• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MIND MAPPING DAN MOTIVASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MIND MAPPING DAN MOTIVASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING

MENGGUNAKAN MIND MAPPING DAN MOTIVASI

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES

SAINS FISIKA

Tesis

Diajukan dan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

DARA FITRAH DWI NIM : 8146176002

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Dara Fitrah Dwi. NIM. 8146176002.

Efek Model Pembelajaran inquiry training menggunakan mind mapping dan Motivasi Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis, keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan mind mapping lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, keterampilan proses sains pada siswa yang memiliki motivasi diatas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi dibawah rata-rata, dan interaksi antara model pembelajaran inquiry training menggunakan mind mapping dan motivasi dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian yang dilakukan secara quasi eksperimen. Populasi Penelitian ini adalah siswa kelas X SMA IT Al-Fityan School Medan. Pemilihan sampel dilakukan secara cluster random sampling yaitu kelas X2 dan X1 . Instrumen penelitian ini menggunakan tes keterampilan proses sains dalam bentuk uraian dan tes motivasi dalam bentuk angket. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Kemampuan keterampilan proses sains fisika siswa menggunakan pembelajaran inquiry training menggunakan mind mapping lebih baik dibandingkan dengan kemampuan keterampilan proses sains siswa menggunakan model pembelajaran konvensional. Kemampuan keterampilan proses sains fisika siswa pada kelompok motivasi diatas rata-rata lebih baik dibandingkan kemampuan keterampilan proses sains fisika siswa pada kelompok motivasi di bawah rata-rata, dan Pada penelitian ini motivasi diatas rata-rata dominan meningkatkan keterampilan proses sains pada model Inquiry Training menggunakan mind mapping dari pada di pembelajaran konvensional.

(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Esa kareana atas berkat dan pertolongan-Nya tesis yang berjudul “Efek Model

Pembelajaran Inquiry Training menggunakan mind mapping dan Motivasi

Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika” dapat selesai ditulis. Penulis

menyadari tesis ini dapat selesai berkat adanya bantuan moril maupun materil dari

berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S, sebagai pembimbing I dan Ibu

Derlina, M.Si sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

saran serta motivasi kepada penulis sejak awal rencana penelitian sampai

selesainya penyusunan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S.,M.M selaku narasumber yang memberikan

masukan guna kesempurnaan tesis ini.

3. Bapak Dr. Karya Sinulingga, M.Si selaku narasumber yang memberikan

masukan guna kesempurnaan tesis ini.

4. Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku narasumber yang memberikan masukan

guna kesempurnaan tesis ini.

5. Bapak Kepala Sekolah SMA IT Al-Fityan School Medan yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Teristimewa buat kedua orang tua saya Anggia Tantri S.Pd dan Yusnaidi

Putra yang saya cintai yang selalu memberikan dukungan doa, cinta, dan

materi yang akhirnya tesis ini selesai dengan sebening cinta kedua orang tua

(8)

. Kepada Abang saya Muhammad Prana Adithya S.Pd, M.A dan Kakak saya

Hazriani Aulia S.Pd, Adek, Nenek yang berada jauh dari saya tapi tetap selalu

memberikan dukungan motivasi yang akhirnya sebagai pendekar didalam

kehidupan saya disaat penyelesain tesis.

. Kepada kak Hafni, kak Fida , kak Ira, kak Jiah, kak Lisa, kak yuni, kak

dedek, kak dahlia, kak Mayang, Minar, Hikmah, Ria yang memberikan saya

taujih Rabbani, dukungan, motivasi disaat saya lelah dalam menyelesaikan

tesis.

. Teman- teman dalam lingkaran Talqi, yang tiada henti memberikan taujih-

taujih yang dapat menguatkan diri dalam menyelesaikan tesis.

10. Teman seperjuangan Nurjamilah Pane M.Pd, Mutiah M.Pd, Rika Yulia Fitri

M.Pd, Enni Sumanti M.Pd, Fatmawarni Panjaitan M.Pd serta teman-teman

DIK FIS 2014 yang selalu membantu memberikan motivasi dan nasehat

dalam penyusunan tesis ini.

Doa dan harapan penulis semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan

Penyayang membalas kebaikan dan bantuan yang telah saudara berikan kepada

penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat

kepada para pembacanya.

