• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISA KASUS DAN PENDAPAT PENULIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB III ANALISA KASUS DAN PENDAPAT PENULIS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

46

BAB III

ANALISA KASUS DAN PENDAPAT PENULIS

III.1. Kasus Posisi

III.1.1. Tingkat Pengadilan Negeri Jakarta Pusat - Putusan No. 551/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Pst.

III.1.1.1. Kronologis

Kasus ini berawal dari kejadian dimana pada tanggal 1 Maret 2000, HT (inisial Penggugat II) dan temannya yang bernama BT (inisial) pergi berbelanja di Continent (sekarang Carrefour) Plaza Cempaka Mas dengan mengendarai Toyota Kijang Super, keluaran tahun 1994 warna biru metalik dengan Nomor Polisi B 255 SD (mobil) dengan STNK atas nama Penggugat I yang tak lain adalah Ibu dari Penggugat II. Sekitar pukul 17:31:42 WIB, mereka tiba di areal perparkiran Continent Plaza Cempaka Mas yang dikelola oleh SPI (inisial Tergugat).

Setelah menerima karcis tanda masuk dari penjaga pintu masuk, Penggugat II langsung memarkirkan mobil tersebut di D9-D10 Basement 2 dekat pintu masuk pertokoan dalam keadaan terkunci dan kemudian masuk ke area perbelanjaan.

Setelah selesai berbelanja, sekitar pukul 17:50 WIB, Penggugat II kaget dan terperanjat karena dia sudah tidak menemukan mobil yang diparkirnya di tempat parkir, alias hilang. Penggugat II segera menanyakan kepada petugas parkir sambil menunjukkan karcis parkir yang diterimanya dari penjaga pintu masuk dan dari hasil penelitian ternyata terdapat perbedaan antara karcis parkir yang dimiliki Penggugat II dengan Nomor Polisi mobilnya, dimana karcis yang diterima Penggugat II bernomor B 2555 SD sedangkan mobilnya bernomor B 255 SD.

(2)

dengan adanya laporan dari salah seorang petugas yang berjaga dipintu keluar perparkiran, yang mengatakan bahwa ia baru saja melihat seseorang yang mencurigakan dengan terburu-buru keluar area perparkiran mengendarai mobil dengan ciri-ciri sama dengan mobil yang diparkir Penggugat II. Akan tetapi mobil tersebut meninggalkan area perparkiran dengan menggunakan karcis parkir bernomor A 1204 AA yang asli dicetak oleh Tergugat namun berdiri sendiri tanpa ada kendaraannya.

Pada hari yang sama, Penggugat II melaporkan kehilangan mobilnya kepada Polsek Kemayoran dengan surat laporan Pol. No. 170/K/III/2000/Sek.KMO, tertanggal 1 Maret 2010 dan menurut informasi dari aparat kepolisian setempat bahwa ternyata area perparkiran dimana Penggugat II memarkirkan mobilnya telah beberapa kali terjadi hal yang serupa dengan hal yang dialami oleh Penggugat II.

Merasa dirugikan oleh Tergugat dengan hilangnya mobil tersebut sebagai akibat dari kelalaian dan kekurang hati-hatian serta perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh petugas perparkiran yang merupakan pegawai dari Tergugat, Para Penggugat melalui kuasa hukumnya memutuskan menyelesaikan masalah ini melalui jalur hukum dengan menggugat Tergugat ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Dalam Petitumnya, selain memohon kepada Majelis Hakim untuk menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum dan meletakkan sita jaminan, Penggugat juga mengajukan ganti rugi Materiil sebesar Rp. 137.800.000,- (Seratus Tiga Puluh Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah) dan ganti rugi Immateriil sebesar Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah).

