• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN ASEN 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAHAN ASEN 1"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahirnya Organisasi Internasional di wilayah Regional pasca Perang Dunia ke-2 ialah sebagai bentuk untuk tidak memihak salah satu kubu antara pengaruh barat dan pengaruh timur pada saat terjadinya Perang Dingin. Salah satu organisasi Internasional yang lahir karena faktor tersebut adalah Association of South East Asian Nations (ASEAN). ASEAN ini dibentuk dengan prinsip-prinsip utamanya yakni saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kerjasama, integritas wilayah nasional, dan identitas nasional negara. Pengaruh Amerika Serikat dan pengaruh komunisme China yang berkembang saat itu menjadikan negara-negara anggota ASEAN mengakui hak setiap bangsa untuk merdeka dan bebas dari campur tangan luar serta ingin meminimalisir manipulasi dan dominasi dari kedua negara major power tersebut.

Maka dari itu, ASEAN hadir sebagai perkumpulan diplomatik untuk kerjasama politik dan keamanan yang fokus terhadap penghindaran dan menejemen konflik yang terjadi saat itu maupun hingga saat ini dalam rangka memaksimalisasi rekonsiliasi regional. Struktur dalam ASEAN ialah yang berperan penting dan bergerak sebagai rezim. Setiap permasalahan yang muncul, struktur dalam ASEAN inilah yang bergerak untuk menyelesaikan masalah tersebut. Seiring berkembangnya waktu, masalah-masalah yang muncul semakin kompleks. Peran adanya organisasi ini dipertanyakan keberhasilannya dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Sikap yang dipilih oleh rezim dianggap memiliki peran penting dalam menjalankan perubahan dunia yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian ASEAN?

2. Bagaimana sejarah didirikannya ASEAN? 3. Apakah tujuan terbentuknya ASEAN?

4. Apakah prinsip dasar yang dianut oleh ASEAN? 5. Bagaimana struktur ASEAN?

6. Apakah dan bagaimana tantangan yang dihadapi oleh ASEAN? 7. Bagaimana dinamika perkembangan ASEAN?

(2)

C. Justifikasi Masalah

Topik pembahasan ini akan sangat menjadi penting apabila memiliki implikasi terhadap hubungan antar negara, khususnya negara-negara anggota ASEAN. Mengingat permasalahan regional adalah permasalahan global yang harus diselesaikan agar tidak menimbulkan permasalahan yang baru. Tidak melihat sisi untung ataupun rugi, permasalahan yang diselesaikan setidaknya tidak akan menimbulkan dampak yang buruk bagi masa depan.

Alur laju suatu organisasi Internasional kiranya perlu dicermati perkembangannya. Mengkritisi sikap mereka yang salah dalam mengambil tindakan diperlukan untuk memberikan dorongan agar permasalahan-permasalahan baru yang timbul nantinya akan lebih mudah dihadapi dan diselesaikan. Sikap benar yang mereka ambil setidaknya menjadi acuan untuk mendorong hubungan Internasional berjalan dengan baik.

Pengertian, sejarah, tujuan, prinsip, struktur, tantangan, dinamika dan peran ASEAN perlu kita pahami dan cermati. Karena tanpa mengetahui dan mendalami hal-hal tersebut akan sulit bagi kita untuk memahami peran organisasi maupun rezim Internasional yang menentukan jalannya hubungan Internasional.

D. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian ASEAN.

2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah didirikannya ASEAN. 3. Untuk mengetahui tujuan terbentuknya ASEAN.

4. Untuk mengetahui prinsip dasar yang dianut oleh ASEAN. 5. Untuk mengenal lebih jauh struktur ASEAN.

6. Untuk memahami tantangan yang dihadapi oleh ASEAN. 7. Untuk memahami dinamika perkembangan ASEAN.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ASEAN

ASEAN (Association of South East Asian Nations) adalah perkumpulan diplomatik untuk kerjasama politik dan keamanan yang fokus terhadap penghindaran dan menejemen konflik yang dikendalikan oleh keinginan anggota-anggotanya dalam rangka rekonsiliasi regional.1 ASEAN merupakan sebuah organisasi regional negara-negara Asia

Tenggara yang begitu besar. Jika dijumlahkan wilayahnya mencapai ±1,7 juta mil persegi atau 4,5 kilometer persegi dengan jumlah populasi yang ada di dalamnya sekitar setengah milyar orang. Keanggotaan ASEAN adalah semua negara-negara di Asia Tenggara.