Medan, Maret 2016

Penulis

Dara Fitrah Dwi

(9)

DAFTAR ISI

2.1.1. Model Pembelajaran 12

2.1.2. Maind Mapping 19

2.1.3 Pembelajaran Konvensional 21

2.2 Pengertian Motivasi 22

2.2.1. Ciri-Ciri Motivasi 25

2.2.2. Macam-Macam Motivasi... 26

2.2.3. Bentuk-Bentuk Motivasi disekolah... 27

2.2.4. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar... 29

2.2.5. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran... 29

2.3 Keterampilan Proses Sains... 30

2.4 Penelitian Relevan... 34

2.5 Kerangka Konseptual... 36

2.6 Hipotesis... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 41

3.2 Populasi dan Sample 41

3.2.1 Populasi Penelitian 41

3.2.2 Sampel Penelitian 41

3.3 Variabel Penelitian 41

3.4 Jenis dan Desain Penelitian 42

3.4.1 Jenis Penelitian 42

3.4.2 Desain Penelitian 42

3.5 Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian 45

3.5.1 Prosedur Penelitian 45

(10)

3.6.1 Instrumen Keterampilan Proses Sains 48 3.6.1.1 Validitas Tes Keterampilan Proses Sains 49 3.6.1.2 Reabilitas Tes Keterampilan Proses Sains 51 3.6.1.3 Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Proses Sains 52 3.6.2.4 Daya Beda Tes Keterampilan Proses Sains 55

3.6.2 Instrumen Motivasi Belajar 57

3.7.2 Teknik Analisis Data ... ... 58

3.7.1 Menghitung Simpangan Baku... 58

3.7.2 Uji Normalitas Data... 59

3.7.3 Uji Homogenitas... 60

3.7.4 Uji Hipotesis... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 63 4.1.1 Hasil Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa 63 4.1.2. Perlakuan Dalam Pelaksanaan Penelitian 68 4.1.3 Hasil Postes Keterampilan Proses Sains Siswa 71 4.1.4 Data Motivasi 75 4.1.5 Analisis Hasil Penelitian 76 4.1.5.2 Analisis Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan 77

Tingkat Motivasi Pada Kelas Sampel

4.1.5.3 Pengujian Hipotesis 80

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 103

5.2. Saran 103

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Relevan 34

Tabel 3.1. Control Grup Pretest-Posttest Design 42

Tabel 3.2 Desain Penelitian Anava 2 Jalur 43

Tabel 3.3 Kisi-kisi Keterampilan Proses Sains 48

Tabel 3.4 Validitas Tes Keterampilan Proses Sains 50

Tabel 3.5 Realibilitas Tes Keterampilan Proses Sains 52

Tabel 3.7 Tingkat Kesukaran 54

Tabel 3.8 Daya Beda 56

Tabel 3.9 Sfesifikasi Angket Motivasi 58

Tabel 4.1 Data Pretes Kemampuan Keterampilan Proses Sains 63

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes 65

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes 66

Tabel 4.4 Uji Kesamaan Pretes Keterampilan Proses Sains 67 Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Tabel 4.5 Nilai Postes Keterampilan Proses Sains Pada Kelas Kontrol 71 Dan Kelas Eksperimen

Tabel 4.6 Data Motivasi Siswa Gabungan Kelas Eksperimen dan 75 Kelas Kontrol

Tabel 4.7 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Tingkat Motivasi 76

Tabel 4.8 Nilai Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat 78 Motivasi Pada Kelas Kontrol

Tabel 4.9 Nilai Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat 78 Motivasi Pada Kelas Eksperimen

Tabel 4.10 Nilai Kemampuan Keterampilan Proses Sains Berdasarkan 79 Tingkat Motivasi Gabungan

(12)
(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Model Inkuiri Suchman 14

Gambar 2.2 Dampak Model Pembelajaran Inquiry Training 17

Gambar 3.1 Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian 47

Gambar 4.1 Histogram Data Pretes Kelas Kontrol 64

Gambar 4.2 Histogram Data Pretes Kelas Eksperimen 64

Gambar 4.3 Histogram Data Postes Kelas Kontrol 72

Gambar 4.4 Histogram Data Postes Kelas Eksperimen 72

Gambar 4.5 Diagram Postes dan Pretes Kelas Eksperimen 77 dan Kontrol

Gambar 4.8 Pola Garis Interaksi Antara Model Pembelajaran 85 Dan Motivasi Siswa Terhadap Keterampilan

