• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MTS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MTS."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL

KEMAMP

KETERA

Di Dalam M

P

UN

EL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAI

PUAN BERPIKIR KREATIF TERHA

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pad

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

NURUL AIN A.K CIBRO

NIM. 8146175024

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016

RAINING DAN

HADAP

SWA MTs

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Nurul Ain A.K Cibro. NIM. 8146175024. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa MTs. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran inquiry training dan dengan pembelajaran konvensional, keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif di atas rata–rata dan di bawah rata-rata, dan interaksi model pembelajaran inquiry training dan kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain two group pretest-postest design. Populasi Penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Al Washliyah Medan Krio. Pemilihan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Sampel dibagi dalam dua kelas, kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dan kelas kontrol diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian ini menggunakan keterampilan proses sains dalam bentuk unjuk kerja dan tes kemampuan berpikir kreatif dalam bentuk tes uraian serta telah dinyatakan valid dan reliabel. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional, keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif di bawah rata-rata, dan terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training dan kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

(6)

ABSTRACT

Nurul Ain A.K Cibro. NIM. 8146175024. The Effects of Inquiry Training Learning Model and Creative Thingking Ability on Students Science Process Skills. A Thesis. Medan: Post Graduate School, State University of Medan, 2016.

The aim of this research were to analyze the students’s science process skills by

using inquiry training learning model and using conventional learning, students’s

science process skills in the group of students who had creative thingking ability above average and below average, and interaction inquiry training learning model and convensional learning with creative thingking ability of the students’s

science process skills. This research carried out by a quasi-experimental with using two group pretest-postest design. The population of this study was class VIII MTs Al-Wahliyah Medan Krio. Sample selection was done by cluster random sampling. Sample devided two class, experiment class by using inquiry training learning model and control class by using conventional learning. The instruments of this study used science process skills in the perform work form and creative thingking ability test were collected by essay test which were valid and reliable. The data was analyzed by using two-way analysis of varians. The results of this research are students’s science process skills of inquiry training learning model

were better than conventional learning, students’sscience process skills who had

creative thingking ability above average were better than students who had creative thingking ability below average, and there were an interactions between the inquiry training learning model with creative thingking ability in improving students's science process skills.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa MTs”ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmatsyah, M. Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED yang telah memberi perhatian pada penyempurnaan tesis ini.

2. Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika sekaligus pembimbing II dan Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap. M.S selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, kritik, saran, dan motivasi sehingga tesis ini dapat diselesaikan. 3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M, Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan

Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si selaku narasumber yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

4. Bapak dan Ibu dosen pendidikan fisika program pascasarjana UNIMED yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan selama perkuliahan.

5. Seluruh pegawai Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan kemudahan dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

(8)

7. Ayahanda tercinta Abu Kasim, SE dan ibunda tercinta Siti Nurma yang terus memberikan motivasi dan doa serta kasih sayang yang tak henti, hanya Allah yang dapat membalasnya. Serta kakak-kakak (Dessi dan Nini), abang-abang (Lukman, Mulyadi, dan Ridwansyah) dan adik-adikku tersayang (Ikel, Asri, dan Khairi), juga keluarga besar (we, pun, inepun, ibi, kil, ngah, encu, ama kul, dll) dan orang terdekat, yang senantiasa memberikan motivasi dan doa. Juga tidak lupa untuk adik-adikku (ity, Wewen, dan Uly).

8. Bapak Kepala Sekolah (Drs. H. Amiruddinsyah) beserta seluruh keluarga besar SMAN 15 Takengon Binaan Nenggeri Antara.

9. Sahabat seperjuangan Kelas Reguler A-2 angkatan 2014 Program Studi Magister Pendidikan Fisika (kak Arini, Kak Bima, Envil, kak Fadillah, Fine, Haflah, Irdes, Ismadi, Johan, kak Naomi, kak Pesta, Putri, Aan, Siska dan Tio) yang telah memberikan dorongan, semangat, motivasi dan doa selama perkuliahan dan dalam penyelesaian tesis ini.

