EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
MENGGUNAKAN MIND MAPPING DAN MOTIVASI
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES
SAINS FISIKA
Tesis
Diajukan dan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
DARA FITRAH DWI NIM : 8146176002
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Dara Fitrah Dwi. NIM. 8146176002.
Efek Model Pembelajaran inquiry training menggunakan mind mapping dan Motivasi Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis, keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan mind mapping lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, keterampilan proses sains pada siswa yang memiliki motivasi diatas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi dibawah rata-rata, dan interaksi antara model pembelajaran inquiry training menggunakan mind mapping dan motivasi dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian yang dilakukan secara quasi eksperimen. Populasi Penelitian ini adalah siswa kelas X SMA IT Al-Fityan School Medan. Pemilihan sampel dilakukan secara cluster random sampling yaitu kelas X2 dan X1 . Instrumen penelitian ini menggunakan tes keterampilan proses sains dalam bentuk uraian dan tes motivasi dalam bentuk angket. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Kemampuan keterampilan proses sains fisika siswa menggunakan pembelajaran inquiry training menggunakan mind mapping lebih baik dibandingkan dengan kemampuan keterampilan proses sains siswa menggunakan model pembelajaran konvensional. Kemampuan keterampilan proses sains fisika siswa pada kelompok motivasi diatas rata-rata lebih baik dibandingkan kemampuan keterampilan proses sains fisika siswa pada kelompok motivasi di bawah rata-rata, dan Pada penelitian ini motivasi diatas rata-rata dominan meningkatkan keterampilan proses sains pada model Inquiry Training menggunakan mind mapping dari pada di pembelajaran konvensional.
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa kareana atas berkat dan pertolongan-Nya tesis yang berjudul “Efek Model
Pembelajaran Inquiry Training menggunakan mind mapping dan Motivasi
Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika” dapat selesai ditulis. Penulis
menyadari tesis ini dapat selesai berkat adanya bantuan moril maupun materil dari
berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S, sebagai pembimbing I dan Ibu
Derlina, M.Si sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,
saran serta motivasi kepada penulis sejak awal rencana penelitian sampai
selesainya penyusunan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S.,M.M selaku narasumber yang memberikan
masukan guna kesempurnaan tesis ini.
3. Bapak Dr. Karya Sinulingga, M.Si selaku narasumber yang memberikan
masukan guna kesempurnaan tesis ini.
4. Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku narasumber yang memberikan masukan
guna kesempurnaan tesis ini.
5. Bapak Kepala Sekolah SMA IT Al-Fityan School Medan yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6. Teristimewa buat kedua orang tua saya Anggia Tantri S.Pd dan Yusnaidi
Putra yang saya cintai yang selalu memberikan dukungan doa, cinta, dan
materi yang akhirnya tesis ini selesai dengan sebening cinta kedua orang tua
. Kepada Abang saya Muhammad Prana Adithya S.Pd, M.A dan Kakak saya
Hazriani Aulia S.Pd, Adek, Nenek yang berada jauh dari saya tapi tetap selalu
memberikan dukungan motivasi yang akhirnya sebagai pendekar didalam
kehidupan saya disaat penyelesain tesis.
. Kepada kak Hafni, kak Fida , kak Ira, kak Jiah, kak Lisa, kak yuni, kak
dedek, kak dahlia, kak Mayang, Minar, Hikmah, Ria yang memberikan saya
taujih Rabbani, dukungan, motivasi disaat saya lelah dalam menyelesaikan
tesis.
. Teman- teman dalam lingkaran Talqi, yang tiada henti memberikan taujih-
taujih yang dapat menguatkan diri dalam menyelesaikan tesis.
10. Teman seperjuangan Nurjamilah Pane M.Pd, Mutiah M.Pd, Rika Yulia Fitri
M.Pd, Enni Sumanti M.Pd, Fatmawarni Panjaitan M.Pd serta teman-teman
DIK FIS 2014 yang selalu membantu memberikan motivasi dan nasehat
dalam penyusunan tesis ini.
