• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh metode mendongeng terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II di SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Tangerang Selatan tahun pelajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh metode mendongeng terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II di SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Tangerang Selatan tahun pelajaran 2014/2015"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

PONDOK CABE, TANGERANG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

oleh

HAFIZAH NADIA NIM 1111018300047

JURUSAN/PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i

PADA SISWA KELAS II DI SD DHARMA KARYA UT PONDOK CABE TANGERANG SELATAN. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode mendongeng terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II di SD Dharma Karya UT, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran 2014/2015.

Metode penelitian ini adalah metode Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas II.3 (kelas kontrol) dan kelas II.4 (kelas eksperimen) SD Dharma Karya UT yang masing-masing berjumlah 22 siswa. Instrumen penelitian ini berupa tes non-objektif (essay). Teknik analisis data menggunakan bantuan program SPSS 22 For Windows.

Berdasarkan rata-rata hasil posttest diperoleh rata-rata posttest

keterampilan menyimak dongeng siswa dengan menggunakan metode mendongeng (kelas eksperimen) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata

posttest keterampilan menyimak dongeng siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional (kelas kontrol). Rata-rata pretest kelas eksperimen adalah 60,45, rata-rata pretes kelas kontrol adalah 60,00. Setelah dilakukan tindakan pada kedua kelas, maka diperoleh rata-rata posttest kelas eksperimen adalah 77,73 dan kelas kontrol adalah 71,59. Jumlah peningkatan rata-rata hasil

pretest dan posttest kelas eksperimen sebesar 17,28%, sedangkan kelas kontrol sebesar 11,59%. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan teknik Independent T-test, diperoleh thitungsebesar 0,010 pada taraf signifikansi α < 0,050. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima karena 0,010 < 0,050. Hal ini membuktikan bahwa metode mendongeng berpengaruh terhadap keterampilan menyimak dongeng siswa.

(8)

ii

ON SECOND GRADE STUDENT OF DHARMA KARYA UT ELEMENTARY SCHOOL PONDOK CABE SOUTH TANGERANG. Skripsi: Education of

Elementary School‟s Teacher Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher

Training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

This study is intended to know the influence of storytelling method towards

fairytale‟s listening skill on second grade students of Dharma Karya UT Elementary School Pondok Cabe South Tangerang in period 2014/2015.

The method of this research is a Quasi Experiment method with nonequivalent control group design. The sample of this research is student of II.3 (control class) and student of II.4 (experiment class) Dharma Karya UT Elementary School which consists of 22 students in each class. The research‟s instrument is non-objective test (essay) and the technique of data analysis uses SPSS 22 For windows.

Based on the posttest average result shows that the student‟s posttest average of

fairytale‟s listening skill by applying storytelling method (experiment class) is

higher than the student‟s posttest average of fairytale‟s listening skill that are taught with conventional teaching (control class). The pretest average in experiment class is 60,45 and the pretest average in control class is 60,00. After doing a research on both classes, it is obtained posttest average of experimental class 77.73 and control class 71.59. The increase of pretest and posttest average results of experimental class is 17.28%, while the control class is 11.59%. Hypothesis testing is done by using t-test with Independent T-test technique which obtained thitung 0,010 at significance level α < 0.050. Thus Ho refused and H1 accepted as 0,010 < 0,050. It proves that the storytelling method effects on

students fairytale‟s listening skill.

(9)

iii

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam atas berbagai nikmat dan karunia-Nya, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi

Muhammad Shallallahu A‟laihi Wassallam, keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Atas berkat rahmat dan izin Allah, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Metode Mendongeng terhadap Keterampilan Menyimak Dongeng pada Siswa Kelas II di SD Dharma Karya UT, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mencapai gelar sarjana pendidikan jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini membutuhkan banyak perjuangan dan pengorbanan, namun atas kemauan dan usaha yang keras, dorongan dan motivasi dari berbagai pihak, serta doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dari itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A.

2. Ketua Jurusan PGMI, Dr. Khalimi, M.Ag.

3. Dosen Pembimbing Makyun Subuki, M.Hum yang senantiasa memberikan pengarahan, masukan, dan pemahaman terkait materi yang relevan dengan skripsi ini.

(10)

iv

Kepala Sekolah, Dra. Endah Suwarni, yang telah mengizinkan dan membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian.

6. Wali Kelas II.3 dan II.4 SD Dharma karya UT, Dra. Endah Afianti dan Dra. Lili Muliawati, M.M., yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan kegiatan penelitian.

7. Teruntuk kedua orang tua peneliti yang telah memberikan dukungan moril maupun materil yang tak tergantikan, serta senantiasa mendoakan kebaikan bagi peneliti. Semoga peneliti dapat membanggakan mereka di dunia dan di akhirat kelak dan semoga Allah membalas jasa mereka serta melipatgandakan pahala bagi mereka. Aamiin.

8. Teruntuk teman-teman seperjuangan PGMI-2011, khususnya Icha Khairunnisa, Femmy Rahayu, Husnul, Wiwin, dan teman-teman lainnya yang telah melewati masa-masa perjuangan dan pengorbanan bersama peneliti. Semoga kita bertemu kembali di gerbang kesuksessan. Aamiin. 9. Sahabat dan kerabat spesial peneliti Mega Fahrizah, Edah Ajizah, Rizka

Arindhani, Chairunnisa, Dede Nurlaila, dan Nurhasanah yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi serta mendoakan kebaikan bagi peneliti. Semoga Allah balas dengan pahala setimpal. Aamiin.

10.Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu yang telah membantu peneliti dalam meyelesaikan penulisan skripsis ini. Jazaakumullahu khoiron.

Peneliti menyadari bahwa skrispi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi para pembaca.

(11)

v

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretik ... 6

1. Hakikat Metode Pembelajaran ... 6

a. Pengertian Metode Pembelajaran ... 6

b. Kedudukan Metode Pembelajaran ... 7

c. Metode Mendongeng sebagai Strategi Pembelajaran ... 9

2. Hakikat Keterampilan Menyimak ... 13

3. Hakikat Dongeng ... 17

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 23

D. Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

(12)

vi

F. Teknik Analisis Data ... 31

G. Hipotesis Statistik ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah ... 34

B. Deskripsi Data dan Kegiatan Penelitian ... 38

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data... 55

D. Pengujian Hipotesis ... 58

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 59

F. Keterbatasan Penelitian ... 60

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 61

B. Saran ... 62

(13)

vii

Tabel 3.2 Indikator Penilaian Menceritakan Kembali Isi Dongeng ... 29

Tabel 3.3 Kriteria Instrumen Penilaian Menceritakan Kembali Isi dongeng .. 29

Tabel 4.1 Jumlah Siswa ... 35

Tabel 4.2 Jumlah Guru ... 36

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana ... 36

Tabel 4.4 Data Hasil Pretest Kelas II.3 ... 38

Tabel 4.5 Daftar Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelas II.3 ... 39

Tabel 4.6 Data Hasil Pretest Kelas II.4 ... 41

Tabel 4.7 Daftar Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelas II.4 ... 42

Tabel 4.8 Rangkuman Data Statistik Nilai Pretest Menyimak Dongeng Kelas II.3 dan II.4 ... 43

Tabel 4.9 Data Hasil Posttest Siswa Kelas Eksperimen... 49

Tabel 4.10 Daftar Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 50

Tabel 4.11 Data Hasil Posttest Kelas Kontrol ... 52

Tabel 4.12 Daftar Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelas Kontrol.. ... 53

