• Tidak ada hasil yang ditemukan

Otomatisasi Sistem lnjeksi Etilen Dalam Pematangan Buatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Otomatisasi Sistem lnjeksi Etilen Dalam Pematangan Buatan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 0216-3365

6

Terakreditasi "A"

SK No. 395/DIKTI/Kep/2000

-.;

(2)

i

i

Technical Paper

i I i

I

Otomatisasi Sistem lnjeksi Etilen Dalam Pematangan Buatan

I

L

I

Automatism of Ethylene Injection System on Artificial Ripening

sutrisnol, sugiyono2 , Edy ~ a r t u l i s t i ~ o s o ~

Abstract

Automation of ethylene injection system was done by controlling the opening time of solenoid valve based on the quantity of material, free volume of artificial ripening room, concentration of ethylene in tube and trigger. The programmable ethylene injection system eases the ripening process and results in good product. The result of the controlling system showed that the coefficient of correlation of ethylene between the experiment and calculation was 0.947 with a standard deviation of 13.95 and standard error of 4.93. Leak of gas must be prevented in the mechanism of ethylene injection system of artificial ripening integrated with temperature and C 0 2 control.

Keywords: ethylene injection system, artificial ripening, trigger, solenoid

PENDAHULUAN

Pemeraman atau pematangan buatan yang dilakukan secara tradisional dengan istilah "pengemposan" dilakukan dengan pengasapan dari pembakaran ranting, daun-daunan kering, atay jerami yang diyakini dapat mengganti gas asetilen dan etilen. Pemeraman dengan cara ini biasanya dilakukan di daerah sentra produksi buah-buahan. Metode lain yang dilakukan petani atau pedagang buah- buahan dengan istilah "pengkarbitan" karena menggunakan karbid sebagai penghasil asetilen (Satuhu, 1995). Oleh karena itu, untuk menghasilkan keseragaman tingkat kematangan buah dalam jumlah besar masih mengalami kesulitan. Untuk itu perlu dikembangkan metode atau cara-cara pemeraman yang dapat dikendalikan, baik kondisi lingkungan p e m e r a m a n m a u p u n

perubahan mutunya.

Pada buah-buahan non-klimaterik efek pemberian gas etilen adalah menaikkan laju respirasi yang mengakibatkan naiknya laju pematangan buah-buahan tersebut. Efek ini sangat erat kaitannya dengan konsentrasi gas yang diberikan. dan tidak berpengaruh terhadap waktu terjadinya puncak klimaterik tersebut. Sedangkan pada buah-buahan klimater~k, pengaruh pemberian etilen adalah mempercepat tercapainya puncak klimaterik, tanpa berpengaruh terhadap tingginya puncak klimaterik. Konsentrasi pemberian etilen erat kaitannya dengan efek terjadinya puncak klimaterik. Menurut S a l t v e i t ( 1 9 9 6 ) , b a h w a s e s a a t pematangan buah-buahan klimakterik telah mulai, konsentrasi etilen di dalam buah dengan cepat meningkat sampai batas jenuh dan mempengaruhi kondisi l u a r pernatangan. P e n g u r a n g a n

(3)

Vol

19

No.

2 September 2005

konsentrasi etilen disekitar buah-buahan dalam ruang pemeraman dilakukan curah seperti apel, pisang, melon, tomat dengan mekanisme seperti pada Gambar hampir tidak b e r p e n g a r u h p a d a 1, dimana etilen dari tabung 300 ppm

konsentrasi di dalam buah sebab diinjeksikan ke dalam chamber dengan

hambatan difusi kulit dan daging buah konsentrasi 200 ppm atau disesuaikan dengan kondisi optimum trigger yang Penerapan teknologi otomatisasi untuk d i u m p a n k a n d a l a m p r o g r a m injeksi etilen dalam pematangan buatan pengendalian. Pengujian mekanisme buah-buahan tropika pada kasus i n j e k s i e t i l e n d i l a k u k a n d e n g a n

pemeraman buah pisang Susu (Musa konsentrasi 50, 100, dan 150 ppm.

sativa L) bertujuan untuk melakukan uji Selama proses injeksi etilen terjadi coba sistem penginjeksian etilen pada perubahan tekanan gas di dalam tabung, ruang pemeraman serta menganalisa sehingga untuk mengetahui perkiraan mekanisme penginjeksian etilen selama peru bahan tersebut dihitung dengan pemeraman dengan sistem otomatisasi persamaan sebagai berikut:

pada b e r b a g a i t i n g k a t a n s u h u .