III.1.1.2. Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dalam pertimbangannya, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyatakan:

(3)

Nomor Polisi B 2555 SD, sehingga konsekuensinya mobil dengan Nomor Polisi B 2555 SD saat ini masih ada dalam areal perparkiran karena karcis parkirnya masih ditangan Penggugat II, namun kenyataanya secara pisik mobil a quo telah tiada alias hilang dalam area perparkiran yang dikelola oleh Tergugat. Selain itu terungkap fakta/kenyataan dalam persidangan bahwa hilangnya mobil Para Penggugat tidak terlepas dari adanya unsur kelalaian dan kekurang hati-hatian dari pegawai/karyawan Tergugat yang telah melakukan kesalahan pencatatan nomor Polisi mobil Penggugat II yang seharusnya B 255 SD tetapi dicatat B 2555 SD sehingga akibat kesalahan pencatatan itu data nomor Polisi mobil yang tercatat dalam data base komputer tidak sesuai dengan nomor Polisi mobil secara kenyataan;

2) bahwa Tergugat telah terbukti melakukan Perbuatan Melawan Hukum sehingga putusan Majelis Hakim tidak perlu lagi menunggu adanya putusan Pidana yang berkekuatan hukum tetap.

3) bahwa Penggugat sama sekali tidak pernah menuduh atau menyatakan bahwa Tergugatlah yang telah mencuri mobilnya yang hilang tersebut akan tetapi karena kelalaian dan kekurang hati-hatian Tergugat serta sikap/perbuatan Tergugat yang pasif dengan tidak melakukan upaya yang maksimal untuk mencari dan mencegah upaya keluarnya mobil Penggugat. Sehingga disimpulkan bahwa terhadap sikap/perbuatan dari Tergugat tersebut dapat dikualifisir sebagai perbuatan melanggar hukum (=PMH) karena Tergugat selain melanggar kewajiban hukumnya, juga pegawai/karyawan Tergugat melanggar asas-asas kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian (PATINA).

(4)

III.1.1.3. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Dalam putusannya, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang diketuai oleh Andi Samsan Nganro, SH., beranggotakan I Ketut Gede, SH., dan Muh. Daming Sunusi, SH. mengabulkan sebagian dari seluruh gugatan penggugat, yaitu:

1) Menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melanggar hukum; 2) Menghukum Tergugat membayar ganti kerugian Materiil kepada Para

Penggugat sebesar Rp. 60.000.000,- (Enam Puluh Juta Rupiah);

3) Menghukum pula Tergugat membayar ganti kerugian Immateriil kepada Para Penggugat sebesar Rp. 15.000.000,- (Lima Belas Juta Rupiah); dan

4) Menghukum Tergugat Kompensi / Penggugat Dalam Rekompensi untuk membayar biaya perkara yang timbul sebesar Rp. 849.000,- (Delapan Ratus Empat Puluh Sembilan Ribu Rupiah).

III.1.2. Tingkat Banding Pengadilan Tinggi Jakarta – Putusan No. 115/Pdt/2002/PT.DKI.

III.1.2.1. Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta

Dalam pertimbanganya, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta tidak sependapat dengan pertimbangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengenai ganti kerugian Immateriil, yang didasarkan kepada keadaan stres dan kegoncangan jiwa dari Penggugat II, karena menurut pendapat Pengadilan Tinggi tidak ada hubungan nyata antara kegoncangan jiwa dengan kehilangan mobil. Atas dasar pertimbangan tersebut, gugatan Terbanding semula Penggugat Dalam Kompensi/Tergugat Dalam Rekompensi ditolak sepanjang mengenai kerugian Immateriil.

III.1.2.2. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta

(5)

26 Juni 2001 No. 551/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Pst., yang dimohonkan banding tersebut, sehingga amar putusannya menjadi sebagai berikut:

1) Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk sebagian;

2) Menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melanggar hukum; 3) Menghukum Tergugat membayar ganti kerugian Materiil kepada Para

Penggugat sebesar Rp. 60.000.000,- (Enam Puluh Juta Rupiah); dan

4) Menghukum Pembanding semula Tergugat Kompensi / Penggugat Dalam Rekompensi untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan yang dalam tingkat banding ditetapkan sebesar Rp. 150.000,- (Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah).

III.1.3. Tingkat Kasasi Mahkamah Agung – Putusan No. 1264 K/Pdt/2003. III.1.3.1. Pertimbangan Mahkamah Agung

Tidak diterimanya permohonan kasasi oleh Pemohon Kasasi didalam Keputusan Mahakamah Agung tersebut dikarenakan memori kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi tersebut malampaui batas waktu yang ditentukan Undang-Undang.