B. Sejarah Didirikannya ASEAN

ASEAN didirikan pada tanggal 8 Desember 1967 di Bangkok, Thailand dan diresmikan dengan Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini diresmikan oleh lima Negara pionir ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina.2 Wakil-wakil dari

negara-negara tersebut adalah Adam Malik (Indonesia), Tun Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura), Thanat Khoman (Thailand), dan Narsisco Ramos (Filipina). Lalu disusul oleh Brunei yang turut menjadi anggota ASEAN pada 7 Januari 1984, Vietnam sejak tahun 1985, Laos dan Myanmar pada 1997, Kamboja pada 30 April 1999, dan setelah memisahkan diri dari Indonesia, Timor Leste akhirnya bergabung menjadi anggota ASEAN pada tahun 2012. Selain persamaan wilayah geografis, persamaan budaya adalah salah satu faktor yang melatar belakangi berdirinya ASEAN. Negara-negara di Asia Tenggara cenderung memiliki kesamaan budaya, tarian, corak, cita rasa makanan yang cenderung sama walaupun dengan bahasa yang berbeda-beda. Selain itu, persamaan nasib sebagai negara-negara yang pernah dijajah (kecuali Thailand) juga menjadi faktor yang lainnya. ASEAN yang dibentuk pada pasca perang dunia kedua dibentuk dengan prinsip-prinsip utamanya itu saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kerjasama, integritas wilayah nasional, dan identitas nasional negara. Sebagai bentuk tidak keberpihakan

1 Ralf Emmers. Cooperative Security and the Balance of Power in ASEAN and the ARF. New York: Routledge Curzon. 2003. Chapter 1. hal. 10.

2Margaret P. Karns dan Karent A. Mingst. International Organizations:The Politics and

(4)

terhadap pengaruh Perang Dingin, baik pengaruh Amerika Serikat maupun pengaruh komunisme China, negara-negara ASEAN mengakui hak setiap bangsa untuk merdeka dan bebas dari campur tangan luar, subversif, dan menunjung tinggi non intervensi. Negara ASEAN ingin meminimalisir manipulasi dan dominasi dari major power, yaitu Amerika Serikat ataupun Uni Soviet.3

C. Tujuan Terbentuknya ASEAN

Sesuai di dalam isi Deklarasi Bangkok, menyebutkan bahwa Tujuan terbentuknya ASEAN adalah 4:

1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan kebudayaan di kawasan, melalui upaya bersama dalam semangat kesetaraan dan kemitraan untuk memperkuat landasan bagi masyarakat Asia Tenggara yang sejahtera dan damai.

2. Memelihara perdamaian dan stabilitas kawasan dengan menghormati keadilan dan menjunjung tinggi hukum dalam hubungan antara negara-negara di Asia Tenggara dan taat pada prinsip-prinsip Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

3. Meningkatkan kerja sama yang aktif dan saling membantu dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi dan administrasi.

4. Saling memberikan bantuan dalam bidang fasilitas latihan dan penelitian pada bidang pendidikan, kejuruan, teknik, dan administrasi.

5. Bekerja sama lebih efektif untuk mencapai daya guna lebih besar dalam bidang pertanian, industri dan perkembangan perdagangan, termasuk studi dalam hal perdagangan komoditi Internasional, perbaikan transportasi dan fasilitas komunikasi serta meningkatkan taraf hidup rakyat.

6. Meningkatkan studi tentang masalah-masalah di Asia Tenggara.

7. Memelihara kerja sama yang erat dan bermanfaat dengan berbagai organisasi Internasional dan regional lain yang mempunyai tujuan sama serta mencari kesempatan untuk menggerakkan kerja sama dengan mereka.

D. Prinsip Dasar ASEAN

3 Margaret P. Karns dan Karent A. Mingst. op.cit., hal. 191.

4 Association of South East Asian Nations. About ASEAN: Overview. Tersedia:

(5)

Dalam hubungan antar anggota, Negara anggota ASEAN menggunakan prinsip fundamental sesuai dengan yang tertuang dalam Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) tahun 1976, yakni 5:

1. Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas teritorial dan identitas nasional semua bangsa;

2. Hak setiap negara untuk menjaga eksistensi nasionalnya bebas dari campur tangan eksternal, subversi atau pemaksaan;

3. Non-interference (tidak ada campur tangan) dalam urusan internal satu sama lain; 4. Penyelesaian perbedaan dan perselisihan dengan menggunakan cara damai; 5. Menolak ancaman atau menggunakan kekuatan;

6. Kerjasama yang efektif.

E. Struktur ASEAN

Struktur organisasi ASEAN yang selama ini berdasarkan Deklarasi Bangkok

mengalami perubahan pasca penandatanganan Piagam ASEAN. Struktur sesuai Deklarasi Bangkok selama ini terdiri dari: Konferensi Tingkat Tinggi (KTT); Pertemuan Para Menteri Luar Negeri ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting/AMM); Pertemuan Menteri-menteri sektoral (Sectoral Bodies Ministerial Meeting); Sidang Panitia Tetap ASEAN (ASEAN Standing Committee/ASC).

