• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION BERBASIS EKSPERIMEN PADA MATERI HIDROLISIS GARAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION BERBASIS EKSPERIMEN PADA MATERI HIDROLISIS GARAM."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN KOOPERATIFGROUP INVESTIGATION BERBASIS

EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Oleh :

Aida Husni NIM 4123131003

Program Studi Pendidikan Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN KOOPERATIFGROUP INVESTIGATIONBERBASIS

EKSPERIMEN PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Aida Husni (4123131003) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang dengan model inkuiri terbimbing dan kooperatifgroup investigation berbasis eksperimen pada materi hidrolisis garam. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas XI SMA N 1 Tanjung Morawa T.A. 2015/1016 dengan populasi seluruh siswa kelas XI SMA N 1 Tanjung Morawa yang terdiri dari 5 kelas. Sampel ditetapkan dengan cara modifikasicluster random sampling yakni mengambil 2 kelas yang dijadikan kelas eksperimen. Kelas eksperimen pertama yang diberi perlakuan dengan model inkuiri terbimbing berjumlah 31 orang dan kelas eksperimen kedua yang diberi perlakuan dengan modelgroup investigationberjumlah 35 orang.

Berdasarkan analisa data, nilai rata- rata postes pada kelas eksperimen pertama adalah 80,65 dengan standar deviasi 7,18 dan rata – rata pada kelas eksperimen kedua 76,38 dengan standar deviasi 9,06 .Hasil observasi keterampilan siswa dalam praktikum menunjukkan rata – rata kelas eksperimen 1 dan 2 adalah 61,3 dan 58,9. Sedangkan pada uji hipotesis diperoleh thitung= 2,16 dan ttabel = 1,6694 (t hitung > ttabel ). Dari data menunjukkan bahwa hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan model inkuiri terbimbing lebih tinggi dari pada hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan modelgroup investigation, maka dapat disimpulkan pengaruh model inkuiri terbimbing lebih baik dari pada modelgroup investigationterhadap hasil belajar siswa.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini tepat waktu sesuai dengan yang telah direncanakan. Skripsi ini berjudul

“Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kooperatif Group

Investigation Berbasis Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi

Hidrolisis Garam” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan

Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri

Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs.

Kawan Sihombing, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis

sejak awal penulisan proposal hingga akhir penulisan skripsi ini. Ucapan

terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Pasar Maulim Silitonga, M.S,

Bapak Amser Simanjuntak dan Ibu Dr. Iis Siti Jahro, M.Si selaku dosen penguji

yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian

sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada

Bapak Dr. Marham Sitorus, M.Si selaku dosen pembimbing akademik selama

perkuliahan. Ucapan terimakasih juga di sampaikan kepada Bapak Agus

Kembaren, S.Si, M.Si selaku ketua jurusan kimia dan Ibu Dra. Ani Sutiani, M.Si

selaku ketua prodi pendidikan kimia, juga kepada seluruh bapak dan ibu dosen

beserta staf dan pegawai jurusan kimia FMIPA UNIMED yang telah banyak

membantu penulis. Ucapan terimakasih di sampaikan juga kepada Bapak Dr.

Asrin Lubis, M.Pd selaku dekan FMIPA Unimed. Ucapan terimakasih juga

disampaikan kepada keluarga besar SMA Negeri 1 Tanjung Morawa yang telah

banyak membantu penulis selama penelitian.

Teristimewa kepada kedua orangtua penulis yaitu Ayahanda Muhammad

Hasbi dan Ibunda Emmi yang telah mendidik, selalu mendo’akan penulis disetiap

sujudnya dan memberikan motivasi yang tidak terkira besarnya baik secara moril

(5)

v

dan motivasi untuk selalu giat belajar (Rita Ulfa Khairani dan Dinul Hafizah)

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Unimed ini.

Terimakasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat seperjuangan,

Devi Lestari, Derin Putri Sianipar, Dini Oktavianti, Dwi Endah Larasati, Dyah Tri

Renartika dan Amru Daulay yang selalu setia menemani saat suka maupun

duka,beserta seluruh keluarga besar Kimia Dik B 2012 yang saling memotivasi

selama perkuliahan. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat

senasib sepenanggungan, Tih Desi Susanti, M.Pd, Kak Maryuna Lubis, S.Pd,

Sriwahyuni, Lusi Mardiah, Nurul Fahma, Aisyah.

Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini

untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca

demi sempurnanya skripsi ini. Semoga isi skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

dan dunia pendidikan.

Medan, Juni 2016

Penulis,

Aida Husni

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 4

1.3. Batasan Masalah 5

1.4. Rumusan Masalah 5

1.5. Tujuan Penelitian 5

1.6. Manfaat Penelitian 6

1.7. Defenisi Operasional 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1. Kerangka Teoritis 8

2.1.1. Pengertian Belajar 8

2.1.2. Hasil Belajar 9

2.1.3. Model Pembelajaran 11

2.1.4. Model Pembelajaran Inkuiri 11

2.1.5. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 13

2.1.6. Pembelajaran Kooperatif 16

(7)

vii

2.1.8. Metode Eksperimen 21

2.2. Materi Ajar 22

2.2.1. Sifat Larutan Garam 22

2.2.2. Konsep Hidrolisis Garam 22

2.2.3. Menghitung pH Larutan Garam 24

2.3. Kerangka Konseptual 29

2.4. Hipotesis Penelitian 29

BAB III 31

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 31

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 31

3.2.1. Populasi 31

3.2.2. Sampel 31

3.3. Variabel Penelitian 31

3.4. Instrumen Penelitian 32

3.4.1. Validitas Tes 33

3.4.2. Reliabilitas Tes 34

3.4.3. Tingkat Kesukaran Soal 34

3.4.4. Daya Pembeda Soal 35

3.4.5. Distruktor 35

3.5. Desain Penelitian 36

3.6. Prosedur Penelitian 36

3.7. Teknik Pengumpulan Data 39

3.8. Teknik Analisis Data 39

3.8.1. Menentukan Varians dan Standar Deviasi 39

3.8.2. Uji Normalitas Data 39

3.8.3. Uji Homogenitas Data 40

(8)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42

4.1. Hasil Penelitian 42

4.2. Pembahasan Penelitian 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 55

5.1. Kesimpulan 55

5.2. Saran 55

(9)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. Tahap Pembelajaran Inkuiri 15

2.2. Sintaks Pembelajaran Kooperatif 18

3.1. Desain Penelitian 36

4.1. Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, Daya

Beda dan Distruktor 44

4.2. Data Pretes Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 45

4.3. Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen 1 dan 2 46

4.4. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Pretes 47

4.5. Penilaian Keterampilan Siswa 48

4.6. Nilai Postes Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 49

4.7. Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen 1 dan 2 50

4.8. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Postes 51

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1. Skema Tahapan Penelitian 38

4.1. Diagram Batang Nilai Pretes 46

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran 59

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas

Eksperimen 1 dan 2 61

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa 78

Lampiran 4. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian 91

Lampiran 5. Instrumen Penelitian Sebelum Validasi 109

Lampiran 6. Instrumen Penelitian Setelah Validasi 115

Lampiran 7. Kunci Jawaban Instrumen Test 118

Lampiran 8. Rubrik Penilaian Keterampilan 120

Lampiran 9. Perhitungan Uji Validitas Item Tes 122

Lampiran 10. Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Tes 125

Lampiran 11. Perhitungan Uji Tingkat Kesukaran Soal 128

Lampiran 12. Perhitungan Daya Beda Butir Tes 131

Lampiran 13. Perhitungan Distruktor 134

Lampiran 14. Tabulasi Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 1 139

Lampiran 15. Tabulasi Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 2 141

Lampiran 16. Rekapitulasi Hasil Jawaban Pretes Kelas Eksperimen 1 143

Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Jawaban Pretes Kelas Eksperimen 2 145

Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Jawaban Postes Kelas Eksperimen 1 147

Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Jawaban Postes Kelas Eksperimen 2 149

(12)

xii

Lampiran 21. Uji Normalitas 154

Lampiran 22. Uji Homogenitas 158

Lampiran 23. Uji Hipotesis 160

Lampiran 24. Rekapitulasi Hasil Penilaian Keterampilan 161

Lampiran 25. Tabel Distribusi Uji Chi Kuadrat 167

Lampiran 26. Tabel Distribusi Nilai F 168

Lampiran 27. Tabel Distribusi Uji t 170

Lampiran 28. Jadwal Penelitian 171

Lampiran 29. Dokumentasi Penelitian 172

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau

perkembangan pendidikan merupakan hal yang memang harus terjadi sejalan

dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan

masa depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya

mempersiapkan peserta didiknya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi juga

dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari hari (Trianto, 2011).

