak merokok sebanyak 19 orang (55,9%).

Hasil yang serupa juga didapatkan pada penelitian lain yang pernah

dilakukan sebelumnya di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Edward

August Wahyu dkk. RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO pada tahun

2010 yang menunjukkan total pasien didapatkan bahwa merokok dapat memicu

(22)

Gambaran distribusi frekuensi pasien STEMI dengan Hipertensi

Pada penggolongan sampel menurut Hipertensi bahwa jumlah pasien

STEMI dengan Hipertensisebanyak 18 orang (52,9%), dan tidak Hipertensi

sebanyak 16 orang (47,1%).

Hasil yang serupa juga didapatkan pada penelitian lain yang pernah

dilakukan sebelumnya di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Rembek M

dkk.di universitas Kedokteran Lodz, Poland, Departemen Kardiologi pada tahun

2010 yang menunjukkan total pasien STEMI adalah 366 orang dimana 234 orang

dengan riwayat hipertensi (63,9%) dan tidak ada riwayat hipertensi sebanyak 132

orang (36,1%).26

Gambaran distribusi frekuensi pasien STEMI denganDislipidemia

Pada penggolongan sampel menurut Kolestrol menunjukkan bahwa

jumlah pasien STEMI dengan Dislipidemia sebanyak 11 orang (32,4%), dan

tidak Disipidemial sebanyak 23 orang (67,6%).

Hasil yang serupa juga didapatkan pada penelitian lain yang pernah

dilakukan sebelumnya di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Zahara

dkk.di Rumah Sakit Khusus Jantung Sumbar pada tahun 2011 yang menunjukkan

total pasien STEMI dengan kadar kolestrol LDL tinggi sebanyak 44 orang

(44,9%) dan tidak kolestrol sebanyak 54 orang (55,1%). 25

Gambaran distribusi frekuensi pasien STEMIdengan Obesitas

Pada penggolongan sampel menurut Obesitas dapat dilihat bahwa jumlah

pasien STEMI dengan obesitas yaitu 5 orang (14,7%), dan tidak obesitas yaitu 29

(85,3%).

Hasil yang berbeda didapatkan pada penelitian lain yang pernah dilakukan

sebelumnya di Amerika. Penelitian yang dilakukan oleh Basoor Adkk.di St.

Joseph Mercy Oakland hospital pada tahun 2011 didapati persentase pasien

(23)

Gambaran distribusi frekuensi pasien STEMI berdasarkan onset serangan

Pada penggolongan sampel menurut onset serangan dapat dilihat bahwa

jumlah pasien STEMI dengan Onset >12 jam sebanyak 21 orang (61,8%),

sedangkan dengan Onset < 12 jam sebanyak 13 orang (38,2%).

Hasil yang serupa juga didapatkan pada penelitian lain yang pernah

dilakukan sebelumnya di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Edward

August Wahyu dkk. RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO pada tahun

2010 yang menunjukkan total pasien infark Miokard dengan Elevasi ST (STEMI)

berdasarkan onset serangan (jam). Pada infark miokard dengan onset serangan 0

sampai dengan 3 jam didapatkan pada 11 pasien (13,25%) yang dirawat, pada

infark miokard dengan onset serangan 4 sampai 6 jam didapatkan sebanyak 9

pasien (10,84%), pada infark miokard dengan onset serangan 7 sampai 9 jam

didapatkan sebanyak 11 pasien (13,25%), pada infark miokard dengan onset

serangan 10 sampai 12 jam didapatkan sebanyak 7 pasien (8,43%) dan pada infark

miokard dengan onset serangan lebih dari 12 jam didapatkan sebanyak 45 pasien

(54,22%). 23

Gambaran distribusi frekuensi pasien STEMI berdasarkan Mortalitas

Pada penggolongan sampel menurut mortalitas dapat dilihat bahwa jumlah

pasien STEMI yang mengalami mortalitas di Rumah Sakit sebanyak sebanyak 7

orang (20,6%) dan yang tidak mengalami mortalitas di Rumah Sakit sebanyak 27

orang (79,4.%)

Hasil yang serupa juga didapatkan pada penelitian lain yang pernah

dilakukan sebelumnya di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Rembek M

dkk.di universitas Kedokteran Lodz, Poland, Departemen Kardiologi pada tahun

2010 yang menunjukkan pasien yang berhasil bertahan hidup di Rumah Sakit

(24)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian

ini, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Proporsi pasien laki - laki dengan STEMI lebih tinggi daripada

perempuan, dengan proporsi 79,4% dan 20,6%.

2. Usia terendah pasien dengan STEMI adalah 42 tahun, sedangkan

yang tertinggi adalah 80 tahun. Rata – rata usia pasien adalah 59

tahun dengan usia terbanyak 52 tahun.

3. Proporsi pasien STEMI dengan suku Batak adalah sebanyak 30

orang (88,2%), suku Jawa adalah sebanyak 2 orang (5,9%), dan suku

Aceh adalah sebanyak 2 orang (5,9%)

4. Proporsi pasien STEMI yang merokok sebanyak 15 orang

(44,1%),dan tidak merokok sebanyak 19 orang (55,9%).

5. Proporsi pasien STEMI dengan Hipertensisebanyak 18 orang

(52,9%), dan tidak Hipertensi sebanyak 16 orang (47,1%).