Struktur organisasi ASEAN yang baru sesuai dengan Piagam ASEAN terdiri dari6:

1. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) sebagai pengambil keputusan utama, yang akan melakukan pertemuan minimal 2 kali setahun;

2. Dewan Koordinasi ASEAN (ASEAN Coordinating Council) yang terdiri dari para Menteri Luar Negeri ASEAN dengan tugas mengkoordinasi Dewan Komunitas ASEAN (ASEAN Community Councils);

3. Dewan Komunitas ASEAN (ASEAN Community Councils) dengan ketiga pilar komunitas ASEAN yakni Dewan Komunitas Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN Political-Security Community Council), Dewan Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community Council), dan Dewan Komunitas Sosial-Budaya (ASEAN Socio-Cultural Community Council).

4. Badan-badan Sektoral tingkat Menteri (ASEAN Sectoral Ministerial Bodies). 5. Komite Wakil Tetap untuk ASEAN yang terdiri dari Wakil Tetap negara ASEAN,

pada tingkat Duta Besar dan berkedudukan di Jakarta.

5 Ralf Emmers. op.cit., hal. 19.

6 Association of South East Asian Nations. ASEAN Structure. Tersedia:

(6)

6. Sekretaris Jenderal ASEAN yang dibantu oleh 4 (empat) orang Wakil Sekretaris Jenderal dan Sekretariat ASEAN.

7. Sekretariat Nasional ASEAN yang dipimpin oleh pejabat senior untuk melakukan koordinasi internal di masing-masing negara ASEAN.

8. ASEAN Human Rights body yang akan mendorong perlindungan dan promosi HAM di ASEAN.

9. Yayasan ASEAN (ASEAN Foundation) yang akan membantu Sekjen ASEAN dalam meningkatkan pemahaman mengenai ASEAN, termasuk pembentukan identitas ASEAN.

10. Entities associated with ASEAN

F. Tantangan bagi ASEAN

Sebagai sebuah komunitas yang menaungi negara-negara di dalamnya, ASEAN tentunya banyak menghadapi tantangan-tantangan, baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, beberapa tantangan yang dihadapi negara-negara anggota ASEAN adalah sebagai berikut: 1). Internal trust (kepercayaan internal) terhadap masing-masing negara anggota, 2). perdebatan tentang perbatasan 3). permasalahan kerjasama ekonomi antar-negara anggota ASEAN, dan 4). perdebatan sosial-budaya.

Masalah internal trust sudah sangat banyak melahirkan masalah di kawasan Asia Tenggara. Perdebatan tentang perbatasan dapat menjadi salah satu contoh. Perdebatan tentang perbatasan sudah sangat banyak terjadi di antara negara-negara ASEAN. Wilayah yang dipersengketakan, biasanya merupakan historis atau wilayah yang secara sumber daya memiliki potensi. Salah satu contoh adalah konflik Indonesia-Malaysia tentang pulau Sipadan dan Ligitan. Kedua pulau tersebut sebelumnya tidak tercantum dalam peta kedua negara, namun setelah ditemukan potensi mineral di sekitarnya, Indonesia dan Malaysia mulai memperebutkan klaim atas wilayah tersebut.7

(7)

mediasi negara anggota lainnya. Selain itu, keterbatasan kemampuan diplomasi internal dan konflik kepentingan juga menjadi penyebab.8

Selain masalah territori, masalah internal lainnya adalah rendahnya interdependensi ekonomi regional. Negara-negara anggota ASEAN lebih cenderung mengembangkan ekonomi masing-masing secara global dan melupakan kerjasama internal. Saat krisis finansial pada tahun 1997, negara-negara ASEAN tidak memiliki mekanisme apapun dalam menyelesaikan krisis ini secara kerjasama internal. Sebagian negara menyelesaikan permasalahan yang ditimbulkan krisis tersebut secara nasional dan sebagian lagi menggantungkan diri pada institusi-institusi keuangan dunia seperti International Monetary Funds (IMF) atau bahkan bergantung pada bantuan negara-negara luar kawasan Asia Tenggara seperti Cina, Amerika Serikat, Uni Eropa, dll.9 Hal ini menggambarkan

tidak adanya upaya dan kerjasama solid dalam masalah ekonomi di regional Asia Tenggara sendiri. Solusi untuk hal ini sudah banyak dirundingkan, salah satunya adalah pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Sosial budaya juga menjadi bagian dari tantangan yang harus dihadapi ASEAN. Doktrin sejarah yang menggambarkan ASEAN yang terbentuk dalam harmoni serumpun bangsa yang memiliki kemiripan budaya membangun konflik perebutan kebudayaan.10

Salah satu contoh adalah kasus perebutan klaim atas Preah Vihear antara Kamboja dan Thailand. Preah Vihear merupakan sebuah situs keagamaan Budha yang terletak di perbatasan kedua negara. Bagi Kamboja, Preah Vihear ini merupakan situs suci yang diwariskan oleh Kerajaan Angkor, sebelum akhirnya dapat ditaklukkan oleh beberapa kerajaan di Thailand. Di satu sisi, konflik ini merupakan konflik territori. Namun, dalam kasus ini, konflik territori menjadi sangat sensitif karena melibatkan elemen identitas budaya.11