Masalah utama pendidikan formal sekarang ini adalah rendahnya daya

serap peserta didik terutama dalam pembelajaran kimia di sekolah yang pada

umumnya hanya memberikan konsep-konsep, hukum-hukum, hafalan, pengenalan

rumus dan teori secara verbal tanpa memberikan pengalaman langsung. Guru

menyajikan materi secara teoritik, sedangkan siswa pasif, hanya mendengarkan

guru ceramah di depan kelas. Sehingga mengakibatkan siswa menjadi kurang

kreatif, kerjasama dalam kelompok kurang optimal, kegiatan belajar mengajar

terasa jenuh dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah.

Sesuai kurikulum KTSP, kita tidak dapat lagi mempertahankan paradigma

lama yaitu pembelajaran berpusat pada guru Teacher Centered Learning (TCL).

Pembelajaran harus berubah menjadiStudent Centered Learning (SCL) sehingga

pembelajaran berpusat pada siswa. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator

yang diharapkan dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dalam

memecahkan prinsip maupun konsep-konsep yang didukung dengan kemampuan

(14)

2

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kimia dan pengamatan pada

waktu Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 1 Tanjung Morawa bahwa

hasil belajar kimia siswa kelas XI pada tahun ajaran 2014/2015 yang diajarkan

dengan metode konvensional ceramah masih rendah, hal ini dapat dilihat pada

nilai hasil ulangan kimia siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal

yaitu 75. Siswa juga jarang diberikan pengalaman langsung seperti melakukan

eksperimen di laboratorium kimia. Padahal sekolah ini memiliki laboratorium

kimia yang bisa dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatasi

hal tersebut perlunya meningkatkan kemampuan atau kompetensi guru dalam

mengajar melalui inovasi model atau metode pembelajaran.

Menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam

kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai kompetensi dasar

yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat

perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Berkenaan dengan hal tersebut

salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan guru guna meningkatkan keikutsertaan

siswa secara aktif, memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan

sesama siswa. Sanjaya (2012) mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat

meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima

kekurangan diri dan orang lain, memecahkan masalah dan mengintegrasikan

pengetahuan dengan keterampilan.

Begitu juga dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang efektif

membantu guru dalam memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan yang

merupakan bagian penting dari pembelajaran berbasis penyelidikan. Selain itu

(15)

3

kemampuan intelektual, keterampilan berpikir siswa dan meningkatkan prestasi

belajar siswa (Setiowati dkk, 2015).

Beberapa penelitian telah menunjukkan keefektifan model pembelajaran

inkuiri terbimbing dan kooperatif group investigation untuk meningkatkan hasil

belajar. Argandi dkk (2013) telah melakukan penelitian dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing dilengkapi kegiatan laboratoriumrealdan virtual

diperoleh nilai pretes 50,28 dan setelah diberi perlakuan diperoleh nilai rata – rata

postes 77,42. Gultom (2015) dari hasil penelitiannya menggunakan model inkuiri

terbimbing dengan media peta konsep pada materi reaksi reduksi dan oksidasi

terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 76,61%. Kurniati

(2016) dari hasil penelitiannya menggunakan model inkuiri terbimbing dilengkapi

LKS pada materi pokok hukum dasar kimia menyatakan bahwa prestasi belajar

siswa meningkat dari 69,44 menjadi 80,56%. Yulianingsih (2013) dalam

penelitiannya keefektifanstudent centered learningdengan menggunakan model

inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan KKM 72

mencapai ketuntasan 93,94% dari 33 siswa. Aprilia (2013) dalam penelitiannya

keterampilan metakognitif menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi

hidrolisis garam, keterampilan metakognitif merencanakan mencapai rata- rata

yang paling tinggi yaitu 75, 56.