6. Proporsi pasien STEMI dengan Dislipidemia sebanyak 11 orang

(32,4%), dan tidak Dislipidemia sebanyak 23 orang (67,6%).

7. Proporsi pasien STEMI dengan obesitas yaitu 5 orang (14,7%), dan

tidak obesitas yaitu 29 (85,3%).

8. Proporsi pasien STEMI dengan Onset >12 jam sebanyak 21 orang

(61,8%), sedangkan dengan Onset <12 jam sebanyak 13 orang

(38,2%).

9. Proporsi pasien STEMI dengan kejadian mortalitas di Rumah Sakit

sebanyak 7 orang (20,6%) dan yang tidak mengalami mortalitas di

(25)

6.2. Saran

Saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini antara lain:

1. Kepada tenaga medis agar terus meningkatkan pelayanan terhadap

pasien, khususnya pasien STEMI agar dapat menurunkan angka

mortalitas di Rumah Sakit.

2. Kepada masyarakat agar faktor-faktor resiko yang dijumpai

sebaiknya disosialisasikan lebih lanjut dengan harapan dapat

menurunkan angka kejadian STEMI.

3. Kepada peneliti agar penelitian mengenai bidang ini sebaiknya terus

dikembangkan agar pengetahuan mengenai gejala dan terapi dari

penyakit ini dapat terus bertambah dan relevan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga

aplikasinya dapat bermanfaat bagi masyarakat.

4. Kepada pihak rumah sakit agar melakukan pencatatan data pasien

secara lengkap sehingga bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi pembuluh darah koroner

Gambar 2.1 Anatomi Pembuluh Darah Koroner 6

Pada gambar 2.1 dapat dilihat ada 2 arteri koroner utama yaitu arteri koroner

kanan dan kiri. Arteri koroner kiri, terbagi menjadi left anterior descending artery

dan circumflex artery, arteri - arteri ini mensuplai darah ke ventrikel kiri dan

atrium kiri jantung. Arteri koroner kanan, terbagi menjadi right posterior

descending artery dan acute marginal artery, arteri - arteri ini mensuplai darah ke

ventrikel kanan, atrium kanan jantung dan sinoatrial node (sekelompok sel di

dinding atrium kanan yang mengatur laju irama jantung).6

(27)

otot jantung, yaitu:

1. Circumflex Artery

Circumlex artery adalah cabang dari arteri koroner kiri dan

mengelilingiotot jantung.Arteri ini mensuplai darah ke bagian belakang

jantung.

2. Left anterior descending artery

Left anterior descending artery adalah cabang dari arteri koroner kiri dan

mensuplai darah ke bagian depan jantung.

2.2 Definisi Sindroma Koroner Akut

Sindroma koroner akut adalah gangguan aliran darah koroner parsial hingga total

ke miokard secara akut. Berbeda dengan angina pektoris stabil (APS), gangguan

aliran darah ke miokard pasa sindroma koroner akut bukan disebabkan oleh

penyempitan yang statis namun terutama akibat pembentukan trombus dalam

arteri koroner yang sifatnya dinamis.7

2.3 Epidemiologi Sindroma Koroner Akut

Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner diIndonesia

tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan

berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar

2.650.340 orang. Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita

penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak

160.812 orang (0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki jumlah

penderita paling sedikit, yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%). Berdasarkan

diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak

terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%), sedangkan

jumlah penderita paling sedikit ditemukan di Provinsi Papua Barat, yaitu

(28)

2.4 Klasifikasi Sindroma Koroner Akut

Sindroma koroner akut (SKA) lebih lanjut dapat di klasifikasikan menjadi ST

- segment Elevation Myocardial Infract (STEMI) dan Non ST - segment Elevation

Myocardial Infract (NSTEMI);Unstable Angina (UA).8

2.5 Definisi STEMI

STEMI adalah sindroma yang didefinisikan oleh gejala karateristik dari Iskemik

miokard dimana pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan elevasi

segmen ST dan keluarnya biomarker yang merupakan hasil dari nekrosis

miokard.5

2.6 Etiologi STEMI

Beberapa faktor yang dapat menimbulkan ST Elevation (STEMI) :5

1. penyempitan arteri koroner non sklerotik

2. penyempitan aterosklerotik

3. trombus

4. plak aterosklerotik

5. lambatnya aliran darah di daerah plak atau viserasi plak

6. peningkatan kebutuhab oksigen miokardium

7. penyempitan arteri oleh karena perlambatan jantung selama tidur

2.7 Faktor Risiko

Menurut American Heart Association’s factor resiko Sindroma Koroner Akut

(SKA) dibagi menjadi 2. Faktor risiko yang tidak dapat diubah (nonmodifiable

risk factor)seperti ; Umur, jenis kelamin, ras dan keturunan. Sedangkan faktor

risiko yang dapat diubah (modifiable risk factor) seperti ; riwayat merokok,

(29)

2.7.1 Non modifiable risk factor

1. Usia

Risiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat dengan

bertambahnya umur, diatas 45 tahun pada pria dan diatas 55 tahun

pada wanita. Dengan riwayat keluarga yang memiliki penyakit

jantung juga merupakan faktor risiko, termasuk penyakit jantung pada

ayah dan saudara pria yang didiagnosa sebelum umur 55 tahun, dan

pada ibu atau saudara perempuan yang didiagnosa sebelum umur 65

tahun. 9

2. Jenis kelamin

Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi dari pada perempuan.Walaupun

setelah menopause, tingkat kematian perempuan akibat penyakit

jantung meningkat, tapi tetap tidak sebanyak tingkat kematian

laki-laki akibat penyakit jantung.5

3. Ras/Suku

Insidensi kematian pada PJK pada orang Asia yang tinggal di inggris

lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk lokal, sedangkan angka

yang rendah terdapat pada ras Apro-Karibia.