10. Teman-teman DIK-A angkatan 2009 Pend. Fisika UNIMED, teman-teman (Gea, Ayu, Vera, Wella, Yossi, Nura, Ade, Febri), juga untuk kak Siti, Santi, Dila, Winda, Mila, dan Ningsih. Terima kasih untuk doa dan dukungannya. 11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini.

Doa dan harapan penulis semoga Allah SWT membalas kebaikan dan bantuan yang telah saudara/i berikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada para pembacanya.

Medan, Juni 2016 Penulis,

(9)

v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Batasan Masalah ... 7

1.4. Rumusan Masalah ... 8

1.5. Tujuan Penelitian ... 8

1.6. Manfaat Penelitian ... 9

1.6.1. Manfaat Praktis ... 9

1.6.2. Manfaat Teoritis ... 9

1.7. Definisi Operasional ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Kerangka Teoritis ... 11

2.1.1. Hakikat Model Pembelajaran Inquiry Training ... 11

2.1.1.1. Fase Model Pembelajaran Inquiry Training... 12

2.1.1.2. Prinsip Reaksi... 15

2.1.1.3. Sistem Sosial ... 15

2.1.1.4. Sistem Pendukung ... 17

2.1.1.5. Dampak Instruksional dan Pengiring ... 17

2.1.1.6. Kelebihan Model Pembelajaran Inquiry Training ... 18

2.1.2. Teori yang Melandasi Model Pembelajaran Inquiry Training ... 18

2.1.2.1. Teori Belajar Konstruktivis ... 19

2.1.2.2. Teori Belajar Kognitif Piaget ... 19

2.1.2.3. Teori Belajar Sosial Vygotsky ... 22

2.1.3. Pembelajaran Konvensional ... 23

2.1.4. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 25

2.1.4.1. Pengertian Berpikir Kreatif ... 25

2.1.4.2. Indikator Berfikir kreatif ... 26

2.1.5. Keterampilan Proses Sains ... 28

2.1.5.1. Pengertian Keterampilan Proses Sains ... 28

2.1.5.2. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 29

2.1.6. Penelitian yang Relevan ... 30

2.2. Kerangka Konseptual ... 32

(10)

2.2.2. Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Kelompok yang Memiliki Kemampuan Berpikir Kreatif Diatas Rata-Rata Lebih Baik Dibandingkan yang Dibawah

Rata-Rata ... 37

2.2.3. Ada Interaksi Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kreatif untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa ... 39

2.3. Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

3.3. Variabel Penelitian ... 43

3.4. Jenis dan Desain Penelitian ... 44

3.5. Prosedur Penelitian ... 46

3.6. Instrumen Penelitian ... 48

3.6.1. Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 48

3.6.2. Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif... 48

3.7. Validitas Instrumen Penelitian ... 49

3.8. Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 50

3.9. Teknik Analisis Data ... 51

3.9.1. Menentukan Mean ... 52

3.9.2. Menentukan Standar Deviasi ... 52

3.9.3. Uji Normalitas ... 52

3.9.4. Uji Homogenitas... 53

3.9.5. Uji Hipotesis... 54

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1. Hasil Penelitian ... 58

4.1.1. Analisis Data KPS Pra-pembelajaran... 58

4.1.1.1. Uji Normalitas ... 59

4.1.1.2. Uji Homogenitas... 59

4.1.1.3. Uji Kesamaan Dua Rerata (Uji-t) ... 60

4.1.2. Hasil Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif ... 61

4.1.3. Tahap Perlakuan ... 62

4.1.4. Analisis Data KPS Pasca-pembelajaran ... 63

4.1.4.1. Uji Normalitas ... 64

4.1.4.2. Uji Homogenitas... 65

4.1.5. Deskripsi Keterampilan Proses Sains berdasarkan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 65

4.1.6. Pengujian Hipotesis ... 67

4.1. Pembahasan ... 71

(11)

vii

4.2.2. Keterampilan Proses Sains Siswa pada Kelompok yang Memiliki Kemampuan Berpikir Kreatif diatas Rata-Rata Lebih Baik Dibandingkan dengan yang

dibawah Rata-Rata ... 74

4.2.3. Ada Interaksi Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Kreatif untuk meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1. Kesimpulan ... 80