BAHAN DAN METODE

Bahan utama yang digunakan dalam dimana: Ptt = tekanan tabung akhir pengujian sistem injeksi etilen pada (Nlm2); Pto= tekanan tabung awal (N/m2); pematangan buatan secara otomatis Po = tekanan yang keluar dari dalam adalah buah Pisang Susu (Musa sativa tabung (Nlm2); Vt = Volume tabung awal L.) dengan tingkat ketuaan optimum (m3); Vo = volume etilen yang digunakan kurang lebih pada umur panen 90 hari (m3); Vppm = volume etilen yang sudah dengan kondisi buah

5%

bulat penuh. dikeluarkan (m3).

Bahan tambahan proses pemeraman Menurut Kader (1 992) persamaan

adalah gas etilen dalam tabung dengan yang digunakan untuk menghitung lama konsentrasi 300 ppm. p e n g i n j e k s i a n s e b a g a i b e r i k u t :

Pengendalian pematangan buatan dilakukan dalam ruang pemeraman (chamber) berukuran 0.42 x 0.42 x 0.71 meter, yang terbuat dari bahan berlapis ganda (mul!iplek) setebal 1 cm, stereo

foam dengan ketebalan 1,5 cm yang Dimana: t lama penginjeksian (menit), dilapisi dengan aluminium foil. Bagian C2 konsentrasi trigger etilen (ppm), C i terdalam dilapisi dengan aluminium 0.2 konsentrasi etilen dalam tabung (ppm), mm yang tahan karat, sehingga tidak F laju aliran gas (literlmenit), dan V mempengaruhi bahan. Peralatan yang volume bebas (liter).

L - - .

digunakan dalam sistem injeksi etilen Akibat injeksi etilen dalam proses secara otomatis adalah solenoid

valve,

pernatangan buatan terjadi perubahan flowmeter 10 Ilmenit,

interface card

PCL- laju produksi etilen yang dinyatakan 812PG, gas chromatography tipe

D-263-

dengan persamaan berikut:

50 (kolom porapak Q) serta tabung

-

phenoljack tempat sampel gas dan

- - -

- - -

syringe 10 ml untuk pengambilan sampel

-

(4)

~ -

Dimana: R laju produksi etilen (@/kg- jam), C konsentrasi etilen (ppm), V volume bebas (liter), W berat bahan (kg), dan t selang waktu pengamatan (jam). Analisis validasi hasil simulasi terhadap pengukuran menggunakan pendekatan uji linieritas garis regresi serta analisis data berpasangan menggunakan p a i r s comparation (t-test) untu k mengetahui efek dua perlakuan terhadap hipotesa.

HASlL DAN PEMBAHASAN

Sistern lnjeksi Etilen

Massa pisang, massa jenis pisang, volume ruang pemeraman (chamber), tekanan tabung, tekanan yang keluar dari dalam tabung, laju aliran gas, konsentrasi et~len yang dibutuhkan untuk proses pematangan, dan konsentrasi etilen dalam tabung merupakan parameter yang digunakan dalam otomatisasi injeksi e t ~ l e n . Sistem injeksi etilen secara

- -

kontinyu dan terkendali dengan aliran gas yang sangat kecil harus dikontrol dengan hati-hati. Biasanya dilakukan dengan mengurangi tekanan gas yaitu mengatur dua buah regulator, pertama untuk menentukan jumlah gas yang diinjeksikan dan kedua mengatur debit aliran gas.

Sistem injeksi et~len secara otomatis bekerja berdasarkan respon sistem terhadap kerja solenoid untuk membuka saluran pipa etilen. Katub solenoid terbuka pada saat nilai digital output sebesar 255 dan sebaliknya jika digital ouput sebesar 0 maka katub solenoid tertutup. Jumlah konsentrasi etilen terinjeksi tergantung pada l a m a pembukaan katub solenoid y a n g disesuaikan dengan jumlah bahan yang diperam. Oleh karena itu dalam perancanagan sistem injeksi etilen dilakukan pengujian bukaan regulator untuk melihat pengaruh perubahan tekanan gas terhadap laju (debit) aliran gas etile.

