PEMBUATAN ADSORBEN MINYAK DARI LIMBAH
LATEKS DENGAN PENGISI PELEPAH PISANG
SKRIPSI
Oleh
ISMAIL FAHMI HSB
080405064
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
PEMBUATAN ADSORBEN MINYAK DARI LIMBAH
LATEKS DENGAN PENGISI PELEPAH PISANG
SKRIPSI
Oleh
ISMAIL FAHMI HSB
080405064
SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:
PEMBUATAN ADSORBEN MINYAK DARI LIMBAH LATEKS
DENGAN PENGISI PELEPAH PISANG
Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini
adalah hasil karya saya kecuali kutipan – kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan ini diperbuat, apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ini
bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan aturan yang berlaku.
Medan, 16 Juli 2014
Ismail Fahmi Hsb
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
PEMBUATAN ADSORBEN MINYAK DARI LIMBAH
LATEKS DENGAN PENGISI PELEPAH PISANG
dibuat untuk melengkapi persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Departemen
Teknki Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini telah diujikan
pada sidang ujian skripsi pada (16 Juli 2014) dan dinyatakan memenuhi syarat/sah
sebagai skripsi pada Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara
Mengetahui, Medan, Juli 2014
Koordinator Skripsi Dosen Pembimbing
Ir. Renita Manurung, MT Dr. Ir. Hamidah Harahap, M.Sc NIP : 19681214 199702 002 NIP : 19671029 199501 2 001
Dosen Penguji I Dosen Penguji II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini merupakan Skripsi
dengan judul “Pembuatan Adsorben Minyak dari Limbah Lateks dengan Pengisi Pelepah Pisang”, berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada dunia industri
tentang pemanfaatan limbah lateks dan pelepah pisang yang dapat diolah lebih lanjut
untuk dijadikan adsorben minyak sehingga dapat menambah nilai ekonomisnya.
Sedangkan karya ilmiah yang telah diterima untuk terbit pada Jurnal Teknik Kimia
USU dengan judul “Pemanfaatan Limbah Lateks Karet Alam Berpengisi Bubuk Pelepah Pisang Sebagai Adsorben Minyak”.
Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Hamidah Harahap, M.Sc yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Mhd. Turmuzi, MS selaku Dosen Penguji I yang telah
banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Halimatuddahliana, MSc selaku Dosen Penguji II yang telah
banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Eng. Ir. Irvan, M.Si sebagai Ketua Departemen Teknik Kimia
USU.
5. Ibu Ir. Renita Manurung, MT sebagai Koordinator Skripsi dan Dosen
6. Edward Tandy atas waktu, kerjasama, motivasi, dukungan dan segala
pertolongan yang diberikan selama melakukan penelitian dan penulisan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Juli 2014
Penulis,
DEDIKASI
Penulis mendedikasikan skripsi ini kepada :
1. Orang tua penulis, Melawat Hsb dan Nismahwaty Smtp.
2. Saudara-saudara penulis, Yusuf Mawisya Hsb S.Ag, Ahmad Zabidi Hsb ST,
Melda Nismayanti Hsb S.pd, dan adikku Nurul Ramadhani Hsb.
3. Seluruh sahabat, teman-teman, adik-adik, dan abang/kakak sesama mahasiwa
Departemen Teknik Kimia terutama angkatan 2008, khususnya Syahrinal
Anggi Daulay, Akhmad Nadji, Fachry Wirathama, Eka Roy Jayanto, Hendry
Simanjuntak, Frendis Agustinus Pandjaitan, dan Rudi Anas Hutahahean, yang
memberikan banyak dukungan dan semangat kepada penulis selama berada di
Teknik Kimia USU.
4. Seluruh Dosen/Staf Pengajar Departemen Teknik Kimia yang telah
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Ismail Fahmi Hasibuan
NIM : 080405064
Tempat/tgl lahir : Medan, 6 Januari 1990
Nama orang tua :
1. Ayah : Melawat Saridin Hasibuan
2. Ibu : Nismahwaty Simatupang
Alamat orang tua :
Jl S.M.Raja Km 5,3 no 14 Medan
Asal sekolah :
1. SD Negeri 060827 Medan tahun 1996 – 2002 2. SMP Negeri 23 Medan tahun 2002 – 2005 3. SMA Negeri 21 Medan tahun 2005 – 2008 Pengalaman organisasi / kerja :
1. CSG periode 2010-2011 sebagai Anggota Bidang Dakwah
2. HIMATEK periode 2011-2012 sebagai Koordinator Bidang Sosial dan
Kerohanian
Artikel yang telah dipublikasi dalam Jurnal :
1. Jurnal Teknik Kimia USU, Article in Press (2011) dengan judul
”Pemanfaatan Limbah Lateks Karet Alam Berpengisi Bubuk Pelepah
ABSTRAK
Limbah lateks karet alam dan pelepah pisang yang biasanya dibuang menjadi bahan
tidak berguna dapat menyebabkan masalah lingkungan. Salah satu cara mengurangi
masalah lingkungan ini dengan memanfaatkan limbah lateks karet alam dan pelepah
pisang sebagai adsorben minyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bilangan
Iodin adsorben, kemampuan adsorpsi minyak, membandingkan karakteristik
adsorben dengan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich, dan
mengetahui pengaruh jumlah pengisi pelepah pisang terhadap daya adsorpsi minyak.
Metode penelitian ini meliputi pembuatan adsorben dari limbah lateks berpengisi
pelepah pisang dengan variasi jumlah pengisi pelepah pisang (b/b) 0%, 10%, dan
20%, dengan analisa bilangan iodin serta analisa daya adsorpsi adsorben dengan
variasi waktu kontak 15 – 120 menit dan selang waktu 15 menit, sedangkan variasi waktu kontak 2, 5, 15, 30 dan 60 menit serta variasi konsentrasi minyak dalam air 2,
4, 6, 8 dan 10 g/100 mL air untuk analisa daya adsorpsi minyak dalam air. Hasil
penelitian menunjukkan bilangan iodin untuk adsorben minyak dari limbah lateks
berpengisi pelepah pisang (b/b) 0 %, 10% dan 20% berturut-turut adalah 130,9918
mg/g; 132,1087 mg/g; dan 136,5767 mg/g. Daya adsorpsi minyak maksimum pada
menit ke-105 sebesar 1,205 g/g untuk adsorben berpengisi pelepah pisang 0%; 1,305
g/g untuk adsorben berpengisi pelepah pisang 10% dan 1,43 g/g adsorben berpengisi
pelepah pisang 20%. Hasil analisa daya adsorpsi minyak dalam air didapat waktu
kontak optimal sebesar 30 menit. Karakteristik adsorpsi minyak dalam air oleh
adsorben minyak dari limbah lateks karet alam berpengisi pelepah pisang (b/b) 0%,
10% dan 20% lebih cocok dengan persamaan isoterm Langmuir. Hasil percobaan
menunjukkan pertambahan jumlah pengisi pelepah pisang meningkatkan daya
adsorpsi maksimum adsorben limbah lateks karet alam.
ABSTRACT
Waste of natural rubber latex and banana leaves are usually discarded into useless
materials can cause environmental problems. One way to reduce these environmental
problems by utilizing the waste of natural rubber latex and banana leaves as
adsorbent of oil. This study aims to determine the iodine number of adsorbent, the
adsorption ability of the oil, comparing the characteristics of the adsorbent with the
Langmuir equation and Freundlich adsorption isotherms, and determine the effect of
the amount of filler banana oil adsorption capacity. Research methods include
making the adsorbent from waste latex banana stem with banana filling number
variation (b / b) 0%, 10%, and 20%, the iodine value analysis as well as analysis of
the variation of adsorption capacity of adsorbent contact time 15-120 minutes and
15-minute intervals, while the variation of contact time 2, 5, 15, 30 and 60 minutes as
well as variations in the concentration of oil in water 2, 4, 6, 8 and 10 g / 100 mL of
water for analysis of oil in water adsorption capacity. The results showed for the
iodine value of the oil adsorbent latex banana stem waste (b / b) 0%, 10% and 20%
respectively 130.9918 mg / g; 132.1087 mg / g; and 136.5767 mg / g. The maximum
oil adsorption capacity at minute 105 of 1.205 g / g for the adsorbent banana stem
0%; 1.305 g / g of adsorbent banana stem for 10% and 1.43 g / g adsorbent banana
berpengisi 20%. Results of analysis of oil in water adsorption capacity obtained
optimum contact time of 30 minutes. Adsorption characteristics of the adsorbent of
oil in water by waste oil from natural rubber latex banana stem (b / b) 0%, 10% and
20% more in tune with Langmuir isotherm equation. The experimental results show
the increase of filler banana increase the maximum adsorption capacity of adsorbent
waste of natural rubber latex.