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 9. Bahan Ajar III Asas Black dan Perpindahan

Kalor 160

Lampiran 10. LKS III 168

Lampiran 11. Instrumen Motivasi 170

Lampiran 12. Instrumen Keterampilan Proses Sains 173 Lampiran 13. Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains ... 178 Lampiran 14. Deskriptor Keterampilan Proses Sains 181

Lampiran 15. Lembar Observasi 183

Lampiran 16 Rubrik LKS 184

Lampiran 17. Validitas ... 185 Lampiran 18 Tabulasi Data Pretes Kelas Eksperimen... 186 Lampiran 19 Tabulasi Data Pretes Kelas Kontrol 187 Lampiran 20. Tabulasi Data Postes Kelas Eksperimen 188 Lampiran 21. Tabulasi Data Postes Kelas Kontrol 189 Lampiran 22. Analisis Data Statistik Data Pretes 190 Lampiran 23. Uji Hipotes Anava dua Jalur 192

Lampiran 24. Analis Data Postes 195

Lampiran 25. Tabulasi Pengelompokan Data Motivasi 198

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Dewasa ini peranan guru masih mendominasi suasana pembelajaran

(teacher centered), indikasinya adalah guru lebih banyak memberikan pengajaran

yang bersifat instruksi (perintah), sementara siswa hanya berperan sebagai objek

belajar yang pasif, di mana siswa hanya sekedar diberi informasi tentang

konsep-konsep, dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan

kegiatan-kegiatan penyelidikan sehingga mereka mampu menemukan sendiri

konsep-konsep tersebut. Indahwati (2012)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA IT

AL-Fityan School Medan berjumlah 31 siswa dengan penyebaran angket didapatakan

bahwa guru hanya melakukan pembelajaran langsung dengan persentase nilai

(54,8%), latihan soal (45,16%), praktikum (0%), tanya jawab (kuis) (64,52%).

Berdasarkan data yang dapat dilihat bahwasanya siswa jarang melakukan

praktikum dapat dikatakan tidak pernah dilakukan oleh guru yang bersangkutan.

Ditemukan bahwa guru masih mengajar dengan menggunakan

pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, tanya jawab, penugasan

dengan sesekali melalukan demonstrasi di depan kelas. Guru mendominasi

kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga siswa cendrung pasif, individual, dan

kurang berpartisipasi secara aktif dalam proses dan pengkontruksian dan siswa

hanya di hadapkan dengan mencatat, mendengar dan memperhatikan atau secara

(16)

2

dapat dikatakan pendekatan matematisnya lebih ditekankan pada proses

pembelajaran.

Proses pembelajaran yang berpusat pada guru yang kemudian menghambat

keterampilan poses sains siswa, karena siswa tidak difasilitasi dalam

mengembangkan keterampilannya dalam proses sains, pada hakikatnya IPA

dibangun atas dasar produk, proses dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang

pula sebagai proses, produk dan prosedur, maka dari itu untuk membangun

hakikat IPA tersebut diperlukan ketrampilan proses sains siswa.

Keterampilan proses sains penting dimiliki setiap individu sebab keterampilan

tersebut digunakan dalam kehidupan sehari- hari, meningkatkan kemampuan

ilmiah, kualitas dan standar hidup. Keterampilan proses sains juga turut

mempengaruhi kehidupan pribadi, sosial, dan individu dalam dunia global.

Keterampilan proses sains berfungsi sebagai kompetensi yang efektif untuk

mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, pemecahan masalah,

pengembangan individu dan sosial. Hilman (2014).

Keterampilan proses sains dapat mengajak siswa untuk mempelajari cara

ilmuan dalam menemukan atau mengembangkan suatu konsep, hal ini diperlukan

guna lebih membekali siswa dengan kemampuan menghadapi tantangan hidup di

kemudian hari secara mandiri, cerdas, kritis, rasional, dan kreatif. Keterampilan

proses sains hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning

tools) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap

individu dalam mengembangkan diri. (Haryono, et al., 2006).

