• Tidak ada hasil yang ditemukan

LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENURUNKAN STRES PADA PENDERITA LUPUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENURUNKAN STRES PADA PENDERITA LUPUS"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Bertambahnya usia bumi tentunya berbanding lurus dengan bertambahnya permasalahan yang mengikuti kehidupan manusia. Permasalahan yang ada bersifat komplek dan memiliki keterikatan yang erat antara satu dengan yang lainnya. Misalnya, masalah dari aspek fisiologis memiliki keterkaitan dengan aspek psikologis.

Dari aspek fisiologis, banyak bermunculan jenis penyakit-penyakit baru yang belum pernah dijumpai pada masyarakat sebelumnya. Salah satunya adalah penyakit lupus. Lupus dalam bahasa kedokterannya disebut sebagai systemic lupus erythematosus adalah penyakit penyimpangan antibodi. Penyakit lupus sebenarnya telah dikenal seabad yang lalu. Sebelum dilakukan penelitian secara mendalam di bidang medis, diduga penyakit ini diakibatkan oleh gigitan anjing hutan. Oleh karena itu disebut lupus, yang dalam bahasa latinnya berarti anjing hutan (Indarpuri, 2009).

Menurut Zubairi sebagai dokter pemerhati lupus, lupus adalah suatu penyakit autoimun dimana sistem kekebalan tubuh atau antibodi penderita lupus yang seharusnya melindungi tubuh, malah merusak sistem tubuhnya sendiri (http://odapus.multiply.com). Sedangkan menurut dr. Rachmat ahli hematodologi dari RS Hasan Sadikin Bandung yang juga sebagai dokter pemerhati lupus, menjelaskan lupus adalah penyakit autoimun yang terjadi karena sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan dan justru mengganggu kesehatan tubuh. Dimana seharusnya, sistem imun bertugas melindungi tubuh manusia dari serangan antigen (http://www.keluargasehat.com).

(2)

2

jumlah persentase sebesar 90 % lebih banyak wanita dibanding pria. Hal ini diperkirakan karena pengaruh faktor hormon (http://beritatop.blogspot.com). Dan pada umumnya penyakit ini menyerang di usia produktif antara usia 14 s/d 40 tahun, namun saat ini lupus juga menyerang anak-anak yang baru berusia 6 tahun dan wanita menopause usia 60 tahun (Indarpuri, 2009).

Gejala awal yang sering timbul dari penyakit lupus adalah ruam merah simetris pada wajah berbentuk seperti kupu-kupu, penebalan berbentuk koin pada kulit yang sering terkena matahari dan hipersensitif terhadap sinar matahari, sariawan yang hilang timbul, nyeri sendi, nyeri dada saat menarik nafas, kejang-kejang, terdapat kelainan darah, kelainan sistem kekebalan tubuh, tes ANA atau

anti nuclear antibody dan DNA menunjukkan abnormalitas (www.beritatop.blogspot.com). Gejala yang ditimbulkan tergantung sistem tubuh mana yang terkena lupus. Namun gejala umumnya adalah demam, rasa lelah berkepanjangan, rambut rontok, dan pegal-pegal otot (http://www.suarakarya-online.com).

Saat ini dikenal ada tiga jenis lupus, yaitu discoid lupus menyerang kulit, lupus systemic menyerang organ tubuh (hati, paru-paru, jantung, ginjal), drug induced lupus yaitu lupus yang ditimbulkan karena mengkonsumsi jenis obat tertentu (Indarpuri, 2009).

Pada acara temu pemerhati lupus yang diadakan di RS Hasan Sadikin Bandung pada tanggal 5 November 2010 lalu, dijelaskan belum diketahui secara pasti apa yang menjadi faktor utama seseorang bisa terkena penyakit lupus. Tetapi ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang bisa menderita penyakit ini, diantaranya faktor genetik, lingkungan, hormonal, dan stres. Dari faktor genetik terdapat sebuah artikel menuliskan bahwa lupus tidak diturunkan, hanya 5 - 10% pasien lupus yang diturunkan dalam keluarga. Sebagian besar pasien lupus tidak mempunyai saudara ataupun orang tua yang juga menderita lupus (www.tribunnews.com).

