• Tidak ada hasil yang ditemukan

Revitalisasi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) bagi remaja usia nikah : studi kasus BP4 Kota Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Revitalisasi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) bagi remaja usia nikah : studi kasus BP4 Kota Jakarta Selatan"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAGI REMAJA USIA NIKAH

(STUDI KASUS BP4 KOTA JAKARTA SELATAN)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

RISWANTO NIM. 205044100580

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

(2)

REVITALISASI BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN

DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4)

BAGI REMAJA USIA NIKAH

(STUDI KASUS BP4 KOTA JAKARTA SELATAN)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh

RISWANTO NIM. 205044100580

Pembimbing

Dr. Djawahir Hejazziey.,SH.,MA NIP. 19551015 197903 1 002

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL ASYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

i

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Puji syukur Kita panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya saya diberi kesempatan untuk merampungkan pendidikan Strata 1 (S1), pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan membuat sebuah karya ilmiah yaitu skripsi yang berjudul "REVITALISASI BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) BAGI REMAJA USIA NIKAH (STUDI KASUS BP4 KOTA JAKARTA SELATAN)"

Semua itu dapat saya raih atas Ridho Allah SWT, serta doa dan dukungan dari Keluarga, Guru/Dosen, serta kawan-kawan disekitar saya. Saya persembahkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan serta ridhonya kepada saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini;

2. Kedua orang tua kandung saya Ayahanda H. Surip dan Ibunda Kasmirah, terima kasih atas rasa kasih sayang, serta doa dan restunya kepada saya selama ini, semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan perlindungan kepada Ayah dan Ibu;

(4)

ii

anak saya yang paling saya cinta Muhammad 'Arsya Kemal, semoga Allah SWT, selalu menjadikan Kita keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah; 5. Kepada almarhum Bapak H. Rakiman dan Keluarga besarnya, dimana selama

kehidupan beliau menjadikan inspirasi maju bagi saya dan keluarga saya, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya amin…:

6. Kepada saudara kandung saya Mas Wawan Wiwoho dan adik Purnama, serta Kakak Ipar Bang Mujib dan Ka Dewi, Bang Hafis dan Ka Udoh, dan adik Rina;

7. Kepada Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof.Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM;

8. Kepada Dosen Pembimbing saya Dr. Djawahir Hejazziey, MA, terimakasih atas kesediaan Bapak dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada saya; 9. Kepada Dosen Penguji saya Dr. H. Ahmad Mukri Adji, M.A dan Drs. H.

Ahmad Yani, M.Ag;

10.Kepada Ketua BP4 Kota Jakarta Selatan Bapak Drs. Mukhobar, MH dan Sekretaris BP4 Kota Jakarta Selatan;

11.Kepada Kepala KUA Kecamatan Kebayoran Baru Bapak. H. AH. Sobari. MH dan seluruh staf dan teman-teman kerja semua;

(5)

iii

bimbingan kepada Kita semua, amin….amin…ya rabal'alamin.

Ya Allah rasa kasih sayang orang tua ku kepada ku begitu tulus, takkan pernah aku dapat membalas jasa-jasanya.

Ya Allah rasa cinta dan sabar serta dukungan yang begitu besar dari isteri ku dan anak ku kepada ku, tak akan ternilai oleh apapun.

Ya Allah karna ridho Mu lah aku dapat merampungkan pendidikan S1 Ku, semoga Engkau selalu memberikan cahaya ilmu kapada ku dan kami semua, lindungi

kami dan bimbinglah kami agar selalu dalam keridho'an Mu. Amiiin……

Jakarta, Oktober 2010 M Syawal 1431 H

(6)

iv

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Metode Penelitian... 16

F. Sistematika Penelitian ... 16

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) A. Sejara Singkat BP4 ... 18

B. Visi dan misi BP4 ... 22

C. Kebijakan Umum BP4 ... 23

D. Struktur Organisasi dan Tugas Pokok BP4 ... 25

(7)

v

B. Remaja Dalam Sudut Pandang Islam

1. Perhatian Islam terhadap Pubertas ... 41 2. Perkembangan Sosial Para Remaja ... 60 C. Permasalahan Remaja Usia Nikah ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Profil Responden. ... 70 B. Refitalisasi Program BP4 dalam Pembinaan dan

Penanggulangan Masalah bagi Remaja Usia Nikah... 75 C. Faktor yang menjadi hambatan BP4 Kota Jakarta Selatan ... 88

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(8)

1

A. Latar Belakang

Keberadaan dan kehadiran Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) sangat penting di tengah-tengah umat Islam dan bangsa Indonesia yang sedang membangun di era millennium ketiga.1

Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah organisasi profesi, sebagai pengemban tugas dan mitra kerja Departemen Agama dalam mewujudkan keluarga sakinah ditengah-tengah masyarakat berfungsi memperkecil angka perceraian salah satunya melalui bimbingan konseling bagi keluarga yang bermasalah.2

Sedikitnya ada dua hal yang menjadikan BP4 cukup penting dan berperan dalam pembinaan umat, dan pembangunan nasional guna mewujudkan keluarga sakinah, yaitu:3

Pertama, Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah suatu lembaga yang dianjurkan dalam agama. Bukankah kita sebagai seorang muslim diwajibkan memberikan penasihatan dengan membawa pesan kebenaran dengan pendekatan kesabaran dan agama.

1

Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), Panduan Rapat Kerja Daerah BP4 Prov. DKI. Jakarta Tahun 2008, (Jakarta, Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), 2008) hal. 56.

2

Kantor Wilayah Departemen Agama Prov. DKI. Jakarta, Panduan Teknis Penasihatan Pelesatarian Perkawinan dan Keluarga, (Jakarta, Sekretarian BP4 Prov. DKI. Jakarta, 2008), hal. 10.

3

(9)

Kedua, Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) mengemban tugas yang penting. Disatu pihak membawa misi agama dan dipihak lain membawa misi nasional. Sebagaimana kita ketahui, dari segi agama kita miliki peraturan munakahat, dari segi administrasi dan peraturan perundang-undangan, Negara kita memiliki peraturan pencatatan perkawinan.

Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan hanyalah bagian kecil dari pembangunan keluarga. Tugas yang membentang di hadapan BP4 adalah upaya menanamkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah dalam lingkungan keluarga.

Ketika seorang laki-laki dan perempuan mulai menginjak masa remaja, mereka akan menunjukan adanya perubahan dalam dirinya, seperti perubahan-perubahan baik dari segi fisik maupun Psikologisnya.

Rentan usia yang digunakan untuk masa remaja ini adalah antara 13-21 tahun, yaitu ketika seorang anak perempuan telah mengalami haid pertama dan seorang anak laki-laki mengalamai mimpi basah (sekitar pertengahan masa puberitas), sampai seorang anak mampu menerima tanggung jawab dari peran yang diharapkan lingkungan padanya.4

4

(10)

Istilah remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada dalam islam. Di dalam Al-Qur'an dan kata (ِِِِةيتفلا ) yang artinya orang muda5.

Di dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 usia pernikahan diatur dalam pasal 7 ayat 1, 2 dan 3, yaitu:6

1) Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun. 2) Dalam hal penyimpangan dalam ayat (1) pasal ini dapat minta dispensasi

kepada Pengadilan atau pejabat lain yang diminta oleh kedua orang tua pihak pria atau pihak wanita.

3) Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau kedua orang tua tersebut pasal 6 ayat (3) dan (4) Undang-undang ini, berlaku juga dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak mengurangi yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (6).

Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam dala Buku I bab IV bagian kedua, mengenai usia bagi pasangan pengantin diatur dalam pasal 7, yaitu:7

Pasal 15

1) Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang No.1 tahun1974 yakni calon suami

5

Prof. DR. HJ. Zakiah Darajat, Remaja Harapan dan Tantangan, CV. Ruhama, Cet. Ke-4, 2001, hal. 10-11

6

Undang-undang No. 1 tahun 1974, Jakarta. 7

(11)

kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurangkurangnya berumur 16 tahun;

2) Bagi calon mempelai yang bgelum mencapai umur 21 tahun harus mendapati izin sebagaimana yang diatur dalam pasal 6 ayat (2),(3),(4) dan (5) UU No.1 Tahun 1974.

Istilah "Kedewasaan" menunjuk kepada keadaan sesudah dewasa. Yang memenuhi syarat hukum. Sedangkan istilah "Pedewasaan" menunjuk kepada keadaan belum dewasa yang oleh hukum dinyatakan sebagai dewasa. Hukum membeda-bedakan hal ini karena hukum menganggap dalam lintas masyarakat menghendaki kematangan berfikir dan keseimbangan psikis yang paa orang belum dewasa masih dalam taraf permulaan sedangkan sisi lain dari pada anggapan itu ialah bahwa seorang yang belum dewasa dalam perkembangan psikisnya memerlukan bimbingan khusus.8

Menurut Konsep Hukum Perdata, pendewasaan ini ada 2 macam, yaitu pendewasaan penuh dan pendewasaan untuk beberapa perbuatan hukum (terbatas). Keduanya harus memenuhi syarat yang ditetapkan undang-undang. Untuk pendewasaan penuh syaratnya telah berumur 20 tahun penuh. Sedangkan untuk pendewasaan terbatasa syaratnya ialah sudah berumur 18 tahun penuh (pasal 421 dan 426 KUHPerdata)9

8

F.X. Suhardana, Hukum Perdata, Gramedia, 1992, hal 56 9

(12)

Usia remaja adalah usia yang paling indah bagi setiap orang. Pada usia remaja umumnya orang sedang mencapai masa penuh idealisme, penuh harapan dan angan-angan yang tinggi. Usia penuh emosi dan perasaan yang peka. Idealisme begitu tinggi sampai kadang-kadang sulit dikendalikan. Dengan demikian pada usia remaja itu perlu mendapat perhatian yang lebih seksama.10

Dapat dikatakan perilaku remaja tidak stabil, keadaan emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, pemikiran dan perhatiannya berlebihan, ia berusaha untuk menarik perhatian orang lain, seperti berpakaian secara mencolok, memilih warna yang tajam dan penampilan yang "wah" tampak jelas.

Banyak remaja yang menyibukkan diri dengan perbuatan yang membawanya dapat diterima dan karab dalam kelompok teman-temannya, dan dia menjauhi hal-hal tercela yang menyebabkan teman-temannya menjauh.

Remaja terdorong untuk merasa bebas dan segera mau bekerja untuk membuat dirinya merasa tanggung jawab, karena ia juga ingin mendapat penghasilan untuk menunjang rasa bebas itu. Remaja memerlukan pengertian yang mendalam tentang kebutuhan masa remaja yang sedang dilaluinya, dan ia juga ingin mengetahui bagimana cara bergaul dengan lawan jenis. Remaja juga membutuhkan kadar tertentu kebebasan dan latihan untuk menghadapi persoalan dan tanggung jawab, serta membuat sebagian keputusan dan memperoleh

10

(13)

penghasilan dan berbagai fasilitas, Karena semuanya itu diperlukan untuk persiapan diri dan memperdalam pemahaman terhadap peran yang akan dimainkannya di kemudian hari.

Remaja bukan kanak-kanak dan ia juga bukan dewasa. Dia tidak mengerti dirinya dan juga tidak mengerti cirri-ciri masa yang sedang dilaluinya. Lingkungan sulit untuk memperkirakan kelakuan yang akan dibuatnya. Dia takut kehilangan rasa aman, akibat adanya kebutuhan yang bertentangan satu sama lain. Dia mencintai orang lain, dan dia ingin diterima dan dicintai oleh mereka, akan tetapi ia takut mendekati mereka, karena mereka dirinya kurang berpengalaman dan kurang matang.

Kaum muda memiliki kecemasan dan kekhawatiran tersendiri yang menuntut interaksi ekstra-onjektif untuk mengarahkan mereka ke jalan yang benar. Kelompok besar dalam masyarakat ini memunculkan kajuai-kajian luas dikalangan para pakar pendidikan, social, dan kejiwaan. Banyak teori dan mazhab tentang interaksi dengan generasi muda sesuai dengan landasan ideology dan keyakinan yang dianut para pencetusnya. Kadang-kadang kaum muda merasa bahwa banyak kajian yang berkaitan dengan mereka telah melampaui kauntitas yang idkehendakinya, tetapi problem mereka masih terus harus dicarikan solusianya.11

11

(14)

Para pakar kejiwaan, pendidikan, dan social telah mngemukakan pendapat mereka tentang kaum muda. Para pakar kejiwaan berpandangan bahwa pada fase masa muda terdapat krisis kejiwaan yang besar dan pergulatan kejiwaan yang keras antara stimulus dan respons. Mereka berinteraksi dengan kaum muda sejak pubertas yang ditandai dengan kegelisahan, kebingungan, kesedihan, gejolak emosi dan sebaginya yang dalam kamus kejiwaan termasuk dalam istilah kompleksitas.12

Para pakar pendidikan berpendapat bahwa krisis tersebut ini jika kita sepakat bahwa benar-benar terdapat krisis merupakan krisi pembinaan dan pertumbuhan, dan bahwa tanggung jawab itu terletak lembaga-lembaga pendidikan untuk mengangkat kaidah-kaidah pembinaan dan pengembangan landasan dan struktur pertumbuhan. Para kara social memandan kaum muda dari sisi bahwa mereka mengalami krisi dalam keunggulan diri superioritas, perubahan, dan perilaku.13

Kematangan jiwa bagi calon pasangan pengantin sangat diperlukan untuk dapat menuju kehidupan yang harmonis, tangguh menghadapi tantangan taufan dan badai kehidupan perkawinan. Disamping kematangan jiwa pasangan yang melakukan pekawinan, pada gilirannya akan dapat melahirkan keturunan yang baik, kuat, sehat dan cerdas.14

12

Ibid hal.18

13

Ibid, hal. 18

14

(15)

Kontroversi usia perkawinan dan Kampanye penolakan pernikahan di usia dini yang dilakukan oleh PKPA melalui berbagai media sosialisasi sering mendapatkan pertanyaan mendasar mengenai batasan minimal usia perkawinan. Bukan hal mudah menjawab pertanyaan sederhana yang disampaikan masyarakat. Meskipun Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

menyatakan secara tegas,”Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan

belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”(Pasal 1) dan pada

pasal 26 ayat 1 poin c disebutkan, keluarga dan orang tua berkewajiban untuk mencegah terjadinya perkawinan di usia anak-anak. Secara jelas undang-undang ini mengatakan, tidak seharusnya pernikahan dilakukan terhadap mereka yang usianya masih di bawah 18 tahun. Namun tidak semudah itu PKPA dapat menjawabnya, karena UU No.1 tahun 1974 tentang perkawinan memberikan batasan yang berbeda dan tidak konsisten terhadap batas minimal usia perkawinan.15