(6)

kasus ini, memori kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi melewati batas waktu yang ditentukan dalam Pasal 47 ayat (1) UU Mahkamah tersebut dimana berdasarkan pada Akta Permohonan Kasasi No. 102/SRT.PDT.KAS/2002/PN.JKT.PST yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, memori kasasi yang diajukan secara tertulis yang memuat alasan-alasan yang diterima oleh Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut pada tanggal 12 Desember 2002 sedangkan permohonan kasasi diajukan pada tanggal 27 Nopember 2002 sehingga jangka waktu antara permohonan kasasi dengan pengajuan memori kasasi adalah 17 (tujuh belas) hari. Maka sangatlah tepat jika permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon kasasi oleh Mahkamah Agung dalam putusannya menyatakan bahwa permohonan kasasi tersebut tidak dapat diterima.

III.1.3.2. Putusan Mahkamah Agung

Dalam putusannya, Mahkamah Agung yang diketuai oleh I Made Tara, SH., beranggotakan Prof. Rehingena Purba, SH., MS menyatakan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi tersebut tidak dapat diterima dan menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Rp. 500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah).

III.2. Analisa Kasus

Analisa kasus didasarkan pada kronologis perkara, pertimbangan dan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat; pertimbangan dan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta; dan pertimbangan dan putusan Mahkamah Agung.

Pokok-pokok pembahasan dalam analisa putusan kasus ini terkait dengan gugatan penggugat; eksepsi tergugat; perbuatan melawan hukum; dan klausula baku.

III.2.1. Gugatan Penggugat

Penggugat, dalam gugatannya didasarkan pada Pasal 1366 jo Pasal 1367 KUHPerdata. Bunyi daripada Pasal-pasal KUHPerdata tersebut, yaitu:

(7)

“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.”

Pasal 1367 KUHPerdata berbunyi:

“Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.

“Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan mereka di dalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang ini dipakaiya.”

Melihat isi daripada Pasal 1366 jo. Pasal 1367 KUHPerdata diatas, Penggugat mendalilkan bahwa pegawai atau bawahan Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum yang telah menimbulkan kerugian besar bagi para Penggugat, perbuatan melawan hukum mana adalah menjadi tanggung jawab Tergugat selaku majikan ataupun perusahaan tempat pegawai yang melakukan perbuatan melawan hukum itu bekerja.

Penggugat juga mendasarkan gugatannnya pada Pasal 4 ayat a, d, dan h UU Perlindungan Konsumen mengenai hak-hak konsumen, yaitu:

Ayat a : Hak atas keamanan, kenyamanan, dan keselamatan dalam mengkomsumsi barang dan/atau jasa;

Ayat d : Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

Ayat h : Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

(8)

Penggugat juga menuntut agar Tergugat memberikan ganti rugi Materiil sebesar Rp. 137.800.000,- (Seratus Tiga Puluh Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah) dan ganti rugi Immateriil sebesar Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah). Namun ternyata atas pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat akhirnya memutuskan untuk mengabulkan sebagian dari seluruh gugatan penggugat, yaitu: Menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melanggar hukum; Menghukum Tergugat membayar ganti kerugian Materiil kepada Para Penggugat sebesar Rp. 60.000.000,- (Enam Puluh Juta Rupiah); Menghukum pula Tergugat membayar ganti kerugian Immateriil kepada Para Penggugat sebesar Rp. 15.000.000,- (Lima Belas Juta Rupiah); dan Menghukum Tergugat Kompensi / Penggugat Dalam Rekompensi untuk membayar biaya perkara yang timbul sebesar Rp. 849.000,- (Delapan Ratus Empat Puluh Sembilan Ribu Rupiah). Dalam tingkat banding, ternyata Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta tidak sependapat dengan pertimbangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengenai ganti kerugian Immateriil, sehingga dalam putusannya, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta menerima permohonan pemeriksaan dalam tingkat banding dari Pembanding dan memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 26 Juni 2001 No. 551/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Pst., dengan meniadakan ganti rugi Immateriil kepada Penggugat.