5.2. Saran ... 81

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Perilaku Siswa dalam Berpikir Kreatif ... 27

Tabel 2.2. Penelitian yang Relevan ... 30

Tabel 3.1. Two Group Pretes-Postes Design ... 44

Tabel 3.2. Desain Penelitan ANAVA ... 45

Tabel 3.3. Kisi-kisi Tes Keterampilan Proses Sains... 48

Tabel 3.4. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 49

Tabel 3.5. Ringkasan ANAVA Dua Jalur ... 55

Tabel 4.1. Data KPS Pra-pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 58

Tabel 4.2. Uji Normalitas Data KPS Pra-pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 59

Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data KPS Pra-pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 60

Tabel 4.4. Uji- t Data KPS Pra-pembelajaranKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 61

Tabel 4.5. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Gabungan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 61

Tabel 4.6. Data KPS Pasca-pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 64

Tabel 4.7. Uji Normalitas Data KPS Pasca-pembelajaran Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 64

Tabel 4.8. Uji Homogenitas Data KPS Pasca-pembelajaranKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 65

Tabel 4.9. Keterampilan Proses SainsSiswa berdasarkan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 66

Tabel 4.10. KPS Siswa berdasarkan Kemampuan Berpikir Kreatif di Atas Rata-Rata dan di Bawah Rata-Rata pada Masing-Masing Kelas ... 66

Tabel 4.11. Hasil ANAVA ... 67

Tabel 4.12. Data Hasil Perhitungan Anava Dua Jalur ... 68

(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1... 85

Lampiran 1a. Bahan Ajar-1 ... 95

Lampiran 1b. Lembar Kerja Siswa-1 ... 97

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2... 101

Lampiran 2a Bahan Ajar-2 ... 111

Lampiran 2b. Lembar Kerja Siswa-2 ... 114

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III... 118

Lampiran 3a Bahan Ajar-3 ... 128

Lampiran 3b. Lembar Kerja Siswa-3 ... 129

Lampiran 4. Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 133

Lampiran 5. Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 139

Lampiran 6. Deskriptor Keterampilan Proses Sains ... 141

Lampiran 7. Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif ... 143

Lampiran 8. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 147

Lampiran 9. Uji Coba Lembar Kerja Siswa (Lks-1)... 149

Lampiran 10. Uji Coba Lembar Kerja Siswa (Lks-2)... 154

Lampiran 11. Uji Coba Lembar Kerja Siswa (Lks-3)... 159

Lampiran 12 Tabulasi Perhitungan Uji Reliabilitas... 163

Lampiran 13. Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol... 166

Lampiran 14. Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 167

Lampiran 15. Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Gabungan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 168

Lampiran 16. Rekapitulasi Nilai KPS Pra-pembelajaran Kelas Kontrol . 170 Lampiran 17. Rekapitulasi Nilai KPS Pra-pembelajaran Kelas Ekperimen... 171

Lampiran 18. Rekapitulasi Nilai KPS Pasca-pembelajaran Kelas Kontrol... 172

Lampiran 19. Rekapitulasi Nilai KPS Pasca-pembelajaran Kelas Ekperimen... 173

Lampiran 20. Tabulasi Pengelompokkan Data Kemampuan Berpikir Kreatif... 174

Lampiran 21. Deskripsi Statistik... 176

Lampiran 22. Uji Normalitas ... 177

Lampiran 23. Uji Homogenitas... 181

Lampiran 24. Uji Kesamaan Dua Rerata (Uji T)... 182

Lampiran 25. Uji Hipotesis... 183

Lampiran 26. Uji Lanjut... 186

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia yang

diperlukan dalam menjalani kehidupan. Melalui pendidikan diharapkan seseorang mampu mempersiapkan dirinya untuk bertanggungjawab baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya. Menurut Undang–undang No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan

juga merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa. Maju dan berkembangnya suatu negara tergantung dari kualitas pendidikannya. Adanya pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang

berkualitas pula, sehingga mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tuntutan kualitas pendidikan tersebut sepatutnya dicapai melalui

proses pendidikan, terutama proses pendidikan formal di sekolah.

