• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 tentang Stroke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 tentang Stroke"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANGKATAN 2008 TENTANG STROKE

Oleh:

CHENG MENG LEE 080100285

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANGKATAN 2008 TENTANG STROKE

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

CHENG MENG LEE 080100285

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 tentang Stroke

Nama : Cheng Meng Lee NIM : 080100285

_________________________________________________________________

Pembimbing Penguji I

dr.Aldy S.Rambe, Sp.S (K)) dr. Rina Amelia, MARS NIP. 19660524 199203 1 002 NIP. 19730911 200102 2 001

Penguji II

dr. Aliandri, Sp THT, KL NIP. 19660309 200012 1007

Dekan,

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Di Indonesia, penelitian oleh PERDOSSI di 28 Rumah Sakit seluruh Indonesia pada tahun 2007, dari 2065 pasian stroke akut, dijumpai rata-rata usia 58,8 tahun (range 18-95 tahun) dengan kasus pada pria lebih lebih banyak daripada wanita. Rata-rata waktu masuk ke RS adalah dari 48,5 jam dari onset. Stroke rekuren dijumpai hampir pada 20% pasien dan frekuensi stroke iskemik paling sering terjadi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 tantang stroke. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain

cross sectional dilaksanakan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Jumlah sampel penelitian sebanyak 92 orang yang diambil dengan menggunakan

simple random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 berpengetahuan yang baik tentang stroke sebanyak 54 responden (58.7%). Sedangkan, penilaian sikap dan tindakan, kebanyakan responden memiliki sikap dan tindakan yang baik dan mencatat 65 responden (70.7%) untuk sikap dan 67 responden (72.8%) untuk tindakan.

(5)

ABSTRACT

On 2007, a research by PERDOSSI at 28 hospitals in the whole country of Indonesia reported that out of 2065 acute stroke patients, the mean of age for the case is 58.8 years (range between 18-95 years old) with more male patients than female patients. The mean of time taken to be admitted in hospitals are 48.5 hours from the onset. Recurrent stroke is found in almost 20% of the patients and the ischemic stroke were the most frequently happened.

The purpose of this research is to identify the level of knowledge, attitude and practice of the FE-USU students about stroke. This research is based on descriptive study with cross sectional method. The technique of simple random sampling was used to obtain the total sample which is 92 students.

The result of the study shows that 54 respondenst (58.7%) of the FE-USU students from the badge of 2008 have good knowledge about stroke whereas the result of those respondents towards attitude and practice were figured to be 65 respondents (70.7%) and 67 respondents (72.8%) each.

Based on the result from this research, it is concluded that the level of majority students of FE-USU from the badge of 2008 are in the good category of knowledge, attitude and practice.

(6)

KATA PENGANTAR

Saya amat bersyukur kepada Tuhan karena saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu, penulis memilih judul: “Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 tentang Stroke”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun material dalam menyelesaikan Penelitian ini.

Dalam penulisan Penelitian ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku rector Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku dekan Falkutas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K) selaku pembantu dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

3. Bapak dr. Aldy S. Rambe, Sp.S(K), selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya dalam proses membimbing serta memberi arahan dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

(7)

5. Kedua orang tua tersayang, Cheng Siak Hor dan Eng Mooi Heok. Terima kasih atas kasih sayang, motivasi dan dukungan secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik.

6. Teman-teman kelompok sesama bimbingan Penelitian dan teman-teman penulis lainnya yang telah memberi bantuan berupa saran, kritikan, dan motivasi selama penyusunan Penelitian.

Penulis menyadari bahwa Penelitian ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, segala saran dan kritik sangat diharapkan demi kemajuan kualitas Penelitian ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar Penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua orang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia kedokteran.

Medan, 12 December 2011 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ………. 35

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ……… 35

3.2. Definisi Operasional ……… 36

BAB 4 METODE PENELITIAN ……… 39

4.1. Jenis Penelitian ……… 39

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ……….. 39

4.3. Populasi dan Sampel ……… 39

4.3.1. Populasi ………. 39

(9)

4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ……… 40

4.4.1. Data Primer ……… 43

4.4.2. Data Sekunder ……… 43

4.5. Teknik Pengumpulan Data ……… 43

4.6. Pengolahan dan Analisa Data ………. 43

4.6.1. Seleksi Data ………. 43

4.6.2. Pemberian Kode ………. 44

4.6.3. Pengelompokan data ……… 44

4.6.4. Analisis ……… 44

4.7. Etika Penelitian ………... 44

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 45

5.1. Hasil Penelitian ……… 45

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 45

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ……… 45

5.1.3. Hasil Analisa Data……….. 46

5.1.3.1. Analisa Data Variabel Pengetahuan ……….46

5.1.3.2. Analisa Data Variabel Sikap ………49

5.1.3.3. Analisa Data Variabel Tindakan ……… 51

5.2. Pembahasan ……….. 53

5.2.1. Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 tentang Stroke ……... 53

5.2.2. Sikap Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 tentang Stroke ……… 54

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Skor Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragik ……….. 19 2.2. Guy’s Hospital Score ………... 20 2.3. Siriraj Hospital Score ………... 21 4.1. Data Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan.. 41 4.2. Data Hasil Validitas dan Reliabilitas Keusioner Sikap ………. 41 4.3. Data Hasil Validitas dan Reliabilitas Keusioner Tindakan …… 42 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin..46 5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ………… 46 5.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel

Pengetahuan………. 47 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan……. 48 5.5. Distribusi Tingkat Pengetahuan berdasarkan Jenis Kelamin…….48 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap…49 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap……….50 5.8. Distribusi Sikap Berdasarkan Jenis Kelamin ………50 5.9. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 2 Kuesioner Penelitian LAMPIRAN 3 Informed Consent

LAMPIRAN 4 Lembar Penjelasan Penelitian LAMPIRAN 5 Surat Izin Survei Awal Penelitian

LAMPIRAN 6 Ethical Clearance LAMPIRAN 7 Data Induk

(13)

ABSTRAK

Di Indonesia, penelitian oleh PERDOSSI di 28 Rumah Sakit seluruh Indonesia pada tahun 2007, dari 2065 pasian stroke akut, dijumpai rata-rata usia 58,8 tahun (range 18-95 tahun) dengan kasus pada pria lebih lebih banyak daripada wanita. Rata-rata waktu masuk ke RS adalah dari 48,5 jam dari onset. Stroke rekuren dijumpai hampir pada 20% pasien dan frekuensi stroke iskemik paling sering terjadi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 tantang stroke. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain

cross sectional dilaksanakan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Jumlah sampel penelitian sebanyak 92 orang yang diambil dengan menggunakan

simple random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 berpengetahuan yang baik tentang stroke sebanyak 54 responden (58.7%). Sedangkan, penilaian sikap dan tindakan, kebanyakan responden memiliki sikap dan tindakan yang baik dan mencatat 65 responden (70.7%) untuk sikap dan 67 responden (72.8%) untuk tindakan.