III.2.2. Eksepsi Tergugat

Tergugat, dalam eksepsinya menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak mempunyai dasar hukum, tidak didukung bukti, dan salah alamat yang akan dijelaskan dibawah ini:

a. Gugatan Tidak Mempunyai Dasar Hukum

(9)

Majelis Hakim dalam putusannya menolak eksepsi Tergugat ini, dengan pertimbangan bahwa memang menjadi hal yang logis atas pernyataan Tergugat yang menyatakan bahwa mobil Kijang Super Nomor Polisi B 255 SD tidak pernah masuk dalam perparkiran yang dikelola oleh Tergugat pada tanggal 1 Maret 2000 karena yang tercatat dalam data base komputer adalah mobil dengan Nomor Polisi B 2555 SD, sehingga konsekuensinya mobil dengan Nomor Polisi B 2555 SD saat ini masih ada dalam areal perparkiran karena karcis parkirnya masih ditangan Penggugat II, namun kenyataanya secara pisik mobil a quo telah tiada alias hilang dalam area perparkiran yang dikelola oleh Tergugat. Selain itu terungkap fakta/kenyataan dalam persidangan bahwa hilangnya mobil Para Penggugat tidak terlepas dari adanya unsur kelalaian dan kekurang hati-hatian dari pegawai/karyawan Tergugat yang telah melakukan kesalahan pencatatan nomor Polisi mobil Penggugat II yang seharusnya B 255 SD tetapi dicatat B 2555 SD sehingga akibat kesalahan pencatatan itu data nomor Polisi mobil yang tercatat dalam data base komputer tidak sesuai dengan nomor Polisi mobil secara kenyataan.

b. Gugatan Tidak Didukung Bukti

Dalam eksepsinya, Tergugat menyatakan bahwa dalil Penggugat yang mengakui bahwa mobilnya telah hilang dan mengakui telah melaporkan kehilangan mobil tersebut kepada polisi merupakan pengakuan yang merupakan salah satu alat bukti (Vide Pasal 174 HIR) bahwa mobil tersebut telah dicuri oleh orang lain dan kini polisi sedang berusaha mencari pencuri mobil tersebut untuk dimintai pertanggungjawabannya baik secara perdata maupun pidana.

Bahwa sesuai dengan asas hukum acara perdata dan praktek beracara di Pengadilan sehari-hari, manakala dalam suatu masalah terkait dengan aspek pidana dan perdata sekaligus, maka gugatan perdata baru dapat diajukan ke Pengadilan untuk menuntut ganti kerugian apabila sudah ada putusan pidana yang telah berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde).

(10)

c. Gugatan Salah Alamat

Dalam eksepsinya, Tergugat menyatakan bahwa gugatan Penggugat kepada Tergugat adalah gugatan salah alamat karena gugatan seharusnya ditujukan kepada orang yang mencuri mobil tersebut bukan kepada Tergugat sebab Tergugat bukan pencuri mobil tersebut atau paling tidak belum ada bukti bahwa mobil tersebut hilang sebagai akibat kelalaian Tergugat.

Majelis Hakim dalam putusannya juga telah menolak eksepsi Tergugat ini dengan pertimbangan bahwa Penggugat sama sekali tidak pernah menuduh atau menyatakan bahwa Tergugatlah yang telah mencuri mobilnya yang hilang tersebut akan tetapi karena kelalaian dan kekurang hati-hatian Tergugat serta sikap/perbuatan Tergugat yang pasif dengan tidak melakukan upaya yang maksimal untuk mencari dan mencegah upaya keluarnya mobil Penggugat.

Sehingga disimpulkan bahwa terhadap sikap/perbuatan dari Tergugat tersebut dapat dikualifisir sebagai perbuatan melanggar hukum (=PMH) karena Tergugat selain melanggar kewajiban hukumnya, juga pegawai/karyawan Tergugat melanggar asas-asas kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian (PATINA).

