• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biofilm Pati Tapioka Terplastisasi Gliserol dengan Tambahan Natrium Alginat dan Aditif Limonena Kulit Jeruk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Biofilm Pati Tapioka Terplastisasi Gliserol dengan Tambahan Natrium Alginat dan Aditif Limonena Kulit Jeruk"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BIOFILM

PATI TAPIOKA TERPLASTISASI GLISEROL

DENGAN TAMBAHAN NATRIUM ALGINAT DAN ADITIF

LIMONENA KULIT JERUK

OKI DEFRIMIKA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Biofilm Pati Tapioka Terplastisasi Gliserol dengan Tambahan Natrium Alginat dan Aditif Limonena Kulit Jeruk” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

OKI DEFRIMIKA.Biofilm Pati Tapioka Terplastisasi Gliserol dengan Tambahan Natrium Alginat dan Aditif Limonena Kulit Jeruk. Dibimbing oleh TETTY KEMALA dan AHMAD SJAHRIZA.

Biofilm merupakan lapisan tipis yang dapat dijadikan alternatif bahan pengemas dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan membuat dan mencirikan biofilm pati tapioka terplastisasi gliserol dengan tambahan natrium alginat dan aditif limonena kulit jeruk. Biofilm yang telah diperoleh dianalisis bobot jenis, kuat tarik, elongasi, analisis termal, morfologi, permeabilitas uap air, dan uji aplikasi pada pisang. Komposisi natrium alginat:gliserol:limonena (7.5:10:2.5) dapat menurunkan bobot jenis, kuat tarik, dan permeabilitas uap air, serta dapat meningkatkan elongasi. Analisis termal menghasilkan puncak tunggal pada suhu leleh yang menunjukkan bahwa campuran biofilm kompatibel. Penurunan suhu leleh terjadi dengan meningkatnya konsentrasi gliserol. Hasil morfologi menunjukkan film cukup homogen. Uji aplikasi menunjukkan komposisi gliserol 10% mampu meningkatkan daya simpan buah pisang hingga 5 hari.

Kata kunci: biofilm, gliserol, limonena, natrium alginat, pati

ABSTRACT

OKI DEFRIMIKA. Synthesis and Characterization of Biofilm Made of Tapioca Starch with Addition of Glycerol As Plasticizer, Sodium Alginate and Limonene from Orange Peels. Supervised by TETTY KEMALA and AHMAD SJAHRIZA.

Biofilm is a thin layer that can be used as an alternative packaging and environmentally friendly. The objectives of this study ware to synthesis and to characterize biofilm made of tapioca starch with addition of glycerol as plasticizer, sodium alginate and limonene from orange peels. Then, the analysis was done to the biofilms, including the density, elongation, thermal analysis, morphology, water vapor permeability, and the application of biofilm to banana. Sodium alginate: glycerol: limonene (7.5:10:2.5) composition decreased the density, tensile strength, and water vapor permeability and increased the elongation value. The increase of glycerol concentration results in the decrease of melting point. The thermal analysis produced a single peak with melting point that showed that the biofilm was compatible. The morphology analysis showed that the film was homogenous. Application test showed that glycerol 10% can prolong the banana shelf life for 5 days.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Program Studi Kimia

BIOFILM PATI TAPIOKA TERPLASTISASI GLISEROL

DENGAN TAMBAHAN NATRIUM ALGINAT DAN ADITIF

LIMONENA KULIT JERUK

OKI DEFRIMIKA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : BiofilmPati Tapioka Terplastisasi Gliserol dengan Tambahan Natrium Alginat dan Aditif Limonena Kulit Jeruk

Nama : Oki Defrimika NIM : G44100077

Disetujui oleh

Dr Tetty Kemala, SSi, MSi Pembimbing I

Drs Ahmad Sjahriza Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Biofilm Pati Tapioka Terplastisasi Gliserol dengan Tambahan Natrium Alginat dan Aditif Limonena Kulit Jeruk. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis di Laboratorium Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB dari Januari sampai Juli 2014.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Tetty Kemala, SSi, MSi dan Drs Ahmad Sjahriza selaku pembimbing yang senantiasa memberikan saran, kritik, dan arahannya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Papa, Mama, Bang Edo, Bang Andre serta seluruh keluarga dan sanak famili atas nasehat, kasih sayang, motivasi, bantuan materi dan doa-doanya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman sebimbingan (Mirma, Evi, Mega dan Karina), serta teman-teman kimia Fahmi, Wulan, Daus, Dyah, Yusuf, Ihsan yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan banyak membantu selama penelitian ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Alat dan Bahan 2

Metode Percobaan 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kadar Air dan kadar Abu 5

Film Pati tapioka–Natrium alginat 6

Ketebalan 7

Bobot Jenis 7

Sifat Mekanik 8

Analisis Termal 10

Analisis Morfologi 11

Permeabilitas Uap Air 12

Aplikasi 13

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 16

(13)

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan dengan komposisi pati tapioka sebesar 80% 3