(14)

ABSTRACT

On 2007, a research by PERDOSSI at 28 hospitals in the whole country of Indonesia reported that out of 2065 acute stroke patients, the mean of age for the case is 58.8 years (range between 18-95 years old) with more male patients than female patients. The mean of time taken to be admitted in hospitals are 48.5 hours from the onset. Recurrent stroke is found in almost 20% of the patients and the ischemic stroke were the most frequently happened.

The purpose of this research is to identify the level of knowledge, attitude and practice of the FE-USU students about stroke. This research is based on descriptive study with cross sectional method. The technique of simple random sampling was used to obtain the total sample which is 92 students.

The result of the study shows that 54 respondenst (58.7%) of the FE-USU students from the badge of 2008 have good knowledge about stroke whereas the result of those respondents towards attitude and practice were figured to be 65 respondents (70.7%) and 67 respondents (72.8%) each.

Based on the result from this research, it is concluded that the level of majority students of FE-USU from the badge of 2008 are in the good category of knowledge, attitude and practice.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke, 1999).

Di negara berkembang, penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor ketiga pada kelompok usia lanjut, setelah penyakit jantung dan kanker (Lumbantobing, 1994). Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian sesudah penyakit jantung pada sebagian besar negara di dunia (Hankey, 1999).

Stroke paling banyak menyebabkan orang cacat pada kelompok usia di atas 45 tahun. Banyak penderitanya yang menjadi cacat, menjadi invalid, tidak mampu lagi mencari nafkah seperti sediakala, menjadi tergantung kepada orang lain, dan tidak jarang menjadi beban bagi keluarganya. Beban ini dapat berupa beban tenaga, beban perasaan dan beban ekonomi (Lumbantobing, 1994).

(16)

Di Indonesia, penelitian berskala cukup besar pernah dilakukan oleh PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) di 28 Rumah Sakit (RS) seluruh Indonesia. Studi epidemiologi stroke ini bertujuan untuk melihat profil klinis stroke di mana dari 2065 pasian stroke akut, dijumpai rata-rata usia 58,8 tahun dengan kasus pada pria lebih lebih banyak daripada wanita. Rata-rata waktu masuk ke RS adalah dari 48,5 jam dari onset. Stroke rekuren dijumpai hampir pada 20% pasien dan frekuensi stroke iskemik adalah paling sering terjadi (Misbach dkk, 2007).

Insidensi stroke di Asia umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat dan juga lebih banyak terjadi pada negara Eropa bagian timur dibandingkan bagian barat. Angka insidensinya bervariasi dari 660/100.000 pria di Rusia sampai 303/100.000 pria di Swedia (Carandang dkk, 2006; Goldstein dkk, 2006). Setiap tahunnya, 795,000 orang mengalami kejadian stroke yang baru atau berulang. Lebih kurang 610,000 orang di antaranya mengalami serangan pertama dan 185,000 orang merupakan rekuren. Insiden stroke pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan pada usia lebih muda, tetapi tidak demikian halnya pada usia tua. Rasio insiden pria terhadap wanita pada usia 55-64 tahun adalah 1,25 , pada usia 65-74 tahun adalah 1,50 , pada usia 75-84 tahun adalah 1,07 dan pada usia ≥85 tahun adalah 0,76 (Carnethon dkk, 2009).

Pandian et.al (2002) di Northwest India, pada penelitiannya secara

hospital-based survey, terdapat pengetahuan kesadaran tentang gejala klinis,

faktor resiko dan pengobatan terhadap stroke sangat kurang. Pada penelitian ini sampel sebanyak 942 orang telah diwawancarai dengan kuesioner , 45% subjek tidak tahu organ yang terlibat pada stroke adalah otak, 23% subjek tidak tahu salah satu gejala klinis pada stroke, 21 % subjek tidak tahu salah satu faktor resiko tentang stroke dan 7% subjek mempercayai mempergunakan minyak pijat bisa membantu penderita stroke.

(17)

kekurangan pengetahuan tentang faktor resiko dan manifestasi klinis stroke. Hanya 1 studi dari India telah diinvestigasi adalah berbagai faktor yang menyebabkan terlambatnya penderita stroke iskemik akut dibawa ke rumah sakit (Pandian et.al.,2002).

Penelitian di Iran (Haghighi et.al., 2009) menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap populasi yang diteliti terhadap faktor resiko, manifestasi klinis dan pengobatan stroke adalah memadai. Pada penelitian ini ada 385 peserta yang telah diwawancara, 342 peserta (88,8%) yang mengetahui faktor resiko yang biasa yaitu hipertensi dan 338 peserta (87,8%) mengetahui salah satu faktor resiko adalah merokok. Tiga ratus tujuh puluh peserta (96,1%) yang mengetahui gejala klinis pada stroke yaitu sakit abdominal dan 338 peserta (88,7%) yang mengetahui gejala klinis pada stroke yaitu sakit dada.

Stroke merupakan masalah yang sangat serius dalam kesehatan masyarakat. Faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian adalah peningkatan frekuensi faktor resiko terutama hipertensi dan kekurangan pengetahuan tentang penyakit serebrovaskular. Manifestasi klinis yang utama adalah paralisis, disartria, afasia, perubahan visual, sakit kepala, kebas-kebas, pening atau kelemahan. Pengetahuan masyarakat mengetahui manifestasi klinis ini sangat penting untuk dapat mengidentifikasi gejala klinis ini dan dapat memberikan pengobatan dengan secepat mungkin (Haghighi et.al., 2009).

(18)

Penelitian gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat umum di Indonesia belum diteliti lagi, maka saya hendak melakukan penelitian ini dengan mengambil populasi mahasiswa fakultas ekonomi karena mahasiswa fakultas ekonomi tidak dapat perkuliahan tentang stroke dapat dianggap menggambarkan pendapat umum. Selain itu, responden juga bisa memilih waktu yang senggang untuk menjawab kuesioner dan tidak merasa terpaksa serta jawab kuesioner dengan terbuka sehingga hasil penelitian ini lebih akurat dan lebih efisien.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 tentang stroke?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 tentang stroke.

1.3.2 Tujuan khusus,

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengetahuan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 tentang stroke.

2. Mengetahui sikap mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 tentang stroke.

(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Sebagai bahan masukan untuk masyarakat dan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 lebih mengetahui tentang stroke dan juga membantu upaya tindakan preventif pencegahan mortalitas stroke.

2. Menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis tentang masalah stroke. 3. Sebagai sumber informasi kepada peneliti lain untuk melaksanakan

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stroke 2.1.1. Definisi

Menurut World Health Organization (WHO), Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1999).