2.7.2 Modifiable risk factor

1. Merokok

Peran rokok dalam PJK, antara lain menimbulkan aterosklerosis,

peningkatan trombogenesis dan vasokontriksi, peningkatan tekanan

darah, pemicu aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen

(30)

batang rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan resiko 2-3

kali dibandingkan individu yang tidak merokok.Hal tersebut dapat

terjadi karena rokok mengandung nikotin dan karbon monoksida yang

dapat mengurangi HDL dalam darah dan meningkatkan LDL dalam

darah sehingga merusak dinding arteri.11

2. Hipertensi

Hipertensi menyebabkan peningkatan afterload yang secara tidak

langsung akan meningkatkan beban kerja jantung. Kondisi seperti ini

akan memicu hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi dari

meningkatnya afterload yang pada akhirnya meningkatkan kebutuhan

jantung. 12

3. Kolestrol LDL

Kolestrol merupakan prasyarat terjadi penyakit koroner pada jantung.

Kolestrol akan berakumulasi di lapisan intima dan media pembuluh

arteri koroner. Jika hal tersebut terus berlangsung, maka akan

terbentuk plak sehingga pembuluh arteri koroner yang mengalami

inflamasi atau terjadi penumpukan lemak akan mengalami

aterosklerosis. 13

4. Obesitas

Pada umumnya, obesitas cenderung meningkatkan kadar kolestrol

total dan trigliserida dan menurunkan kadar HDL.

(31)

2.8 Patofisiologi

STEMI umumnya disebabkan penurunan atau berhentinya aliran darah secara

tiba-tiba akibat oklusi trombus pada arteri koroner yang sudah mengalami

arterosklerosis. Pada kebanyakan kasus, proses akut dimulai dengan ruptur atau

pecahnya plak aterotoma pembuluh darah koroner, dimana trombus mulai timbul

pada lokasi ruptur dan menyebabkan oklusi arteri koroner, baik secara total atau

parsial. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak atau penipisan fibrous

cap yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi

trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Faktor-faktor seperti usia, genetik, diet,

merokok, diabetes mellitus tipe II, hipertensi, dan inflamasi menyebabkan

disfungsi dan aktivasi endotelial. Pemaparan terhadap faktor-faktor di atas

menyebabkan injury bagi sel endotelial.Akibat disfungsi endotel, sel-sel tidak

dapat lagi memproduksi molekul vasoaktif seperti nitric oxide.Pasokan oksigen

yang berhenti selama kira-kira 20 menit dapat menyebabkan nekrosis pada

miokardium.14

Menurut American Heart Association, tipe plak atherosclerosis diklasifikasikan

dengan tampilan klinis dan histologi.

1. Tipe I (lesi awal)

Terdiri dari makrofag dan sel busa, berlaku pada dekade pertama dan

asimptomatik.

2. Tipe II (fatty streak)

Terdiri dari akumulasi lipid, berlaku pada dekade pertama, dan

asimptomatik.

3. Tipe III

Sedikit berbeda dari tipe II.Terdiri dari kumpulan lipid ekstraseluler,

(32)

4. Tipe IV (atheroma)

Intinya terdiri dari lipid ekstraseluler dan berlaku pada dekade

ketiga.Pada awalnya asimptomatik dan menjadi simptomatik.

5. Tipe V (fibroatheroma)

Berinti lipid dan terdapat lapisan fibrosis, atau beinti lipid multiple dan

lapisan fibrosis atau terdiri dari kalsifikasi terutama atau

fibrosis.Terdapat pertumbuhan otot polos dan kolagen.Biasanya berlaku

pada dekade keempat dan bisa simptomatik atau asimptomatik.

6. Tipe VI (complicate lesion)

Adanya defek permukaan,hematoma-hemorrhage, dan trombus.

Biasanya berlaku pada dekade keempat dan bisa simptomatik atau

asimptomatik.12

Klasifikasi Universal Miokard Infark :

1. Tipe 1 (Infark miokard yang spontan)

Miokard Infark yang spontan dengan ruptur nya plak ateroskelrosis,

ulserasi, erosi attua pembedahan yang menghasilkan intraluminal

trombus salam satu atau lebih pembuluh darah koroner yang mengarah

ke penurunan aliran darah mikardial atau terjadinya emboli trombus di

distal.

2. Tipe 2 (Penyakit sekunder dari miokard infra yang menyebabkan

iskemik)

Dalam kasus infart miokard dyngan nekrosis dimana kondisi selain

penyakit jantung koroner berkontribusi ke tidak seimbangan antara supla

dan kebutuhan.Contoh : Disfungsi endothelium koroner, emboli

koroner, aritmia, anemia, gala nafas, dll.