Konflik eksternal yang menjadi tantangan bagi negara anggota ASEAN adalah konflik afiliasi. Afiliasi dapat disebut juga mitra kerjasama yang menjadi patron bagi negara-negara ASEAN. Afiliasi-afiliasi yang berbeda terkadang membentuk karakter politik yang berbeda. Dapat dilihat dari perbedaan ideology kenegaraan yang dianut masing-masing negara pasca Perang Dingin. Kepentingan-kepentingan negara besar yang menjadi afiliasi negara-negara kecil terkadang ikut mengintervensi kebijakan-kebijakan negara-negara

8. Mutiara Pertiwi. op.cit., hal. 63-66. 9Ibid.,hal. 66-68.

(8)

ASEAN. Prinsip non-interference dalam ASEAN, dalam hal ini, tidak berjalan dengan baik.12

G. Dinamika Perkembangan ASEAN

Tidak hanya tantangan dan kekurangan seperti yang telah dijelaskan di atas yang dimiliki ASEAN, tetapi ada juga kelebihan dan perkembangan baik dalam perjalanannya. Salah satu perkembangan yang dialami meningkatnya iklim kerjasama regional. Negara-negara anggota ASEAN telah lebih memilih menyelesaikan konflik dengan jalan damai berupa perundingan daripada dengan konflik kekerasan. Professor S. Jayakumar, Menteri Luar Negeri Singapura, pada tahun 1998, menegaskan bahwa peran utama ASEAN adalah “…to manage relationships which have been and could otherwise still, all too easily turn conflictual”. Artinya, ASEAN merupakan kerjasama kawasan yang berperan dalam perjuangan mewujudkan perdamaian dunia dengan jalan menertibkan terlebih dahulu konflik di kawasan ini sendiri. Dalam hal penertibannya, ASEAN harus berjalan dengan perbaikan soft diplomacy.13

Kemajuan lain yang terus berkembang dalam perjalanan ASEAN adalah hidupnya norma non-interference. Norma non-interference merupakan norma yang menekankan pada pertahanan kedaulatan negara dan masyarakatnya. Norma ini menegaskan bahwa tidak ada campur tangan eksternal apapun dalam wilayah regional suatu negara. Di ASEAN, norma ini mulai berlaku pada tanggal 8 Agustus 1967.14

Pada awal berlakunya, norma non-iterference di ASEAN diterapkan secara absolute. Dalam setiap agenda apapun, tidak akan ada pembahasan mengenai regional masing-masing negara anggota. Namun, penerapan secara absolute terhadap norma ini hanya menghasilkan pemahaman pada ranah pemerintah. Masyarakat memaknai norma non-interference ini sebagai pintu pemisah antara kepentingan negaranya dan kepentingan negara lain. Salah makna tentu salah aplikasi. Begitulah yang terjadi di ASEAN pada masa itu. Dengan terbentuknya pintu pemisah tersebut, telah melahirkan pengabaian terhadap isu-isu penting, seperti kemanusiaan, domestik, dan transnasional.15

ASEAN kemudian terus merevisi norma non-interference yang berlaku di kawasannya. Hingga kemudian muncul peningkatan dimana isu-isu transnasional diperhatikan dengan dihadirkan di forum-forum ASEAN untuk dirundingkan bersama.16

(9)

H. Rezim Berjalan Terhadap Beberapa Kasus 1. Konflik Laut China Selatan

a) Latar Belakang

Laut China Selatan merupakan bagian dari Samudra Pasifik, yang meliputi sebagian wilayah dari Singapura dan Selat Malaka hingga ke Selat Taiwan dengan luas sekitar 3.5 juta km². Berdasarkan ukurannya, Laut China Selatan ini merupakan wilayah perairan terluas atau terluas kedua setelah kelima samudra. Laut China Selatan merupakan sebuah perairan dengan berbagai potensi yang sangat besar karena di dalamnya terkandung minyak bumi dan gas alam dan selain itu juga peranannya sangat penting sebagai jalur distribusi minyak dunia, perdagangan, dan pelayaran Internasional.

Sengketa teritorial di Laut China Selatan (South China Sea, atau SCS) ini diawali oleh klaim China atas Kepulauan Spratly dan Paracel pada tahun 1974 dan 1992. Hal ini dipicu oleh China pertama kali mengeluarkan peta memasukkan kepulauan Spratly, Paracels dan Pratas. Pada tahun yang sama China mempertahankan keberadaan militer di kepulauan tersebut. Tentu saja klaim tersebut segera mendapat respon negara-negara yang perbatasannya bersinggungan di Laut China Selatan, utamanya negara anggota ASEAN (Association of Southeast Asian Nations). Adapun negara-negara tersebut, antara lain Vietnam, Brunei Darussalam, Filipina, dan Malaysia.