Stroke ialah bencana atau gangguan peredaran darah di otak. Dalam bahasa Inggris dinamai juga sebagai Cerebro-vascular Accident. Gangguan peredaran darah ini dapat berupa iskemia dan perdarahan. Iskemia adalah aliran darah berkurang atau terhenti pada sebagian dearah di otak, manakala perdarahan adalah terjadi karena dinding pembuluh darah robek. Gangguan peredaran darah ini mengakibatkan fungsi otak terganggu, dan bila berat dapat mengakibatkan kematian sebagian sel-sel otak disebut infark (Lumbantobing, 1994).

2.1.2. Epidemiologi

Sekitar 0,2% dari populasi Barat terkena stroke setiap tahunnya yang sepertiganya akan meninggal pada tahun berikutnya dan sepertiganya bertahan hidup dengan kecacatan, dan sepertiga sisanya dapat sembuh kembali seperti semula. Dari keseluruhan data di dunia, ternyata stroke sebagai penyebab kematian mencapai 9% (sekitar 4 juta) dari total 50,5 juta kematian per tahunnya (Hankey, 1999).

(21)

Berdasarkan analisis, data beberapa studi epidemiologi, Caplan (1993) menyatakan bahwa terdapat sekitar 80% dari semua stroke adalah suatu jenis iskemik dan 20% sisanya adalah jenis hemoragik. Hasil penelitian ini mirip dengan penelitian Rasmussen dkk. (1992) pada pemeriksaan CT Sken otak terhadap 245 penderita stroke baru sekitar 1-7 hari sesudah serangan stroke dan dirawat di Rumah Sakit Kopenhagen. Dalam masa satu tahun ditemukan 76% pasien jenis iskemik, 11% mengalami pendarahan, sedangkan 13% tidak menunjukkan tanda-tanda lesi akut. Kebanyakan pasien berusia lanjut dengan perbandingan wanita lebih banyak daripada pria. Letak lesi terbanyak di daerah basal ganglia (41,2%), kemudian berturut-turut diikuti di daerah temporal, parietal, dan frontal. Luas lesi terbanyak adalah 2x2x2 cm atau lebih (63,3%) yang terdapat di hemisfer kanan (40,4%) daripada di hemisfer kiri (35%).

Usia merupakan faktor resiko yang paling penting bagi semua jenis stroke. Insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia. Di Oxfordshire, selama tahun 1981 – 1986, tingkat insiden (kasus baru per tahun) stroke pada kelompok usia 45-54 tahun ialah 57 kasus per 100.000 penduduk dibanding 1987 kasus per 100.000 penduduk pada kelompok usia 85 tahun ke atas (Lumbantobing, 2001). Sedangkan di Auckland, Selandia Baru, insiden stroke pada kelompok usia 55 – 64 tahun ialah 20 per 10.000 penduduk. Di Soderhamn, Swedia, insiden stroke pada kelompok usia yang sama 32 per 10.000 penduduk. Pada kelompok usia di atas 85 tahun dijumpai insiden stroke dari 184 per 10.000 di Rochester, Minnesota, dan 397 per 10.000 penduduk di Soderhamn, Swedia (Fieschi, et al,1998).

(22)

Data di Indonesia menunjukkan terjadinya kecendrungan peningkatan insidens stroke. Di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada tahun 2010 dirawat inap, ada 365 orang penderita stroke, 40% menderita stroke iskemik dan 18% menderita stroke hemoragik (Departemen/SMF Neurologi FKUSU/RSHAM 2011).

2.1.3. Klasifikasi

Dikenal bermacam- macam klasifikasi stroke. Semuanya berdasarkan atas gambaran klinik, patologi anatomi, sistem pembuluh darah dan stadiumnya (WHO, 1989; Ali, et al, 1996; Misbach, 1999; Widjaja, 1999).

Dasar klasifikasi yang berbeda-beda ini perlu, sebab setiap jenis stroke mempunyai cara pengobatan, preventif dan prognosa yang berbeda, walaupun patogenesisnya serupa (Ali, et al, 1996; Misbach, 1999).

Adapun klasifikasi tersebut, antara lain I.

: (Misbach, 1999)

a)

Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:

Transient Ischemic Attack (TIA)

Stroke Iskemik

a. Transient Ischemic Attack (TIA)

Berdasarkan stadium/pertimbangan waktu:

b. Stroke in evolution c. Completed Stroke

III.

1. Sistem karotis

Berdasarkan sistem pembuluh darah:

(23)

IV.

1. Partial Anterior Circulation Infark (PACI)

Klasifikasi Bamford untuk tipe infark yaitu (Soertidewi, 2007):

2. Total Anterior Circulation Infark (TACI) 3. Lacunar Infarct (LACI)

4. Posterior Circulation Infark (POCI)

Sedangkan penggunaan klinis yang lebih praktis lagi adalah klasifikas i dari NewYork Neurological Institute, di mana stroke menurut mekanisme terjadinya dibagi dalam dua bagian besar, yaitu: Stroke Iskemik (85%) yang terdiri dari: thrombosis 75 – 80%, emboli 15 – 20%, lain-lain 5%: vaskulitis, koagulopati, hipoperfusi dan Stroke Hemoragik (10 – 15%) yang terdiri dari: intraserebral (parenchymal) dan subarachnoid (WHO, 1989; Ozer, et al,1994; Iswadi, 1999; Widjaja, 1999; Caplan, 2000).

(24)

Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses patologik (kausal):

Klasifikasi Stroke Non Hemoragik

a. Berdasarkan manifestasi klinik:

Defisit neurologis yang sementara yang disebabkan oleh disfungsi otak fokal, medulla spinalis atau iskemi retina tanpa ada infark akut.

i. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)

ii. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological

Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.

Deficit (RIND)

Gejala neurologik makin lama makin berat.

iii. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)

Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi. iv. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)

b. Berdasarkan Kausal:

Stroke trombotik yaitu stroke yang disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena trombus yang makin lama

makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran darah ini menyebabakan iskemik (Japardi, 2002). Trombosis serebri adalah obstruksi aliran darah yang terjadi pada proses oklusi satu atau lebih pembuluh darah lokal (Caplan, 2000).

1) Stroke akibat trombosis serebri

(25)

distal akan berhenti, mengakibatkan infark jaringan otak distal karena kurangnya nutrisi dan oksigen. Emboli merupakan 32% dari penyebab stroke (Anonim, 2010).

Klasifikasi Stroke Hemoragik

a.

Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:

Perdarahan Intraserebral (PIS)

Perdarahan intraserebral adalah perdarahan dari salah satu arteri otak ke dalam jaringan otak. Lesi ini menyebabkan gejala yang terlihat mirip dengan stroke iskemik. Diagnosis perdarahan intraserebral tergantung pada neuroimaging yang dapat dibedakan dengan stroke iskemik. Stroke ini lebih umum terjadi di negara-negara berkembang daripada negara-negara maju, penyebabnya masih belum jelas namun variasi dalam diet, aktivitas fisik, pengobatan hipertensi, dan predisposisi genetik dapat mempengaruhi penyakit stroke tersebut (WHO, 2005).

b.