Aktuator

-

I

I

I Regulator

I

I I

I I

I

I

I

I I

[TI

Etilen sumber

I 300 ppm

I

I

I Flowmeter

I I I

L

-

- - -

-

-

Digital output

- - - - .

Analog output Gas chromatographi

- - - , Parameter ~nput Gas etilen

(5)

Vol 19 No. 2 Se~tember

2005

Hubungan tekanan gas tersebut dltunjukkan pada Gambar 3, dimana untuk mencapai laju aliran 10 ( I I menit) tekanan dari tabung gas sebesar 137 kPa, sedangkan pada laju aliran gas sebesar 5 ( 11 menit) tekanan tabung gas sebesar 58.7 kPa. Demikian juga dengan laju aliran gas sebesar 2.5 ( I I menit) tekanan sebesar 19.6 kPa. Berdasarkan hubungan tersebut dapat diprediksikan laju aliran gas saat terjadi perubahan tekanan gas keluar dengan pendekatan persamaan Y = ( 6 x 1 0 ~ ) X + 0.9318, dengan koefisien korelasi sebesar 0.98, dimana Y adalah laju aliran gas ( I 1 menit), sedangkan X adalah tekanan gas (kPa). Selain itu dapat diprediksi perubahan tekanan gas dalam tabung selama injeksi sampai gas dalam tabung habis, seperti disajikan pada Gambar 2 . Berdasarkan asumsi volume gas yang diinjeksikan tetap dengan tekanan gas sebesar 98.86 kPa yang tetap maka volume gas dalam tabung habis setelah 6 m3 sampai tekanan gas tidak terdeteksi lagi. Menurut Satuhu (1995) syarat volume bebas dalam ruang penyimpanan atau pemeraman adalah '/4 dari volume ruang (chamber) yang digunakan untuk proses tersebut. Oleh karena itu berat buah yang dimasukkan ke dalam chamber tidak boleh mengakibatkan volume bebas lebih k e c i l d a r i % v o l u m e c h a m b e r . Perbandingan volume bebas dengan berat bahan seperti yang disimulasi pada

138

Y ,

,-

134

m a

132

Ei5

2

1 3 0 -

Y

1 2 8 -

126 I I I I

[image:5.513.37.407.350.655.2]

0 1 5 3 4 5 6 Volume gas (m3)

Gambar 4 menunjukkan semakin banyak bahan yang diperam maka lama injeksi etilen untuk trigger semakin cepat, tetapi k e c e p a t a n i n j e k s i t e r s e b u t juga dipengaruhi oleh laju aliran gas selama injeksi. Oleh karena itu, berat disesuaikan dengan kapasitas pemeraman dengan batasan head space '/4 dan laju aliran gas disesuaikan dengan konsentrasi etilen sumber sebesar 300 ppm dan lama injeksinya sehingga trigger etilen lebih efektif. Berdasarkan Tabel 1 terlihat semakin cepat laju aliran gas maka lama injeksi etilen juga semakin cepat, demikian juga semakin banyak bahan dalam sistem pematangan buatan maka lama injeksi juga semakin cepat. lnjeksi etilen dengan laju aliran gas 10 (llmenit), berat bahan 100 kg diperlukan lama injeksi etllen sebesar 2 . 0 5 menit, sedangkan untuk laju aliran 2.5 (Ilmenit) diperlukan lama injeksi sebesar 8.18 menit.

y = 6E-05x + 0,9318 R' = 0,9812

s

.-

m 4

0

0 25 5 0 7 5 100 125 150

Tekanan (kPa)

Gambar 3. Hubungan tekanan gas terhadap laju aliran gas.

40

3 35

o lalu allralt 5 liler,rneri~l y = 17 708e0"'" 30

-

A lalu allran 2 5 Iller!!nenll y = 35 415eU O""

'ji 25 x .$ 20

-

15

4 10

5

0

0 20 40 60 80 100 120 140

Beral Bahan (kg)

Gambar

2.