(3)

3

artinya penyakit ini tidak hanya berhubungan dengan aspek fisiologis saja, tetapi juga psikologis. Karena salah satu yang menyebabkan munculnya stres adalah faktor psikologis. Hal ini senada dengan penjelasan yang diungkapkan oleh dr. Singgih, yang merupakan salah satu dokter pemerhati lupus di RS Saiful Anwar Malang dan juga sebagai wakil ketua dari komunitas pemerhati lupus di kota Malang bernama Parahitha. Ia mengatakan timbulnya stres pada penderita lupus dapat menyebabkan kambuhnya penyakit ini, dengan gejala umum munculnya bercak-bercak merah pada kulit. Timbulnya penyakit ini karena adanya faktor kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obat-obatan, terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stres (Indarpuri, 2009). Karena stres berlebihan merupakan salah satu hal yang harus dihindari, pada kesempatan acara pemberian throphy malam lilin memperingati hari lupus sedunia di Jakarta 9 Mei 2010 lalu, Menkes menganjurkan kepada penderita lupus agar menghindari stres (http://www.depkes.gov.id). Stres merupakan pemicu aktifnya lupus, karena pada saat stres daya tahan menurun dan akhirnya menimbulkan infeksi (Savitri, 2005).

(4)

4

Dari sebuah tulisan di artikel diketahui bahwa sebanyak 60 % penderita lupus mengalami depresi. Depresi dan gangguan psikologis lainnya diawali dengan rasa stres berkepanjangan. Hal ini disebabkan akibat deraan rasa lelah berkepanjangan, insomnia, nyeri, kehilangan gairah seksual atau penurunan kemampuan untuk bekerja sehari-hari. (http//odapus.multiply.com). Gangguan psikologis itu umumnya berupa rasa sedih yang berkepanjangan karena terjadinya perubahan dalam diri penderita lupus sehingga menyebabkan depresi (www.lifestyle.okezone.com). Dan pada artikel yang sama juga disampaikan, semua penyakit menahun pasti punya aspek kejiwaan, termasuk penyakit lupus, karena apabila penyakit kambuh atau flare up maka terkadang timbul ruam berwarna merah di wajah yang menganggu mereka, yang bisa membuat para penderita lupus merasa malu. Rasa marah, kecewa, terkadang menutup diri, emosi, dan lebih sensitif dan hal ini sering dialami penderita lupus. Pasien lupus banyak mengalami gangguan psikiatrik. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian terbaru, dari 180 penderita lupus di RSHS atau Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung yang diteliti sekitar 40 persenya mengalami depresi. Depresi itu terjadi karena cemas, ketakutan, bingung dan lain-lain (http://www.keluargasehat.com). Stres merupakan pemicu aktifnya lupus. Odapus seperti berada pada lingkaran setan. Ia sakit karena stres, di sisi lain lupus merupakan penyakit kronik yang menyebabkan seseorang merasa rendah diri, terbatas kegiatan, merasa dikucilkan, hingga berujung pada gangguan psikologis seperti depresi (Savitri, 2005).

Stres yang dialami oleh penderita lupus rentan terjadi mengingat penyakit ini merupakan salah satu jenis penyakit kronis. Pengobatan lupus sendiri atau

steroid mengakibatkan tingginya emosional penderita, belum lagi dari segi psikologisnya. Penyakit yang tak kunjung sembuh dan pengobatan yang terasa lama, perubahan bentuk tubuh (moon face, sesullite, bentuk tubuh yang tidak proporsional lagi) semua menjadikan akumulasi trauma emosional bagi penderita lupus. Dan ini semua adalah masalah psikologis yang terjadi pada penderita lupus dan tentunya harus ditangani secara tepat.