Bahwa sesuai Pasal 1365 jo. Pasal 1367 KUHPerdata, Tergugat selaku majikan (pengelola yang mempekerjakan pegawai/karyawan) bertanggung jawab atas perbuatan melanggar hukum baik yang dilakukan sendiri maupun yang dilakukan oleh pegawai/karyawannya yang menimbulkan kerugian bagi Para Penggugat. Dengan demikian, gugatan Para Penggugat yang dialamatkan kepada Tergugat sudah tepat dan meskipun belum ada putusan Hakim Pidana yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan kesalahan Tergugat, maka Tergugat sebagaimana alasan-alasan tersebut diatas tetap dapat dimintai pertanggungjawaban atas hilangnya mobil Para Penggugat tersebut.

III.2.3. Perbuatan Melawan Hukum

Gugatan ini adalah gugatan yang didasarkan pada suatu perbuatan melawan hukum pada Pasal 1365 KUHPerdata, dimana pasal ini menyatakan bahwa:

(11)

Suatu perbuatan merupakan suatu perbuatan yang melanggar hukum yang memenuhi Pasal 1365 KUHPerdata adalah jika didalam perbuatan tersebut memenuhi unsur-unsur:

a. Perbuatan melawan hukum

Suatu perbuatan adalah merupakan perbuatan melawan hukum apabila memenuhi salah satu unsur dibawah ini:

1) Bertentangan dengan Undang-undang; 2) Bertentangan dengan hak orang lain;

3) Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri; 4) Bertentangan dengan kesusilaan; atau

5) Bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau benda.

Terkait dengan kasus ini, unsur yang pertama telah terpenuhi sehingga perbuatan pegawai/karyawan Tergugat merupakan perbuatan melawan hukum karena pegawai/karyawan Tergugat tidak melakukan upaya yang maksimal untuk mencari dan mencegah upaya keluarnya mobil Penggugat. Hal ini ditunjukkan dengan kesaksian para saksi yaitu Beatrik Deliana Siahaan dan Herman Tambunan yang menyatakan bahwa setelah kurang lebih 1,5 (satu setengah) jam setelah dibuatkan Berita Acara Kehilangan, ada informasi dari pegawai Tergugat yang mengatakan bahwa mobil Penggugat baru saja keluar area perparkiran yang dikelola oleh Tergugat. Hal ini membuktikan bahwa pegawai/karyawan Tergugat tidak berupaya maksimal melakukan pengamanan, pencarian dan pencegahan sehingga perbutan pegai/karyawan Tergugat tersebut melanggar asas-asas kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian (PATINA).

(12)

b. Kesalahan

Dalam Pasal 1365 KUHPerdata, apabila unsur kesalahan itu dilakukan baik dengan sengaja atau dilakukan karena suatu kealpaan, maka akibat hukumnya adalah sama yaitu bahwa si pelaku tetap bertanggung jawab untuk membayar kerugian yang diderita oleh orang lain sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh si pelaku.

Terkait dengan kasus ini, kesalahan yang dilakukan oleh Tergugat adalah dimana petugas parkir yang bertugas dipintu masuk yang merupakan pegawai Tergugat telah melakukan kelalaian dalam melakukan pencatatan nomor Polisi yang dikendarai oleh Penggugat II yang seharusnya B 255 SD akan tetapi dicatat B 2555 SD. Atas kelalaian petugas parkir tersebut menyebabkan nomor Polisi yang tercatat dalam data base komputer berbeda dengan nomor Polisi mobil secara kenyataan. Selain itu tidak adanya upaya maksimal yang dilakukan oleh para pegawai Tergugat untuk melakukan pengamanan terhadap mobil Penggugat yang tengah diparkir di area parkir yang dikelola oleh Tergugat sebelum mobil tersebut hilang dan selain itu tidak adanya upaya untuk melakukan pencarian dan pencegahan agar mobil Penggugat tersebut keluar dari area perparkiran karena apabila pegawai Tergugat dengan keprofesionalannya melakukan tindakan pencarian dan pencegahan setalah adanya laporan dari Penggugat maka mobil Penggugat kemungkinan besar tidak akan hilang dan bahkan pelaku pencurian dapat ditangkap.

c. Kerugian

Yang dimaksud dengan kerugian dalam Pasal 1365 KUHPerdata adalah kerugian yang timbul sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum. Tiap perbuatan melawan hukum tidak hanya dapat mengakibatkan kerugian uang/harta saja, akan tetapi juga dapat menyebabkan kerugian moril atau idiil, yakni ketakutan, terkejut, sakit dan kehilangan kesenangan hidup.