Dengan milihat perkembangan bagi remaja usia nikah penuh gejolak yang perlu ,mendapat perhatian khusus. Maka Pemerintah dalam hal ini Departemen Agama, telah menyepakati bahwa meningkatkan penghayatan moral, kedalaman sepiritual dan etika keagamaan, serta penghormatan atas keaneragaman keyakinan keagamaan melalui pengembangan kehidupan keluarga sakinah yang dilaksanakan bersama-sama masyarakat, lembaga keagamaan dan instansi terkait laninya, sebagai salah satu misi Departemen Agama. Selanjutnya misi tersebut

15

(16)

dioperasionalkan dalam misi Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan

Syari’ah sebagai upaya meningkatkan bimbingan, pelayanan dan perlindungan

terhadap masyarakat Islam dalam mengamalkan ajaran agamanya melalui pengembangan Keluarga Sakinah. Sehingga terbentuknya suatu wadah dengan nama BP4 ( Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) untuk menyelenggarakan program serta rencana yang berkaitan dengan misi tersebut agar dapat mengembangkan Keluarga Sakinah.

Ketika program pembinaan kepada remaja usia nikah, dapat dijalankan sesuai dengan rencana-rencana yang telah tersusun dengan baik. Maka hasil yang diharapkan tentunya dapat terlihat dengan pemahaman-pemahaman yang baik bagi remaja usia nikah untuk mengarungi kehidupan berumah tangga, memiliki bekal yang dapat meningkatkan kesiapan mereka mengahadapi kesulitan-kesulitan dalam berumah tangga. Dapat diraih bagi pasangan yang telah mengambil langkah untuk mengarungi kehidupan berumah tangga dengan sakinah, mawaddah dan rahmah.

Sementara itu dalam masyarakat terutama di kalangan remaja timbul gejala negative dimana lembaga perkawinan kurang dihargai. Hal ini antara lain karena mudahnya memperoleh bacaan, video kaset dan film yang bersifat porno serta alat-alat kontrasepsi dan obat-obat lain yang mendorong kepada pengarahan seks yang salah, sehingga dapat dibaca di surat-surat kabar banyak remaja yang hamil sebelum nikah dan hidup bersama atau samen leven.16

16

(17)

Ketika kita melihat kondisi remaja yang mulai mengalami perubahan fisik maupun psikis. Baik pada remaja laki-laki maupun remaja wanita yang menunjukan ciri masing-masing yang menjadikan mereka ingin bertemu dan

mengikat “tali percintaan” dengan lawan jenisnya. Mereka saling mengirim surat

cinta dan bila mungkin berpacaran dan jalan berduaan. Cara inilah yang sering membawa penyimpangn sehinga tidak jarang terjadi kehamilan sebelum menikah. Di samping itu berbagi hal lain dapat terjadi. Oleh karena itu pada masa-masa remaja ini perlu adanya pendidikan supaya mereka jangan sesat.

Dalam gejolak perubahan psiko-bio-sosio remaja dapat terjadi hal-hal berakibat buruk yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan agama dan moral terutama bagi remaja-remaja yang tidak memperoleh pengetahun dan pendidikan tentang proses, gejala dan masalah keremajaan baik yang terjadi pada laki-laki dan perempuan.

Oleh karena itu remaja adalah usia yang mendekati usia kawin, maka pemberian nasehat kepada kaum remaja tentang persiapan perkawinan perlu diberikan dengan cara yang lebih halus namun serius dan ilmiah. Untuk itu beberapa program nasional yang dapat memberi arahan bagi remaja usia nikah yang memiliki hubungan dengan perkawinan perlu diperkenalkan kepada mereka sejak di bangku sekolah menengah.

(18)

Kematangan jiwa bagi calon pasangan pengantin sangat diperlukan untuk dapat menuju kehidupan yang harmonis, tangguh menghadapi tantangan taufan dan badai kehidupan perkawinan.

Sebagai Badan yang memeliki tujuan untuk dapat memberikan arahan kepada masalah peningkatan mutu perkawinan, BP4 juga memiliki salah satu tugas yaitu memberikan pendidikan kepada remaja usia nikah. Namun sepertinya langkah atau program yang telah ditujukan untuk remaja usia nikah tidak dapat berjalan, sehingga banyak sekali remaja usia nikah yang mengalami masalah-masalah yang membawa diri mereka kearah yang negative.

Era globalisasi dengan derasnya arus informasi dan komunikasi tidak hanya membawa hal-hal yang positif bagi masyarakat, namun juga mengandung hal-hal yang negative tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia dan nilai-nilai ajaran agama.

Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kenakalan remaja yang akhir-akhir ini muncul kepermukaan di kota-kota besar seperti Jakarta lebih variatif dan memperihatinkan semua pihak. Bentuk kenakalan remaja antara lain perkelahian pelajar sekolah lain, penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan, mabuk-mabukan sampai kepada hal-hal yang mengarah kepada seksual seperti : homoseksual, lesbianisme, masturbasi, protutitusi, pemerkosaan, frersex dan semen liven.17

17

(19)

Era globalisasi tersebut dapat dirasakan diseluruh penjuru dunia, sebagian kecil lingkup di salah satu wilayah Provinsi DKI. Jakarta yaitu wilayah Kota / Kabupaten Jakarta Selatan.

Sejak BP4 Kota Jakarta Selatan berdiri hingga kini, terus meningkatkan program-program kerjanya terhadap remaja usia nikah, baik dalam hal biologis, sosiologis dan psikologis hal ini terlihat dari laporan muswil BP4 sejak tahun 1998 sampai dengan sekarang tahun 2010, adanya upaya peningkatan program kerja terhadap remaja usia nikah. Upaya tersebut mengarahkan dan memantapkan benteng keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia agar para remaja memiliki sikap kesalehan, mengetahui tentang reprodukdi sehat sehingga tidak mudah tepengaruh oleh pergaulan bebas, hubungan seks sebelum menikah, perkelahian pelajar, penyalahgunaan narkoba, tawuran pelajar, krininalitas dan sebagainya.18

Kota Jakarta Selatan teridiri Dari 10 (sepuluh) wilayah Kecamatan, adapun potensi memicu terjadinya kenakalan remaja dapat terjadi dengan kondisi perkembangan kota yang begitu pesat.

Untuk itu peranan Badan Penasihatan Pembinanaan dan Pelestarian Perkawinan khususnya pada BP4 Kota Jakarta Selatan, merupakan suatu hal yang begitu penting dirasakan, untuk dapat mengatasi permasalah-permasalahan remaja khususnya remaja usia nikah.

18

(20)

Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Jakarta Selatan, salah satu programnya adalah meningkatkan kualitas bagi remaja usia nikah dalam membentuk keluarga yang sakinah mawaddah dan rohmah. Menyikapai kenakalan remaja seperti di atas, dengan mengkaitkan Peran, tugas dan fungsi Badan Penasihatan Pembinaan Dan Pelesatarian Perkawinan (BP4) bagi remaja usia nikah.