(17)

komponen keterampilan proses sains melipiti didalam soal tersebut, maka

diperoleh data. Dari data percobaan untuk tes pendahuluan untuk melihat hasil

keterampilan siswa pada SMA IT AL-Fityan School Medan dari 31 orang siswa

yang telah di uji coba, diperoleh bahwa untuk indikator paling tinggi terdapat 24

% yang menjawab betul, disusul oleh hipotesis terhadap suatu percobaan

sebanyak 1 %, kemudian mengklasifikasikan suatu data terdapat 15 %, dalam

menerapkan konsep keterampilan sains dalam kehidupan sehari-hari adalah 11%,

untuk proses mengamati, merancang percobaan, meramalkan, menyimpulkan dan

mengkomunikasikankan sangat rendah yaitu berada dibawah 5 % bahkan ada

yang 0 %. Untuk hasil belajar dari keseluruhan siswa dari nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang diberikan oleh guru bidang studi sebesar 75 %,

maka dari hasil observasi diperoleh untuk nilai KKM-nya sangat rendah yaitu

%. Ini dapat dilihat dari data observasi siswa bahwa cukup memuaskan adalah

3,22 % (nilai antara 60-50), 48,38 % untuk kriteria kurang memuaskan (nilai

40-30), tidak memuaskan adalah 48,38 % (nilai 20-10). Dari data tersebut tidak ada

seorang siswa yang bisa mencapai KKM yang telah diterapkan oleh sekolah.

Rendahnya keterampilan proses sains siswa disebabkan bahwa tidak

tertariknya siswa kepada pelajaran materi fisika dan kurangnya motivasi yang

diberikan kepada siswa. Dimana dari 31 orang siswa yang telah diberikan angket

terdapat beberapa mata pelajaran yang tidak disukai diantaranya Bahasa inggris

25,81 %, Fisika 22,58 % (disini dengan catatan yang sebagaian suka hanya

berupa prakteknya saja untuk masalah konsep mereka tidak menyukainya),

Matematika 1 ,35 %, seni budaya 12, %, Bahasa Arab dan Kimia adalah 6,45 %,

(18)

proses pembelajaran yang berlangsung secara praktek dari pada ceramah yang

tidak memacu motivasi mereka untuk cinta dan menyukai proses- proses ilmiah

pada mata pelajaran fisika

Berdasarkan uraian hasil observasi maka dapat disimpulkan bahwa

motivasi belajar siswa pada awal, proses dan evaluasi pembelajaran sangat

kurang. Keterlibatan siswa dalam memecahkan masalah akan lebih mudah

dihadapi jika siswa diberikan motivasi. Dalam proses belajar mengajar, motivasi

merupakan salah satu faktor yang diduga besar pengaruhnya terhadap hasil

belajar. Siswa yang motivasinya tinggi diduga akan memperoleh hasil belajar

yang baik. Pentingnya motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi

perubahan belajar kearah yang lebih positif. Tella, A (2007) he act

ti ati n n t dent’s Acade ic Achie e ent and earnin tc es in

ch t dents in i eria menyatakan siswa yang memiliki motivasi tinggi dan

rendah akan memiliki prestasi belajar yang berbeda pula. Siswa yang dimotivasi

cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih baik. Levy (2008) dalam

A stra ian rna eacher Ed cati n yang berjudul meyatakan bahwa

kurangnya keterlibatan siswa dalam belajar karena kurangnya motivasi di dalam

diri siswa, motivasi harus dimiliki siswa karena motivasi merupakan kebutuhan,

keinginan dan paksaan untuk berpatisipasi dalam proses pembelajaran, hal yang

sama juga disimpulkan Peklaj, at. a (2010) penelitian menunjukkan bahwa

motivasi intrinsik berhubungan positif dengan prestasi belajar siswa. Penelitian

Rafiqah, et al., (2013) menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa dengan

(19)

siswa yang rendah serta meningkatkan motivasi seharusnya guru memilih model

pembelajaran yang sesuai dan untuk mengatasi hal tersebut salah satu cara yang

digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah menggunakan model

pembelajaran yang tepat sasaran ketika menyampaikan materi pembelajaran.

Belajar harus sesuatu yang menyenangkan, simpel, fun dan efektif bagi diri siswa.