(13)

menyendiri karena diliputi perasaan yang sedih sehingga berdampak pula pada aktifitas Penggugat II sebagai mahasiswa.

d. Hubungan sebab akibat (kausalitas) antara kesalahan dengan kerugian yang ditimbulkan.

Adanya suatu unsur sebab-akibat untuk memenuhi Pasal 1365 KUHPerdata dimaksudkan untuk meneliti apakah terdapat hubungan kausal antara kesalahan yang dilakukan dengan kerugian yang ditimbulkan. Sehingga dengan demikian si pelaku dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Bila seseorang melakukan perbuatan melawan hukum, maka sanksi dalam Pasal 1365 KUHPerdata hanya dapat dijatuhkan apabila perbuatan tersebut menimbulkan kerugian.

Terkait dengan kasus ini, kerugian yang diderita oleh Penggugat adalah sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat. Hubungan atas kesalahan atau kelaian dalam pencatatan nomor polisi dikaitkan dengan kerugiannya adalah apabila Tergugat telah melakukan pencatatan, maka Tergugat harus bertanggung jawab atas mobil milik Penggugat dan berkewajiban untuk melakukan pengamanan yang maksimal terhadap mobil Penggugat untuk mencegah hilangnya mobil Penggugat tersebut. Hilangnya mobil Penggugat tersebut telah menunjukan bahwa tidak adanya tanggung jawab Tergugat terhadap mobil Penggugat. Sedangkan untuk kesalahan dengan tidak melakukan pencarian dan pencegahan agar mobil tersebut tidak keluar dari area perparkiran juga telah terbukti dengan hilangnya mobil Penggugat tersebut, padahal Penggugat telah melaporkan kehilangan mobilnya tersebut 1,5 jam sebelum mobil tersebut keluar dari area perparkiran.

Dengan terpenuhinya keempat unsur diatas, maka Tergugat terbukti telah melakukan perbuatan melawan hukum.

III.2.4. Klausula Baku (Perjanjian Standar)

(14)

pelaku usaha yang bergerak dalam bidang penyedia jasa perparkiran. Terhadap klausula baku atau ketentuan yang tertera dalam karcis parkir maupun pada papan yang terpancang didepan pintu masuk area parkir, yang berbunyi: ”Pihak pengelola (parkir) tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan, kerusakan, kecelakaan atas kendaraan atau kehilangan barang-barang yang terdapat di dalam kendaraan dan atau yang menimpa orang yang menggunakan area parkir pihak pengelola (parkir)”.

Majelis Hakim tidak memberikan dasar hukum dalam pertimbangannya akan tetapi menurut hemat Majelis Hakim pada hakekatnya klausul tersebut merupakan perjanjian yang kesepakatannya bercacad hukum karena timbul dari ketidak bebasan pihak yang menerima klausul sebab manakala pengendara mobil memasuki areal parkir, ia tidak punya pilihan lain selain memilih parkir diareal parkir tersebut sehingga dapat dikatakan kesepakatan tersebut berat sebelah, artinya kesepakatan tersebut diterima seolah-olah dalam keadaan terpaksa oleh pihak pengendara. Selain itu tanggung jawab merupakan jaminan bagi pemakai jasa parkir karena area perparkiran tersebut dikelola oleh Tergugat secara profesional dan ”Secure Parking”.

Istilah klausula baku terdapat dalam Pasal 1 angka 10 UU Perlindungan Konsumen, yaitu ”Setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.” Selain itu, UU Perlindungan Konsumen juga memberikan batasan-batasan dan larangan-larangan terhadap pencantuman klausula baku tersebut. Pasal 18 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:

a. menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

b. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen;

(15)

d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran; e. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau

pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa; g. menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru,

tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya; h. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk

pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

Selain itu dalam Pasal 18 ayat (2) menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti. Lebih lanjut Pasal 18 ayat (3) dan (4) mengatakan bahwa setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum dan pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan UU Perlindungan Konsumen.

