• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak program kum3 BMM dalam pemberdayaan ekonomi berbasis Masjid: studi komparasi ditiga masjid binaa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak program kum3 BMM dalam pemberdayaan ekonomi berbasis Masjid: studi komparasi ditiga masjid binaa"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PROGRAM KUM3 BMM DALAM PEMBERDAYAAN

EKONOMI BERBASIS MASJID

(Studi Komparasi DiTiga Masjid Binaan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.Sy)

Disusun Oleh:

Hardi Hidayat

NIM : 205046100609

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakkan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 0 9 Juni 2010 M 26 Jumadil Tsani1431 H

Hardi Hidayat

(3)

ANALISA PROGRAM KUM3 BMM DALAM PEMBERDAYAAN

EKONOMI BERBASIS MASJID

(Studi Komparasi Tiga Masjid Binaan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.Sy)

Disusun Oleh:

Hardi Hidayat

NIM : 205046100609

Dibawah bimbingan

Prof. Dr. H. Ahmad Sutarmadi NIP. 19400805162021001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

KATA PENGANTAR

egala puji sukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat-Nya, hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan alam Baginda Besar Nabi Muhammad SAW.

S

Penulisan karya Ilmiah dalam bentuk sekripsi ini merupakan salah satu bagian syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orangtua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, penulis sampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr Komarudin Hidayat. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Euis Amalia, M. Ag, Ketua Program Studi Muamalat dan Ah. Azharuddin Lathif, M.H, Sekretaris Program Studi Muamalat yang telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.

(5)

4. Dr. Djawahir Hajazziey, SH, MA Ketua Program Non Reguler dan Drs. H. Ahmad Yani, MA. Sekretaris Program Non Reguler.

5. Prof. Dr. H. Ahmad Sutarmadi, Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan serta bantuan literatur dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

6. Ibu Lilik Istiqoriyah, S.Ag, SS kaur perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta staf-stafnya yang tak bosan-bosanya melayani penulis dalam proses penulisan sekripsi ini.

7. Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Jakarta yang telah membantu penulis dalam mencari data-data yang diperlukan.

8. Pihak BMM Bank Muamalat Indonesia, yang telah banyak membantu dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi.

9. Rasa ta`dzim dan terima kasih yang mendalam kepada Ayahanda Hamdani S.Pd,M.MPd. dan Ibunda Wiatiningsih S.Pd. atas dukungan moril dan materiil, kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta dan kasih sayang yang tidak habis-habisnya bahkan Do’a-do’a munajatnya yang tak henti-hentinya siang dan malam kepada Allah SWT.

10.Adikku Kahfi Nurjaman yang selalu mendoakan didalam pengajian Majlis Rasulullah SAW.sehingga penulis bisa berjalan dengan baik. Dan juga

(6)

v

segenap keluarga besar dari Garut da Cibarusah Terima kasih atas doa dan dukungannya.

11.Semua sahabat PS A Rusdi dan Zoraya,khususnya Teman-teman UIN motor club (UMC) Ipunk, Zay, Bon-bon, Nahla, Rianda, Dwi, Sidin, dan semua kakak-kakak kelasku Mustopa, Emir, Nahrowi, dan semua teman-teman yang berada dikosan yang membantu penulis dalam melakukan penyelesaian tugas akhir ini.

Akhirnya penulis akhiri dengan rasa Syukur kepada Allah SWT, Raja dari segala Raja, pencipta Jagad Raya dan penguasa Ilmu Pengetahuan, Dengan segala kelemahan dan kekurangan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridloi setiap langkah kita. Amin.

Jakarta, 0 9 Juni 2010 M 26 Jumadil Tsani1431 H

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ... 7

E. Studi Reviw Terdahulu... 9

F. Sistematika penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Fungsi dan Peran Masjid... 14

B. Pemberdayaan ... 22

C. Kemiskinan ... 31

BAB III GAMBARAN UMUM BMM DAN MASJID BINAAN BMM PROGRAM KUM3 A. Gambaran Umum BMM (Baitul Mal Muamalat) ... 49

B. Latar belakang Program KUM3 ... 52

C. Gambaran Umum Masjid Miftahul Huda Rempoa ... 55

D. Gambaran Umum Masjid Alhidayah Garut ... 53

E. Gambaran Umum Masjid Al Hadi Garut ... 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Program KUM3 oleh BMM dalam Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid ... 63 B. Target Capaian dari pemberdayaan Ekonomi Umat

Berbasis Masjid dari Program KUM 3 oleh BMM...

(8)

vii

C. Perbandingan Antara Sebelum dan Sesudah adanya Program KUM 3 Oleh BMM...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam suatu agama yang mengatur cara hidup manusia dalam segala aspek, termasuk aspek ekonomi seperti mencari nafkah, kegiatan ekonomi adalah wajib dan pada zaman modern ini kegiatan ekonomi tidak akan sempurna tanpa adanya lembaga perbankan maka lembaga perbankan ini pun wajib diadakan1. Hal ini sesuai dengan kaidah dalam usul fiqh yang menyatakan bahwa “maa laa yatimm

al-wajib illa bihi fa hua wajib” yakni sesuatu yang harus ada untuk

menyempurnakan yang wajib maka ia wajib diadakan.2 Islam adalah agama yang sempurna diturunkan oleh Allah SWT ke muka bumi untuk menjadi rahmatan

lil’alamin (rahmat bagi seluruh alam). Islam adalah satu-satunya agama Allah

SWT yang memberikan panduan yang lugas dan dinamis terhadap aspek kehidupan manusia kapan saja dan dalam berbagai situasi, disamping itu mampu menghadapi dan menjawab berbagai macam tantangan pada setiap zaman.3

Islam mengatur tatanan hidup dengan sempurna, tidak hanya mengatur masalah ibadah seseorang kepada Tuhannya, tetapi juga mengatur masalah muamalah yaitu hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan mahluk

1

Adiwarman Karim, ”Bank: Analisis fiqih dan Keuangan” , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007) cet 3-4, h. 15

2

Ibid, h.14-15 3

(10)

2

lain dan dengan alam sekitarnya, seperti sosial budaya, pertanian, tehnologi, tidak terkecuali di bidang ekonomi. Islam memandang penting persoalan ekonomi, hal ini dikarenakan ekonomi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan, namun bukanlah merupakan tujuan akhir dari kehidupan ini melainkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih baik. setiap manusia mempunyai kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan, dan papan.

Semua kebutuhan tersebut tidak dapat diperoleh secara gratis tetapi harus diusahakan dengan benar dan sah, dan telah menjadi sifat alami manusia untuk memenuhi kebutuhannya karena merupakan fitrah jika kemudian manusia bekerja untuk memperoleh harta demi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut,

Indonesia merupakan negara ketiga yang sampai saat ini jumlah penduduk miskinnya masih terbanyak, kemiskinan di Indonesia tak sekedar terjadi karena struktur dan budaya masyarakat. Namun kemiskinan juga tak hanya disebabkan oleh sulitnya masyarakat miskin mendapatkan akses sumber permodalan (faktor produksi). Kemiskinan sangat erat kaitannya dengan persoalan keimanan dan ketakwaan masyarakat. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran :

“ Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka ternyata mendustakan (ayat-ayat kami), maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan” (Al A’raf [7]: 96).4

Untuk itu pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam mengentaskan kemiskinan, khususnya di bidang ekonomi haruslah dimulai dari pembangunan

(11)

3

aspek maknawiyah masyarakat. Yang dimaksud dengan aspek maknawiyah adalah kesadaran yang kuat bahwa keimanan dan ketakwaan kepada Allah akan mendatangkan keberkahan hidup.

Parameter kekuatan iman dan taqwa yang dimaksud adalah terwujud dengan

salimul aqidah, sohihul ibadah, matinul khuluk dan salihul muamalat.5 Masjid merupakan tempat ibadah umat islam, dalam Kamus Bahasa Indonesia masjid diartikan rumah tempat bersembahyang yang cara Islam.6

Dalam membangun aspek maknawiyah, masjid bisa menjadi salah satu medianya. Masjid adalah simbol bagi ummat Islam. Masjid dan segala bentuk aktifitas pembinaan (dakwah) ummat di dalamnya merupakan metode efektif membangun aspek maknawiyah. Selain itu Masjid juga merupakan wahana sosialisasi dan mobilisasi ummat. Di dalamnya berhimpun berbagai komunitas dan pemimpin opini.7 Sehingga masjid merupakan media atau sarana strategis membangun kesadaran kolektif ummat.