2 Ketebalan film 7

DAFTAR GAMBAR

1 Biofilm alginat tetap dengan limonena (BFAT L) 6 2 Biofilm gliserol tetap dengan limonena (BFGT L) 6 3 Pengaruh komposisi film terhadap bobot jenis dengan BFAT 10% dan

BFGT 10% 8

4 Pengaruh komposisi film terhadap kuat tarik dengan BFAT 10% dan

BFGT 10% 9

5 Pengaruh komposisi film terhadap elongasi dengan BFAT 10% dan

BFGT 10% 10

6 Termogram BFAT L2.5 11

7 Termogram BFGT L2.5 11

8 Morfologi film komposisi BFGT L2.5 perbesaran 150×(a) perbesaran

1500×(b) 11

9 Pengaruh komposisi film terhadap WVP dengan BFAT 10% dan

BFGT 10% 12

10 Hasil pengamatan uji aplikasi pada buah pisang (a) kontrol (b) BFGT

L2.5 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bagan alir penelitian 16

2 Data kadar air tepung tapioka 17

3 Data kadar abu tepung tapioka 17

4 Data pengukuran ketebalan film 18

5 Analisis bobot jenis film 19

6 Hasil analisis kuat tarik dan persen elongasi 20

7 Hasil permeabilitas uap air 21

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Bahan pangan umumnya mudah mengalami penurunan kualitas yang disebabkan oleh faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi, sehingga bahan pangan perlu dikemas. Salah satu cara pengemasan bahan pangan yang sedang berkembang adalah menggunakan biofilm (Listiyaningsih 2013). Selain sebagai bahan pengemas, biofilm juga dapat diaplikasikan dalam industri farmasi. Biofilm terbuat dari polisakarida, lemak, dan protein yang bersifat ramah lingkungan (Lopez et al. 2008). Salah satu contoh polisakarida yang digunakan adalah pati tapioka. Pati tapioka adalah hasil pengolahan tepung singkong yang berasal dari ubi kayu. Pati banyak digunakan dalam industri pangan sebagai biodegradabel film untuk menggantikan polimer sintetik karena dapat diperbaharui dan ramah lingkungan (Tharanathan 2003).

Biofilm dari pati tapioka masih bersifat rapuh sehingga perlu dilakukan modifikasi untuk mengatasi kerapuhan tersebut. Modifikasi bertujuan mengubah sifat fisik dan sifat kimiawi dengan cara pemanasan, pemotongan molekul, oksidasi, penaut-silangan, dan substitusi pada gugus fungsi tertentu yang ada pada pati (Wurrzburg 1989). Salah satu cara untuk mengatasi kerapuhan tersebut adalah dengan penambahan pemlastis gliserol. Gliserol merupakan cairan yang berminyak, kental, tidak berbau, tidak berwarna, dan larut dalam air. Gliserol mengandung tiga gugus hidroksil yang bersifat higroskopis (Quispe et al. 2013).

Hasanah (2012) memodifikasi pati tapioka dengan penambahan gliserol menghasilkan film yang transparan, homogen, namun kuat tarik dan elongasi dari film yang dihasilkan masih rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penambahan bahan lain berbasis pati untuk meningkatkan kuat tarik dan elongasi film. Kajian lain tentang modifikasi pati tapioka di antaranya adalah modifikasi pati tapioka yang terplastisasi gliserol dengan karaginan (Ginting 2013), agar-sorbitol (Amalina 2013), natrium alginat-sorbitol (Wijaya 2013), natrium alginat-gliserol (Ulfiah 2013), dan natrium alginat-sorbitol-limonena (Agusta 2014).

Natrium alginat adalah salah satu senyawa heteropolisakarida yang dapat ditemukan pada jenis alga coklat (Phaeophyceae) yang tersusun atas asam manuronat dan asam gluronat. Natrium alginat dapat dimanfaatkan sebagai pengental, pengemulsi, pembentuk gel dan film. Polimer ini larut dalam air, namun tidak larut dalam alkohol, kloroform, eter, dan asam dengan pH kurang dari 3 (Krochta et al. 1994).

Sarifudin (2013) melaporkan bahwa modifikasi tepung singkong terplastisasi gliserol dengan tambahan natrium alginat dan limonena menghasilkan film yang homogen, halus, elastis, kuat, dan memiliki permeabilitas uap air yang rendah. Limonena merupakan komponen utama yang terkandung di dalam kulit jeruk yang dapat diperoleh melalui ekstraksi, separasi sentrifugasi, atau distilasi uap (Miller 2011). Limonena kulit jeruk mempunyai sifat sebagai pemlastis yang dapat meningkatkan aktivitas pergerakan molekul dalam matriks polimer sehingga polimer yang dihasilkan menjadi lebih halus, elastis, homogen, dan kuat (Arrieta et al. 2013

).

(16)

diharapkan berupa film yang transparan, halus, elastis, dan memiliki ketahanan terhadap bahan pangan dan dapat dijadikan sebagai bahan pengemas.

METODE

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah piknometer pirex 25 mL, alat uji tarik INSTRON 3369, mikroskop elektron payaran (SEM) JSM-6360LA, kalorimetri pemayaran diferensial (DSC) Perkin Elmer, mikrometer sekrup, dan peralatan kaca. Bahan yang digunakan adalah tepung tapioka (kualitas pangan), natrium alginat (kualitas pangan), gliserol (kualitas pangan), NaHCO3, HCl (teknis)

limbah kulit jeruk medan, dan akuades.