(5)

5

kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, dimana setiap orang mengalaminya. Dari definisi stres diatas dapat disimpulkan stres adalah suatu respon yang diberikan oleh tubuh terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan dan mempengaruhi kondisi psikis dan fisiologis seseorang.

Gejala psikologis individu yang mengalami stres, antara lain ditandai dengan perasaan selalu gugup, cemas, peka, dan mudah tersinggung, gelisah, kelelahan yang hebat, enggan melakukan kegiatan, kemampuan kerja dan penampilan menurun, perasaan takut, pemusatan diri yang berlebihan, hilangnya spontanitas, mengasingkan diri dari kelompok (http://journal.uny.ac.id).

Untuk mengurangi atau menurunkan stres, individu melakukan tingkah laku penyesuaian atau coping behavior. Jika individu merasa tidak berdaya atau tidak tahu lagi harus berbuat apa dalam menghadapi stres, akan timbul reaksi panik berkepanjangan yang bisa menjurus pada timbulnya gangguan jiwa (Wirawan, 1995). Sehingga harus dilakukan manajemen stres secara baik dan tepat.

Ide (2008) menjelaskan manajemen stres bertujuan mengurangi kadar atau tingkat stres dengan cara belajar atau meminta bimbingan orang lain agar dapat menghadapi masalah, dan mengurangi ketegangan dalam diri melalui berbagai macam teknik. Dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah relaksasi.

Relaksasi merupakan alat yang sesuai untuk mengendalikan stres karena teknik tersebut membantu orang mempertahankan keseimbangan mereka pada saat dihadapkan pada tantangan-tantangan hidup (Sintawati, 2010). Dan salah satu tantangan tersebut adalah menderita penyakit lupus.

(6)

6

serangan dan menyimpan energi penderita. Inilah salah satu teknik yang dapat digunakan oleh para penderita lupus, untuk mereduksi stres yang mereka alami.

Ada bemacam-macam bentuk relaksasi. Antara lain relaksasi otot progresif, pernapasan diagfrahma, imagery training, biofeedback dan hypnosis. Relaksasi otot progresif adalah teknik manajemen stres yang cukup sering digunakan untuk mereduksi stres. Hal ini dikarenakan relaksasi otot progresif merupakan jenis relaksasi termurah, mudah untuk dilakukan secara mandiri (http//ugm.ac.id.pdf). Selain itu relaksasi otot progresif didukung secara empiris dapat direspon ketegangan tingkat tinggi, seperti insomnia, mengurangi ketegangan sakit kepala, pengobatan tambahan pada kanker dan manajemen penyakit kronis (McCallie, 2006). Dan alasan ini juga yang menjadi pertimbangan peneliti menggunakan relaksasi otot progresif sebagai teknik manajemen stres dalam penelitian ini.

Relaksasi otot progresif merupakan salah satu bentuk relaksasi yang mengkombinasikan latihan nafas dalam dan serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot. Penegangan otot-otot tertentu, kemudian merileksasikannya (http://www.eprints.ums.ac.id). Relaksasi otot progresif bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan cara melemaskan otot-otot badan. Dalam relaksasi otot progresif, seseorang diminta untuk menegangkan otot dengan ketegangan tertentu, dan setelah itu mengendorkannya (Mulyono, 2005).

(7)

7

psoriasis turun maka diikuti pula oleh perbaikan kondisi penyakitnya yang ditandai dengan menipisnya psoriasis. Perlu diketahui, bahwa psoriasis sama halnya dengan lupus yang mana kekambuhannya dipicu oleh tingginya stres yang dialami oleh penderita. Kondisi inilah yang nantinya diharapkan terjadi pula pada penderita lupus, turunnya stres setelah diberikannya relaksasi otot progresif yang menjadi faktor pemicu kambuhnya lupus. Selain itu Prof. Kenneth anggota klinis senior Stanford Center Research in Disease Prevention menyebutkan pengendalikan stres bukan hanya membantu seseorang untuk bertahan terhadap peristiwa-peristiwa hidup yang menyebabkan stres, tetapi juga mengurangi pengaruh-pengaruh stres kronis, perawatan yang lebih berat karena stres kronis mungkin tidak memberikan kesempatan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pulih (Sintawati, 2010). Menghadapi stres berarti memberi individu yang bersangkutan pelajaran agar lebih terampil di kemudian hari dengan kemungkinan mengembangkan berbagai kemampuan dan strategi mengatasi stres yang serupa.