Pada zaman Rasulullah peranan masjid sangatlah penting, semua kegiatan yang menyangkut aspek-aspek keagamaan maupun negara dilakukan di situ seperti rapat, sidang, belajar mengajar dan segala aktifitas keagaman lainnya tidak terkecuali pemberian zakat kepada fakir dan miskin dan pemberdayaan umat di lakukan di dalam masjid.

5

Bmm “Landasan Filosofi Program KUM3”, artikel diakses 8 November 2009 dari http://www.kum3.com

6

Pius Abdillah dan Anwar Syarifuddin, ”Kamus Saku Bahasa Indonesia”, Surabaya: Arkola, 1995 h. 315

7

(12)

4

BMM (Baitul Mal Muamalah) merupakan lembaga baitul mal yang bergerak pada dana-dana zakat, infak dan sedekah di bawah lembaga keuangan Bank Muamalat Indonesia, lembaga ini mempunyai peran menyalurkan dana-dana

Kordhu Hasan pada lembaga keuangan Bank Muamalat Indonesia. KUM3 adalah

salah satu program pemberdayaan ekonomi umat dari Baitul Mal Muamalat (BMM) yang ditujukan kepada kaum fakir pada sekitar masjid.

Dari latar belakang masalah di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dan membuat laporan hasil penelitiannya dalam sebuah skripsi yang penulis beri judul: “Dampak Program KUM3 BMM Dalam Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid (Studi Komparasi diTiga Masjid Binaan)”

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Karena luasnya permasalahan tentang pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid maka penulis perlu memberikan batasan yang jelas supaya tidak melebar dalam objek penelitian di tiga masjid binaan BMM yang mengikuti program Komunitas Mikro Muamalat berbasis Masjid (KUM3) dari Baitul Mal Muamalat (BMM).

2. Perumusan Masalah

(13)

5

a. Bagaimana perbandingan antara sebelum dan sesudah adanya Program KUM3 oleh BMM.?

b. Bagaimana perkembangan di Desa dan di Kota setelah adanya Program KUM3 oleh BMM?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui perbandingan antara sebelum dan sesudah adanya Program KUM3 oleh BMM.

b. Mengetahui perkembangan di Desa dan di Kota setelah adanya Program KUM3 oleh BMM.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian dan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Teoritis: penelitian ini berguna untuk memberikan informasi dan kontribusi bagi kalangan intelektual, pelajar, praktisi, akademisi, institusi dan masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih jauh Implementasi Program KUM3 BMM dalam pemberdayaan ekonomi berbasis Masjid. b. Praktis: Penulisan skripsi ini diharapkan menjadi input bagi perbankan

syariah indonesia dan lembaga pengelola dana zakat.

(14)

6

Kesejahteraan Masjid (DKM) dalam mengambil kebijakan pengelolaan dana Zakat.

d. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai Mekanisme KUM3 pada Masjid, yang mana sangat penting bagi pemberdayaan ekonomi umat.

D. Studi Review Terdahulu

Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, peneliti melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini tampaknya masih kurang mendapatkan perhatian dari para peneliti.

Manajemen Pemberdayaan Ekonomi dan Pengaruhnya Terhadap Kemandirian Masjid (Studi Kasus Manajemen Masjid Agung Sunda Kelapa), Tinah Afriani pernah melakukan penelitian pada tahun 2005, 8 sifat penelitiannya adalah

kualitatif, yaitu: dari uraian keseluruhan penulis menyimpulkan bahwa

pengelolaan manajemen masjid dengan profesional dan optimalisasi potensi yang dimiliki masjid adalah bagian terpenting yang dapat menjadikan masjid mandiri dari segi pendanaan semua aktivitas masjid.

Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Manajemen Strategi Pengelolaan Masjid Agung Att-Tin Pada Yayasan Ibu Tien Soeharto. M. Tatan Amin pernah

8

(15)

7

melakukan penelitian pada tahun 2006,9 sifat penelitiannya adalah kualitatif,

yaitu: Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan penulis dalam pengelolaan masjid diperlukan sebuah manajemen strategi yang akurat baik dari bidang peribadatan, pendidikan, rumah tangga ataupun dari segi perekonomian (unit usaha) yang mengarah pada kemajuan masjid.

Masjid sebagai sentral pemberdayaan ekonomi ummat, (studi di masjid Ittihad Muhajirin perumahan Reni Jaya Pamulang Tangerang), Carolina Imran melakukan penelitian pada tahun 2008,10 sifat penelitiannya adalah data-data

kualitatif dimasukkan dalam rumusan data kuantitatif, dari kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan penulis adalah; program pemberdayaan ekonomi yang direalisasikan masjid Ittihad Muhajirin melalui kegiatan ekonominya adalah koperasi BMT, tabungan haji dan tabungan qurban, pelayanan kesehatan dan sewa kios. Akan tetapi dari keseluruhan kegiatan ekonomi yang dijalankan masjid yang paling banyak diakses oleh masyarakat adalah BMT. Permasalahan yang timbul dalam program pemberdayaan ekonomi masjid Ittihad Muhajirin adalah kurangnya sumber daya masyarakat (SDM), kurangnya sosialisasi dan minimnya dana yang dimiliki masjid.

9

M. Tatan Amin. Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Manajemen Strategi Pengelolaan Masjid Agung Att-Tin pada Yayasan Ibu Tien Soeharto, Jurusan Muamalat Fak, Syariah dan Hukum, no. 63 SJM 2006, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10

(16)

8

E. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif, yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari pada teori-teori yang berhubungan dengan Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid, dengan cara: menyusun data, menjelaskan data dan menganalisa data. Dengan memaparkan pendekatan Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid, dikarenakan metode ini didasarkan pada pemaparan secara logika yang dihimpun melalui teknik observasi (pengamatan) wawancara serta Dokumenter.

2. Lokasi Penelitian

Adapun objek yang akan diteliti oleh penulis adalah BMM (Baitul Mall Muamalat) Yang Beralamat: Gedung Dana Pensiun Telkom Lt 2 Jln. Letjen S. Parman, Kav. 56, Jakarta, serta tiga Masjid binaannya diantaranya: Masjid Miftahul Huda Rempoa, Masjid Alhidayah Garut, Masjid Nurul Iman Garut. 3. Sumber Data

(17)

9

b. Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi yang ada hubungannya dengan materi skripsi ini. Dalam penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan (Library Research) yaitu dengan mempelajari buku kepustakaan, literatur, buletin, majalah serta materi kuliah yang berkaitan erat dengan pembahasan masalah ini.

4. Teknik Pengambilan Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik untuk mempermudah pengumpulan data-data yang diperlukan. Teknik-teknik ini digunakan secara akumulatif dan saling melengkapi. Adapun beberapa teknik pengumpulan data tersebut adalah:

a. Observasi, teknik ini dilakukan untuk melihat, mengamati langsung aktivitas penerapan program KUM3 pada tiga Masjid diantaranya: Masjid Miftahul Huda Rempoa, Masjid Alhidayah Garut, Masjid Al Hadi Garut, dengan mengumpulkan fakta-fakta, pertanyaan-pertanyaan yang merupakan hasil dari kenyataan yang menjadi hasil deskripsi dari kenyataan yang menjadi hasil penelitian. Dengan demikian teknik ini peneliti gunakan untuk keadaan kondisi objek (Masjid Miftahul Huda Rempoa, Masjid Alhidayah Garut, Masjid Nurul Iman Garut) yang sebenarnya, selain itu hal yang paling penting dan diprioritaskan dalam observasi ini adalah implementasi Program KUM3 BMM Dalam Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid.