(14)

viii

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Posttest ... 56

Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Pretest ... 57

[image:14.595.146.466.288.569.2]

Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Posttest ... 57

(15)

ix

Gambar 4.2 Grafik Nilai Rata-rata Pretest Kelas II.4 ... 42

Gambar 4.3 Proses Kegiatan Mengajar dengan Metode Mendongeng ... 46

[image:15.595.117.506.271.571.2]

Gambar 4.4 Kegiatan Belajar Siswa dengan Metode Mendongeng ... 47

Gambar 4.5 Grafik Nilai Rata-rata Posttest Kelas Ekperimen ... 51

(16)

x

Lampiran 2 : Teks Cerita Dongeng “Koala Tak Malas Lagi”

Lampiran 3 : Lembar Kerja Siswa Pertemuan Pertama Kelas Eksperimen

Lampiran 4 : Lembar Evaluasi Siswa Pertemuan Pertama Kelas Eksperimen

Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kedua Kelas Eksperimen

Lampiran 6 : Teks Cerita Dongeng “Singa dan Tikus”

Lampiran 7 : Lembar Kerja Siswa Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen

Lampiran 8 : Lembar Evaluasi Siswa Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen

Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertama Kelas Kontrol

Lampiran 10 : Lembar Kerja Siswa Pertemuan Pertama Kelas Kontrol

Lampiran 11 : Lembar Evaluasi Siswa Pertemuan Pertama Kelas Kontrol

Lampiran 12 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kedua Kelas Kontrol

Lampiran 13 : Lembar Kerja Siswa Pertemuan Kedua Kelas Kontrol

Lampiran 14 :Lembar Evaluasi Siswa Pertemuan Kedua Kelas Kontrol

Lampiran 15 : Teks Cerita Dongeng Pretest “Si Keledai Ingin Berguna”

Lampiran 16 : Teks Cerita Dongeng Posttest“Moncil Si Kera”

Lampiran 17 : Soal Instrumen Pretest Menyimak Dongeng Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

(17)

xi Lampiran 21 : Nilai Posttest Kelas Eksperimen

Lampiran 22 : Nilai Posttest Kelas Kontrol

Lampiran 23 : Dokumentasi Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol SD Dharma Karya UT

Lampiran 24 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 25 : Surat Izin Penelitian

(18)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Bahasa memiliki peran sentral dalam bidang perkembangan intelektual, sosial, dan emosional seorang siswa, serta penunjang bagi keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa agar mampu berkomunikasi dengan baik dan benar, menguasai keterampilan berbahasa secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan.

Keterampilan menyimak merupakan salah satu dari empat komponen keterampilan berbahasa yang terdapat pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Keterampilan menyimak merupakan kegiatan berbahasa dalam memahami bahasa yang dihasilkan orang lain melalui sarana lisan. Keterampilan menyimak juga merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh seseorang karena kegiatan berbahasa ini lebih banyak dilaku kan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan menyimak perlu diberi perhatian secara memadai.

Salah satu kegiatan pembelajaran keterampilan menyimak adalah pembelajaran menyimak dongeng. Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal.1 Namun biasanya di dalam dongeng terkandung pesan-pesan moral yang dapat diteladani. Beberapa pakar di dalam negeri yang konsen terhadap dunia dongeng seperti Kak Seto, Kak Agus, Kak Maal, dan Ibu Murti Bunanta juga telah

1

(19)

menjelaskan bahwa di dalam cerita dongeng maupun kegiatan mendongeng memiliki banyak manfaat bagi perkembangan kecerdasan emosi dan pengetahuan bagi anak. Selain itu, dongeng juga memiliki daya imajinasi yang akan menumbuhkan ide dan kreativitas bagi penikmatnya. Oleh karena itu, materi tentang dongeng sepatutnya mendapatkan perhatian yang memadai bagi para pendidik khususnya.

Idealnya, pembelajaran menyimak dongeng yang cocok diterapkan pada anak usia sekolah dasar khususnya di kelas rendah adalah pembelajaran yang menarik, menyenangkan, atraktif, ekspresif, sesuai dengan perkembangan karakteristik siswa serta pembelajaran yang dapat menggali potensi dan menumbuhkan ide kreativitas siswa.

Realitanya, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan wali kelas II di SD Dharma Karya UT, pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan menyimak dongeng kurang mendapat perhatian dari guru, sehingga keterampilan siswa dalam menyimak dongeng dirasa masih cukup rendah. Pembelajaran menyimak dongeng yang mendominasi para guru masih bersifat konvensional, yakni sekedar membacakan cerita tanpa memperhatikan ekspresi, intonasi, mimik dan lain sebagainya, sehingga pembelajaran berlangsung kurang atraktif dan ekspresif.2 Hal ini akan berdampak pada kurang termotivasinya siswa dalam menyimak dongeng. Sedangkan untuk mencapai keberhasilan pembelajaran demi tercapainya standar kompetensi yang diharapkan, sangat bergantung pada perhatian guru dan kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa dapat belajar.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik diharapkan mampu berusaha meningkatkan kualitas profesionalismenya dengan terus mengembangkan potensi yang dimilikinya. Salah satunya dengan menguasai metode pembelajaran yang efektif, yakni metode pembelajaran yang dapat memberikan kesan agar siswa lebih

2

(20)

menyenangi pelajaran tersebut sehingga siswa merasa termotivasi untuk dapat memahami materi yang disampaikan.

Salah satu metode pembelajaran khususnya dalam kegiatan menyimak dongeng yang digunakan sebagai alternatif dalam mengatasi kelemahan metode konvensional adalah pembelajaran dengan penggunaan metode mendongeng. Metode mendongeng diharapkan dapat memberikan kesan menarik bagi siswa dan memudahkan siswa dalam menyimak dongeng, sehingga siswa tidak lagi mengalami kesulitan, serta imajinasi siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi sebuah kreativitas.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, peneliti ingin melakukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Mendongeng terhadap Keterampilan Menyimak Dongeng pada Siswa Kelas II di SD Dharma

Karya UT, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Tahun Pelajaran

2014/2015”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka ditemukanlah beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Guru kurang memperhatikan keterampilan menyimak dongeng. 2. Keterampilan menyimak dongeng siswa masih cukup rendah.

3. Pembelajaran menyimak dongeng masih bersifat konvensional, yakni hanya berupa pembacaan teks cerita tanpa adanya ekspresi, intonasi dan mimik.

4. Motivasi siswa dalam menyimak dongeng masih rendah.

5. Kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran dan menciptakan metode pembelajaran yang efektif masih cukup rendah.

(21)

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah:

1. Keterampilan menyimak dongeng siswa masih cukup rendah.

2. Metode mendongeng dapat digunakan dalam pembelajaran menyimak dongeng.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh metode mendongeng terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II di SD Dharma Karya UT, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, tahun pelajaran 2014/2015?”

E.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode mendongeng terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II di SD Dharma Karya UT, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, tahun pelajaran 2014/2015.

F.

Manfaat Penelitian

1.

Manfaat Teoretis

(22)

2.

Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat langsung bagi sekolah, guru dan siswa yaitu:

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran khususnya pembelajaran keterampilan menyimak dongeng pada pelajaran bahasa Indonesia. b. Bagi guru, sebagai referensi dalam menemukan metode yang tepat

untuk meningkatkan keterampilan menyimak dongeng.

(23)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Deskriptif Teoretik

1.

Hakikat Metode Pembelajaran

a.