Kusumaningrum (2013) berdasarkan hasil penelitiannya dengan model

pembelajaran kooperatifgroup investigationmenggunakan media peta konsep dan

teka- teki silang pada materi koloid menyatakan bahwa model pembelajaran

tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan perolehan rata – rata nilai

pretes 31,9 sedangkan rata – rata nilai postes 82,5. Ulum (2015) telah melakukan

penelitian dengan menerapkan model pembelajaran group investigation pada

materi pokok ikatan kimia untuk melatih keterampilan dan berpikir kritis, hasilnya

menunjukkan bahwa siswa memiliki keterampilan analisis berpikir kritis sebesar

85%. Budi (2013) dalam penelitiannya tentang pengaruh pembelajaran group

investigation terhadap prestasi belajar siswa pada materi struktur atom pada kelas

(16)

4

(2014) dari hasil penelitiannya model pembelajaran group investigation

dilengkapi media peta pikiran pada materi pokok kelarutan dan hasil kali

kelarutan untuk meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa diperoleh

peningkatan hasil belajar siswa dari 30,56 menjadi 91,57%. Wildanisnaini (2015)

berdasarkan hasil penelitiannya penerapan model pembelajaran group

investigationuntuk meningkatkan keterampilan proses dan perstasi belajar siswa

pada materi laju reaksi, persentase ketuntasan belajar siswa meningkat dari 32,65

menjadi 64,71%.

Dari kedua model pembelajaran ini, masing – masing mempunyai

kelebihan dan kekurangan, akan tetapi pembelajaran inkuiri terbimbing lebih

menekankan pada aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor yang lebih

menunjang peningkatan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing dan Kooperatif Group InvestigationBerbasis Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Hidrolisis Garam “.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar

mengajar kurang bervariasi di sekolah?

2. Mengapa hasil belajar kimia siswa masih banyak dibawah KKM?

3. Apakah siswa jarang diberikan pembelajaran kimia dengan metode praktikum

di laboratorium?

4. Apakah siswa menganggap pelajaran kimia sulit untuk dipahami?

5. Apakah siswa kurang termotivasi untuk belajar kimia?

6. Apakah guru perlu mengembangkan pendekatan pembelajaran yang

melibatkan siswa secara aktif?

7. Apakah metode yang digunakan guru dalam mengajar kurang tepat?

8. Apakah media yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar kurang

(17)

5

1.3. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang terdapat dalam pembelajaran kimia,

maka pada penelitian ini masalah dibatasi pada:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model inkuiri

terbimbing dan model pembelajaran kooperatifgroup investigation.

2. Materi yang disajikan dalam penelitian ini adalah hidrolisis garam.

3. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas XI IPA semester genap di SMAN 1

Tanjung Morawa.

4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

(praktikum).

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri

terbimbing lebih tinggi daripada hasil belajar kimia siswa yang

dibelajarkan dengan model kooperatif group investigation berbasis

eksperimen pada pokok bahasan hidrolisis garam?

2. Apakah keterampilan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada keterampilan siswa yang

dibelajarkan dengan kooperatif group investigation berbasis eksperimen

pada pokok bahasan hidrolisis garam?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan

model inkuiri terbimbing dan hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan

dengan model kooperatif group investigation berbasis eksperimen pada

(18)

6

2. Untuk mengetahui keterampilan siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing dan keterampilan siswa yang dibelajarkan

dengan kooperatif group investigation berbasis eksperimen pada pokok

bahasan hidrolisis garam.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru bidang studi khususnya kimia

dalam memilih model pembelajaran yang efektif digunakan dalam proses

belajar mengajar.

2. Bagi Siswa

Untuk mengembangkan kemampuan siswa secara maksimal, terutama

dalam hal bereksplorasi, mengemukakan pendapat, ide, pertanyaan dan

memperoleh pengalaman – pengalaman baru serta belajar yang lebih

bermakna.

3. Bagi Peneliti

Menyampaikan informasi tentang pengaruh hasil belajar siswa pada kelas

yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model

pembelajaran kooperatif group investigation berbasis eksperimen. Hasil

penelitian ini akan menambah wawasan, kemampuan dan pengalaman

dalam meningkatkan kompetensi sebagai calon guru.

1.7. Defenisi Operasional

1. Model Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan rangkaian kegiatan

belajar yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran

melalui penyelidikan dari permasalahan yang diberikan guru, menentukan

proses dan solusi dari permasalahan tersebut (Bell, 2005).

2. Model pembelajaran group investigation adalah pembelajaran kooperatif

paling kompleks yang menuntut siswa terlibat dalam perencanaan, baik

topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan (Trianto,

(19)

7

3. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan siswa

melakukan percobaan sendiri dan memberi kesempatan para siswa untuk

mengamati sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,

mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik

kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses suatu hal

(Sagala, 2008).

4. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini mencakup bidang kognitif

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau

perkembangan pendidikan merupakan hal yang memang harus terjadi sejalan

dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan

masa depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya

mempersiapkan peserta didiknya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi juga

dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari hari (Trianto, 2011).

Masalah utama pendidikan formal sekarang ini adalah rendahnya daya

serap peserta didik terutama dalam pembelajaran kimia di sekolah yang pada

umumnya hanya memberikan konsep-konsep, hukum-hukum, hafalan, pengenalan

rumus dan teori secara verbal tanpa memberikan pengalaman langsung. Guru

menyajikan materi secara teoritik, sedangkan siswa pasif, hanya mendengarkan

guru ceramah di depan kelas. Sehingga mengakibatkan siswa menjadi kurang

kreatif, kerjasama dalam kelompok kurang optimal, kegiatan belajar mengajar

terasa jenuh dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah.

Sesuai kurikulum KTSP, kita tidak dapat lagi mempertahankan paradigma

lama yaitu pembelajaran berpusat pada guru Teacher Centered Learning (TCL).

Pembelajaran harus berubah menjadiStudent Centered Learning (SCL) sehingga

pembelajaran berpusat pada siswa. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator

yang diharapkan dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dalam

memecahkan prinsip maupun konsep-konsep yang didukung dengan kemampuan

(21)

2

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kimia dan pengamatan pada

waktu Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 1 Tanjung Morawa bahwa

hasil belajar kimia siswa kelas XI pada tahun ajaran 2014/2015 yang diajarkan

dengan metode konvensional ceramah masih rendah, hal ini dapat dilihat pada

nilai hasil ulangan kimia siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal

yaitu 75. Siswa juga jarang diberikan pengalaman langsung seperti melakukan

eksperimen di laboratorium kimia. Padahal sekolah ini memiliki laboratorium

kimia yang bisa dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatasi

hal tersebut perlunya meningkatkan kemampuan atau kompetensi guru dalam

mengajar melalui inovasi model atau metode pembelajaran.

Menurut Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam

kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai kompetensi dasar

yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat

perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Berkenaan dengan hal tersebut

salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan guru guna meningkatkan keikutsertaan

siswa secara aktif, memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan

sesama siswa. Sanjaya (2012) mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat

meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima

kekurangan diri dan orang lain, memecahkan masalah dan mengintegrasikan

pengetahuan dengan keterampilan.

Begitu juga dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang efektif

membantu guru dalam memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan yang

merupakan bagian penting dari pembelajaran berbasis penyelidikan. Selain itu

(22)

3

kemampuan intelektual, keterampilan berpikir siswa dan meningkatkan prestasi

belajar siswa (Setiowati dkk, 2015).

Beberapa penelitian telah menunjukkan keefektifan model pembelajaran

inkuiri terbimbing dan kooperatif group investigation untuk meningkatkan hasil

belajar. Argandi dkk (2013) telah melakukan penelitian dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing dilengkapi kegiatan laboratoriumrealdan virtual

diperoleh nilai pretes 50,28 dan setelah diberi perlakuan diperoleh nilai rata – rata

postes 77,42. Gultom (2015) dari hasil penelitiannya menggunakan model inkuiri

terbimbing dengan media peta konsep pada materi reaksi reduksi dan oksidasi

terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 76,61%. Kurniati

(2016) dari hasil penelitiannya menggunakan model inkuiri terbimbing dilengkapi

LKS pada materi pokok hukum dasar kimia menyatakan bahwa prestasi belajar

siswa meningkat dari 69,44 menjadi 80,56%. Yulianingsih (2013) dalam

penelitiannya keefektifanstudent centered learningdengan menggunakan model

inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan KKM 72

mencapai ketuntasan 93,94% dari 33 siswa. Aprilia (2013) dalam penelitiannya

keterampilan metakognitif menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi

hidrolisis garam, keterampilan metakognitif merencanakan mencapai rata- rata

yang paling tinggi yaitu 75, 56.