(18)

10

masjid. Hal tersebut dimaksudkan sebagai upaya pengurus dalam mengoptimalkan fungsi dan peran masjid dalam pemberdayaan ekonomi ummat, dilihat dari faktor pendukung dan penghambat agar menjadi jelas. 5. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data yang digunakan adalah melalui pendekatan

Diskriptif Analisis11, yaitu pendekatan dengan cara mendiskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tentang strategi manajemen yang dilakukan oleh pengelola Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) Jakarta dalam memfungsikan perannya dalam pemberdayaan ekonomi ummat. Dengan cara: menyusun data, menjelaskan data, dan menganalisa data. Dengan memaparkan pendekatan manajemen yang dikhususkan pada peran masjid dalam pemberdayaan ekonomi umat. Dikarenakan metode ini didasarkan pada pemaparan secara logika yang dihimpun melalui teknik Kuesioner, observasi, wawancara, dan dokumentasi. 6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku: “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009.12” Dengan pengecualian ayat-ayat Al-Qur’an dan Terjemah yang dikeluarkan oleh Departemen Agama. Al-Al-Qur’an tidak memakai catatan kaki, akan tetapi cukup dibuatkan di akhir kutipan

11

S. Nasution, Metode Reseach, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) h.24. 12

(19)

11

(dalam kurung) nama atau nomor surah dan ayat serta dibuatkan terjemahannya.

F. Sistematika Penelitian

Skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab memuat masalah pokok yang akan dibahas. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab satu ini terdiri dari; Latar belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Studi review terdahulu, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini terbagi menjadi tiga poin yang akan menerangkan tentang:

Pertama Fungsi dan Peran Masjid, Pengertian Masjid, Fungsi Masjid

Pada Zaman Dahulu dan Zaman sekarang. Kedua Pemberdayaan; Pengertian pemberdayaan, Aspek pemberdayaan, Tujuan pemberdayaan dan Ketiga Kemiskinan; Pengertian Miskin, Standar Kemiskinan

BAB III GAMBARAN UMUM BMM DAN MASJID BINAAN BMM PROGRAM KUM 3

(20)

12

Masjid Miftahul Huda Rempoa, Masjid Al-Hidayah Garut, Masjid Nurul Iman Garut.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menjelaskan tentang: Perbandingan antara sebelum dan sesudah adanya Program KUM3 oleh BMM.dan Perkembangan di Desa dan di Kota setelah adanya program KUM3 oleh BMM.

BAB V PENUTUP

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Fungsi dan Peran Masjid 1. Pengertian Masjid

Masjid bagi umat Islam memiliki makna yang besar dalam kehidupan, baik makna fisik maupun makna spiritual. Kata masjid itu sendiri berasal dari kata sajada-yasjudu-sujudan-masjidan (tempat sujud). 1 Sementara Sidi Gazalba menguraikan tentang masjid; dilihat dari segi harfiah masjid memanglah tempat sembahyang. Perkataan masjid mesjid berasal dari bahasa Arab. Kata pokoknya sujudan, fi’il madinya sajada (ia sudah sujud) fi’il sajada diberi awalan ma, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan ini menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu, masjida.2 Jadi ejaan aslinya adalah masjid (dengan a). pengambilan alih kata masjid oleh bahasa Indonesia umumnya membawa proses perubahan bunyi a menjadi e, sehingga terjadilah bunyi mesjid. Perubahan bunyi dari ma menjadi me, di sebabkan tanggapan awalan me dalam bahasa Indonesia. bahwa hal ini salah, sudah tentu kesalahan umum seperti ini dalam indonesianisasi kata-kata asing sudah bisa. Dalam ilmu bahasa sudah menjadi kaidah kalau suatu penyimpangan

1

Sofyan Syafri Harahap, Manajemen Masjid, (Yogyakarta, Bhakti Prima Rasa, 1996), hal. 26 2

Saidi Gazalba, “Mesjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam”, cet. VI, (Jakarta: Pustaka Al husna,1994 ), h.118

(22)

14

atau kesalahan dilakukan secara umum ia dianggap benar. Menjadilah ia kekecualian3

Pengelolaan masjid secara profesional berarti berupaya untuk memakmurkan masjid. Allah SWT. Berfirman dalam surat At-Taubah ayat;

Artinya;”Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Setiap muslim sebenarnya boleh melakukan shalat diwilayah manapun dibumi ini; terkecuali di atas kuburan, ditempat yang bernajis, dan ditempat-tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan ditempat-tempat shalat

Rasulullah saw bersabda yang artinya : ”setiap bagian dari bumi

Allah adalah tempat sujud (masjid).” (HR Muslim). Pada hadis yang lain

rasulullah bersabda pula yang artinya : ”telah dijadikan bagi kita bumi ini

sebagai tempat sujud dan keadaannya bersih.” (HR Muslim)

3

(23)

15

Masjid tidak bisa dilepaskan dari masalah shalat. Berdasarkan sabda nabi SAW di atas, setiap orang bisa melakukan shalat dimana saja—dirumah, dikebun, dijalan, dikendaraan, dan ditempat lainnya. Selain itu masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturahmi dikalangan kaum muslimin4.

Dimasa nabi SAW ataupun di masa sesudahnya, masjid menjadi pusat atau sentral kegiatan kaum muslimin. Kegiatan dibidang pemerintahan pun mencakup, ideologi, politik, ekonomi, sosial, peradilan, dan kemiteran dibahas dan di pecahkan di lembaga masjid. Secara teoritis, dan konseptual; masjid adalah pusat kebudayaan Islam. Dari tempat inilah, syiar keIslaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrowi, material-spiritual dimulai. Berbagai catatan sejarah telah menorehkan dengan baik mengenai kegemilangan peradaban Islam yang secara langsung tempaan jasmani, ruhani, dan intelektual dipusat peradaban yaitu masjid5.

Quraish Shihab menjelaskan masjid adalah tempat ibadah kaum muslimin yang memiliki peran strategis untuk kemajuan peradaban umat Islam. Sejarah telah membuktikan multi fungsi peranan masjid tersebut. Masjid bukan saja tempat shalat, tetapi juga pusat pendidikan, pengajian keagamaan, pendidikan militer, dan fungsi-fungsi sosial ekonomi lainnya.

4

Ayub, Mohammad E. “Manajemen Masjid: petunjuk praktis bagi para pengurus”, penyunting, Dody Mardanus,-Cet. 1.-(Jakarta : Gema Insani Press, 1996), h.1.

5

(24)

16

Rasulullah SAW pun telah mencontohkan multifungsi masjid dalam membina dan mengurusi seluruh kepentingan umat, baik pusat ibadah, pusat pendidikan dan pengajaran, pusat penyelesaiaan problematika umat dalam aspek hukum (peradilan), pusat pemberdayaan ekonomi umat melalui Baitul Mal (ZISWAF), pusat informasi Islam, bahkan pernah sebagai pusat pelatihan militer dan urusan-urusan pemerintahan Rasulullah SAW. Singkatnya, pada zaman Rasulullah SAW, masjid dijadikan sebagai pusat peradaban Islam. 2. Fungsi Masjid

Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat shalat, dan tempat beribadah kepada-Nya.6 Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat berjamaah. Masjid juga merupakan teempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui azan, qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istigfar, dan ucapan lain yang dianjurkan di baca di masjidd sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah. Selain itu fungsi masjid adalah:

a. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT,

b. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri’tikaf, membersihkan diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman batin/ keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbanngan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian;

c. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat.

d. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan;

6

(25)

17

e. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotong-royongan didalam mewujudkan kesejahteraan bersama.

f. Masjid dengan majelis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslim;

g. Masjid adalah Pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat;

h. Masjid tempat mengumpulkan dana menyimpan dan membagikanya; dan i. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervise sosial.7

Fungsi-fungsi tersebut telah diaktualisasikan dengan kegiatan operasional yang sejalan dengan program pembangunan. Umat Islam bersyukur bahwa dalam deklade akhir-akhir ini masjid semakin tumbuh dan berkembang, baik dari segi jumlahnya maupun keindahan arsiteknya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kehidupan ekonomi umat, peningkatan gairah, dan semaraknya kehidupan beragama.8