Perdarahan subarachnoid dicirikan oleh perdarahan arteri di ruang antara dua meningen yaitu piameter dan arachnoidea. Gejala yang terlihat jelas penderita tiba-tiba mengalami sakit kepala yang sangat parah dan biasanya terjadi gangguan kesadaran. Gejala yang menyerupai stroke dapat sering terjadi tetapi jarang. Diagnosis dapat dilakukan dengan neuroimaging dan lumbal puncture (WHO, 2005).

Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)

2.1.4. Faktor Resiko

(26)

yang penting. Kira-kira 40%-60% pasien diabetes terkomplikasi dengan hipertensi terjadi bersamaan, resiko untuk stroke semakin meningkat secara drastik (Gilroy, 2000; Eguchi dkk, 2003; Kelompok Studi Serebrovaskuler Perdossi, 2004; Hu dkk, 2005; Harmsen dkk, 2006; Goldstein, 2006).

Faktor Resiko untuk terjadinya stroke yang pertama dapat diklasifikasikan berdasarkan pada kemungkinannya untuk dimodifikasi (nonmodifiable,

modifiable, or potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well documented or

less well documented) (Goldstein, 2006).

I. Nonmodifiable risk factors:

1. Umur

2. Jenis Kelamin

3. Berat badan lahir rendah 4. Bangsa / ras

5. Keturunan / genetik

II. Modifiable risk factor:

A. Well documented and modifiable risk factor

1. Penyakit hipertensi 2. Merokok

3. Diabtes Mellitus 4. Atrial fibrillasi 5. Dislipidemia

6. Carotid artery stenosis

7. Penyakit Sel Sickle

8. Postmenopausal hormone therapy

9. Poor Diet

10.Inaktivasi fisikal

(27)

B. Less well-documented and modifiable risk factor

1. Metabolic Syndrome

2. Alkoholik 3. Kontrasepsi oral

4. Sleep-dirordered breathing

5. Migraine headache

6. Hyperhomocysteinemia

7. Peningkatan lipoprotein (a)

8. Peningkatan lipoprotein-associated phospholipase 9. Hiperkoagulabilitas

10.Inflamasi

11.Infeksi

Efek faktor resiko pada insidens stroke biasanya bertambah atau berlipat ganda, sehingga dengan adanya beberapa faktor resiko akan menempatkan seseorang pada resiko tinggi.

Major Risk Factors:

1. Hipertensi 2. Merokok

3. Diabetes Mellitus 4. Kelainan Jantung 5. Kolesterol

(28)

2.1.5. Gejala Klinis

Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah (Mangunsong dan Hadinoto, 1992):

Gejala Stroke Non Hemoragik

i. Buta mendadak (amaurosis fugaks).

a. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.

ii. Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) bila gangguan terletak pada sisi dominan.

iii. Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral) dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.

i. Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.

b. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.

ii. Gangguan mental.

iii. Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh. iv. Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air. v. Bisa terjadi kejang-kejang.

i. Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan. Bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.

c. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.

ii. Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.

iii. Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).

i. Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas. d. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.

ii. Meningkatnya refleks tendon.

iii. Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.

iv. Gejala-gejala serebelum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala berputar (vertigo).

v. Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).

(29)

vii. Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap lingkungan (disorientasi).

viii. Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata

(ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang

pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim). ix. Gangguan pendengaran.

x. Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.

i. Koma

e. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior

ii. Hemiparesis kontralateral.

iii. Ketidakmampuan membaca (aleksia). iv. Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.

i. Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Aphasia dibagi dua

yaitu, Aphasia motorik adalah ketidakmampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain tetap baik. Aphasia

sensorik adalah ketidakmampuan untuk mengerti pembicaraan orang lain,

namun masih mampu mengeluarkan perkataan dengan lancar, walaupun sebagian di antaranya tidak memiliki arti, tergantung dari luasnya kerusakan otak.

f. Gejala akibat gangguan fungsi luhur

ii. Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak.

Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu

Verbal alexia adalah ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat

membaca huruf. Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca huruf, tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi ketidakmampuan keduanya disebut Global alexia.

iii. Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan

(30)

iv. Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka setelah terjadinya kerusakan otak.

v. Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah

tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan gerakan yang sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat dari disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita tidak boleh melihat jarinya).

vi. Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan

melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.

vii. Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat

kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan yang menyebabkan terjadinya gangguan bicara.

viii. Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa di otak.

ix. Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah

kemampuan.

Gejala Stroke Hemoragik

Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri kepala berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan sering kali pada siang hari, waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi setelah 3 jam) (Mangunsong dan Hadinoto, 1992).

(31)

Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig untuk mengetahui kondisi rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi ulkus pepticum karena pemberian obat antimuntah disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG (Mangunsong dan Hadinoto, 1992).

b. Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)

2.1.6. Diagnosis

Diagnosis Stroke Non Hemoragik(Aliah, 2007).

a.

Diagnosis didasarkan atas hasil:

i.

Penemuan Klinis

Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak. Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke. Anamnesis

ii.

Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti hipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya. Pemeriksaan Fisik

b. i.

Pemeriksaan tambahan/Laboratorium

Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu

diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut.

Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran

yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila sken tidak jelas. Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapat membantu membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahan intraserebral (PIS) maupun perdarahan subarakhnoid (PSA).

(32)

ii.

Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler,

Elektrokardiografi (EKG). Pemeriksaan lain-lain

a.

Diagnosis Stroke Hemoragik

Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda-tanda klinis dari hasil pemeriksaan. Untuk pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan

Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), Magnetic Resonance I

maging (MRI), Elektrokardiografi (EKG), Elektroensefalografi (EEG),

Ultrasonografi (USG), dan Angiografi cerebral. Perdarahan Intraserebral (PIS)

b.

Diagnosis didasarkan atas gejala-gejala dan tanda klinis. Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan Multislices CT-Angiografi, MR Angiografi atau Digital Substraction Angiography (DSA).

Perdarahan Subarakhnoid (PSA)

(33)

1.