Keywords: Waste of natural rubber latex, banana stem, adsorption, oil adsorbent,
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
PENGESAHAN ii
PRAKATA iii
DEDIKASI v
RIWAYAT HIDUP PENULIS vi
ABSTRAK vii
1.2 PERUMUSAN MASALAH 2
1.3 TUJUAN PENELITIAN 2
1.4 MANFAAT PENELITIAN 3
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 LATEKS KARET ALAM 5
2.3 BATANG/ PELEPAH PISANG 5
2.4 ADSORPSI 6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12
3.1 LOKASI PENELITIAN 12
3.2 BAHAN DAN PERALATAN 12
3.2.2 Peralatan 12
3.3 Prosedur Penelitian 13
3.3.1 Prosedur Pembuatan Adsorben dari Limbah Lateks Berpengisi
Pelepah Pisang 13
3.3.2 Prosedur Analisa Bilangan Iodin 13
3.3.3 Prosedur Analisa Daya Adsorpsi Adsorben 14
3.4 FLOWCHART 16
3.4.1 Flowchart Pembuatan Adsorben dari Limbah Lateks
Berpengisi Pelepah Pisang 16
3.4.2 Flowchart Analisa Bilangan Iodin 17
3.4.3 Flowchart Analisa Daya Adsorpsi Adsorben 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21
4.1 ANALISA BILANGAN IODIN 21
4.2 DAYA ADSORPSI MINYAK OLEH ADSORBEN 22
4.3 WAKTU OPTIMAL YANG DIPERLUKAN UNTUK
ADSORPSI MINYAK DALAM AIR OLEH ADSORBEN 23
4.4 Karakteristik Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben 24
4.4.1 Uji Linearitas Freundlich dan Langmuir Adsorpsi Minyak
dalam Air oleh Adsorben A 24
4.4.2 Uji Linearitas Freundlich dan Langmuir Adsorpsi Minyak
dalam Air oleh Adsorben B 26
4.4.3 Uji Linearitas Freundlich dan Langmuir Adsorpsi Minyak
dalam Air oleh Adsorben C 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 29
5.1 Kesimpulan 29
5.2 Saran 29
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Monomer dari cis–1,4–poliisoprena 4
Gambar 2.2 Struktur Selulosa, Kitin dan Kitosan 10
Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Adsorben dari Limbah Lateks Berpengisi
Pelepah Pisang 16
Gambar 3.2 Flowchart Analisa Bilangan Iodin 17
Gambar 3.3 Flowchart Analisa Daya Adsorpsi Minyak oleh Adsorben 18
Gambar 3.4 Penentuan Waktu Kontak Maksimum 19
Gambar 3.5 Penentuan Daya Adsorpsi Maksimum Minyak Dalam Air oleh
Adsorben 20
Gambar 4.1 Bilangan Iodin terhadap Jenis Adsorben 21
Gambar 4.2 Kurva Hubungan Daya Adsorpsi Minyak oleh Adsorben terhadap
Waktu Kontak (T = 30oC; 2 gram adsorben; tanpa pengadukan) 22
Gambar 4.3 Kurva Hubungan Daya Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben
terhadap Waktu Kontak (T = 30oC; co = 56,2343 g minyak/ L ; 4 g
adsorben; 170 rpm) 23
Gambar 4.4 Kurva Linearitas Freundlich: Hubungan antara Log c terhadap Log q
pada Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben A (T = 30oC; 4 g
adsorben; 170 rpm) 25
Gambar 4.5 Kurva Linearitas Langmuir: Hubungan Antara c terhadap c/q pada
Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben A (T = 30oC; 4 g
adsorben; 170 rpm) 25
Gambar 4.6 Kurva Linearitas Freundlich: Hubungan antara Log c terhadap Log q
pada Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben B (T = 30oC; 4 g
adsorben; 170 rpm) . 26
Gambar 4.7 Kurva Linearitas Langmuir: Hubungan Antara c terhadap c/q pada
Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben B (T = 30oC; 4 g
Gambar 4.8 Kurva Linearitas Freundlich: Hubungan antara Log c terhadap Log q
pada Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben C (T = 30oC; 4 g
adsorben; 170 rpm) 27
Gambar 4.9 Kurva Linearitas Langmuir: Hubungan Antara c terhadap c/q pada
Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben C (T = 30oC; 4 g
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Lateks Segar Dari Kebun dan Karet Kering 5
Tabel 2.2 Komposisi Limbah Lateks Karet Alam 5
Tabel 2.3 Rincian biaya Pembuatan Adsorben Limbah Lateks Karet Alam
DAFTAR LAMPIRAN
LA DATA PERCOBAAN 36
LA.1 Data Percobaan Analisa Bilangan Iodin 36
LA.2 Data Percobaan Adsorpsi Minyak oleh Adsorben 36
LA.3 Data Percobaan Waktu Optimal Adsorpsi Minyak dalam
Air oleh Adsorben 37
LB.4 Data Percobaan Adsorpsi Minyak dalam Air oleh
Adsorben A pada Berbagai Konsentrasi 37
LB.5 Data Percobaan Adsorpsi Minyak dalam Air oleh
Adsorben B pada Berbagai Konsentrasi 37
LB.6 Data Percobaan Adsorpsi Minyak dalam Air oleh
Adsorben C pada Berbagai Konsentrasi 37
LB CONTOH PERHITUNGAN 38
LB.1 Perhitungan Bahan 38
LB.2 Perhitungan Bilangan Iodin 40
LB.3 Perhitungan Daya Adsorpsi Minyak 40
ABSTRAK
Limbah lateks karet alam dan pelepah pisang yang biasanya dibuang menjadi bahan
tidak berguna dapat menyebabkan masalah lingkungan. Salah satu cara mengurangi
masalah lingkungan ini dengan memanfaatkan limbah lateks karet alam dan pelepah
pisang sebagai adsorben minyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bilangan
Iodin adsorben, kemampuan adsorpsi minyak, membandingkan karakteristik
adsorben dengan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich, dan
mengetahui pengaruh jumlah pengisi pelepah pisang terhadap daya adsorpsi minyak.
Metode penelitian ini meliputi pembuatan adsorben dari limbah lateks berpengisi
pelepah pisang dengan variasi jumlah pengisi pelepah pisang (b/b) 0%, 10%, dan
20%, dengan analisa bilangan iodin serta analisa daya adsorpsi adsorben dengan
variasi waktu kontak 15 – 120 menit dan selang waktu 15 menit, sedangkan variasi waktu kontak 2, 5, 15, 30 dan 60 menit serta variasi konsentrasi minyak dalam air 2,
4, 6, 8 dan 10 g/100 mL air untuk analisa daya adsorpsi minyak dalam air. Hasil
penelitian menunjukkan bilangan iodin untuk adsorben minyak dari limbah lateks
berpengisi pelepah pisang (b/b) 0 %, 10% dan 20% berturut-turut adalah 130,9918
mg/g; 132,1087 mg/g; dan 136,5767 mg/g. Daya adsorpsi minyak maksimum pada
menit ke-105 sebesar 1,205 g/g untuk adsorben berpengisi pelepah pisang 0%; 1,305
g/g untuk adsorben berpengisi pelepah pisang 10% dan 1,43 g/g adsorben berpengisi
pelepah pisang 20%. Hasil analisa daya adsorpsi minyak dalam air didapat waktu
kontak optimal sebesar 30 menit. Karakteristik adsorpsi minyak dalam air oleh
adsorben minyak dari limbah lateks karet alam berpengisi pelepah pisang (b/b) 0%,
10% dan 20% lebih cocok dengan persamaan isoterm Langmuir. Hasil percobaan
menunjukkan pertambahan jumlah pengisi pelepah pisang meningkatkan daya
adsorpsi maksimum adsorben limbah lateks karet alam.