3. Peran Masjid dalam Ekonomi

Kita sudah sama-sama memahami bahwa masjid memiliki kedudukan yang sangat penting bagi umat Islam, penting dalam upaya membentuk pribadi dan masyarakat Islam.9 Untuk bisa merasakan urgensi itulah, masjid harus difungsikan dengan sebaik-baiknya dalam arti harus dioptimalkan dalam memfungsikanya. Namun perlu diingat bahwa, masjid yang fungsinya dapat dioptimalkan secara baik adalah masjid yang didirikan di atas dasar taqwa, Allah berfirman:

7

Muh. E. Ayub, dkk, “Manajemen Masjid; Petunjuk Praktis bagi Para Pengurus”, (Jakarta: Gema Insani, 1996), h. 7

8

Ibid.,h.8 9

(26)

18

Artinya: sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.(QS. Attaubah: 108)

Peran masjid dalam bidang ekonomi bukan dalam bentuk wujud tindakan riil ekonomi, misalkan kegiatan dalam bidang produksi, distribusi, konsumsi. Peranannya terletak pada konsep ekonomi, misalnya hubungan modal dan kerja, majikan dan buruh, hutang, piutang dan kontrak, jasa capital dan tenaga, pembagian kekayaan cara jual beli, ukuran dan takaran kegiatan serta bermacam-macam usaha dan lain-lain. Dasar dan prinsip-prinsip ekonomi telah digariskan dalam Qur’an dan Hadis. Tetapi bermacam pernyataan dan wujudnya memang tidak terdapat didalamnya.10

Hubungan masjid dengan kehidupan ekonomi menurut Sidi Gazalba adalah merupakan pusat dari addin, bukan hanya pusat dari agama saja. Ekonomi adalah sebagian dari Islam, jelasnya bagian dari kebudayaan. Sekalipun ekonomi bersifat duniawi, kehidupan ekonomi Muslim bertaut dengan masjid.11

B. Pemberdayaan

10

Saidi Gazalba, “Mesjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam”, cet. VI, (Jakarta: Pustaka Al husna,1994 ), h.185-190

(27)

19

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Istilah pemberdayaan masyarakat mengacu pada kata empowerment

yang berarti penguatan. Yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka. Maka pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diharapkan adalah yang dapat memposisikan individu sebagai subjek bukan sebagai objek.12

Payne sebagaimana dikutip Adi menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah:

“To help client gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of socisl or personal block to exercising excisting power, by increasing capacity and self confidence to use power and by transferring power from the environment to clients”.

(membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan terkait dengan diri mereka,

termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam

melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya) 13

Menurut Suharto dalam pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga

12

Setiana L., Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat”, dalam nurjanah, ed., Implikasi Filsafat Konstruktivisme Untuk Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press, 2007), Cet-1, h.79

13

(28)

20

mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan bebas dari kesakitan (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatanya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.14

Adi juga mengutip pendapat Ife tentang pemberdayaan. Ife menjelaskan bahwa:

“empowerment means providing people with the resources, opportunities, knowledge, and skill to increasentheir capacity to determine their own future and to participate in and affect the life of their community.”

“Pemberdayaan sebagai sarana untuk memberikan orang dengan sumber-sumber, kesempatan-kesempatan, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga dapat menentukan masa depan dan berpartisipasi dalam kehidupan komunitas mereka”.15

Selanjutnya Kartasasmita dalam buku Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial yang ditulis oleh Sulistiati mengatakan, bahwa memberdayakan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan masyarakat dengan cara mengembangkan dan mendinamisasi potensi-potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat seluruh lapisan masyarakat.

14Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama , 2005), h. 58.

15

(29)

21

Dengan kata lain menjadikan masyarakat mampu dan mandiri dengan menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan anggota individu anggota masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya, menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerjakeras, hemat, keterbukaan, dan tanggung jawab adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan.16

Sedang menurut Parsons yang dikutip oleh Suharto (2005) pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupanya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh pengetahuan, keterampilan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatianya.17

Menurut Cristenson dan Robinson, yang dikutip oleh Soetomo, bahwa: “pengertian pemberdayaan masyarakat adalah sebagai suatu proses dimana masyarakat yang tinggal pada lokasi tertentu mengembangkan prakarsa untuk melaksanakan suatu tindakan sosial (dengan atau tanpa intervensi) untuk mengubah situasi ekonomi, sosial, kultural, dan atau lingkungan mereka.”18

Definisi Cristenson dan Robinson, terlihat kesan yang hendak menyatakan bahwa dalam memberdayakan masyarakat intervensi bukanlah

16

Sulistiati, “Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Jakarta: Balai latihan dan pengembangan Sosial Depsos RI, 2004), h.229

17Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama , 2005), h. 58.

18

(30)

22

suatu hal yang mutlak, justru yang lebih penting adalah partisipasi masyarakat dalam proses yang berlangsung dimana pemberdayaan itu dilaksanakan.

Berbagai pengertian yang ada, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya yang dilakukan untuk membuat masyarakat berdaya dengan mengembangkan keterampilan yang dimilikinya, yang dapat dikembangkan dalam pelatihan-pelatihan keahlian hidup, agar masyarakat menjadi berdaya dan dapat mandiri.

2. Intervensi Dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat

Parson dalam Suharto, menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Namun demikian, tidak semua intervensi pekerjaan social dapat dilakukan melalui kolektivitas. Beberapa situasi strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual. Meskipun pada giliranya strategi pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, arti mengkaitkan klien dengan sumber atau system diluar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui:

a. Intervensi Mikro, yaitu pemberdayaan yang dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stes management, ciri

intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien

dalam menjalankan tugas-tugas kehidupanya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centred approach). b. Intervensi meso, yaitu pemberdayaan yang dilakukan terhadap

(31)

23

kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamakan kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

c. Intervensi makro. Pendekatan ini disebut strategi system besar (

large-system strategi), karena sasaran perubahan diarahkan pada system

lingkungan yang luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistim besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menemukan strategi yang tepat untuk bertindak. 19 Intervensi makro mencakup berbagai metode professional yang digunakan untuk mengubah system sasaran yang lebih besar dari individu, kelompok dan keluarga. Yaitu organisasi, komunitas baik setingkat lokal, regional maupun nasional secara utuh.20

3. Tahapan-tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara langsung maupun tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan yakni: a. Tahapan Persiapan

19Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama , 2005), h. 66.

20

(32)

24

Tahapan ini meliputi penyiapan petugas (comunity development), dimana tujuan utama ini adalah untuk menyamakan persepsi antar anggota agen perubah (agent of change) mengenai pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Sedangkan pada tahapan penyiapan lapangan, petugas melakukan setudi kelayakan terhadap daerah yang akan di jadikan sasaran. Pada tahapan ini terjadi kontrak awal dengan kelompok sasaran.

b. Tahapan penilaian (Assessment)

Proses penilaian (assessment) yang dilakukan disini adalah dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya manusia yang dimiliki klien. Dalam proses penilaian ini dapat pula digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman.

c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan.

Pada tahapan ini agen perubahan (agent of change) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.

d. Tahapan Pemormulasian Rencana Aksi

Pada tahapan ini agen membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

(33)

25

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahapan yang paling krusial (penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah di rencanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara warga.

f. Tahapan Evaluasi

Tahapan ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.

g. Tahapan Terminasi

Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan seringkali bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak juga terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena sudah melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan.

4. Proses Pemberdayaan Masyarakat

(34)

26

perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu program saja.21 Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahap:

a. Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdaya guna dan tidak memberdayakan.

b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak memberdayakan.

c. Mengidentifikasi masalah.

d. Mengidentifikasi basis daya yang bermakna.

e. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan pengimplementasian.22

Namun dalam proses pemberdayaan bahwa peran serta masyarakat merupakan tahapan yang penting dalam peningkatan pembangunan. 23 Mutu peran serta masyarakat dapat dibedakan dengan memahami motivasi mereka. Dalam hal ini peran serta dibagai menjadi lima yaitu:

a. Berperan serta karena mendapat perintah. b. Berperan serta karena ingin mendapat imbalan.

c. Berperan serta secara sukarela, tanpa mengharapkan imbalan. d. Berperan serta atas prakasa atau inisiatif sendiri.

e. Berperan serta disertai dengan kreasi atau daya cipta.