(10)

wilayah kedaulatannya. Adanya konfrontasi China-Vietnam ketika terjadi eksplorasi minyak dalam wilayah perairan International tahun 1994. Pada tahun 1995, Taiwan menembak kapal penyuplai Vietnam. Pada tahun 1996 terjadi kontak senjata, antara China dan Filipina. Pada tahun 1998 Filipina menembak kapal nelayan Vietnam. Tahun 2000 tentara Filipina menembaki nelayan China. Tahun 2001 tentara Vietnam menembakan tembakan peringatan kepada pesawat pengintai Filipina yang mengelilingi Pulau Spartly17.

b) Peran ASEAN

ASEAN merupakan organisasi regional yang berfungsi untuk menciptakan dan menjamin kestabilan keamanan di wilayah Asia Tenggara memandang isu ini krusial.ASEAN Regional Forum atau ARF merupakan suatu forum yang dibentuk oleh ASEAN pada tahun 1994 sebagai sebuah media untuk berdialog dan konsultasi mengenai hal-hal terkait dengan politik dan keamanan di kawasan serta untuk membahas dan menyamakan pandangan antara negara-negara yang terlibat dalam ARF. ARF sendiri merupakan sebuah media forum satu-satunya di level pemerintahan yang dihadiri oleh negara-negara kuat di kawasan Asia Pasifik dan kawasan lainnya seperti Amerika Serikat, Republik Rakyat Cina, Jepang, Rusia, dan Uni Eropa (UE) dan saat ini terdapat 27 negara yang tergabung di dalamnya18.

Sasaran yang hendak dicapai melalui ARF adalah mendorong saling percaya (confidence building measures) melalui transparansi dan mencegah kemungkinan timbulnya ketegangan maupun konflik di kawasan Asia Pasifik. Namun, persengketaan yang ditimbulkan dari konflik Laut China Selatan ini menimbulkan konflik bilateral (bilateral dispute) dan sengketa antarnegara (multilateral dispute)

yang memungkinkan pecahnya konflik militer yang lebih luas. Hal inilah yang mendorong negara-negara ASEAN untuk memasukkan masalah Laut China Selatan kedalam agenda resmi ARF.

Oleh karena itu, ARF sebagai suatu forum yang dibentuk oleh ASEAN pada pertemuan ASEAN Ministerial Meeting and Post Ministerial Conference yang ke-26, di Singapura pada tanggal 23-25 Juli 1993, diharapkan menjadi wadah dialog untuk menjembatani sengketa teritorial di Laut China Selatan. ARF berfungsi untuk 17Evelyn Goh. Meeting the China Challenge: The U.S. in Southeast Asian Regional Security Strategies. Washington: East-West Center Washington.2005.

(11)

menampung isu-isu politik dan keamanan yang menjadi kepedulian dan kepentingan umum. Selain itu diharapkan berkontribusi secara signifikan dalam upaya menuju pembangunan kepercayaan dan diplomasi preventif di wilayah Asia-Pasifik sebagai pendekatan strategis untuk resolusi konflik.

Pada ARF kedua di Brunei Darussalam, telah dikeluarkan 3 konsep dalam penyelesaian persengketaan Laut Cina Selatan yaitu Confidence Building Measures

(CBMs), Preventive Diplomacy (PD) dan Conflict Resolution (CR). Dasar dari CBM ini adalah bagaimana pihak yang terkait bisa mengurangi ketegangan diantara mereka dengan tujuan untuk mencari penyelesaian dan sebagai langkah yang paling berguna untuk membuka jalan terhadap perjanjian yang lebih komprehensif, sedangkan Preventive diplomacy (PD) atau diplomasi pencegahan yaitu tindakan-tindakan kolektif yang dilakukan untuk mencegah konflik secara dini dan untuk menegakkan perdamaian diplomasi pencegahan sesungguhnya merupakan kumpulan aksi diplomasi, politis, militer, ekonomi, dan kemanusiaan. Sementara itu Conflict Resolution (CR) atau resolusi konflik merupakan upaya lebih jauh untuk kedua upaya yang telah dilakukan.

Langkah-langkah Confidence Building Measures dan Preventive Diplomacy yang ditempuh oleh ARF dalam menciptakan dialog keamanan antara lain melalui kerjasama militer yang didasarkan atas dasar adanya komunikasi, transparansi, pembatasan (limitation) dan verifikasi yang diimplementasikan dalam program-program yang diajukan oleh ASEAN melalui pertemuan ASEAN Regional Forum, yang antara lain 19:

1. Kerjasama dalam pengawasan senjata yang dipakai dilapangan dan kerjasama dalam perjanjian non-proliferasi;

2. Transparansi terhadap kekuatan militer yang dimilikinya atau yang digunakannya di wilayah Laut Cina Selatan dengan mempublikasikan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pertahanan dan keamanan;

3. Kegiatan-kegiatan bersama seperti latihan militer bersama, Kursus-kursus pelatihan dan pertukaran petugas penjagaan atau saling mengunjungi fasilitas-fasilitas militer dan observasi pelatihan-pelatihan diantara mereka

Early Warning of Conflict Situations atau peringatan awal dari keadaan konflik.

