• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh fasilitas dan lokasi terhadap keputusan menginap di Hotel Augusta Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh fasilitas dan lokasi terhadap keputusan menginap di Hotel Augusta Bandung"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ii Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya Tulis Skripsi adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik Sarjana baik dari Universitas Komputer Indonesia maupun Perguruan Tinggi lain.

1. Karya Tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan tim pembimbing.

2. Dalam Karya Tulis ini tidak ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

3. Pernyataan saya ini dibuat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi Akademik sesuai dengan aturan yang berlaku.

Bandung, Februari 2012 Yang Membuat Pernyataan

(2)

THE INFLUENCE OF FACILITY AND LOCATION TOWARD STAYING OVER DECREE AT AUGUSTA HOTEL

BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang S1

Program Studi Manajemen

Oleh :

NAMA : EGA PRAMARTHA NIM : 21207135

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(3)

vi

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH FASILITAS DAN LOKASI TERHADAP KEPUTUSAN MENGINAP HOTEL AUGUSTA BANDUNG”. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis tujukan kepada Nabi Besar Rasulullah Muhammad saw yang telah berjuang membawa umat manusia kepada fitrah yang benar dan jalan yang lurus.

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-1 (S1) pada Universitas Komputer Indonesia Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan baik dari segi pembahasan maupun penyusunannya. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, pengalaman secara kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang bersifat membangun sehingga dapat memberikan manfaat dan dorongan bagi peningkatan kemampuan penulis dimasa yang akan datang.

(4)

vii Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Trustorini Handayani, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

5. Ibu Raeny Dwisanty, SE. M.Si selaku Dosen Wali Program Studi Manajemen Kelas MN-3.

6. Staf Dosen & Sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan bantuan kepada penulis..

7. Ayahanda dan Ibunda tercinta, serta kaka tersayang terima kasih yang tak terhingga atas kesabaran, do’a, cinta dan kasih sayang yang tidak pernah putus, bimbingan, motivasi, serta waktu untuk selalu bertukar pikiran dan kegigihan untuk memberikan kesempatan menikmati pendidikan yang terbaik sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

8. Teman-teman di MN-3 2007 dan teman seperjuangan, Rudbent, Sukma, Ibnu, Tendy, Ikhsan, Adhit, Fuji, dan Panji yang telah memberikan semangat dan dorongan.

(5)

viii

pengetahuan yang luas dan dalam tentang masalah yang dibahas. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, penulis harapkan kiranya tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan di masa yang akan datang. Atas segala kekurangannya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bandung, Februari 2012 Penulis

(6)

ix

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

MOTTO ... iii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifkasi masalah dan Rumusan Masalah ... 9

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 9

1.2.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Peneltian ... 11

(7)

x

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 15

2.1.1 Fasilitas ... 15

2.1.1.1 Pengertian Fasilitas ... 15

2.1.1.1 Fasilitas Jasa ... 16

2.1.2 Lokasi ... 18

2.1.2.1 Pengertian Lokasi ... 18

2.1.2.2 Faktor Pemilihan Lokasi ... 19

2.1.2.3 Jenis-jenis Interaksi Lokasi ... 20

2.1.2.4 Faktor Yang mempengaruhi Keputusan Lokasi ... 21

2.1.3 Keputusan menginap ……… 24 2.1.3.1 Pengertian Keputusan Konsumen ... 24

2.1.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembelian ... 25

2.1.3.3 Jenis Prilaku Pembelian ... 27

2.1.3.4 Peran Konsumen Dalam Keputusan Konsumen ... 29

(8)

xi

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ... 43

3.2 Metode Penelitian... 44

3.2.1 Desain Penelitian ... 45

3.2.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian... 47

3.2.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.2.3.1 Sumber Data ... 50

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 51

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 64

3.2.5.1 Racangan Analisis ... 64

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan………76

(9)

xii

Perusahaan………..84

4.2. Karakteristik

Responden……….………..………..84

4.3. Analisis Descriptif 4.3.1 Descriptif Variabel

Fasilitas………..…...87

4.3.2 Descriptif Variabel

Lokasi………...92

4.4. Hasil Analisis Verifikatif 4.4.1 Analisis Koefisien

determinasi……….………...107

4.4.2 Pengujian Secara Silmutan ( Uji F)

……….109

4.4.3 Pengujian Secara Parsial ( Uji T )

………...111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan………...115

5.2

(10)
(11)

112

Boyd, H. W., Walker, O. C., dan Larreche, J. C. 2000. Manajemen Pemasaran : Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global Jilid I. Jakarta : Erlangga. Fandy Tjiptono. 2004. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Kotler, Philip, 2005, “Manajemen Pemasaran”. Jilid I, Jakarta : Indeks.

.Lupiyoadi, Rambat. 2001: Manajamen Pemasaran Jasa Teori dan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta

Lamb, Charles W, hair, Joseph F dan Mc Daniel, Carl. 2001. Pemasaran. Jakarta : Salemba Empa.

Nasir, Moh. (2003) metode Penelitian.Jakarta, Ghalia Indonesia.

Sulastiyono, Agus, 2006. “Manajemen Penyelenggaraan Hotel”. Bandung ; Alfabeta

Swastha DH, Basu. 2002. Manajemen Pemasaran Moderen, Edisi Kedua. Yogyakarta : Liberty

Swastha DH, Basu . 2003. Manajemen Pemasaran Moderen. Yogyakarta : Liberty

Sofa, H. 2008. Teori Lokasi Melalui. <http://massofa.files.wordpress.com>

Sugiyono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia : Aplikasi Contoh & Perhitungannya. Jakarta :Agung Media.

(12)

15 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Fasilitas

2.1.1.1 Pengertian Fasilitas

Fasilitas adalah sumber daya fisik yang ada sebelum suatu jasa dapat ditawarkan kepada konsumen (Tjiptono, 2002:41-42), Sedangkan menurut Agus Sulastiyono (2006-11) fasilitas adalah penyediaan perlengkapan – perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada para tamu dalam melaksanakan aktivitas – aktivitasnya atau kegiatan – kegiatannya, sehingga kebutuhan - kebutuhan tamu dapat terpenuhi selama tinggal dihotel. Segala fasilitas yang ada yaitu kondisi fasilitas, kelengkapan, desain interior dan eksterior serta kebersihan fasilitas harus diperhatikan terutama yang berkaitan erat dengan apa yang dirasakan atau didapat konsumen secara langsung. Pelanggan memang harus dipuaskan, sebab kalau tidak puas akan meninggalkan perusahaan dan menjadi pelanggan pesaing. Hal ini akan menyebabkan penurunan penjualan dan pada gilirannya akan menurunkan laba.

(13)

2.1.1.2 Fasilitas Jasa

Menurut Tjiptono ( 2004 ) ada beberapa unsur–unsur yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan fasilitas jasa, yaitu :

1. Pertimbangan atau perencanaan parsial

Aspek-aspek seperti proposi, tekstur, warna, dan lain–lain perlu dipertimbangkan, dikombinasikan, dan dikembangkan untuk memancing respon intelektual maupun emosional dari pemakai atau orang yang melihatnya.