Sistem skoring yang sering digunakan antara lain:

Tabel 2.1. Skor Stroke Hemoragik dan Non-Hemoragi Tanda/Gejala

k (Djoenaidi, 1988) Skor

1. TIA sebelum serangan 2. Permulaan serangan Sangat mendadak (1-2 menit) Mendadak (beberapa menit-1 jam) Pelan-pelan (beberapa jam)

3. Waktu serangan Waktu kerja (aktivitas) Waktu istirahat/duduk/tidur Waktu bangun tidur

4. Sakit kepala waktu serangan Sangat hebat Pelan-pelan (1 hari atau lebih) Tak ada

6. Kesadaran

Hilang waktu serangan (langsung) Hilang mendadak (beberapa menit-jam)

(34)

2. Tabel 2.2. Guy's Hospital Score (1985)

1. Derajat kesadaran 24 jam setelah MRS Gejala/Tanda Klinis dan Skor

Mengantuk + 7.3

Tak dapat dibangunkan + 14.6 2. Babinski bilateral + 7.1 3. Permulaan serangan

Sakit kepala dalam 2 jam setelah serangan atau kaku kuduk: + 21.9 4. Tekanan darah diastolik setelah 24 jam + (tekanan darah diastolik x 0.17) 5. Penyakit katub aorta/mitral -4.3

6. Gagal jantung - 4.3 7. Kardiomiopati - 4.3 8. Fibrilasi atrial - 4.3

9. Rasio kardio-torasik > 0.5 (pada x-foto toraks) - 4.3 10.Infark jantung (dalam 6 bulan) - 4.3

11.Angina, klaudikasio atau diabetes - 3.7 12.TIA atau stroke sebelumnya - 6.7 13.Anemnesis adanya hipertensi - 4.1

Pembacaan:

Skor : < + 25: Infark (stroke non hemoragik) > + - 5: Perdarahan (stroke hemoragik)

+ 14: Kemungkinan infark dan perdarahan 1 : 1 < + 4: Kemungkinan perdarahan 10%

Sensivitas: Untuk stroke hemoragik: 81-88%; stroke non hemoragik (infark) 76-82%.

(35)

3. Tabel 2.3. Siriraj Hospital Score (Poungvarin, 1991)

Versi orisinal:

= (0.80 x kesadaran) + (0.66 x muntah) + (0.33 x sakit kepala) + (0.33x tekanan darah diastolik) – (0.99 x atheromal) – 3.71.

Versi disederhanakan:

= (2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + ( 2 x sakit kepala) + (0.1 x tekanan darah

diastolik) – (3 x atheroma) – 12. Kesadaran:

Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2 Muntah:

tidak = 0 ; ya = 1

Sakit kepala dalam 2 jam: tidak = 0 ; ya = 1

Tanda-tanda ateroma:

tidak ada = 0 ; 1 atau lebih tanda ateroma = 1

(anamnesis diabetes; angina; klaudikasio intermitten)

Pembacaan:

Skor > 1: Perdarahan otak < -1: Infark otak

Sensivitas: Untuk perdarahan: 89.3%. Untuk infark: 93.2%.

(36)

2.1.7. Penatalaksanaan

A) Terapi medik stroke iskemik (Lumbantobing, 1994)

Berikut ini ada beberapa macam obat yang digunakan pada stroke iskemik:

Pada fase akut stroke dapat terjadi edema di otak. Bila edema ini berat akan mengganggu sirkulasi darah di otak dan dapat juga mengakibatkan keadaan lebih buruk atau dapat juga menyebabkan kematian.

1. Obat untuk sembab otak (edema otak)

Obat antiedema otak ialah cairan hiperosmolar (misalnya larutan manitol 20%; larutan gliserol 10%). Membatasi jumlah cairan yang diberikan juga membantu mencegah bertambahnya edema di otak. Obat deksametason, suatu kortikosteroid, dapat digunakan juga.

Ada obat yang dapat mencegah menggumpalnya trombosit darah dan dengan demikian mencegah terbentuknya trombus (gumpalan darah) yang dapat menyumbat pembuluh darah. Obat sedemikian dapat digunakan pada stroke iskemik, misalnya pada TIA. Obat yang banyak digunakan ialah asetosal (aspirin). Dosis asetosal berkisar dari 40 mg sehari sampai 1,3 gram sehari. Akhir-akhir ini juga digunakan obat tiklopidin untuk maksud yang sama, dengan dosis 2 x 250mg atau klopidogrel dengan dosis 1 x 75 mg sehari. Pada TIA, untuk mencegah kambuhnya, atau untuk mencegah terjadinya stroke yang lebih berat, lama pengobatan dengan antiagregasi berlangsung 1-2 tahun, atau lebih.

2. Obat antiagregasi trombosit

Tentu kita harus juga menanggulangi faktor-faktor resiko yang ada dengan baik.

Antikoagulansia mencegah terjadinya gumpalan darah dan embolisasi trombus. Antikoagulansia masih sering digunakan pada penderita stroke dengan kelainan jantung yang dapat menimbulkan embolus. Obat yang digunakan ialah heparin, kumarin dan sintrom.

(37)

Terapi trombolitik pada stroke iskemik didasari anggapan bahwa bila sumbatan oleh trombus dapat segera dihilangkan atau dikurangi (rekanalisasi), maka sel-sel neuron yang sekarat dapat ditolong.

4. Obat Trombolitik (obat yang dapat menghancurkan trombus)

Penelitian yang cukup besar, yang membuktikan efektivitas penggunaan rt-PA pada stroke iskemik, ialah penelitian NINDS, yang melibatkan 624 penderita dan pengobatan dimulai dalam kurun waktu 3 jam setelah mulainya stroke. Terjadinya perdarahan sebagai akibat pengobatan ini cukp tinggi (6,4% dibanding 0,6% pada kelompok tanpa trombolitik (plasebo)). Namun demikian, pasien yang dapat rt-PA, yaitu 48% dibanding 36% pada plasebo. Terapi trombolitik pada stroke iskemik merupakan terapi yang poten, dan cukup berbahaya bila tidak dilakukan dengan seksama.

Berbagai obat dan tindakan telah diteliti dan dilaporkan di kepustakaan dengan tujuan memperbaiki tau mengoptimasi keadaan otak, metabolismenya dan sirkulasinya. Hasilnya masih kontroversial dan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

5. Obat atau tindakan lain

Obat-obat ini misalnya: kodergokrin mesilat (Hydergin), nimodipin (Nimotop), pentoksifilin (Trental), sitikolin (Nicholin).

Tindakan yang perlu penelitian lebih lanjut ialah: hemodilusi, mengencerkan darah. Hal ini dilakukan bila darah kental pada fase akut stroke. Bila darah kental, misalnya hematokrit lebih dari 44-55%, darah dikeluarkan sebanyak 250cc, diganti dengan larutan dekstran-40 atau larutan lainnya. Bila masih kental juga, dapat dikeluarkan lagi 250cc keesokan harinya.

Penatalaksanaan medik perdarahan subaraknoid oleh pecahnya anerisma atau robeknya malformasi arteri-vena belumlah baku. Panatalaksanaan ini mencakup:

B) Terapi medik perdarahan subaraknoid (Lumbantobing, 1994)

(38)

Tindakan ini merupakan rekomendasi konvensional. Belum dapat dibuktikan bahwa tindakan ini mengurangi perdarahan ulang atau vasospasme (menciutnya pembuluh darah). Namun meningkatnya tekanan intrakranial dan tekanan darah oleh aktivitas fisik atau lonjakan emosional memang dapat dicegah, dan sebaiknya dicegah.