Pengertian Metode Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran salah satu komponen pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah metode pembelajaran. Karena penggunaan metode pembelajaran yang efektif, akan memudahkan guru dan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Metode secara harfiah berarti „cara‟ atau dalam pemakaian yang

umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedural yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.3Jadi metode mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Sanjaya, “Metode merupakan upaya atau cara

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata

agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”.4

Dalam pengertian

lain, “Metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas suatu approach”.5 Sedangkan Menurut Rusyan, “Metode

3

Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), Cet.3, h.55

4

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h.187

5

(24)

pembelajaran adalah strategi pembelajaran sebagai alat untuk mencapai

tujuan yang diharapkan”.6

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah segala sesuatu upaya atau cara prosedural yang dilakukan agar proses kegiatan pembelajaran berjalan secara efektif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b.

Kedudukan Metode Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu hal yang seharusnya menjadi perhatian seorang guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Djamarah mengungkapkan beberapa kedudukan metode dalam pembelajaran, yakni: “(1) metode sebagai alat motivasi ekstrinsik; (2) metode sebagai strategi pengajaran; dan (3) metode sebagai alat utuk mencapai tujuan”.7 Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik.

Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah petingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman dalam Djamarah adalah “motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

6

Tabrani Rusyan, Membangun Guru Berkualitas, (Jakarta: PT. Pustaka Dinamika, 2012), h.80

7

(25)

adanya perangsang dari luar”.8 Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.

2. Metode Sebagai Strategi Pengajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua siswa mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap setiap siswa terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.

3. Metode Sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan

Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan siswa memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan. Antara metode dan tujuan seharusnya tidak bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran.

Berdasarkan pemaparan di atas maka metode yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sebagai strategi pengajaran, karena setiap siswa memiliki daya serap yang berbeda dalam memahami pelajaran dan guru harus memiliki strategi dalam pembelajaran agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien.

8

(26)

c.

Metode Mendongeng sebagai Strategi Pengajaran

1) Pengertian Metode Mendongeng

Mendongeng adalah bertutur dengan intonasi yang jelas, menceritakan sesuatu hal yang berkesan, menarik, punya nilai-nilai khusus serta punya tujuan khusus.9 Menurut Caroline dalam Nurulfalah,

Storytelling atau mendongeng adalah seseorang yang mempersiapkan sebuah dongeng yang ditampilkan kepada penonton, penonton di sini terutama anak-anak”.10

Mendongeng atau dalam bahasa inggris disebut sebagai storytelling,

mempunyai perbedaan dan persamaan dengan kegiatan bercerita. Adapun bercerita atau cerita yang dalam bahasa arab disebut sebagai qashash, yakni suatu seni dalam menyampaikan ilmu, pesan, nasehat, baik lisan maupun tulisan kepada orang lain yang sebagian besar bahannya berdasarkan fakta.11 Oleh karena itu, cerita yang digunakan dalam kegiatan bercerita harus berdasarkan dari sumber yang dapat dipercaya tentang kebenarannya. Seperti kisah para Nabi, kisah para Khalifah, kisah para Sahabat dan kisah-kisah yang diambil dari Al-Qur‟an dan Hadist.

Sejalan dengan hal itu, Rahayu menambahkan, “Bercerita dikatakan sebagai menuturkan, yaitu menyampaikan gambaran atau deskripsi tentang kejadian tertentu. Artinya bercerita merupakan kegiatan mendeskripsikan pengalaman atau kejadian yang telah dialamainya”.12

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa mendongeng dan bercerita memiliki persamaan dan perbedaan. Perbedaannya terletak pada cerita atau kisah yang disampaikan. Adapun kisah yang disampaikan dalam bercerita biasanya adalah cerita fakta atau

9

Muhammad Abdul Latif, Mendongeng Mudah & Menyenangkan: Aplikasi Penerapan dalam Mendukung Pembelajaran, (Jakarta: Luxima, 2014), h. 3

10

Yuyun Nurfalah, dkk., Strategi Pembelajaran Kelompok Bermain Melalui Metode Mendongeng, (Bandung : Depdiknas Direktorat Jenderal Pandidikan Luar Sekolah, 2007), h. 34

11

Muhammad Abdul Latif, The Miracle of Story Telling, Cet.1, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2012), h. 52

12

(27)

benar-benar terjadi. Sedangkan kisah yang dibawakan dalam mendongeng adalah kisah-kisah khayalan atau tidak benar-benar terjadi. Namun, mendongeng dan bercerita mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyampaikan pesan-pesan moral yang terkandung dalam sebuah cerita yang dituturkan tanpa berkesan menggurui atau memaksakan pendapat.

2) Hal-hal yang Perlu diperhatikan Saat Mendongeng

Seorang pencerita atau pendongeng yang baik, akan menyebarkan ruh yang baru yang kuat dalam menampakkan gambaran yang hidup dihadapan para pendengar. Memberikan potret yang jelas dan menarik, intonasi, gerakan-gerakan, dan emosi cerita. Karena pada dasarnya sebuah karya sastra memiliki emosi dan kehidupan. Oleh karena itu, seorang pendongeng harus berusaha seolah-olah dapat menghidupkan setiap tokoh dengan karakter seperti yang dituntut dalam cerita.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pendongeng ketika mendongeng sebagaimana dikatakan oleh Agus DS, yaitu:

(1) Pola dan irama bicara. Pola dan irama saat mendongeng haruslah benar-benar jelas sehingga bisa ditangkap dan dipahami anak dengan mudah.

(2) Jarak dengan audience perlu diperhatikan. Jangan terlalu dekat ataupun terlalu jauh.

(28)

(4) Kontak mata. Aturlah dan usahakan agar pandangan mata terbagi rata, tidak melulu memandang satu sudut yang kita suka, agar penyimak merasa dihargai.

(5) Suara saat bicara. Bunyi yang mengkomunikasikan emosi (nada, intensitas, dan kekerasan nada saat bicara) atau memperdengarkan bunyi-bunyian lain, misalnya bersiul, bersenandung, membuat suara berisik, dan lain-lain. Semua hal tersebut pada dasarnya sama penting. Oleh karena itu, seorang pendongeng harus konsisten dalam memperdengarkan bunyi-bunyian tersebut ketika mendongeng.

(6) Penampilan. Berpenampilanlah secara wajar, tidak berlebihan saat menggunakan kostum dan make up.13

Sedangkan menurut Abdul Majid, ada sembilan hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru atau pendongeng dalam penyampaian cerita, yakni (1) tempat bercerita; (2) posisi duduk; (3) bahasa cerita; (4) intonasi guru; (5) pemunculan tokoh-tokoh; (6) penampakan emosi; (7) peniruan suara; (8) penguasaan terhadap murid yang tidak serius; dan (9) menghindari ucapan spontan.14

Berdasarkan uraian tersebut, maka seorang pendongeng dalam hal ini seorang guru pada pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya memperhatikan hal-hal tersebut di atas. Selain itu, hendaknya seorang guru dongeng juga berperan sebagai pendorong atau motivator sehingga rasa ingin tahu tentang apa yang dipelajari siswa meningkat dan berkembang.

13

Agus DS, Mendongeng Bareng Ka Agus DS Yuk, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), h. 124-127

14

(29)

3) Langkah-Langkah Metode Mendongeng

Menurut Abdul Majid ada 3 langkah dasar bercerita bagi guru dongeng, yaitu:

(1) Pemilihan cerita, pemilihan cerita yang tepat akan sangat mempengaruhi suasana penyampaian cerita. Hal yang dapat dijadikan acuan dalam memilih cerita adalah situasi dan kondisi siswa.

