EFEK MODEL
KEMAMP
KETERA
Di Dalam M
P
UN
EL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAI
PUAN BERPIKIR KREATIF TERHA
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pad
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
NURUL AIN A.K CIBRO
NIM. 8146175024
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
RAINING DAN
HADAP
SWA MTs
ABSTRAK
Nurul Ain A.K Cibro. NIM. 8146175024. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa MTs. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran inquiry training dan dengan pembelajaran konvensional, keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif di atas rata–rata dan di bawah rata-rata, dan interaksi model pembelajaran inquiry training dan kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain two group pretest-postest design. Populasi Penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Al Washliyah Medan Krio. Pemilihan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Sampel dibagi dalam dua kelas, kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dan kelas kontrol diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian ini menggunakan keterampilan proses sains dalam bentuk unjuk kerja dan tes kemampuan berpikir kreatif dalam bentuk tes uraian serta telah dinyatakan valid dan reliabel. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional, keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif di bawah rata-rata, dan terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training dan kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
ABSTRACT
Nurul Ain A.K Cibro. NIM. 8146175024. The Effects of Inquiry Training Learning Model and Creative Thingking Ability on Student’s Science Process Skills. A Thesis. Medan: Post Graduate School, State University of Medan, 2016.
The aim of this research were to analyze the students’s science process skills by
using inquiry training learning model and using conventional learning, students’s
science process skills in the group of students who had creative thingking ability above average and below average, and interaction inquiry training learning model and convensional learning with creative thingking ability of the students’s
science process skills. This research carried out by a quasi-experimental with using two group pretest-postest design. The population of this study was class VIII MTs Al-Wahliyah Medan Krio. Sample selection was done by cluster random sampling. Sample devided two class, experiment class by using inquiry training learning model and control class by using conventional learning. The instruments of this study used science process skills in the perform work form and creative thingking ability test were collected by essay test which were valid and reliable. The data was analyzed by using two-way analysis of varians. The results of this research are students’s science process skills of inquiry training learning model
were better than conventional learning, students’sscience process skills who had
creative thingking ability above average were better than students who had creative thingking ability below average, and there were an interactions between the inquiry training learning model with creative thingking ability in improving students's science process skills.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa MTs”ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmatsyah, M. Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED yang telah memberi perhatian pada penyempurnaan tesis ini.
2. Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika sekaligus pembimbing II dan Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap. M.S selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, kritik, saran, dan motivasi sehingga tesis ini dapat diselesaikan. 3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M, Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan
Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si selaku narasumber yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
4. Bapak dan Ibu dosen pendidikan fisika program pascasarjana UNIMED yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan selama perkuliahan.
5. Seluruh pegawai Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan kemudahan dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
7. Ayahanda tercinta Abu Kasim, SE dan ibunda tercinta Siti Nurma yang terus memberikan motivasi dan doa serta kasih sayang yang tak henti, hanya Allah yang dapat membalasnya. Serta kakak-kakak (Dessi dan Nini), abang-abang (Lukman, Mulyadi, dan Ridwansyah) dan adik-adikku tersayang (Ikel, Asri, dan Khairi), juga keluarga besar (we, pun, inepun, ibi, kil, ngah, encu, ama kul, dll) dan orang terdekat, yang senantiasa memberikan motivasi dan doa. Juga tidak lupa untuk adik-adikku (ity, Wewen, dan Uly).
8. Bapak Kepala Sekolah (Drs. H. Amiruddinsyah) beserta seluruh keluarga besar SMAN 15 Takengon Binaan Nenggeri Antara.
9. Sahabat seperjuangan Kelas Reguler A-2 angkatan 2014 Program Studi Magister Pendidikan Fisika (kak Arini, Kak Bima, Envil, kak Fadillah, Fine, Haflah, Irdes, Ismadi, Johan, kak Naomi, kak Pesta, Putri, Aan, Siska dan Tio) yang telah memberikan dorongan, semangat, motivasi dan doa selama perkuliahan dan dalam penyelesaian tesis ini.
10. Teman-teman DIK-A angkatan 2009 Pend. Fisika UNIMED, teman-teman (Gea, Ayu, Vera, Wella, Yossi, Nura, Ade, Febri), juga untuk kak Siti, Santi, Dila, Winda, Mila, dan Ningsih. Terima kasih untuk doa dan dukungannya. 11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini.