Sains sebagai salah satu pendidikan yang diajarkan di sekolah merupakan suatu pengetahuan yang dapat diterima secara umum sebagai suatu produk ilmiah

dimana dalam penemuannya melalui penyelidikan yang terstruktur. Pengajaran sains merupakan proses aktif yang berlandaskan konsep konstruktivisme yang

(15)

2

(student centered instruction). Pengajaran yang demikian akan membuat proses kegiatan belajar mengajar menjadi tidak hanya searah. Hal ini sesuai dengan Permendikbud No. 69 tahun 2013 yang menyatakan perubahan pembelajaran

teacher centered menjadi student centered dengan penekanan pola belajar sendiri

menjadi belajar kelompok berbasis team, sehingga akan terjadi pembelajaran

interaktif.

Sebagai bagian dari sains, fisika memiliki sumbangan besar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, karena fisika memiliki struktur pengetahuan yang

diperoleh melalui metode yang teruji. Berdasarkan BSNP (2006) ada dua pertimbangan mengapa fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata

pelajaran tersendiri. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir sehingga berguna untuk menyelesaikan masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan

yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi.

Pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri untuk menumbuhkan

kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Pada dasarnya pembelajaran fisika perlu disesuaikan dengan cara fisikawan terdahulu dalam memperoleh

pengetahuan. Pembelajaran fisika dalam pelaksanaannya harus diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh

(16)

3

lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan berpusat pada siswa. Pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil dari pembelajaran tersebut akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya masih banyak proses

pembelajaran yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran (Teacher Center Learning).

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di salah satu MTs menunjukkan bahwa pembelajaran masih dominan pada pemberian informasi dengan metode ceramah dan komunikasi berlangsung satu arah. Selain itu

penugasan dilakukan guru dengan memberikan latihan soal-soal kepada siswa. Proses pembelajaran menjadikan guru sebagai pemeran utama atau dengan kata

lain pembelajaran berpusat pada guru. Pengetahuan fisika yang diperoleh selama pembelajaran cenderung hanya secara teori. Kegiatan tersebut menimbulkan sebagian besar siswa kurang tertarik mengikuti pelajaran dan memicu siswa

menjadi pasif. Uraian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berlangsung dengan menerapkan pembelajaran konvensional.

Hal ini sejalan dengan permasalahan dalam penelitian Khalid dan Azeem

(2012) bahwa pembelajaran di tingkat universitas juga masih terbiasa menggunakan pembelajaran yang menekankan pada penjelasan teori dan hapalan

yang mencirikan penerapan pembelajaran tradisional. Penelitian lain oleh Abdi (2014) menyebutkan bahwa pembelajaran di kelas tradisional sering terlihat kelas didominasi instruksi langsung, pemberian informasi yang secara sepihak dan

(17)

4

penyampaian pembelajaran biasanya guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah yang bersifat yang monoton.

Kegiatan pembelajaran seperti di atas menimbulkan sebagian besar siswa

kurang tertarik mengikuti pelajaran dan memicu siswa menjadi pasif. Dampak dari hal itu yakni kurangnya kemampuan bertanya siswa. Pengetahuan fisika yang

diperoleh selama pembelajaran cenderung hanya secara teori. Hasil belajar yang diperoleh pembelajaran tersebut biasanya hanya untuk kemampuan kognitif saja. Selain itu dalam pembelajaran kegiatan praktikum jarang dilakukan. Penggunaan

alat-alat dalam laboratorium masih kurang optimal dikarenakan alat yang belum memadai. Selain itu, kegiatan praktikum dengan menggunakan alat sederhana