Dengan begitu hasil belajar siswa akan meningkat, dan akan semakin memberikan

kontribusi yang besar baik kegiatan proses belajar-mengajar. Model pembelajaran

yang memungkinkan tereinternalisasinya berfikir ilmiah, berkembangnya “sense

of inquiry” dan kemampuan berfikir krreatif siswa Haryono (2006). Melalui

model pembelajaran in iry trainin siswa diharapkan aktif mengajukan

pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta

memproses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi intelek

yang dapat digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Model pembelajaran in iry trainin dimulai dengan mengajukan peristiwa yang

mengandung teka teki kepada siswa. Siswa siswi yang menghadapi situasi

tersebut akan termotivasi menemukan jawaban masalah masalah yang masih

menjadi teka-teki tersebut. Guru dapat menggunakan kesempatan ini untuk

mengajarkan prosedur pengkajian sesuai dengan langkah langkah model

pembelajaran in iry trainin .

Hasil penelitian Pandey, et. a (2011) menyatakan model in iry trainin

lebih baik digunakan dalam mengajar fisika karena memberikan efek yang sangat

baik jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional hal ini juga dinyatakan

Suwondo et. a (2012) bahwa pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan prestasi

(20)

yaitu, mereka bisa lebih mandiri, kreatif, toleran, disiplin dan sebagainya.

mengubah gaya mengajar yang bergeser dari berpusat pada guru ke berpusat pada

peserta didik. Pelaksanaan model pembelajaran in iry memberikan perubahan

yang signifikan dalam lingkungan siswa. Calik, et. a (2013) menyatakan bahwa

guru harus memiliki keyakinan bahwa memberikan model pembelajaran yang

mampu membuat siswa menyelidiki dan memecahkan masalah harus diberikan

diterapkan dalam pengajaran.

Penelitian Setiawati, et al., (2012), dari hasil penelitian diperoleh dengan

menggunakan model in iry trainin seluruh mahasiswa meningkat prestasinya.

Penelitian yang terdahulu tentang in iry trainin memiliki kendala yaitu waktu

yang mengharuskan siswa kebanyakan mencatat sehingga proses pembelajaran

belum terorganisasi dengan baik., maka dengan ini peneliti ingin mengoptimalkan

waktu yang disediakan dengan cara memberi catatan hal yang penting saja dan

dapat mengulangnya dengan baik kedalam pikiran siswa pada jangka waktu yang

lama yaitu dalam bentuk ind a in dengan efek model in iry trainin

tersebut.

Dalam hal ini juga sesuai masalah diatas bahwasanya rendahnya siswa

dalam memahami konsep- konsep dikarenakan dalam pembelajaran banyak sekali

informasi yang harus diterima dan diolah oleh peserta didik. Mereka harus

mencatat banyak hal penting dan disaat yang sama mereka harus mengingat

informasi tersebut untuk digunakan (recall) kembali. Kiat yang digunakan guru

untuk mengatasi masalah sebaiknya dengan menerapkan model atau metode yang

(21)

dan mengorganisasikan informasi ataupun materi pelajaran disekolah dapat diatasi

dengan metode tertentu, salah satunya adalah menggunakan ind a in .

Penelitian Indah Permasari, et al., (2013) menyimpulkan penerapan Mind

Mapping Program melalui model pembelajaran Contextual Teaching Learning

(CTL) dapat meningkatkan motivasi belajar fisika siswa.

Catatan harus merupakan outline atau garis besar suatu materi.

Penggunaan ind a in membantu siswa dalam membuat dokumentasi materi

pelajaran dengan kreatif dan mengulangnya kembali dirumah, memudahkan

mengingat dan menghubungkan sebuah ide dengan ide lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Efek M del Pembela aran Inquiry Training Mengg nakan

Mind Mapping dan M t as er ada Keteram lan Pr ses a ns F s ka”.

1.2 . Ident f kas Masala

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka masalah ini

diidentifikasi sebagai berikut

1. Pelaksanaan pembelajaran yang cendrung monoton (teacher centered)

2. Guru menyampaikan pembelajaran sains (Fisika) sebagian besar

dilakukan melalui hafalan- hafalan

3. Siswa dituntut hanya sekedar pemecahan soal secara matematis dan

menghafal rumus yang ada dan memahami konsep yang sudah ada di

buku

4. Pembelajaran cendrung kurang melibatkan peran aktif siswa sekaligus

(22)

5. Rendahnya hasil belajar fisika siswa (tidak memenuhi KKM),

khususnya pada keterampilan proses siswa

6. Siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran fisika dikarenakan tidak

adanya dorongan motivasi baik dari eksterna maupun interna.