ABSTRACT
Waste of natural rubber latex and banana leaves are usually discarded into useless
materials can cause environmental problems. One way to reduce these environmental
problems by utilizing the waste of natural rubber latex and banana leaves as
adsorbent of oil. This study aims to determine the iodine number of adsorbent, the
adsorption ability of the oil, comparing the characteristics of the adsorbent with the
Langmuir equation and Freundlich adsorption isotherms, and determine the effect of
the amount of filler banana oil adsorption capacity. Research methods include
making the adsorbent from waste latex banana stem with banana filling number
variation (b / b) 0%, 10%, and 20%, the iodine value analysis as well as analysis of
the variation of adsorption capacity of adsorbent contact time 15-120 minutes and
15-minute intervals, while the variation of contact time 2, 5, 15, 30 and 60 minutes as
well as variations in the concentration of oil in water 2, 4, 6, 8 and 10 g / 100 mL of
water for analysis of oil in water adsorption capacity. The results showed for the
iodine value of the oil adsorbent latex banana stem waste (b / b) 0%, 10% and 20%
respectively 130.9918 mg / g; 132.1087 mg / g; and 136.5767 mg / g. The maximum
oil adsorption capacity at minute 105 of 1.205 g / g for the adsorbent banana stem
0%; 1.305 g / g of adsorbent banana stem for 10% and 1.43 g / g adsorbent banana
berpengisi 20%. Results of analysis of oil in water adsorption capacity obtained
optimum contact time of 30 minutes. Adsorption characteristics of the adsorbent of
oil in water by waste oil from natural rubber latex banana stem (b / b) 0%, 10% and
20% more in tune with Langmuir isotherm equation. The experimental results show
the increase of filler banana increase the maximum adsorption capacity of adsorbent
waste of natural rubber latex.
Keywords: Waste of natural rubber latex, banana stem, adsorption, oil adsorbent,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Industri lateks karet alam merupakan industri yang sudah lama di Indonesia dan
merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang
perekonomian Negara. Indonesia merupakan sebuah negara penghasil produk lateks
karet alam dunia seperti sarung tangan. Adapun produk-produk yang dihasilkan dari
lateks karet alam antara lain pita berpelekat, balon, pembalut luka elastis, pakaian
dalam, busa spring bed, kondom dan lain – lain [1].
Kebanyakan produk lateks karet alam diolah dengan menggunakan
pra-vulkanisasi lateks. Ini berarti lateks harus di pre-cured sebelum diolah. Metode
konvensional melibatkan pencampuran langsung lateks karet alam dengan bahan
aditif seperti sulfur, akselerator, aktivator, stabilizer dan anti oksidan, dan kemudian
dimatangkan dengan memanaskan campuran dengan temperatur yang sesuai selama
waktu tertentu. Bahan yang dihasilkan dinamakan pra-vulkanisasi lateks karet alam
yang akan digunakan untuk membuat produk lateks karet alam. Metode ini
menghasilkan banyak limbah lateks yang cukup banyak. Limbah lateks ini terbentuk
ketika lateks pra-vulkanisasi mengalami overcured sewaktu penyimpanan ataupun
pemrosesan. Lateks overcured ini biasanya dibuang dan menjadi limbah karena
produk yang dibentuk dengan lateks ini biasanya mempunyai sifat-sifat yang buruk
[2].
Adapun beberapa metode untuk menanggulangi limbah lateks karet alam ini,
diantaranya adalah memanfaatkannya sebagai adsorben minyak. Menurut Ismail [3],
penggunaan berbagai limbah karet dapat dijadikan adsorben minyak yang mampu
membersihkan tumpahan minyak di tanah dan dapat mengadsorpsi 5 kali dari
beratnya. Kemudian partikel karet ban bekas memiliki kemampuan adsorpsi sebesar
0,84 g/g untuk minyak pelumas dan 0,87 g/g untuk minyak jelantah [4].
Menurut salah satu produk Enretech mengatakan bahwa selulosa murni dapat
menyerap minyak di dalam air. Selulosa ini dapat dibiodegradasi dan diproduksi dari
limbah pertanian. Selulosa ini mempunyai sifat oleofilik dan sangat cocok digunakan
air sebanyak 19 kali beratnya [5]. Saat ini, limbah pertanian yang mengandung
selulosa merupakan pilihan yang sangat menjanjikan untuk membuat adsorben
seperti karbon aktif [6].
Sehingga untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi dari limbah lateks ini, maka
limbah lateks ini akan dicampur dengan limbah pertanian yaitu batang atau pelepah
pisang. Adapun komponen utama dalam serat batang pisang mengandung 5% lignin,
63% selulosa dan 20% hemiselulosa [7]. Menurut penelitian Husin dan Rosnelly [8],
limbah dari pisang baik dari kulit, daun, dan batang pisang dapat dijadikan sebagai
karbon aktif.
Atas pemikiran inilah, peneliti memanfaatkan limbah lateks dengan pengisi
pelepah pisang sebagai adsorben minyak. Diharapkan penelitian ini mampu
meningkatkan nilai ekonomis dari limbah lateks dan pelepah pisang yang kurang
dimanfaatkan dan menjaga keseimbangan ekosistem.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mendapatkan nilai
bilangan iodin adsorben yang optimum dan kemampuan daya adsorpsi limbah lateks
karet alam berpengisi bubuk pelepah pisang dengan variasi komposisi pelepah pisang
terhadap minyak dan minyak dalam air serta membandingkan karakteristik adsorben
dengan persamaan isoterm adsorpsi langmuir dan isoterm adsorpsi freundlich.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui bilangan Iodin adsorben dari limbah lateks karet alam berpengisi
pelepah pisang.
2. Mengetahui kemampuan adsorpsi minyak oleh adsorben
3. Membandingkan karakteristik adsorben dengan persamaan isoterm adsorpsi
Langmuir dan isoterm adsorpsi Freundlich.
4. Mengetahui pengaruh jumlah pengisi pelepah pisang terhadap daya adsorpsi
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan informasi karakteristik adsorpsi adsorben minyak dari limbah
lateks karet alam berpengisi pelepah pisang.
2. Meningkatkan nilai ekonomis limbah lateks karet alam dan pelepah pisang.
3. Memberikan peluang para peneliti dalam mencari sumber-sumber adsorben
terbaru untuk mengadsorpsi minyak.
4. Mengatasi masalah limbah lateks karet alam dan pelepah pisang yang
dibuang begitu saja.
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan adsorben ini adalah limbah lateks
karet alam dan pelepah (batang) pisang.
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Tetap :
Ukuran adsorben : 1-3 mm
Kecepatan pengadukan : 170 rpm
Massa adsorben : 2 dan 4 gram
2. Variabel Berubah:
Jumlah pelepah pisang dalam adsorben (b/b) : 0, 10 dan 20%
Waktu kontak adsorpsi minyak : 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105 dan 120 menit
Waktu kontak adsorpsi minyak dalam air : 2, 5, 15, 30 dan 60 menit
Analisa yang diuji adalah bilangan iodin, daya adsorpsi minyak terhadap
adsorben, dan daya adsorpsi minyak dalam air terhadap adsorben. Adapun
karakteristik adsorpsi adsorben minyak juga dibandingkan berdasarkan persamaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LATEKS KARET ALAM
Karet alam dihasilkan dari tanaman karet Hevea brasiliensis. Untuk
mendapatkan karet alam, dilakukan penyadapan terhadap batang pohon tanaman
karet hingga dihasilkan getah kekuning-kuningan yang disebut dengan lateks. Lateks
merupakan cairan atau sitoplasma yang berisi ± 30% partikel karet [9].
Lateks adalah getah kental, miribanyak tumbuhan dan membeku ketika terkena udara
bebas. Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang
terdispersi di dalam air [10]. Di dalam lateks mengandung 25-40% bahan karet
mentah (crude rubber) dan 60-75% serum yang terdiri dari air dan zat yang terlarut.
Bahan karet mentah mengandung 90-95% karet murni, 2-3% protein, 1-2% asam
lemak, 0,2% gula, 0,5% jenis garam dari Na, K, Mg, Cu, Mn, dan Fe. Partikel karet
tersuspensi atau tersebar secara merata dalam serum lateks dengan ukuran 0,04-3,00
mikron dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong [11].
Karet alam mengandung seratus persen cis-1,4-poliisoprena, yang terdiri dari
rantai polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang, seperti yang
diilustrasikan oleh gambar berikut [12].
[
CH2 CCH3
CH2
CH
]
n
Gambar 2.1 Monomer dari cis–1,4–poliisoprena
memiliki ukuran butiran yang lebih besar dari ukuran partikel lateks itu sendiri.
Jadi Sebelum lateks digunakan untuk menghasilkan produk perlu dilakukan
sambung-silang terlebih dahulu. Proses sambung-silang bagi lateks dilakukan dengan
mencampurkan bahan tambahan tertentu kedalam lateks. Bahan tambahan didalam
campuran lateks pada mulanya bahan tambahan ini perlu disediakan dalam bentuk
dispersi supaya dapat disebarkan dengan baik dalam partikel lateks. Berdasarkan
menjadi : bahan pelunak (plasticizer), bahan penstabil (stabilizer), bahan pelumas
(lubricant), bahan pengisi (filler), pewarna (colorant), dsb [13].