Berdasarkan data tahun 2009 BP4 Kota Jakarta Selatan tercatat, pada bagian konsultasi, perkawinan dan keluarga, hasil monitoring pelaksanaan penasehatan calon pengantin dalam bentuk kursus calon pengantin (suscatin) Kotamadya Jakarta Selatan selama 2 (dua) tahun dapat digambarkan sebagai berikut :

Ditahun 2008 jumlah Nikah 15.331 pasang, peserta suscaten di tahun 2008 sebanyak 12.329 pasang atau 80,41 %. Sementara di tahun 2009 nikah 14.866 dan peserta suscaten 11.467 atau 77,13 %.

Namun rekapitulasi masa perkawinan dalam krisis rumah tangga yang berhasil didata oleh BP4 kota Jakarta Selatan selama 2 (dua) tahun, menunjukan masih adanya krisis rumah tangga yang masih sangat muda, yaitu sebagai berikut:

(21)

Sementara di tahun 2009 krisis rumah tangga yang terjadi yaitu : masa 0-5 tahun tercatat 15 pasang, masa 5-10 tahun tercatat 78 pasang, masa 10-15 tahun 42 pasang, masa 15-20 tahun tercatat 30 pasang, masa 20 tahun ke atas ditahun 2008 tercatat 25 pasang sehingga jumlah keseluruhan masa perkawinan krisis rumah tangga tahun 2008 sebanyak 190 pasang

Sudahkah revitalisasi yang dijalankan oleh Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) kota Jakarta Selatan, dapat menyentuh dan mengatasi masalah yang dihadapi oleh remja usia nikah.

re·vi·ta·li·sa·si n proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali program-progran BP4 Kota Jakarta Selatan, perlu mendapatkan perhatian dari masyarakat, karena dengan adanya Program yang ditujukan bagi remaja usia nikah guna mencapai suatu kehidupan keluarga yang sakinah, sudah lama dicanangkan. Namun revitalisasi Program-program yang dilakukan sudahkah tepat menyentuh remaja usia nikah di wilayah Kota Jakarta Selatan.

(22)

B. Perumusan Masalah

1 Bagaimana revitalisasi BP4 Kota Jakarta Selatan dalam Pembinaan dan Penanggulangan masalah bagi remaja usia nikah?

2 Apa saja yang menjadi hambatan bagi lembaga BP4 Kota Jakarta Selatan dalam menjalankan program kerja bagi remaja usia nikah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah;

1. Berusaha untuk lebih menunjukan peran dan keberadaan Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan terhadap penangangan masalah remaja usia nikah. Membantu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh remaja usia nikah.

2. Mengetahui keberhasilan revitalisasi terhadap potensi program kerja dan tindakan (action) lembaga BP4 terhadap upaya-upaya dalam menciptakan generasi muda untuk mencapai kesiapan secara Psikologi, Biologi, dan Sosiologi untuk mengarungi kehidupan rumah tangga yang sakinah.

D. Manfaat Penelitian

Dalam skripsi isi penulis berusaha mencari dan menemukan manfaat yang terkandung dalam karya ilmiah ini, adalah sebagi berikut:

(23)

2. Menggali batasan potensi usia remaja yang sudah dianggap memiliki kematangan baik secara Psikologi, Biologi, dan Sosiologi untuk dapat mengarungi kehidupan berumah tangga dengan ketangan yang baik.

E. Metode Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan metode Penelitian Kebijakan metode ini bertujuan untuk memecahkan masalah social yang mendasar. Adapun penelitian ini dalam tingkat eksplantasi menggunakan metode deskritif.

Pengolahan data dalam skripsi ini menggunakan data kaualitatif. Ada tiga langkah dalam menganalisis data skripsi ini berdasarkan data kualitatif yaitu:

teknik kutipan (quote); table (matriks); teknik metafora.

F. Sitemetika Penulisan

Karya tulis ini (skripsi) terdiri dari lima bab. Dimulai dengan Bab I yang berisi pendahuluan, memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan. Bab II memaparkan gambaran umum Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), Sejarah singkat BP4, Visi dan Misi BP4, Kebijakan umum BP4, Struktur Organisasi dan tugas poko BP4 Kota.

(24)

Mengenai upaya BP4 kota Jakarta Selatan dalam menyikapi menjalankan program dan kebijakan sebagai uapaya mengatasi masalah remaja usia nikah, dan factor hambatan dibahas dalam Bab IV, dan bab V berisikan kesimpulan dan saran.

(25)

18

PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4)

A. Sejarah Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4).

Pada umumnya orang awam selalu mengatakan bahwa memberi nasihat adalah pekerjaan yang paling gampang, yang bisa dilakukan oleh siapapun juga. Kalau pengertian nasihat di sini hanyalah nasihat sebagaiamana arti sehari-hari, memang betul: mudah. Akan tetapi bukan demikian halnya dengan yang kita maksud.

Penasihatan secara ilmiah mempunyai pengertian tersendiri dan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu yang mengusai ilmu atau setidak-tidaknya mengusai metode untuk itu. Karena itu metode penasihatan perkawinan perlu dipelajari, dan yang lebih penting lagi adalah adanya pengalaman dari pihak yang memberikan nasihat, baik pengalaman bagaimana cara mempraktekan metode penasihatan maupun mempraktekan masalah yang dinasihatkan sampai batas-batas tertentu.1

Penasihatan perkawinan adalah suatu pelayanan social mengenai masalah keluarga, khususnya hubungan suami isteri, tujuan yang hendak dicapai ialah terciptanya situasi yang menyenangkan dalam suatu hubungan suami isteri,

1

(26)

sehingga dengan situasi yang menyenangkan tersebut suatu keluarga dapat mencapai kebahagian.2

Penasihatan perkawinan adalah suatu proses, jadi memerlukan waktu yang relative lama, tidak hanya sekali jadi. Mungkin untuk sepasang suami isteri (keluarga) membutuhkan wktu beberapa tahun, tetapi mungkin juga ada yang hanya beberapa bulan saja. Hal ini tergantung kepada kondisi masing-masing keluarga.3

Berbicara mengenai Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), tidaklah pas kalau kita tidak kembali ketahun limapuluhan. Dimana tokoh-tokoh seperti H.S.M. Nasaruddin Latif dengan P-5 di Jakarta, Abdul Rauf Hamidy (Arhatha) dengan BP4 di Bandung, serta Ibu A.R. Baswedan dan Bapak K.H. Farid Ma'ruf dengan BKRT di Jogyakarta.4

Geliat dari badan-badan ini semakin mengerucut untuk menyatukan derap dan langkah secara nasional, ini terlihat pada pertemuan Pengurus BP4 Tingkat I se-Jawa pada bulan Januari 1960. hasil pertemuan ini dibahas dalam Konperensi Dinas Departemen Agama ke VII tanggal 12 s/d 30 Januari 1961 di Cipayung. Konperensi Cipayung inilah yang mendeklarasikan BP4 Pusat (bersifat nasional),

2

Ibid, hal. 95.