3. Tipe 3 (Miokard Infark yang menyebabkan kematian ketika ke tidak

adanya nilai biomarker)

4. Tipe 4a (Miokard Infark yang berkaitan dengan percutaneous coronary

intervention (PCI)

5. Tipe 4b (Miokard Infark yang berkaitan dengan stent thrombosis)

(33)

grafting (CABG)).20

2.9 Diagnosa

2.9.1 Anamnesis

Diagnosa STEMI menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut ditemukan pada pasien

dengan ada penyakit arterosklerosis non koroner, diketahui mempunyai PJK dan

atas dasar pernah mengalami infark miokard / bedah pintas koroner / IKP,

mempunyai faktor risiko ( umur, hipertensi, merokok, dislipidemia, DM, riwayat

PJK dini dalam keluarga ). Keluhan pasien dengan iskemi dapat berupa nyeri dada

yang tipikal seperti rasa terbakar, tertekan atau berat pada daerah retrosternal, dan

menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, area inters kapular, bahu atau epigastrium.

Keluhan ini dapat berlangsung intermiten atau persisten ( lebih dari 20 menit ).

Keluhan sering disertai mual atau muntah, nyeri abdominal, sesak napas, sinkop

dan diaphoresis.15

2.9.2 Pemeriksaan Fisik

Pasien dengan gejala yang sedang berlangsung biasanya berbaring diam di tempat

tidur dan pucat dan mengeluarkan keringat.

Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai :

 Umum : kecemasan, sesak, keringat dingin, tekanan darah < 80 - 90 mmHg, HR : takikardia, RR meningkat, suhu badan

tinggi dalam 24 - 48 jam.

 Leher : normal atau sedikit peningkatan TVJ.

 Jantung : S1 lemah, S4 dan S3 gallop, keterlambatan pengisian kapiler.

 Paru : mengi dan rongki bila terdapat gagal jantung.

 Ekstremitas : normal atau dingin.16

2.9.3 Elektrokardiografi

Diagnosis pada ST Elevation (STEMI) ditegakkam berdasarkan EKG yaitu

adanya elevasi segmen ST > 1 mm pada sadapan ekstremitas dan > 2 mm pada

sadapan prekordial. Sebagian besar pasien dengan presentasi awal elevasi segmen

(34)

didiagnosis infark miokard gelombang Q. Jika obstruksi trombus tidak total,

obstruksi bersifat sementara atau ditemukan banyak kolateral, biasanya tidak

ditemukan elevasi segmen ST. Pasien tersebut biasanya mengalami angina

pektoris tak stabil atau NSTEMI.

Gelombag yang diukur EKG merupakan hasil dari pola kontraksi dan

relaksasi dari berbagai bagian jantung. Gelombang khusus yang terlihat dalam

EKG dinamakan dengan huruf, yaitu :

a)Gelombang P, berhubungan dengan kontraksi atrium

b)Gelombang QRS, berhubungan dengan kontraksi ventrikel

c)Gelombang T dan U, gelombang yang mengikuti kontraksi ventrikel

Gelombang ST yang elevasi mencemirkan arteri di jantung tersumbat dan

mengalami ketebalan.17

Gambar 2.2 ST-Elevasi Miokard Infark 13

2.9.4 Biomarker

Pertanda (biomarker) kerusakan jantung yang dianjurkan untuk diperiksa

adalah creatinine kinase (CK-MB) dan troponin I/T dan dilakukan secara serial.

Troponin T harus digunakan sebagai penanda optimal untuk pasien STEMI yang

disertai kerusakan otot skeletal, karena pada keadaan ini juga akan di ikuti

peningkatan CK-MB.

(35)

puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari. Operasi

jantung, miokarditis dan kardioversi elektrik dapat meningkatkan CKMB.

b)Troponin T : enzim ini meningkat setelah 2 jam bila infark miokard dan

mencapai puncak dalam 10-24 jam dan masih dapat dideteksi

setelah 5-14 hari.

c)Pemeriksaan lainnya : mioglobin, creatinine kinase dan lactic

dehidrogenase. 4

2.10 Penatalaksanaan

2.10.1 Tindakan Umum dan Langkah Awal

1. Tirah baring.

2. Suplemen Oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi

oksigen < 95% atau mengalami distres respirasi. Suplemen oksigen dapat

diberikan pada semua pasien SKA dalam 6 jam pertama, tanpa

mempertimbangkan saturasi oksigen aspirin.

3. Nitrogliserin tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada yang masih

berlangsung, jika nyeri dada tidak hilang bisa diulang sampai 3 kali.

4. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada pasien tanpa komplikasi.

5. Clopidogrel dengan dosis awal 300 mg.

6. Morfin sulfat 1-5 mg IV, dapat diulang 10-30 menit bagi pasien yang tidak

responsif. 11

2.10.2 Terapi Reperfusi

Terapi reperfusi pada IMA-ST dapat dilakukan dengan beberapa upaya yaitu

dengan intervensi koroner primer (IKP), pemberian fibrinolitik dan juga rescue

PCI. Terapi reperfusi wajib dalam 12 jam pertama setelah awitan nyeri dada.

(36)

Gambar 2.3 Terapi Reperfusi21

Jenis-jenis obat fibrinolitik adalah :

1.Streptokinase

Regimen 1,5 juta unit dilarutkan dalam 100 NaCl 0,9% atau dekstrose 5%

diberikan dalam 1 jam.Terapi dinyatakan berhasil bila dijumpai VES

(ventricular extrasystole) pada pantauan elektrokardiografi yang

menandakan lisisnya tromboemboli.