Eratnya hubungan munculnya kekambuhan penyakit lupus antara faktor psikologis dan fisiologis menyebabkan penanganan yang harus diberikan tentunya tidak hanya dari segi medis saja, tetapi juga psikologis. Untuk meminimalisir tingkat kekambuhan yang diakibatkan oleh stres, maka perlu diberikan intervensi ataupun perlakuan secara psikologis agar para penderita lupus dapat mengelola stres secara baik dan benar.. Dengan adanya penelitian sebelumnya yang menggunakan relaksasi otot progresif sebagai cara untuk mereduksi stres pada penderita penyakit kronis, maka peneliti ingin mengetahui apakah relaksasi otot progresif dapat mereduksi stres pada penderita penyakit lupus, sehingga peneliti merasa masalah ini penting untuk diangkat pada penelitian yang berjudul Latihan Relaksasi Otot Progresif Untuk Menurunkan Stres pada Penderita Lupus.

(8)

8

B.Rumusan Masalah

Apakah latihan relaksasi otot progresif dapat menurunkan stres pada penderita lupus ?

C.Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah relaksasi otot progresif dapat menurunkan stres pada penderita lupus.

D.Manfaat Penelitian

Diangkatnya masalah ini dalam penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat. Diantaranya :

1. Manfaat Praktis

Memberikan alternatif solusi dalam menurunkan stres pada para penderita lupus, yang menjadi salah satu faktor pemicu kambuhnya atau flare up penyakit lupus.

2. Manfaat Teoritis

(9)
(10)

i

LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENURUNKAN

STRES

PADA PENDERITA LUPUS

SKRIPSI

Oleh :

Siska Triana Niagara 07810039

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

v MOTTO

Bismillah…….

Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dan hanya kepada Allah segala

urusan dikembalikan (Al

Hadid : 5)

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman

Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang

Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan

Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang

Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa

Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam

Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang

Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.

(16)

vi PERSEMBAHAN

Untuk Sang Kholik :

Engkau Didekati Dengan Ilmu

Ini Salah Satu Caraku Untuk MendekatiMu Ya Rabb

Untuk Orang Tuaku Tercinta:

Selalu Ikhlas Memanjatkan Doa Untuk Kami Anak-anak Kalian

Setiap Hembusan Nafas adalah Doa Yang Selalu Mengiringi

Langkah Kami Anak-Anak Kalian

Terima Kasih Papa Mama, Membahagiakan Kalian Adalah Salah

Satu Tujuan Terbesar Hidupku.

Untuk Abang Dan Adikku Tersayang:

Dari Kalian Aku Belajar Menjadi Manusia Mandiri

Dari Kalian Aku Belajar Menjadi Diri Sendiri

Motivasi, Semangat, Serta Dukungan, Di saat Yang Lain Menjauh

Karena Aku Jatuh, Kalian Senantiasa Mengulurkan Tangan

Membantuku Untuk Bangkit

Terima Kasih Bang Harry Dan Rudi, Aku Ingin Menjadi

(17)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Latihan Relaksasi Otot Progresif Untuk Menurunkan Stres Pada Penderita Lupus.” Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademis dalam penyelesaian program Strata Satu (S-1) Fakultas Psikologi, Univesitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyelesaian skripsi tersebut, tentunya begitu banyak pihak yang terlibat dan membantu. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Tulus Winarsunu, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan dukungan kepada Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M. Si selaku Dosen pembimbing I sekaligus sebagai Dosen wali, yang telah sabar dan begitu telatennya membimbing, selalu menumbuhkan motivasi dan keyakinan di dalam diri penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Diana Savitri Hidayati, M. Psi selaku Dosen pembimbing II, dengan jiwa muda memberikan insprisasi dan pencerahan bagi Penulis.