1. Menurunkan tekanan darah untuk mencegah perdarahan ulang. Pada orang yang dasarnya normotensif (tensi normal) diturunkan sampai sistolik 160mmHg, pada orang yang hipertensif sedikit lebih tinggi.

Tujuan terapi medik antara lain ialah:

2. Penderita harus istirahat total, paling sedikit 4 minggu, agar proliferasi fibroblastik dan penyembuhan luka pembuluh darah lebih baik.

3. Tekanan dalam rongga tengkorak diturunkan dengan cara a. Meningkatkan posisi kepala 15-30% (satu bantal)

:

b. Memberikan obat antiedem

c. Memberikan obat deksametason, selain sebagai antiedem juga untuk mencegah perlekatan pada arakhnoid yang dapat mengakibatkan hidrosefalus dan peninggian tekanan dalam tengkorak.

4. Mencegah perdarahan ulang, paling sering terjadi selama 2-4 minggu pertama. Untuk maksud ini dapat diberi obat dari golongan antifibrinolitik misalnya asam traneksamat 4-6 gram intravena selama 2 minggu.

5. Mencegah spasme arteri, yang sering terjadi pada hari ke 3 sampai ke 10. Untuk maksud ini dapat diberi obat nimodipine, 4 x 30-60 mg sehari selama 2 minggu.

C) Terapi medik perdarahan intraserebral (dalam jaringan otak) (Lumbantobing, 1994)

1. Mencegah akibat buruk dari meningkatnya tekanan intrakranial Tujuan terapi antara lain mencakup:

2. Mencegah komplikasi sekunder sebagai akibat menurunnya kesadaran misalnya gangguan pernafasan, aspirasi, hipoventilasi.

(39)

Belum ada persesuaian pendapat mengenai peranan pembedahan pada stroke hemoragik. Namun, pada keadaan tertentu dibutuhkan operasi darurat untuk mengeluarkan bekuan darah dari otak.

Pada bekuan darah di otak kecil, umumnya dibutuhkan tindakan operasi, mencegah terjadinya tekanan pada batang otak dan terjadinya hidrosefalus.

2.1.8. Pencegahan

Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia, upaya yang dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu:

i.

Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko Pencegahan Primordial

stroke bagi individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan primordial dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian masyarakat.

Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi tentang penyakit stroke melalui ceramah, media cetak, media elektronik dan billboard.

ii.

Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain:

Pencegahan Primer

a. Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.

b. Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.

(40)

d. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran, buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan susu rendah lemak serta dianjurkan berolah raga secara teratur.

iii.

Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke. Pencegahan Sekunder

Pada tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi kronis.

a. Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis berkisar antara 80-320 mg/hari, antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor resiko penyakit jantung (fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan katup) dan kondisi koagulopati yang lain.

Tindakan yang dilakukan adalah:

b. Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat antiagregasi

trombosit kedua, diberikan bila pasien tidak tahan atau mempunyai kontraindikasi terhadap asetosal (aspirin).

c. Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan dan kurang gerak.

iv.

Tujuan pencegahan tertier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan tertier dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional, petugas sosial dan peran serta keluarga.

(41)

a.

Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu yang pertama adalah fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah gerakan dan sensoris penderita seperti masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan, koordinasi dan keseimbangan serta mobilitas di tempat tidur. Terapi yang kedua adalah terapi okupasional (Occupational Therapist atau OT), diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga adalah terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam menelan makanan dan minuman dengan aman serta dapat berkomunikasi dengan orang lain.

Rehabilitasi Fisik

b.

Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang dapat Rehabilitasi Mental

mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka alami akan mengakibatkan penderita kehilangan motivasi untuk menjalani proses rehabilitasi. Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan melakukan konsultasi dengan psikiater atau ahki psikologi klinis.

c.

Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita stroke menghadapi masalah sosial seperti mengatasi perubahan gaya hidup, hubungan perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang. Selain itu, petugas sosial akan memberikan informasi mengenai layanan komunitas lokal dan badan-badan bantuan sosial.

(42)

2.2. Prilaku

Prilaku adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang berkaitan. Maka, prilaku manusia merupakan sesuatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Terdapat 2 hal yang dapat mempengaruhi prilaku yaitu faktor genetik (keturunan) dan faktor lingkungan. Faktor keturunan merupakan konsepsi dasar untuk perkembangan prilaku mahluk hidup itu. Lingkungan adalah kondisi untuk perkembangan prilaku tersebut.

Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa prilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Terdapat 2 jenis respon yaitu:

a) Respondent respon yaitu respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan tertentu. Respon yang timbul umumnya relatif tetap.

b) Operant respon ialah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh

perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini dikenal sebagai

reinforcing stimuli karena perangsangan-peransangannya memperkuat

respon yang telah dilakukan organisme.

Prilaku kesehatan adalah suatu proses seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan makanan serta lingkungan. Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2003) mengajukan klasifikasi prilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) seperti berikut:

a) Prilaku kesehatan merupakan hal-hal yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

b) Prilaku sakit ialah segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang merasakan sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.

c) Prilaku peran sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperolehi kesembuhan.

(43)

2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan secara luas berarti segala sesuatu yang kita ketahui (Balai Pustaka dan Depdiknas, 2005). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik malalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan merupakan hasil penggunaan panca indera dan akan menimbulkan kesan dalam pikiran manusia (Soekanto, 2003).

Menurut Piaget (1999), pengetahuan adalah interaksi yang terus menerus antara individu dan lingkungan. Dengan demikian pengetahuan adalah suatu proses, bukan suatu ‘barang”. Hutojo menyatakan bahwa pengetahuan adalah tekanan kepada proses psikologi ingatan atau kognitif (Hudojo, 2003 dalam

Hasanah, 2007). Benjamin, Bloom, dkk seperti dikutip Sudijono mengemukakan bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan harus mengacu kepada tiga jenis ranah, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik.

1.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:

Tahu adalah suatu keadaan di mana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengatahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,“tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Tahu (know)

2.

Paham diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang mampu menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Paham (comprehension)

3.

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

(44)

4.

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.

Analisis (analysis)

5.

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Sintesis (synthesis)

6.

Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Evaluasi (evaluation)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

Menurut Notoatmodjo (2005) dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

Cara Kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis.

1. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

a.

Cara-cara ini antara lain:

Melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and

error”. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan yang lain. Cara coba-coba (Trial and Error)

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

(45)

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Dengan cara mengulanag kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

d. Melalui jalan pikiran

Kemampuan manusia menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia menggunakan jalan pikirannya.

Cara ini disebut “metode penelitian”, atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Menurut Deobold van Dalen, mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan pengamatan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yaitu:

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.

b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah pada kondisi-kondisi tertentu.

2.2.2. Sikap

(46)

1.