Tabel 2.1 Komposisi Lateks Segar Dari Kebun dan Karet Kering [12].
Komponen Komponen dalam
Lateks Segar (%)
Komponen dalam
Lateks Kering (%)
Karet Hidrokarbon 36 92-94
Protein 1,4 2,5-3,5
Karbonhidrat 1,6
Lipida 1,6 2,5-3,2
Persenyawaan Organik
Lain
0,4
Persenyawaan
Anorganik
0,5 0,1-0,5
Air 58,5 0,3-1,0
2.2 LIMBAH LATEKS KARET ALAM
Limbah lateks karet alam yang digunakan pada penelitian ini adalah lateks
overcured yang terbentuk pada saat pra vulkanisasi lateks karet alam dengan metode
konvensional. Metode konvensional ini melibatkan pencampuran langsung lateks
karet alam dengan bahan aditif seperti sulfur, akselerator, aktivator, stabilizer dan
anti oksidan, dan kemudian dimatangkan dengan memanaskan campuran dengan
temperatur yang sesuai selama waktu tertentu. Limbah lateks karet alam ini terjadi
ketika lateks mengalami overcured pada saat penyimpanan ataupun pemrosesan yaitu
saat pra-vulkanisasi biasanya suhu vulkanisasi yang terlalu tinggi dan waktu curing
yang lama. Lateks overcured ini biasanya dibuang dan menjadi limbah karena
produk yang dibentuk dengan lateks ini biasanya mempunyai sifat-sifat yang buruk
Tabel 2.2 Komposisi Limbah Lateks Karet Alam Pravulkanisasi [14]
Bahan Konsentrasi Bahan Komposisi dalam campuran (gr)
2.3 BATANG / PELEPAH PISANG
Tanaman pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman yang multiguna. Selain
dimanfaatkan buahnya, daunnya bisa digunakan sebagai pembungkus, jantungnya
bisa dijadikan sayur, pelepah daunnya bisa digunakan sebagai bahan kerajinan (tas,
topi, tikar, dll. Dari bonggol dan batang pisang yang telah dipanen bisa diambil
patinya (5-10%), kulit dan seresah batang pisang dapat digunakan sebagai bahan
makanan ternak. Daun pisang telah menjadi salah satu produk ekspor Thailand ke
luar negeri antara lain ke Amerika Serikat [15].
Pelepah pisang sering kali disepelekan oleh sebagian besar orang dan dianggap
sebagai limbah dari pohon pisang, ternyata memiliki kandungan serat yang tinggi.
Dalam pelepah pisang tersimpan jutaan serat yang tipis seperti benang. Keberadaan
pelepah pisang yang melimpah dan cenderung menimbulkan polusi lingkungan,
seperti menimbulkan bau tidak sedap, merusak pemandangan, menjadi sarang larva
serangga. Ada beberapa cara yang telah dilakukan dalam pemanfaatan pohon pisang
misalnya batang inti untuk obat luka. Untuk mengoptimalkan kegunaannya, pelepah
pisang diolah menjadi barang yang tidak kalah penting untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia. Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah
penghasil pisang [16].
Batang pisang sebagian berisi air dan serat (selulosa) , disamping mineral,
kalium, fosfor, dan lain-lain. Komposisi kimia batang pisang dipengaruhi oleh
pemupukan, iklim setempat dan ketersediaan air. Serat batang pisang mengandung
63% selulosa, 20% hemiselulosa dan 5% lignin [17].
2.4 ADSORPSI
Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu terhadap zat
tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau
molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap ke dalam.
Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada
permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya gaya ini, padatan cenderung
menarik molekul-molekul yang lain yang bersentuhan dengan permukaan padatan,
baik fasa gas atau fasa larutan ke dalam permukaannya. Akibatnya, konsentrasi
molekul pada permukaan menjadi lebih besar dari pada dalam fasa gas atau zat
terlarut dalam larutan. Adsorpsi dapat terjadi pada antarfasa padat-cair, padat-gas
atau gas-cair. Molekul yang terikat pada bagian antarmuka disebut adsorbat,
sedangkan permukaan yang menyerap molekul-molekul adsorbat disebut adsorben.
Pada adsorpsi, interaksi antara adsorben dengan adsorbat hanya terjadi pada
permukaan adsorben [18].
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah sebagai
berikut:
1. Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang
teradsorpsi. Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan
jumlah dari adsorben.
2. Jenis adsorbat
Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan adsorpsi molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar)
memiliki kemampuan tarik menarik terhadap molekul lain dibdaningkan
molekul yang tidak dapat membentuk dipol (non polar);
Peningkatan berat molekul adsorbat dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi;
3. Konsentrasi Adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak
jumlah substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben.
4. Temperatur
Pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap
adsorben terhadap adsorbat menyebabkan pori-pori adsorben lebih terbuka Pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben sehingga
kemampuan penyerapannya menurun
5. pH
pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi
pada biosorben dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi.
6. Kecepatan pengadukan
Menentukan kecepatan waktu kontak adsorben dan adsorbat. Bila
pengadukan terlalu lambat maka proses adsorpsi berlangsung lambat pula,
tetapi bila pengadukan terlalu cepat kemungkinan struktur adsorben cepat
rusak, sehingga proses adsorpsi kurang optimal
7. Waktu Kontak
Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi maksimum
terjadi pada waktu kesetimbangan.
Pada adsorpsi kimia, molekul-molekul yang teradsorpsi pada permukaan
adsorben bereaksi secara kimia. Hal ini disebabkan pada adsorpsi kimia terjadi
pemutusan dan pembentukan ikatan. Ikatan antara adsorben dengan adsorbat dapat
cukup kuat sehingga spesies aslinya tidak dapat ditemukan kembali. Adsorpsi ini
bersifat irreversibel dan diperlukan energi yang banyak untuk melepaskan kembali
adsorbat (dalam proses adsorpsi). Pada umumnya, dalam adsorpsi kimia jumlah
(kapasitas) adsorpsi bertambah besar dengan naiknya temperatur. Zat yang
teradsorpsi membentuk satu lapisan monomolekuler dan relatif lambat tercapai
kesetimbangan karena dalam adsorpsi kimia melibatkan energi aktivasi. Secara
kualitatif perilaku adsorpsi dapat juga dipandang dari sifat polar ataupun nonpolar
akan cenderung mengadsorpsi kuat adsorbat polar dan lemah terhadap adsorbat
nonpolar, demikian juga sebaliknya. Adsorben polar akan mengadsorpsi kuat zat
terlarut polar dari pelarut nonpolar karena kelarutannya yang rendah dan
mengadsorpsi yang lemah dari pelarut polar karena kelarutannya yang tinggi,
demikian juga sebaliknya [19].
2.5 ADSORBEN
Adsorben merupakan bahan yang sangat berpori, dan adsorpsi berlangsung
terutama pada dinding-dinding pori atau pada letak-letak tertentu di dalam partikel
itu. Karena pori-pori itu biasanya sangat kecil, luas perrmukaan dalam menjadi
beberapa orde besaran lebih besar dari permukaan luar, dan bisa sampai 2.000 m2/gr.
Pemisahan terjadi karena perbedaan bobot molekul atau karena perbedaaan polaritas
menyebabkan sebagian besar molekul melekat pada permukaan itu lebih erat
daripada molekul-molekul lainnya. Dalam kebanyakan hal, komponen yang
diadsorpsi melekat sedemikian kuat sehingga memungkinkan pemisahan komponen
itu secara menyeluruh dari fluida tanpa terlalu banyak adsorbsi terhadap komponen
lain. Regenerasi adsorben dapat dilaksanakan kemudian mendapatkan adsorbat
dalam bentuk terkonsentrasi atau hampir murni [20].
2.5.1 Adsorben Zeolit Alam
Yaitu adsorben yang berasal dari bahan tambang (bahan galian) yang biasanya
digunakan untuk pemurnian minyak, seperti arang aktif, kalsium silikat, tanah liat,
zeolit, lumpur aktif, dan bleaching earth. Adsorben ini dapat digunakan sebagai
penjernih karena menggandung suatu bentonit. Bentonit merupakan sejenis lempung
yang mengandung monmorillonit, maka dari itu daya serap adsorben ini sangat besar
bila dibandingkan dengan adsorben yang berasal dari bahan alami [21].