Doa dan harapan penulis semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang membalas kebaikan dan bantuan yang telah saudara berikan kepada
penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat
kepada para pembacanya.
Medan, Maret 2016
Penulis
Dara Fitrah Dwi
DAFTAR ISI
2.1.1. Model Pembelajaran 12
2.1.2. Maind Mapping 19
2.1.3 Pembelajaran Konvensional 21
2.2 Pengertian Motivasi 22
2.2.1. Ciri-Ciri Motivasi 25
2.2.2. Macam-Macam Motivasi... 26
2.2.3. Bentuk-Bentuk Motivasi disekolah... 27
2.2.4. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar... 29
2.2.5. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran... 29
2.3 Keterampilan Proses Sains... 30
2.4 Penelitian Relevan... 34
2.5 Kerangka Konseptual... 36
2.6 Hipotesis... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 41
3.2 Populasi dan Sample 41
3.2.1 Populasi Penelitian 41
3.2.2 Sampel Penelitian 41
3.3 Variabel Penelitian 41
3.4 Jenis dan Desain Penelitian 42
3.4.1 Jenis Penelitian 42
3.4.2 Desain Penelitian 42
3.5 Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian 45
3.5.1 Prosedur Penelitian 45
3.6.1 Instrumen Keterampilan Proses Sains 48 3.6.1.1 Validitas Tes Keterampilan Proses Sains 49 3.6.1.2 Reabilitas Tes Keterampilan Proses Sains 51 3.6.1.3 Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Proses Sains 52 3.6.2.4 Daya Beda Tes Keterampilan Proses Sains 55
3.6.2 Instrumen Motivasi Belajar 57
3.7.2 Teknik Analisis Data ... ... 58
3.7.1 Menghitung Simpangan Baku... 58
3.7.2 Uji Normalitas Data... 59
3.7.3 Uji Homogenitas... 60
3.7.4 Uji Hipotesis... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 63 4.1.1 Hasil Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa 63 4.1.2. Perlakuan Dalam Pelaksanaan Penelitian 68 4.1.3 Hasil Postes Keterampilan Proses Sains Siswa 71 4.1.4 Data Motivasi 75 4.1.5 Analisis Hasil Penelitian 76 4.1.5.2 Analisis Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan 77
Tingkat Motivasi Pada Kelas Sampel
4.1.5.3 Pengujian Hipotesis 80
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 103
5.2. Saran 103
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Relevan 34
Tabel 3.1. Control Grup Pretest-Posttest Design 42
Tabel 3.2 Desain Penelitian Anava 2 Jalur 43
Tabel 3.3 Kisi-kisi Keterampilan Proses Sains 48
Tabel 3.4 Validitas Tes Keterampilan Proses Sains 50
Tabel 3.5 Realibilitas Tes Keterampilan Proses Sains 52
Tabel 3.7 Tingkat Kesukaran 54
Tabel 3.8 Daya Beda 56
Tabel 3.9 Sfesifikasi Angket Motivasi 58
Tabel 4.1 Data Pretes Kemampuan Keterampilan Proses Sains 63
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes 65
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes 66
Tabel 4.4 Uji Kesamaan Pretes Keterampilan Proses Sains 67 Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.5 Nilai Postes Keterampilan Proses Sains Pada Kelas Kontrol 71 Dan Kelas Eksperimen
Tabel 4.6 Data Motivasi Siswa Gabungan Kelas Eksperimen dan 75 Kelas Kontrol
Tabel 4.7 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Tingkat Motivasi 76
Tabel 4.8 Nilai Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat 78 Motivasi Pada Kelas Kontrol
Tabel 4.9 Nilai Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat 78 Motivasi Pada Kelas Eksperimen
Tabel 4.10 Nilai Kemampuan Keterampilan Proses Sains Berdasarkan 79 Tingkat Motivasi Gabungan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Model Inkuiri Suchman 14
Gambar 2.2 Dampak Model Pembelajaran Inquiry Training 17
Gambar 3.1 Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian 47
Gambar 4.1 Histogram Data Pretes Kelas Kontrol 64