(12)

2. Kasus Kemanusiaan Rohingya di Myanmar a) Latar Belakang

Rohingya merupakan kelompok etnis muslim yang tinggal di daerah Buthidaung dan Maungdaw Township di bagian Barat Laut Arakan State, Burma. Di sana, mereka tinggal bersama kaum Budha Arakan. Penduduk rohingya berjumlah sekitar 300.000 jiwa.20

Rohingya, saat ini, merupakan korban konflik antar etnis agama, yaitu Bhuddist

Arakan dengan Muslim Rohingya di Myanmar. Ketika invasi Jepang di Myanmar dimulai, wilayah Utara Arakan merupakan wilayah yang mengalami konfrontasi etnis dan agama yang paling besar. Untuk mempertahankan wilayah Arakan semasa Inggris menginvasi India, Jepang menggunakan kaum Budha Arakan untuk melindungi di barisan depan. Jepang menyebut pasukan tersebut dengan nama

Patriot Arakan Force. Inggris kalah, kemudian membalas dengan membentuk Force V. Force V terdiri dari warga-warga muslim yang dikirim Inggris ke Buthidaung.21

Jepang kalah dan mundur. Perselisihan koloni sudah tidak ada lagi. Inggris berhasil menguasai Arakan. Namun, konflik antara kaum Budha Arakan dengan kaum Muslim masih tetap berlanjut. Hingga akhirnya melahirkan banyak kasus kekerasan yang berimbas banyak pada kaum Muslim, khususnya Rohingya. Berbagai lika-liku dihadapi kaum muslim Rohingya. Mulai dari tidak diakui oleh Myanmar sebagai warga negara, hingga beberapa kejadian kekerasan yang dilakukan pemerintah Myanmar terhadap etnis minoritas ini.

b) Peran ASEAN

Sebagai Organisasi yang mencermati masalah di kawasan regional Asia Tenggara, ASEAN dituntut untuk memiliki sikap dalam menangani kasus-kasus yang terjadi di sekitarnya. Kasus yang menimpa salah satu negara anggota ASEAN ini dirasa cukup menghawatirkan, menimbang kerjasama dalam melindungi Hak Asasi Manusia di Asia Tenggara adalah masih baru. ASEAN Intergovernmental Commision on Human Rights (AICHR) merupakan human rights body ASEAN sebagai upaya untuk membentuk dan meningkatkan keharmonisan masyarakat 20Moshe Yegar. Between Integration and Seccesion: The Muslim Communities of the

Southern Philippines, Shoutern Thailand, and Western Burma/Myanmar. Oxford Lexinton Books. 2002. hal. 25.

21British Library Oriental and India Office Collection. London R/8/9. Reconstruction:

(13)

ASEAN. AICHR dibentuk untuk mempromosikan dan melindungi Hak Asasi Manusia di Asia Tenggara. AICHR ini didirikan berdasarkan prinsip ASEAN dan ketentuan Pasal 14 Piagam ASEAN.22

AICHR secara formal dibentuk pada ASEAN Summit ke-15 yang diadakan di Thailand sejak 23-25 Oktober 2009. Berdasarkan Terms of Reference (TOR), AICHR memiliki mandat dan tanggung jawab untuk memajukan dan melindungi Hak Asasi Manusia masyarakat ASEAN. Tujuan pendirian AICHR pada Pasal 1 TOR-AICHR antara lain adalah23:

1) Untuk mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia dan kebebasan fundamental masyarakat ASEAN;

2) Untuk menegakkan hak masyarakat ASEAN untuk hidup dalam damai, makmur dan sejahtera;

3) Sebagai bentuk kontribusi untuk merealisasikan tujuan ASEAN sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Piagam ASEAN dalam rangka memajukan stabilitas dan harmoni dalam kawasan, persahabatan dan kerjasama diantara negara-negara anggota ASEAN, dan bentuk partisipasi masyarakat ASEAN dalam proses pembangunan Komunitas ASEAN;

4) Untuk mempromosikan hak asasi manusia dalam konteks regional, mengingat hubungan nasional dan regional, saling menghormati perbedaan sejarah, budaya, latar belakang, agama, dan mempertimbangkan keseimbangan antara hak dan kewajiban;

5) Untuk meningkatkan kerjasama regional dengan tujuan untuk melengkapi upaya nasional dan internasional dalam pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia; dan

6) Untuk menegakkan standar hak asasi manusia seperti yang telah ditentukan dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia Dunia, Deklarasi Wina dan Program Aksi, dan instrumen hak asasi manusia dimana negara-negara anggota ASEAN menjadi pihaknya.I

22 Nuning Sintya Defa. Skripsi Hambatan Asean Intergovernmental Commision on Human

Rights (AICHR) dalam Proses Penanganan Kasus Kemanusiaan Rohingya di Myanmar (2010-2012). Jakarta: Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014. hal. 1.