1. . Batasan Masala

Untuk lebih memfokuskan masalah yang akan diatasi, maka dibuat

batasan-batasan masalahnya. Dan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada

1) Pembelajaran yang digunakan adalah Model pembelajaran n iry

trainin en nakan ind a in pada kelas eksperimen dan

pembelajaran k n ensi na pada kelas kontrol.

2) Yang menjadi variabel moderat dalam penelitian ini adalah motivasi

yang dimiiki siswa

3) Hasil yang diamati adalah pengetahuan keterampilan proses sains

siswa sebagai variabel terikat.

1. . R m san Masala

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka dapat

dibuat rumusan masalah sebagai berikut

1. Apakah Keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan

model pembelajaran in iry trainin menggunakan ind a in lebih

baik di bandingkan dengan siswa yng dibelajarkan dengan siswa yang

(23)

2. Apakah ada pengaruh keterampilan proses sains pada kelompok siswa

yang memiliki motivasi diatas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan

keterampilan proses sains kelompok siswa yang memiliki motivasi

dibawah rata-rata?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran in iry trainin

menggunakan ind a in dan motivasi dalam meningkatkan

keterampilan proses sains siswa?

1. . an Penel t an

Sejalan dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui

1. Menganalis keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan

model pembelajaran in iry trainin menggunakan ind a in

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan

pembelajaran konvensional.

2. Menganalisis keterampilan proses sains pada siswa yang memiliki

motivasi diatas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

memiliki motivasi dibawah rata-rata.

3. Menganalisis interaksi antara model pembelajaran in iry trainin

menggunakan ind a in dan motivasi dalam meningkatkan

(24)

10

1. . Manfaat Penel t an

a. Bagi siswa

 Meningkatkan motivasi belajar dan kepercayaan diri siswa.

 Memotivasi siswa untuk lebih terampil dan berani.

 Meningkatkan hasil belajar bidang studi fisika.

b. Bagi guru

 Mengembangkan keterampilan mengelola proses pembelajaran.

 Merangsang minat untuk menjadi guru yang kreatif dan inovatif.

c. Bagi sekolah

 Meningkatkan kualitas sesuai dengan landasan iman dan taqwa

serta ilmu pengetahuan.

1. . Defen s O eras nal

1. Menurut Joyce (200 ) model pembelajaran n iry rainin adalah

model pembelajaran yang dirancang untuk membawa siswa secara

langsung kedalam proses ilmiah melalui latihan- latihan yang dapat

memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang

singkat, model ini disuntik menggunakan ind a in yang mana

efektifitas penggunaan ind a in pada model pembelajaran

inquiry training dapat membantu siswa dalam membuat dokumentasi

materi pembelajaran yang berupa t ine yang dapat diulang kembali

dirumah dan memudahkan siswa mengingat dan menghubungkan

(25)

11

2. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada

guru dan menjadikan guru satu-satunya sumber informasi dalam

memperoleh suatu pengetahuan dalam kegiatan belajar pembelajaran.

3. Motivasi merupakan suatu dorongan siswa untuk tidak mau

mengerjakan tugas yang dibebankan kepadanya. Dorongan seseorang

untuk belajar dikarenakan karena adanya sifat ingin tahu dan ingin

menyelidiki sesuatu hal yang lebuh luas, karena adanya sifat kreatif

pada orang yang belajar dengan keinginan ingin selalu maju kemudian

didorong juga oleh keinginan untuk mendapat simpati dari orang tua,

guru dan teman.

4. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai kemampuan atau

kecakapan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar sains

sehingga menghasilkan konsep, teori, prinsip, hukum maupun fakta

atau bukti. Indikator keterampilan proses sains adalah mengamati,

mengklasifikasi, mengkomunikasikan, mengukur, memprediksi,

(26)

3

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab sebelumnya,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan keterampilan proses sains fisika siswa menggunakan

pembelajaran inquiry training menggunakan mind mapping lebih baik

dibandingkan dengan kemampuan keterampilan proses sains siswa

menggunakan model pembelajaran konvensional.