Gambar 4.2 Histogram Data Pretes Kelas Eksperimen 64
Gambar 4.3 Histogram Data Postes Kelas Kontrol 72
Gambar 4.4 Histogram Data Postes Kelas Eksperimen 72
Gambar 4.5 Diagram Postes dan Pretes Kelas Eksperimen 77 dan Kontrol
Gambar 4.8 Pola Garis Interaksi Antara Model Pembelajaran 85 Dan Motivasi Siswa Terhadap Keterampilan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 9. Bahan Ajar III Asas Black dan Perpindahan
Kalor 160
Lampiran 10. LKS III 168
Lampiran 11. Instrumen Motivasi 170
Lampiran 12. Instrumen Keterampilan Proses Sains 173 Lampiran 13. Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains ... 178 Lampiran 14. Deskriptor Keterampilan Proses Sains 181
Lampiran 15. Lembar Observasi 183
Lampiran 16 Rubrik LKS 184
Lampiran 17. Validitas ... 185 Lampiran 18 Tabulasi Data Pretes Kelas Eksperimen... 186 Lampiran 19 Tabulasi Data Pretes Kelas Kontrol 187 Lampiran 20. Tabulasi Data Postes Kelas Eksperimen 188 Lampiran 21. Tabulasi Data Postes Kelas Kontrol 189 Lampiran 22. Analisis Data Statistik Data Pretes 190 Lampiran 23. Uji Hipotes Anava dua Jalur 192
Lampiran 24. Analis Data Postes 195
Lampiran 25. Tabulasi Pengelompokan Data Motivasi 198
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang
Dewasa ini peranan guru masih mendominasi suasana pembelajaran
(teacher centered), indikasinya adalah guru lebih banyak memberikan pengajaran
yang bersifat instruksi (perintah), sementara siswa hanya berperan sebagai objek
belajar yang pasif, di mana siswa hanya sekedar diberi informasi tentang
konsep-konsep, dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan
kegiatan-kegiatan penyelidikan sehingga mereka mampu menemukan sendiri
konsep-konsep tersebut. Indahwati (2012)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA IT
AL-Fityan School Medan berjumlah 31 siswa dengan penyebaran angket didapatakan
bahwa guru hanya melakukan pembelajaran langsung dengan persentase nilai
(54,8%), latihan soal (45,16%), praktikum (0%), tanya jawab (kuis) (64,52%).
Berdasarkan data yang dapat dilihat bahwasanya siswa jarang melakukan
praktikum dapat dikatakan tidak pernah dilakukan oleh guru yang bersangkutan.
Ditemukan bahwa guru masih mengajar dengan menggunakan
pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, tanya jawab, penugasan
dengan sesekali melalukan demonstrasi di depan kelas. Guru mendominasi
kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga siswa cendrung pasif, individual, dan
kurang berpartisipasi secara aktif dalam proses dan pengkontruksian dan siswa
hanya di hadapkan dengan mencatat, mendengar dan memperhatikan atau secara
2
dapat dikatakan pendekatan matematisnya lebih ditekankan pada proses
pembelajaran.
Proses pembelajaran yang berpusat pada guru yang kemudian menghambat
keterampilan poses sains siswa, karena siswa tidak difasilitasi dalam
mengembangkan keterampilannya dalam proses sains, pada hakikatnya IPA
dibangun atas dasar produk, proses dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang
pula sebagai proses, produk dan prosedur, maka dari itu untuk membangun
hakikat IPA tersebut diperlukan ketrampilan proses sains siswa.
Keterampilan proses sains penting dimiliki setiap individu sebab keterampilan
tersebut digunakan dalam kehidupan sehari- hari, meningkatkan kemampuan
ilmiah, kualitas dan standar hidup. Keterampilan proses sains juga turut
mempengaruhi kehidupan pribadi, sosial, dan individu dalam dunia global.
Keterampilan proses sains berfungsi sebagai kompetensi yang efektif untuk
mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, pemecahan masalah,
pengembangan individu dan sosial. Hilman (2014).