Perubahan tekanan gas dalam Gambar 4. Perbedaan lama peng~njekslan tabung saat injeksi etilen. etilen pada berbagal laju allran gas

Mek F berc soler 1 Pa pada waktl b e r d digur P e n ' meng dalan konse 200 P, dari lir denga Ga konse deng a Dari gr regres dengal 0.9473 dan var etilen p

(6)

Tabel 1. Simulasi laju aliran dan berat bahan terhadap lama injeksi etilen.

Laju aliran Berat Lama gas bahan injeksi R*

( I 1 menit) (kg) (menit)

2.5 Tanpa bahan 32.73 0.97

50 18.54

100 8.18

5 Tanpa bahan 16.36 0.97

50 9.27

100 4.09

10 Tanpa bahan 8.18 0.97

50 4.64

100 2.05

Mekanisme lnjeksi Etilen

[image:6.514.28.205.54.295.2]

Penginjeksian etilen dilakukan berdasarkan lama pembukaan katup solenoid pada tekanan gas etilen sebesar 1 Pa dan laju aliran gas yang digunakan pada percobaan 10 ( / / menit). Periode waktu pembukaan katup solenoid dihitung berdasarkan jumlah etilen yang digunakan untuk trigger pematangan. P e n g u j i a n d i l a k u k a n d e n g a n menginjeksikan gas etilen dari tabung ke dalam chamber pada empat perlakuan konsentrasi etilen yaitu 50, 100, 150, dan 200 ppm. Hubungan sistem injeksi dilihat dari linearitas konsentrasi etilen perlakuan dengan konsentrasi etilen hasil pengujian. Gambar 5 menunjukkan perbandingan konsentrasi etilen yang diinjeksikan dengan konsentrasi etilen pengukuran. Dari grafik tersebut diperoleh persamaan regresi yaitu y l = 0 . 9 3 4 1 ~ 1 - 24.585 dengan koefisien korelasi (r2) sebesar 0.9473, dengan kondisi batas x1=0, y l = O

dan variabel y l rnenunjukkan konsentrasi etilen pengukuran (pprn) dan variabel XI

merupakan konsentrasi etilen yang diinjeksikan (pprn). Berdasarkan

perhitungan konsentrasi etilen 150 pprn w a k t u y a n g d i b u t u h k a n u n t u k penginjeksian adalah 6.3 menit, hasil pengukuran konsentrasi etilen dalam chamber menunjukkan 132.5 ppm. Demikian juga perhitungan konsentrasi etilen 100 pprn waktu yang dibutuhkan untuk penginjeksian adalah 4.2 menit, hasil pengukuran konsentrasi etilen dalam chamber menunjukkan 75.1 7 ppm. Pada pengujian dengan konsentrasi etilen 200 pprn diperoleh hasil sebesar 148.18 ppm. Hasil uji linieritas penginjeksian etilen secara otomatis berdasarkan lama pembukaan katub solenoid dengan standar deviasi sebesar 13.95, standar error sebesar 4.93. Hal ini menunjukkan konsentrasi etilen penginjeksian secara otomatis berbeda nyata dibandingkan dengan perhitungan. Oleh karena itu, sistem injeksi masih belum memenuhi kebutuhan trigger secara tepat, tetapi mekanisme injeksi secara otomatis dapat dilakukan dengan menentukan lama p e m b u k a a n k a t u b s o l e n o i d . Penyimpangan nilai injeksi dengan perhitungan disebabkan sistem aktif pada saat sistem p e n g e n d a l i a n tinggi permukaan air dan suhu juga aktif, sehingga etilen terbawa keluar ruang pemeraman melalui celah sirkulasi dan

250

y = 0 . 9 3 4 1 ~ - 24.585

-

200 -

R2 = 0.9473

E,

a

;;

150

-

.-

V)

.-

-

m

;

I00

-

C

-

.-

ti s o - 0 -I

/'

0 50 100 150 200 250

El~len Perhitungan (pprn)

[image:6.514.25.399.426.654.2]
(7)