4. Bapak Shohib, S.Psi, M.Si, Bapak Zainul Anwar M.Si, Ibu Dra. Djudiah, M.Si, Ibu Yuni Nurhamida, M.Si, Ibu Lindayani, M.Si dan seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, yang selalu memberikan motivasi kepada Penulis.

5. Untuk keluarga Penulis, Tony Niagara dan Yurni Malik selaku orang tuaku tercinta yang senantiasa mendoakan dan mencurahkan kasih sayangnya, Harry Sanjaya T.E.N selaku abang dan Rudini Maulana F.A.W.N selaku adik yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk membuat Penulis tetap sabar dalam menjalani proses penyelesaian skripsi ini.

(18)

viii

7. Kepada pihak yayasan Syamsi Dhuha Foundation terutama kepada Ibu Dian Syarief yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk melakukan penelitian di yayasan Syamsi Dhuha Foundation.

8. Teman-teman ODAPUS (Orang dengan Lupus) dan Low vision, tak terkecuali kedua subyek penelitian yang begitu luar biasa. Kebersamaan singkat dengan kalian mampu memberikan suatu makna yang begitu dalam bagiku. Care for lupus, your caring saves lives.

9. Kepada Prof. Handono Kalim, dr. Rachmad Gunadi, dr. Singgih Wahono dan dokter pemerhati lupus lainnya, terima kasih atas pengetahuan tentang lupus yang selama ini disharekan.

10. Kepada teman-temanku di Lembaga Dakwah Kampus, specially for LISFA yang selalu membuatku lebih dekat padaNya.

11. Kepada M. Affandes, mbak Indah BK, mas Kukuh, mbak Lenggang, kak Hamka, mbak Gery, akh Teguh terima kasih untuk masukan dan kebaikannya yang telah meminjamkan berbagai literatur yang sangat menunjang dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Kepada seluruh teman-teman di Fakultas Psikologi, khususnya kelas A, F angkatan 2007 dan KKN-39. Terima kasih untuk semangat dan motivasinya. 13. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

membantu Penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(19)

ix DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

2. Model-model stres kesehatan ... 10

3. Karakteristik stres ... 11

4. Sumber stres ... 12

5. Faktor penyebab gangguan fisik yang disebabkan oleh stres ... 15

6. Jenis stres ... 16

(20)

x

B.Relaksasi Otot Progresif ... 18

1. Pengertian relaksasi otot progresif ... 18

2. Keuntungan relaksasi ... 19

3. Jenis-jenis relaksasi otot progresif ... 20

4. Persiapan dalam latihan relaksasi otot progresif ... 21

5. Langkah-langkah dalam melakukan relaksasi otot progresif ... 23

6. Saran-saran dalam pelaksanaan relaksasi otot progresif ... 24

C.Lupus ... 25

1. Pengertian penyakit lupus ... 25

2. Penyebab penyakit lupus ... 26

3. Kriteria diagnostik penyakit lupus ... 27

4. Jenis-jenis penyakit lupus ... 28

D.Hubungan lupus, Stres, dan Relaksasi Otot Progresif ... 29

E. Kerangka Berpikir ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 33

B.Variabel Penelitian ... 33

C.Definisi Operasional... 33

D.Subjek Penelitian ... 33

G.Prosedur Penelitian... 36

1. Tahap persiapan penelitian ... 36

2. Tahap pra terap ... 36

3. Tahap terapi ... 36

4. Tahap pasca terapi ... 37

(21)

xi

H.Rancangan Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskrisi Subyek Penelitian ... 39