2.5.2 Adsorben Bahan Alami
Yaitu adsorben yang berasal dari bahan-bahan alami, seperti tumbuh-tumbuhan
dan kayu. Jenis-jenis adsorben ini yang biasanya digunakan dalam pembuatan dan
pemurnian minyak yaitu ampas tebu, kulit kacang tanah, daun nenas, serbuk gergaji,
serabut kelapa, dan jerami. Adsorben ini dapat digunakan sebagai penjernih pada
pemurnian minyak, terutama minyak jelantah karena menggandung selulosa yang
dibandingkan dengan harga adsorben yang berasal dari zeolit alam, harga adsorben
yang berasal dari bahan-bahan alami jauh lebih murah. Hal ini dikarenakan,
umumnya adsorben yang berasal dari bahan-bahan alami adalah sisa dari bahan
(suatu proses) yang tidak memiliki harga ekonomis dan tidak bisa digunakan kembali
untuk suatu proses [22].
Gambar 2.2 Struktur Selulosa
2.5.3 Pengolahan Adsorben
Mengolah adsorben pada prinsipnya adalah membuka pori-pori adsorben agar
menjadi luas yaitu dari luas 2 m2/g menjadi 300-2000 m2/g.Adsorben disusun dari
atom karbon yang terikat secara kovalen dalam kisi heksagonal dimana molekulnya
berbentuk amorf yaitu merupakan plat-plat datar. Konfigurasi molekul berbentuk
plat-plat ini bertumpuk satu sama lain dengan gugus hidrokarbon pada
permukaannya. Dengan menghilangkan hidrogen dan bahan aktif (gugus
hidrokarbon), maka permukaan dan pusat aktif menjadi luas.
Ada dua cara mengaktifkan adsorben yaitu melalui reaksi oksidasi lemah
menggunakan uap air pada suhu 900-1000oC atau dengan cara dehidrasi dengan
menggunakan bahan kimia atau garam-garam CaCl2, ZnCl2, H3PO4, NaOH, Na2SO4
dll. Banyak perusahaan adsorben kini meggabungkan kedua proses tadi. Perendaman
dengan bahan kimia dapat dilakukan sebelum proses karbonisasi yang dilanjutkan
dengan pengaktifan, atau perendaman dilakukan setelah proses karbonisasi kemudian
dilanjutkan dengan pengaktifan. Kunci suksesnya pembuatan arang aktif adalah
penggunaan suhu karbonisasi dan suhu uap air yang tinggi yaitu sekitar 900-1000oC
[22].
2.6 ISOTERM ADSORPSI
Isoterm adsorpsi adalah hubungan kesetimbangan antara konsentrasi dalam
adsorpsi minyak dari air ini, digunakan persamaan isoterm Freundlich dan isoterm
Langmuir. Adapun data kuantitatif yang didapat dari penelitan berupa daya jerap
minyak per gram adsorben (q) dan konsentrasi minyak akhir pada air (c) selama
waktu kontak maksimum ditentukan dengan persamaan isotherm adsorpsi
Freundlich dan persamaan isotherm adsorpsi Langmuir untuk mengetahui
karakteristik adsorpsi minyak oleh adsorben sedangkan daya adsorpsi maksimum
dari adsorben dengan membuat kurva berdasarkan karakteristik yang diperoleh.
Persamaan isoterm Freundlich ini biasanya digunakan untuk adsorpsi dalam
fluida encer dan bersifat multimolekular sedangkan isoterm Langmuir sangat cocok
untuk proses adsorpsi unimolekular. Berikut adalah persamaan isoterm adsorpsi
Freundlich dan Langmuir [23].
Persamaan Isotherm Freundlich:
q = Kf. cn (2.1)
atau log q = log Kf+ n. log c (2.2)
dimana: q = daya jerap (g adsorbat/ g adsorben)
c = konsentrasi adsorbat dalam fluida (air) (g adsorbat/ dm3 fluida)
n dan K (dm3 fluida/ g adsorben) adalah konstanta dan didapat dari
percobaan.
Persamaan Isotherm Langmuir:
q = qo.c
dimana: qo = daya jerap maksimum (g adsorbat/ g adsorben)
q = daya jerap (g adsorbat/ g adsorben)
c = konsentrasi adsorbat dalam fluida (air) (g adsorbat/ dm3 fluida)
K (g adsorbat/ dm3 fluida) adalah konstanta dan didapat dari
2.7ANALISA BIAYA
Dalam penelitian ini, dilakukan suatu analisa biaya dalam pembuatan adsorben
limbah lateks karet alam berpengisi bubuk pelepah pisang. Rincian biaya diberikan
dalam Tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Rincian biaya Pembuatan Adsorben Limbah Lateks Karet alam berpengisi
Bubuk Pelepah Pisang
Bahan dan Peralatan Jumlah Harga (Rp) Biaya Total (Rp)
Pada percobaan pembuatan adsorben limbah lateks karet alam berpengisi bubuk
pelepah pisang diperlukan biaya total Rp 733.981,- dengan rincian yang telah
diperlihatkan pada Tabel 2.3.
Produk yang akan dihasilkan dari Adsorben Limbah Lateks Berpengisi bubuk
Pelepah Pisang yaitu adsorben minyak. Harga pasar produk adsorben dengan bahan
hingga mencapai 19 kali bobotnya [5]. Berdasarkan rincian biaya pembuatan produk
adsorben minyak dari limbah lateks berpengisi pelepah pisang dengan kemampuan
adsorpsi hingga 5 kali bobotnya mampu bersaing dengan produk yang sejenis di
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.2 BAHAN DAN PERALATAN 3.2.1 Bahan
Bahan baku adsorben yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain limbah
lateks karet alam dan pelepah pisang.
Adapun bahan kimia yang digunakan untuk analisa adalah sebagai berikut:
1. Minyak pelumas
2. Air
3. Larutan iodium 0,1 N
4. Larutan indikator amilum 1%
5. Larutan natrium tiosulfat 0,1 N
6. Larutan HCl 5% dan 1:1
7. Heksana
8. Kristal natrium sulfat
3.2.2 Peralatan
Adapun alat-alat yang digunakan di dalam penelitian ini, antara lain :
1. Penumbuk/ penggiling
2. Ayakan dengan ukuran 100 mesh
3. Oven
4. Mixer/ blender
5. Hot plate
6. Magnetic stirrer
7. Alat-alat gelas laboratorium
3.3 PROSEDUR PENELITIAN
3.3.1 Prosedur Pembuatan Adsorben dari Limbah Lateks Berpengisi Pelepah Pisang
Prosedur pembuatan adsorben dari limbah lateks berpengisi pelepah pisang
adalah sebagai berikut :
Tahap I (Penyiapan Pelepah Pisang) :
1. Pelepah pisang dicuci dengan air hingga bersih.
2. Pelepah pisang yang sudah bersih tersebut dipotong 1 – 2 cm2.
3. Direbus dengan air mendidih selama 1 jam, dan dikeringkan didalam oven
hingga berat konstan.
4. Digiling hingga halus dan diayak 100 mesh.
Tahap II (Pembuatan Adsorben) :
5. Limbah lateks dicampur dengan pelepah pisang dengan komposisi tertentu
(0%, 10%, 20% (b/b)) selama 30 menit dengan pengadukan.
6. Dikeringkan dalam oven pada suhu 1100C selama 5 jam.
7. Adsorben diperkecil hingga ukuran diameter 1 - 3 mm.
8. Disimpan dalam wadah tertutup.
3.3.2 Prosedur Analisa Bilangan Iodin
Prosedur analisa bilangan iodin adalah sebagai berikut :
1. Timbang 5 gram adsorben lalu masukkan ke dalam erlenmeyer.
2. Tambahkan 10 ml HCl 5%, tutup dengan aluminium foil.
3. Campuran diaduk hingga homogen lalu dididihkan selama 30 detik lalu
didinginkan pada temperatur kamar.
4. Tambahkan 100 ml larutan Iodine 0,1N, tutup lalu dihomogenkan dan
disaring (usahakan tidak ada jeda terlalu lama antara penambahan,
pengadukan dan penyaringan).
5. Pindahkan 50 ml filtrat ke dalam erlenmeyer lain.
6. Filtrat dititrasi dengan Natrium Tiosulfat 0,1 N hingga menjadi berwarna
kuning pucat.