Keterampilan proses sains dapat mengajak siswa untuk mempelajari cara
ilmuan dalam menemukan atau mengembangkan suatu konsep, hal ini diperlukan
guna lebih membekali siswa dengan kemampuan menghadapi tantangan hidup di
kemudian hari secara mandiri, cerdas, kritis, rasional, dan kreatif. Keterampilan
proses sains hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning
tools) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap
individu dalam mengembangkan diri. (Haryono, et al., 2006).
komponen keterampilan proses sains melipiti didalam soal tersebut, maka
diperoleh data. Dari data percobaan untuk tes pendahuluan untuk melihat hasil
keterampilan siswa pada SMA IT AL-Fityan School Medan dari 31 orang siswa
yang telah di uji coba, diperoleh bahwa untuk indikator paling tinggi terdapat 24
% yang menjawab betul, disusul oleh hipotesis terhadap suatu percobaan
sebanyak 1 %, kemudian mengklasifikasikan suatu data terdapat 15 %, dalam
menerapkan konsep keterampilan sains dalam kehidupan sehari-hari adalah 11%,
untuk proses mengamati, merancang percobaan, meramalkan, menyimpulkan dan
mengkomunikasikankan sangat rendah yaitu berada dibawah 5 % bahkan ada
yang 0 %. Untuk hasil belajar dari keseluruhan siswa dari nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang diberikan oleh guru bidang studi sebesar 75 %,
maka dari hasil observasi diperoleh untuk nilai KKM-nya sangat rendah yaitu
%. Ini dapat dilihat dari data observasi siswa bahwa cukup memuaskan adalah
3,22 % (nilai antara 60-50), 48,38 % untuk kriteria kurang memuaskan (nilai
40-30), tidak memuaskan adalah 48,38 % (nilai 20-10). Dari data tersebut tidak ada
seorang siswa yang bisa mencapai KKM yang telah diterapkan oleh sekolah.
Rendahnya keterampilan proses sains siswa disebabkan bahwa tidak
tertariknya siswa kepada pelajaran materi fisika dan kurangnya motivasi yang
diberikan kepada siswa. Dimana dari 31 orang siswa yang telah diberikan angket
terdapat beberapa mata pelajaran yang tidak disukai diantaranya Bahasa inggris
25,81 %, Fisika 22,58 % (disini dengan catatan yang sebagaian suka hanya
berupa prakteknya saja untuk masalah konsep mereka tidak menyukainya),
Matematika 1 ,35 %, seni budaya 12, %, Bahasa Arab dan Kimia adalah 6,45 %,
proses pembelajaran yang berlangsung secara praktek dari pada ceramah yang
tidak memacu motivasi mereka untuk cinta dan menyukai proses- proses ilmiah
pada mata pelajaran fisika
Berdasarkan uraian hasil observasi maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar siswa pada awal, proses dan evaluasi pembelajaran sangat
kurang. Keterlibatan siswa dalam memecahkan masalah akan lebih mudah
dihadapi jika siswa diberikan motivasi. Dalam proses belajar mengajar, motivasi
merupakan salah satu faktor yang diduga besar pengaruhnya terhadap hasil
belajar. Siswa yang motivasinya tinggi diduga akan memperoleh hasil belajar
yang baik. Pentingnya motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi
perubahan belajar kearah yang lebih positif. Tella, A (2007) he act
ti ati n n t dent’s Acade ic Achie e ent and earnin tc es in
ch t dents in i eria menyatakan siswa yang memiliki motivasi tinggi dan
rendah akan memiliki prestasi belajar yang berbeda pula. Siswa yang dimotivasi
cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih baik. Levy (2008) dalam
A stra ian rna eacher Ed cati n yang berjudul meyatakan bahwa
kurangnya keterlibatan siswa dalam belajar karena kurangnya motivasi di dalam
diri siswa, motivasi harus dimiliki siswa karena motivasi merupakan kebutuhan,
keinginan dan paksaan untuk berpatisipasi dalam proses pembelajaran, hal yang
sama juga disimpulkan Peklaj, at. a (2010) penelitian menunjukkan bahwa
motivasi intrinsik berhubungan positif dengan prestasi belajar siswa. Penelitian
Rafiqah, et al., (2013) menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa dengan
siswa yang rendah serta meningkatkan motivasi seharusnya guru memilih model
pembelajaran yang sesuai dan untuk mengatasi hal tersebut salah satu cara yang
digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah menggunakan model
pembelajaran yang tepat sasaran ketika menyampaikan materi pembelajaran.