2. Perancang ruang

Unsur ini mencakup perencanaan interior dan arsitektur seperti penempatan perabotan dan perlengkapan dalam ruangan, desain aliran sirkulasi dan lain–lain seperti penempatan ruang pertemuan perlu diperhatikan selain daya tampungnya, juga perlu diperhatikan penempatan perabotan atau perlengkapan.

3. Perlengkapan atau perabotan

Perlengkapan berfungsi sebagai sarana pelindung barang-barang berharga, sebagai tanda penyambutan bagi para konsumen.

4. Tata cahaya

Yang perlu diperhatikan dalam tata cahaya adalah warna jenis dan sifat aktivitas yang dilakukan dalam ruangan serta suasana yang diinginkan.

(14)

Warna dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi, menimbulkan kesan rileks, serta mengurangi tingkat kecelakaan. Warna yang dipergunakan untuk interior fasilitas jasa diperlu dikaitkan dengan efek emosional dari warna yang dipilih

6. Pesan-pesan yang disampaikan secara grafis

Aspek penting yang terkait dalam unsur ini adalah penampilan visual, penempatan, pemilihan bentuk fisik, pemilihan warna, pencahayaan dan pemilihan bentuk perwajahan lambang atau tanda yang dipergunakan untuk maksud tertentu.

(15)

2.1.2 Lokasi

2.1.2.1 Pengertian Lokasi

Menurut Mc Carthy, yang dimaksud dengan lokasi meliputi saluran distribusi, jangkauan, lokasi penjualan, pengangkutan, persediaan, pergudangan (Swasta dan Handoko, 2000:125). Faktor penting dalam pengembangan usaha adalah letak lokasi terhadap daerah perkotaan, cara pencapaian dan waktu tempuh lokasi ke tujuan. Walaupun demikian, faktor lokasi bersifat relatif untuk setiap jenis usaha yang berbeda.

Smith (dalam Sofa, 2008:26), memperkenalkan teori lokasi “dapat

memaksimumkan laba dengan menjelaskan konsep average cost (biaya rata-rata) dan

averade revenue (penerimaan rata-rata) yang terkait dengan lokasi.” Dengan asumsi jumlah produksi adalah sama, maka dapat dibuat kurva biaya rata-rata (per unit produksi) yang bervariasi dengan lokasi. Jika selisih antara average revenue

dikurangi average cost adalah tertinggi, maka itulah lokasi yang memberikan keuntungan maksimal.

Lokasi dalam ruang dapat di bedakan antara lokasi absolut dengan lokasi relatif. Lokasi absolut suatu tempat atau suatu wilayah, yaitu lokasi yang berkenaan dengan posisinya menurut garis lintang dan garis bujur atau berdasarkan atau berdasarkan jaring-jaring derajat. Lokasi relatif suatu tempat atau suatu wilayah dapat dibaca pada peta.

(16)

Sekurang – kurangnya posisi dan iklimnya sudah dapat kita perhitungkan. Untuk memperhitungkan karakteristiknya lebih jauh lagi, harus diketahui tentang lokasi relatifnya.

2.1.2.2 Faktor Pemilihan Lokasi

Menurut Tjiptono ( 2004 ) pemilihan lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor berikut :

1. Akses, misalnya lokasi yang mudah dilalui atau mudah dijangkau saranatransportasi umum

2. Visibilitas, misalnya lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan 3. Lalulintas, ada 2 hal yang diperhatikan :

a. Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberikan peluang yang besar terjadinya impuls buying

b. Kepadatan dan kemacetan bisa menjadi hambatan 4. Tempat parkir yang luas dan aman

5. Ekspansi yaitu tersedia tempat yang luas untuk perluasan di kemudian hari.

6. Lingkungan yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan. 7. Persaingan yaitu lokasi dengan pesaing sejenis

8. Peraturan pemerintah

(17)

bergantung kepada tipe bisnis. Pada analisis lokasi di sektor industri strategi yang dilakukan terfokus pada minimisasi biaya, sementara pada sektor jasa, focus ditujukan untuk memaksimalkan pendapatan. Hal ini disebabkan karena perusahaan manufaktur mendapatkan bahwa biaya cenderung sangat berbeda diantara lokasi yang berbeda, sementara perusahaan jasa mendapati bahwa lokasi sering memiliki dampak pendapatan dari pada biaya. Oleh karena itu bagi perusahaan jasa lokasi yang spesifik sering kali lebih mempengaruhi pendapatan daripada mempengaruhi biaya.

2.1.2.3 Jenis-jenis Interaksi Lokasi

Sedangkan menurut Lupiyoadi (2001:61-62) mendefinisikan lokasi adalah tempat di mana perusahaan harus bermarkas melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu:

1. Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan)

Apabila keadaannya seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau dengan kata lain harus strategis.

2. Pemberi jasa mendatangi konsumen.

Dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa harus tetap berkualitas.

3. Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu langsung.

(18)

tidak penting selama komunikasi antara kedua belah pihak dapat terlaksana.

Dari uraian pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa lokasi perusahaan menunjukan tempat perusahaan beroperasi dan merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan konsumen terhadap perusahaan tersebut. Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi suatu bisnis, yaitu daerah perdagangan yang cukup potensial, tempat mudah dijangkau, mempunyai potensi pertumbuhan, terletak dalam arus bisnis, ada daya tarik yang kuat, dalam lalulitas lancer persaingan kecil.

2.1.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Lokasi

Render dan Heizer, 2001 (dalam Adrianto, 2006 : 33) mempunyai pendapat yang melengkapi pernyataan sebelumnya. Menurut mereka, faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi adalah :

1. Lingkungan masyarakat

Kesediaan masyarakat suatu daerah menerima segala konsekuensi baik konsekuensi positif maupun negatif terhadap didirikannya suatu perusahaan didaerah merupakan suatu syarat penting. Perusahaan perlu memperhatikan nilai-nilai lingkungan dan ekologi dimana perusahaan akan berlokasi.

2. Kedekatan dengan pasar

(19)

Dalam sector jasa, daerah pasar biasanya ditentukan oleh waktu perjalanan para pelanggan ke lokasi.

3. Tenaga kerja

Dimanapun lokasi perusahaan, harus mempunyai tenaga kerja, karena itu cukup tersedianya tenaga kerja merupakan hal yang mendasar. Bagi banyak perusahaan sekarang kebiasaan dan sikap calon pekerja suatu daerah lebih penting dari ketrampilan dan pendidikan karena jarang perusahaan yang dapat menemukan tenaga kerja baru yang telah siap pakai untuk pekerjaan yang sangat bervariasi dan tingkat spesialisasi yang sangat tinggi, sehingga perusahaan harus menyelenggarakan pelatihan khusus bagi tenaga kerja baru. 4. Kedeketan dengan bahan mentah

Apabila bahan mentah berat dan susut cukup besar dalam proses produksi maka perusahaan lebih baik berlokasi dekat dengan bahan mentah. Tetapi bila produk jadi lebih berat, besar dan bernilai rendah maka lokasi dipilih sebaliknya. Lebih dekat dengan bahan mentah dan supplier memungkinkan suatu perusahaan mendapatkan pelayanan supplier yang lebih baik

5. Fasilitas dan biaya transportasi

(20)

6. Sumber daya – sumber daya alam lainnya

Hampir setiap industri memerlukan tenaga yang dibangkitkan dari aliran listrik, diesel, air, angin, dan lain – lain. Oleh sebab itu perlu diperhatikan tersedianya sumber daya – sumber daya dengan murah dan mencukupi.Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa lokasi suatu bisnis merupakan salah satu faktor penting bagi efisiensi bisnis. Lokasi bisnis tidak bisa diabaikan begitu saja, karena pemilihan lokasi akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan suatu perusahan dimasa yang akan datang.