(2) Persiapan sebelum masuk kelas, mengolah cerita sekaligus mempersiapkannya sebelum pelajaran dimulai, akan membantu guru dalam menyampaikan cerita dengan mudah. Sebelum bercerita dikelas, Guru sebaiknya telah memikirkan, merancang gambaran alur cerita secara jelas, dan menyiapkan kalimat-kalimat yang akan disampaikannya.

(3) Perhatikan posisi duduk siswa, posisi duduk yang baik bagi para siswa dalam mendengarkan cerita adalah berkumpul mengelilingi guru dengan posisi setengah lingkaran atau mendekati lingkaran. Hal ini akan membantu pendengaran siswa dalam menyimak suara guru dan memperhatikan gerakan-gerakan guru dengan jelas.15

Menurut Wiyani dan Barnawi, langkah-langkah dalam bercerita adalah sebagai berikut:

(1) Menetapkan tujuan dan tema cerita. Tujuan dan tema cerita ditetapkan terlebih dahulu guna memudahkan guru dalam menyampaikan cerita.

(2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih. Bercerita dapat dilakukan dengan membaca langsung dari buku, menggunakan gambar-gambar, menggunakan papan flanel, dan lain sebagainya.

15

[image:29.595.150.517.157.545.2]
(30)

(3) Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.

(4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita yang terdiri dari:

a) Menyampaikan tujuan dan tema cerita; b) Mengatur tempat duduk;

c) Melaksanakan kegiatan pembukaan; d) Mengembangkan cerita;

e) Menetapkan teknik bertutur; dan

f) Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita; (5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita.16

2.

Hakikat Keterampilan Menyimak

a.

Pengertian Keterampilan Menyimak

Dalam melakukan sesuatu hal diperlukan sebuah keterampilan. Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan dan daya yang dimiliki

seseorang. Seperti yang dikatakan oleh Munandar, “Kemampuan merupakan

daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan

latihan”.17

Keterampilan merupakan sebuah proses atau upaya yang perlu dilatih agar dapat memiliki hasil yang baik, sehingga bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

Keterampilan yang berhubungan dengan berbahasa, terdiri atas empat komponen, yaitu: (1) keterampilan menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3) keterampilan membaca

(reading skills); dan (4) keterampilan menulis (writting skills)”.18 Keterampilan tersebut memiliki hubungan yang erat antar satu dengan yang lainnya. Bahkan dikatakan sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat

16

Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Format Paud, (Jakarta: Ar-ruzz Media, 2012), Cet.1, h. 130

17

S.C Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: Penuntun Bagi Para Guru dan Orang Tua, (Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999), Cet.3, h. 17

18

(31)

dipisahkan. Setiap keterampilan erat pula hubungannya dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa seseorang. Semakin terampil berbahasa seseorang, semakin baik pula jalan pikirannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang lebih banyak melakukan aktivitas menyimak daripada kegiatan berbahasa lainnya. Kegiatan menyimak juga merupakan aktivitas atau kegiatan yang paling awal dilakukan oleh anak manusia dalam proses pemerolehan keterampilan berbahasa. Sebelum anak dapat berbicara, membaca, dan menulis, kegiatan atau aktivitas menyimaklah yang pertama dilakukan. Sehingga pada umumnya pemerolehan keterampilan berbahasa dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan terakhir menulis. Untuk itu, keterampilan menyimak merupakan hal yang paling mendasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam upaya belajar berbahasa dan berkomunikasi dengan manusia lainya.

Menyimak menurut Tarigan adalah “Suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.”19 Sejalan dengan hal itu, Djago Tarigan menambahkan bahwa menyimak adalah

“Suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan, mengidentifikasi,

menginterpretasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil interpretasi makna dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana bahasa tersebut”.20

Berdasarkan hal tersebut, maka pada hakikatnya menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi informasi yang diperoleh dari sarana lisan.

19

Ibid., h. 31

20

(32)

b.

Peranan dan Tujuan Menyimak

Menyimak memiliki peranan dan tujuan sangat penting bagi kehidupan berkomunikasi manusia. Seperti yang dikatakan oleh Saddhono

bahwa, “Peranan menyimak adalah untuk (1) menunjang landasan belajar

berbahasa; (2) penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis; (3) pelancar komunikasi lisan; dan (4) penambah informasi”.21

Sejalan dengan hal itu, Djago Tarigan dalam Saddhono mengemukakan bahwa tujuan menyimak adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan fakta dengan cara mendengarkan radio, televisi, menyampaikan makalah, percakapan, dan sebagainya; b. Untuk menganalisis fakta yang berlangsung secara konsisten

dari saat ke saat selama proses menyimak berlangsung. Bagaimana kaitan antar unsur fakta,sebab dan akibat yang terkandung di dalamnya. Bahan siamakan harus dikaitakan dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak.

c. Untuk mengevaluasi fakta yang disampaiakn oleh pembicara. Sejjumlah pertanyaan perlu disertakan dalam aktivitas ini; benarkah fajta yang diajukan, relevankah fakta yang dikemukakan, serta akuratkah fakta yang disampaiakan?;

d. Untuk mendapatkan inspirasi dari pembicara orang lain. Dalam hal ini penyimak ingin mendapatkan dorongan, suntikan, semangat, sugesti yang bermanfaat;

e. Untuk mengibur diri bagi orang-orang yang lelah, letih, jenuh. Mereka perlu penyegaran fisik dan mental misalnya mendengarkan lawak, banyolan, dan sebagainya;

f. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan cara mengorganisasikan bahan, cara penyampaian bahan, cara menggunakan alat bantu, dan cara simulasi mengakhiri pembicaraan.22

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan menyimak pada penelitian ini adalah meyimak untuk mendapatkan dorongan, suntikan, semangat dan sugesti yang bermanfaat bagi penyimak. Karena pada dasarnya seorang anak usia sekolah dasar masih sangat membutuhkan stimulus-stimulus agar

21

Kundharu Saddhono, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: CV. Karya Putra Darwati, 2012), Cet.1, h. 13

22

(33)

dapat berprilaku baik dan berbudi pekerti yang luhur. Salah satunya dengan menyimak dongeng.

c.

Jenis-Jenis Menyimak

Menurut Tarigan, menyimak berdasarkan cara penyimakan terbagi menjadi dua, yakni menyimak ekstensif dan menyimak intensif.

1. Menyimak ekstensif adalah penyimak memahami isi simakan secara sepintas, lebih umum dan lebih bebas dari suatu ujaran. Misalnya menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik/apresiatif, dan menyimak pasif.

2. Menyimak intensif adalah penyimak memahami isi simakan secara terinci, teliti, cermat, dan mendalam terhadap bahan yang disimaknya. Misalnya menyimak interogatif, menyimak selektif, dan menyimak kritis.23

Sedangkan menurut Logan dalam Saddhono, jenis-jenis menyimak dibedakan sebagai berikut:

1. Menyimak untuk belajar. Artinya penyimak mempelajari berbagai hal yang perlu dipelajari. Misalnya menyimak pelajaran atau perkuliahan.

2. Menyimak untuk menghibur. Penyimak mendapatkan hiburan dari bahan simakan tersebut. Misalnya menyimak lawakan, cerita, drama dan sebagainya.