Doa dan harapan penulis semoga Allah SWT membalas kebaikan dan bantuan yang telah saudara/i berikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya.
Medan, Juni 2016 Penulis,
v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 7
1.3. Batasan Masalah ... 7
1.4. Rumusan Masalah ... 8
1.5. Tujuan Penelitian ... 8
1.6. Manfaat Penelitian ... 9
1.6.1. Manfaat Praktis ... 9
1.6.2. Manfaat Teoritis ... 9
1.7. Definisi Operasional ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Kerangka Teoritis ... 11
2.1.1. Hakikat Model Pembelajaran Inquiry Training ... 11
2.1.1.1. Fase Model Pembelajaran Inquiry Training... 12
2.1.1.2. Prinsip Reaksi... 15
2.1.1.3. Sistem Sosial ... 15
2.1.1.4. Sistem Pendukung ... 17
2.1.1.5. Dampak Instruksional dan Pengiring ... 17
2.1.1.6. Kelebihan Model Pembelajaran Inquiry Training ... 18
2.1.2. Teori yang Melandasi Model Pembelajaran Inquiry Training ... 18
2.1.2.1. Teori Belajar Konstruktivis ... 19
2.1.2.2. Teori Belajar Kognitif Piaget ... 19
2.1.2.3. Teori Belajar Sosial Vygotsky ... 22
2.1.3. Pembelajaran Konvensional ... 23
2.1.4. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 25
2.1.4.1. Pengertian Berpikir Kreatif ... 25
2.1.4.2. Indikator Berfikir kreatif ... 26
2.1.5. Keterampilan Proses Sains ... 28
2.1.5.1. Pengertian Keterampilan Proses Sains ... 28
2.1.5.2. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 29
2.1.6. Penelitian yang Relevan ... 30
2.2. Kerangka Konseptual ... 32
2.2.2. Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Kelompok yang Memiliki Kemampuan Berpikir Kreatif Diatas Rata-Rata Lebih Baik Dibandingkan yang Dibawah
Rata-Rata ... 37
2.2.3. Ada Interaksi Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa ... 39
2.3. Hipotesis Penelitian ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 43
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43
3.3. Variabel Penelitian ... 43
3.4. Jenis dan Desain Penelitian ... 44
3.5. Prosedur Penelitian ... 46
3.6. Instrumen Penelitian ... 48
3.6.1. Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 48
3.6.2. Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif... 48
3.7. Validitas Instrumen Penelitian ... 49
3.8. Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 50
3.9. Teknik Analisis Data ... 51
3.9.1. Menentukan Mean ... 52
3.9.2. Menentukan Standar Deviasi ... 52
3.9.3. Uji Normalitas ... 52
3.9.4. Uji Homogenitas... 53
3.9.5. Uji Hipotesis... 54
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
4.1. Hasil Penelitian ... 58
4.1.1. Analisis Data KPS Pra-pembelajaran... 58
4.1.1.1. Uji Normalitas ... 59
4.1.1.2. Uji Homogenitas... 59
4.1.1.3. Uji Kesamaan Dua Rerata (Uji-t) ... 60
4.1.2. Hasil Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif ... 61
4.1.3. Tahap Perlakuan ... 62
4.1.4. Analisis Data KPS Pasca-pembelajaran ... 63
4.1.4.1. Uji Normalitas ... 64
4.1.4.2. Uji Homogenitas... 65
4.1.5. Deskripsi Keterampilan Proses Sains berdasarkan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 65
4.1.6. Pengujian Hipotesis ... 67
4.1. Pembahasan ... 71
vii
4.2.2. Keterampilan Proses Sains Siswa pada Kelompok yang Memiliki Kemampuan Berpikir Kreatif diatas Rata-Rata Lebih Baik Dibandingkan dengan yang
dibawah Rata-Rata ... 74
4.2.3. Ada Interaksi Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kreatif untuk meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa ... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80
5.1. Kesimpulan ... 80
5.2. Saran ... 81
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perilaku Siswa dalam Berpikir Kreatif ... 27
Tabel 2.2. Penelitian yang Relevan ... 30
Tabel 3.1. Two Group Pretes-Postes Design ... 44
Tabel 3.2. Desain Penelitan ANAVA ... 45
Tabel 3.3. Kisi-kisi Tes Keterampilan Proses Sains... 48
Tabel 3.4. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 49
Tabel 3.5. Ringkasan ANAVA Dua Jalur ... 55
Tabel 4.1. Data KPS Pra-pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 58
Tabel 4.2. Uji Normalitas Data KPS Pra-pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 59
Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data KPS Pra-pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 60