Kusumaningrum (2013) berdasarkan hasil penelitiannya dengan model

pembelajaran kooperatifgroup investigationmenggunakan media peta konsep dan

teka- teki silang pada materi koloid menyatakan bahwa model pembelajaran

tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan perolehan rata – rata nilai

pretes 31,9 sedangkan rata – rata nilai postes 82,5. Ulum (2015) telah melakukan

penelitian dengan menerapkan model pembelajaran group investigation pada

materi pokok ikatan kimia untuk melatih keterampilan dan berpikir kritis, hasilnya

menunjukkan bahwa siswa memiliki keterampilan analisis berpikir kritis sebesar

85%. Budi (2013) dalam penelitiannya tentang pengaruh pembelajaran group

investigation terhadap prestasi belajar siswa pada materi struktur atom pada kelas

(23)

4

(2014) dari hasil penelitiannya model pembelajaran group investigation

dilengkapi media peta pikiran pada materi pokok kelarutan dan hasil kali

kelarutan untuk meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar siswa diperoleh

peningkatan hasil belajar siswa dari 30,56 menjadi 91,57%. Wildanisnaini (2015)

berdasarkan hasil penelitiannya penerapan model pembelajaran group

investigationuntuk meningkatkan keterampilan proses dan perstasi belajar siswa

pada materi laju reaksi, persentase ketuntasan belajar siswa meningkat dari 32,65

menjadi 64,71%.

Dari kedua model pembelajaran ini, masing – masing mempunyai

kelebihan dan kekurangan, akan tetapi pembelajaran inkuiri terbimbing lebih

menekankan pada aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor yang lebih

menunjang peningkatan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing dan Kooperatif Group InvestigationBerbasis Eksperimen terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Hidrolisis Garam “.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar

mengajar kurang bervariasi di sekolah?

2. Mengapa hasil belajar kimia siswa masih banyak dibawah KKM?

3. Apakah siswa jarang diberikan pembelajaran kimia dengan metode praktikum

di laboratorium?

4. Apakah siswa menganggap pelajaran kimia sulit untuk dipahami?

5. Apakah siswa kurang termotivasi untuk belajar kimia?

6. Apakah guru perlu mengembangkan pendekatan pembelajaran yang

melibatkan siswa secara aktif?

7. Apakah metode yang digunakan guru dalam mengajar kurang tepat?

8. Apakah media yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar kurang

(24)

5

1.3. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang terdapat dalam pembelajaran kimia,

maka pada penelitian ini masalah dibatasi pada:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model inkuiri

terbimbing dan model pembelajaran kooperatifgroup investigation.

2. Materi yang disajikan dalam penelitian ini adalah hidrolisis garam.

3. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas XI IPA semester genap di SMAN 1

Tanjung Morawa.

4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

(praktikum).

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri

terbimbing lebih tinggi daripada hasil belajar kimia siswa yang

dibelajarkan dengan model kooperatif group investigation berbasis

eksperimen pada pokok bahasan hidrolisis garam?

2. Apakah keterampilan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada keterampilan siswa yang

dibelajarkan dengan kooperatif group investigation berbasis eksperimen

pada pokok bahasan hidrolisis garam?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan

model inkuiri terbimbing dan hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan

dengan model kooperatif group investigation berbasis eksperimen pada

(25)

6

2. Untuk mengetahui keterampilan siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing dan keterampilan siswa yang dibelajarkan

dengan kooperatif group investigation berbasis eksperimen pada pokok

bahasan hidrolisis garam.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru bidang studi khususnya kimia

dalam memilih model pembelajaran yang efektif digunakan dalam proses

belajar mengajar.

2. Bagi Siswa

Untuk mengembangkan kemampuan siswa secara maksimal, terutama

dalam hal bereksplorasi, mengemukakan pendapat, ide, pertanyaan dan

memperoleh pengalaman – pengalaman baru serta belajar yang lebih

bermakna.

3. Bagi Peneliti

Menyampaikan informasi tentang pengaruh hasil belajar siswa pada kelas

yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model

pembelajaran kooperatif group investigation berbasis eksperimen. Hasil

penelitian ini akan menambah wawasan, kemampuan dan pengalaman

dalam meningkatkan kompetensi sebagai calon guru.

1.7. Defenisi Operasional

1. Model Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan rangkaian kegiatan

belajar yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran

melalui penyelidikan dari permasalahan yang diberikan guru, menentukan

proses dan solusi dari permasalahan tersebut (Bell, 2005).