Jadi penentuan lokasi harus diusahakan agar konsumen selalu dekat dan strategis. Penentuan lokasi menjadi sangat vital, karena kesalahan penentuan lokasi dapat menyebabkan kegagalan perusahaan. Diusahakan agar lokasi mudah dijangkau, strategis, dekat dengan konsumen dan mudah diakses.

(21)

2.1.3 Keputusan Menginap

2.1.3.1 Pengertian Keputusan Konsumen

Menurut Nugroho J. Setiadi (2003:413) Pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya.

Keputusan konsumen merupakan salah satu bagian yang terdapat di dalam perilaku konsumen. Swastha (2003:9) mengungkapkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Karena keputusan membeli dapat dipengaruhi oleh lingkungan, maka perushaan haruslah mampu memanfaatkan hal tersebut.

Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Pengertian keputusan pembelian, menurut Kotler & Armstrong (2001: 226) adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan.

(22)

a. Rutinitas konsumen dalam melakukan pembelian. b. Kualitas yang diperoleh dari suatu keputusan pembelian.

c. Komitemen atau loyalitas konsumen yang sudah biasa beli dengan produk pesaing.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian

Proses pengambilan keputusan pembelian seorang calon konsumen banyak dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Menurut Kotler (2005:202) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam dalam perilaku konsumen. Pemasar perlu memahami peranan yang dimainkan oleh budaya, sub budaya, dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah serangkaian nilai, persepsi, keinginan dan perilaku dasar yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga dan instansi penting lain. Sub budaya adalah kelompok orang yang memiliki sistem lain yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang serupa. Kelas sosial adalah pembagian kelompok masyarakat yang relatif permanen dan relatif teratur dimana anggota-anggotanya memiliki nilai, minat dan perilaku yang serupa. 2. Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok

(23)

3. Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik seperti umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, biaya hidup, kepribadian, dan konsep diri. Sepanjang hidupnya orang akan mengubah barang dan jasa yang dibelinya.

4. Pilihan pembelian dipengaruhi empat faktor psikologi utama: motivasi, persepsi, pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap. Motivasi adalah kebutuhan yang mendorong seseorang secara kuat mencari ataskeputudan tersebut. Persepsi adalah menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti untuk dunia. Pembelajaran adalah perubahan perilaku seseorang karena pengalaman. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dipertahankan seseorang mengenai sesuatu. Sikap adalah evaluasi, perasaan, dan kecenderungan yang konsisten atau suka atau tidak sukanya seseorang terhadap objek atau ide.

Pemasar dapat memasukkan sesuatu ke dalam pikiran konsumen, mengubah sikap konsumen atau membuat keputusan bertindak. Untuk hal itu, menurut kotler (2002:713) maka akan digunakan model AIDA, yaitu :

1. Attention, timbulnya perhatian konsumen terhadap suatu pemasaran yang dilakukan produsen.

2. Interest, munculnya rasa ketertarikan terhadap objek yang ditawarkan produsen tersebut atau membangkitkan minat.

3. Desaire, setelah rasa tertarik, timbul hasrat atau keinginan untuk memiliki objek tersebut.

4. Action, tindakan konsumen pembelian yang dilakukan konsumen setelah memiliki hasrat atau keinginan untuk memiliki objek.

(24)

pembeli. Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusan menimbulkan keputusan pembelian tertentu. Philip Kotler menggambarkan hal tersebut dalam gambar 2.2.

Gambar 2.1 Model Perilaku Pembeli

2.1.3.3 Jenis Perilaku Pembelian

Konsumen memiliki perilaku konsumen yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi keputusan pembelian. Philip Kotler (2005:221) membagi perilaku pembelian kedalam, 4 jenis, seperti digambarkan dalam gambar 2.3

Rangsangan Pemasaran Produk Harga Saluran pemasaranP romosi

Rangsangan Lain Ekonomi Teknologi Politik Budaya

Ciri-ciri pembeli Budaya Sosial Pribadi Psikologi

(25)

Keterlibatan tinggi Keterlibatan Rendah Perbedaan yang

sangat besar diantara merek

Perbedaan yang kecil diantara merek

Gambar 2.2

Empat Tipe Perilaku Pembelian

1. Perilaku pembelian yang rumit (Complex buying behaviour) ; terdiri dari proses tiga langkah yaitu : Pertama, pembeli mengambangkan keyakinan tentang produk tersebut . Kedua, ia membangun sikap tentang produk tersebut. Ketiga, ia membuat pilihan pembelian yang cermat

2. Perilaku pembelian pengurangan ketidaknyamanan (Dissonance reducing buying behaviour); kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam sebuah pembelian namun melihat sedikit perbedaan di antara berbagai merek. Keterlibatan yang tinggi disadari oleh fakta bahwa pembelian tersebut mahal, jarang dilakukan, dan beresiko. Konsumen pertama-tama bertindak, kemudian mendapatkan keyakinan baru , selanjutnya hasil akhirnya muncul sekumpulan sikap. Jadi, komunikasi pemasaran harus ditujukan pada penyediaan keyakinan dan evaluasi yang membantu konsumen merasa puas dengan pilihan mereknya.

Perillaku Pembelian Yang kompleks

Perilaku Pembelian Pencari variasi

Perilaku Pembelian Pengurangan disonasi

(26)

3. Perilaku pembelian yang mencari variasi (Variety-seeking buyingbehaviour); beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah namun perbedaan merek yang signifikan. Dalam situasi ini, konsumen sering melakukan perpindahan merek.

4. Perilaku pembelian karena kebiasaan (Habitual buying behaviour); banyak produk dibeli dengan kondisi rendahnya keterlibatan konsumen dan tidak adanya perbedaan merek yang signifikan, Konsumen memiliki keterlibatan yang rendah dalam pembelian sebagian besar produk yang mudah dan sering dibeli. Perilaku konsumen dalam kasus produk dengan keterlibatan rendah tidak melalui urutan umum keyakinan, sikap, dan perilaku.

2.1.3.4 Peran Konsumen dalam Keputusan Pembelian

Pemasar harus dapat mengetahui siapa yang membuat keputusan pembelian dan apa saja peran yang dilakukan konsumen tersebut. Mengenali konsumen untuk beberapa produk tertentu cukup mudah, tetapi pemasar juga perlu mengidentifikasi peran konsumen dalam keputusan pembelian. Kotler (2005 :220) membedakan lima peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian, yaitu :

1. Pencetus yaitu seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk atau jasa.

2. Pemberi pengaruh yaitu seseorang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan.

(27)

4. Pembeli yaitu orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya.

5. Pemakai yaitu seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa yang bersangkutan.

2.1.3.5 Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian Kotler (2002:223) mengemukakan bahwa:

“Konsumen melewati lima tahap dalam proses pembelian sebuah produk. Lima tahap ini tidak berlaku untuk pembelian dengan keterlibatan yang rendah, karena tahapan ini menampung seluruh cakupan pertimbangan yang muncul saat seorang konsumen

menghadapi pembelian baru dengan keterlibatan yang tinggi”.