Tabel 4.4. Uji- t Data KPS Pra-pembelajaranKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 61
Tabel 4.5. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Gabungan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 61
Tabel 4.6. Data KPS Pasca-pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 64
Tabel 4.7. Uji Normalitas Data KPS Pasca-pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 64
Tabel 4.8. Uji Homogenitas Data KPS Pasca-pembelajaranKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 65
Tabel 4.9. Keterampilan Proses SainsSiswa berdasarkan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 66
Tabel 4.10. KPS Siswa berdasarkan Kemampuan Berpikir Kreatif di Atas Rata-Rata dan di Bawah Rata-Rata pada Masing-Masing Kelas ... 66
Tabel 4.11. Hasil ANAVA ... 67
Tabel 4.12. Data Hasil Perhitungan Anava Dua Jalur ... 68
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1... 85
Lampiran 1a. Bahan Ajar-1 ... 95
Lampiran 1b. Lembar Kerja Siswa-1 ... 97
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2... 101
Lampiran 2a Bahan Ajar-2 ... 111
Lampiran 2b. Lembar Kerja Siswa-2 ... 114
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III... 118
Lampiran 3a Bahan Ajar-3 ... 128
Lampiran 3b. Lembar Kerja Siswa-3 ... 129
Lampiran 4. Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 133
Lampiran 5. Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 139
Lampiran 6. Deskriptor Keterampilan Proses Sains ... 141
Lampiran 7. Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif ... 143
Lampiran 8. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 147
Lampiran 9. Uji Coba Lembar Kerja Siswa (Lks-1)... 149
Lampiran 10. Uji Coba Lembar Kerja Siswa (Lks-2)... 154
Lampiran 11. Uji Coba Lembar Kerja Siswa (Lks-3)... 159
Lampiran 12 Tabulasi Perhitungan Uji Reliabilitas... 163
Lampiran 13. Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol... 166
Lampiran 14. Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 167
Lampiran 15. Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Gabungan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 168
Lampiran 16. Rekapitulasi Nilai KPS Pra-pembelajaran Kelas Kontrol . 170 Lampiran 17. Rekapitulasi Nilai KPS Pra-pembelajaran Kelas Ekperimen... 171
Lampiran 18. Rekapitulasi Nilai KPS Pasca-pembelajaran Kelas Kontrol... 172
Lampiran 19. Rekapitulasi Nilai KPS Pasca-pembelajaran Kelas Ekperimen... 173
Lampiran 20. Tabulasi Pengelompokkan Data Kemampuan Berpikir Kreatif... 174
Lampiran 21. Deskripsi Statistik... 176
Lampiran 22. Uji Normalitas ... 177
Lampiran 23. Uji Homogenitas... 181
Lampiran 24. Uji Kesamaan Dua Rerata (Uji T)... 182
Lampiran 25. Uji Hipotesis... 183
Lampiran 26. Uji Lanjut... 186
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia yang
diperlukan dalam menjalani kehidupan. Melalui pendidikan diharapkan seseorang mampu mempersiapkan dirinya untuk bertanggungjawab baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya. Menurut Undang–undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan
juga merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa. Maju dan berkembangnya suatu negara tergantung dari kualitas pendidikannya. Adanya pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas pula, sehingga mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tuntutan kualitas pendidikan tersebut sepatutnya dicapai melalui
proses pendidikan, terutama proses pendidikan formal di sekolah.
Sains sebagai salah satu pendidikan yang diajarkan di sekolah merupakan suatu pengetahuan yang dapat diterima secara umum sebagai suatu produk ilmiah
dimana dalam penemuannya melalui penyelidikan yang terstruktur. Pengajaran sains merupakan proses aktif yang berlandaskan konsep konstruktivisme yang
2
(student centered instruction). Pengajaran yang demikian akan membuat proses kegiatan belajar mengajar menjadi tidak hanya searah. Hal ini sesuai dengan Permendikbud No. 69 tahun 2013 yang menyatakan perubahan pembelajaran
teacher centered menjadi student centered dengan penekanan pola belajar sendiri
menjadi belajar kelompok berbasis team, sehingga akan terjadi pembelajaran
interaktif.