3. Menyimak untuk menilai. Penyimak memperhatikan dan memahami bahan simakan, kemudian menelaah, mengkaji, menguji, serta membandingkan dengan pengetahuan dan pengalamannya.

23

(34)

4. Menyimak apresiatif. Penyimak memahami, menghayati, dan mengapresiasi isi simakan, misalnya menyimak puisi, cerita, sandiwara, dan sebagainya.

5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan. Penyimak memahami, merasakan ide, gagasan, perasaan pembicara sehingga terjalin sambung rasa antara penyimak dan pembicara.

6. Menyimak deskriminatif. Penyimak ingin membedakan bunyi suara.

7. Menyimak pemecahan masalah. Penyimak memperhatikan dan memahami pemecahan masalah yang disampaikan oleh pembicara.24

Dari jenis-jenis menyimak yang telah dipaparkan, maka jenis menyimak yang sesuai dengan pembelajaran menyimak cerita dongeng adalah menyimak ekstensif dan apresiatif.

3. Hakikat Dongeng

a.

Pengertian Dongeng

Dongeng berasal dari berbagai kelompok etnis, masyarakat, atau daerah tertentu di berbagai belahan dunia, baik yang berasal dari tradisi lisan maupun tertulis. Dongeng merupakan salah satu genre cerita anak yang dikategorikan sebagai salah satu cerita fantasi. Selain itu, pada umumnya dongeng tidak terikat oleh waktu dan tempat. Ketidakjelasan latar tersebut dapat memberikan kebebasan anak untuk mengembangkan daya fantasinya kemana pun dan kapan pun mau dibawa.

Dongeng menurut Nurgiyantoro dipahami sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal sering tidak masuk akal. Dari sudut pandang ini, ia dapat dipandang sebagai cerita fantasi, cerita yang

24

(35)

mengikuti daya fantasi walau terkesan aneh-aneh dan secara logika sebenarnya tidak dapat diterima.25

Sejalan dengan hal itu, dongeng menurut Bunata adalah “Cerita yang

khusus yaitu mengenai manusia atau binatang. Ceritanya tidak dianggap benar-benar terjadi, walaupun ada banyak yang melukiskan kebenaran atau

berisikan moral”.26

Lebih lanjut Kurniawan menambahkan bahwa,

“Dongeng adalah dunia dalam kata, kehidupan yang dilukiskan dengan

kata-kata. Dunia yang berisi cerita yang menakjubkan mengenai dunia binatang, kerajaan, benda-benda bahkan roh-roh, dan raksasa”.27

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dongeng adalah cerita fantasi atau khayalan yang bersifat imajinatif dan terkadang kurang masuk akal dengan menampilkan situasi dan para tokoh yang luar biasa atau menakjubkan.

b. Manfaat Dongeng Bagi Anak

Bagi anak-anak, cerita tidak sekedar memberi manfaat emosional tetapi juga membantu pertumbuhan mereka dalam berbagai aspek. Oleh karena itu perlu diyakini bahwa bercerita merupakan aktivitas penting dan tak terpisahkan dalam program pendidikan anak.

Ditinjau dari berbagai aspek, manfaat cerita bagi anak menurut Shibuddin dkk meliputi:

1. membantu pembentukan pribadi dan moral anak; 2. menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi; 3. memacu kemampuan verbal anak;

4. merangsang minat menulis anak;

25

Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia anak, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2013), Cet.3, h.198

26

Murti Bunanta, Buku, Mendongeng dan Minat Membaca, (Jakarta: KPBA, 2008), Cet.2, h. 32

27

(36)

5. merangsang minat membaca; dan 6. membuka cakrawala pengetahuan anak.28

Lebih lanjut, Nurgiyantoro menambahkan bahwa kemunculan dongeng yang termasuk bagian dari cerita rakyat, selain berfungsi memberi hiburan, dongeng juga berfungsi sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat pada waktu itu. Karena memiliki misi tersebut, maka dongeng mengandung ajaran moral.29 Cerita dalam dongeng sering mengisahkan penderitaan tokoh, namun karena kejujuran dan ketangguhannya, tokoh tersebut mendapat imbalan yang menyenangkan. Sebaliknya, tokoh yang jahat pasti mendapat hukuman. Oleh karena itu, moral yang terdapat dalam dongeng dapat berwujud peringatan atau sindiran.

c. Jenis-Jenis Dongeng

Menurut Nurgiantoro, jika dilihat dari waktu kemunculannya dongeng dapat dibedakan ke dalam dongeng klasik dan dongeng modern.30 Dongeng klasik termasuk kedalam sastra tradisional (traditional literarure),

yakni cerita dongeng yang muncul sejak zaman dahulu yang telah diwariskan secara turun temurun lewat tradisi lisan. Pada umumnya tidak dikenal pengarang dan waktu pembuatannya. Namun dewasa ini dongeng klasik dapat dengan mudah ditemukan di penjuru tanah air dan dunia karena banyak dongeng-dongeng klasik yang telah diterbitakan dalam bentuk buku. Contoh dongeng klasik dari tanah air seperti Timun Emas, Bawang Putih dan Bawang Merah, dan lain sebagainya.

Sedangkan dongeng modern adalah cerita fantasi modern (modern fantasy stories). Jadi, ia dapat dikategorikan sebagai genre cerita fantasi. Sebagai sebuah dongeng modern, cerita-cerita itu sengaja dikreasikan

28

Sihabudin, dkk., Paket 8-14 Bahasa Indonesia 2, (Surabaya: Learning Assistance Program for Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah , 2009), Cet.1, h. 13-15

29

Nurgiyantoro, Op.cit., h. 200 30

(37)

pengarang yang mencatumkan namanya. Selain dimaksudkan untuk memberikan cerita menarik dan ajaran moral tertentu, dongeng modern juga memiliki unsur-unsur keindahan, yang antara lain dicapai lewat kemenarikan cerita, penokohan, pengaluran dan stile. Misalnya seperti cerita

Harry Potter, Lord of the Ring dan lain sebagainya. Cerita dari tanah air seperti Hilangnya Ayam Bertelur Emas, Putri Berwajah Buruk dan lain sebagainya.

Walaupun berupa karya sastra modern, sebagai sebuah dongeng, karya-karya fantasi modern tersebut masih menampilkan pola-pola naratif cerita rakyat. Misalnya, adanya motif ganjaran bagi tokoh yang berkarter baik dan hukuman bagi yang jahat, motif pembuktian identitas, motif larangan, pemakaian kata-kata pembuka dan penutup yang konvensional, dan lain sebagainya.

Lebih lanjut Anti Aarne dan Stith Thompson dalam Agus DS, mengelompokkan dongeng ke dalam empat golongan besar, yaitu:

(1) Dongeng binatang, dongeng yang ditokohi oleh binatang liar. Tokoh binatang ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. Semua tokoh biasanya mempunyai sifat cerdik, licik, dan jenaka. Seperti: Si Kancil,

(2) Dongeng biasa, dongeng yang ditokohi oleh manusia. Biasanya mengisahkan kisah suka duka seseorang. Seperti: Ande-ande Lumut, Sang kuriang, Joko Tarub.

(3) Lelucon atau anekdot, dongeng yang dapat menimbulkan tawa ataupun rasa sakit hati.

(38)

banyak, dongeng untuk mempermainkan orang, dan dongeng yang tidak mempunyai akhir.31

Dalam penelitian ini, cerita dongeng yang akan peneliti terapkan adalah dongeng binatang yang latar dan gaya bahasanya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak masa kini. Hal ini dimaksudkan memudahkan bagi peneliti untuk memandu atau mendidik siswa yang hidup di zaman ini.