3 Direttorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Dep. Agama RI,"Modul Pembinaan Keluarga Sakinah (Untuk Pelatihan Pembina Kelompok Keluarga Sakinah)",

Direktorat Jederal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggraan Haji(Jakarta, 2002). Hal. 43. 4

(27)

serta diberlakukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BP4 yang bersifat nasional. 5

Mengingat Embrio BP4 ini sebetulnya sudah lahir saat Pertemuan Pengurus BP4 Tingkat I se-Jawa pada bulan Januari 1960, maka ditetapkanlah sebagai hari lahir BP4 dengan penjabaran nama (Badan Penasehatan Perkawinan, Perselisihan, dan Perceraian) pada tanggal, 03 Januari 1960.6

Untuk menunjang eksistensi BP4, maka pada bulan Oktober 1961 keluarlah Surat Keputusan Menteri Agama No.85 Tahun 1961 yang menetapkan BP4 sebagai satu-satunya badan yang berusaha pada bidang penasehatan perkawinan dan pengurangan kasus perceraian.7

Seiring perjalanan jaman serta berkembangnya ragam tantangan yang dihadapi BP4, maka pada tahun 1977 Menteri Agama menegaskan pengakuan terhadap BP4 melalui Keputusan Menteri Agama No.30 Tahun 1977. Ada dua point penting dalam SK ini, yaitu BP4 sebagai satu-satunya badan penunjang sebagian tugas Departemen Agama dalam bidangpemberian penasehatan perkawinan, perselisihan rumah tangga, dan perceraian dan menunjuk Diretur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam untuk melaksanakan pembinaan BP4.8

5 Badan Musyawarah Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian (BP4),

"Laporan Hasil Kerja", Badan Musyawarah Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian (BP4),

(Jakarta,1997), hal. 10. 6

Ibid, hal. 11.

7 Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4),

Panduan Rapat Kerja Daerah BP4 Prov. DKI. Jakarta Tahun 2008, (Jakarta, Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), 2008) hal. 14.

8

(28)

Pada Munas XIII tahun 2004 ada sedikit pergeseran pola pandang tentang BP4, hal ini terlihat penjabaran nama badan dari badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian menjadi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan.9

Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah organisasi profesi, sebagai pengemban tugas dan mitra kerja Departemen Agama dalam mewujudkan keluarga sakinah ditengah-tengah masyarakat berfungsi memperkecil angka perceraian salah satunya melaui bimbingan konseling bagi keluarga yang bermasalah.10

BP4 sebagai organisasi meningkatkan profesionalisme para petugasnya dan juga BP4 memiliki peran sangat diperlukan untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam menyemangati para keluarga agar semua anggotnya dapat menjalankan ajaran agama secara baik dan benar, sehingga nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah S.W.T dapat terwujud dalam setiap keluarga.11

Penasihatan perkawainan dapat diberikan oleh seseorang saja, akan tetapi akan lebih sempurna bila diberikan oleh suatu tim (tim penasihat), yang terdiri dari berbagai profesi, misalnya ahli agama, ahli hukum jiwa, pekerja social, dokter dan sebagainya. Masing-masing ahli ini akan memberikan nasihat sesuai

9

Ibid

10

Kantor Wilayah Departemen Agama Prov. DKI. Jakarta, Panduan Teknis Penasihatan Pelesatarian Perkawinan dan Keluarga, (Jakarta, Sekretarian BP4 Prov. DKI. Jakarta, 2008), hal. 10.

11

(29)

dengan bidang keahliannya, terutama dalam pemecahan suatu masalah yang dialami oleh klien (orang yang diberi nasihat).12

B. Visi Dan Misi Badan Penasehatan Pembinann dan Pelestarian Perkawinan

(BP4)

Visi13

"Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokrasi, berkeadilan,

berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,

bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan,

mengusai ilmu pengetahun dan teknologi, memiliki etos kerja tinggi serta

disiplin".

Misi14

1. Pengalaman Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

2. Peningkatan pengalaman ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan dan mantapnya persaudaraan umat beragama yang berakhlak mulia, toleran, rukun dan damai;

12

Direktorat Jenderal Bimas Islam Dep. Agama RI,"Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah", Direktorat Jenderal Bimas Islam, Jakarta, 2007, hal. 97.

13 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syari'ah,

Petunjuk Teknis KELUARGA SAKINAH, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syari'ah, tahun 2006, hal.1

14

(30)

3. Perwujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif dan berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi;

4. Perwujudan system iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplim dan bertanggung jawab, berketerampilan serta mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesai.

C. Umum Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)

Revitalisasi adalah merupakan asal kata dari kata re yang memiliki makna dalam bentuk terikat yaitu "sekali lagi; kembali: reformasibelakang; ke arah belakang: regresi". Kata Vital adalah merupakan makna "belakang; ke arah belakang: regresi. Sehingga kata revitalisasi bermakna "proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali".

Departemen Agama RI dalam hal ini Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Gerakan Keluarga Sakinah, menyebutkan Kebijakan Umum dalam peran BP4 dalam program Keluarga Sakinah, yang tertuang pada bab V, yaitu :

(31)

mewujudkan masyarakat madani yang bermoral tinggi, penuh keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia.

2. Upaya penanaman nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia tersebut dilaksanakan melalui pendidikan agama dalam keluarga, masyarakat dan pendidikan formal. Upaya ini menekankan kepada aspek penanaman, pengalaman dan pengahayatak dan pengembangan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari dalam berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Aspek penanaman, pengalaman penghayatan nilai-nilai agama dimaksudkan untuk mengimbangi dampak negative perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga keluarga dan masyarakat Indonesia ketahanan yang kokoh dalam menghadapi era globalisasi dan berbagai pengaruh negative maksudnya budaya asing.

(32)

D. Susunan Organisasi dan Tugas Pokok Organisasi Badan Penasehatan

Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)

Mengenai organisasi dan tugas pokok organisasi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelesatarian Perkawinan (BP4), dalam Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/71/1999 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah pada Bab VII pasal 14.

Susunan organisasi Badan Pensehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan tertuang pada Bab VII pasal 14, yaitu:15

1. Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Pusat dalah Menteri Agama RI dan Menteri Dalam Negeri RI;

2. Kelompok Kerja Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Pusat adalah Ditjen Bimas Islam dan Dirjen Pembangunan Daerah, Dirjen Binbaga Islam, Dirjen Pengembangan Masyarakat Desa, Asmenko Kesra, Sekretaris Kantor Menteri Pemberdayaan Perempua dan dibantu oleh Kelompok Kerja Teknis yang terdiri dari Pejabat Eselon II sector erkait dan Sekretariat Kecil yang dijabat secara structural oleh Direktorat Urusan Agama Islam;

3. Pembina Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Propinsi adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi

15

(33)

4. Kelompok Kerja Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Propinsi adakah Kepala Kanwil Departemen Agama, Asda II, Kabid Sosbuci Bappeda, Biro Binsos, Kantor Pembangunan Masyarakat Desa Propinsi, BKKBN, Kabid Urais, Penamas, Haji, Zakat dan Wakaf, Mapenda, Pekapontren dan Skretariat Kecil yang dijabat secara structural oleh Bidang Urusan Agama Islam;

5. Pembina Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat II adalah Bupati/Walikotamadya KDH Tingkat II;

6. Kelompot Kerja Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat II adalah Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya, Asda II, Kabid Sosbud, Biro Binsos, Kantor Pembangunan Masyarakat Desa Kabupaten/Kotamadya, BKKBN, Kasi Urais, Penais, Pembimbing Haji, Pendis, Pergurais dan Sekretariat Kecil yang dijabat secara structural oleh Seksi Urusan Agama Islam;

7. Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Kecamatan adalah Camat; 8. Satuan Tugas Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Kecamatan adalah Kepala

KUA Kecamatan, Kasi Pengembangan Masyarakat Desa, Penyuluh dan Penilik Pendidikan Agama;

(34)

10.Penggerak Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Desa/Kelurahan adalah P3N, BP4, Penyuluh Desa/Kelurahan, usadz, Kasi I LKMD, ulama, kiyai dan tokoh agama.