Sebagai bagian dari sains, fisika memiliki sumbangan besar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, karena fisika memiliki struktur pengetahuan yang
diperoleh melalui metode yang teruji. Berdasarkan BSNP (2006) ada dua pertimbangan mengapa fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata
pelajaran tersendiri. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir sehingga berguna untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan
yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
Pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Pada dasarnya pembelajaran fisika perlu disesuaikan dengan cara fisikawan terdahulu dalam memperoleh
pengetahuan. Pembelajaran fisika dalam pelaksanaannya harus diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
3
lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan berpusat pada siswa. Pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil dari pembelajaran tersebut akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya masih banyak proses
pembelajaran yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran (Teacher Center Learning).
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di salah satu MTs menunjukkan bahwa pembelajaran masih dominan pada pemberian informasi dengan metode ceramah dan komunikasi berlangsung satu arah. Selain itu
penugasan dilakukan guru dengan memberikan latihan soal-soal kepada siswa. Proses pembelajaran menjadikan guru sebagai pemeran utama atau dengan kata
lain pembelajaran berpusat pada guru. Pengetahuan fisika yang diperoleh selama pembelajaran cenderung hanya secara teori. Kegiatan tersebut menimbulkan sebagian besar siswa kurang tertarik mengikuti pelajaran dan memicu siswa
menjadi pasif. Uraian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berlangsung dengan menerapkan pembelajaran konvensional.
Hal ini sejalan dengan permasalahan dalam penelitian Khalid dan Azeem
(2012) bahwa pembelajaran di tingkat universitas juga masih terbiasa menggunakan pembelajaran yang menekankan pada penjelasan teori dan hapalan
yang mencirikan penerapan pembelajaran tradisional. Penelitian lain oleh Abdi (2014) menyebutkan bahwa pembelajaran di kelas tradisional sering terlihat kelas didominasi instruksi langsung, pemberian informasi yang secara sepihak dan
4
penyampaian pembelajaran biasanya guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah yang bersifat yang monoton.
Kegiatan pembelajaran seperti di atas menimbulkan sebagian besar siswa
kurang tertarik mengikuti pelajaran dan memicu siswa menjadi pasif. Dampak dari hal itu yakni kurangnya kemampuan bertanya siswa. Pengetahuan fisika yang
diperoleh selama pembelajaran cenderung hanya secara teori. Hasil belajar yang diperoleh pembelajaran tersebut biasanya hanya untuk kemampuan kognitif saja. Selain itu dalam pembelajaran kegiatan praktikum jarang dilakukan. Penggunaan
alat-alat dalam laboratorium masih kurang optimal dikarenakan alat yang belum memadai. Selain itu, kegiatan praktikum dengan menggunakan alat sederhana
juga masih jarang dilaksanakan. Hal tersebut menyebabkan kurang terlatihnya kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis dan melakukan percobaan. Kemudian tentu saja kemampuan memperoleh dan menganalisis data hasil
percobaan serta menyimpulkan hasil percobaan juga tidak diperoleh siswa. Uraian tersebut menunjukkan bahwa kurangnya kemampuan meneliti yang dimiliki oleh siswa. Hal yang sama terdapat dalam penelitian Azizah dan Parmin (2012) yang
menemukan permasalahan mengenai kemampuan meneliti mahasiswa. Menurut informasi yang mereka peroleh sebenarnya mengenai teori telah diperoleh
mahasiswa tersebut sebelumnya, namun belum pernah melakukan latihan meneliti sehingga mahasiswa merasa tidak mampu mengerjakan tugas meneliti. Adapula Sarwi dan Khanafiyah (2010) melakukan penelitian untuk menghasilkan model
pengembangan laboratorium inkuiri melalui eksperimen inkuiri terbuka yang dari penelitian ini mahasiswa diharapkan dapat menguasai metode ilmiah melalui kerja
5
Masalah keterampilan meneliti ini tentunya harus diatasi. Salah satunya adalah melalui pemilihan model pembelajaran. Upaya melakukan perbaikan atau memilih model pembelajaran yang sesuai sudah menjadi tugas seorang guru
dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran yang dipilih hendaknya melibatkan siswa secara aktif sehingga dapat mengatasi permasalahan yang ada.
Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat berdampak pada kemampuan meneliti siswa. Model pembelajaran inquiry training adalah model yang cocok dipilih untuk mengatasi hal tersebut. Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah seorang guru MTs di tempat penelitian akan dilaksanakan diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran belum pernah menerapkan model
pembelajaran tersebut. Melalui model pembelajaran ini diharapkan kemampuan meneliti siswa dapat dilatih dan ditingkatkan.