Berikut merupakan lima tahap proses pembelian konsumen pada gambar 2.3

Gambar 2.3

Tahap – Tahap Proses Keputusan Pembelian

Penjelasan lebih lanjut mengenai tahapan diatas adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan masalah. Proses pembelian dimulai saat konsumen mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan konsumen dapat dipengaruhi oleh rangsangan internal atau rangsangan eksternal. Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu kategori produk.

Pengenalan masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan Pembelian

(28)

2. Pencarian informasi. Setelah mengenali kebutuhannya, maka konsumen akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan perhatian yang menguat. Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih peka terhadap informasi tentang produk. Pada tingkat selanjutnya, konsumen itu mungkin memasuki pencarian aktif informasi yaitu mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk. Pemasar perlu mengetahui sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok yaitu:

 Sumber pribadi; keluarga, teman, tetangga, kenalan.

 Sumber komersial; iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko.  Sumber publik; media massa, organisasi penentu peringkat konsumen.  Sumber pengalaman; penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.

(29)

konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

4. Keputusan pembelian. Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai.

5. Perilaku pasca pembelian. Proses terakhir yaitu perilaku setelah membeli, dalam hal ini kita melihat kepuasan setelah membeli dan tindakan yang dapat mempengaruhi perilaku selanjutnya yaitu Past Purchase Action.

(30)

memaksimumkan nilai dari pengalaman konsumsinya. Penyedia jasa bisa secara efektif mempengaruhi proses konsumsi dan evaluasi.

2.1.4 Keterkaitan Hubungan Fasilitas Dan Lokasi Terhadap Keputusan Konsumen

2.1.4.1 Pengaruh Fasilitas Terhadap Keputusan Konsumen

Menurut Tjiptono (2004:23) dengan fasilitas yang baik maka dapat membentuk persepsi di mata pelanggan. Di sejumlah tipe jasa, persepsi yang terbentuk dari interaksi antara pelanggan dengan fasilitas berpengaruh terhadap kualitas jasa di mata pelanggan.

Boyd, et al (2000:272) menyebutkan bahwa pengukuran terhadap atribut intrinsik dan entrinsik produk yang dilakukan oleh konsumen merupakan faktor kunci bagi keputusan untuk penggunaan produk tersebut. Secara lebih sistematis, kedua atribut tersebut tergabung dalam dimensi-dimensi kualitas produk. Dimensi kualitas produk tersebut adalah performance (kinerja utama dari pengoperasian), feature

(karakteristik tambahan), reliabilitas (kemungkinan kerusakan), durability (umur produk), facilities (fasilitas yang ditawarkan dalam produk tersebut), aesthetic

(penampilan produk), conformance (spesifikasi produk) dan perceived quality

(31)

yang lain. Penyebabnya adalah pendapat tersebut bersifat subjektif, tergantung pada bagaimana persepsi konsumen terhadap produk tersebut.

2.1.4.2 Hubungan Lokasi dengan Keputusan Konsumen

Menentukan lokasi tempat untuk setiap bisnis merupakan suatu tugas penting bagi pemasar, karena keputusan yang salah dapat mengakibatkan kegagalan sebelum bisnis dimulai. Memilih lokasi berdagang merupakan keputusan penting untuk bisnis yang harus membujuk pelanggan untuk datang ke tempat bisnis dalam pemenuhan kebutuhannya. Pemilihan lokasi mempunyai fungsi yang strategis karena dapat ikut menentukan tercapainya tujuan badan usaha. Lokasi lebih tegas berarti tempat secara fisik (Basu Swasta dan Irawan, 2003:339).

Menurut Zimerrer (2002:350), menyatakan bahwa memilih lokasi dekat dengan pelanggan perlu untuk mempertahankan daya saing. Hal tersebut karena keputusan pembelian menyangkt kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik, misalnya keputusan mengenai dimana sebuah hotel atau restoran didirikan. Selain itu, Zimerrer (2002:156) juga menyatakan bahwa perhatian pada kenyamanan pelanggan juga perlu

(32)

keselamatan dan keamanan dari lokasi merupakan salah satu variabel yang memberi

kontribusi pada pertimbangan konsumen dalam menggunakan jasa yang ditawarkan”.

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Suyanto (2006) yang meneliti pengaruh pelayanan dan lokasi terhadap keputusan konsumen menggunakan jasa bengkel. Dalam penelitian ini diteliti tentang keputusan pembelian jasa bengkel. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel lokasi dan pelayanan berpengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan konsumen menggunakan jasa bengkel. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien variabel pelayanan pada persamaan regresi yaitu sebesar 0,826 dan variabel lokasi sebesar 0,731. Berdasarkan penelitian tersebut kualitas pelayanan memberikan pengaruh paling kuat terhadap keputusan penggunaan jasa bengkel.

(33)

Penelitian yang dilakukan oleh Ari Budi Sulistiono (2010) yang meneliti pengaruh kualitas pelayanan,fasilitas dan lokasi terhadap keputusan menginap. Dalam hal ini diteliti tentang keputusan menginap di Hotel Serondol Indah Semarang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan, fasilitas dan lokasi berpengaruh terhadap keputusan menginap di Serondol Indah Semarang. Hal itu bisa dilihat dari koefisien variabel kualitas pelayanan sebesar 0,308, variabel fasilitas sebesar 0,284, dan variabel lokasi sebesar 0,303. Berdasarkan penelitian tersebut variabel lokasi berpengaruh paling kuat terhadap keputusan berbelanja di swalayan.

[image:33.612.118.526.434.689.2]

Untuk lebih jelasnya, berikut penulis sajikan tabel 2.1 mengenai hasil peneliti terdahulu yang terkait dengan variabel peneliti

Tabel 2.1

Hasil Peneliti Terdahulu Terkait dengan Variabel Peneliti No. Penelitian

Terdahulu

Judul Kesimpulan Perbedaan Persamaan

(34)

2. Rahajani (2005) pengaruh lokasi, pelayanan, fasilitas terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel lokasi, pelayanan, dan fasilitas berpengaruh terhadap keputusan pembelian Pada penelitian Raharjani variable (x) lokasi,pelayanan,f asilitas dan keputusan pembelian. Sedangkan variable (x) yang penulis ambil hanya mengenai lokasi dan fasil;itas terhadap keputusan pebelian saja. Variable (x) yaitu lokasi dan fasilitas sedangkan variable (y) keputusan pembelian.

3. Ari Budi Sulistiono (2010) pengaruh kualitas pelayanan,fas ilitas dan lokasi terhadap keputusan menginap Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan, fasilitas dan lokasi berpengaruh terhadap keputusan menginap Pada penelitian Ari Budi Sulistiono variable (x) kualitas pelayanan,fasilitas dan lokasi terhadap keputusan menginap. Sedangkan variable (x) yang penulis ambil hanya mengenai fasilitas dan lokasi terhadap keputusan menginap saja. Variable (x) yaitu fasilitas dan lokasi sedangkan variable (y) keputusan menginap.