B.Gambaran Kasus ... 39

1. Subjek IR ... 39

2. Subjek EM ... 42

C.Pelaksanaan Intervensi (Latihan Relaksasi Otot Progresif) ... 44

1. Subyek IR ... 44

2. Subyek EM ... 48

D.Hasil dan Analisis Data ... 52

1. Subyek IR ... 52

2. Subyek EM ... 58

E. Hasil dan Analisis Keseluruhan Subyek ... 63

1. Tingkat stres IR dan EM ... 63

2. Tingkat keseringan stres IR dan EM ... 67

F. Pembahasan ... 68

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 74

B.Saran ... 74

(22)

xii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 : Waktu penelitian ... 36

Tabel 3.2 : Tahapan penelitian ... 36

Tabel 4.1 : Diskripsi subyek penelitian ... 39

Tabel 4.2 : Tingkat stres IR ... 52

Tabel 4.3 : Tingkat keseringan gejala stres IR ... 54

Tabel 4.4 : Tingkat stres EM ... 58

Tabel 4.5 : Tingkat keseringan gejala stres EM ... 61

(23)

xiii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(24)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ... 78

Jadwal Pelaksanaan terapi ... 79

Lampiran 2 ... 80

Informed Concent Subyek IR ... 81

Informed Concent Subyek EM ... 82

Lampiran 3 ... 83

Guide Interview ... 84

Hasil Wawancara Subyek IR ... 87

Hasil Wawancara Subyek EM ... 98

Lampiran 4 ... 109

Self Report Tingkat Stres IR ... 110

Self Report Tingkat Stres EM ... 111

Lampiran 5 ... 112

Grafik Perkembangan Tingkat Stres IR ... 113

Grafik Perkembangan Tingkat Stres EM ... 114

Lampiran 6 ... 115

Self Report Tingkat Keseringan Gejala Stres IR ... 116

Self Reort Tingkat Keseringan Gejala Stres Em ... 117

Lampiran 7 ... 118

Modul pelaksanaan relaksasi otot progresif ... 119

Panduan Kelompok Otot Yang Direlaksasi ... 120

(25)

xv DAFTAR PUSTAKA

Alkaf, I. (2002). Mengobati stres dengan dzikir dan doa. Semarang : Alina Press. Ariyanto, G. (2006). Peniru ulung yang harus ditaklukkan. Diakses 18 Oktober 2010

dari http://www.gesitariyanto.com.

Erliana, E., Haroen, H., Susanti, D,R. (2008). Perbedaan tingkat insomnia lansia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif di BPSTW ciparay bandung. (Bab 2). Diakses 29 Januari 2011 dari http//ugm.ac.id.pdf.

Fausiah, F. & Widury, J. (2005). Psikologi abnormal klinis dewasa. Jakarta : UI Press.

Goliszek, A. (2005). Manajemen stres. Jakarta : PT Bhuana ilmu popular.

Hardjana, A.M. (1994). Stres tanpa distres seni mengolah stres. Yogyakarta : Penerbit kanisius

Hartono, LA. (2007). Stres & stroke. Yogyakarta : Kanisius.

Hartono, T,D. (2006). Ribuan orang di indonesia menderita lupus. Diakses 18 Oktober 2010 dari http://www.odapus.multiply.com.

Hawari, D. (2006). Stres, cemas, dan depresi. Jakarta : FKUI.

Hernanto, D. (2006). Lupus si penyakit seribu wajah. Diakses 18 Oktober 2010 dari http://beritatop.blogspot.com.

Ide, P. (2008). Yoga stres. Jakarta : PT Elex media komputindo.

Indarpuri, I. (2009). Mengapa anakku harus mengidap lupus. Yogyakarta : Qiyas. Iwan. (2010). Pola hidup sehat odapus. Diakses 25 Oktober 2010 dari

http://www.tribunnews.com

Kazdin, A.E. (1992). Research design in clinical psychology. America : Library of congress.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Lima juta orang menderita lupus. Diakses 24 Oktober 2010 dari http://www.depkes.gov.id.