Vol 19 No. 2 September 2005

ventilasi udara. Dengan demikian, sistem dengan metode rak dan penimbunan h a r u s d i I a k u k a n d e n g a n dalam tanah etilen tidak terdeteksi. Etilen mempertimbangkan waktu trigger dan terendah yang terdeteksi sebesar 60 pprn sirkulasi udara agar tidak terjadi dicapai setelah 10-12 jam pemeraman

kebocoran etilen terinjeksi. untuk kedua metode tersebut. Pada hari

Pada awal proses pematangan untuk kedua tanah penutup dibuang, sehingga semua perlakuan suhu, etilen relatif kecil konsentrasi etilen turun drastis di bawah sehingga tidak terdeteksi seperti 60 pprn sampai akhirnya tidak terdeteksi. Pematangan buatan biasa dilakukan ditunjukkan Gambar 6. Enam jam

berikutnya dilakukan pengipjeksian etilen dengan memberikan

trigger

etilen untuk

sebesar 200 ppm, sehingga etilen dalam mempercepat kematangan. Etilen

ruang pemeraman meningkat menjadi merupakan hormon tumbuhan yang

122.94 ppm untuk suhu ruang, 89.35 berbentuk gas, memiliki fungsi dalam pprn untuk suhu pengendalian bertahap metabolisme tanaman dimana dapat

i

menurun dan 101.26 untuk suhu mempercepat proses pematangan.

i pengendalian bertahap meningkat (12 Komponen gas ini sangat penting dan

jam berikutnya). Selama 24 jam

trigger

perlu diamati keberadaanya dalam ruang etilen terjadi penurunar! konsentrasi etilen penyimpanan dan pematangan buah- sampai 66.36 pprn suhu ruang, 7.39 pprn buahan. Gas ini mempunyai efek fisiologi suhu pengendalian bertahap menurun yang sangat besar pada buah-buahan, dan 20.25 pprn suhu pengendalian terutama pada aktivitas respirasi dan bertahap meningkat yang disebabkan pematangan. Dengan demikian, produksi oleh aktivitas sistem sirkulasi udara gas etilen harus selalu dimonitor secara kontinyu dan terintegrasi. Oleh b e r s a m a a n d e n g a n p e n g u k u r a n karena itu, injeksi etilen dan produksi kecepatan respirasi agar umur simpan e t i l e n t i d a k d a p a t d i b e d a k a n dapatdiperpanjangdan pematangan pengaruhnya. Menurut Kyamuhangire, terjadwal (Inaba et al., 1989). [image:7.518.37.408.406.646.2]

et al(1999) pada awal proses pemeraman

Gambar 6 . Perubahan etilen selama perlakuan suhu pematangan buatan.

P T Ruang

+

T Kendali Menurun

+

T Kendali Meningkat

-

Awal injeksi

h h

w

GI

rw" u

LS

0

24

4

8

72

96

(8)

Jwnal

KETEKNIKAN

PERTANIAN

Pematangan buatan dengan perlakuan menunjukkan perlakuan suhu meningkat

suhu yang berbeda diharapkan dapat (18,20,22, dan 25OC) berpengaruh pada menunjukkan pengaruh perilaku etilen trigger pematangan dan efektivitasnya. s e b a g a i t r i g g e r . G a m b a r 7 ( a ) Sutrisno et al., (1996) menyatakan menunjukkan injeksi etilen 200 ppm saat p r o d u k s i e t i l e n s e c a r a b e r t a h a p

awal proses pematangan dengan kecepatan produksinya meningkat dari

pengendalian suhu bertahap menurun 0.1 I kg-' jam-' menjadi 3.2 1 kg-' jam-' (25, 22, 20 dan 18OC), laju produksi pada hari ke-80 dengan suhu 1°C. Pada etilennya sebesar 224.44 1 kg-' jamd' saat suhu dinaikkan menjadi 5OC maka lebih besar dibanding pemeraman pada produksi etilen meningkat menjadi 6.1 1

suhu ruang (30°C) sebesar 176.26 1 kg- kg-' jam-', disamping itu saat suhu jam-'. Sedangkan pada Gambar 7(b), meningkat secara drastis laju produksi laju produksi tertingginya sebesar 276.4 juga meningkat dengan cepat. Dengan I kg-' jam-' tetapi pola laju produksi demikian, pengaruh suhu pematangan etilennya bergeser lebih lama. Hal ini terhadap trigger etilen sangat besar.

Gambar 7(a) Suhu menurun

Gambar 7(b) suhu meningkat

Gambar 7. Laju produksi etilen selama trigger pematangan.