2.2 Kerangka Pemikiran

(35)

seluruh dunia. Dampak dari semua itu terjadinya peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.Semua itu banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk mendirikan hotel-hotel baru dengan berbagai fasilitasnnya selain untuk keperluan wisata, hotel juga berfungsi untuk keperluan bisnis atau akademis, seperti rapat, pelatihan, seminar, wisuda dan lain-lain. Oleh karena itu, selain menyewakan kantor hotel juga menyewakan ruang-ruang pertemuan.

Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, makan minum dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus seperti membeli barang yang disertai dengan perundingan – perundingan sebelumnya.

Fasilitas adalah sumber daya fisik yang ada sebelum suatu jasa dapat ditawarkan kepada konsumen (Tjiptono, 2002:41-42),

Sedangkan menurut Sulastiyono (2006) fasilitas adalah penyediaan perlengkapan – perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada para tamu dalam melaksanakan aktivitas – aktivitasnya atau kegiatan – kegiatannya, sehingga kebutuhan - kebutuhan tamu dapat terpenuhi selama tinggal dihotel.

menurut Sulastiyono (2006) ada tiga faktor yang mendukung dalam sebuah fasilitas yaitu :

(36)

3. Desain Interior 4. Eksterior

Dalam membangun sebuah usaha diperlukan sebuah tempat dimana sebuah perusahaan tersebut akan berlokasi. Menurut Murti dan Soeprihanto (1999) letak atau lokasi perusahaan sering disebut sebagai tempat kegiatan perusahaan melakukan kegiatan sehari-hari.

Menurut Mc Carthy, yang dimaksud dengan lokasi meliputi saluran distribusi, jangkauan, lokasi penjualan, pengangkutan, persediaan, pergudangan (Swasta dan Handoko, 2000:125)

Sedangkan menurut Lupiyoadi (2001:61-62) mendefinisikan lokasi adalah tempat di mana perusahaan harus bermarkas melakukan operasi.

Menurut (Tjiptono, 2004 : 41-42) pemilihan lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor berikut :

1. Keterjangkauan

2. Kelancaran arus lalu lintas

3. Lingkungan sekitar hotel yang nyaman 4. Dekat dengan fasilitas umun

(37)

diambil oleh tamu pada prinsipnya merupakan keputusan konsumen dalam memilih hotel sebagai tempat untuk menginap, yang secara garis besar dijelaskan dalam perilaku konsumen.

Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual.

Pengertian keputusan pembelian, menurut Kotler & Armstrong (2001: 226) adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli

Pada umumnya manusia bertindak rasional dan mempertimbangkan segala jenis informasi yang tersedia dan mempertimbangkan segala sesuatu yang bisa muncul dari tindakannya sebelum melakukan sebuah perilaku tertentu.

Menurut (Philip Kotler, 2005:36) Para konsumen akan melewati lima tahapan dalam melakukan pembelian yaitu:

(38)

Berdasarkan kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu, maka dapat disusun sebuah kerangka pemikiran seperti yang tersaji dalam gambar sebagai berikut

Boyd (2000:272)

[image:38.612.140.471.201.663.2]

Lamb (2001: 102)

Gambar 2.4

Skema Kerangka Pemikiran Fasilitas ( X1 )

1. kondisi fasilitas 2. Kelengkapan

3. Desain

(Agus Sulastiyono, 2006:11)

Lokasi ( X2 )

1. Keterjangkauan. 2. Kelancaran arus

lalu lintas. 3. Lingkungan

sekitar hotel yang nyaman.

4. Dekat dengan fasilitas umum.

(Fandy Tjiptono, 2004:41-42)

Keputusan Menginap ( y )

1. Pengenalan masalah 2. Pencarian informasi 3. Evaluasi alternatif 4. Keputusan pembelian 5. Perilaku pasca

(39)

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono dalam bukunya Penelitian Bisnis (2008:221) menyatakan bahwa:

Hipotesis merupakan suatu ide untuk mencari fakta yang harus dikumpulkan. Hipotesis adalah suatu pertanyaan sementara atau dugaan yang paling memungkinkan yang masih harus dicari kebenarannya.

Hipotesis utama:

Terdapat Pengaruh FasilitasDanLokasi Terhadap Keputusan menginap Hotel Augusta Bandung.

Sub Hipotesis:

 Terdapat Pengaruh Fasilitas Terhadap Keputusan menginap Hotel Augusta Bandung.

(40)

43 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sebagai topik penulisan dalam rangka menyusun suatu laporan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data–data yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut yang berjudul : “Pengaruh Fasilitas Dan Lokasi Terhadap Keputusan Konsumen Menginap Pada Hotel Augusta Bandung”.

Di dalam penelitian ini, penulis mengemukakan dua variabel yang akan diteliti. Adapun variabel yang akan diteliti di dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel independent (variabel bebas), yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependent (variabel tidak bebas). Variabel independent (variabel X1) dalam penelitian ini adalah Fasilitas dan (variabel X2) Lokasi.

2. Variabel dependent (variabel tidak bebas), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent. Variabel dependent (variabel Y) dalam penelitian ini adalah Keputusan Konsumen.

(41)

3.2 Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif dan pendekatan kuantitatif.

Metode penelitian menurut Sugiyono (2009:2) ”Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode

deskriptif dan pendekatan kuantitatif”

Metode Deskriptif menurut Sugiyono (2009:206) mendefinisikan:

“Penelitian yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku umum atau

generalisasi”.

Sedangkan menurut Mudjarad Kuncoro (2001:102) mendefinisikan Pendekatan kuantitatif yaitu:

“Pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan manejerial dan ekonomi dimana pendekatan ini terdiri atas perumusan masalah, mencari solusi, menguji solusi, menganalisa hasil dan mengimplemasikan hasil”.

(42)

dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Menurut Moh. Nazir (2003:84), memaparkan bahwa:

“desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

Dari pemaparan di atas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitianmulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.

Dalam penelitian ini, penulis menerapkan desain penelitian yang lebih luas, yang mencangkup proses-proses berikut ini:

1. Sumber masalah

Peneliti menentukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar penelitian.

2. Perumusan masalah

(43)

melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji dengan cara yang relevan dan penemuan yang relevan.

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah Pengaruh Fasilitas dan Lokasi terhadap Keputusan menginap

5. Metode Penelitian

(44)

penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan kuantitatif.