2. Kemampuan keterampilan proses sains fisika siswa pada kelompok

motivasi diatas rata-rata lebih baik dibandingkan kemampuan

keterampilan proses sains fisika siswa pada kelompok motivasi di

bawah rata-rata.

3. Pada penelitian ini motivasi diatas rata-rata dominan meningkatkan

keterampilan proses sains pada model Inquiry Training menggunakan

mind mapping dari pada di pembelajaran konvensional.

5.2. Saran

1. Siswa harus dibimbing dengan memberikan latihan yang cukup untuk

(27)

4

2. Peneliti selanjutnya menggunakan jangka waktu yang lebih lama

karena waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik

dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry

training dan dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional masih

sangat kurang, sebab disesuaikan dengan jadwal sekolah yang

bersangkutan.

3. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai,

dengan tujuan pembelajaran

. model pembelajaran inquiry training baik diterapkan karena dapat

meningkatkan keterampilan proses sains siswa

. Dilihat dengan karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan

menggunakan model pembelajaran inquiry training, maka sebaiknya

siswa mulai dilatih untuk melakukan percobaan-percobaan sederhana

ketika pembelajaran fisika agar memiliki respon yang cepat akan

melakukan model pembelajaran inquiry trainng

. Untuk peneliti selanjutnya dapat mengalokasi waktu yang lebih

(28)

5

DAFTAR PUSTAKA

Arends. R.I.2012. Learning to Teach, Ninth Edition. Americas, New York : McGraw-Hill Companies, Inc

Arikunto,S.(2009).Dasar-Dasar EvaluasiPendidikan (Edisi Revisi).PT BumiAksara: Jakarta.

Astuti, Rina, dkk. 2012. Pembelajaran IPA dengan pendekatan Keterampilan Proses Sains

menggunakan Metode Eksperimen bebas termodifikasi dan eksperimen terbimbing ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi Belajar Siswa. Surakarta. Jurnal Inkuiri. http:jurnal.pasca.uns.ac.id.

Aulia, Parmin. 2012. Inquary Training untuk mengembangkan keterampilan meneliti

mahasiswa. Unnes Science Education Journal.

Bilgin, Ibrahim. 2009. The effects of Guided Inquary Instruction Incorporating a Cooperative Learning Approach on University Students Achievement of Acid and Based Consepts and Attitude toword quided inquiry instruction. Turkey : Scientific Research and Essay

Buzan, T. (2009). Buku Pintar Mind Mapping. Jakarta.: Gramedia,.

Calik, et.al. 2013. Effect of Technology- Embeded Scientific on Senior Science Student Teachers”Self- Efficiacy”. Eurasia Journal.

Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga.

Desi, Makmur.2014. Pengaryh Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan Media Power Point Terhadap Hasil Belajar Siswa.Jurnal INPAFI.

Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Endah, Kurniawan. 2010. Pembelajaran fisika dengan metode inquiry terbimbing untuk mengembangkan keterampilan proses sains. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika (JP2F).

Hakim, Abdul & A.K.Cibro.2013. Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Inquiry Traning dan Model pembelajaran konvensional pada materi pokok Listrik Dinamis di SMA Negeri Takengon. Medan. Jurnal INPAFI

Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Berbasis Proses

Herliana,Supriyati,Astra. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Blended Learmimh

Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF2015:Universitas Negeri Jakarta.

Hilman, 2014. Pengaruh Pembelajran Inkuiri Terbimbing dengan Main Map terhadap Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar IPA. Jurnal Pendidikan Sains.

Indahwati, Jouli, Setyo, Toenas, Sunanwida & Sajid.2012. Penerapan Model Inquiry Training melalui Peta Konsep dan Teknik Puzzle ditinjau dari tingkat Keberagaman aktivitas Belajar dan kemampuan Memori. Surakarta. Jurnal Inquiry

(29)

Kalia, Ashok K. 2005. Effectiveness of Mastery Learning Strategy and Inquiry Training Model on Pupil’s Achievement in Science. Journal Indian Educational Review 41 (1) :

6 – 3.