21

Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-pemikiran dalam Kesejahteraan sosial”, (Jakarta: Penerbit Fakultas ekonomi UI, 2002), seri II, h.173

22Nanich Machendra dan Agus Ahmad Syafe’I, “Pengembangan Masyarakat Islam”, (Bandung: Rosdakarya, 2001), Cet ke-1,h.25.

23

(35)

27

Dari uraian diatas bahwa proses pemberdayaan yang terjadi pada masyarakat, terjadi secara simultan sehingga upaya yang dilakukan berkesinambungan untuk meningkatkan daya yang ada.

C. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan persoalan pokok yang harus diselesaikan oleh setiap individu maupun kelompok yang penyelesaianya butuh pengorbanan dan kerja keras karena kemiskinan akan berdampak negatife terhadap kehidupan. Kemudian untuk merumuskan suatu penjelasan kemiskinan nampaknya bukanlah suatu hal yang mudah karena selain kemiskinan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, juga karena masing-masing pembuat makna sangat di pengaruhi oleh latar belakang kerangka pemikiran dan fokus perhatianya dalam melihat masalah kemiskinan

1. Pengertian Kemiskinan

(36)

28

pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa hargadiri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.24

Sedangkan pengertian kemiskinan menurut Nabil Subhi Ath-Thawil adalah “Tiadanya kemampuan untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan pokok. Kebutuhan-kebutuhan ini dianggap pokok, karena iya menyediakan batas kecukupan minimum untuk hidup manusia yang laik dengan tingkatan kemuliaan yang dilimpahkan Allah atas dirinya.”25

Pengertian lainya menurut F. Magnis Suseno, SJ. Yaitu “dalam arti, bahwa orang tidak menguasai sarana-sarana fisik secukupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, untuk mencapai tingkat minimum kehidupan yang masih dapat dinilai manusiawi”26

Kedua pengertian tersebut menitikberatkan pada tingkat pemenuhan kebutuhan dasar atau pokok yang minimal untuk dapat hidup secara layak atau manusiawi.

Pandangan ajaran Islam mengenai kemiskinan terjalin erat dalam suatu system ajaran dengan berbagai aspeknya tentang tatanan kehidupan Islami yang digariskan dalam Al-Qur’an dan Hadits serta inspirasi atau teladan dari sejarah kehidupan para Nabi dan para Rasul serta para Khulafaur Rasyidin dan penerusnya. Menurut Islam adanya perbedaan dalam perolehan hasil kerja yang tercermin dalam kehidupan kaya dan miskin diakui sebagai salah satu

24

Hartomo dan Arnicun Aziz, “Ilmu Sosial Dasar”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. V, h. 315

25Ath-thawil,, Nabil Subhi, “Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-negara Muslim”, terjemahan Muhammad Bagir, (Bandung: Mizan, 1985), cet. I, h.36

26

(37)

29

ketentuan dan rahmat dari Allah. Sebagai Firman-Nya dalam QS. Al-Zukhruf, ayat 32:

Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami Telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.(QS. Al-Zukhruf: 32 )

Kemiskinan dapat mendekatkan orang pada kekufuran, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Artinya: Dari Anas RA, Telah bersabda rasulullah SAW, Kefakiran itu

mendekatkan pada kekufuran (HR. Al-Baehaqi)

Karena kemiskinan merupakan suatu penderitaan dalam hal serba kekurangan, maka Allah mengingatkan bahwa hal itu merupakan salah satu cobaan dari Allah. Sebagaiman Firman-Nya:

(38)

30

berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(QS. Al-Baqarah : 155)27

Menurut Emil Salim yang dimaksud dengan kemiskinan adalah merupakan suatu keadaan yang dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kehidupan yang pokok.28 Golongan miskin adalah golongan yang memperoleh pendapatan atau penerimaan sebagai imbalan terhadap kerja mereka yang jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan pokoknya.29

Kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang.30

Pada hakikatnya kemiskinan adalah keadaan dimana seseorang tidak memperoleh kesempatan untuk memiliki asset dan hak. Karena adanya permasalahan ukuran tingkat kebutuhan tersebut, Neils Mulder meberi definisi tentang kemiskinan: “Yang tidak sampai pada suatu tingkat kehidupan yang minimal seperti ditunjukkan oleh garis kemiskinan mengungkapkan taraf minimal untuk bisa hidup dengan cukup wajar”.31 Suatu definisi yang mencoba membuat ukuran batas minimal standar tingkat kehidupan, dirumuskan oleh parsudi Suparlan sebagai berikut:

27

Ahmad Sanusi, “Agama Ditengah kemiskinan” (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. I, h. 64-69.

28

Arifin Noer, Ilmu Sosial Dasar (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), cet.II, h.288 29

Mulyanto sumardi dan Hans Dieter Evers, “Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok”, (Jakarta: CV Rajawali , 1985), cet. II, h.80-81.

30 Tajuddin Noer Effendi, “Sumber daya manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan”, (Yogyaklarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1995), cet. II, h. 249.

31

(39)

31

Secara singkat kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah; yaitu suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang di bandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.32

Selanjutnya dalam literature Hukum Islam istilah “miskin” dibedakan dengan “fakir”. Mengenai perbedaan kedua istilah tersebut, dari hasil telaah kitab fiqih, Ali Yafie membuat rumus definisi miskin, yaitu: “yang memiliki harta benda atau mata pencaharian atau kedua-duanya, hanya menutupi seper dua atau lebih dari kebutuhan pokok.”33 Sedangkan yang disebut fakir ialah “mereka yang tidak memiliki sesuatu harta benda atau tidak mempunyai mata pencarian tetap, atau mempunyai harta benda tetapi hanya menutupi kurang dari seperdua kebutuhan pokoknya.”34

Mengenai ukuran dari tingkat pemilikan harta dalam definisi miskin dan fakir tersebut, Ali Yafie menerangkan, umpamanya sebagai indeks di tetapkan angka 10 maka yang memiliki atau memperoleh penghasilan 5 sampai 9 dapat digolongkan miskin. Dan jika hanya memiliki atau hanya berpenghasilan 4 kebawah digolongkan sebagai fakir.35 Shari Muhammad mendefinisikan fakir sebagai berikut:

Orang fakir yaitu yang tidak memiliki alat produksi dengan pendapatan perharinya sangat rendah dan sangat sengsara, tidak punya harta untuk memenuhi penghidupanya, termasuk penganggur yang

32

Parsudi suparlan (ed.) “Kemiskinan di Perkotaan” (Jakarta: Sinar harapan, 1984), cet. I, h. 12.

33

Ali Yafie, “Islam dan Problem Kemiskinan” (Jakarta: Jurnal, P3M, No.20vol.III, 1986), h.6 34

Ibid. 35

(40)

32

tidak memiliki modal kecuali tenaganya, yang berarti memerlukan lapangan pekerjaan.36

Dari beberapa definisi tentang kemiskinan tersebutdi atas dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan miskin ialah ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar atau pokok bagi suatu tingkat kehidupan yang layak menurut ukuran yang umum (biasa) berlaku pada masyarakat setempat.

Persoalan mengenai ukuran untuk menentukan batasan kemiskinan, dalam ilmu-ilmu sosial dipergunakan tolak ukur tertentu. Ada beberapa tolak ukur yang di gunakan, masing-masing bertolak dari fokus perhatian sudut permasalahan yang menjadi objek kajian, dan dari kajian mengenai tolak ukur ini, muncul beberapa teori atau klasifikasi tentang tingkat kemiskinan.

Ada yang mengukur dengan Incom perkapita atau pendapatan rata-rata perkepala. Badan Pemeriksaan Bangsa-bangsa mendapatkan bahwa suatu masyarakat yang pendapatanya rata-rata per orang setahun kurang dari US$ 300 digolongkan sebagai masyarakat yang miskin.