Adapun mengenai Tugas Pokok OrganisasiBadan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Pekawinan, yaitu:16

1. Tingkat Pusat

a. Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah adalah; Merumuskan kebijakan nasional;

Memberikan dukungan dan bimbingan. b. Tugas Kelompok Kerja adalah;

1) Merumuskan kebijaksanaan umum dan Teknis Gerakan Keluarga Sakinah;

2) Mengumpulkan bahan dan merencanakan program keluarga sakinah; 3) Menggali potensi Pusat;

4) Melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi kegiatan; 5) Membina Propinsi;

6) Menyusun laporan kepada Pembina; 2. Tingkat Propinsi

a. Tugas Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Propinsi adalah : 1) Merumuskan kebijakan Propinsi;

16

(35)

2) Memberikan dukungan dan bimbingan; b. Tugas Kelompok Kerja Propinsi adalah ;

1) Mengusulkan dan merumuskan prioritas program;

2) Melaksanakan program sesuai kebijaksanaan dan rencana; 3) Menggali potensi Provinsi;

4) Memonitor dan mengevaluasi; 5) Membina Kabupaten/Kecamatan

6) Melaporkan ke Pembina Propinsi dan Pusat 3. Tingkat Kabupaten

a. Tugas Pembina Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Kabupaten/Kotamadya adalah :

1) Merumuskan kebijakan Tingkat Kabupaten / Kotamadya; 2) Memberikan dukungan dan bimbingan.

b. Tugas Kelompok Kerja Tingkat Kabupaten/Kotamadya adalah: 1) Mengusulkan dan merumuskan prioritas program;

2) Melaksanakan program sesuai kebijaksanaan dan rencana; 3) Mengkoordinir program kegiatan;

4) Menggali potensi Kabupaten/Kotamadya; 5) Membina Kecamatn;

6) Memonitor dan mengevaluasi;

(36)

4. Tingkat Kecamatan

a. Tugas Pembina Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Kecamatan adalah : 1) Merumukan kebijkan teknis Tingkat Kecamatan;

2) Memberikan dukungan dan bimbingan teknis.

b. Tugas Kelompok Krja Tingkt Kabupaten / kotamadya adalah: 1) Melaksanakan kegiatan sesuai kebijakan yang telah ditetapkan; 2) Menggali potensi wilayah kecamatan;

3) Mebina kegiatan di tingkat Desa/Kelurahan; 4) Memonitor dan mengevaluasi kegiatan;

(37)

30

A. Pengertian Remaja Usia Nikah

1. Remaja Dari Segi Ajara Islam

Dalam Pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara amanah yang diberikan Allah.

Allah SWT, berfirman di dalam QS. At Tahriim (66): 6.





















66

6

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. 66:6) ".

Istilah Remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada dalam Islam. Di dalam Islam Al-Qur'an ada kata [alfityatu, fityatun] yang artinya orang muda1. Firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 10 dan 13:

1

(38)







18

10

Artinya: "Ingatlah tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung kedalam gua lalu mereka berdo'a: "wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu, dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini". (QS. 18 : 10)

Firman Allah SWT, QS. Al-Kahfi (18):13.







18

13

Artinya: "Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk". (Q.S. 18 : 13)

Terdapat pula kata baligh yang menunjukkan seseorang tidak kanak-kanak lagi, misalnya dalam surat An-Nuur (24) : 58 dan 59 :

(39)











24

58

59

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig diantara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sesudah shalat Isya. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebagian kamu (ada keperluan) kepada sebagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. 24:58-59)

Selanjutnya Prof. DR. Zakiah Darajat juga mengatakan, " Sebenarnya samapai sekarang belum ada kata sepakat antara para ahli ilmu pengetahuan

tentang batas umur bagi remaja. karena hal itu bergantung kepada keadaan

masyarakat dimana remaja itu hidup, dan bergantung pula pada dari segi

mana remaja ditinjau. Yang dapat ditentukan dengan pasti adalah

permulaanya, yaitu puber pertama atau mulainya perubahan jasmani dari

anak menjadi dewasa kira-kira umur akhir 12 atau permulaan 13 tahun. Akan

tetapi akhir masa remaja itu tidak sama. Dar segi pandang masyarakat

misalnya, akan terlihatlah bahwa semakin maju suatu masyarakat, semakin

(40)

yna bertanggung jawab diperlukan kepandaian tertentu dan kematangan

sosial, yang menyakinkan"2.

2. Remaja Dalam Pengertian Masyarakat

Kata remaja berasal dari kata latin, yaitu adolescere, yang artinya

"tumbuh" atau "tumbuh menjadi dewas". Kata bendanya adalah adolescentia

yang berarti remaja.3

Sementara kata kata adult untuk dewasa berasal dari bentuk lampau dari kata adultus, yang berarti"telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna ", atau "telah menjadi dewasa". 4

Ruqayyah Waris Maqsood (1998), penulis buku mengantar remaja kesurga, juga sependapat dengan hal ini, bahkan dengan pendapat yang sedikit lebih keras, seperti kutipan di bawah ini :

"Aku cenderung menduga bahwa istilah remaja adalah suatu penemuan para pembuat iklan. Karena menurut yang ku ketahui dari ajaran

Islam. Karena menurut yang ku ketahui dari ajaran Islam, kita adalah

seorang anak atau bahkan bukan sama sekali, kamu adalah orang dewasa

atau bukan sama sekali. Kamu tak pernah berada di antara keduanya".5

2

Ibid, hal:9

3 Elizabeth Hurlock,

Psikologi Perkembangan (Terjemah). Penerbit Erlangga. Jakarta : 1992, hal : 32

4 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syari'ah,

Petunjuk Teknis KELUARGA SAKINAH, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syari'ah, tahun 2006, hal.50

5

(41)

Pendapat psikolog Islam Indonesia ini hamper senada dengan pendapat psikologi perkembangan dari barat, Elizabeth Hurlock (1992), yang menyatakan :

Setiap kebudayaan membuat pembedaan usia kapan seseorang

mencapai status dewasa secara resmi. Pada sebagian besar kebudayaan

kuno, status ini tercapai apabila pertumbuhan pubertas sudah selesai atau

hamper selesai dan apabila organ kelamin anak telah berkembang dan

mampu berproduksi. Belum lama ini, dalam kebudayaan Amerika seorang

anak belum resmi dianggap dewasa kalau belum mencapai umur 21 tahun.