7. Tambahkan indikator larutan amilum 1% ke dalamnya dan teruskan titrasi
8. Catat jumlah larutan peniter yang terpakai.
9. Data yang diperoleh dihitung dengan rumus :
I = [A − DF B S ]
(M)
mg
g karbon aktif (3.1)
dimana: I = Bilangan Iodine ( mg Iodine / g karbon aktif )
A = Normalitas Iodine × 12693
B = Normalitas Natrium Tiosulfat × 126,93
DF = ml Iodine + ml HCl
ml Filtrat
S = Volume Natrium Tiosulfat (ml)
M = Massa karbon aktif (g)
3.3.3 Prosedur Analisa Daya Adsorpsi Adsorben
A. Prosedur Analisa Daya Adsorpsi Minyak oleh Adsorben
1. Dimasukkan 2 g adsorben dalam Beaker glass berisi 100 ml minyak
pelumas.
2. Adsorpsi dihentikan pada rentang waktu 15 menit hingga batas waktu
perendaman 2 jam.
3. Adsorben disaring dan dicatat berat akhirnya.
4. Dicari daya adsorpsinya dengan rumus :
�= − �
� (3.2)
dimana : q = Daya adsorpsi (g minyak/ g adsorben)
Wo = Berat adsorben mula – mula (g)
W = Berat adsorben akhir (g)
B. Prosedur Analisa Daya Adsorpsi Minyak Dalam Air oleh Adsorben B.1 Prosedur Penentuan Waktu Kontak Maksimum
Prosedur waktu kontak maksimum adsorben adalah:
1. Dimasukkan 6 gram minyak ke dalam Beaker glass yang berisi 100 ml air.
2. Kemudian dimasukkan 4 gram adsorben dan diaduk dengan magnetic stirrer
dengan kecepatan 170 rpm.
5. Filtrat dianalisa kadar minyaknya, kemudian dicari daya adsorpsi adsorben.
6. Dicari waktu kontak maksimum adsorben.
7. Kemudian percobaan dilakukan untuk jenis adsorben lainnya.
B.2 Prosedur Penentuan Adsorpsi Minyak Maksimum dalam Air oleh Adsorben
Prosedur penentuan adsorpsi maksimum adsorben adalah:
1. Dimasukkan minyak dengan variasi 2, 4, 6, 8 dan 10 ke dalam beaker glass
berisi 100 ml air.
2. Dimasukkan adsorben sebanyak 4 gram.
3. Diaduk dengan magnetic stirrer selama waktu kontak maksimum.
4. Adsorben disaring dan dicatat beratnya.
5. Filtrat dianalisa kadar minyaknya, kemudian dicari daya adsorpsi adsorben.
3.4 Flowchart
3.4.1 Flowchart Pembuatan Adsorben dari Limbah Lateks Berpengisi Pelepah Pisang
Mulai
Pelepah pisang dicuci dengan air dan dipotong 1 – 2 cm2
Direbus pelepah pisang selama 1 jam dan dikeringkan hingga konstan
Digiling dan diayak 100 mesh
Apakah ukuran adsorben 100 mesh?
Dicampur dengan limbah lateks dengan komposisi tertentu dan diaduk selama 30
menit
Dipotong hingga diameter 1 – 3 mm
Apakah ada variasi lain? Dikeringkan dalam oven pada suhu
110oC selama 5 jam
Selesai Ya
Tidak
Ya
Tidak
Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Adsorben dari Limbah Lateks Berpengisi
Pelepah Pisang
3.4.2 Flowchart Analisa Bilangan Iodin
Mulai
Masukkan 5 gram karbon aktif ke dalam erlenmeyer
Tambahkan HCl 5% 10 ml ke dan tutup dengan aluminium foil
Aduk hingga homogen
Didihkan selama 30 detik dan dinginkan pada suhu kamar
Tambahkan 100 ml larutan iodine, tutup, homogenkan, dan saring
Pindahkan 50 ml filtrat ke erlenmeyer lain
Titrasi dengan natrium tiosulfat hingga berwarna kuning pucat
Tambahkan larutan amilum 1% dan titrasi hingga bening
Catat jumlah larutan peniter yang dipakai
Selesai
3.4.3 Prosedur Analisa Daya Adsorpsi Adsorben
A. Prosedur Analisa Daya Adsorpsi Minyak oleh Adsorben
Mulai
Dimasukkan 2 g adsorben ke dalam beaker glass berisi 100 ml minyak pelumas
Adsorpsi dihentikan pada waktu 15 menit dan dicatat berat adsorben
Apakah ada variasi lain?
Selesai Tidak Dihitung daya adsorpsi
Ya
B. Prosedur Analisa Daya Adsorpsi Minyak Dalam Air oleh Adsorben B.1 Prosedur Penentuan Waktu Kontak Maksimum
Mulai
Dimasukkan 6 g minyak ke dalam beaker glass berisi 100 mL air
Dimasukkan 4 gram adsorben dan diaduk dengan kecepatan 170 rpm
Apakah ada variasi lain?
Selesai Tidak
Pengadukan dihentikan pada waktu 2 menit
Ya
Adsorben disaring, dikeringkan dan ditimbang
Filtrat dianalisa kadar minyaknya
C.2 Prosedur Penentuan Daya Adsorpsi Maksimum Minyak dalam Air oleh Adsorben
Mulai
Dimasukkan 2 g minyak ke dalam beaker glass berisi 100 mL air
Dimasukkan 4 gram adsorben dan diaduk dengan kecepatan 170 rpm
Apakah ada variasi lain?
Selesai Tidak Pengadukan dihentikan pada
waktu maksimum
Ya
Adsorben disaring, dikeringkan dan ditimbang
Filtrat dianalisa kadar minyaknya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, ada 3 jenis adsorben yang diteliti dan disebut dengan
adsorben A, B, dan C. Berikut ini adalah keterangan adsorben.
Adsorben A : Limbah Lateks dengan pelepah pisang 0%
Adsorben B :Limbah Lateks dengan pelepah pisang 10%
Adsorben C :Limbah Lateks dengan pelepah pisang 20%
4.1 ANALISA BILANGAN IODIN
Data analisa bilangan Iodin adsorben secara lengkap disajikan pada Lampiran
LA.1. Berikut adalah gambar bilangan ioden terhadap berbagai jenis adsorben.
Gambar 4.1 Bilangan Iodin terhadap Jenis Adsorben
Gambar 4.1, dapat dilihat bilangan Iodin untuk adsorben A, adsorben B, dan
adsorben C berturut-turut adalah 130,9918 mg I2/ g adsorben; 132,1087 mg I2/ g
adsorben dan 136,5767 mg I2/ g adsorben.
Daya adsorpsi adsorben terhadap iodin mengindikasikan kemampuan
adsorben untuk mengadsorpsi komponen dengan berat molekul rendah [26].
permukaan adsorben yang lebih besar dan juga memiliki struktur mikro dan
mesoporos yang lebih besar. Sehingga adsorben C memiliki luas permukaan dan
struktur mikro ataupun mesoporos yang lebih besar dari adsorben A dan adsorben B.
4.2 DAYA ADSORPSI MINYAK OLEH ADSORBEN
Data adsorpsi minyak oleh jenis adsorben pada berbagai waktukontak
disajikan pada Lampiran LA.2, sedangkan kurva hubungan daya adsorpsi adsorben
terhadap waktu kontak seperti disajikan pada Gambar 4.2 .
Gambar 4.2 Kurva Hubungan Daya Adsorpsi Minyak oleh Adsorben terhadap Waktu
Kontak (T = 30oC; 2 gram adsorben; tanpa pengadukan)
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat daya adsorpsi minyak oleh adsorben terus
meningkat dengan bertambahnya waktu kontak. Semakin lama waktu kontak,
semakin besar daya adsorpsi yang dicapai hingga tercapai kesetimbangan[26]. Daya
adsorpsi minyak oleh adsorben mulai konstan pada menit ke-90,hal ini terjadi karena
adsorpsi minyak pelumas oleh adsorben minyak dari limbah lateks merupakan
peristiwa kesetimbangan [25], dan didapat daya adsorpsi minyak maksimum pada
menit ke-105 sebesar 1,205 g minyak/ g adsorben untuk adsorben A; 1,305 g
minyak/ g adsorben untuk adsorben B dan 1,43 g minyak/ g adsorben untuk adsorben
Menurut Enretech [5], adsorben dari selulosa dapat mengadsorpsi minyak di
dalam air sebanyak 19 kali beratnya dan menurut Kardono [7] kandungan selulosa
dari pelepah pisang sekitar 63%. Daya adsorpsi minyak oleh adsorben C lebih besar
dari daya adsorpsi minyak oleh adsorben A dan adsorben B, hal ini disebabkan
jumlah selulosa pelepah pisang dalam adsorben C lebih besar.