Tolak ukur lainya yang bisa digunakan adalah melalui gizi. Kalau jumlah protein dan kalori seseorang atau masyarakat kurang dari jumlah tertentu maka dapat digolongkan sebagai masyarakat yang miskin. Ada juga yang mengukurnya dengan tingkat rata-rata kematian (death rate). Suatu masyarakat dikatakan miskin, jika angka rata-rata kematian cukup tinggi. Hal

36

(41)

33

ini bertolak dari anggapan bahwa banyak orang yang meninggal, kemungkinan mereka kurang makan.

Tolak ukur yang umum di pakai adalah berdasarkan atas tingkat pendapatan perwaktu kerja. Tolak ukur lain adalah tolak ukur relatif perkeluarga berdasarkan atas kebutuhan minimal yang harus dipenuhi.37

2. Faktor Penyebab Kemiskinan

Banga Indonesia saat ini sedang dilanda musibah berupa berbagai macam krisis, terutama krisis ekonomi yang berkepanjangan. Ekonomi masyarakat kini kian porak-poranda meskipun banyak sumber daya alam di negeri ini tetapi tidak banyak yang bisa memanfaatkanya, sehingga menjadi masalah serius terjadinya kemiskinan.

Kemiskinan adala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh setiap orang, namun demikian kemiskinan ini pun banyak terjadi dalam masyarakat. Terdapat banyak faktor yang dapat menjadikan kemiskinan ini. M. Quraish Shihab berpendapat bahwa faktor utama penyebab kemiskinan ini adalah sikap berdiam diri, enggan atau tidak bergerak atau berusaha. Keengganan berusaha adalah penganiayaan terhadap diri sendiri, sedang ketidakmampuan berusaha antara lain disebabkan oleh penganiayaan orang lain. Ketidak mampuan berusaha yang disebabkan oleh orang lain diistilahkan pula dengan

37

(42)

34

kemiskinan structural. Kemiskinan terjadi akibat adanya ketidak seimbangan dalam perolehan atau penggunaan sumber daya alam yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada mahluknya.38

Seseorang yang hidupnya selalu diam atau tidak mau berusaha atau tidak dapat berusaha tidak akan dapat memiliki sesuatu, padahal Allah SWT telah menyediakan sumber daya alam yang bisa dikelola oleh manusia yang tidak terbatas jumlahnya. Sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya: “Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Q.S Ibrahim: 34).

Ali Yafie mengemukakan ada 6 (enam) hal yang menjadi penyebab terjadinya kemiskinan:

1. Kelemahan, yang meliputi kelemahan hati dan semangat, kelemahan akal dan ilmu atau kelemahan fisik

2. Kemalasan, sifat ini merupakan pangkal utama dari kemiskinan.

3. Ketakutan, merupakan penghambat untuk mencapai sukses atau usaha. Keberhasilan pekerjaan tergantung pada keperaniaan pelakunya.

4. Kepelitan, hal ini bersangkutan dengan pihak sikaya. Karena dengan sifat ini tanpa disadari pelitnya itu membantu untuk tidak mengurangi kemiskinan, sehingga kemiskinan terus terpelihara.

5. Tertindih hutang, orang yang sudah terbiasa hutang maka ia akan tersulit lepas dari jeratanya, sehingga dia tidak bisa keluar dari klemiskinan.

38

(43)

35

6. Diperas atau dikuasai sesame manusia. Pemerasan terhadap manusia ini sangat rentan untuk menimbulkan perbudakan. 39

Dari enam hal diatas ada tiga hal yang yang merupakan penyebab kemiskinan yang disebabkan oleh faktor intern yang muncul dari individu itu sendiri hal tersebut adalah : kelemahan, kemalasan dan ketekunan. Ketiga faktor ini merupakan faktor utama penyebab kemiskinan. Sedangkan tiga faktor lain dimunculkan oleh faktor eksternal yang oleh orang lain , faktor ini merupakan faktor penunjang terciptanya kemiskinan.

Sedang Musthofa Husni Assiba’i berpendapat bahwa kemiskinan itu disebabkan karena salah satu dari dua sebab, yaitu kemalasan dan ketidak mampuan bekerja atau karena kehilangan syarat-syarat untuk bekerja.40

Menurut Arifin Noor, ada beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan yaitu:

1. Pendidikan terlalu rendah

pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupanya.

2. Malas Bekerja

Adanya sikap ini, seseorang akan bersikap pasif dalam hidupnya dan cenderung menggantungkan hidupnya pada orang lain, baik pada keluarga atau saudara yang dipandang memiliki kemampuan untuk menanggung hidup mereka.

3. Keterbatasan Sumber Alam

Kemiskinan akan melanda suatu masyarakat apabila sumber alam nya tidak lagi memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka.

4. Keterbatasan lapangan Kerja

Keterbatasan lapangan kerja membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal banyak orang yang mengatakan bahwa seseorang

39

Ali Yafie, “Menggagas Fiqih Sosial” (Bandung: Mizan, 1994) , h. 73. 40

(44)

36

harus mampu menciptakan lapangan kerja baru, akantetapi secara fakta hal tersebut kecil kemungkinanya karena adanya keterbatasan kemampuan baik berupa keahlian maupun modal.

5. Keterbatasan modal

Keterbatasan modal membawa kemiskinan pada sebagian besar masyarakat di negara berkembang seorang menjadi miskin karena mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun bahan dalam menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan tujuan memperoleh penghasilan.

6. Beban Keluarga

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin banyak pula tuntutan (beban hidup) yang harus dipenuhi. Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha peningkatan pendapatan maka sudah pasti menimbulkan kemisskinan.41

Menurut Arifin Noer faktor penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut:

1. Kolusi antara para pengusaha dengan para birokrat dan elit militer. Kolusi yang begitu lama ini telah mengakibatkan korupsi yang begitu biasa terhadap dana rakyat, yang seharusnya diperuntukkan bagi pembangunan. Kolusi antara kekuasaan dan usaha yang berorentasi keuntungan telah mengakibatkan korupsi atas dana-dana Negara dan berbagai penyelewengan kekuasaan serta kebijaksanaan pembangunan, yang pada giliranya mendorong terjadinya kesenjangan antara si kaya dan simiskin. 2. Efek pengikisan balik atau Backwash effect, sehingga yang kecil semakin

kecil. Suatu system nilai yang terdapat di dalam hubungan antara masyarakat, ikut menciptakan penduduk miskin. Dalam hal ini, masyarakat ikut memberikan andil bagi terciptanya masyarakat miskin.

41

(45)

37

3. Didaerah-daerah tertentu terdapat aspek kultural yang mengakibatkan terjadinya proses kemiskinan.

4. Tiadanya teknologi dan kemampuan sumberdaya manusia mengelola teknologi. Dalam kaitan ini kemiskinan bersumber dari ketidak mampuan menguasai asset, baik asset fisik berupa alat-alat produksi, modal, mesin, peralatan, tanah dan tenaga kerja serta asset non fisik yakni kesehatan, pendidikan, keterampilan, informasi dan teknologi. Orang menjadi miskin karena tidak mampu memiliki asset-aset tersebut yang sebenarnya adalah suber pendapatan dan penghidupan.42

Penyebab kemiskinan selain akan sangat dipengaruhi oleh bidang atau disiplin ilmu seseorang juga akan sangat tergantung pada bentuk atau jenis kemiskinan itu sendiri. Dari segi sebabnya kemiskinan dapat dibedakan antara kemiskinan temporer atau aksidental dan kemiskinan structural. Atau antara kemiskinan alamiah atau kemiskinan buatan.43

Jalaludin rahmat mengutip beberapa pendapat yang sampai pada kesimpulan bahwa penyebab utama kemiskinan adalah ketimpangan social dan ekonom, karena adanya sekelompok kecil orang-orang elit yang hidup mewah diatas penderitaan banyak orang.44

3. Penanggulangan Kemiskinan

42

Baharuddin Ali, Dosen Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Seminar Skripsi Pengentasan Kemiskinan dan Kesenjangan Pemerataan Hasil Pembangunan, (Jakarta: Juli 1993), h.10-12

43

Ahmad Sanusi, Agama Ditengah Kemiskinan, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), cet I, h.22.