Sekarang umur 18 tahun merupakan umur dimana seseorang dianggap

dewasa secara syah. Lazimnya, masa remaja dianggap mulai pada saat anak

secara seksual menjadi matang dan berakhir pada saat ia mencapai usia

matang secara hukum". 6

Masalah pertumbuhan seks dalam masyarkat terbelakang tidak menjadi problem, karena pada waktu kematangan seksual terjadi, pada umumnya kebutuhan biologis tersebut segera dapat terpenuhi secara wajar menurut hukum dan peraturan yang berlaku, yaitu dengan menikahkan mereka dengan pasangan yang telah ditentukan atau mungkin pula dengan pilihan mereka sendiri. Oleh karena itu pula, dalam masyarakat yang sangat sederhana itu, tidak dikenal masa remaja yang mereka kenal hanyaah masa kanak-kanak, dewas dan tua. Sementara itu daam masyarakat desa yang agak

6

(42)

maju, dikenal dengan berbagai istilah yang menunjukan adanya kelompok umur yang tidak termasuk anak-anak dan bukan pula dewasa, misalnya jaka-dara, bujang-gadis. Masa berlangsung jaka dara atau bujag gadis itu umumnya tidak begitu panjang, kira-kira sesuai dengan umur remaja awal (sekitar umur 13 tahun atau baligh/puber), samapi pertumbuhan fisik mencapai kematangan, sekitar umur 16-17 tahun. Lain halya dengan masyarakat maju. Remaja belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap belum sanggup bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kepasitas tertentu, serta mempunyai kematangan emosi, sosial dan kepribadian.7

3. Remaja Dalam Pandangan Hukum dan Perundang-undangan

Di dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 usia pernikahan diatur dalam pasal 7 ayat 1, 2 dan 3, yaitu:8

4) Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun. 5) Dalam hal penyimpangan dalam ayat (1) pasal ini dapat minta dispensasi kepada Pengadilan atau pejabat lain yang diminta oleh kedua orang tua pihak pria atau pihak wanita.

7

Zakiah Darajat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, PT. Bulan Bintang. Jakarta : 1985, hal:40

8

(43)

6) Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau kedua orang tua tersebut pasal 6 ayat (3) dan (4) Undang-undang ini, berlaku juga dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak mengurangi yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (6).

Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam dala Buku I bab IV bagian kedua, mengenai usia bagi pasangan pengantin diatur dalam pasal 7, yaitu:9

Pasal 15

3) Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang No.1 tahun1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurangkurangnya berumur 16 tahun;

4) Bagi calon mempelai yang bgelum mencapai umur 21 tahun harus mendapati izin sebagaimana yang diatur dalam pasal 6 ayat (2),(3),(4) dan (5) UU No.1 Tahun 1974.

B. Remaja dalam Sudut Pandang Islam

Masa transisi dalam kehidupan kaum muda, baik secara psikologis maupun tugas syari'at, dibicarakan oleh sebagian pakar pendidikan, kejiwaan, dan social sebagai fase kehidupan yang paling rumit. Bagaimana pandangan Islam terhadap fase remaja ini?

9

(44)

Islam tidak pernah membagi dunia ini ke dalam dunia pria dan dunia wanita. Karena itu batasan pergaulan pria-wanita dalam Islam bukan ditunjukan untuk membagi dunia ke dalam 2 dunia yang berbeda berdasarkan jenis kelamin. Batasan pergaulan dibuat untuk melindungi umat manusia dari kehancuran akibat keruntuhannya moral manusia.

Salah satu penghancur moral yang dalam sejarah peradaban manusia merupakan alat penghancur ampuh peradaban adalah perzinaan dalam segala bentuk manifestasinya semacam pergaulan bebas dan sebagainya.

Peradaban bangsa Sodom dan Gomorah yang mendiami kawasan subur Filistin, misalnya. Hancur akibat perilaku seksual mereka yang bebas dan menyimpang.

Allah SWT, berfirman Qur'an surah Al-Isra (17): 32,





17

32

Artinya : "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk". (QS. 17:32)

Kalimat janganlah kamu mendekati zina merujuk bahwa sebelum sampai kepada zina ada proses-proses rangsang seksual yang oleh beberapa kalangan ulama dikategorikan sebagai zina awal berdasarkan hadits :

"…Zina kedua belah mata adalah memandang dan zina lisan adalah ucapan,

sementara jiwa mengingini serta menyukai, dan faraj membenarkan semua itu

(45)

Ketika menghadapi seseorang, Islam memperhatikan dinamika wujudnya sebagai penegas unsur-unsur "gejolak perbuatan" yang ada dalam kepribadiannya. Ketika berbicara kepada kita tentang Adam a.s. sebagai model manusia10, Allah SWT berfriman dalam Al-Qur'an Surah Tha Ha (20) : 15.









20

15

Artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, lalu ia melupakam dirinya dan tidak kami dapati padanya kemauan yang kuat . (QS. 20:15)

Pembicaraan tentang Adam sebagai model di sini bertolak dari pembicaraan tentang Adam sebagi pribadi yang tidak memiliki kemauan yang kuat. Allah juga berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Anbiya (21):37.







21

37

Artinya: "Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepada kalian tanda-tanda-KU. (QS. 21:37)

Karena itu, janganlah kalian minta kepada-Ku untuk mendatangkannya dengan segera. Firman Allah SWT, QS. Al-Israa' (17):11.









17

11

Artinya: Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (QS. 17 : 11).

10

(46)

Firman Allah SWT QS. Ar-Ruum (30):54.





30

54

Artinya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (QS. 30 : 54)

Firman Allah SWT, QS. Yusuf (12):53.













12

53

Artinya: "Dan aku tidak membebaskan nafsuku, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh pada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku (QS. 12 : 53)

Demikianlah, kita melihat pada sebagian besar ayat terdapat penegasan bahwa ketika manusia diciptakan, ia tidak diciptakan melalui satu aspek dalam dinamika kekuatan, tetapi ada factor-faktor kelemahan yang terpendam di dalam kepribadiannya.11

Pendidikan agama dalam keluarga mempunyai posisi yang sangat strategis dalam masyarakat yang sedang membangun, karena keluarga adalah lembaga terkecil dalam masyarakat yang pada gilirannya dapat berperan membentuk masyarakat sebagaimana yang diharapkan.

(47)

Agama harus dikenalkan sejak dini kapada anak, bahkan sejak masih dalam kandungan. Pengenalan agama dilaksanakan secara terus-menerus melalui pembiasaan-pembiasaan bacaan dan perilaku baik yang dilaksanakan dalam keluarga.

Islam memandang bahwa anak mempunyai potensi untuk dikembangkan, tergantung dari cara orang tua/pendidik memberi warna kepada anak didiknya. Islam juga melihat dari sini anak bahwa kelak dia akan menciptakan sejarah.

Aspek-aspek pendidikan agama dalam keluarga sangat penting untuk diperhatikan orang tua sebagai realisasi dari tanggung jawabnya dalam mendidik anak, adalah :

1 Pendidikan Ibadah

2 Pembinaan mengenai pokok-pokok ajaran Islam dan Al-Qur'an 3 Pendidikan akhlaq

4 Pendidikan aqidah Islamiyah

Keempat aspek inilah yang menjadi tiang utama dalam Islam. Aspek pendidikan tersebut tercakup dalam pengertian kandungan dalam surah Luqman ayat 12 – 19.