115

300

t

a,

-

.- 250

i

z

-

5

200

.-

a 150

p

%

3 100

3

3

A 50

0

0 24 4 8 72 96

Waktu (jam)

Q- T Menurun -o- T Ruang ---- Tr~gger

300

c

P)

-

250

.-

z

200

.-

U) m

Y

'2

150

1

u

g

2

&

100

n 1

--

50

(II

A 0

0 24 4 8 72 96

Waktu

(jam)

[image:8.514.25.400.243.651.2] [image:8.514.26.400.246.413.2]
(9)

Vol

19

N o .

2

September

2005

1. Laju aliran, tekanan gas etilen dalam tabung, serta sirkulasi udara dalam ruang pematangan buatan sangat mempengaruhi ketepatan injeksi. etilen.

2. Sistem penginjeksian etilen secara o t o m a t i s b e r d a s a r k a n l a m a pembukaan katub solenoid pada tekanan 1 Pa dan laju aliran gas 10 llmenit dengan standar error sebesar 4.93 dan koefisien korelasi 0.947. 3. Laju produksi etilen pada pematangan buatan dengan trigger etilen pada suhu pengendalian menurun lebih besar dari pada suhu ruang, tetapi pola laju produksinya bergeser lebih lama.

UCAPAN TERIMA KASlH

Terima kasih kepada Program Riset Unggulan Terpadu (RUT IX) yang telah membiayai penelitian, tim peneliti dan teknisi yang terkait.

PUSTAKA

Inaba, A., Y. kubo, and R. Nakamura. 1989. Automated Microcomputer System For Measurement Of 0 2 Uptake, C 0 2 Output, And C2H4 Evolution By Fruits And Vagetables. J.Japan.Soc.Hort .Sci. 58(2):443- 448.0kayama.

Kader, A.A. 1992. Methods of Gas Mixirlg, Sampling, and Analysis: in Postharvest technology of horticultural crops. University of California. Oakland, California.

Kyamuhangire, W. and R. Pehrson. 1999. Conditjons in banana ripening using the rack and pit traditional methods and their effect on juice extraction. J.

Sci F o o d A g r i c .

7 9 : 3 4 7 - 3 5 2 .

- - -

Saltveit, M.E. 1996. Physical And Physiological Change In Minimally Processed Fruits And Vegetables. In: P h y t o c h e m i s t r y Of F r u i t And Vegetables. F.A. Tomas-Barberan (ed) Oxford univ. Press.

Satuhu, S. 1995. Teknik Pemeraman Buah. Penebar Swadaya, Jakarta. Sutrisno, Seo, Y.,Sagara, Y. and Kawagoe, Y. 1996. Otomatisasi Pada Sistem Pengukuran Respirasi Komoditas Hortikultura Selama Penyimpanan. Makalah Seminar N a s i o n a l , P E R T E T A , B o g o r .

Ph oil

bec

mo

fric lea,

<

min; cu ki kom den! Usa mas den! kela neg: perk 2001 P hasil (bud mata hasil pabri yang sang

-

2 Staf

Gambar

Gambar 3. Hubungan tekanan gas
Tabel 1. Simulasi laju aliran dan berat
Gambar 6. Perubahan etilen selama perlakuan suhu pematangan buatan.
Gambar 7(a) Suhu menurun

Referensi

Dokumen terkait

Bagi para peserta lelang yang keberatan atas keputusan ini diberi kesempatan menyampaikan sanggahan sampai dengan tanggal 13 September 2011, ditujukan kepada

[r]

Filsafat Pendidikan Pancasila harus diimplementasikan secara nyata dan konsisten agar pembangunan manusia Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam cita-cita

When this is done for patients who have sustained TBI, however, it is essential to consider those factors that are suspected to worsen outcome: frequent hypoxic episodes

demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan status gizi anak usia 3 – 5 tahun yang belajar di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Desa

Tipe kajian dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif, karena bermaksud menggambarkan secara jelas (dengan tidak menutup kemungkinan pada taraf tertentu juga akan

I really enjoyed this work for 2 reasons: The first is that due to his extensive training and knowledge in Filipino martial arts, the author, Mark Wiley, is able to distill or

Dari dua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, dengan menerapkan pengetahuan