4.3 WAKTU OPTIMAL YANG DIPERLUKAN UNTUK ADSORPSI MINYAK DALAM AIR OLEH ADSORBEN
Data konsentrasi minyak dari air yang teradsorpsi oleh adsorben pada
berbagai waktu kontak disajikan pada lampiran LA.3, sedangkan kurva hubungan
daya adsorpsi minyak dari air terhadap waktu kontak oleh adsorben seperti disajikan
pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Kurva Hubungan Daya Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben
terhadap Waktu Kontak (T = 30oC; co = 56,2343 g minyak/ L ; 4 g adsorben; 170 rpm)
Dalam hal penjerapan minyak dari air ini, diharapkan adsorben minyak harus
memiliki sifat oleofilik dan hidrofobik sehingga bisa menjerap minyak dalam air
Dari Gambar 4.3 dapat dilihat daya adsorpsi minyak dalam air oleh adsorben
berlangsung cepat pada awal adsorpsi, kemudian mulai konstan pada menit ke-15,
dan daya adsorpsi minyak dari air yang maksimum pada menit ke-30. Hal ini terjadi
karena adsorpsi minyak dalam air oleh adsorben merupakan peristiwa kesetimbangan
[25]. Waktu optimal adsorpsi minyak dari air oleh adsorben A, B, dan C adalah
menit ke-30.
Daya adsorpsi minyak dalam air oleh adsorben C lebih besar dari adsorben A
dan B. Adapun daya adsorpsi minyak dalam air pada menit ke-30 untuk adsorben A,
adsorben B, dan adsorben C berturut-turut adalah 1,1048 g minyak/ g adsorben;
1,3471 g minyak/ g adsorben dan 1,4684 g minyak/ g adsorben. Hal ini disebabkan
karena jumlah selulosa pelepah pisang dalam adsorben C lebih besar.
4.4 KARAKTERISTIK ADSORPSI MINYAK DALAM AIR OLEH ADSORBEN
Untuk mengetahui karakteristik adsorpsi minyak oleh adsorben dilakukan
dengan mengamati jerapannya terhadap minyak dari air pada konsentrasi yang
bervariasi dan pada suhu isoterm sekitar 30oC. Dari hasilpenjerapan tersebut
selanjutnya dianalisis menggunakan persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dan
isoterm adsorpsi Langmuir untuk mengetahui karakteristik jerapan dan juga daya
adsorpsi maksimum.
4.4.1 Uji Linearitas Freundlich dan Langmuir Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben A
Data adsorpsi minyak dalamair oleh adsorben A pada berbagai konsentrasi
disajikan pada lampiran LA.4 dan kurva linearitas Freundlich serta kurva linearitas
Langmuir hubungan antara Log c terhadap Log q pada adsorpsi minyakdalam air
oleh Adsorben A seperti disajikan pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.
Berdasarkan nilai koefisien korelasi (R2), nilai R2 untuk kurva linearitas isoterm Langmuirlebih mendekati 1 yaitu sebesar 0,99 danuntuk kurva linearitas isoterm
Freundlich adalah 0,828. Sehingga karakteristik adsorpsi minyak dalam air oleh
adsorben A lebih cocok dengan persamaan isoterm Langmuir. Ini menandakan minyak
yang digunakan adalah minyak pelumas yang terdiri dari senyawa-senyawa yang
yang mana adsorbat hanya teradsorpsi secara unimolekular ke permukaan adsorben
[28].
Gambar 4.4 Kurva Linearitas Freundlich: Hubungan antara Log c
terhadap Log q pada Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben A (T = 30oC; 4 g
adsorben; 170 rpm)
Gambar 4.5 Kurva Linearitas Langmuir: Hubungan Antara c terhadap c/q pada
Kurva isoterm adsorpsi Langmuir, selanjutnya dapat dipakai untuk
menentukan daya adsorpsi maksimum (qo) yaitu berdasarkan nilai dari slope
(kemiringan garis) pada persamaan Y = 0,906X + 0,855, yaitu 1/qo. Dengan
mensubstitusi 1/qo= 0,906 maka diperoleh nilai qo = 1,1038 g minyak/ g adsorben.
Harga adsorpsi maksimum minyak dalam air oleh adsorben A diperoleh sebesar
1,1038 g minyak/ g adsorben.
4.4.2 Uji Linearitas Freundlich dan LangmuirAdsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben B
Data adsorpsi minyak dalamair oleh adsorben B pada berbagai konsentrasi
disajikan pada lampiran LA.5 dan kurva linearitas Freundlichserta kurva linearitas
Langmuir hubungan antara Log c terhadap Log q pada adsorpsi minyakdalam air
oleh Adsorben A seperti disajikan pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7.
Gambar 4.6 Kurva Linearitas Freundlich: Hubungan antara Log c terhadap Log q
pada Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben B(T = 30oC; 4 g adsorben; 170 rpm) y = 0.181x - 0.136
R² = 0.741
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2
-1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2
Lo
g
q
Gambar 4.7 Kurva Linearitas Langmuir: Hubungan Antara cterhadap c/q pada
Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben B (T = 30oC; 4 g adsorben; 170 rpm)
Berdasarkan nilai koefisien korelasi (R2), nilai R2 untuk kurva linearitas isoterm Langmuirlebih mendekati 1 yaitu sebesar 0,993 danuntuk kurva linearitas isoterm
Freundlich adalah 0,741. Sehingga karakteristik adsorpsi minyak dalam air oleh
adsorben B lebih cocok dengan persamaan isoterm Langmuir. Ini menandakan minyak
yang digunakan adalah minyak pelumas yang terdiri dari senyawa-senyawa yang
berantai panjang dan mempunyai berat molekul yang besar. Ini merupakan sebab
adsorpsi minyak dalamair oleh adsorben yang mengikuti persamaan isoterm Langmuir
yang mana adsorbat hanya teradsorpsi secara unimolekular ke permukaan adsorben [28].
Kurva isoterm adsorpsi Langmuir, selanjutnya dapat dipakai untuk
menentukan daya adsorpsi maksimum (qo) yaitu berdasarkan nilai dari slope
(kemiringan garis) pada persamaan Y = 0,838X - 0,136, yaitu 1/qo. Dengan
mensubstitusi 1/qo= 0,838 maka diperoleh nilai qo = 1,1933 g minyak/ g adsorben.
Harga adsorpsi maksimum minyak dalamair oleh adsorben B diperoleh sebesar
1,1933g minyak/ g adsorben.
4.4.3 Uji Linearitas Freundlich dan Langmuir Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben C
Data adsorpsi minyak dalamair oleh adsorben C pada berbagai konsentrasi
disajikan pada lampiran LA.6 dan kurva linearitas Freundlichserta kurva linearitas
Langmuir hubungan antara Log c terhadap Log q pada adsorpsi minyakdalam air
oleh Adsorben A seperti disajikan pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9.
Gambar 4.8 Kurva Linearitas Freundlich: Hubungan antara Log c terhadap Log q
pada Adsorpsi Minyakdalam Air oleh Adsorben C (T = 30oC; 4 g adsorben; 170 rpm)
Berdasarkan nilai koefisien korelasi (R2), nilai R2 untuk kurva linearitas isoterm Langmuirlebih mendekati 1 yaitu sebesar 0,995 danuntuk kurva linearitas isoterm
Freundlich adalah 0,492. Sehingga karakteristik adsorpsi minyak dalam air oleh
adsorben C lebih cocok dengan persamaan isoterm Langmuir. Ini menandakan minyak
yang digunakan adalah minyak pelumas yang terdiri dari senyawa-senyawa yang
berantai panjang dan mempunyai berat molekul yang besar. Ini merupakan sebab
adsorpsi minyak dalamair oleh adsorben yang mengikuti persamaan isoterm Langmuir
yang mana adsorbat hanya teradsorpsi secara unimolekular ke permukaan adsorben [28].
Gambar 4.9 Kurva Linearitas Langmuir Hubungan Antara cterhadap c/q pada
Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben C (T = 30oC; 4 g adsorben; 170 rpm)
Kurva isoterm adsorpsi Langmuir, selanjutnya dapat dipakai untuk
menentukan daya adsorpsi maksimum (qo) yaitu berdasarkan nilai dari slope
(kemiringan garis) pada persamaan Y = 0,746X + 0,575, yaitu 1/qo. Dengan
mensubstitusi 1/qo= 0,746 maka diperoleh nilai qo = 1,3405 g minyak/ g adsorben.