6. Menyusun instrument penelitian

Peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Pada penelitian ini untuk menguji adanya hubungan dari Fasilitas (Variabel Independen“X1”) dan Lokasi (Variabel Independen“X2”) terhadap Keputusan Menginap (Variabel dependen“Y”)

digunakan korelasi Analisis Regresi Berganda, dan untuk menguji pengaruh dari Fasilitas (Variabel Independen“X1”) dan Lokasi (Variabel Independen“X2”) terhadap Keputusan Konsumen (Variabel dependen“Y”)

digunakan koefisien determinasi. 7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah, dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

(45)

1. Variabel Fasilitassebagai variabel independen pertama (X1).

2. Variabel Lokasi variabel independent kedua (X2)

3. Variabel Keputusan Menginap sebagai variabel dependent (Y)

[image:45.595.109.508.265.753.2]

Untuk lebih jelasnya rincian masing-masing variabel dapat dijelaskan dalam Tabel 3.1. berikut ini:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel Konsep

Variabel

Indikator Ukuran Skala

Ukuran Fasilitas

( X2 )

penyediaan perlengkapan – perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada para tamu dalam melaksanakan aktivitas – aktivitasnya atau kegiatan – kegiatannya, sehingga kebutuhan - kebutuhan tamu dapat terpenuhi selama tinggal dihotel (Agus Sulastiyono (2006:11) 1. Kondisi fasilitas Tingkat kebersihan Tingkat kerapihan Ordinal

2. kelengkapan Tingkat

kelengkapan kamar Tingkat

kesesuaian

3. Desain Tingkat

kemenarik Tingkat

(46)

Lokasi ( X2)

tempat di mana perusahaan harus bermarkas melakukan operasi Lupiyoadi (2001:61-62)

1. Keterjangkauan Tingkat ke strategisan

Ordinal 2. Kelancaran

arus lalu lintas

Tingkat kelancaran lalulintas 3. lingkungan sekitar hotel yang nyaman Tingkat kebersihan lingkungan hotel Tingkat kenyamanan lingkungan hotel

4. dekat dengan fasilitas umum

(47)

oleh penjual (Phillip

Kotler,2005:36)

5. Perilaku pasca pembelian

Tingkat prilaku pasca

pembelian

3.2.3 Sumber Dan Teknik Pengumpulan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini dibagi dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut:

1) Data Primer

Data primer merupakan data yang diambil langsung dari responden secara langsung yang dikumpulkan melalui survei lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan tertentu yang dibuat untuk itu.

2) Data Sekunder

(48)

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data 3.2.3.2.1 Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang memenuhi kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2009:80) tentang pengertian populasi yaitu:

“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulan”.

[image:48.595.179.449.530.690.2]

Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berda pada satu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh konsumen yang datang ke Hotel Augusta Bandung sebanyak 2374

Tabel 3.2

Jumlah Pengunjung Hotel Augusta Bandung Tahun 2010 yang Menjadi Populasi

Type Kamar 2010

Superior 70

Deluxe 104

Standard A 950

Standard B 1250

Jumlah 2374

(49)

3.2.3.2.2 Sampel

Untuk membuktikan kebenaran jawaban yag masih sementara (hipotesis), maka peneliti melakukan pengumpulan data pada obyek tertentu. Karena obyek dalam populasi terlalu luas maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Menurut Sugiyono (2007:81) memyatakan bahwa populasi adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Menurut Adi Supangat (2007:4) menyatakan bahwa:

“sampel adalah bagian dari populasi (contoh), untuk dijadkan sebagai

bahan penelaahan dengan harapan contoh yang diambil dari populasi

tersebut dapat mewakili (reprensentatitive) terhadap populasinya”.

Menurut Sugiyono (2009:116), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik yang di ambil dan dapat mewakili populasi dalam penelitian dilakukan dengan teknik stratified random sampling yaitu para pengguna jasa penginapan hotel di lokasi penelitian.

(50)
[image:50.595.145.484.362.537.2]

2

1

Ne

N

n

100 84 , 99 51 . 6 2374 ) 1 , 0 ( 3431 1 2374 2      n n n n Tabel 3.3

Jumlah Pengunjung Hotel Augusta Bandung Tahun 2010 yang Menjadi Populasi

Type Kamar Jumlah

Pengunjung (Ni)

% Jumlah

Sampel (ni)

Superior 70 10 10

Deluxe 104 20 200

Standard A 950 25 25

Standard B 1250 30 30

Jumlah 2374 100 100

Sumber : Hotel Augusta Bandung2010

(51)

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakna dalma penelitian ini adalah:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di perusahaan yang menjadi objek penelitian. Data yang diperoleh merupakan data primer yang diperoleh dengan cara:

a. Observasi (Pengamatan Langsung), yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langkung dilokasi untuk memperoleh data yang diperlukan.

b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang di bahas.

c. Angket (Kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengambilan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawab, berupa daftar pertanyaan yang dibuat dengan metode pertanyaan terstruktur (tertutup dan terbuka) kepada 100 responden tentang variabel fasilitas,lokasi dan keputusan menginap.

(52)
[image:52.595.220.460.312.489.2]

pemberian skor dilakukan atas jawaban pertanyaan, baik mengenai Motivasi dan Komitmen karyawan (independen), maupun Prestasi Kerja karyawan (dependen). Karena data ini berskala ordinal, maka selanjutnya nilai-nilai dari alternatif tersebut dijumlahkan untuk setiap responden. Sugiyono (2006:89), mengatakan bahwa “Jawaban responden diberi skor dengan menggunakan skala likert”, seperti terdapat pada tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.4 Skala Likert

Jawaban Skala Nilai

Sangat setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

Sumber : Sugiyono (2006;89)

d. Dokumentasi, yaitu bukti-bukti dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan penulis untuk dijadikan bahan dalam penyusunan penelitian.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Reseacrh)

(53)

3.2.4.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2009:173) valid berarti instrument tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.Jadi suatu penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Uji validitas dalam penelitian ini akan menggunakan korelasi pearson (Product Moment Pearson). Uji validitas ini perlu dilakukan guna mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun benar-benar mengukur apa yang perlu diukur. Uji validitas dimaksudkan sebagai ukuran seberapa cermat suatu uji melakukan fungsi sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Pengukuran ini digunakan karena penyusunan angket penelitian ini dilakukan dengan mendasarkan atas konstruksi teoritik masing-masing variabel penelitian. Kemudian dari variabel penelitian tersebut dicari indikatornya, selanjutnya dijabarkan pada setiap item dalam angket.

Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi diantara masing-masing pernyataan dengan skor total. Adapun rumus dari pada korelasi pearson adalah sebagai berikut :

 

2 2

2

 

2

n XY- X Y

r=

X - X × Y - Y

 

Keterangan:

r = Nilai Korelasi Pearson

X

(54)

Y

= Jumlah Hasil Pengamatan Variabel Y

XY

= Jumlah dari Hasil Kali Pengamatan Variabel X dan Variabel Y

n

X

 = Jumlah dari Hasil Pengamatan Variabel X yang Telah Dikuadratkan

Yn = Jumlah dari Hasil Pengamatan Variabel Y yang Telah Dikuadratkan Apabila r lebih besar atau sama dengan 0,30, maka item tersebut dinyatakan valid. Hal ini berarti, instrumen penelitian tersebut memiliki derajat ketepatan dalam mengukur variabel penelitian, dan layak digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian. tetapi apabila rs lebih kecil dari 0,30, maka item

[image:54.595.125.516.548.754.2]

tersebut dinyatakan tidak valid, dan tidak akan diikutsertakan dalam pengujian hipotesis berikutnya atau instrumen tersebut dihilangkan dari pengukuran variabel. Pengujian validitas dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS, dengan menelaah nilai Pearson correlation. Setelah ditemukan bahwa pernyataan-pernyataan (butir) yang digunakan penelitian ini valid, maka selanjutnya pernyataan yang dinyatakan valid diuji reliabilitasnya.