Kemampuan meneliti siswa dapat dikembangkan melalui proses
pembelajaran aktif yang melibatkan siswa. Para siswa hendaknya dilatih untuk mengembangkan keterampilan proses khususnya keterampilan proses sains. Kurangnya kemampuan meneliti siswa di MTs tempat penelitian akan dilakukan
menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa masih rendah.
Penelitian mengenai keterampilan proses sains tersebut telah banyak
dilakukan sebelumnya. Salah satunya oleh Ergul et al (2011) yang memfokuskan penelitian pada tingkat keterampilan proses sains siswa sekolah dasar. Selain itu, adapula penelitian Rahayu dkk (2011) yang mengidentifikasi ada masih
kurangnya keterampilan proses siswa di SMP Negeri 1 Getasan. Kemudian pentingnya keterampilan proses sains dalam pembelajaran juga melatarbelangi
6
Melalui penerapan model pembelajaran inquiry training diharapkan mampu mengatasi keterampilan proses sains siswa. Hal tersebut dikarenakan kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan model tersebut dilakukan melalui kegiatan
mengajukan kegiatan bertanya dimana pertanyaan hanya dapat dijawab dengan kata “ya” dan “tidak”. Selain itu kegiatan model ini juga melalui kegiatan
eksperimen yang membuat siswa dapat mencoba berbagai cara untuk menyelesaikan eksperimen yang dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut akan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan hal itu kemampuan
berpikir kreatif siswa menjadi hal yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Hal yang menjadi permasalahan sebelumnya
mengenai keterampilan proses sains siswa berdampak pada kurangnya kemampuan berpikir kreatif siswa. Barrow (2010) dalam penelitiannya memaparkan masalah yang berkaitan dengan kreativitas. Menurut informasi yang
diperolehnya, melalui kreativitas seseorang akan mencapai jalan menuju penemuan ilmiah sehingga kreativitas perlu ditingkatkan. Penelitian lain yang mengangkat masalah berpikir kreatif dilakukan oleh Cheng (2010), ia
menyebutkan bahwa para guru memiliki sedikit pengalaman mengajarkan kreativitas. Hal ini menyebabkan kurangnya pengembangan berpikir kreatif siswa
dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan
7
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Proses pembelajaran fisika masih berpusat pada guru
2. Pembelajaran yang diterapkan masih pembelajaran konvensional
3. Pelaksanaan praktikum masih jarang dilaksanakan
4. Hasil kegiatan pembelajaran yang diukur masih menekankan pada hasil belajar kognitif
5. Kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah 6. Keterampilan proses sains siswa masih rendah
1.3. BATASAN MASALAH
Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan di MTs Al Washliyah Medan Krio tahun ajaran 2015/2016.
2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah model pembelajaraninquiry training.
3. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif siswa.
8
1.4. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran inquiry training lebih baik dibandingkan dengan keterampilan proses sains
siswa dengan pembelajaran konvensional?
2. Apakah keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif di atas rata–rata lebih baik dibandingkan dengan
keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif di bawah rata-rata?
3. Apakah ada interaksi model pembelajaran inquiry training dan kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa?
1.5. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran inquiry training lebih baik atau tidak dibandingkan dengan
keterampilan proses sains siswa dengan pembelajaran konvensional. 2. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif di atas rata–rata lebih baik atau tidak
9
3. Untuk mengetahui interaksi model pembelajaran inquiry training dan kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
1.6. MANFAAT PENELITIAN
1.6.1. Manfaat Praktis :
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan informasi kepada sekolah tentang kelebihan model pembelajaran inquiry training dan kemampuan berpikir kreatif dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
2. Membantu guru dalam menambah wawasan untuk menerapkan model pembelajaran yang relevan.
1.6.2. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memodifikasi model pembelajaran inquiry dengan memasukkan variabel lain dalam penelitian selain kemampuan berpikir kreatif.
2. Sebagai referensi penelitian lanjutan.
1.7. DEFENISI OPERASIONAL
Istilah yang digunakan dalam penelitian ini dibuat defenisi operasionalnya sebagai berikut :
Model pembelajaran inquiry training adalah suatu model pembelajaran
berdasarkan proses ilmiah yang membawa siswanya ke dalam
10
training meliputi menghadapkan pada masalah, pengumpulan data–
verifikasi, pengumpulan data–eksperimen, mengolah dan merumuskan suatu penjelasan serta analisis proses inquiry.