Kanginan,Marthen. (200 ). Fisika SMA Kelas X A. Jakarta: Erlangga.

Kritianingsih.2010. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Pictorial Riddle Pada Pokok Bahasan Alat- Alat Optik di SMP. JPFI.

Kumari, U.N. & Rao, D.B.200 .Science Process Skills of School Students. New Delhi : Discovery Publishing House PVT. LTD.

Levy, Campbel. 200 . Student Motivation: Premise, Effective Practice and Policy Stuart Levy. Australian Journal of Teacher Education.

Levy, S., & Campbell, H. 200 . Student Motivation Premise, Effective Practice and

Nata, Abdullah. 2011. Persfektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Pandey, A., Nanda, G.K., & Ranjan V . 2011. Effectiveness of Inquiry Training model Over

Convetinonal Teaching Method on Academic Achievement of Sciense Students in India. Journal of Innovative Research in Education.

Policy.Australian Journal of Teacher Education.vol:33

Rafiqoh. 2013. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi.Jurnal FKIP UNILA. Rival, Veithzal. 2010.Education Management.Jakarta: Rajawali Pers

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Sains. Volume . Jurnal Pendidikan Dasar.

Sani, R.A.2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan : Unimed Press

Sani, Ridwan Abdullah, M. Zainul Abidin T. Syihab.2010. Pengaruh Model Pembelajaran

Inquiry Training (Latihan Inkuiri) Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri Tanjung Beringin. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika 2(2) : 16-22

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum .

Jakarta : PT Bumi Aksara.

Sardiman, (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Grafindo Persada. Setyawan, L.H. 2011. Pembelajaran Fisika dengan Media Peta Konsep dan Modul Ditinjau

dari Kemampuan Awal dan Kreativitas Siswa. Tesis. Program Pascasarjana universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sudjana N. (2010). Penelitian hasil Proses belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sudjana, 2012. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suwondo,& Wulandari, S. (2013). Inquiry-Based Active Learning: The Enhancement of Attitude and Understanding of the Concept of Experimental Design in Biostatics Course. Asian Social Science (volume 9 No 12), (online), tersedia di:

Tella,A. 200 . The impact of motivation on Student’s Academic Achievement and Learning

(30)

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif.Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.

Trianto.(2009). Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Triyanto, Eko, Anitah Sri & Suryani Nunuk. 2013. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran sebagai Upaya Peningkatan kualitas Proses pembelajaran. Surakarta. Jurnal Teknologi Pendidikan

Uno, Hamzah. 200 . Teori Motivasi Dan Pengukurannya. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Widya, L.A., Sarwonto, Prayitno, B.A. 2013. Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Accelerated Learning Melalui Concept Mapping dan Mind Mapping Ditinjau Dari Kreativitas dan Kemampuan Verbal siswa..

Windura, S.2013.1st Mind Map Langkah untuk siswa, Guru, dan Orangtua (Teknik Berfikir dan Belajar Sesuai Cara Kerja Alami Otak). Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Zaini, H. (2009). Strategi Pembelajaran Aktif Implementasi Dan Kendala Di Dalam Kelas.

Makalah disajikan pada Seminar Dan Lokakarya Nasional ‘Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Aktif Learning Menuju Profesionalisme Guru, Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Model Inkuiri Suchman

Referensi

Dokumen terkait

Teknologi pengeringan yang relatif baru yaitu dengan menggunakan radiasi dengan panjang gelombang yang lebih besar dari infa r e d dan lebih kecil dari gelombang

Berdasarkan hasil pembehasan senamtiasa terlihat adanya peningkatan dari pra siklus ke siklus 1, dari pra siklus ke siklus 2 maupun siklus 1 ke siklus 2 ditinjau dari rata-rata

Berdasarkan konsep sirkulasi wisata pada tapak, jalur sirkulasi bagi wisatawan pada ruang wisata budaya direncanakan membentuk suatu jalur interpretasi sehingga wisatawan

[r]

 Melakukan permainan peran tentang pelaksanaan bentuk kepatuhan terhadap kebiasaan, tata tertib, tradisi,dan adat dalam kehidupan di sekolah,keluarga, dan masyarakat sekitar

The writer will use a psychoanalytic approach theory as the approach to analyze this movie because the major character Walter Black that suffers major

[r]

[r]