BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
2. Hakikat Keterampilan Menyimak
Dalam melakukan sesuatu hal diperlukan sebuah keterampilan. Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan dan daya yang dimiliki
seseorang. Seperti yang dikatakan oleh Munandar, “Kemampuan merupakan
daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan
latihan”.17
Keterampilan merupakan sebuah proses atau upaya yang perlu dilatih agar dapat memiliki hasil yang baik, sehingga bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Keterampilan yang berhubungan dengan berbahasa, terdiri atas empat komponen, yaitu: (1) keterampilan menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3) keterampilan membaca (reading skills); dan (4) keterampilan menulis (writting skills)”.18 Keterampilan tersebut memiliki hubungan yang erat antar satu dengan yang lainnya. Bahkan dikatakan sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat
16
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Format Paud, (Jakarta: Ar-ruzz Media, 2012), Cet.1, h. 130
17
S.C Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: Penuntun Bagi Para Guru dan Orang Tua, (Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999), Cet.3, h. 17
18
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2013), h. 2
dipisahkan. Setiap keterampilan erat pula hubungannya dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa seseorang. Semakin terampil berbahasa seseorang, semakin baik pula jalan pikirannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang lebih banyak melakukan aktivitas menyimak daripada kegiatan berbahasa lainnya. Kegiatan menyimak juga merupakan aktivitas atau kegiatan yang paling awal dilakukan oleh anak manusia dalam proses pemerolehan keterampilan berbahasa. Sebelum anak dapat berbicara, membaca, dan menulis, kegiatan atau aktivitas menyimaklah yang pertama dilakukan. Sehingga pada umumnya pemerolehan keterampilan berbahasa dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan terakhir menulis. Untuk itu, keterampilan menyimak merupakan hal yang paling mendasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam upaya belajar berbahasa dan berkomunikasi dengan manusia lainya.
Menyimak menurut Tarigan adalah “Suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.”19
Sejalan dengan hal itu, Djago Tarigan menambahkan bahwa menyimak adalah
“Suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan, mengidentifikasi,
menginterpretasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil interpretasi makna dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana bahasa tersebut”.20
Berdasarkan hal tersebut, maka pada hakikatnya menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi informasi yang diperoleh dari sarana lisan.
19
Ibid., h. 31 20
Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2003), Cet.10, h. 2.7
b. Peranan dan Tujuan Menyimak
Menyimak memiliki peranan dan tujuan sangat penting bagi kehidupan berkomunikasi manusia. Seperti yang dikatakan oleh Saddhono
bahwa, “Peranan menyimak adalah untuk (1) menunjang landasan belajar
berbahasa; (2) penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis; (3) pelancar komunikasi lisan; dan (4) penambah informasi”.21
Sejalan dengan hal itu, Djago Tarigan dalam Saddhono mengemukakan bahwa tujuan menyimak adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan fakta dengan cara mendengarkan radio, televisi, menyampaikan makalah, percakapan, dan sebagainya; b. Untuk menganalisis fakta yang berlangsung secara konsisten
dari saat ke saat selama proses menyimak berlangsung. Bagaimana kaitan antar unsur fakta,sebab dan akibat yang terkandung di dalamnya. Bahan siamakan harus dikaitakan dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak.
c. Untuk mengevaluasi fakta yang disampaiakn oleh pembicara. Sejjumlah pertanyaan perlu disertakan dalam aktivitas ini; benarkah fajta yang diajukan, relevankah fakta yang dikemukakan, serta akuratkah fakta yang disampaiakan?;
d. Untuk mendapatkan inspirasi dari pembicara orang lain. Dalam hal ini penyimak ingin mendapatkan dorongan, suntikan, semangat, sugesti yang bermanfaat;
e. Untuk mengibur diri bagi orang-orang yang lelah, letih, jenuh. Mereka perlu penyegaran fisik dan mental misalnya mendengarkan lawak, banyolan, dan sebagainya;
f. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan cara mengorganisasikan bahan, cara penyampaian bahan, cara menggunakan alat bantu, dan cara simulasi mengakhiri pembicaraan.22
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan menyimak pada penelitian ini adalah meyimak untuk mendapatkan dorongan, suntikan, semangat dan sugesti yang bermanfaat bagi penyimak. Karena pada dasarnya seorang anak usia sekolah dasar masih sangat membutuhkan stimulus-stimulus agar
21
Kundharu Saddhono, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: CV. Karya Putra Darwati, 2012), Cet.1, h. 13
22
dapat berprilaku baik dan berbudi pekerti yang luhur. Salah satunya dengan menyimak dongeng.
c. Jenis-Jenis Menyimak
Menurut Tarigan, menyimak berdasarkan cara penyimakan terbagi menjadi dua, yakni menyimak ekstensif dan menyimak intensif.
1. Menyimak ekstensif adalah penyimak memahami isi simakan secara sepintas, lebih umum dan lebih bebas dari suatu ujaran. Misalnya menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik/apresiatif, dan menyimak pasif.
2. Menyimak intensif adalah penyimak memahami isi simakan secara terinci, teliti, cermat, dan mendalam terhadap bahan yang disimaknya. Misalnya menyimak interogatif, menyimak selektif, dan menyimak kritis.23
Sedangkan menurut Logan dalam Saddhono, jenis-jenis menyimak dibedakan sebagai berikut:
1. Menyimak untuk belajar. Artinya penyimak mempelajari berbagai hal yang perlu dipelajari. Misalnya menyimak pelajaran atau perkuliahan.
2. Menyimak untuk menghibur. Penyimak mendapatkan hiburan dari bahan simakan tersebut. Misalnya menyimak lawakan, cerita, drama dan sebagainya.
3. Menyimak untuk menilai. Penyimak memperhatikan dan memahami bahan simakan, kemudian menelaah, mengkaji, menguji, serta membandingkan dengan pengetahuan dan pengalamannya.
23
4. Menyimak apresiatif. Penyimak memahami, menghayati, dan mengapresiasi isi simakan, misalnya menyimak puisi, cerita, sandiwara, dan sebagainya.
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan. Penyimak memahami, merasakan ide, gagasan, perasaan pembicara sehingga terjalin sambung rasa antara penyimak dan pembicara.
6. Menyimak deskriminatif. Penyimak ingin membedakan bunyi suara. 7. Menyimak pemecahan masalah. Penyimak memperhatikan dan
memahami pemecahan masalah yang disampaikan oleh pembicara.24 Dari jenis-jenis menyimak yang telah dipaparkan, maka jenis menyimak yang sesuai dengan pembelajaran menyimak cerita dongeng adalah menyimak ekstensif dan apresiatif.