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

Siti Rohma Amelya, melakukan penelitian pada tahun 2013 dengan

judul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Melalui Media Realistik Panggung Boneka Siswa Kelas II A SDN Pamulang Permai”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan menyimak siswa dapat meningkat dengan menggunakan media realistik panggung boneka sebagai alat bantu pembelajarannya. Hal ini terlihat dari hasil kemampuan menceritakan kembali siswa yang meningkat dari rata-rata 74,8 pada siklus I menjadi 81,4 pada siklus II. Artinya hasil kemampuan bercerita kembali siswa meningkat sebesar 8,1% dan ketuntasan kelas meningkat dari 75% pada siklus I menjadi 88% pada siklus II.

Ada beberapa perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Rohma Amelya. Yakni, metode penelitian yang dilakukan Siti Rohma Amelya adalah penelitian action research atau PTK. Sedangkan peneiliti mengunakan metode quasi eksperiment. Penelitian Siti Rohma Amelya juga memfokuskan penelitiannya pada penggunaan media panggung boneka untuk meningkatan keterampilan menyimak dongeng. Sedangkan fokus penelitian peneliti adalah pada penerapan metode mendongeng.

31

(39)

Hotimah, melakukan penelitain pada tahun 2013 dengan skripsi

berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode

Mendongeng pada Siswa Kelas II MI Nurul Falah Jakarta Selatan‟.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa dapat meningkat melalui metode mendongeng. Hal ini dapat terlihat dari adanya peningkatan persentase nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa dari hasil posttes siklus I dan siklus II. Persentase nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa pada siklus I sebesar 71,25% kemudian meningkat pada siklus II sebesar 76,25%.

Ada beberapa perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Hotimah. Penelitian Hotimah menggunakan PTK sebagai metode penelitiannya, adapun metode penelitian peneliti adalah quasi eksperiment. Selain itu, fokus penelitian Hotimah adalah keterampilan berbicara siswa. Sedangkan fokus penelitian peneliti adalah pada keterampilan menyimak dongeng siswa.

Ria Hertina Kulsum, melakukan penelitian pada tahun 2014 dengan

judul “Manfaat Storytelling Terhadap Minat Baca Anak di Perpustakaan SD

Bakti Mulya 400 Jakarta”.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan storytelling atau mendongeng memiliki banyak manfaat terutama dalam menumbuhkan minat baca anak. hal ini terlihat dari hasil pengamatan yang di lakukan Ria Hertina Kulsum, bahwa setelah dilakukan kegiatan mendongeng anak-anak SD Bati Mulya juga diberikan kesempatan berperan sebagai pendongeng. Sehingga anak-anak SD bakti Mulya banyak membaca cerita. Maka saran dalam penelitian ini adalah agar kegiatan mendongeng dilakukan secara intensif demi menumbuhkan minat baca anak.

(40)

Ria adalah menumbuhkan minat baca anak dengan kegiatan mendongeng. Adapun metode penelitian yang peneliti lakukan adalah metode quasi ekperiment selain itu, peneliti juga bertindak sebagai pendongeng (storyteller), serta fokus penelitian yang dilakukan peneliti adalah pada keterampilan menyimak dongeng siswa.

C.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disusun kerangka pemikiran guna memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang timbul. Kelemahan siswa dalam menyimak cerita khususnya dongeng membuat penurunan hasil belajar bahkan tujuan dari proses pembelajaran itu sendiri tidak tercapai.

Keterampilan menyimak dongeng, yaitu keterampilan individu untuk mendengarkan serta memahami isi dari pemaparan dongeng tersebut. Dalam praktiknya, individu mampu mengamalkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam dongeng tersebut.

Dalam hal ini seorang guru hendaknya menyadari perananya dalam interaksi belajar yaitu sebagai orang yang dianggap memberikan bantuan pada siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Maka seorang guru dituntut mencari cara atau suatu metode pembelajaran yang tepat untuk dapat mencapai tujuan tersebut.

Metode pembelajaran merupakan suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan metode haruslah tepat, karena semakin tepat metode yang digunakan semakin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran.

(41)

belum terampil dalam memilih metode pembelajaran khususnya dalam pembelajaran menyimak dongeng.

Maka dari itu, peneliti melakukan penelitian dengan cara menerapkan metode yang dirasa tepat dengan permasalahan tersebut yaitu metode mendongeng agar guru dan siswa aktif dalam proses pembelajaran dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

D.

Hipotesis Penelitian

Pengajuan hipotesis yang digunakan adalah pembelajaran menggunakan metode mendongeng yang dimulai dengan pembuatan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen tes. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho : Penggunaan metode mendongeng tidak berpengaruh terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II di SD Dharma Karya Pondok Cabe Tangerang Selatan.

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Dharma Karya UT (Universitas Terbuka) Pondok Cabe Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dimulai dari bulan Maret 2015 hingga bulan September 2015.

B.

Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode quasi eksperimen. Metode quasi eksperimen adalah metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan penuh terhadap semua variabel yang relevan. Pengontrolannya hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu v ariabel yang paling dominan.32

Disain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Nonequivalent Control Group Design. Pada disain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing tidak dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal dan posttest untuk mengetahui keadaan akhir.33 Peneliti melakukan pretest dan posttest terhadap dua kelas. Dalam penelitian ini yang menjadi kelas ekperimen adalah kelas yang diberi

treatment dengan menggunakan metode mendongeng sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional atau pembelajaran tanpa metode mendongeng. Untuk lebih jelasnya desain penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

32 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 59

33

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(43)
[image:43.595.118.513.100.748.2]

Tabel 3.1

Nonequivalent Control Group Design

E 01 X 02

K 03 - 04

E : Kelompok ekperimen K : Kelompok Kontrol

01 : Hasil pretest kelas eksperimen

02 : Hasil posttest kelas eksperimen

X : Perlakuan (Menyimak dongeng dengan metode mendongeng) 03 : Hasil pretest kelas kontrol

04 : Hasil posttest kelas kontrol

C.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.34 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Tangerang Selatan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

Sampel adalah bagian dari populasi.35 Artinya bagian dari populasi yang akan diteliti. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yakni, suatu cara pengambilan sampel yang berdasarkan pada pertimbangan dan atau tujuan tertentu, serta berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang sudah diketahui sebelumnya.36 Berdasarkan hasil pertimbangan dari wakil kepala sekolah dan hasil observasi diketahui bahwa dari tingkatan kelas II ada satu kelas yang kurang layak untuk dijadikan penelitian dan ada dua kelas yang pembelajarannya memakai bilingual. Oleh sebab itu, dari lima rombongan belajar ditingkat kelas II SD Dharma Karya UT, diambil dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian, yaitu kelas

34

S. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 8, h. 118

35

Ibid., h. 121 36

(44)

II.3 dan kelas II.4 yang nantinya akan dijadikan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen,

D.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara-cara yang dipergunakan untuk memperoleh data empiris yang dipergunakan untuk penelitian. Dalam pengumpulan data pada penelitian ini terlebih dahulu ditentukan sumber data, variabel penelitian dan instrumen penelitian.