(14)

Dalam menangani kasus Rohingya di Myanmar, AICHR menemui beberapa hambatan, baik hambatan internal maupun eksternal. Hambatan internalnya ialah: prinsip Non-Interference ASEAN. Prinsip ini dinilai tidak mendukung implementasi pendirian AICHR sebagai badan HAM di ASEAN, sehingga permasalahan Rohingya ini bukanlah suatu hal yang harus diselesaikan oleh ASEAN, melainkan masalah dalam negeri Myanmar sendiri. Hambatan internal yang lain adalah lemahnya TOR AICHR, dikarenakan isi dari TOR tersebut yang lebih mempromosikan HAM daripada peran praktek dari AICHR dalam mengupayakan penegakan. Kerangka TOR AICHR ini tidak memiliki mandat untuk melakukan investigasi, pengawasan dan fungsi sebagai institusi yang menerima laporan menunjukkan bahwa badan HAM di ASEAN ini memiliki fungsi terbatas. 24

Hambatan eksternal yang dihadapi oleh AICHR ialah: sikap pemerintahan Myanmar dalam merespon permasalahan Rohingya tidak berubah, masih menganggap bahwa Rohingya tidak bisa dan tidak akan diterima baik sebagai warga negara Myanmar. Hambatan eksternal yang lain ialah sikap Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dalam merespon permasalahan ini hanya sebatas bantuan kemanusiaan dan perlindungan masyarakat Rohingya yang mengungsi ke negara-negara sekitar Myanmar melalui United Nation High Commisioner on Refugees

(UNHCR) dibandingkan menyelesaikan masalah tersebut dari akarnya dengan menekankan Myanmar untuk memberikan hak kewarganegaraan kepada Rohingya.25

Adanya hambatan yang dihadapi oleh AICHR ini, menjadikan ASEAN belum terlalu kuat untuk menegakkan masalah HAM Rohingya di Myanmar.

(15)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

ASEAN (Association of South East Asian Nations) adalah perkumpulan diplomatik untuk kerjasama politik dan keamanan yang fokus terhadap penghindaran dan menejemen konflik yang dikendalikan oleh keinginan anggota-anggotanya dalam rangka rekonsiliasi regional. ASEAN yang terbentuk pada pasca perang dunia kedua dibentuk dengan prinsip-prinsip utamanya itu saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kerjasama, integritas wilayah nasional, dan identitas nasional negara. Sebagai bentuk tidak keberpihakan terhadap pengaruh Perang Dingin, baik pengaruh Amerika Serikat maupun pengaruh komunisme China.

Tujuan terbentuknya ASEAN fokus pada pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan kebudayaan di kawasan, serta memelihara perdamaian dan stabilitas kawasan dengan menghormati keadilan dan menjunjung tinggi hukum dalam hubungan antara negara-negara di Asia Tenggara dan taat pada prinsip-prinsip Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Bekerja sama lebih efektif untuk mencapai daya guna lebih besar dalam bidang pertanian, industri dan perkembangan perdagangan, termasuk studi dalam hal perdagangan komoditi Internasional, perbaikan transportasi dan fasilitas komunikasi serta meningkatkan taraf hidup rakyat.

ASEAN menggunakan prinsip fundamental sesuai dengan yang tertuang dalam Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) tahun 1976, yakni yang berbunyi: (1) Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas teritorial dan identitas nasional semua bangsa; (2) Hak setiap negara untuk menjaga eksistensi nasionalnya bebas dari campur tangan eksternal, subversi atau pemaksaan; (3) Non-interference (tidak ada campur tangan) dalam urusan internal satu sama lain; (4) Penyelesaian perbedaan dan perselisihan dengan menggunakan cara damai; (5) Menolak ancaman atau menggunakan kekuatan; (6) Kerjasama yang efektif.

Struktur organisasi ASEAN sesuai dengan Piagam ASEAN terdiri dari: (1) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) sebagai pengambil keputusan utama, yang akan melakukan

pertemuan minimal 2 kali setahun; (2) Dewan Koordinasi ASEAN (ASEAN Coordinating Council) yang terdiri dari para Menteri Luar Negeri ASEAN dengan tugas

(16)

ASEAN yakni Dewan Komunitas Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN Political-Security Community Council), Dewan Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic

Community Council), dan Dewan Komunitas Sosial-Budaya (ASEAN Socio-Cultural Community Council); (4) Badan-badan Sektoral tingkat Menteri (ASEAN Sectoral Ministerial Bodies); (5) Komite Wakil Tetap untuk ASEAN yang terdiri dari Wakil Tetap negara ASEAN, pada tingkat Duta Besar dan berkedudukan di Jakarta; (6) Sekretaris Jenderal ASEAN yang dibantu oleh 4 (empat) orang Wakil Sekretaris Jenderal dan Sekretariat ASEAN; (7) Sekretariat Nasional ASEAN yang dipimpin oleh pejabat senior untuk melakukan koordinasi internal di masing-masing negara ASEAN; (8) ASEAN Human Rights body yang akan mendorong perlindungan dan promosi HAM di ASEAN; (9) Yayasan ASEAN (ASEAN Foundation) yang akan membantu Sekjen ASEAN dalam meningkatkan pemahaman mengenai ASEAN, termasuk pembentukan identitas ASEAN; (10) Entities associated with ASEAN.