Terhadap klausula baku atau ketentuan yang tertera dalam karcis parkir maupun pada papan yang terpancang didepan pintu masuk area parkir yang dikelola oleh Tergugat yang isinya sebagaimana disebutkan sebelumnya telah memenuhi Pasal 18 ayat (1) huruf a, maka demi hukum klausul tersebut adalah batal.

(16)

sebagai dasar hukum mengingat pada saat peristiwa hukum kasus ini terjadi sebelum UU Perlindungan Konsumen tersebut berlaku. Namun demikian dalam putusannya, Majelis Hakim terhadap kasus ini dapat mewajibkan Tergugat untuk tidak mencantumkan lagi klausul tersebut dalam karcis parkir maupun pada papan yang terpancang didepan pintu masuk area parkir mengingat pada saat putusan Majelis Hakim diucapakan dalam sidang terbuka untuk umum pada tanggal 26 Juni 2001, UU Perlindungan Konsumen sudah berlaku.

III.3. Pendapat Hukum Penulis

Berdasarkan pada kasus posisi tersebut diatas, terungkap fakta-fakta hukum sebagai bahan pertimbangan menganalisa kasus tersebut, yaitu:

1. Mobil Toyota Kijang Super, keluaran tahun 1994 warna biru metalik dengan Nomor Polisi B 255 SD milik Penggugat telah hilang dari dalam areal perparkiran Continent Plaza Cempaka Mas, sebagai akibat dari kelalaian dan kekurang hati-hatian Tergugat;

2. Atas hilangnya mobil tersebut, Tergugat selaku pengelola parkir yang profesional dan secure parking terbukti telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum dan mengacu pada Pasal 1365 jo. Pasal 1367 KUHPerdata, Tergugat harus bertanggung jawab atas perbuatan melanggar hukum baik yang dilakukan sendiri maupun yang dilakukan oleh pegawai/karyawannya yang menimbulkan kerugian bagi Penggugat.

Berdasarkan pada fakta-fakta hukum yang telah terungkap dalam kasus tersebut, penulis sangat setuju dengan semua pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, hingga dalam putusannya mengabulkan sebagian dari seluruh gugatan penggugat, dengan menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan melanggar hukum; menghukum Tergugat untuk membayar ganti kerugian Materiil dan kerugian Immateriil kepada Para Penggugat; serta menghukum Tergugat membayar biaya perkara yang timbul.

(17)

Jakarta Pusat yang tidak menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi Immateriil.

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat kesukaan panelis terhadap tahu yang di rendam dengan ekstrak daun sirih dan buah mengkudu dipengaruhi oleh jenis ekstrak dengan konsentrasi yang berbeda Hasil penilaian

Jika pembiayaan telah disalurkan kepada nasabah maka perlu adanya upaya untuk mencegah agar tidak terjadi risiko pembiayaan. Upaya yang dilakukan oleh pihak BPRS

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang ada beberapa kendala yang menjadi faktor penghambat dalam penerapan E-Government

dalam Pengajaran Bidang Studi Al quran Hadist di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar...43 Tabel 8: Pendapat responden tentang efektifitas Media

5 Kenyataan manakah yang berkaitan dengan dosa-dosa besar I Kesalahan yang mendapat balasan azab di akhirat II Kesalahan yang dikenakan hukuman tertentu di dunia III

Hipotesis pertama dari penelitian ini yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh intelectual capital terhadap kinerja perusahaan, berdasarkan hasil uji t bahwa Variabel

Alhamdulillah, Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia, rahmat, nikmat, taufik, barokah dan hidayah-Nya,

Pada penelitian ini dilakukan analisis dan perbaikan atas proses bisnis administrasi Diklat di suatu instansi pemerintahan, dengan tujuan untuk mempermudah peserta dan pengelola