Tabel 3.5 Hasil uji Validitas

Variabel Pertanyaan Koefisien

Validitas Titik Kritis Keterangan

Fasilitas

F1 0.806 0.3 Valid

F2 0.785 0.3 Valid

F3 0.656 0.3 Valid

F4 0.748 0.3 Valid

F5 0.833 0.3 Valid

F6 0.737 0.3 Valid

Lokasi

L1 0.824 0.3 Valid

L2 0.814 0.3 Valid

L3 0.801 0.3 Valid

L4 0.829 0.3 Valid

L5 0.855 0.3 Valid

(55)

Keputusan Menginap

K1 0.875 0.3 Valid

K2 0.732 0.3 Valid

K3 0.821 0.3 Valid

K4 0.717 0.3 Valid

K5 0.812 0.3 Valid

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa seluruh item pernyataan memiliki nilai koefisien validitas lebih besar dari titik kritis (0,300) dinyatakan valid. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koesioner tentang Pengaruh Fasilitas dan Lokasi terhadap Keputusan Konsumen sudah memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian.

3.2.4.2 Uji Reliabilitas

Setelah melakukan pengujian validitas butir pertanyaan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas untuk menguji kehandalan atau kepercayaan alat pengungkapan dari data. Dengan diperoleh nilai r dari uji validitas yang menunjukkan hasil indeks korelasi yang menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara dua belahan instrumen. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah Split Half Method (Spearman–Brown Correlation) Tehnik Belah Dua. Metode ini menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan genap–ganjil). Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

(56)

b. Skor untuk masing–masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor total untuk kelompok I dan kelompok II

c. Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II

d. Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Ґ1 =

Keterangan :

Ґ1 = reliabilitas internal seluruh item

Ґb = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua Keputuasan pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan taraf signifikan 5 % satu sisi adalah :

1. Jika thitung lebih dari atau sama dengan t0,05 dengan taraf signifikan 5 %

maka instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan

2. Jika thitung kurang dari t0,05 dengan taraf signifikan 5% satu sisi maka

instrument dinyatakan tidak reliabel dan tidak dapat digunakan. Hasil uji validitas dengan menggunakan program SPSS.

Sekumpulan butir pertanyaan dalam kuesioner dapat diterima jika memiliki nilai koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,7.

b

(57)
[image:57.595.159.478.454.612.2]

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Fasilitas ( X1 )

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Lokasi ( X2 ) Reliability Statistics .745 3a .728 3b 6 .772 .872 .872 .871 Value

N of Items Part 1

Value N of Items Part 2

Total N of Items Cronbach's Alpha

Correlation Between Forms Equal Length Unequal Length Spearman-Brown

Coefficient

Guttman Split-Half Coefficient The items are: F1, F3, F5. a.

The items are: F2, F4, F6. b. Reliability Statistics .799 3a .825 3b 6 .917 .957 .957 .957 Value

N of Items Part 1

Value N of Items Part 2

Total N of Items Cronbach's Alpha

Correlation Between Forms Equal Length Unequal Length Spearman-Brown

Coefficient

Guttman Split-Half Coefficient The items are: L1, L3, L5. a.

(58)
[image:58.595.156.477.187.338.2]

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliabilitas Keputusan Menginap ( Y )

Tabel 3.9

Hasil Uji Reliabilitas Fasilitas ( Variabel X1 ) Lokasi ( Variabel X2 ) dan Keputusan Menginap ( Variabel Y )

Variabel Koef Reliabilitas Titik Kritis Kesimpulan

Fasilits ( X1 ) 0.872 0.7 Reliabel

Lokasi ( X2 ) 0.957 0.7 Reliabel

Keputusan Menginap ( Y )

0.811 0.7 Reliabel

Berdasarkan tabel di atas, diketehui bahwa seluruh item pernyataan hasil uji reliabilitas memiliki nilai koefisien reliabilitas masing-masing sebesar 0,872, 0,957, dan 0,811 lebih besar dari titik kritis (0,7) maka dinyatakan reliabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner tentang pengaruh fasilitas dan lokasi terhadap keputusan konsumen sudah memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian

Reliability Statistics .852 3a .547 2b 5 .682 .811 .816 .761 Value

N of Items Part 1

Value N of Items Part 2

Total N of Items Cronbach's Alpha

Correlation Between Forms

Equal Length Unequal Length Spearman-Brown

Coefficient

Guttman Split-Half Coefficient

The items are: K1, K3, K5. a.

(59)
[image:59.595.179.445.128.253.2]

Tabel 3.10

Standar Penilaian Koefisien Validitas dan Reliabilitas criteria Reliability Validity

Good 0,80 0,50

Acceptable 0,70 0,30

Marginal 0,60 0,20

Poor 0,50 0,10

Sumber: Barker et al, 2002; 70

3.2.4.3 Uji MSI (Method of Successive Interval )

Data yang diperoleh sebagai hasil penyebaran dari kuesioner bersifat ordinal, maka agar analisis dapat dilanjutkan maka skala pengukurannya harus dinaikkan ke skala pengukuran yang lebih tinggi, yaitu skala pengukuran interval agar dapat diolah lebih lanjut. Untuk itu maka digunakan Method of Succesive Interval (MSI) dari Thurstone dalam Harun Al Rasyid (1996:33), yang pada dasarnya adalah suatu prosedur untuk menempatkan setiap objek ke dalam interval

Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data menurut Harun Al Rasyid adalah:

a. Menentukan frekuensi tiap responden (berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan, hitung berapa banyak responden yang menjawab skor 1-5 untuk setiap pertanyaan).

(60)

c. Menentukan proporsi secara berurutan untuk setiap responden sehingga diperoleh proporsi kumulatif yang dianggap menyebar mengikuti sebaran normal baku.

d. Menentukan nilai Z untuk masing-masing proporsi kumulatif yang dianggap menyebar mengikuti sebaran normal baku.

e. Menghitung Scale Of Value (SV) untuk masing-masing proporsi responden, dengan rumus:

Scale Of Value =

lim

-lim

lim

-lim

ower areaunderl pper

areaunderu

pper densityatu ower

Densityatl

Keterangan:

Density at lower limit = Kepadatan Batas Bawah

Density at upper lim = Kepadatan Batas Atas

Area under lower limit = Daerah di Bawah Batas Bawah

Area under upper limit = Daerah di Bawah Batas Atas

f. Mengubah Scale Of Value(SV) terkecil menjadi sama dengan satu (1) dan mentrasformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala terkecil sehingga diperoleh Transformed Scale Of Value (TSV) dengan rumus

1 SVmin

SV

(61)

3.2.5. Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.5.1. Rancangan Analisis

3.2.5.1.1 Analisis Deskriftif/Kualitatif

Analisis Deskriptif/ kualitatif digunakan untuk menggambarkan tentang ciri-ciri responden dan variabel penelitian, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik.

Analisis kualitatif digunakan dengan menyusun tabel frekuensi distribusi untuk mengetahui apakah tingkat perolehan nilai (skor) variabel penelitian masuk dalam kategori: sangat baik, baik, cukup, tidak baik, sangat tidak baik.

Selanjutnya untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian dapat dilhat dari perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal. Skor aktual diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat responden sesuai klasifikasi bobot yang diberikan (1,2,3,4, dan 5). Sedangkan skor ideal diperoleh melalui perolehan predisi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah kuesioner dikalikan jumlah responden.

Sumber : Umi Narimawati (2007:84)

Keterangan:

a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan.