Menurut Notoatmodjo S. (2005) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

Menerima (Receiving)

2.

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

Merespon (Responding)

3.

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

Menghargai (Valuing)

4.

Bertanggung jawab akan segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

Bertanggung Jawab (Responsible)

Menurut Secord dan Backman (1964) dalam Hasanah N L(2007) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Selanjutnya menurut Azwar struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu:

1) Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontraversial.

2) Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap obyek sikap dan menyangkut masalah emosional subyektif terhadap suatu obyek. Apabila individu percaya bahwa obyek sikap tersebut membawa dampak yang tidak baik, maka akan terbentuk perasaan tidak suka atau afeksi yang tak

favorable terhadap obyek sikap tersebut.

(47)

Keterkaitan tiga komponen tersebut harus selaras dan konsisten agar bisa memunculkan suatu sikap tertentu. Dalam kata lain, apabila dihadapkan pada suatu obyek sikap yang sama, maka ketiga komponen tersebut harus mempolakan hal yang sama. Sikap berhubungan dengan seberapa luasnya pengetahuan individu terhadap obyek yang dihadapi. Orang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang suatu obyek tidak akan mempunyai sikap positif terhadap obyek tersebut. Hal itu berarti bahwa aspek kognitif yang diwujudkan melalui pengaruh pemikiran dan keyakinan seseorang memerlukan landasan pengetahuan yang relevan menanggapi obyek sikap. Dengan demikian pengetahuan mengenai konsep tentang mikrobiologi diharapkan akan mampu menumbuhkembangkan sikap positif terhadap kesehatan. Demikian juga dengan pendidikan merupakan modal manusia melakukan transformasi sikap terhadap kesehatan.

Oleh itu, pengertian sikap adalah: Pertama, sikap merupakan kecenderungan bertingkah laku untuk bertindak terhadap obyek, terhadap situasi atau nilai tertentu. Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Ketiga, sikap relatif lebih menetap. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan baik atau buruk, penting atau tidak penting.

2.2.3. Tindakan

Sikap yang belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain: fasilitas. Di samping fasilitas juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain (Nototmodjo, 2003).

a)

Menurut Notoadmodjo (2003) tingkat-tingkat praktek sebagai berikut:

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

(48)

b)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

Respon terpimpin (Guided Response)

c)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu kegiatan itu sudah menjadi suatu kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat ketiga.

Mekanisme ( Mechanism)

d)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Adaptasi (Adaptation)

(49)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

KOGNITIF, SIKAP DAN PSIKOMOTOR

KOGNITIF, SIKAP DAN PSIKOMOTOR

FAKTOR RESIKO

STROKE

(50)

3.2. Definisi Operasional

Menurut Pratomo, Hadi, Sudarti (1990),

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang stroke.  Cara ukur : Metode angket

 Alat ukur : Kuesioner

Pengetahuan responden diukur dengan 7 pertanyaan, dengan 3 pilihan jawaban. Responden yang menjawab Benar akan diberi skor 3, sedangkan yang menjawab Salah diberi skor 2 dan responden yang menjawab Tidak Tahu diberi skor 1. Jadi skor tertinggi dapat dicapai adalah 21.

 Hasil Ukur :

a) Pengetahuan Baik jika > 75% atau > 5 pertanyaan dijawab benar oleh responden.

b) Pengetahuan Sedang jika 40-75% atau 3-5 pertanyaan dijawab benar oleh responden.

c) Pengetahuan Kurang jika < 40% atau < 3 pertanyaan dijawab benar oleh responden.

 Skala pengukuran : Ordinal

Maka penilaian terhadap pengetahuan responden, yaitu: a. Skor 16-21: Pengetahuan Baik

(51)

2. Sikap adalah tanggapan atau reaksi responden tentang stroke.  Cara ukur : Metode angket

 Alat ukur : Kuesioner

Sikap responden diukur dengan 7 pertanyaan, dengan 3 pilihan jawaban. Responden yang menjawab Benar akan diberi skor 3, sedangkan yang menjawab Salah diberi skor 2 dan responden yang menjawab Tidak Tahu diberi skor 1. Jadi skor tertinggi dapat dicapai adalah 21.

 Hasil Ukur :

a) Baik jika > 75% atau > 5 pertanyaan dijawab benar oleh responden. b) Sedang jika 40-75% atau 3-5 pertanyaan dijawab benar oleh responden. c) Kurang jika < 40% atau < 3 pertanyaan dijawab benar oleh responden.

 Skala pengukuran : Ordinal

Maka penilaian terhadap sikap responden, yaitu: a. Skor 16-21: Sikap Baik

(52)

3. Tindakan adalah segala sesuatu yang telah dilakukan oleh responden yang berhubungan dengan stroke.

 Cara ukur : Metode angket  Alat ukur : Kuesioner

Tindakan responden diukur dengan 6 pertanyaan, dengan 3 pilihan jawaban. Responden yang menjawab Benar akan diberi skor 3, sedangkan yang menjawab Salah diberi skor 2 dan responden yang menjawab Tidak Tahu diberi skor 1. Jadi skor tertinggi dapat dicapai adalah 18.

 Hasil Ukur :

a) Baik jika > 75% atau > 4 pertanyaan dijawab benar oleh responden. b) Sedang jika 40-75% atau 3-4 pertanyaan dijawab benar oleh responden.

c) Kurang jika < 40% atau < 3 pertanyaan dijawab benar oleh responden.  Skala pengukuran : Ordinal

Maka penilaian terhadap tindakan responden, yaitu:

a. Skor 14-18: Tindakan Baik

b. Skor 8-13 : Tindakan Sedang

(53)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis penelitian

Penelitian ini adalah survei cross sectional yang bersifat deskriptif yang dilakukan untuk menentukan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 tentang stroke. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret-November 2011, sedangkan pengambilan dan pengumpulan data dilakukan selama bulan Agutus-November 2011.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

(54)

4.3.2. Sampel

Jumlah sampel yang diambil berdasarkan rumus:

N 1159

฀n = n =

1 + N (d2) 1 + 1159 (0,1)2

(Notoatmodjo, 2005) n = 92,1

n = jumlah sampel Keterangan:

N = jumlah populasi d = nilai estimasi (0,1)

Dengan metode perhitungan sampel tersebut, diperoleh jumlah sampel untuk penelitian ini sebanyak 92 orang dengan teknik consecutive sampling.