2. Tissue Plasminogen Activator (tPA)

Penggunaan tPA harus dipertimbangkan pada pasien-pasien yang

telah mendapatkan streptokinase dalam 2 tahun terakhir, alergi terhadap

streptokinase, hipotensi (TDS < 90 mmHg). Dosisnya 15 mg IV bolus

dilanjutkan 0,75 mg/kgBB selama 30 menit, kemudian 0,6 mg/kgBB

(37)

2.11 Prognosis

Terdapat beberapa sistem dalam menentukan prognosis pasca miokardium akut

(IMA).Prognosis IMA dengan melihat derajat disfungsi ventrikel kiri secara klinis

dinilai menggunakan klasifikasi Killip.19

Tabel 2.1 Klasifikasi Killip

(38)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular adalah istilah umum untuk penyakit yang mempengaruhi

jantung atau bagian lain dari sistem vaskular dalam tubuh.Contoh penyakit

kardiovaskular adalah penyakit jantung koroner, gagal jantung dan penyakit arteri

perifer.Penyakit kardiovaskuler adalah salah satu penyebab utama kematian

global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 17,5 juta

orang di seluruh dunia meninggal karena penyakit jantung pada tahun 2012, yang

merupakan 31 % dari jumlah total kematian.1

Penyakit kardiovaskular yang menyerang arteri koroner jantung sering disebut

Penyakit Jantung Koroner (PJK).Pembuluh darah koroner merupakan pembuluh

darah yang mengantarkan oksigen dan nutrisi untuk otot jantung agar dapat

berfungsi dengan baik.Infark miokard adalah merupakan salah satu manifestasi

utama dari Penyakit Jantung Koroner (PJK).Infark miokard terjadi ketika aliran

pembuluh darah koroner tiba-tiba terganggu sampai dengan terhenti dan

menyebabkan penurunan suplai darah ke otot jantung sehingga berakibat

kerusakan pada otot jantung.2

Pada tahun 2011, sekitar 478.000 pasien di Indonesia didiagnosa dengan penyakit

jantung koroner.Berdasarkan RISKESDAS 2013, prevalensi penyakit jantung

koroner di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447

orang, sedangkan berdasarkan diagnosis 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340

orang. Berdasarkan RISKESDAS 2013, estimasi jumlah penderita penyakit

jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812

orang (0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki jumlah penderita paling

sedikit, yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%). Berdasarkan diagnosis/gejala,

estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi

Jawa Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%), sedangkan jumlah penderita paling

(39)

Infark miokard, yang umumnya dikenal sebagai serangan jantung, merupakan

nekrosis ireversibel dari otot jantung yang terjadi akibat iskemik yang

berkepanjangan.Selanjutnya terjadi ketidakseimbangan suplai oksigen dengan

kebutuhan jaringan, keadaan ini diakibatkan ruptur plak dan pembentukan

trombus yang menyebabkan berkurangnya suplai darah ke otot jantung.4

Sindroma koroner akut (SKA) lebih lanjut dapat di klasifikasikan menjadi ST

- segment Elevation Myocardial Infract (STEMI) dan Non ST - segment Elevation

Myocardial Infract (NSTEMI), dan Unstable Angina (UA). STEMI sering

menimbulkan kematian mendadak, sehingga merupakan suatu kegawatdaruratan

yang membutuhkan tindakan medis secepatnya.STEMI adalah sindroma yang

didefinisikan oleh gejala karateristik dari Iskemik miokard dimana pemeriksaan

Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan elevasi segmen ST dan peningkatan

biomarker yang merupakan hasil dari nekrosis miokard.5

Menurut American Heart Association’s 2015 faktor resiko Sindroma Koroner

Akut (SKA) dibagi menjadi 2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

(nonmodifiable risk factor) seperti ; Umur, jenis kelamin, ras dan keturunan.

Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah (modifiable risk factor) seperti ;

riwayat merokok, kolestrol, hipertensi, obesitas.

Saat ini, terjadi peningkatan prevalensi kejadian STEMI dari 25% ke 40%

dari presentasi infark miokard.3 Mengetahui gambaran karakteristik, prevalensi,

sosiodemografi, onset dan faktor resiko pasien STEMI sangat penting untuk

menyusun strategi pencegahan dan menurunkan angka kejadian STEMI di masa

depan. Untuk itu, penulis tertarik mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana

gambaran profil pasien STEMI yang dirawat di ruang CVCU RSUP H. ADAM

MALIK pada bulan Januari - Juli 2015.Adapun pertimbangan peneliti dalam

memilih lokasi tersebut dikarenakan pasien STEMI yang dirawat di ruang CVCU

RSUP H. Adam Malik Medan adalah rumah sakit tipe A yang merupakan rumah

(40)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran profil pasien STEMI yang dirawat di ruang CVCU

RSUP H. ADAM MALIK pada bulan Januari - Juli 2015 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran profil pasien STEMI yang dirawat di ruang

CVCU RSUP H. ADAM MALIK pada bulan Januari - Juli 2015?

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui gambaran sosiodemografi pada pasien STEMI yang

dirawat di ruang CVCU RSUP H. ADAM MALIK pada bulan Januari

- Juli 2015.