44

(46)

38

Kemiskinan merupakan problem bagi manusia khususnya bagi umat Islam, dan kemiskinan merupakan masalah yang membebani perkembangan masyarakat .

Dalam masyarakat kita memunculkan sebuah kesepakatan baru atau konsepsi bahwa bahwa siapa yang mempunyai keahlian, kepintaran, gelar yang tinggi dan jaringan komunikasi yang luas akan bisa mencapai kesuksesan. Sedangkan banyak sekali orang-orang pergi kekota hanya bermodal nekat dan ingin mengadu nasib, hasil yang mereka rasakan hanya akan menjadi orang-orang pinggiran yang bisa masuk dalam kategori miskin.

Di Indonesia program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak pula dilaksanakan, seperti: pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung, P2KP, PNPM dan BLT. Karena problem kemiskinan bersifat multi dimensional, maka strategi penaggulangannya harus bersifat multidimensional juga. Selama ini (studi kasus Indonesia) yang dilakukan oleh pemerintah hanya bersifat ekonomi semata sehingga apabila kebutuhan ekonomi sudah tercapai, seolah-olah proyek penanggulangan kemiskinan yang tidak berdimensi ekonomi, seperti kemiskinan struktural atau politik. Untuk itu ada beberapa langkah yang perlu diperhitungkan dalam pemberdayaan lapisan masyarakat miskin guna sebagai penanggulangan kemiskinan tersebut:

(47)

39

perasaan ketidak berdayaan masyarakat miskin bila berhadapan dengan struktur sosial dan politisi.

b. Upaya-upaya memutus hubungan yang bersifat eksploitatif terhadap lapisan orang miskin perlu dilakukan.

c. Tanamkan rasa kesamaan (egaliterian) dan berikan gambaran bahwa kemiskinan bukan merupakan takdir tetapi sebagai penjelmaan dari konstruksi social.

d. Merealisasikan perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat miskin secara penuh. Seperti Proyek Kawasan Terpadu (PKT).

e. Perlunya pembangunan sosial dan budaya bagi masyarakat miskin. Selain perubahan struktur yang diperlukan, juga perubahan nilai-nilai budaya.

f. Diperlukan redistribusi infrastruktur pembangunan yang lebih merata, meskipun keenam langkah diatas dapat dipenuhi tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, orang miskin tetap saja tidak memiliki juga akses dibidang-bidang lainya. Apabila langkah-langkah dapat dilakukan secara terpadu maka kemiskinan akan dapat ditanggulangi, langkah diatas merupakan gambaran bahwa ekonomi dan politik tidak dapat dipisahkan.45

45

(48)

40

Menurut pandangan Islam kemiskinan tidak semata-mata persoalan ekonomi, kemiskinan juga harus dilihat salahsatunya dari sisi sejauh mana manusia yang mengalami kemiskinan tersebut menggunakan potensi yang ada pada dirinya semaksimal mungkin, ini berkaitan dengan fungsi manusia di bumi sebagai khalifah Allah Swt. Kemiskinan dalam pandangan Islam dilihat sebagai suatu kelemahan, ketidak berdayaan yang menjadi problem yang dapat menurunkan martabat kehormatan manusia yang harus diatasi.

Strategi dan pendekatan yang dipakai dalam pengentasan kemiskinan akan snagat dipengaruhi oleh masalah yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu apabila masalah kemiskinan di sebabkan oleh individual, maka usaha yang dilakukan adalah dengan merubah aspek manusia sebagai aspek individu atau warga masyarakat sedangkan apabila masalahnya disebabkan oleh faktor struktural atau sistem, maka usaha yang harus dilakukan adalah perubahan pada struktur atau sistem.

Selanjutnya dalam tahap pelaksanaan program pengentasan kemiskinan agar tepat sasaran, partisipasi kaum miskin dalam proses pelaksanaan program tersebut mutlak diperlukan. Dalam hal ini Kramer mengajukan model Community Action Program (CAP) yang terdiri dari 4 (Empat) bentuk partisipasi antara lain.46

46

(49)

41

1. Partisipasi dalam proses pengembalian keputusan pada kebijaksanaan program yang akan dijalankan. Perwujudan partisipasi kaum miskin dalam model ini dapat diwujudkan. Perwujudan partisipasi kaum miskin dalam model ini dapat diwujudkan dengan adanya persentasi wakil-wakil mereka dalam pelaksanaan program.

2. Partisipasi dalam perkembangan program. Dalam kapasitasnya sebagai sasaran, maka pendapat, saran dan aspirasi kaum miskin harus didengar terutama tentang kebutuhan dan kepentingan yang betul-betul riil.

3. Keterlibatan dalam gerakan sosial. Dalam bentuk ini, kaum miskin sebagai pihak yang tidak berdaya (powerless) diberikan motivasi dan stimulasi untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan.

4. Keterlibatan dalam berbagai pekerjaan. Karena kaum miskin menjadi miskin akibat terbatasnya kesempatan dan kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan yang dapat meninggkatkan pendapatan, maka diperlukan penyegaran lapangan usaha yang banyak melibatkan kaum miskin. Padat karya adalah salah satu contohnya.

(50)

42

Dengan kesadaran membayar zakat infaq, dan shadaqah (ZIS), maka kaum muslimin telah melihat lebih jauh bahwa dalam permasalahan kemiskinan ini adalah masalah kita bersama. Maka dari itu diharapkan kaum muslimin membayar ZIS guna membantu kaum yang kurang mampu.

Oleh karena itu, untuk pencapaian usaha pengentasan kemiskinan perlu penelusuran akar masalah tersebut baik ditinjau dari dimensi ekonomi, sosial, politik, ekologis, maupun psikologis situasi serta kondisi masyarakat. Selain itu, adanya keinginan dari kaum miskin itu sendiri untuk mngubah nasibnya menjadi lebih baik, adanya usaha meningkatkan dan mengintensifkan kepedulian sosial melalui zakat atau diluar zakat, dan perlunya perhatian pemerintah dalam menjamin kehidupan rakyatnya. Disamping itu, mutlak diperlukan keterlibatan kaum miskin dalam setiap program usaha tersebut, karena mereka itulah yang nanti akan follow-up

(51)

43 BAB III

GAMBARAN UMUM BMM DAN MASJID BINAAN BMM PROGRAM KUM 3

A. Gambaran Umum BMM (Baitul MaAl Muamalat) 1. Sejarah singkat BMM

Bank Muamalat pada tahun 1994 membentuk unit pengelola dana ZIS dan sosial kebajikan yang kemudian disebut Baitulmaal. Unit yang awalnya didirikan atas dasar tanggungjawab Bank Muamalat terhadap pemberdayaan ekonomi mikro ini, pada tanggal 16 Juni 2000 diresmikan sebagai lembaga amil zakat nasional oleh Menteri Agama RI. Kemudian sesuai tuntutan masyarakat akan lembaga amil zakat yang independen dan profesional dan UU No.38 tahun 1999, pada tanggal 22 Desember 2000 badan hukum Baitulmaal Muamalat resmi didirikan yaitu Yayasan Baitulmaal Muamalat.

(52)

44

Sepak terjang BMM yang makin luas, masif dengan volume kerja terus menggelembung, semakin dipercaya baik oleh lembaga pemerintah, swasta dan lembaga luar negeri. Diantaranya Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dan Islamic Development Bank (IDB).

Kini disaat lembaga sejenis memfokuskan diri untuk funding dana dan publikasi lembaga, BMM lebih memfokuskan diri pada program pendayagunaan dan penyaluran dana zakat serta dana terhimpun lainnya. 2. Visi Misi dan Kapabilitas BMM

a. Visi

Menjadi penggerak program kemandirian ekonomi ummat menuju terwujudnya tatanan masyarakat yang berkarakter, tumbuh dan peduli. b. Misi

1) Melaksanakan program pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat secara komprehensif.

2) Membangun dan mengembangkan jaringan pemberdayaan seluas-luasnya.

c. Kapabilitas

1) Pengelolaan dan pengembangan dana sosial masyarakat (zakat, infaq, dana kemanusiaan dan waqaf).