2. Model pembelajaran group investigation adalah pembelajaran kooperatif

paling kompleks yang menuntut siswa terlibat dalam perencanaan, baik

topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan (Trianto,

(26)

7

3. Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan siswa

melakukan percobaan sendiri dan memberi kesempatan para siswa untuk

mengamati sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,

mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik

kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses suatu hal

(Sagala, 2008).

4. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini mencakup bidang kognitif

(27)

55 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa dari data hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar kimia siswa menggunakan model inkuiri terbimbing lebih tinggi

dengan rata – rata 80,65 daripada hasil belajar kimia siswa dengan model

kooperatifgroup investigation dengan rata – rata 76,38 hal ini menunjukkan

pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen lebih tinggi

daripada model kooperatifgroup investigation berbasis eksperimen terhadap

hasil belajar siswa pada materi hidrolisis garam.

2. Rata – rata nilai keterampilan siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri

terbimbing lebih tinggi daripada rata – rata nilai keterampilan siswa yang

dibelajarkan dengan model kooperatifgroup investigation.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka disarankan hal – hal

berikut:

1. Bagi guru atau calon guru disarankan untuk menerapkan model inkuiri

terbimbing sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan

hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran kimia.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut

disarankan untuk meneliti pengaruh model inkuiri terbimbing dengan

model pembelajaran yang lain dan diterapkan pada pokok bahasan yang

berbeda agar dapat dijadikan sebagai perbandingan guru dalam

meningkatkan kualitas mutu pendidikan khususnya pada mata pelajaran

kimia. Selain itu, karakter yang dikembangkan juga dapat bervariasi

seperti: komunikatif tanggung jawab, kemandirian, berpikir kritis,

(28)

56

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, F., Sugiarto, B., (2013), Keterampilan Metakognitif Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Hidrolis Garam,UNESA Journal Chemical Of Education,2(3): 36-41

Argandi, R., Martini, K., S., Saputro, A., N., C., (2013), Pembelajaran Kimia dengan Metode Inquiry Terbimbing Dilengkapi Kegiatan Labortaorium Real dan Virtual pada Pokok Bahasan Pemisahan Campuran, Jurnal Pendidikan Kimia,2(2): 44-49.

Arikunto, S., (2012),Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi aksara, Jakarta

Aunurrahman, (2012),Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.

Bagiarta, I.,N., Karyasa, I.,W., Suardana, I., N., (2015), Komparasi Literasi Sains Antar Siswa yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigastion) dan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ( Guided Inquiry) Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa SMP,E- Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 5 :1 – 11.

Bell, R., L., Smetana, L., Binns, I., (2005). Simplifying Inquiry Instruction. www.nsta.org. Diakses 20 Oktober 2015.

Budi, L., Redjeki, T., Yamtinah, S., (2013), Pengaruh Metode Pembelajaran Group Investigation (GI) Dan Minat Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Struktur Atom Dan Sistem Periodik Kelas XI SMAN 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Pendidikan Kimia,2(3): 10-18

Dahar, R., W., (2011), Teori – Teori Belajar dan Pembelajaran, Erlangga, Jakarta.

Gultom, R., (2015), Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Media Peta Konsep terhadap Kemampuan Metakognitif dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA pada Materi Reaksi Reduksi dan Oksidasi, Skripsi, FMIPA UNIMED, Medan.

Hanson, D., M., (2005),Designing Process-Oriented Guided-Inquiry Activities. In Faculty Guidedbook: A Comprehensive Tool For Improving Faculty Performance, ed. S. W.Beyerlein and D. K. Apple., Pacific Crest, Lisle, IL.

Hanson, David. M. (2006). Instructor’s Guided to Process-Oriented Guided-Inquiry Learning, Pacific Crest,Lisle, IL.

(29)

57

Kesumaningrum, I., A., Sugiharto, Masykuri, M., (2013), Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) Menggunakan Media Teka – Teki Silang dan Peta Konsep Pada Materi Pokok Koloid Kelas XI Semester II SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Pendidikan Kimia,2(3): 92 – 98.

Kurniati, D., Masyukri, M., Saputro, S., (2016), Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dilengkapi Lks Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Prestasi Belajar Pada Materi Pokok Hukum Dasar Kimia Siswa Kelas X Mia 4 SMAN 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015,Jurnal Pendidikan Kimia,5(1): 88-95.