2. Untuk mengetahui gambaran faktor risiko pada pasien STEMI yang

dirawat di ruang CVCU RSUP H. ADAM MALIK pada bulan Januari

- Juli 2015.

3. Untuk mengetahui gambaran onset kejadian pada pasien STEMI yang

dirawat di ruang CVCU RSUP H. ADAM MALIK pada bulan Januari

- Juli 2015.

4. Untuk mengetahui angka mortalitas di rumah sakit pada pasien STEMI

yang dirawat di ruang CVCU RSUP H. ADAM MALIK pada bulan

(41)

1.4 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:

1. Bagi peneliti, berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan

gambaran profil pasien STEMI yang dirawat di ruang CVCU RSUP H.

ADAM MALIK pada bulan Januari - Juli 2015

2. Bagi pembaca, berguna untuk menambah informasi dan menambah data

dasar mengenai gambaran profil pasien STEMI yang dirawat di ruang

CVCU RSUP H. ADAM MALIK pada bulan Januari - Juli 2015.

3. Bagi masyarakat, dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk

tindakan pencegahan dan pengobatan yang lebih dini, tepat, dan efisien.

(42)

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit kardiovaskular adalah istilah umum untuk penyakit

yang mempengaruhi jantung atau bagian lain dari sistem vaskular dalam tubuh.

Penyakit kardiovaskular yang menyerang arteri koroner jantung sering disebut

Penyakit Jantung Koroner (PJK).Infark miokard adalah merupakan salah satu

manifestasi utama dari Penyakit Jantung Koroner (PJK).STEMI adalah sindroma

yang didefinisikan oleh gejala karateristik dari Iskemik miokard dimana

pemeriksaan EKG menunjukkan elevasi segmen ST dan peningkatan biomarker

yang merupakan hasil dari nekrosis miokard.

Metode : Penelitian ini mengunakan metode deskriptif dengan pendekatan sekat

lintang (cross sectional). Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2016 di

RSUP. H. Adam Malik Medan.Pada penelitian ini digunakan teknik pengambilan

sampel, yaitu total sampling dengan jumlah keseluruhan sampel 34 orang. Data

dikumpulkan dengan cara melihat rekam medis pasien.

Hasil : Dari 34 orang responden terdapat jumlah pasien terbanyak adalah

laki-laki sebanyak 27 orang (79,4%), jumlah pasien usia terbanyak adalah yang

berusia 52 tahun, jumlah pasien terbanyak bersuku batak sebanyak 30 orang

(88,2%), jumlah pasien yang obesitas sebanyak 5 orang (14,7%), yang merokok

sebanyak 15 orang (44,1%), yang hipertensi sebanyak 18 orang (52,9%), yang

dislipidemia sebanyak 11 orang (32,4%), jumlah pasien dengan onset >12 jam

sebanyak 21 orang (61,8%) dan jumlah pasien yang mengalami mortalitas di

rumah sakit sebanyak 7 orang (20,6%).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipertensi

merupakan faktor risiko utama dari STEMI, untuk itu perlu perhatian khusus

pada pasien-pasien hipertensi untuk tindakan pencegahan dan pengobatan yang

lebih dini, tepat, dan efisien.

(43)

ABSTRACT

Background : Cardiovascular disease is a general term for disease that affect the

heart or any other part of the vascular system in the body. Cardiovascular disease

is one of the main manifestations of Coronary Heart Disease. STEMI is a

syndrome that defined by the characteristics of the symptoms of Myocardial

Infarction which EKG examinations shows ST Segments elevation and cardiac

biomarkers, that result of necrosis infarction.

Methods :This research is descriptive in cross sectional method. This research

was conducted in September 2016 in RSUP.H. Adam Malik Medan. This research

uses consecutive sampling technique with 34 respondents. All datas were

collected by reviewing patients’s medical records.

Results : Of 34 respondents, the largest incidence rate of male amount to 27

persons (79,4%), age was 52 years old, batak ethnic amount to 30 persons

(88,2%), obesese amount to 5 persons (14,7%), smoking amount to 15 persons

(44,1%), hypertension amount 18 persons (52,9%),dyslipidemia amount 11

persons (32,4%), >12 hours onset of 21 persons (61,8%) and mortality rate in

hospital amount 7 persons (20,6%).

Conclusion : Based on this research, it can be concluded that hypertension is the

main risk factors of STEMI, for that special attention is needed for patients with

hypertension to prevent and early treatment.

(44)

SKRIPSI

GAMBARAN PROFIL PASIEN STEMI YANG DIRAWAT DI

RUANG CVCU RSUP H.ADAM MALIK MEDAN PADA

BULAN JANUARI - JULI 2015

Oleh :

CUT FARAH SAUFIKA

130100094

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(45)

GAMBARAN PROFIL PASIEN STEMI YANG DIRAWAT DI

RUANG CVCU RSUP H.ADAM MALIK MEDAN PADA

BULAN JANUARI - JULI 2015

SKRIPSI

“ Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan

Sarjana Kedokteran”

Oleh :

CUT FARAH SAUFIKA

130100094

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(46)
(47)

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit kardiovaskular adalah istilah umum untuk penyakit

yang mempengaruhi jantung atau bagian lain dari sistem vaskular dalam tubuh.