2) Pengembangan keluarga miskin serta unit bisnis dalam mata rantai ekonomi mikro.

(53)

45

4) Penanganan bencana dan recovery infrastruktur sosial pasca bencana nasional.

5) Penjaminan anak yatim (pendidikan, pembinaan, pengembangan dan biaya kehidupan sehari-hari).

3. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi pada Baitulmaal Muamalat diciptakan menurut perkembangan kebutuhan setiap tahunnya,oleh karena itu struktur organisasi dapat berubah jika kebutuhannya berubah pula.Struktur organisasi BMM bersifat fleksibel, dapat berubah menurut perkembangan serta pengaruh dari pihak-pihak yang membutuhkannya. Struktur organisasi BMM terdiri atas Dewan Pertimbangan,Dewan Pengawasan,dan direktur Utama Baitulmaal Muamalat.

Baitul maal Muamalat memiliki hubungan struktural, fungsional dengan Bank Muamalat Indonesia walaupun baitulmaal telah menjadi Yayasan/Lembaga Amil Zakat Nasional.

4. Produk Baitul Mal Muamalat (BMM)

Baitulmaal Muamalat memiliki produk-produk jasa yang ditawarkan,yaitu: 1. Shar-E Peduli

(54)

46

2. Izi Infaq

Program teknologi yang akan mempermudah masyarakat dalam berinfaq. Dioperasikan oleh seluruh jarringan agen BMM selama 24 jam, sehinga masyarakat dapat berinfaq secara elektronik, ekspres, dan real time online. 3. IDEaS

IDEaS (Infaq Dua Enam Satu) merupakan sebuah gerakan untuk membumikan Al Baqarah ayat 261 dan saling mengingatkan kepada sesama akan fadilah berinfaq, bagi manusia kehidupan yang lebih baik, didunia dan diakhirat.

4. WaQtumu

Waqaf tunai Muamalat (WaQtumu), dimunculkan sebagai produk inovatif yang menyuguhkan kemudahan dalam berwakaf, disamping merubah mindstream muwakif dari wakaf atas fix aset menuju wakaf uang.

Melalui WaQtumu, potensi wakaf diharapkan lebih dapat digarap karena munculnya kemudahan terutama dalam besaran, pengelolaan dan fleksibilitas.

5. Program Baitul Mal Muamalat

Baitul maal Muamalat telah melaksanakan dan mempersiapkan berbagai program pemberdayaan yang tertuang dalam enam poin utama, yaitu:

(55)

47

Yaitu program penguatan lembaga keuangan mkro syari’ah (KMS),sebagai bagian dari penguatan institusi keuangan syari’ah.Garis program terdiri atas penguatan SDM, Permodalan, dan Sistem Keuangan.

2. B-Smart

Program beasiswa bagi Mahasiswa yang dilengkapi dengan kurikulum pemberdayaan.Mahasiswa peserta program dolibatkan dalam pendampingan

community development Baitulmaal. Melalui program ini diharapakan jarak

interaksi antara kampus dan masyarakat dapat dikurangi, sehingga muncul

sense of social responsibility.

3. B-Share

Program anak asuh dengan sentuhan manajemen berupa penanggulangan biaya pendidikan dan kebutuhan belajar untuk siswa sekolah dasar dan menengah umum. Baitulmaal berperan sebagai manajer pendidikan dan mediator bagi anak asuh peserta pogram.

4. B-Community

Program pengembangan komunitas dengan pengembangan potensi ekonomi lokal. Pengembangan potensi ekonomi dengan memperhatikan keunggulan kompetitif terdiri atas permodalan, pelatihan, penguatan SDM, tunjangan kesehatan, pendidkan anak, hingga supervise aspek pemasaran.

5. B-Health

(56)

48

program penunjang B-Community. Sistem keanggotaan program yang bersifat subsidi diharapakan mampu menumbuhkan kepedulian antar peserta. 6. B-Care

Program penanggulangan masalah sosial yang timbul sebagai dampak musibah dan bencana alam. Titik tekan pada pemulihan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan mendasar, dengan memancing partisipasi masyarakat. Program dimaksudkan sebagai pelangkap atas program social sejenis yang dikelola oleh pemerintah dan masyarakat

B. Latar Belakang Program KUM3

Paradigma mendasar yang mengilhami kelahiran program KUM3 adalah keprihatinan terhadap kemiskinan di Indonesia. Bagi BMM, kemiskinan di Indonesia tak sekedar terjadi karena struktur dan budaya masyarakat. Kemiskinan juga tak hanya disebabkan oleh sulitnya masyarakat miskin mendapatkan akses sumber permodalan (faktor produksi).

(57)

49

Untuk itu Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam mengentaskan kemiskinan, khususnya di bidang ekonomi haruslah dimulai dari pembangunan aspek maknawiyah masyarakat. yang dimaksud dengan aspek maknawiyah adalah kesadaran yang kuat bahwa keimanan dan ketaqwaan kepada Allah akan mendatangkan keberkahan hidup.

Parameter kekuatan iman dan taqwa yang dimaksud adalah terwujud dengan salimul aqidah, sohihul ibadah, matinul khuluk dan salihul muamalat. Dalam membangun aspek maknawiyah, masjid bisa menjadi salah satu medianya. Masjid adalah simbol bagi ummat Islam. Masjid dan segala bentuk aktifitas pembinaan (dakwah) ummat di dalamnya merupakan metode efektif membangun aspek ruhaniyah. Masjid juga merupakan wahana sosialisasi dan mobilisasi ummat. Di dalamnya berhimpun berbagai komunitas dan pemimpin opini. sehingga masjid merupakan media atau sarana strategis membangun kesadaran kolektif ummat. Konsepsi itulah yang mendasari BMM menggulirkan program Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Masjid (KUM3).

1. Definisi

(58)

50

2. Tiga Prinsip Program KUM3

Program KUM3 tegak di atas tiga prinsip dasar, yakni:

a) Penyaluran dana zakat yang tepat sasaran sesuai kaidah syar’i (QS : 9:60) b) Membentuk sasaran program (mustahik) menjadi pribadi sholih (QS :

9:18)

c) Mendorong Mustahik meningkatkan usahanya dengan sentuhan-sentuhan pengelolaan bisnis modern

3. Visi

Terwujudnya komunitas usaha mikro yang religius, mandiri dan mampu meningkatkan kualitas hidupnya untuk menggapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

4. Misi

a. Memfasilitasi komunitas usaha mikro melalui pendayagunaan dana ZIS b. Membangun kualitas kelembagaan masjid sebagai basis pembinaan dan

penguatan ukhuwah sebagai dasar terwujudnya kualitas usaha mikro c. Mewujudkan manjemen bisnis modern dan kesadaran bermuamalah bebas

Maghrib (maisir, ghoror, riba) serta menumbuhkembangkan kebiasaan bersedekah.

5. Strategi

Gambar

GAMBARAN UMUM BMM DAN MASJID BINAAN BMM
Tabel Analisis SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Lingkup penelitian ini fokus pada tata kelola masjid dalam melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin, kemitraan masjid dengan lembaga lain, proses

Fasilitas atau unit usaha Masjid Raya Pondok Indah yang langsung menangani program pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah Baitul Maal Wat-Tamwil (BMT). BMT ini

Fenomena ini menarik bagi penulis untuk di teliti lebih lanjut,karena itu penulis mengambil judul penelitian” Pemberdayaan ekonomi kreatif wanita Muslim

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari aplikasi PayTren yang diciptakan PT Veritra Sentosa Internasional terhadap pemberdayaan ekonomi umat

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan penelitian skripsi yang berjudul

Pemberdayaan ekonomi umat melalui pengembangan usaha mikro dapat dilakukan oleh lembaga non pemerintah dengan memberikan berbagai kegiatan yang dapat memberi pengetahuan tentang

Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi Petani di Desa Suka Nanti Kecamatan Kedurang Kabupaten Bengkulu Selatan Sebelum penulis membahas lebih dalam mengenai pelaksanaan pemberdayaan

Yang dimaksud sumber daya insani adalah sumber daya manusia yang berperan dalam pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat berbasis masjid , yang dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu