TINJAUAN ATAS MEKANISME PENCAIRAN
DANA UANG PERSEDIAAN (UP)
PADA DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Studi S-1
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh : Amalia Ayu Anggraini
21110224
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iv
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Kerja Praktek ... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek ... 2
1.2.1 Maksud Tujuan Kerja Praktek ... 2
1.2.2 Tujuan Kerja Praktek ... 3
1.3 Kegunaan Kerja Praktek ... 3
1.4 Metode Kerja Praktek ... 4
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek ... 5
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 7
2.1 Sejarah singkat Dinas Kesehatan Kota Bandung ... 7
2.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandung ... 8
2.3 Uraian Tugas Dinas Kesehatan Kota Bandung ... 10
2.4 Aspek Kegiatan Dinas Kesehatan Kota Bandung ... 26
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK ... 29
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek ... 29
v
3.1.2 Uang Persediaan ... 30
3.1.2.1 Karakteristik Uang Persediaan ... 31
3.1.2.2 Ketentuan Uang Persediaan ... 32
3.1.2.3 Penggunaan Uang Persediaan ... 33
3.1.2.4 Prinsip Pembayaran Uang Persediaan ... 33
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek ... 34
3.2.1 Mekanisme Pencairan Dana Uang Persediaan ... 35
3.2.2 Dokumen yang digunakan dalam Pencairan Dana Uang Persediaan 36 3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek ... 39
3.3.1 Analisis Mekanisme Pencairan Dana Uang Persediaan ... 39
3.3.2 Analisis Dokumen yang digunakan dalam Mekanisme Pencairan Dana Uang Persediaan ... 40
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
4.1Kesimpulan ... 41
4.2 Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
vi
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup ... 45
Lampiran 2 : Surat Pernyataan Permohonan KP... 46
Lampiran 3 : Surat Acc ... 47
Lampiran 4: Struktur Organisasi Perusahaan ... 48
Lampiran 5 : Flowchart Mekanisme Pencairan Dana Uang Persediaan ... 49
Lampiran 6 : Surat Penyediaan Dana (SPD) ... 51
Lampiran 7 : Surat Permintaan Pembayaran (SPP) ... 52
Lampiran 8 : Surat Permintaan Membayar (SPM) ... 53
Lampiran 9 : Surat Perintah pencairan Dana (SP2D) ... 54
Lampiran 10 : Nota Permintaan Dana (NPD) ... 55
Lampiran 11 : Surat Pertanggungjawaban (SPJ) ... 56
Lampiran 12 : Daftar Kehadiran KP ... 57
Lampiran 13 : Surat Keterangan Hasil KP dari Perusahaan ... 58
Lampiran 14 : Surat Keterangan dari Pembimbing... 59
43
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persana.
Suryanovi Sri, Ak., M.Si. 2010. Modul Sistem dan Prosedur Akuntansi SKPD. Diklat Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Daerah. Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
AS. Moenir. 2001, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta.
Peraturan Walikota Nomor 475 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi Pada Dinas Daerah Kota Bandung mengatur Tugas Pokok dan Fungsi.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Walikota Bandung Nomor 542 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
www.seputar-kppn.com
i
dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini tepat pada waktunya.
Laporan Kerja Praktek ini penulis susun berdasarkan hasil kerja praktek yang
dilakukan Di Dinas Kesehatan Kota Bandung. Laporan ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1 pada
program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia
Bandung (UNIKOM). Dimana judul yang diambil yaitu : “TINJAUAN ATAS
MEKANISME PENCAIRAN DANA UANG PERSEDIAAN PADA DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG” ini penulis ajukan untuk melengkapi salah satu mata Kuliah Kerja Praktek.
Terselesaikannya Laporan Kerja Praktek ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc. selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
ii
memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan laporan Kerja Praktek.
4. Bapak / Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.. 5. Dr. Hj. Ahyani Raksanagara, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota
Bandung yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melaksanakan kerja praktek di tempat tersebut.
6. Ibu kania Bihari, SE., selaku Kepala Subbagian Keuangan yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melaksanakan kerja praktek di bagian keuangan.
7. Ibu Melie Pramelia, SE., selaku pembimbing perusahaan yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan selama penulis melakukan Kerja Praktek.
8. Segenap Pimpinan dan seluruh Staf Dinas Kesehatan Kota Bandung yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang dengan kerelaan dan kerendahan hati telah menerima dan memberikan kami fasilitas yang baik sehingga sangat menunjang peulis dalam pelaksanaan Kerja Praktek.
9. Yang tercinta untuk kedua orang tua saya yang tidak pernah lelah membimbing, memberi support, dan mendoakan, serta berkorban secara moral maupun materil.
iii
12.Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan semangatnya.
Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima segala kritik dan saran dari semua pihak untuk peningkatan mutu laporan kerja praktek in.
Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek ini. Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya bagi semua pihak tersebut di atas dan semoga amal baik yang telah diberikan kepda penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Bandung, Desember 2013 Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal. (Sofyan Syafri:2008)
Model pencairan dana bagi sebuah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) ada 2 jenis, yaitu melalui model uang persediaan dan model langsung (LS). Melalui 2 model ini diharapkan pencairan dana menjadi lebih lancar, dan setiap SKPD diharapkan mengoptimalkan pengeluaran-pengeluaran yang akan dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan uang persediaan dan LS. Strategi perencanaan pengeluaran menjadi hal yang harus diperhatikan mengingat hanya ada dua model pencairan dana. Pengeluaran-pengeluaran sejak awal harus disusun dan direncanakan akan menggunakan uang persediaan atau LS mengingat kedua model pencairan ini mempunyai aturan-aturan tertentu yang bisa menjadi penentu kelancaran atau malah sebaliknya ketika kita tidak memahami mekanisme pencairan kedua model ini. (Sri Suryanovi:2010)
dipilihnya sistem Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD), sebuah sistem yang mengadopsi sistem Imprest Fund dalam pengelolaan kas kecil. Dengan sistem tersebut, bendahara sebagai pengelola kas diberikan uang muka kerja pada besaran tertentu, untuk kemudian dipakai untuk membiayai kegiatan SKPD, dan jika jumlah telah berkurang sampai batas tertentu dapat dimintakan penggantian sehingga jumlah uang akan kembali pada nilai semula. (www.seputar-kppn.com)
Dinas Kesehatan merupakan salah satu SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bandung yang bertanggung jawab dalam bidang pembangunan Kesehatan. (www.bandung.go.id)
Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam menunjang kegiatan operasional sehari-harinya memerlukan adanya dana berupa uang persediaan. Berdasarkan fenomena yang terjadi di Dinas Kesehatan Kota Bandung yaitu terkait dengan terlambatnya waktu pencairan dana uang persediaan yang menyebabkan terlambatnya pelaksanaan kegiatan operasional. (Maulvi Said, Staff Subbagian Keuangan Dinas Kesehatan Kota Bandung, 2013)
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “TINJAUAN ATAS
TINJAUAN ATAS
MEKANISME PENCAIRAN DANA UANG PERSEDIAAN (UP)
PADA DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG
”.1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek 1.2.1 Maksud Kerja Praktek
3
1.2.2 Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan dari Kerja Praktek yang penulis lakukan adalah :
1. Untuk mengetahui Mekanisme Pencairan Dana Uang Persediaan pada Dinas Kesehatan Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam Pencairan Dana Uang Persediaan (UP).
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Adapun kegunaan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan serta menjadi informasi dasar yang
memadai tentang bagaimana mekanisme pencairan dana uang persediaan
pada Dinas Kesehatan Kota Bandung.
2. Bagi Instansi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi serta masukan
positif bagi instansi mengenai tinjauan atas mekanisme pencairan dana uang
persediaan pada Dinas Kesehatan Kota Bandung.
3. Bagi Pihak Lain
1.4 Metode Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan kerja praktek ini, penulis melaksanakan kerja praktek dengan menggunakan metode block release yakni suatu metode yang menjelaskan bahwa pelaksanaan kerja praktek tersebut dilaksanakan dalam 1 (satu) periode tertentu. Kerja praktek tersebut dilaksanakan selama 1 bulan dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari. Pelaksanaannya disesuaikan dengan waktu kerja yang terdapat pada kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Agar dapat tersusunnya laporan kuliah kerja praktek ini tentunya sangat memerlukan teknik-teknik pengumpulan data adapun teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Studi lapangan (Field Research)
Dengan mengadakan penelitian langsung ke perusahaan dimana penulis melakukan kerja praktek. Bentuk-bentuk studi lapangan yang dilakukan, yaitu :
1. Observasi langsung
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pencarian dan pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan penelitian tentang kegiatan-kegiatan yang terjadi pada suatu perusahaan.
2. Wawancara
5
3. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan datadengan cara pengumpulan, pemilihan dan pengelolaan bukti dan data yang berhubungan dengan bidang yang dikaji dalam laporan praktek yang disusun oleh penulis.
b. Studi Pustaka (Library Research)
Yaitu teknik pengumpulan data yang ada dari berbagai bahan pustaka (referensi) melalui sumber buku,buku, catatan-catatan atau berkas lainnya yang relevan dalam penyusunan Laporan Kuliah Kerja Praktek.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Kerja Praktek yang penulis lakukan adalah pada Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung yang berlokasi di Jl. Supratman No.73 Bandung.
Tabel 1.1
Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek Tahun 2013
No. Kegiatan Kerja Praktek
Bulan
Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des I Persiapan Kerja Praktek
1.Permohonan Ijin Kerja Praktek
2.Realisasi Ijin Kerja Praktek
3.Penentuan Tempat Kerja Praktek
4.Surat Penerimaan dari Instansi
II Pelaksanaan Kerja Praktek 1.Aktivitas Kerja Praktek
2.Bimbingan Kerja Praktek dengan
Pembimbing Perusahaan
III Pelaporan Kerja Praktek
1.Konsultasi dengan Dosen Kerja
Praktek
2.Bimbingan dengan Dosen Kerja
Praktek
3.Pembuatan Laporan Kerja Praktek
4.Final Laporan Kerja Praktek
7
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah singkat Dinas Kesehatan Kota Bandung
Dinas Kesehatan Kota Bandung adalah salah satu instansi pemerintah yang sudah ada sejak zaman kependudukan Belanda. Pada Tahun 1946-1949 Dinas Kesehatan disebut “Plaatselijke gezond Heidsdienst Bandoeng” yang berkantor di Gemeente Bandung (sekarang dikenal sebagai Kantor Pemerintahan daerah Kotamadya Bandung). Pimpinannya adalah Dr. Molte V. Kuhlewein sebagai Hoofd Gouvernmentsart Hoofd V.D. Plaatselijke Genzondheilds Bandoeng.
Pada tahun 1950, “Plaatselijke gezond Heidsdienst Bandoeng” berubah nama menjadi “Jawatan Kesehatan Kota Bandung” yang dipimpin oleh seorang Kepala Jawatan Kesehatan Kota Bandung.
Pada tahun 1950, Jawatan Kesehatan Kota Besar Bandung terdiri dari 10 Balai Pengobatan kemudian pada tahun 1972 berkembang menjadi 4 pusat kesehatan yang terdiri dari :
1 Pusat Kesehatan Masyarakat, 18 Balai Kesehatan Khusus, 18 Balai Kesehatan Ibu dan Anak, 6 Klinik Bersalin
berangsur-angsur diserahkan kepada pemerintah daerah Kotamadya Dati II Bandung dan status pegawainya terdiri dari :
Pegawai Medis Teknis Pegawai Tata Usaha dan
Pegawai Pemberantas Penyakit Cacar dan Mata.
Dinas Kesehatan Kota Bandung selalu mengalami pindah-pindah tempat, pada tahun 1960 pindah ke Jalan Badak Singa No.10 Bandung, menempati sebagian kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sampai tanggal 9 Oktober 1965. Pada tanggal 10 Oktober 1965 Dinas kesehatan pindah lagi ke Jalan Supratman No.73 hingga sekarang.
Dinas Kesehatan Kota Bandung didirikan berdasarkan Peraturan Daerah No.5 tahun 2001 dan disahkan oleh Gubenur Jawa Barat.
2.2 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandung
Pada dasarnya struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang menggambarkan hubungan antara bagian-bagian yang terkait dalam suatu organisasi dan biasanya digambarkan dalam bentuk bagan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No.05 Tahun 2001, maka susunan organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandung terdiri dari :
1. Kepala Dinas
9
c. Sub Bagian Kepegawaian
3. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan, membawahi : a. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar
b. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan c. Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus
4. Bidang Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, membawahi :
a. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit b. Seksi Pemantau Penyakit
c. Seksi Penyehatan lingkungan
5. Bidang Sumber Daya Kesehatan, membawahi : a. Seksi Pendayagunaan Tenaga dan Sarana Kesehatan b. Seksi Promosi Kesehatan
c. Seksi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan 6. Bidang Bina Program Kesehatan, membawahi :
a. Seksi Penyususnan Program Kesehatan b. Seksi Evaluasi Program Kesehatan
c. Seksi Data dan Informasi Program Kesehatan 7. Kelompok Jabatan Fungsional
2.3 Uraian Tugas Dinas Kesehatan Kota Bandung
Berikut ini akan dijelaskan tentang uraian tugas dari setiap bidang dan subbidang di Dinas Kesehatan Kota Bandung.
1. Kepala Dinas
1) Kepala Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan pembantuan.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , Kepala Dinas mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis lingkup bina pelayanan kesehatan, pengendalian penyakit dan penyehatan dan bina program kesehatan. b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang
bina pelayanan kesehatan, pengendalian penyakit dan penyehatan, lingkungan. Sumber daya kesehatan dan bina program kesehatan. c. Pembinaan dan pelaksanaan di bidang bina pelayanan kesehatan,
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan sumber daya kesehatan dan bina program kesehatan.
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
11
2. Sekretariat
1) Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas Kesehatan lingkup kesekretariatan.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretariat mempunyai fungsi :
a. Perencanaan penyusunan rencana kegiatan kesektariatan.
b. Pelaksanaan pelayanan administrasi kesektariatan Dinas yang meliputi administrasi umum dan kepegawaian, program dan keuangan.
c. Pelaksanaan, pengkoordinasian, penyusunan, perencanaan, evaluasi dan pelaporan kegiatan Dinas.
d. Penyusunan petunjuk pelaksanaan teknis dan standar operasional (SOP) di lingkungan kesekretariatan.
e. Pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas bidang.
f. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan kesektariatan.
A.Sub Bagian Umum
1) Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi Umum.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub Bagian Umum mempunyai fungsi :
b. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan naskah dinas, penataan kearsipan Dinas, penyelenggaraan keprotokolan, perlengkapan dan administrasi perjalanan dinas.
c. Evaluasi dan pelaporan lingkup administrasi umum. B.Sub Bagian Keuangan
1) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup keuangan.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program serta penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan.
b. Pelaksanaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana. Penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan dan pengelolaan dan anggaran. Koordinasi pengolahan dan pengendalian keuangan serta penyusunan laporan keuangan Dinas. c. Pelaporan lingkup kegiatan administrasi keuangan.
C.Sub Bagian Kepegawaian
1) Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas pokok melaksanaan sebagian tugas Sekretariat dinas lingkup administrasi kepegawaian. 2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat
13
a. Penyusunan rencana dan program lingkup lingkup penyusunan program farmasi, evaluasi program kesehatan serta data dan informasi program kesehatan;
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup penyusunan program kesehatan serta evaluasi program kesehatan serta data dan informasi program kesehatan;
c. Pelaksanaan lingkup penyusunan program kesehatan, evaluasi program kesehatan serta data dan informasi program kesehatan; dan
d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup penyusunan program kesehatan, evaluasi program kesehatan serta data dan informasi program kesehatan.
3. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan
1) Bidang Bina Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup Bina Pelayanan Kesehatan.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan mempunyai fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program lingkup pelayanan kesehatan dasar , pelayanan kesehatan rujukan dan pelayanan kesehatan khusus.
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan pelayanan kesehatan khusus.
d. Pengkajian rekomendasi dan pemantauan penyelenggaraan lingkup pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan pelayanan kesehatan khusus.
e. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup pelayanan kesehatan rujukan dan pelayanan kesehatan khusus.
A.Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar
1) Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan Bidang Bina Pelayanan Kesehatan lingkup pelayanan kesehatan dasar.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi pelayanan Kesehatan Dasar mempunyai fungsi :
a. Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pelayanan kesehatan dasar.
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pelayanan kesehatan dasar.
c. Penyusunan petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis dan standard operating procedure (SOP) dalam lingkup pelayanan kesehatan dasar.
d. Penyusunan perencanaan dan pengembangan program, pembinaan, pengawasan, pengendalian dan analisis hasil kegiatan pelayanan kesehatan dasar.
15
B.Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
1) Seksi Pelayanan kesehatan Rujukan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bina Pelayanan Kesehatan lingkup pelayanan kesehatan rujukan.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan mempunyai fungsi :
a. Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pelayanan kesehatan rujukan.
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pelayanan kesehatan rujukan.
c. Penyusunan petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis dan standard operating procedure (SOP) dalam lingkup pelayanan kesehatan rujukan.
d. Penyusunan perencanaan dan pengembangan program, pembinaan, pengawasan, pengendalian dan analisis hasil kegiatan pelayanan kesehatan rujukan.
e. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pelayanan kesehatan rujukan.
C.Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus mempunyai fungsi :
a. Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pelayanan kesehatan khusus.
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pelayanan kesehatan khusus.
c. Penyusunan petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis dan standard operating procedure (SOP) dalam lingkup pelayanan kesehatan khusus.
d. Penyusunan perencanaan dan pengembangan program, pembinaan, pengawasan, pengendalian dan analisis hasil kegiatan pelayanan kesehatan khusus.
e. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pelayanan kesehatan khusus.
4. Bidang Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
1) Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
17
a. Perencanaan dan penyusunan program lingkup pencegahan dan pemberantasan penyakit, pemantau penyakit dan penyehatan lingkungan.
b. Pelaksanaan dan penyusunan petunjuk teknis dan bahan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyakit, pemantau penyakit, dan penyehatan lingkungan.
c. Pelaksanaan lingkup pencegahan dan pemberantasan penyakit, pemantau penyakit, dan penyehatan linkungan dan
d. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup, pencegahan dan pemberantasan penyakit, pemantau penyakit, dan penyehatan lingkungan.
A.Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
1) Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit menpunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Penyakit lingkup pencegahan dan pemberantasan penyakit.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimagsud pada ayat (1), Seksi pencegahan dan Pemberantasan Penyakit mempunyai fungsi:
a. Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pencegahan dan pemberantasan penyakit.
c. Pelaksanaan lingkup pencegahan dan pemberantasan penyakit yang meliputi pencegahan dan pemberantasan penyakit meliputi survailans epidemiologi, pengawasan jalur penyebaran penyakit, tindakan karantina, penyuluhan dan pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit.
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pencegahan dan pemberantasan penyakit.
B.Seksi Pemantau Penyakit
1) Seksi Pemantau Penyakit mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian sebagian tugas Bidang Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan lingkup pemantauan penyakit.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Pemantau Penyakit mempunyai fungsi :
a. Pengumpulan dan penganalisaan data longkup pemantau penyakit. b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pematau penyakit. c. Pelaksanaan lingkup pemantau penyakit yang meliputi pelaksanaan
pemantau penyakit, pengamatan dan penyelidikan penyakit dan perilaku penyebaran penyakit serta penelitian wabah penyakit. d. Evauasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pemantau penyakit. C.Seksi Penyehatan Lingkungan
19
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Penyehatan Lingkungan mempunyai fungsi :
a. Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup penyehatan lingkungan.
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penyehatan lingkungan. c. Pelaksanaan lingkup penyehatan lingkungan yang meliputi pembinaan dan pemantauan kesehatan lingkungan tempat umum, sekolah, tempat pengelolaan makanan, air, dan pemukiman, pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan yang dapat berakibat terhadap kesahatan.
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanan lingkup penyehatan lingkungan.
5. Bidang Sumber Daya Kesehatan
1) Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup sumber daya kesehatan.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai fungsi :
a. Penyusunan rencana dan rogram lingkup pendayagunaan tenaga dan sarana kesehatan, promosi kesehatan serta farmasi dan perbekalan kesehatan.
c. Pelaksanaan lingkup pendayagunaan tenaga dan saran kesehatan, promosi kesehatan serta farmasi dan perbekalan kesehatan.
d. Pengkajian rekomendasi, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan lingkup pendayagunaan tenaga dan sarana kesehatan, promosi kesehatan serta farmasi dan perbekalan kesehatan.
e. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup pendayagunaan tenaga dan sarana kesehatan, promosi kesehatan serta farmasi dan perbekalan kesehatan.
A.Seksi Pendayagunaan Tenaga dan Sarana Kesehatan
1) Seksi Pendayagunaan Tenaga dan Sarana Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas Bidang Sumber Daya Kesehatan lingkup pendayagunaan tenaga dan saran kesehatan.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Pendayagunaan Tenaga Kesehatan mempunyai fungsi : a. Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pendayagunaan
tenaga dan sarana kesehatan.
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendayagunaan tenaga dan sarana kesehatan.
21
d. Pelaksan pengawasan dan pengendalian penyenggaraan praktik tenaga kesehatan tertentu dan pedagang besar alat kesehatan (PBAK).
e. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkung pendayagunaan tenaga dan sarana kesehatan.
B.Seksi Promosi Kesehatan
1) Seksi promosi kesehatn mempuyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang sumber daya kesehatan lingkup promosi kesahatan.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagai mana dimaksud pada ayat (1), Seksi Promosi Kesehatan mempuyai fungsi :
a. Pengumpulan dan penganalisan data lingkup promosi kesehatan. b. Penyusunan bahan petunjuk trknis lingkup promosi kesehatan. c. Pelaksanaan lingkup promosi kesehatan yang meliputi
pengembangan metode, teknik dan penyembarluasan informasi kebijakan perilaku hidup bersih dan sehatan (phbs) di tatanan rumah tangga, tempat-tempat umum, institusi pendidikan, tempat kerja dan sarana kesehatan dan promosi kesehatn melalui media radio, telivisi, media cetak, pameran, mobil unit penyuluhan dan kelompak dan diskusi interaktik.
C.Seksi Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
1) Seksi farmasi dan perbekalan kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas di bidang sumber daya kesehatan lingkup farmasi dan perbekalan kesehatan.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagiamana dimadsud pada ayat (1), seksi farmasi dan perbekalan kesehatan mempuyai fungsi :
a. Pengumpulan dan petunjuk penganalisan data lingkup farmasi dan perbekalan kesehatan.
b. Penyusunaan bahan petunjuk teknis lingkup farmasi dan perbekalan kesehatan.
c. Pelaksanaan lingkup farmasi dan perbekalan kesehatan yang meliputi penyedian dan pengelolaan obat pelayanan kesehatan dasar. Alat kesehatan, reagensia dan vaksin. Manajemen pengelolaan kefarmasian. Kosmetik, obat, obat tradisional, makanan minuman, suplemen, dan alat kesehatan yang di selenggaraan oleh swasta, pemerintah masyarakat serta pengawasan dan pengendalian peredaran obat yang mengandung bahan narkotika atau bahan berbahaya.
d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kefarmasian dan perbekalan kesehatan.
23
6. Sub Dinas Bina Program Kesehatan
1) Bidang bina program kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanaan sebagian tugas dinas lingkup bina program kesehatan.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Bina Program Kesehatan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana dan program lingkup penyusunan program farmasi, evaluasi program kesehatan serta data dan informasi program kesehatan;
b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup penyusunan program kesehatan serta evaluasi program kesehatan serta data dan informasi program kesehatan;
c. Pelaksanaan lingkup penyusunan program kesehatan, evaluasi program kesehatan serta data dan informasi program kesehatan; dan d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup penyusunan
program kesehatan, evaluasi program kesehatan serta data dan informasi program kesehatan.
A.Seksi Penyususnan Program Kesehatan
1) Seksi Penyusunan Program Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanaan sebagian tugas bidang bina program kesehatan lingkup Penyusunan Program Kesehatan.
a. Pengumpulan dan penganalisaan data, bahan penyusunan program sehatan kota;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Penyusunan Program Kesehatan;
c. Pelaksanaan lingkup Penyusunan Program Kesehatan yang meliputi survey, penelitian kajian kebijakan dan program kesehatan pemerintah, penelitian dan peengembangan program kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatansebagai vahan perumusan kebijakan kesehatan kota, koordinasi dan advokasi program kesehatandan fasiitas kerjasama luar negeri; dan
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup penyusunan program kesehatan.
B.Seksi Evaluasi dan Pelaporan
1) Seksi Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok melaksanaan sebagian tugas dinas lingkup bina program kesehatan
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidang Bina Program Kesehatan lingkup Evaluasi dan Pelaporan mempunyai fungsi:
a. Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup evaluasi program kesehatan;
25
c. Pelaksanaan lingkup Penyusunan Program Kesehatan yang meliputi monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program kerja pelayanan kesehatan, perumusan dan analisa standar pelaporan kesehatan sebagai alat evaluasi kinerja pelayanan kesehatan, koordinasi penyusunan laporan pertanggungjawaban (akuntabilitas) kinerja satuan unit organisasi Dinas; dan
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup evaluasi program kesehatan.
C.Seksi Data dan Informasi Program Kesehatan
1) Seksi data dan informasi program kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanaan sebagian tugas bidang bina program kesehatan lingkup data dan informasi program kesehatan.
2) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi data dan informasi program kesehatan mempunyai fungsi: a. Pengumpulan dan penganalisaan data, lingkup data dan informasi
program kesehatan;
b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup data dan informasi program kesehatan;
kesehatan, penyediaan informasi kesehatan serta pengembangan dan pengelolaan sistem informasi kesehatan; dan
d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup data dan informasi program kesehatan.
2.4 Aspek Kegiatan Dinas Kesehatan Kota Bandung
Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung guna untuk mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat tanpa memperhatikan status sosial dan tingkat ekonomi masyarakat dengan mengedepankan pemerataan bagi seluruh lapisan masyarakat dan pelaksanaan pembangunan kesehatan yang harus sesuai peraturan yang berlaku, juga memiliki azas manfaat khususnya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kota Bandung adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan.
2. Pengadaan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD).
3. Peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan 4. Penunjang operasi katarak masal
5. Penanggulangan gizi buruk
6. Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. 7. Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat
27
10.Penyemprotan/Fogging Sarang Nyamuk
11.Pelayanan Pencegahan Penanggulangan Penyakit Menular 12.Peningkatan Imunisasi
13.Peningkatan Surveilance Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah 14.Penyusunan Standar Pelayanan Kesehatan
15.Evaluasi Pengembangan Standarisasi Pelayanan Kesehatan
16.Pembangunan dan Pemutakhiran Data Dasar Standar Pelayanan Kesehatan 17.Pembangunan Puskesmas
18.Pengadaan sarana dan prasarana Puskesmas
19.Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana puskesmas 20.Rehabilitasi Puskesmas
21.Kemitraan Pengobatan Lanjutan bagi Pasien Rujukan 22.Pelayanan pemeliharaan kesehatan
23.Pengawasan dan Pengendalian Keamanan dan Kesehatan makanan Restaurant.
24.Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik 25.Penyediaan jasa administrasi keuangan
26.Penyediaan jasa kebersihan kantor
27.Penyediaan barang cetakan dan penggandaan 28.Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor
29.Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan
31.Pengadaan kendaraan dinas operasional 32.Pemeliharaan rutin/ berkala gedung kantor
29
BAB III
PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan kerja praktek penulis ditempatkan pada Sub Bagian
Keuangan Dinas Kesehatan Kota Bandung mempunyai tugas untuk melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan, melaksanakan perbendaharaan keuangan serta melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian keuangan
Dalam pelaksanaan kerja praktek tersebut penulis diberikan pengarahan dan
bimbingan mengenai kegiatan perusahaan khususnya pada bidang keuangan yang
bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai Mekanisme Pencairan Dana Uang Persediaan pada Dinas Kesehatan Kota Bandung. Pelaksanaan kuliah kerja praktek pada bagian keuangan ini dibimbing oleh Ibu Melie Pramelia SE, serta staff Dinas Kesehatan Kota Bandung. Berikut ini adalah beberapa kajian teori yang berhubungan dengan proses pelaksanaan Kerja Praktek.
3.1.1 Mekanisme
Menurut Poerwadarminta (2003:757) menyatakan bahwa
“Mekanisme adalah seluk beluk atau cara kerja suatu alat (perkakas) dan
sebagainya. Secara umum mekanisme adalah mengetahui bagimana cara menggunakan suatu alat sehingga kita tahu sampai dimana kemampuan suatu alat
tersebut bekerja.”
Selanjutnya Moenir (2001:53) menjelaskan bahwa
”Mekanisme merupakan suatu rangkaian kerja sebuah alat untuk
menyelesaikan sebuah masalah yang berhubungan dengan proses kerja untuk
mengurangi kegagalan sehingga menghasilkan hasil yang maksimal.”
Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa mekanisme adalah cara kerja suatu alat dalam sebuah badan atau organisasi yang saling berhubungan untuk menghasilkan yang maksimal sehinga tercapai sebuah tujuan yang telah di tetapkan oleh suatu organisasi.
3.1.2 Uang Persediaan
Terminologi uang persediaan tersebut telah melewati beberapa kali perubahan nama dan besaran jumlah. Sejak diperkenalkan pertama kali dengan nama Uang Untuk DiPertanggungjawabkan (UUDP), kemudian mengalami perubahan menjadi Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD) pada tahun 1990, dan terakhir pada tahun 2005 menjadi Uang Persediaan (UP) yang dikenal sekarang ini.
31
pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.
Definisi ini merupakan implikasi dari dipilihnya sistem UYHD, sebuah sistem yang mengadopsi sistem Imprest Fund dalam pengelolaan kas kecil. Dengan sistem tersebut, bendahara sebagai pengelola kas diberikan uang muka kerja pada besaran tertentu, untuk kemudian dipakai untuk membiayai kegiatan SKPD, dan jika jumlah telah berkurang sampai batas tertentu dapat dimintakan penggantian sehingga jumlah uang akan kembali pada nilai semula.
3.1.2.1Karakteristik Uang Persediaan
Menurut Permendagri No.13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah uang persediaan (UP) adalah istilah baru yang muncul. UP merupakan uang kas yang ada di tangan bendahara pengeluaran, dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Hanya diberikan sekali dalam satu tahun anggaran; 2. Diberikan pada awal tahun anggaran;
3. Merupakan jumlah maksimal uang yang dipegang oleh bendahara pengeluaran;
4. Untuk digunakan dalam melaksanakan pembayaran kegiatan-kegiatan yang bersifat swakelola;
5. Bersifat revolving (adanya pengisian kembali jika telah terpakai); dan 6. Besarannya tergantung pada “kebijakan daerah” (biasanya dinyatakan
3.1.2.2Ketentuan Uang Persediaan
Berdasarkan Perwal Bandung No 542 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah besaran uang persediaan diatur sebagai berikut :
a) Penetapan pemberian uang persediaan harus berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah.
b) Setinggi-tingginya 1/12 (seperduabelas) dari pagu anggaran belanja langsung setelah dikurangi belanja pegawai, dan belanja LS untuk keperluan yang bersifat tetap dan kegiatan yang segera akan dilaksanakan sesuai kebutuhan.
c) Uang persediaan diberikan sekali dalam setahun;
d) Untuk keperluan pengeluaran sehari-hari pada jenis belanja barang dan jasa yang harus dipertanggungjawabkan oleh bendahara.
e) Belum membebani kode rekening anggaran yang tersedia dalam DPA-SKPD.
f) Pengisian kembali uang persediaan hanya dapat dilakukan apabila telah dipergunakan sekurang-kurangnya 75% dari UP yang diterima, dengan mengajukan SPP-GU dilampiri dengan Surat Pertanggungjawaban Belanja (SPTJB).