Nur, A., Haryono, Masyukri, (2014), Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Dilengkapi Media Peta Pikiran Pada Materi Pokok Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Kerjasama Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2012/2013,Jurnal Pendidikan Kimia,3, (2): 1-6

Purba, M., (2006),Kimia untuk SMA Kelas XI, Erlangga, Jakarta.

Rusman, (2014), Model – Model Pembelajaran, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sagala, S., (2008),Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.

Sanjaya, W., (2006),Strategi Pembelajaran, Prenada Media Group, Jakarta.

Sanjaya, W., (2012), Strategi Pembelajaran Berotientasi Standar Proses Pendidikan,Kencana Prenada Media, Jakarta.

Setyowati, H., Nugroho, A., Agustina, W., (2015), Penerapan Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Dilengkapi LKS untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Kelarutan dan Hasil kali Kelarutan Kelas XI MIA SMA Negeri 1 Banyudono Tahun Pelajaran 2014/2015,Jurnal Pendidikan Kimia,4(4): 54 – 60.

Siitonga, P., M., (2011),Statistika,FMIPA UNIMED, Medan.

Silitonga, P.M, (2013), Metodologi Penelitian Pendidikan, FMIPA UNIMED, Medan.

Siregar, E., (2010),Teori Belajar dan Pembelajaran. Ghalia Indonesia, Bogor.

Slameto., (2013), Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi, Rineka Cipta, Jakarta.

Slavin, R., E., (2005), Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Nusa Media, Bandung.

(30)

58

Sunarya, Y., Setiabudi, (2009),Mudah dan Aktif Belajar Kimia, PT Setia Purna Inves, Jakarta.

Suwardi, Soebiyanto, Widiasih, T.E, (2009), Panduan Pembelajaran Kimia, CV. Karya Mandiri Nusantara, Jakarta

Tarigan, R., Derlina, dan Megalina, Y., (2011), Strategi Belajar Mengajar, FMIPA UNIMED, Medan.

Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Ulum, B., Hidayah, R., (2015), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Pada Materi Pokok Ikatan Kimia Untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Sma Widya Darma Surabaya,UNESA Journal Of Chemical Education,2(4): 156-162. Wahyuni, S., Suryana, D., (2008), Panduan Praktikum Kimia SMA Kelas XI,

Erlangga, Jakarta.

Wijayanti, A., D., Susatyo, E., B., (2014), Penerapan Pembelajaran Group Investigation Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Koloid,Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia,8(1): 1300 – 130. Wildanishnaini, Susanti, E., Haryono, (2015), Penerapan Model Pembelajaran

Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Laju Reaksi Kelas XI SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014,Jurnal Pendidikan Kimia,4(1) : 151 – 156.

Yulianingsih, U., (2013), Keefektifan Pendekatan Student Centered Learning

Dengan Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar,Chemistry

Referensi

Dokumen terkait

Di Indonesia, dalam UUP dan KHI, per- aturan mengenai hak perempuan pasca per- ceraian yang berupa nafkah iddah talak adalah sebagai berikut: (a) bahwasannya

Sedangkan menurut Punia, et al (2012), literasi sains berarti pengetahuan dan pemahaman tentang konsep - konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model Project Besed Learning terhadap hasil belajar siswa pada materi reaksi redoks siswa kelas X IPA 1 di SMA Negeri 1 Lhoksukon,

(1) Struktur tarif retribusi pelayanan kepelabuhan digolongkan berdasarkan jenis jasa yang diberikan. Struktur dan besarnya Tarif Bagi Pelabuhan Lokal dalam Kabupaten

Setiap pengemudi kendaraan bermotor pada saat menjalankan / mengemudikan kendaraan bermotor di jalan tidak diijinkan melebihi kecepatan maksimum sebagaimana yang

Artinya jika suatu malam tercakup dalam nilai waktu purnama ± 1,71 hari secara astronomis dapat dikatakan sebagai hari-hari yang disebut Ayyām al-bīḍ , dengan catatan

Hasil penelitian pada rasio terbaik natrium monokloroasetat terhadap selulosa yang menghasilkan karboksimetil selulosa dari pelepah nanas yaitu 2.5 : 2.5 dengan nilai

Rasionalisasi pemilihan pengembangan instrumen asesmen autentik pada ranah keterampilan dengan teknik asesmen kinerja, proyek, serta portofolio didasarkan pada hasil