% Skor =

Skor aktual Skor ideal

(62)

b. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.

[image:62.595.156.469.277.370.2]

Selanjutnya hasil perhitungan perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal dikontribusikan dengan tabel 3.4 sebagai berikut :

Tabel 3.11

Kriteria Persentase Skor Tanggapan Responden Terhadap Skor Ideal

No % Jumlah Skor Kriteria

1 20.00 - 36.00 Tidak Baik

2 36.01 - 52.00 Kurang Baik

3 52.01 - 68.00 Cukup

4 68.01 - 84.00 Baik

5 84.01 – 100 Sangat Baik

Sumber : Umi Narimawati (2007:84)

3.2.5.1.2 Analisis Verifikatif (Kuantitatif)

Data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner akan diolah dengan pendekatan kuantitatif. Terlebih dahulu dilakukan tabulasi dan memberikan nilai sesuai dengan sistem yang ditetapkan. Jenis kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup dengan menggunakan skala ordinal. Untuk teknik perhitungan data kuesioner yang telah diisi oleh responden digunakan skala likert dengan langkah-langkah : yaitu , memberikan nilai pemboboton 5-4-3-2-1 untuk jenis pertanyaan positif.

Keseluruhan nilai atau skor yang didapat lalu dianalisis dengan cara : 1. Mengolah setiap jawaban dan pertayaan dari kuisioner yang disebarkan untuk

(63)

2. Nilai yang diperoleh merupakan indikator untuk pasangan variabel independen (X) yaitu X1, X2 , …Xn dan variabel dependen (Y) sebagai berikut (X1,Y),

(X2,Y),…(Xn, Y) dan asumsikan sebagai hubungan linear.

3. Menentukan skala atau bobot dari masing-masing alternatif jawaban seperti diuraikan diatas. Oleh karena data yang didapat dari kuisioner merupakan data ordinal, sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data interval, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skala

pengukurannya menjadi skala interval melalui “Methode of Successive

Interval. Dengan rumus sebagai berikut :

Density at Lower limit – Density at Upper Limit

Means of Interval =

Area at Below Density Upper Limit – Area at Below Lower Limitt

Langkah kerja pengolahan dan analisis data dalam analisis regresi multiple linier adalah sebagai berikut :

(1) Mengubah skala ordinal menjadi skala interval dengan metode interval berurutan (Method Successive Interval ) untuk variabel bebas maupun terikat yaitu :

a. Ambil data ordinal hasil kuesioner

b. Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya

(64)

d. Menghitung nilai densititas untuk setiap proporsi komulatif dengan memasukan nilai Z pada rumus distribusi normal.

e. Menghitung nilai skala dengan rumus Method Successive Interval

f. Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan menggunakan rumus : Nilai Transformasi = Nilai Skala + Nilai Skala Minimal + 1

(2) Untuk mengetahui pengaruh antara variabel pengaruh Fasilitas Dan Lokasi

Terhadap Keputusan Menginap, dalam hal ini adalah konsumen pada Hotel Augusta Bandung digunakan analisis regresi Berganda (Multiple Regression).

3.2.5.1. Rancangan Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi berganda (multiple regression) untuk mengetahui pola perubahan nilai variabel yang disebabkan oleh variabel lain dan untuk menemukan tingkat keeratan hubungan variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Analisis Regresi

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisa pengaruh beberapa variabel bebas atau independen variabel (X) terhadap satu variabel tidak bebas atau dependen variabel (Y) secara bersama-sama.

Persamaan Regresi Linier Berganda adalah:

Dimana :

Y = variabel dependen

(65)

X1, X2 = variabel independen

Α = konstanta

β 1, β 2 = koefisien masing-masing faktor

Dalam hubungan dengan penelitian ini, variabel independen adalah fasilitas (X1) dan lokasi (X2), sedangkan variabel dependen adalah keputusan menginap

(Y), sehingga persamaan regresi berganda estimasinya: Y = α + β1X1 + β 2X2 + e

Dimana,

Y = Pembelian Impulsif

α = Konstanta dari persamaan regresi

β1 = Koefisien regresi dari variable X1, Fasilitas

β2= Koefisien regresi dari variable X2, Lokasi X1= Fasilitas

X2= Lokasi

2.Analisis Koefisien Korelasi Berganda

Korelasi berganda digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan antara variabel X (Fasilitas dan Lokasi) dengan variabel Y (Keputusan Menginap) secara bersamaan.

(66)

Keterangan:

RX1X2Y = Korelasi berganda antara variabel X1 dan X2 dengan Y

X1 = Fasilitas (variabel bebas) X2 = Lokasi (variabel bebas)

Y = Keputusan Menginap (variabel terikat) b1 dan b2 = Koefisien regresi masing-masing variabel

3. Analisis Koefisien Korelasi Pearson

Untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel Budaya organisasi dan kepemimpinan pengaruhnya terhadap kinerja digunakan analisis korelasi dan jenis korelasi yang digunakan adalah korelasi Pearson product moment yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Sumber : Sugiyono (2000:182) dalam Umi Narimawati (2007:87)

Dimana:

rXY = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y, X = variabel Independen

Y = variabel dependen n = Jumlah sampel

1 2

1 1 2 2

2

X X Y

b x y b x y

R y  

 

  ] ) ( [ ] ) (

[n X2 X 2 n Y2 Y 2

Y X XY

(67)

Nilai r berkisar antara -1,00 sampai dengan 1,00. Jika dalam perhitungan ternyata diperoleh harga r yang lebih besar dari +1 atau lebih kecil dari -1, hal tersebut mengindikasikan adanya kekeliruan dalam perhitungan.

Apabila nilai r negatif berarti terdapat korelasi yang negatif atau hubungan yang berlawanan arah antara variabel X dengan variabel Y. Sedangkan bila nilai r positif berarti terdapat hubungan yang positif atau hubungan yang searah a

Gambar

Gambar 2.1 Model Perilaku Pembeli
Gambar 2.2 Empat Tipe Perilaku Pembelian
Tabel 2.1 Hasil Peneliti Terdahulu Terkait dengan Variabel Peneliti
Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

No Mata Pelajaran Jenis Sekolah Kelas Tahun. KEGIATAN ORGANISASI

Hasil pengujian ini menyatakan bahwa besarnya kemampuan ekuitas memperoleh laba bersih tahun berjalan pada BUMN sektor konstruksi ditentukan oleh besarnya nilai

Penelitian ini termasuk penelitian PTK dengan responden penelitian adalah siswa SMA Negeri 10 Semarang kelas X-3 yang berjumlah 31 siswa dan seorang guru.

Harga diri adalah apa yang kita pikirkan dan kita rasakan tentangd. Kita harus berani berbuat benar dan

[r]

Perbuatan tidak menyenangkan adalah suatu tindak pidana yang terjadi antara individu dengan individu yang lain. Tindak pidana perbuatan tidak menyenangkan memang

Hasil penelitian, tingkat kesepian sebelum dilakukan terapi musik angklung masuk kedalam kategori kesepian rendah dan berat, dan setelah dilakukan terapi musik angklung

PENGUASAAN KONSEP HIDROKARBON DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS (PTK pada Siswa Kelas X2 SMA Swadhipa Natar TP 2009-2010). Nama Mahasiswa :