Belajar harus sesuatu yang menyenangkan, simpel, fun dan efektif bagi diri siswa.
Dengan begitu hasil belajar siswa akan meningkat, dan akan semakin memberikan
kontribusi yang besar baik kegiatan proses belajar-mengajar. Model pembelajaran
yang memungkinkan tereinternalisasinya berfikir ilmiah, berkembangnya “sense
of inquiry” dan kemampuan berfikir krreatif siswa Haryono (2006). Melalui
model pembelajaran in iry trainin siswa diharapkan aktif mengajukan
pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta
memproses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi intelek
yang dapat digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Model pembelajaran in iry trainin dimulai dengan mengajukan peristiwa yang
mengandung teka teki kepada siswa. Siswa siswi yang menghadapi situasi
tersebut akan termotivasi menemukan jawaban masalah masalah yang masih
menjadi teka-teki tersebut. Guru dapat menggunakan kesempatan ini untuk
mengajarkan prosedur pengkajian sesuai dengan langkah langkah model
pembelajaran in iry trainin .
Hasil penelitian Pandey, et. a (2011) menyatakan model in iry trainin
lebih baik digunakan dalam mengajar fisika karena memberikan efek yang sangat
baik jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional hal ini juga dinyatakan
Suwondo et. a (2012) bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan prestasi
yaitu, mereka bisa lebih mandiri, kreatif, toleran, disiplin dan sebagainya.
mengubah gaya mengajar yang bergeser dari berpusat pada guru ke berpusat pada
peserta didik. Pelaksanaan model pembelajaran in iry memberikan perubahan
yang signifikan dalam lingkungan siswa. Calik, et. a (2013) menyatakan bahwa
guru harus memiliki keyakinan bahwa memberikan model pembelajaran yang
mampu membuat siswa menyelidiki dan memecahkan masalah harus diberikan
diterapkan dalam pengajaran.
Penelitian Setiawati, et al., (2012), dari hasil penelitian diperoleh dengan
menggunakan model in iry trainin seluruh mahasiswa meningkat prestasinya.
Penelitian yang terdahulu tentang in iry trainin memiliki kendala yaitu waktu
yang mengharuskan siswa kebanyakan mencatat sehingga proses pembelajaran
belum terorganisasi dengan baik., maka dengan ini peneliti ingin mengoptimalkan
waktu yang disediakan dengan cara memberi catatan hal yang penting saja dan
dapat mengulangnya dengan baik kedalam pikiran siswa pada jangka waktu yang
lama yaitu dalam bentuk ind a in dengan efek model in iry trainin
tersebut.
Dalam hal ini juga sesuai masalah diatas bahwasanya rendahnya siswa
dalam memahami konsep- konsep dikarenakan dalam pembelajaran banyak sekali
informasi yang harus diterima dan diolah oleh peserta didik. Mereka harus
mencatat banyak hal penting dan disaat yang sama mereka harus mengingat
informasi tersebut untuk digunakan (recall) kembali. Kiat yang digunakan guru
untuk mengatasi masalah sebaiknya dengan menerapkan model atau metode yang
dan mengorganisasikan informasi ataupun materi pelajaran disekolah dapat diatasi
dengan metode tertentu, salah satunya adalah menggunakan ind a in .
Penelitian Indah Permasari, et al., (2013) menyimpulkan penerapan Mind
Mapping Program melalui model pembelajaran Contextual Teaching Learning
(CTL) dapat meningkatkan motivasi belajar fisika siswa.
Catatan harus merupakan outline atau garis besar suatu materi.