juga masih jarang dilaksanakan. Hal tersebut menyebabkan kurang terlatihnya kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis dan melakukan percobaan. Kemudian tentu saja kemampuan memperoleh dan menganalisis data hasil

percobaan serta menyimpulkan hasil percobaan juga tidak diperoleh siswa. Uraian tersebut menunjukkan bahwa kurangnya kemampuan meneliti yang dimiliki oleh siswa. Hal yang sama terdapat dalam penelitian Azizah dan Parmin (2012) yang

menemukan permasalahan mengenai kemampuan meneliti mahasiswa. Menurut informasi yang mereka peroleh sebenarnya mengenai teori telah diperoleh

mahasiswa tersebut sebelumnya, namun belum pernah melakukan latihan meneliti sehingga mahasiswa merasa tidak mampu mengerjakan tugas meneliti. Adapula Sarwi dan Khanafiyah (2010) melakukan penelitian untuk menghasilkan model

pengembangan laboratorium inkuiri melalui eksperimen inkuiri terbuka yang dari penelitian ini mahasiswa diharapkan dapat menguasai metode ilmiah melalui kerja

(18)

5

Masalah keterampilan meneliti ini tentunya harus diatasi. Salah satunya adalah melalui pemilihan model pembelajaran. Upaya melakukan perbaikan atau memilih model pembelajaran yang sesuai sudah menjadi tugas seorang guru

dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran yang dipilih hendaknya melibatkan siswa secara aktif sehingga dapat mengatasi permasalahan yang ada.

Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat berdampak pada kemampuan meneliti siswa. Model pembelajaran inquiry training adalah model yang cocok dipilih untuk mengatasi hal tersebut. Berdasarkan hasil wawancara

dengan salah seorang guru MTs di tempat penelitian akan dilaksanakan diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran belum pernah menerapkan model

pembelajaran tersebut. Melalui model pembelajaran ini diharapkan kemampuan meneliti siswa dapat dilatih dan ditingkatkan.

Kemampuan meneliti siswa dapat dikembangkan melalui proses

pembelajaran aktif yang melibatkan siswa. Para siswa hendaknya dilatih untuk mengembangkan keterampilan proses khususnya keterampilan proses sains. Kurangnya kemampuan meneliti siswa di MTs tempat penelitian akan dilakukan

menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa masih rendah.

Penelitian mengenai keterampilan proses sains tersebut telah banyak

dilakukan sebelumnya. Salah satunya oleh Ergul et al (2011) yang memfokuskan penelitian pada tingkat keterampilan proses sains siswa sekolah dasar. Selain itu, adapula penelitian Rahayu dkk (2011) yang mengidentifikasi ada masih

kurangnya keterampilan proses siswa di SMP Negeri 1 Getasan. Kemudian pentingnya keterampilan proses sains dalam pembelajaran juga melatarbelangi

(19)

6

Melalui penerapan model pembelajaran inquiry training diharapkan mampu mengatasi keterampilan proses sains siswa. Hal tersebut dikarenakan kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan model tersebut dilakukan melalui kegiatan

mengajukan kegiatan bertanya dimana pertanyaan hanya dapat dijawab dengan kata “ya” dan “tidak”. Selain itu kegiatan model ini juga melalui kegiatan

eksperimen yang membuat siswa dapat mencoba berbagai cara untuk menyelesaikan eksperimen yang dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut akan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan hal itu kemampuan

berpikir kreatif siswa menjadi hal yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Hal yang menjadi permasalahan sebelumnya

mengenai keterampilan proses sains siswa berdampak pada kurangnya kemampuan berpikir kreatif siswa. Barrow (2010) dalam penelitiannya memaparkan masalah yang berkaitan dengan kreativitas. Menurut informasi yang

diperolehnya, melalui kreativitas seseorang akan mencapai jalan menuju penemuan ilmiah sehingga kreativitas perlu ditingkatkan. Penelitian lain yang mengangkat masalah berpikir kreatif dilakukan oleh Cheng (2010), ia

menyebutkan bahwa para guru memiliki sedikit pengalaman mengajarkan kreativitas. Hal ini menyebabkan kurangnya pengembangan berpikir kreatif siswa

dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan

(20)

7

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Proses pembelajaran fisika masih berpusat pada guru

2. Pembelajaran yang diterapkan masih pembelajaran konvensional

3. Pelaksanaan praktikum masih jarang dilaksanakan

4. Hasil kegiatan pembelajaran yang diukur masih menekankan pada hasil belajar kognitif

5. Kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah 6. Keterampilan proses sains siswa masih rendah

1.3. BATASAN MASALAH

Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka perlu

dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan di MTs Al Washliyah Medan Krio tahun ajaran 2015/2016.

2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah model pembelajaraninquiry training.

3. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif siswa.

(21)

8

1.4. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran inquiry training lebih baik dibandingkan dengan keterampilan proses sains

siswa dengan pembelajaran konvensional?

2. Apakah keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif di atas rata–rata lebih baik dibandingkan dengan

keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif di bawah rata-rata?

3. Apakah ada interaksi model pembelajaran inquiry training dan kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa?

1.5. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran inquiry training lebih baik atau tidak dibandingkan dengan

keterampilan proses sains siswa dengan pembelajaran konvensional. 2. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kreatif di atas rata–rata lebih baik atau tidak

(22)

9

3. Untuk mengetahui interaksi model pembelajaran inquiry training dan kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

1.6. MANFAAT PENELITIAN

1.6.1. Manfaat Praktis :

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Memberikan informasi kepada sekolah tentang kelebihan model pembelajaran inquiry training dan kemampuan berpikir kreatif dalam

meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

2. Membantu guru dalam menambah wawasan untuk menerapkan model pembelajaran yang relevan.

1.6.2. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Memodifikasi model pembelajaran inquiry dengan memasukkan variabel lain dalam penelitian selain kemampuan berpikir kreatif.

2. Sebagai referensi penelitian lanjutan.

1.7. DEFENISI OPERASIONAL

Istilah yang digunakan dalam penelitian ini dibuat defenisi operasionalnya sebagai berikut :

Model pembelajaran inquiry training adalah suatu model pembelajaran

berdasarkan proses ilmiah yang membawa siswanya ke dalam

(23)

10

training meliputi menghadapkan pada masalah, pengumpulan data

verifikasi, pengumpulan data–eksperimen, mengolah dan merumuskan suatu penjelasan serta analisis proses inquiry.

 Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menciptakan sesuatu,

memberikan gagasan-gagasan dan melihat hubungan-hubungan yang baru

menggunakan sesuatu yang telah ada dengan cara yang baru dan langka. Adapun indikator berpikir kreatif meliputi berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal dan berpikir terperinci.

 Keterampilan proses sains adalah keterampilan dalam melakukan

aktivitas-aktivitas yang terkait dengan sains dengan menerapkan metode

ilmiah untuk memperoleh fakta, konsep maupun pengembangan konsep. Adapun indikator keterampilan proses sains meliputi mengobservasi, mengumpulkan dan mengorganisasi data, mengidentifikasi dan

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, A. 2014. The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students’ Academic Achievement in Science Course.Universal Journal of Educational Research. 2 (1) : 37-41

Anggraini, D. P. 2015. Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Negeri 1 Stabat. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Azizah, A. & Parmin. 2012. Inquiry Training untuk Mengembangkan Ketrampilan Meneliti Mahasiswa. Unnes Science Education Journal (USEJ), 1 (1) : 1-11

Barrow, L. H. 2010. Encouraging Creativity with Scientific Inquiry.Creative Education, 1 (1) : 1-6

BSNP (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen

Cheng, V. 2010. Teaching creative thingking in regular science lessons : Potentials and obstacles of three different approaches in an Asian context. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 11 (17) : 1-21

Dahar, R. W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga

Deta, U. A. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Dan Proyek, Kreativitas, Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Indonesia 9 (2011) : 28-34

Dimyati & Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Ergul, R., Simsekli, Y., Calis, S., Ozdilek, Z., Gocmencelebi, S. & Meral, S. 2011. The Effects Of Inquiry-Based Science Teaching On Elementary School Students’ Science Process Skills and Science Attitudes. Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), 5 (1) : 48-68

Foster, B. 2004. Terpadu Fisika SMA Jilid 2B. Jakarta : Erlangga

Giancoli, G. C 2007. Fisika jilid 1. Jakarta : Erlangga

Halliday, D., Resnick, H. & Walker, J. 2010. Fundamental of Physics. United States of America : John Wiley & Sons

(25)

83

Hilman. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Mind Map terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar IPA. Jurnal Pendidikan Sains, 2 (4) : 221-229

Indahwati, T., Sunarno, W., & Sajidan. 2012. Penerapan Model Inquiry Training Melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle Ditinjau dari Tingkat Keberagaman Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori. Jurnal Inkuiri, 1 (3) : 258-265

Joyce, B. & Weil, M. 2003. Models of Teaching Fifth Edition. New Delhi : Prentice Hall, Private Limited

Kanginan, M. 2004. Fisika untuk SMA kelas XI Semester 2. Jakarta : Erlangga Khalid, A. & Azeem, M. 2012. Constructivist Vs Traditional : Effective

Instructional Approach in Teacher Education. International Journal of Humanities and Social Science. 2 (5) : 170-177

Knigh, D. R. 2008. Physics for Scientists and Engineers Second Edition. City College of San Fransisco : Pearson Addison Wesley

Kuspriyanto, B. 2013. Strategi Pembelajaran Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Hasil Belajar Fisika. Jurnal Teknologi Pendidikan, 6 (2)

Munandar, U. 2009. Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta : Rineka cipta

Pointing, H. J. & Thomson, J. J. 1925. A Text Book of Physics. London : Charles Griffin and Company, Limited

Puspita, D, Rohima, I. 2009. Alam Sekitar IPA Terpadu : untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Rahayu, E., Susanto, H., & Yulianti, D. 2011. Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7 (2011) : 106-110

Ramadhani, I. 2015. Efek Model Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Strategi Think Talk Write Dan Kreativitas Ilmiah Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA Negeri 1 Babalan. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Sahyar. 2015. Konsep dan Teori Sains Fisika. Medan : Unimed Press

(26)

84

Silitonga, P., Harahap, M.B., & Derlina. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Fisika, 5 (1) : 44-50

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta

Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Suyanto & Jihad, A. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta : Esensi Erlangga Group

Tawil, M. & Liliasari. 2014. Keterampilan-keterampilan Sains dan Implesentasi dalam Pembelajaran IPA. Makasar : UNM

Tim Pascasarjana Unimed. 2014. Pedoman Administrasi dan Penulisan Tesis dan Disertasi. Medan : Program Pascasarjana Unimed

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan konsep sirkulasi wisata pada tapak, jalur sirkulasi bagi wisatawan pada ruang wisata budaya direncanakan membentuk suatu jalur interpretasi sehingga wisatawan

Aturan penggunaan lahan di Minangkabau adalah berdasarkan pepatah " nan rato kaparumahan, tabu tumbuah dinan lereng, kok manggu kapakuburan, nan bancah ditanami

 Melakukan permainan peran tentang pelaksanaan bentuk kepatuhan terhadap kebiasaan, tata tertib, tradisi,dan adat dalam kehidupan di sekolah,keluarga, dan masyarakat sekitar

The writer will use a psychoanalytic approach theory as the approach to analyze this movie because the major character Walter Black that suffers major

[r]

Dengan berkembangnya bidang jasa Event Organizer pada saat perusahaan akana. menyelenggarakan suatu event maka semua penyedia jasa event akan

[r]

Adapun target luaran dari penelitian ini adalah dapat terciptanya suatu sistem pengolahan limbah yang mampu mendegradasi partikel zat warna sekaligus bakteri