Penyakit kardiovaskular yang menyerang arteri koroner jantung sering disebut

Penyakit Jantung Koroner (PJK).Infark miokard adalah merupakan salah satu

manifestasi utama dari Penyakit Jantung Koroner (PJK).STEMI adalah sindroma

yang didefinisikan oleh gejala karateristik dari Iskemik miokard dimana

pemeriksaan EKG menunjukkan elevasi segmen ST dan peningkatan biomarker

yang merupakan hasil dari nekrosis miokard.

Metode : Penelitian ini mengunakan metode deskriptif dengan pendekatan sekat

lintang (cross sectional). Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2016 di

RSUP. H. Adam Malik Medan.Pada penelitian ini digunakan teknik pengambilan

sampel, yaitu total sampling dengan jumlah keseluruhan sampel 34 orang. Data

dikumpulkan dengan cara melihat rekam medis pasien.

Hasil : Dari 34 orang responden terdapat jumlah pasien terbanyak adalah

laki-laki sebanyak 27 orang (79,4%), jumlah pasien usia terbanyak adalah yang

berusia 52 tahun, jumlah pasien terbanyak bersuku batak sebanyak 30 orang

(88,2%), jumlah pasien yang obesitas sebanyak 5 orang (14,7%), yang merokok

sebanyak 15 orang (44,1%), yang hipertensi sebanyak 18 orang (52,9%), yang

dislipidemia sebanyak 11 orang (32,4%), jumlah pasien dengan onset >12 jam

sebanyak 21 orang (61,8%) dan jumlah pasien yang mengalami mortalitas di

rumah sakit sebanyak 7 orang (20,6%).

Kesimpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipertensi

merupakan faktor risiko utama dari STEMI, untuk itu perlu perhatian khusus

pada pasien-pasien hipertensi untuk tindakan pencegahan dan pengobatan yang

lebih dini, tepat, dan efisien.

(48)

ABSTRACT

Background : Cardiovascular disease is a general term for disease that affect the

heart or any other part of the vascular system in the body. Cardiovascular disease

is one of the main manifestations of Coronary Heart Disease. STEMI is a

syndrome that defined by the characteristics of the symptoms of Myocardial

Infarction which EKG examinations shows ST Segments elevation and cardiac

biomarkers, that result of necrosis infarction.

Methods :This research is descriptive in cross sectional method. This research

was conducted in September 2016 in RSUP.H. Adam Malik Medan. This research

uses consecutive sampling technique with 34 respondents. All datas were

collected by reviewing patients’s medical records.

Results : Of 34 respondents, the largest incidence rate of male amount to 27

persons (79,4%), age was 52 years old, batak ethnic amount to 30 persons

(88,2%), obesese amount to 5 persons (14,7%), smoking amount to 15 persons

(44,1%), hypertension amount 18 persons (52,9%),dyslipidemia amount 11

persons (32,4%), >12 hours onset of 21 persons (61,8%) and mortality rate in

hospital amount 7 persons (20,6%).

Conclusion : Based on this research, it can be concluded that hypertension is the

main risk factors of STEMI, for that special attention is needed for patients with

hypertension to prevent and early treatment.

(49)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul

“Gambaran Profil Pasien STEMI yang dirawat di rang CVCU RSUP H. Adam

Malik pada bulan Januari-Juli 2016” sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan

pendidikan Sarjana Kedokteran.

Penyusunan penelitian ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Yuke Sarasti, M.Ked (cardio), selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberi banyak arahan dan masukan kepada peneliti sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

4. Dr.dr.Farhat, M.Ked (ORL-HNS), Sp.T.H.T.K.L(K), selaku Dosen

Pembimbing II yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada

peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. dr. Alfansuri Kadri, Sp.S, selaku Ketua Penguji yang telah memberikan

nasihat-nasihat dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. dr. Adi Muradi, SpB-KBD, selaku Anggota Penguji yang telah memberikan

nasihat-nasihat dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Ayahanda tercinta, Prof. Dr. Harris Hasan, SpPD, SpJP (K), FIHA, dan

ibunda tercinta, dr. Bilkes Harris, SpKK yang telah memberikan semangat,

doa, dan dukungan kepada peneliti.

8. Kakak dan adik tercinta, T. Rifqi Hashmi, S.Ked dan T. Rafli Baihaki yang

(50)

9. Abangda sejawat terbaik, dr. Harmen Reza Siregar yang telah membantu

dan mendukung peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

dan tepat waktu.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis yaitu Akbar Nst, Akmal Ashrof,

Anggi cantika, Akbar Almaarij, Aziz Achmad, Cut Putri Astritd, Fara

Haura, Fazi, Fikri Ardinata, Hafiz Mahruzza, Ibtisam Aulia, Irfan Julio,

Jason Affendy, Jonathan, Kevin Prathama, Dimo Wirautama, Rahman

Efendi, Nadia Iftari, Natassya Sandra, Novy Soraya, Ridho Pane, Teguh

Pangestu, Teuku Syiva,Almira Wynona, Yakub Adira, Yan Hasqi dan

seluruh lab B2.

11. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan mendampingi dalam

penyelesaian skripsi yaitu Ayu Nadra, Dinda Sekar, Rizka Zahra, Dolly,

Ismi Izzati, Melani, Mita Afryanti, Nurul Rahana, Prilly, Adli Tama, Saif

Hamzah, Safira Natsir, Safriani Sitompul.

12. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak lepas dari kesalahan dan

kekurangan.Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk

perbaikan selanjutnya.Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2017

(51)

DAFTAR ISI

2.1. Anatomi Pembuluh Darah Koroner ... 5

2.2. Definisi Sindroma Koroner Akut ... 6

2.3. Epidemiologi Sindroma Koroner Akut ... 6

2.4. Klasifikasi Sindroma Koroner Akut ... 7

2.5. Definisi STEMI ... 7

2.6. Etiologi STEMI ... 7

2.7. Faktor Risiko ... 8

2.7.1. Non Modifiable Risk Factor ... 8

2.7.2. Modifiable Risk Factor... 9

2.8. Patofisiologi 10

2.10.1. Tindakan Umum dan Langkah Awal ...15

2.10.2. Terapi Reperfusi ...15

2.11. Prognosis ...17

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN.. ...18

3.1. Kerangka Teori ...18

(52)

BAB 4 METODE PENELITIAN ...20

4.1. Jenis Penelitian ...20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ...20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian...20

4.3.1. Populasi penelitian ...20

4.3.2. Sampel penelitian ...20

4.4. Teknik Pengumpulan Data ...21

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ...21

4.5.1. Pengolahan Data ...21

4.5.2. Analisa Data ...22

4.6. Definisi Operational ...22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...25

5.1. Hasil Penelitian ...25

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian ...25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik ...25

5.1.3. Hasil analisisa data ...27

5.2. Pembahasan ...29

Gambaran Karateristik Sampel Menurut Jenis Kelamin ...29

Gambaran Karateristik Sampel Menurut Usia ...29

Gambaran Karateristik Sampel Menurut Suku ...29

Gambaran Distribusi Pasien STEMI berdasarkan Status Merokok ...30

Gambaran Distribusi Pasien STEMI dengan Hipertensi ...30

Gambaran Distribusi Pasien STEMI dengan Kolestrol ...31

Gambaran Distribusi Pasien STEMI dengan Obesitas ...31

Gambaran Distribusi Pasien STEMI berdasarkan Onset ...31

Gambaran Distribusi Pasien STEMI berdasarkan Mortalitas ...32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...33

6.1. Kesimpulan...33

6.2. Saran ...34

(53)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Killip ... 17

Tabel 2.2. TIMI Risk Score ... 17

Tabel 4.1 Definisi Operasional ... 22

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin ... 26

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Menurut Usia ... 26

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Menurut Suku ... 26

Tabel 5.4. Distribusi Pasien dengan STEMI dengan Obesitas ... 27

Tabel 5.5. Distribusi Pasien dengan STEMI Berdasarkan Status Merokok ... 27

Tabel 5.6. Distribusi Pasien dengan STEMI dengan Kolestrol ... 27

Tabel 5.7 Distribusi Pasien dengan STEMI dengan Hipertensi ... 28

Tabel 5.8 Distribusi Pasien dengan STEMI Berdasarkan Onset ... 28

(54)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1. Anatomi Pembuluh Darah Koroner ... 5

Gambar 2.2. ST-Elevasi Miokard Infark ... 14

Gambar 2.3. Terapi Reperfusi ... 16

Gambar 3.1. Kerangka Teori ... 18

(55)

DAFTAR SINGKATAN

WHO : Wor ld Health Or gani zati on RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar STEMI : ST Elevasi Miokard Infar k SKA : Sindroma Kor oner Akut CVCU : Car dio Vascular Car e Unit RSUP : Rumah Saki t Umum Pusat NSTEMI : Non ST Elevasi Miokar d Infar k UA : Unstabl e Angina

EKG : Elektrokar di ogr afi HDL : High Density Lipopr otein LDL : Low Density Lipopr otein

PCI : Per cutaneous Cor onar y Inter venti on CABG : Cor onar y Ar ter y Bypass Gr afting VES : Ventr icular Ext ra Systole

tPA : Tissue Plasminogen Acti vator

Gambar

Tabel 4.1 Definisi Operasional
Tabel 5.1. Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase
Tabel 5.4. Distribusi Pasien dengan STEMI Berdasarkan Status Merokok
Tabel 5.6. Distribusi Pasien dengan STEMI dengan Dislipidemia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ini mengakibatkan akan terjadi penyerapan kalor oleh salah satu sambungan (cold junction) dan terjadi pelepasan kalor oleh sambungan yang lainnya (hot junction),

Pemilihan Kepala daerah secara langsung akan menjadi medan pembuktian bagi partai politik untuk menunjukkan performa yang bagus untuk mendorong sifat rasionalitas

Melalui pengamatan dan sharing dengan beberapa perempuan maka perlu diketahui bahwa masih banyak perempuan yang masih konsisten dan bersemangat memperjuangkan

[r]

’’Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah’’.. Gramedia

Bagaimana jika euthanasia tersebut dilakukan atas dasar persetujuan pihak keluarga, dalam per- soalan dan implikasi hukumnya terhadap kewarisan. Dalam sistem hukum

Ceritakan kejadian yang pernah Anda alami di dalam pekerjaan (boleh sewaktu bekerja di tempat/ posisi lain sebelum yang sekarang) selama dua tahun terakhir ini