Pendidikan ibadah. Khusus pendidikan shalat disebutkan dalam ayat 17 surah Luqman sebagai berikut :

(48)

Artinya : "Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlan manusia untuk mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk diwajibkan oleh Allah".(QS.31:17).

Pada hakikatnya, seseorang berdiri pada dua kondisi, yaitu kondisi naluriah yang positif dan yang negative. Allah SWT menegaskan bahwa akal merupakan salah satu factor gerakan internal yang dengan bantuan kemauan menciptakan keseimbangan.12

Ketika remaja usia nikah mulai mengalami perubahan baik secara psikologi, biologis, dan sosiologis, tentunya perlu mendapatkan suatu pengawasan dan bimbingan secara mendalam. Hal ini bertujuan agar remaja pada usia nikah tidak terjerumus dalam kegiatan yang melanggar dari ketentuan agama.

a. Perhatian Islam terhadap Puberitas.

Fase pubertas benar-benar seperti fase keseimbangan ombak di lautan. Seseorang yang masuk kedalam fase kedua dalam dinamika kemunisaan ini seakan-akan sedang menyiapkan diri untuk memasuki eksistensi yang baru untuk menjadi manusia lain atau menemukan pijakan bagi fase yang lain.13

Namun peran pendidikan adalah melindungi seseorang dari kehilangan. Hal itu karena kegilaan naluri berarti bangkitya gerakan penentangan di dalam diri seseorang dan mencari suasana-suasana yang tidak jelas, yang kadang-kadang menyebabkan seseorang kehilangan

12

Sayyid Muhammad Husain Fadhlullah, Dunia Remaja: Tanya Jawab Seputar Pergaulan & Problematka Remaja, Pustaka Hidayah, Cet. I tahun 2005, hal. 113

(49)

keseimbangan. Hal itu disebabkan ia tidak memiliki pengalaman yang dapat membenatunya menemukan keseimbangan.

Pertumbuhan dan perkembangan fisik remaja yang cepat terjadi pada remaja, sering kali menimbulkan tanggapan yang berbeda-beda. Ada yang berpendapat bahwa masa remaja adalah masa yang penuh dengan persoalan dan kesukaran, di lain pihak, ada yang memandang umur remaja adalah umur yang paling indah, menyenangkan dan penuh dengan aneka mukjizat.14

Berkenaan dengan hal ini, Islam menegaskan pentingnya melindungi anak. Hal itu diungkapkan dalam beberapa hadits yang menyatakan,"Pisahkanlah tempat tidurnya pada tujuh tahun pertama; didiklah ia pada tujuh tahun kedua, dan temanilah ia pada tujuh tahun ketiga".15

Proses pendidikan pada fase antara usia 7-14 tahun adalah mengarahkan seseorang menuju kondisi-kondisi yang tenag dan menanamkan benih-benih yang baik di dalam kepribadiannya. Sehingga pada fase pubertas tiba pada usia 14 tahun, demikian pula bersahabatlah dengannya hingga usia 21 tahun. Itu artinya pengawasan terhdap dinamika pubertas dalam kepribadian seseorang hingga ia mendapatkan suasana yang tenang yang memungkinkannya secara ilmiah menghadapi kehidupan masa depan.16

14 Prof. DR. Zakiah Darajat,

Remaja; Harapan dan Tantangan, CV. Ruhama, Cet. 2001, hal. 13

15

Sayyid Muhammad Husain Fadhlullah, Dunia Remaja: Tanya Jawab Seputar Pergaulan & Problematka Remaja, Pustaka Hidayah, Cet. I tahun 2005, hal. 114

16

(50)

Memang sulit untuk ditentukan secara pasti dengan ukuran tertentu, karena berat ringannya masalah dan kesulitan yang dihadapi remaja, banyak tergantung kepada tingkat social, ekonomi, budaya, akhlak dan agama keluarganya. Panjang pendeknya masa remaja dan berat ringannya masalah yang dihadapinya, ditentukan pula oleh kemajuan atau keterbelakangan masyarakat di mana remaja itu hidup. Pengaruh keadaan ekonomi, budaya dan keberagaman masyarakat tempat remaja itu hidup, juga besar.

Dengan ringkas dapat dikatan bahwa masa remaja itu cukup panjang. Ada yang membaginya kepada dua tahap, yakni remaja awal dan remaja akhir. Ada pula yang membaginya kepada tiga tahap (awal, tengah dan akhir), bahkan mungkin ada yang berpendapat bahwa masa remaja itu tidak ada, anak beralih dari masa kanak-kanak, langsung menjadi dewasa. Para pendidik dan psikologi condong untuk membaginya kepada dua kelompok (awal dan akhir).17

Masa remaja adalah masa di mana timbulnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya piker menjadi matang. Namun masa remaja penuh dengan berbagai perasaan yang tidak menentu, cemas dan bimbang, di mana berkecamuk harapan dan tantangan, kesenangan dan kesengsaraan, semuanya harus dilalui dengan perjuangan yang berat, menuju hari depan dan dewasa yang matang.

17

(51)

Masa puber adalah masa yang tumpang tindih. Awal masa puber adalah akhir masa kanak-kanak, dan akhir masa puber adalah awal remaja.

Perempuan Tahun Masa Puber

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Lahir Masa kanak-kanak Masa Remaja

Laki-laki Tahun Masa Puber

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Lahir Masa kanak-kanak Masa Remaja

Gambar 1. Masa puber bertumpang tindih dengan akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja (Hurlock, 1992).

Pada awal masa puber terjadi proses pematangan alat-alat reproduksi, seorang anak berubah dari keadaan aseksual

Gambar

Gambar 1. Masa puber bertumpang tindih dengan akhir masa kanak-kanak dan
Gambar  Data Kegiatan Penyuluhan Remaja Usia Nikah Masa Sekolah
Gambar Sumber data laporan tahunan BP4 Kota Jakarta Selatan, tahun 2007, 2008 dan 2009

Referensi

Dokumen terkait

segala limpahan berkat dan kasih - Nya, sehingga skripsi dengan judul “ Skrining senyawa antibakteri dari minyak atsiri temu kunci (Boesenbergia pandurata) terhadap

“ Pelaksanaan program BPJS Kesehatan pada Laboratorium Klinik Patra Medica Pati merupakan salah satu upaya dari manajemen Laboratorium Klinik Patra Medica Pati

Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengusaha ayam potong yang ada dipasaran atau diwarung-warung agar tidak melakukan kecurangan terhadap konsumen,dan tidak mengurangi

Amijaya (2010) yang melakukan penelitian terhadap pengguna KlikBCA, menunjukkan hasil variabel kemudahaan dalam penggunaan berpengaruh i positif i terhadap minat ulang

Jika sistem yang penyusun usulkan ini digunakan oleh pihak rumah sakit maka perlu diadakan pelatihan personil dalam menangani pengolahan data secara

Berdasarkan dapatan daripada kajian ini juga pengkaji mendapati kalangan ibubapa murid Tahun 5 lebih proaktif di dalam pengetahuan mereka

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi kolonisasi kulit oleh bakteri potensial patogen penyebab IDO serta menganalisis apakah jenis kelamin,

Menjadi pertanyaan yang meng ge- lisahkan terhadap realitas kebangsa an mutakhir kita: apakah kita masih memiliki kedaulatan? Apakah jumlah utang luar negeri yang terus membengkak,