Penggunaan ind a in membantu siswa dalam membuat dokumentasi materi
pelajaran dengan kreatif dan mengulangnya kembali dirumah, memudahkan
mengingat dan menghubungkan sebuah ide dengan ide lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Efek M del Pembela aran Inquiry Training Mengg nakan
Mind Mapping dan M t as er ada Keteram lan Pr ses a ns F s ka”.
1.2 . Ident f kas Masala
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka masalah ini
diidentifikasi sebagai berikut
1. Pelaksanaan pembelajaran yang cendrung monoton (teacher centered)
2. Guru menyampaikan pembelajaran sains (Fisika) sebagian besar
dilakukan melalui hafalan- hafalan
3. Siswa dituntut hanya sekedar pemecahan soal secara matematis dan
menghafal rumus yang ada dan memahami konsep yang sudah ada di
buku
4. Pembelajaran cendrung kurang melibatkan peran aktif siswa sekaligus
5. Rendahnya hasil belajar fisika siswa (tidak memenuhi KKM),
khususnya pada keterampilan proses siswa
6. Siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran fisika dikarenakan tidak
adanya dorongan motivasi baik dari eksterna maupun interna.
1. . Batasan Masala
Untuk lebih memfokuskan masalah yang akan diatasi, maka dibuat
batasan-batasan masalahnya. Dan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada
1) Pembelajaran yang digunakan adalah Model pembelajaran n iry
trainin en nakan ind a in pada kelas eksperimen dan
pembelajaran k n ensi na pada kelas kontrol.
2) Yang menjadi variabel moderat dalam penelitian ini adalah motivasi
yang dimiiki siswa
3) Hasil yang diamati adalah pengetahuan keterampilan proses sains
siswa sebagai variabel terikat.
1. . R m san Masala
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka dapat
dibuat rumusan masalah sebagai berikut
1. Apakah Keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran in iry trainin menggunakan ind a in lebih
baik di bandingkan dengan siswa yng dibelajarkan dengan siswa yang
2. Apakah ada pengaruh keterampilan proses sains pada kelompok siswa
yang memiliki motivasi diatas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan
keterampilan proses sains kelompok siswa yang memiliki motivasi
dibawah rata-rata?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran in iry trainin
menggunakan ind a in dan motivasi dalam meningkatkan
keterampilan proses sains siswa?
1. . an Penel t an
Sejalan dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui
1. Menganalis keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran in iry trainin menggunakan ind a in
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan
pembelajaran konvensional.
2. Menganalisis keterampilan proses sains pada siswa yang memiliki
motivasi diatas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
memiliki motivasi dibawah rata-rata.
3. Menganalisis interaksi antara model pembelajaran in iry trainin
menggunakan ind a in dan motivasi dalam meningkatkan
10
1. . Manfaat Penel t an
a. Bagi siswa
Meningkatkan motivasi belajar dan kepercayaan diri siswa.
Memotivasi siswa untuk lebih terampil dan berani.
Meningkatkan hasil belajar bidang studi fisika.
b. Bagi guru
Mengembangkan keterampilan mengelola proses pembelajaran.
Merangsang minat untuk menjadi guru yang kreatif dan inovatif.
c. Bagi sekolah
Meningkatkan kualitas sesuai dengan landasan iman dan taqwa
serta ilmu pengetahuan.
1. . Defen s O eras nal
1. Menurut Joyce (200 ) model pembelajaran n iry rainin adalah
model pembelajaran yang dirancang untuk membawa siswa secara
langsung kedalam proses ilmiah melalui latihan- latihan yang dapat
memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang
singkat, model ini disuntik menggunakan ind a in yang mana
efektifitas penggunaan ind a in pada model pembelajaran
inquiry training dapat membantu siswa dalam membuat dokumentasi
materi pembelajaran yang berupa t ine yang dapat diulang kembali
dirumah dan memudahkan siswa mengingat dan menghubungkan
11
2. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada
guru dan menjadikan guru satu-satunya sumber informasi dalam
memperoleh suatu pengetahuan dalam kegiatan belajar pembelajaran.
3. Motivasi merupakan suatu dorongan siswa untuk tidak mau
mengerjakan tugas yang dibebankan kepadanya. Dorongan seseorang
untuk belajar dikarenakan karena adanya sifat ingin tahu dan ingin
menyelidiki sesuatu hal yang lebuh luas, karena adanya sifat kreatif
pada orang yang belajar dengan keinginan ingin selalu maju kemudian
didorong juga oleh keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua,
guru dan teman.
4. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai kemampuan atau
kecakapan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar sains
sehingga menghasilkan konsep, teori, prinsip, hukum maupun fakta
atau bukti. Indikator keterampilan proses sains adalah mengamati,
mengklasifikasi, mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi,
3
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan keterampilan proses sains fisika siswa menggunakan
pembelajaran inquiry training menggunakan mind mapping lebih baik
dibandingkan dengan kemampuan keterampilan proses sains siswa
menggunakan model pembelajaran konvensional.
2. Kemampuan keterampilan proses sains fisika siswa pada kelompok
motivasi diatas rata-rata lebih baik dibandingkan kemampuan
keterampilan proses sains fisika siswa pada kelompok motivasi di
bawah rata-rata.
3. Pada penelitian ini motivasi diatas rata-rata dominan meningkatkan
keterampilan proses sains pada model Inquiry Training menggunakan
mind mapping dari pada di pembelajaran konvensional.
5.2. Saran
1. Siswa harus dibimbing dengan memberikan latihan yang cukup untuk
4
2. Peneliti selanjutnya menggunakan jangka waktu yang lebih lama
karena waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik
dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry
training dan dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional masih
sangat kurang, sebab disesuaikan dengan jadwal sekolah yang
bersangkutan.
3. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai,
dengan tujuan pembelajaran
. model pembelajaran inquiry training baik diterapkan karena dapat
meningkatkan keterampilan proses sains siswa
. Dilihat dengan karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan
menggunakan model pembelajaran inquiry training, maka sebaiknya
siswa mulai dilatih untuk melakukan percobaan-percobaan sederhana
ketika pembelajaran fisika agar memiliki respon yang cepat akan
melakukan model pembelajaran inquiry trainng
. Untuk peneliti selanjutnya dapat mengalokasi waktu yang lebih
5
DAFTAR PUSTAKA
Arends. R.I.2012. Learning to Teach, Ninth Edition. Americas, New York : McGraw-Hill Companies, Inc
Arikunto,S.(2009).Dasar-Dasar EvaluasiPendidikan (Edisi Revisi).PT BumiAksara: Jakarta.
Astuti, Rina, dkk. 2012. Pembelajaran IPA dengan pendekatan Keterampilan Proses Sains
menggunakan Metode Eksperimen bebas termodifikasi dan eksperimen terbimbing ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi Belajar Siswa. Surakarta. Jurnal Inkuiri. http:jurnal.pasca.uns.ac.id.
Aulia, Parmin. 2012. Inquary Training untuk mengembangkan keterampilan meneliti
mahasiswa. Unnes Science Education Journal.
Bilgin, Ibrahim. 2009. The effects of Guided Inquary Instruction Incorporating a Cooperative Learning Approach on University Students Achievement of Acid and Based Consepts and Attitude toword quided inquiry instruction. Turkey : Scientific Research and Essay
Buzan, T. (2009). Buku Pintar Mind Mapping. Jakarta.: Gramedia,.
Calik, et.al. 2013. Effect of Technology- Embeded Scientific on Senior Science Student Teachers”Self- Efficiacy”. Eurasia Journal.
Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga.
Desi, Makmur.2014. Pengaryh Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan Media Power Point Terhadap Hasil Belajar Siswa.Jurnal INPAFI.
Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Endah, Kurniawan. 2010. Pembelajaran fisika dengan metode inquiry terbimbing untuk mengembangkan keterampilan proses sains. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika (JP2F).
Hakim, Abdul & A.K.Cibro.2013. Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Inquiry Traning dan Model pembelajaran konvensional pada materi pokok Listrik Dinamis di SMA Negeri Takengon. Medan. Jurnal INPAFI
Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Berbasis Proses
Herliana,Supriyati,Astra. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Blended Learmimh
Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2015:Universitas Negeri Jakarta.
Hilman, 2014. Pengaruh Pembelajran Inkuiri Terbimbing dengan Main Map terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar IPA. Jurnal Pendidikan Sains.
Indahwati, Jouli, Setyo, Toenas, Sunanwida & Sajid.2012. Penerapan Model Inquiry Training melalui Peta Konsep dan Teknik Puzzle ditinjau dari tingkat Keberagaman aktivitas Belajar dan kemampuan Memori. Surakarta. Jurnal Inquiry
Kalia, Ashok K. 2005. Effectiveness of Mastery Learning Strategy and Inquiry Training Model on Pupil’s Achievement in Science. Journal Indian Educational Review 41 (1) :
6 – 3.
Kanginan,Marthen. (200 ). Fisika SMA Kelas X A. Jakarta: Erlangga.
Kritianingsih.2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Pictorial Riddle Pada Pokok Bahasan Alat- Alat Optik di SMP. JPFI.
Kumari, U.N. & Rao, D.B.200 .Science Process Skills of School Students. New Delhi : Discovery Publishing House PVT. LTD.
Levy, Campbel. 200 . Student Motivation: Premise, Effective Practice and Policy Stuart Levy. Australian Journal of Teacher Education.
Levy, S., & Campbell, H. 200 . Student Motivation Premise, Effective Practice and
Nata, Abdullah. 2011. Persfektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Pandey, A., Nanda, G.K., & Ranjan V . 2011. Effectiveness of Inquiry Training model Over
Convetinonal Teaching Method on Academic Achievement of Sciense Students in India. Journal of Innovative Research in Education.
Policy.Australian Journal of Teacher Education.vol:33
Rafiqoh. 2013. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi.Jurnal FKIP UNILA. Rival, Veithzal. 2010.Education Management.Jakarta: Rajawali Pers
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Sains. Volume . Jurnal Pendidikan Dasar.
Sani, R.A.2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan : Unimed Press
Sani, Ridwan Abdullah, M. Zainul Abidin T. Syihab.2010. Pengaruh Model Pembelajaran
Inquiry Training (Latihan Inkuiri) Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri Tanjung Beringin. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika 2(2) : 16-22
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum .
Jakarta : PT Bumi Aksara.
Sardiman, (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Grafindo Persada. Setyawan, L.H. 2011. Pembelajaran Fisika dengan Media Peta Konsep dan Modul Ditinjau
dari Kemampuan Awal dan Kreativitas Siswa. Tesis. Program Pascasarjana universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sudjana N. (2010). Penelitian hasil Proses belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sudjana, 2012. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Suwondo,& Wulandari, S. (2013). Inquiry-Based Active Learning: The Enhancement of Attitude and Understanding of the Concept of Experimental Design in Biostatics Course. Asian Social Science (volume 9 No 12), (online), tersedia di:
Tella,A. 200 . The impact of motivation on Student’s Academic Achievement and Learning
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif.Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.
Trianto.(2009). Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Triyanto, Eko, Anitah Sri & Suryani Nunuk. 2013. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran sebagai Upaya Peningkatan kualitas Proses pembelajaran. Surakarta. Jurnal Teknologi Pendidikan
Uno, Hamzah. 200 . Teori Motivasi Dan Pengukurannya. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Widya, L.A., Sarwonto, Prayitno, B.A. 2013. Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Accelerated Learning Melalui Concept Mapping dan Mind Mapping Ditinjau Dari Kreativitas dan Kemampuan Verbal siswa..
Windura, S.2013.1st Mind Map Langkah untuk siswa, Guru, dan Orangtua (Teknik Berfikir dan Belajar Sesuai Cara Kerja Alami Otak). Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Zaini, H. (2009). Strategi Pembelajaran Aktif Implementasi Dan Kendala Di Dalam Kelas.
Makalah disajikan pada Seminar Dan Lokakarya Nasional ‘Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Aktif Learning Menuju Profesionalisme Guru, Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.