(26)

xvi

National Safety Council. (2004). Manajemen stres. Jakarta : Penerbit buku kedokteran.

Nevid, J.S, Rathus, S.A, & Greene, B. (2003). Psikologi abnormal. Jakarta : Erlangga.

Niven, N. (2002). Psikologi kesehatan pengantar untuk perawat & professional kesehatan lain. Jakarta : Penerbit buku kedokteran.

Firzani, H, Alfian, Farida, I, & Pamungkas, W.W. (2006). Palu godam pemangsa organ. Diakses 18 Oktober 2010 dari http://www.odapus.multiply.com. Pedak, M. (2009). Metode supernol menaklukkan stres. Bandung : Hikmah. Safira, T. & Saputra, N.E. (2009). Manajemen emosi. Jakarta : Bumi aksara.

Saleh, R. (2005). Memahami sistemic lupus eremathosus. Diakses 18 Oktober 2010 dari http://www.panduankesehatan.blogspot.com.

Saptarini, R. (2010). Manajemen stres untuk menurunkan tingkat stres pada penderita psoriasis (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).

Sarwono, S.W. (1992). Psikologi lingkungan. Jakarta : Grasindo. Savitri, T. (2005). Aku dan lupus. Jakarta : Puspa swara.

Sintawati, H. (2009). Taklukkan stres untuk selamanya. Jakarta : Interaksara Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta : Grasindo.

Soendari, T & Tambunan, L,I. (2008). Konsep diri orang yang mengalami penyakit lupus. Diakses 20 Oktober 2010 dari http://www.lifestyle.okezone.com. Subandi, M.A. (2002). Psikoterapi pendekatan konvensional dan kontemporer.

Yogyakarta : Pustaka pelajar.

Sukadiyanto. (2010). Stres dan cara menguranginya. Diakses 22 Oktober 2010 dari http://journal.uny.ac.id.

Sundberg, N.D, Winebarger, A.A, & Taplin, J.R. (2000). Psikologi klinis. Yogyakarta : Pustaka pelajar.

(27)

xvii

Tugiyo. (2008). Mengenal lupus si penyakit misterius. Diakses 25 Oktober 2010 dari http://www.beritatop.blogspot.com

Waspadai bila nyeri sendi dan terjadi kelainan kulit. (2006). Diakses 18 Oktober 2010 http://www.suarakarya-online.com.

Gambar

Tabel
Grafik Perkembangan Tingkat Stres IR  .........................  113

Referensi

Dokumen terkait

Karena siswa tidak dilibatkan secara langsung dalam penemuan konsep melalui permasalah pencemaran yang terjadi di sekitar lingkungan, sehingga siswa tidak terbiasa

Since each of the 4 groups of patterns above has a different number of corner triangles shaded, there is no pattern in any one group that can be matched to a pattern from another

Siswa asal Papua yang melanjutkan studi SMA dan SMK ke pulau Jawa akan mengalami beberapa perubahan seperti, meningkatnya jangkauan dan kompleksitas lingkungan sekolah mereka

2015 tanggal 30 Januari 2015, dan Dokumen Pelaksana Anggaran (DPA) Tanggal 3 Februari 2015, Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Kayong utara akan melaksanakan

Fotografer iklan tidak lagi hanya berpatok pada urusan teknis pengambilan gambar seperti angel dan lightin , tetapi mereka dituntut pula untuk lebih mengolah permasalahan

Maka dari itu dalam tugas matakuliah teknologi pembelajaran saya merancang alat peraga edukatif sederhana dari bahan bahan bekas dengan nama LAGA ASIA (aLAt

Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis yaitu kehilangan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang pemalas. Karena klien hanya memiliki minat sedikit,

Volume Input Sistem Konsumsi Resmi Air Berekening (AR) Air Tak Berekening (Non Revenue Water) (ATR) Konsumsi Resmi Berekening Konsumsi Resmi Tak Berekening Kehilangan non