1.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari sampel yang diambil berdasarkan pada tujuan tertentu (Purposive Sampling). Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yakni kelas II.3 yang berjumlah 28 siswa dan kelas II.4 yang berjumlah 30 siswa. Akan tetapi, karena ada beberapa siswa yang tidak hadir pada saat penelitian berlangsung, maka sampel yang diperoleh dari masing-masing kelas adalah sebanyak 22 siswa. Kedua kelas tersebut nantinya akan dijadikan sebagi kelas ekperimen dan kelas kontrol. Kelas ekperimen yang diberi perlakuan dengan menggunakan metode mendongeng dalam pembelajarannya. Sedangkan, kelas kontrol tanpa menggunakan metode mendongeng dalam pembelajarannya. Data yang digunakan berupa skor yang diperoleh dari tes keterampilan menyimak dongeng.

2.

Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono,“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya”.37

37

(45)

Variabel dalam penelitian quasi eksperimen dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

a. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode mendongeng. b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan menyimak dongeng.

3.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instrumen tes. Tes adalah suatu alat ukur yang berisi serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh siswa untuk mengukur suatu aspek prilaku tertentu.38 Tes yang digunakan adalah tes awal yang dilakukan sebelum pembelajaran (pretest), dan tes akhir yang dilakukan setelah dilaksanakan pembelajaran (posttest). Bentuk tes yang digunakan adalah tes menceritakan kembali isi dongeng dalam bentuk tulisan. Tes yang dilakukan merupakan tes kemampuan menyimak tingkat ingatan. Tes yang menuntut siswa mengingat fakta atau menyebutkan kembali fakta-fakta yang terdapat di dalam wacana yang telah diperdengarkan sebelumnya. Fakta itu dapat berupa nama, peristiwa, angka, tanggal, tahun, dan sebagainya.39

Penilaian keterampilan menyimak dongeng pada siswa meliputi beberapa unsur, dapat dilihat pada tabel berikut:

38

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet.4, h. 3

39

(46)
[image:46.595.109.520.120.734.2]

Tabel 3.2

Indikator Penilaian Menceritakan Kembali Isi dongeng

No. Unsur Intrinsik Dongeng Bobot

1. Tokoh/Watak 25

2. Alur 25

3. Latar 25

4. Amanat 25

Jumlah 100

Tabel 3.3

Kriteria Instrumen Penilaian Menceritakan Kembali Isi Dongeng

No Unsur

Penilaian

Skor Kriteria

1. Tokoh/Watak 25 20 15 10 5

Tokoh dan watak dijelaskan dengan sangat tepat Tokoh dan watak dijelaskan dengan Tepat Tokoh dan watak dijelaskan cukup tepat Tokoh dan watak dijelaskan kurang tepat Tokoh dan watak tidak dijelaskan

2. Alur 25

20 15 10 5

Alur dijelaskan dengan sangat tepat Alur dijelaskan dengan tepat Alur dijelaskan cukup tepat Alur dijelaskan kurang tepat Alur tidak tepat

3. Latar 25

20

(47)

15 10 5

Latar dijelaskan cukup tepat Latar dijelaskan kurang tepat Latar tidak dijelaskan

4. Amanat 25

20 15 10 5

Amanat dijelaskan dengan sangat tepat Amanat dijelaskan dengan tepat

Amanat dijelaskan cukup tepat Amanat dijelaskan kurang tepat Amanat tidak dijelaskan

Kategori Skor Penilaian :

85 – 100 = Sangat baik 75 – 84 = Baik

65 – 74 = Cukup < 65 = Kurang

E.

Kontrol Terhadap Validitas Internal

Sebelum digunakan dalam penelitian, intrumen diuji coba terlebih dahulu untuk mengetahui validitasnya. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah instrumen tes keterampilan menyimak dongeng dalam bentuk tulisan. Berdasarkan hal itu maka validitas yang digunakan adalah validitas konstruks (contruct validity), Yakni validitas yang ditilik dari segi susunan, kerangka atau rekaanya.40 Untuk mengkur validitas konstruks dapat menggunakan pendapat ahli (judgment experts), Yakni setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan

40

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2011), Cet.10, h. 166

(48)

berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.41 Dalam hal ini ahli yang dimintai pendapatnya adalah dosen pembimbing.

F.

Teknik Analisis Data

1.

Teknik Analisis Deskriptif

Analisa yang dilakukan dalam dskripsi data meliputi gambaran distribusi frekuensi yang diperoleh dari hasil tes keterampilan menyimak dongeng yang kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk grafik batang (Bar Chart).

2.

Uji Prasyarat Analisis Data

Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan statistik untuk membandingkan keterampilan menyimak kelas ekperimen dan kelas kontrol. Hal ini dilakukan agar dapat menjawab pertanyaan peneliti dan menguji hipotesis. Namun sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis data. Yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sebaran data pada dua kelompok sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Analisis data ini menggunakan SPSS 22 dengan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas dilakukan pada skor hasil

pretest dan posttest dari kelas ekperimen dan kelas kontrol. Adapun kriteria dari uji normalitas ini adalah sebagai berikut : a) Jika nilai sig. (2-tailed) lebih besar dari tingkat alpha 5%

(sig.(2-tailed) > 0,050), dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang sebarannya berdistribusi normal.

41

(49)

b) Jika nilai sig.(2-tailed) lebih kecil dari tingkat alpha 5% (sig.(2-tailed) < 0,050), dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang sebarannya berdistribusi tidak normal.

b. Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut memilki tingkat varian data yang sama atau tidak. Analisis ini menggunakan SPSS 22 yaitu One Way Anova. Adapun kriteria dari pengujian homogenitas adalah sebagai berikut :

a) Jika probabilitas > 0,050, maka varians dinyatakan homogen. b) Jika probabilitas < 0,050, maka varians dinyatakan heterogen

c. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis, langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji-t. Uji-t digunakan untuk menguji nilai rata-rata dari kedua kelas. Apakah kedua kelas memiliki perbedaan atau tidak. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji-t dengan uji independent T-test. Perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS 22 Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

a) Jika probabilitas > 0,050, maka Ho diterima, artinya metode mendongeng tidak berpengaruh terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa.

(50)

G.

Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho : µ1> µ2 H1 : µ1 <µ2 Keterangan:

Ho : Penerapan metode mendongeng tidak berpengaruh terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II di SD Dharma Karya Pondok Cabe Tangerang Selatan.

H1 : Penerapan metode mendongeng berpengaruh terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II di SD Dharma Karya Pondok Cabe Tangerang Selatan

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Profil Sekolah

1. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SDS Dharma Karya Universitas Terbuka

Alamat : Jln. Pala Raya No.3 Pondok cabe, Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

Status : Terakreditasi “A”

Telp : 021-7424348

Fax : 021-7494936

Email : sddkut@yahoo.com Web : www.sddharmakarya.com

2. Visi dan Misi Visi :

Terwujudnya insan yang berkarakter, kreatif, inovatif dilandasi Iptek dan Imtaq yang berwawasan lingkungan.