Harga adsorpsi maksimum minyak dalamair oleh adsorben C diperoleh sebesar
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini antara lain:
1. Bilangan Iodin untuk adsorben C lebih besar dari adsorben B dan
adsorben A, hal ini disebabkan pengaruh banyaknya jumlah pengisi
pelepah pisang pada adsorben C.
2. Pada adsorpsi minyak oleh adsorben, daya adsorpsi minyak meningkat
dengan bertambahnya waktu kontak hingga mencapai waktu
kesetimbangan, dan daya adsorpsi minyak maksimum adsorben C lebih
besar dari adsorben A dan adsorben B dikarenakan pengaruh banyaknya
pengisi pelepah pisang pada adsorben C.
3. Karakteristik adsorpsi minyak dalam air oleh adsorben A, adsorben B,
dan adsorben C lebih menyerupai persamaan isoterm langmuir, ini
disebabkan minyak yang digunakan adalah minyak pelumas yang berantai
panjang sehingga adsorpsi terjadi secara unimolekular ke permukaan
adsorben.
4. Daya adsorpsi maksimum minyak dalam air meningkat dengan
banyaknya jumlah pengisi pelepah pisang pada adsorben dan kemampuan
adsorpsi adsorben C lebih baik daripada adsorben A dan B, baik untuk
adsorpsi minyak ataupun adsorpsi minyak dari air.
5.2 SARAN
Adapun saran yang diberikan untuk kemajuan penelitian ini adalah :
1. Penelitian selanjutnya, jumlah pengisi pelepah pisang lebih divariasikan
hingga daya adsorpsi optimum.
2. Penelitian selanjutnya, proses adsorpsi dilakukan secara kontinu.
3. Penelitian selanjutnya, proses adsorpsi divariasikan pH larutan serta
DAFTAR PUSTAKA
[1] Echonopianto. 2009. Karet Alam. http://eckonopianto.wordpress.com/. Diakses :
27 Mei 2012.
[2] Azahari, Baharin.,Yan P. Meng, Marzio Ahmad, Yusof Mohd. dan Arif, N.
Zainal.1993. Addition of over cured latex to compounded uncompounded and
prevulcanised HA latex. Natural Rubber Curing Development In Product
Manufacture and Applications : A report of proceeding of the International
Rubber Technology Conference. RRIM.
[3] Ismail, Hanafi. 2005. OilZob: A Novel and Reactive Oil Adsorbent from Various
Rubber Wastes. Universitas Sains Malaysia.
[4] Kania, Dina., Soewondo, Prayatni., dan Valdes, Julio R. 2010. Pemisahan
Minyak Pelumas Dan Minyak Jelantah Dari Air Melalui Absorpsi Pada
Partikel Karet Ban. ITB.
[5] Enretech. 2012. Cellusorb - ENR025. http://www.enretech.com.au. Diakses : 27
Mei 2012.
[6] Dinesh, M., Kunwar P. Singh, Vinod K. Singh. 2007. Wastewater treatment
using low cost activated carbons derived from agricultural byproducts - A
case study, J Journal of Hazardous Materials 152.
[7] Kardono, L.Broto. S. 2010. Teknologi Pembuatan Etanol Berbasis Lignoselulosa
Tumbuhan Tropis untuk Produksi Biogasoline. Pusat Penelitian Kimia
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
[8] Husin, Husni., dan Rosnelly, Cut Meurah. 2010. Preparasi Dan Karakterisasi
Karbon Aktif Dari Batang Pisang Menggunakan Gas Nitrogen. Universitas
Syiah Kuala.
[9] Elka. 2009. Karet Alam. http://a-ur-rubber.blogspot.com. Diakses 31 Mei 2012.
[10] Balai Penelitian Perkebunan Sembawa. 1981. Penyadapan Tanaman Karet. Seri
Pedoman No.1. Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian, Palembang.
[11] Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Dalam
Kumpulan Makalah : In House Training, Pengolahan Lateks Pekat dan Karet
[12] Morton, M. 1987. Rubber Technology. Third Edition. Van Nostrand
Reinhold. New.York. USA.
[13] Surya, Indra.2006.Buku Ajar Teknologi Karet. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
[14] Hamidah Harahap, 2008. Pengaruh Pengisi CaCO3 dan Temperature
Vulkanisasi terhadap Sifat-sifat Mekanikal Film Lateks Karet. Universitas
Sumatera Utara Vol 1 hal 43-45.
[15] Prihatman, Kemal. 2000. Pisang (Musa sp).http://warintek.ristek.go.id/.Diakses
: 31 Mei 2012.
[16] Jaya, Lukman Adhi. 2011. Pembuatan Pulp Dari Pelepah Pisang Dengan Alat
Digester. Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
[17] Wijaya, A. 2002. Pengembangan Teknologi Papan Komposit Dari Limbah
Batang Pisang (Musa sp) : Sifat Fisis Mekanis Papan Pada Berbadgai
Tingkat Asetilasi . Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
[18] Noviati, Rizka. 2011. Perbandingan Daya Absorbsi Ion Cr3+ Pada Serbyk
Gergaji Kayu Albizia Dengan Zeolit Ditinjau Dari Teori HSAB. FMIPA.
Universitas Brawijaya. Malang.
[19] Mc Cabe, Warren L. 1999.Unit Operation of Chemical Engineering.
McGraw-Hill Book Inc.
[20] Haryati, Kristinah., Rahmawati, Dias Ekanti dan Sari, Indah Hanika. 2009.
Potensi Bentonit Sebagai Penjernihan Minyak Goreng Bekas. Semarang :
Universitas Diponegoro.
[21] Suwarsa, Saepudin. 1998. Penyerapan Zat Warna Tekstil BR Red HE 7B Oleh
JeramiPadi. Jurusan Kimia FMIPA . ITB.
[22] Hendra. 2007. Teknologi Tepat Guna Pembuatan Arang, Briket Arang, dan
Tungku Hemat Energi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.
Bogor.
[23] Geankoplis, Christie J. 2003. Transport Processes and Separation Process
Principles. Fourth Edition. Prentice Hall.
[25] Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika. Jilid2 . Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
[26] Perdana, Wahyu N. Reka. 2008. Adsorpsi Cr(VI) dengan Menggunakan Abu
Sekam Padi Sebagai Adsorben. Tesis. ITS.
[27] Suzuki, R.M. 2010. Preparation and Characterization of Activated Carbon from
Rice Bran. Departemen of Chemistry, Universidade Estadual de Maringo,
Brazil, hal 1985-1991.
[28] Tri, Phan Thanh. 2002. Oily Wastewater Treatment By Membrane Bioreactor
Process Coupled with Biological Activated Carbon Process. Thesis. Asian
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN
Keterangan :
Adsorben A : Limbah Lateks dengan pelepah pisang 0%
Adsorben B : Limbah Lateks dengan pelepah pisang 10%
Adsorben C : Limbah Lateks dengan pelepah pisang 20%
LA.1 Data Percobaan Analisa Bilangan Iodin
Jenis Adsorben Volume Natrium Tiosulfat (ml)
LA.2 Data Percobaan Adsorpsi Minyak oleh Adsorben
Waktu
Kontak
(menit)
Jenis Adsorben
Adsorben A Adsorben B Adsorben C
LA.3 Data Percobaan Waktu Optimal Adsorpsi Minyak dalam Air oleh
Adsorben A Adsorben B Adsorben C
c
q = Daya adsorpsi minyak (g minyak/ g adsorben)
LB.4 Data Percobaan Adsorpsi Minyak dalam Air ole Adsorben A pada
LB.5 Data Percobaan Adsorpsi Minyak dalam Air oleh Adsorben B pada
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN
LB.1 Perhitungan Bahan
1. Larutan HCl 5% sebanyak 10 ml
% berat HCl = 37 %
Pengenceran larutan HCl 37 %:
ml
2. Larutan Natrium Tiosulfat 0,1N sebanyak 100 ml
BM Natrium Tiosulfat = 158 gr/mol
3. Larutan Iodine 0,1N sebanyak 100 ml
4. Larutan Amilum 1% sebanyak 100 ml
Amilum = 0,01 x 100
= 1 gram
LB.2 Perhitungan Bilangan Iodin
I = [A − DF B S ]
(M)
I = [1269,3 − 2,2 12,693 22 ]
(5)
= 130,9918 mg I2/ g adsorben
LB.3 Perhitungan Daya Adsorpsi Minyak
�= − �
�
�= 3,13−2
2
= 0,565 g minyak/ g adsorben
LB.4 Perhitungan Daya Adsorpsi Minyak dari Air �= ��. �−�.
�= 19,5633.102,2321−0,5851.97,2475
4