4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada awal penelitian diperlukan data sekunder berupa data umum populasi dan responden yang dapat diperoleh dari Bagian Pendidikan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini mempunyai karakter yang hampir sama dengan sampel penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan uji reliabilitas adalah sebanyak 20 orang pada uji validitas pertama kali dan 20 orang pada uji validitas kedua kali. Setelah uji validitas dilakukan, hanya soal-soal yang telah dinyatakan valid saja yang diuji reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi antara skor (nilai) setiap item pertanyaan dengan skor total kuensioner tersebut. Adapun teknik korelasi yang biasa dipakai untuk mengetahui apakah nilai korelasi setiap pertanyaan itu

significant, maka dapat menggunakan program Statistical Package for Social

(55)

Tabel 4.1. Data Hasil Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan

Status Alpha Status Keterangan Uji

Berdasarkan tabel 4.1. di atas, uji validitas dilakukan 2 kali dengan menggunakan SPSS, uji validitas pertanyaan tentang pengetahuan pertama kali ada 5 pertanyaan yang valid dari 10 pertanyaan dan uji validitas pertanyaan tentang pengetahuan kedua kali ada 3 pertanyaan yang valid dari 5 pertanyaan. Maka, 7 pertanyaan tentang pengetahuan yang valid dari kedua-dua uji validitas digunakan dalam kuesioner penelitian ini. Kuesioner ini juga telah diuji reliabilitas dua kali. Uji reliabilitas pertama kali dengan Cronbach’s alpha adalah 0.625 dan reliable, sedangkan uji reliabilitas kedua kali dengan Cronbach’s alpha adalah 0.489 dan reliable.

Tabel 4.2. Data Hasil Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Sikap Variabel No Total

Pearson Correlation

Status Alpha Status Keterangan Uji

(56)

pertanyaan tentang sikap yang valid dari kedua-dua uji validitas digunakan dalam kuesioner penelitian ini. Kuesioner ini juga telah diuji reliabilitas dua kali. Uji reliabilitas pertama kali dengan Cronbach’s alpha adalah 0.407 dan reliable, sedangkan uji reliabilitas kedua kali dengan Cronbach’s alpha adalah 0.508 dan reliable.

Tabel 4.3. Data Hasil Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Tindakan Variabel No Total

Pearson Correlation

Status Alpha Status Keterangan Uji

Berdasarkan tabel 4.3. di atas, uji validitas dilakukan 2 kali dengan menggunakan SPSS, uji validitas pertanyaan tentang tindakan pertama kali ada 5 pertanyaan yang valid dari 10 pertanyaan dan uji validitas pertanyaan tentang tindakan kedua kali ada 2 pertanyaan yang valid dari 5 pertanyaan. Maka, 6 pertanyaan tentang tindakan yang valid dari kedua-dua uji validitas digunakan dalam kuesioner penelitian ini. Kuesioner ini juga telah diuji reliabilitas dua kali. Uji reliabilitas pertama kali dengan Cronbach’s alpha adalah 0.531 dan reliable, sedangkan uji reliabilitas kedua kali dengan Cronbach’s alpha adalah 0.981 dan reliable.

(57)

4.4.1. Data Primer

Pada penelitian ini, digunakan data primer yang didapat langsung dari responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengisi kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner ditanyakan oleh peneliti kepada responden.

4.4.2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang didapatkan dari Bagian Pendidikan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang berisikan data jumlah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008 adalah 1159 orang.

4.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari 7 jurusan yaitu Ekonomi Pembangunan S1, Akuntansi S1, Manajemen S1, Ekonomi Pembangunan Ekstensi S1, Akuntansi Ekstensi S1 dan Keuangan DIII secara proposional dengan teknik consecutive

sampling. Teknik ini dipilih karena keterbatasan waktu dan kesulitan bertemu

dengan keseluruhan jurusan responden.

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan program komputer Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 17.0. Setelah data terkumpul melalui kuesioner maka dilakukan pengolahan data yang melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

4.6.1. Seleksi Data (Editing)

(58)

4.6.2. Pemberian Kode (Coding)

Setelah dilakukan seleksi data, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada setiap data supaya lebih mudah semasa melakukan analisa data.

4.6.3. Pengelompokan data (Tabulating)

Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti dan teratur kemudian dihitung dan dijumlahkan supaya dapat dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.

4.6.4. Analisis

Pengelolaan dan analisis data dilakukan secara manual, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P = X100% B

a

Keterangan : P = Persentase

a = Jumlah pertanyaan yang dijawab benar B = Jumlah pertanyaan.

Data telah dianalisa secara deskriptif. Hasil akan ditampilkan dalam tabel dalam bentuk distribusi.

4.7. Etika Penelitian

(59)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian beserta pembahasannya. Penelitian dilakukan sejak penyusunan proposal hingga penyusunan laporan hasil penelitian. Proses pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai November 2011. Kuesioner berupakan pertanyaan untuk melihat gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (FE-USU) angkatan 2008 tentang stroke. 5.1. Hasil Penelitian

Proses pengumpulan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan pembagian kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang. Hasil kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat disimpulkan pada hasil penelitian ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah FE-USU di Jalan Prof.T.M.Hanafiah, SH Kampus USU, 20155 Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

(60)

Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik responden yang diamati adalah berdasarkan jenis kelamin dan usia.

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 49 53.3

Perempuan 43 46.7

Total 92 100.0

Dari tabel 5.1. di atas, dapat menyimpulkan bahwa responden terbanyak terdiri dari responden dengan jenis kelamin laki-laki (53.3%) dan terendah terdiri dari responden dengan jenis kelamin perempuan adalah sebesar 46.7%.

Tabel 5.2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

19 5 5.4

Dari tabel 5.2. di atas, dapat menyimpulkan bahwa responden terbanyak terdiri dari responden dengan usia adalah 21 tahun dan mencatat 49 responden (53.3%) dan terendah terdiri dari responden dengan usia adalah 19 tahun sebanyak 5 responden (5.4%).

5.1.3. Hasil Analisa Data

5.1.3.1. Analisa Data Variabel Pengetahuan

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variable pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.3.

Gambar

Gambar 1. Perbedaan Tempat Stroke Non Hemoragik dan Stroke Hemoragik
Tabel 4.1. Data Hasil Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan
Tabel 4.3. Data Hasil Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Tindakan
Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

NIM NAMA MAHASISWA J/K NO.. NIM NAMA MAHASISWA

[r]

Pemberian Penjelasan Dokumen Pengadaan akan dilaksanakan secara elektronik (on line) melalui aplikasi SPSE sesuai Jadwal pada LPSE.. Peserta dan aanwijezer lapangan berkumpul

Di awal semester, mahasiswa mengisi KRS dan di akhir semester, mahasiswa mengisi kuesioner kinerja dosen untuk tiap-tiap dosen per mata kuliah, LPPM mengirimkan rekap

Dalam hal ini perlu dilakukan upaya untuk manyakinkan masyarakat tentang partisipasi dalam pembangunan yang sangat memerlukan adanya komunikasi antara pemerintah dengan

[r]

Kekerasan verbal yang dialami anak akan berdampak secara holistik yaitu dampak psikis yang dirasakan oleh korban antara lain berkeringat, jantung berdetak

Posisi pembelian spot dan derivatif yang masih