3.1.2.3Penggunaan Uang Persediaan
33
a) Belanja barang (akun belanja 52), b) Belanja lain-lain (akun belanja 58),
c) Belanja modal (akun belanja 53) untuk honor tim, ATK, perjalanan dinas, biaya pengumuman lelang, pengurusan surat perijinan, pengeluaran lain yang tidak dapat melalui LS dalam rangka perolehan aset.
3.1.2.4Prinsip Pembayaran Uang Persediaan
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menjelaskan mengenai prinsip pembayaran uang persediaan adalah sebagai berikut :
1. Pembayaran melalui UP merupakan pembayaran untuk keperluan operasional kantor yang disediakan sehari-hari dalam jumlah yang relatif kecil dan tidak direncanakan (contoh : keperluan konsumsi rapat, penggandaan dokumen, biaya perjalanan dinas).
2. UP bersifat petty cash, yaitu uang persediaan dalam jumlah tertentu yang tersedia untuk pembayaran yang relatif kecil (maksimal Rp 20 juta per bukti pengeluaran).
3. Mengingat pada saat pencairan dana UP belum ada prestasi barang/jasa yang diterima negara, maka UP yang berada di Bendahara masih belum menjadi pengeluaran negara (transito).
4. Atas prinsip tersebut di atas, besaran UP perlu dibatasi dengan alasan :
Meminimalkan cash idle untuk pengelolaan kas yang sehat;
Mendorong KPA/Satker melakukan perencanaan dan manajemen keuangan yang baik.
3.2 Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek
Pada saat melaksanakan Kerja Praktek pada bagian Sub Bagian Keuangan di Dinas Kesehatan Kota Bandung selama satu bulan mulai tanggal 9 Juli sampai dengan 9 Agustus 2013 penulis melakukan kegiatan seperti :
1. Menginput data dari bukti penerimaan kas pehari dari puskesmas ke dalam program SIMDA.
2. Mencatat data pengeluaran kas.
3. Menduplikat (fotocopy) dokumen serta mengarsipkan dokumen tentang pengeluaran kas.
3.2.1 Mekanisme Pencairan Dana Uang Persediaan (UP)
Mekanisme pencairan dana uang persediaan di Dinas Kesehatan Kota Bandung dengan keterangan sebagai berikut:
1. Pada permulaan tahun setelah penetapan anggaran kas ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah, SPD disiapkan oleh Kuasa Bendahara Umum Daerah (BUD) sebagai dasar jumlah yang diminta dalam pencairan dana UP.
35
Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD), dan Bendahara pengeluaran mencatat penerbitan SPP- UP ke dalam Register SPP-UP. 3. Apabila dokumen SPP-UP beserta kelengkapannya sudah benar maka
PPK-SKPD membuat konsep SPM-UP untuk diajukan ke Pengguna Anggaran (PA).
4. PA setelah meneliti kemudian mengesahkan SPM-UP dengan menandatangani SPM-UP tersebut dan mencatat penerbitan SPM-UP ke dalam Register SPM-UP.
5. Kemudian dokumen SPM-UP diberikan kepada Kuasa BUD, lalu Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM-UP yang diajukan oleh PA. Jika dokumen SPM-UP dinyatakan lengkap kemudian Kuasa BUD menyiapkan SP2D-UP untuk diterbitkan SP2D-UP yang dicatat dalam Register SP2D-UP.
6. Dokumen SP2D-UP diberikan kepada Bendahara Pengeluaran beserta uang yang ditransfer ke rekening bank Bendahara Pengeluaran sesuai jumlah yang dicantumkan dalam SPM-UP.
7. Setelah dana UP cair, Pejabat Pengelola Teknis Kegiatan (PPTK) mengajukan permohonan dana dengan mengisi Nota Pencairan Dana (NPD) untuk melaksanakan kegiatan kantor kepada Pengguna Anggaran. 8. Berdasarkan NPD tersebut, PA memberikan memo persetujuan kepada
9. Dalam proses pelaksanaan kegiatan, PPTK wajib mengarsipkan dokumen-dokumen yang terkait dengan pengeluaran dana untuk kegiatan tersebut. Selanjutnya PPTK memberikan dokumen-dokumen tersebut kepada Bendahara Pengeluaran sebagai dasar dalam melakukan pertanggungjawaban belanja.
10.Kemudian Bendahara Pengeluaran melakukan verifikasi terhadap
kebenaran dokumen yang diberikan oleh PPTK
.
Jika dikatakan telahlengkap dan benar kemudianBendahara Pengeluaran untuk membuat Surat Pertanggungjawaban (SPJ) atas penggunaan uang persediaan.
3.2.2 Dokumen – Dokumen yang digunakan dalam Pencairan Dana Uang Persediaan
Pada umumnya dokumen yang digunakan untuk pencairan dana uang persediaan adalah
1. Surat Penyediaan Dana (SPD)
SPD adalah Surat Penyediaan Dana, yang digunakan untuk menyediakan dana bagi tiap-tiap SKPD dalam waktu tertentu. Informasi dalam SPD menunjukkan secara jelas alokasi tiap kegiatan dan dibuat oleh BUD (Bendahara Umum Daerah) dalam rangka manajemen kas daerah.
2. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
37
SPP Uang Persediaan (SPP-UP)
Dipergunakan untuk mengisi uang persediaan (UP) tiap-tiap SKPD. Pengajuan SPP-UP hanya dilakukan sekali dalam setahun, selanjutnya untuk mengisi saldo uang persediaan akan menggunakan SPP-GU. SPP Ganti Uang (SPP-GU)
Dipergunakan untuk mengganti pengganti uang persediaan yang telah digunakan dapat dilaksanakan apabila dana UP yang ada telah dipergunakan sekurang-kurangnya 50% sampai dengan 75% dari dana UP yang diterima.
SPP Tambahan Uang (SPP-TU)
Dipergunakan hanya untuk memintakan tambahan uang, apabila terjadi pengeluaran yang sedemikian rupa sehingga saldo UP tidak akan cukup untuk membiayainya. Jumlah dana yang dimintakan dalam SPP-TU ini harus dipertanggungjawabkan tersendiri dan bila tidak habis, harus disetorkan kembali.
SPP Langsung (SPP-LS)
Dipergunakan untuk pembayaran langsung kepada pihak ketiga dengan jumlah yang telah ditetapkan.
SPP-LS dikelompokkan menjadi:
SPP-LS Gaji dan Tunjangan
SPP-LS Barang dan Jasa
3. Surat Permintaan Membayar (SPM)
Sebagai tahap lanjutan, SPM juga dibedakan menjadi 4 (empat) sesuai dengan jenis SPPnya, yaitu SPM-UP, SPM-GU, SPM-TU, dan SPM-LS. SPM dapat diterbitkan jika:
Pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang tersedia. Didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Waktu pelaksanaan penerbitan SPM:
Diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari sejak SPP diterima
Apabila ditolak, dikembalikan paling lambat 1 (satu) hari sejak diterima SPP
4. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
SP2D adalah surat yang dipergunakan untuk mencairkan dana melalui bank yang ditunjuk setelah SPM diterima oleh BUD. SP2D sifatnya spesifik, artinya satu SP2D hanya dibuat untuk satu SPM saja.
SP2D dapat diterbitkan jika:
Pengeluaran yang diminta tidak melebihi anggaran yang tersedia. Didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai peraturan perundangan. Waktu pelaksanaan penerbitan SP2D:
Diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPM diterima.
39
5. Nota Permintaan Dana (NPD)
Nota Permintaan Dana (NPD) adalah nota yang digunakan untuk mencairkan dana melalui bendahara pengeluaran atau bendahara pengeluaran pembantu. Pada mekanisme ini tidak terdapat surat pertanggungjawaban (SPJ), tetapi hanya menunjukkan nota atau kwitansi sebagai bukti pertanggungjawaban.
6. Surat Pertanggungjawaban (SPJ)
Bendahara pengeluaran secara administratif wajib untuk mempertanggungjawabkan penggunaan uang persediaan/ganti uang persediaan/tambah uang persediaan (UP/GU/TU) kepada kepala SKPD melalui PPK-SKPD paling lambat 10 bulan berikutnya.
3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
3.3.1 Analisis Mekanisme Pencairan Dana Uang Persediaan
Mekanisme pencairan dana uang persediaan pada Dinas Kesehatan Kota Bandung yang digunakan sudah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan. Namun dalam pelaksanaannya, pencairan dana uang persediaan terlambat dari waktu yang telah ditetapkan sehingga menyebabkan terlambatnya pelaksanaan kegiatan operasional kantor sehari-hari.
3.3.2 Analisis Dokumen yang digunakan dalam Mekanisme Pencairan Dana Uang Persediaan
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam pencairan dana uang persediaan pada Dinas Kesehatan Kota Bandunng yaitu Surat Penyediaan Dana (SPD), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Permintaan Membayar (SPM), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), Nota Permintaan Dana (NPD) dan Surat Pertanggungjawaban (SPJ).
Dokumen yang digunakan dalam mekanisme pencairan dana uang persediaan sudah sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat terlambatnya pembuatan dokumen SPJ yang disebabkan oleh PPTK yang terlambat memberikan bukti pengeluaran atas pelaksanaan belanja uang persediaan
41
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Dinas Kesehatan Kota Bandung mengenai mekanisme pencairan dana uang persediaan pada instansi ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Mekanisme pencairan dana uang persediaan pada Dinas Kesehatan Kota Bandung yang digunakan sudah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan. Namun dalam pelaksanaannya pencairan dana uang persediaan terlambat dari waktu yang telah ditetapkan sehingga menyebabkan terlambatnya pelaksanaan kegiatan operasional kantor sehari-hari.
2. Dokumen yang digunakan dalam mekanisme pencairan dana uang persediaan sudah sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat terlambatnya pembuatan dokumen SPJ yang disebabkan oleh PPTK yang
terlambat memberikan bukti pengeluaran atas pelaksanaan belanja uang
4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Dinas Kesehatan Kota Bandung penulis memberikan saran-saran yang berhubungan dengan mekanisme pencairan dana uang persediaan sebagai berikut:
ebagai berikut :
1. Agar waktu pencairan tidak terlambat, untuk itu Pemerintah Kota Bandung harus lebih mengupayakan agar ketepatan waktu dalam penetapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD) lebih diprioritaskan selesai sebelum awal tahun agar kegiatan operasional kantor dapat berjalan dengan baik 2. Agar dalam pembuatan SPJ yang dibuat oleh Bendahara Pengeluaran tepat