Misi :

a. Menanamkan keyakinan/aqidah melalui agama b. Menanamkan sikap toleransi terhadap umat beragama

c. Mempersiapkan peserta didik unggul dalam mata pelajaran MIPA d. Mempersiapkan guru-guru yang profesional khusunya mata

pelajaran MIPA

e. Melengkapi sarana prasarana khususnya mata pelajaran MIPA f. Menciptakan lingkungan keluarga yang bersih, sehat, aman,

nyaman dan menantang

(52)

h. Menghasilkan lulusan yang berkualitas, berkepribadian dan berkarkter (Taqwa, jujur, kreatif dan mandiri)

i. Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga sekolah j. Menanamkan PHBS untuk anak didik dan warga sekolah k. Menumbuhkan kecintaan anak terhadap lingkungan l. Menanamkan sikap peduli lingkungan

3. Kepala Sekolah SD Dharma Karya UT

Tahun I 1990 : Ny. Diah

Tahun II 1991 – 2002 : Drs. H. Masduki Sudharmo Tahun III 2002 – sekarang : Drs. Warjoko, MM

[image:52.595.150.518.238.652.2]

4. Siswa

Tabel 4.1

Jumlah Siswa SD Dharma Karya UT Tangerang Tahun Pelajaran 2014/2015

No. Kelas

Jumlah

Total Rombel Laki-laki Perempuan

1 Kelas I 4 58 75 133

2 kelas II 5 71 77 149

3 Kelas III 4 63 61 124

4 Kelas IV 4 50 77 127

5 Kelas V 4 69 64 133

6 Kelas VI 4 62 65 127

(53)
[image:53.595.154.511.161.762.2]

5. Guru dan Tenaga Kependidikan Tabel 4.2

Jumlah Guru Berdasrkan Tingkat Pendidikan Tingkat

Pendidikan

Jumlah Guru

GT GTT DPK Total

S2/S3 2 2 6 10

S1/D4 24 9 2 35

D2/D3 - 1 - 1

D1/SLTA - 2 - 2

Jumlah 26 14 8 48

Keterangan : GT = Guru Tetap, GTT = Guru Tidak Tetap

6. Sarana dan Prasarana

Tabel 4.3

Sarana dan prasarana yang terdapat di SD Dharma Karya UT

No. JENIS FASILITAS JUMLAH KET

1 Ruang kepala Sekolah 1 Baik

2 Ruang Tata Usaha 1 Baik

3 Ruang Guru 1 Baik

4 Ruang Kelas 25 Baik

5 Laboratorium

a. IPA 1 Baik

b. Komputer 1 Baik

6 Musholla 1 Baik

7 Perpustakaan 1 Baik

8 UKS 1 Baik

9 Toilet 23 Baik

10 Ruang Dapur 1 Baik

11 Ruang Kantin 1 Baik

12 Ruang Kegiatan Daur Ulang Kertas dan Sablon

1 Baik

13 Bengkel Kompos 1 Baik

14 Kebun Toga 3 Baik

15 Tempat Parkir 1 Baik

16 Pos Satpam 1 Baik

(54)

Sarana dan prasarana penunjang lainnya antara lain :

a. Slide Proyektor : 2 buah

b. TV : 4 buah

c. VCD : 1 buah

d. Karotek Juz Amma : 1 buah e. Kaset Mata pelajaran : 200 buah

f. Laptop : 3 buah

g. Infocus /LCD/proyektor : 14 buah

h. Handycam : 2 buah

i. Kamera foto : 2 buah

j. CCTV : 32 buah

7. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan bakat siswa, yang terdiri atas :

a. Kewiraan : Pramuka, Dokter Kecil, Student Provost.

b. Olahraga : Pencak Silat, Sepak Bola, Basket, Taekwondo, Tenis Meja, Catur.

c. Seni : Seni Karawitan (degung, angklung, dll), Seni Lukis, Seni Tari, Seni Musik Vokal dan Band.

d. Ilmiah : English Club, Kelompok Ilmiah Dasar / KID.

(55)

B.

Deskripsi Data dan Kegiatan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Dharma Karya UT, Pondok cabe, Tangerang Selatan. Pengambilan data penelitian dimulai dari tanggal 24 April 2015 hingga 13 Mei 2015. Penelitian dilakukan di kelas II. Peneliti mengambil sampel sebanyak dua kelas, yaitu kelas II.3 dan kelas II.4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode mendongeng terhadap keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II di SD Dharma Karya UT, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, tahun pelajaran 2014/2015. Kegiatan yang dilakukan selama peneilitan meliputi kegiatan pretest, kegiatan pemberian tindakan dan kegiatan posttest.

1.

Deskripsi Kegiatan

Pretest

Sebelum peneliti memberikan proses pembelajaran dengan perlakuan yang berbeda terhadap kedua kelas, peneliti memberikan soal pretest berupa LKS dalam bentuk essay. Setiap siswa diminta untuk menyimak guru membacakan teks cerita dongeng kemudian siswa diminta menceritakan kembali cerita dongeng yang telah dibacakan guru ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa sendiri. Pretest ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Berikut ini adalah penskoran dan perincian nilai

pretest yang diperoleh dari kelas II.3 dan kelas II.4.

[image:55.595.134.510.373.742.2]

Tabel 4.4

Data Hasil Pretes kelas II.3

No Nama Siswa Penilaian Nilai

Akhir Tokoh Alur Latar Amanat

1 Y1 20 20 15 15 70

2 Y2 15 10 15 5 45

3 Y3 15 15 15 5 50

4 Y4 20 20 20 15 75

5 Y5 15 15 15 5 50

(56)

7 Y7 15 15 15 15 60

8 Y8 15 15 10 15 55

9 Y9 20 15 20 10 65

10 Y10 20 10 15 15 60

11 Y11 20 20 20 15 75

12 Y12 15 15 10 20 60

13 Y13 10 20 15 10 55

14 Y14 15 10 15 10 50

15 Y15 15 10 15 5 45

16 Y16 20 25 15 20 80

17 Y17 20 15 15 15 65

18 Y18 15 25 10 20 70

19 Y19 10 20 10 15 55

20 Y20 10 20 20 10 60

21 Y21 15 15 15 10 55

22 Y22 20 20 15 5 60

JUMLAH 1320

RATA-RATA 60

[image:56.595.136.506.104.747.2]

Tabel 4.5

Daftar Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelas II.3

Nilai Frekuensi Persen %

45 2 9,1

50 3 13,6

55 4 18,2

60 6 27,3

65 2 9,1

70 2 9,1

75 2 9,1

80 1 4,5

(57)

Tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Gambar

Tabel 4.18   Hasil Uji Hipotesis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............. 58
Gambar 4.5   Grafik Nilai Rata-rata Posttest Kelas Ekperimen  ....................... 51
gambaran alur cerita secara jelas, dan menyiapkan kalimat-
Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Design
+7

Referensi

Dokumen terkait

Indeks Tendensi Bisnis (ITB) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang datanya diperoleh dari Survei Tendensi Bisnis (STB) yang dilakukan oleh BPS bekerja sama

Pada tampak lateral, skelet kepala berbentuk memanjang dan meninggi di bagian kaudal dengan permukaan yang halus.. Dinding lateral skelet kepala dibentuk oleh

Kegiatan kampanye yang selanjutnya dilakukan, disebut dengan ³,W¶V $ 3HQDOW\´ .DPSDQ\H LQL merupakan bentukan dari organsasi internasional Happy Child dengan dukungan

Negara Republik Indonesia mempunyai wilayah yang luas dengan karakteristik daerah yang berbagai macam. Letak seko lah dasar tersebar di seluruh pelosok tanah air dari daerah

individu maupun kelompok berdasarkan fenomena tersebut dapat diperlukan solusi digunakan sebagai oenyelesaian peneliti menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan

juga membedakan antara pengertian tindak pidana perbankan dengan tindak pidana di bidang perbankan, pembedaan tersebut menurutnya didasarkan pada perbedaan

Hipotesis kerja berupa jawaban dari pertanyaan penelitian: Rumah panggung sesuai dengan persyaratan terhadap kenyamanan thermal dan memiliki jalur evakuasi kebakaran,