Tantangan yang dihadapi oleh ASEAN dilihat dua sisi, yakni sisi internal dan sisi eksternal. Secara internal, beberapa tantangan yang dihadapi negara-negara anggota ASEAN adalah sebagai berikut: 1). Internal trust (kepercayaan internal) terhadap masing-masing negara anggota, 2). perdebatan tentang perbatasan 3). permasalahan kerjasama ekonomi antar-negara anggota ASEAN, dan 4). perdebatan sosial-budaya. Sedangkan Konflik eksternal yang menjadi tantangan bagi negara anggota ASEAN adalah konflik afiliasi.

Salah satu perkembangan yang dialami ASEAN ialah meningkatnya iklim kerjasama regional. Negara-negara anggota ASEAN telah lebih memilih menyelesaikan konflik dengan jalan damai berupa perundingan daripada dengan konflik kekerasan. Hidupnya norma non-interference. Norma ini menegaskan bahwa tidak ada campur tangan eksternal apapun dalam wilayah regional suatu negara. Sehingga muncul peningkatan dimana isu-isu transnasional diperhatikan dengan dihadirkan di forum-forum ASEAN untuk dirundingkan bersama.

Peran rezim ASEAN terhadap kasus Laut China Selatan ialah dengan mengeluarkan 3 konsep pada saat pertemuan ARF kedua di Brunei Darussalam sebagai penyelesaian persengketaan, yakni Confidence Building Measures (CBMs), Preventive Diplomacy

(17)

perjanjian yang lebih komprehensif, sedangkan Preventive diplomacy (PD) atau diplomasi pencegahan yaitu tindakan-tindakan kolektif yang dilakukan untuk mencegah konflik secara dini dan untuk menegakkan perdamaian diplomasi pencegahan sesungguhnya merupakan kumpulan aksi diplomasi, politis, militer, ekonomi, dan kemanusiaan. Sementara itu Conflict Resolution (CR) atau resolusi konflik merupakan upaya lebih jauh untuk kedua upaya yang telah dilakukan.

Peran ASEAN terhadap kasus kemanusiaan Rohingya di Myanmar yakni dengan menjalankan tugas AICHR sebagai badan HAM ASEAN. Badan yang tergolong masih baru ini, menemui banyak hambatan, baik hambatan internal maupun eksternal. Hambatan internalnya ialah prinsip Non-Interference ASEAN yang terlalu dipusatkan oleh seluruh anggota dan lemahnya TOR AICHR sehingga sulit untuk mengawasi maupun turun tangan terhadap kasus Rohingya. Sedangkan hambatan eksternal ialah sikap pemerintahan Myanmar dalam merespon permasalahan Rohingya tidak berubah dengan tidak memberhentikan pendeskriminasian etnis Rohingya, dan sikap Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) hanya sebatas bantuan kemanusiaan dan perlindungan masyarakat Rohingya dibandingkan menyelesaikan masalah tersebut dari akarnya. Dengan demikian, sebagai badan HAM dalam ASEAN, AICHR dianggap memiliki kekuatan yang lemah dalam menyelesaikan masalah penegakan HAM di Asia Tenggara.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

masyarakat, uang merupakan kebutuhan utama yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang untuk bertindak tidak rasional. Adanya kecintaan seseorang pada uang akan

Untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih, mohon maaf jika saya

Pencegahan preventif yang dilakukan oleh Kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pelaku penyebaran Berita Hoax adalah dengan cara membentuk Satuan Tugas

Pelaksanaan eksperimen pada kelompok eksperimen dilakukan pada hari kedua. Berikut adalah prosedur pelaksanaan eksperimen pada kelompok kontrol :.. 1) Eksperimenter 3

Metode yang digunakan adalah isolasi mRNA, sintesis cDNA, amplifikasi gen GnRHR dengan proses Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan primer Promotor F dan Exon 1 R

Kelainan bicara dan/atau bahasa adalah adanya masalah dalam komunikasi dan bagian-bagian yang berhubungan dengannya seperti fungsi organ bicara Keterlambatan dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pinjaman dana bergulir dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang dapat membantu meningkatkan produk, omzet penjualan,

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Nikmat, Karunia serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun Skripsi dengan