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menciptakan sesuatu,
memberikan gagasan-gagasan dan melihat hubungan-hubungan yang baru
menggunakan sesuatu yang telah ada dengan cara yang baru dan langka. Adapun indikator berpikir kreatif meliputi berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal dan berpikir terperinci.
Keterampilan proses sains adalah keterampilan dalam melakukan
aktivitas-aktivitas yang terkait dengan sains dengan menerapkan metode
ilmiah untuk memperoleh fakta, konsep maupun pengembangan konsep. Adapun indikator keterampilan proses sains meliputi mengobservasi, mengumpulkan dan mengorganisasi data, mengidentifikasi dan
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, A. 2014. The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students’ Academic Achievement in Science Course.Universal Journal of Educational Research. 2 (1) : 37-41
Anggraini, D. P. 2015. Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Negeri 1 Stabat. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Azizah, A. & Parmin. 2012. Inquiry Training untuk Mengembangkan Ketrampilan Meneliti Mahasiswa. Unnes Science Education Journal (USEJ), 1 (1) : 1-11
Barrow, L. H. 2010. Encouraging Creativity with Scientific Inquiry.Creative Education, 1 (1) : 1-6
BSNP (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen
Cheng, V. 2010. Teaching creative thingking in regular science lessons : Potentials and obstacles of three different approaches in an Asian context. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 11 (17) : 1-21
Dahar, R. W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga
Deta, U. A. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Dan Proyek, Kreativitas, Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Indonesia 9 (2011) : 28-34
Dimyati & Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Ergul, R., Simsekli, Y., Calis, S., Ozdilek, Z., Gocmencelebi, S. & Meral, S. 2011. The Effects Of Inquiry-Based Science Teaching On Elementary School Students’ Science Process Skills and Science Attitudes. Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), 5 (1) : 48-68
Foster, B. 2004. Terpadu Fisika SMA Jilid 2B. Jakarta : Erlangga
Giancoli, G. C 2007. Fisika jilid 1. Jakarta : Erlangga
Halliday, D., Resnick, H. & Walker, J. 2010. Fundamental of Physics. United States of America : John Wiley & Sons
83
Hilman. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Mind Map terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar IPA. Jurnal Pendidikan Sains, 2 (4) : 221-229
Indahwati, T., Sunarno, W., & Sajidan. 2012. Penerapan Model Inquiry Training Melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle Ditinjau dari Tingkat Keberagaman Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori. Jurnal Inkuiri, 1 (3) : 258-265
Joyce, B. & Weil, M. 2003. Models of Teaching Fifth Edition. New Delhi : Prentice Hall, Private Limited
Kanginan, M. 2004. Fisika untuk SMA kelas XI Semester 2. Jakarta : Erlangga Khalid, A. & Azeem, M. 2012. Constructivist Vs Traditional : Effective
Instructional Approach in Teacher Education. International Journal of Humanities and Social Science. 2 (5) : 170-177
Knigh, D. R. 2008. Physics for Scientists and Engineers Second Edition. City College of San Fransisco : Pearson Addison Wesley
Kuspriyanto, B. 2013. Strategi Pembelajaran Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Teknologi Pendidikan, 6 (2)
Munandar, U. 2009. Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta : Rineka cipta
Pointing, H. J. & Thomson, J. J. 1925. A Text Book of Physics. London : Charles Griffin and Company, Limited
Puspita, D, Rohima, I. 2009. Alam Sekitar IPA Terpadu : untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Rahayu, E., Susanto, H., & Yulianti, D. 2011. Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7 (2011) : 106-110
Ramadhani, I. 2015. Efek Model Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Strategi Think Talk Write Dan Kreativitas Ilmiah Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA Negeri 1 Babalan. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Sahyar. 2015. Konsep dan Teori Sains Fisika. Medan : Unimed Press
84
Silitonga, P., Harahap, M.B., & Derlina. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Fisika, 5 (1) : 44-50
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta
Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Suyanto & Jihad, A. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta : Esensi Erlangga Group
Tawil, M. & Liliasari. 2014. Keterampilan-keterampilan Sains dan Implesentasi dalam Pembelajaran IPA. Makasar : UNM
Tim Pascasarjana Unimed. 2014. Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis dan Disertasi. Medan : Program Pascasarjana Unimed