• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disain Wireless Functional Electrical Stimulator menggunakan X-Bee Pro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Disain Wireless Functional Electrical Stimulator menggunakan X-Bee Pro"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

EECCIS2012

Abstract In general, all movements can be grouped into 2, namely upper limb and lower limb movements. All movements, including walking, is a complicated process which involves human’s brain, spinal cord, peripheral nerves, muscles, bones and joints. Paralyzed lower limbs is

a patient’s clinical condition in which he suffers from the

paralysis on the lower parts of the body. FES (Functional Electrical Stimulator) is one of the method that can be used as the restoration theraphy for the patient’s suffering from paralyzed lower limbs. It is aimed to activate the motor nerve, so that the patients can walk. The expectation from this research is the design of FES system using data communications. Wireless FES which uses X-Bee Pro is expected to be helpful in making the restoration process of the patients suffer from lower paralysis easier and faster.

Key Words Peripheral nerve, paralyzed lower limbs, Functional Electrical Stimulator, restoration.

Abstrak–- Secara garis besar semua jenis gerakan itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu gerakan tubuh bagian atas (upper limb) dan bawah (lower limb). Semua jenis gerakan, termasuk berjalan, merupakan hasil dari sebuah proses rumit yang melibatkan otak, sumsum tulang belakang, saraf perifer, otot, tulang dan sendi. Paralyzed lower limbs adalah suatu kondisi klinis pada pasien yang berupa kelumpuhan anggota tubuh bagian bawah. FES (Functional Electrical Stimulator) adalah merupakan salah satu divais yang dipergunakan sebagai metode terapi restorasi gerakan pasien dengan paralyzed lower limbs untuk mengaktifkan jaringan motoriknya, sehingga pasien dapat berjalan. Harapan utama dari penelitian ini adalah adanya disain sistem FES dengan komunikasi data tanpa kabel. Dengan Wireless FES yang menggunakan X-Bee Pro, diharapkan dapat semakin memudahkan dan mempercepat proses restorasi kelumpuhan pasien bagian bawah.

Kata Kunci— Saraf perifer, paralyzed lower limbs, Functional Electrical Stimulator, restorasi.

I. PENDAHULUAN

unctional electrical stimulator (FES) telah banyak diteliti untuk digunakan dalam merestorasi kemampuan motorik pada pasien yang mengalami kerusakan pada susunan syaraf pusat yang diakibatkan oleh spinal cord injury (SCI) maupun stroke. Penelitian mengenai FES pada level klinis mencakup restorasi

kemampuan gerak dari alat-alat gerak manusia bagian atas (upper limb) maupun bawah (lower limb) dalam kehidupan sehari-hari, seperti menggenggam (grasping) [1], [2], berdiri (standing) dan berjalan (gait) [2], [3]. Di Indonesia, banyak penderita kelumpuhan yang mengalami kehilangan kemampuan berjalan yang diakibatkan oleh gangguan sistem syaraf motorik akibat spinal cord injury atau kerusakan pada otak (brain damage). Oleh karena itu FES sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia sebagai salah satu metode rehabiltasi sistem motorik.

Aplikasi FES untuk restorasi kemampuan berjalan pada level klinis pada umumnya menggunakan sistem yang ditrigger secara manual dengan menerapkan kendali open-loop. Sistem ini banyak diapakai karena sederhana dan mudah diaplikasikan. Pada dasarnya, sebuah open-loop FES tidak memanfaatkan muscle model untuk memprediksi pola dari intensitas stimulasi listrik. FES sistem dengan kendali open-loop dapat menghasilkan gerakan yang baik hanya dalam kondisi musculo-skeletal system yang dikontrol tidak mengalami gangguan. Gerakan organ tubuh manusia yang diaktifkan oleh FES membutuhkan suatu metode pengendalian yang handal sehingga dapat menghasilkan gerakan yang diinginkan. Akan tetapi mengendalikan gerakan organ tubuh manusia yang diaktifkan oleh FES adalah sulit dan sangat kompleks dikarenakan nonlinearitas dari respon neuro-muscular system, variasi dari respon musculo- skeletal system terhadap stimulasi listrik, time delay yang panjang, dan gejala kelelahan (muscle fatigue). Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan- kesulitan dalam pengendali FES maka digunakan closed-loop control untuk menghasilkan gerakan yang akurat.

Pengembangan FES system dalam penelitian ini dalam rangka menjawab permasalahan kurangnya sarana rehabilitasi motorik dan merupakan tindak lanjut dalam memasyrakatkan FES ke level klinis dengan cara menggunakan closed-loop control. Sistem typical closed-loop FES terdiri dari kontroler, stimulator dan sistem sensor, seperti pada Gambar 1. Sistem yang akan dikembangkan dalam penelitian ini meliputi beberapa subsistem yang digambarkan dalam Gambar 2.

Disain Wireless Functional Electrical Stimulator

menggunakan X-Bee Pro

Bambang Supeno*, Rachmad Setiawan, Achmad Arifin

Bidang Keahlian Teknik Elektronika, Program Pascasarjana Teknik Elektro

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

*

bambang.supeno10@mhs.ee.its.ac.id

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang terkandung dalam pasal pertama perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan Papua Nugini, yaitu kedua negara sepakat untuk melakukan ekstradisi kepada pihak

Antara bahagian tumbuhan berikut, yang manakah tidak bergerak balas terhadap cahaya matahari.. Rajah di bawah menunjukkan gerak

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “apakah dengan menggunakan metode Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada materi “kemerdekaan

Pada dasarnya penyebab kebisingan pada mesin TFO adalah mesin rusak dan material input,dan kemudian dilakukan analisis kebisingan dengan menggunakan Fault Tree

dilanjut dengan uji Tukey menunjukkan bahwa tape singkong terfortifikasi kulit buah naga super merah ada pengaruh nyata antara kombinasi perlakuan terhadap pH.. Tabel

konsentrasi etephon dilakukan untuk meningkatkan bunga betina karena hasil panen mentimun tergantung dari banyaknya bunga betina yang dihasilkan sesuai dengan

Sektor ekonomi potensial atau sektor unggulan dapat diartikan sebagai sektor perekonomian atau kegiatan usaha yang produktif dikembangkan sebagai potensi pembangunan

Ketentuan peralihan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pelaksanaan pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan berdasarkan