Metode Percobaan

Penelitian terdiri atas 4 tahap, yaitu analisis kadar air dan kadar abu, ekstraksi limonena dari kulit jeruk, pembuatan biofilm, dan tahap pencirian yang yang meliputi penentuan bobot jenis, pengujian kuat tarik, analisis termal, analisis permeabilitas uap air, analisis morfologi dengan mikroskop elektron payaran (SEM), dan uji aplikasi (Lampiran 1).

Analisis Kadar Air (AOAC 2006)

Sebanyak 2 gram pati tapioka dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah diketahui bobotnya, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 100-105 °C selama 3 jam atau sampai bobotnya konstan. Cawan yang berisi pati tapioka dimasukkan ke dalam desikator kemudian ditimbang. Pengeringan dan penimbangan diulang setiap jam sampai bobot konstan. Kadar air pati tapioka dihitung dengan Persamaan 1:

Kadar air = × 100% (1)

Analisis Kadar Abu (AOAC 2006)

Sebanyak 2 gram pati tapioka dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah diketahui bobotnya, kemudian dibakar hingga tidak berasap dan di masukkan ke dalam tanur pada suhu 550-600 °C selama 3 jam atau sampai bobotnya konstan. Cawan kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang. Pengeringan dan penimbangan diulang setiap jam sampai bobot konstan. Kadar abu pati tapioka dihitung menggunakan Persamaan 2:

Kadar abu = × 100% (2)

(17)

3

Ekstraksi Limonena dari Kulit Jeruk (Modifikasi BPPT 2001)

Ekstraksi limonena diawali dengan mencuci limbah kulit jeruk sampai bersih, kemudian direndam di dalam larutan NaHCO3 selama 24 jam. Kulit jeruk

yang sudah direndam kemudian dikempa dengan menggunakan alat tekanan hidrolik. Emulsi minyak yang diperoleh kemudian didekantasi dan dipisahkan menggunakan corong pisah. Fraksi minyak yang diperoleh dipindahkan ke dalam tabung sentrifus dan dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 196 rcf selama 30 menit. Fraksi minyak yang diperoleh berada di bagian atas dan sisa fraksi air berada pada bagian bawah. Fraksi minyak yang diperoleh disimpan di dalam botol berwarna gelap dan tertutup.

Pembuatan Film Pati Tapioka-Natrium Alginat dan Limonena dengan Pemlastis Gliserol (modifikasi Sarifudin 2013)

Pati tapioka, natrium alginat, gliserol, dan limonena ditimbang sesuai dengan berbagai komposisi yang ditentukan (Tabel 1). Sebanyak 1.8 mL HCl 1.6 M dimasukkan ke dalam gelas piala berisi 150 mL akuades kemudian ditambahkan pati tapioka dan diaduk hingga homogen. Setelah itu ditambahkan gliserol dan limonena kemudian dipanaskan pada suhu 40 ºC sambil diaduk hingga homogen. Larutan natrium alginat ditambahkan ke dalam larutan pati yang telah terplastisasi gliserol dan limonena kemudian dipanaskan mencapai suhu 65-70 ºC hingga mengental. Campuran didinginkan dan dicetak diatas pelat kaca. Film yang dihasilkan dikeringkan selama 24 jam.

Tabel 1 Perbandingan dengan komposisi pati tapioka sebesar 80% Biofilm Natrium Alginat

Analisis Bobot Jenis (Kemala et al. 2010)

Bobot jenis pada setiap sampel film diukur dengan sampel dipotong menggunakan pembolong kertas. Piknometer ditimbang bobot kosongnya, kemudian dimasukkan sampel yang telah dipotong ke dalam piknometer dan ditimbang kembali. Piknometer yang telah berisi sampel kemudian ditambahkan akuades hingga tidak ada gelembung dan ditimbang bobotnya. Piknometer yang berisi akuades ditimbang bobotnya. Bobot jenis contoh ditentukan dengan menggunakan Persamaan 3:

D =

(18)

Keterangan:

Ketebalan pada film diukur dengan menggunakan mikrometer sekrup Tecklock pada 10 tempat yang berbeda dan hasil yang diperoleh dalam satuan mm.

Analisis Kuat Tarik (ASTM D638 2005)

Film yang telah dikeringkan dipotong dengan ukuran panjang 100 mm dan lebar 20 mm. Kedua ujung sampel film dijepit pada mesin penguji. Selanjutnya, panjang awal dicatat dan ujung tinta pencatat diletakkan pada posisi 0 dalam grafik. Tombol start ditekan dan alat akan menarik sampel sampai putus. Pengukuran elongasi film dilakukan dengan cara yang sama pada pengujian kekuatan tarik. Perhitungan besarnya kekuatan tarik dan persen (%) perpanjangan (elongasi) dapat menggunakan Persamaan 4 dan Persamaan 5:

(4)

Keterangan:

τ : kekuatan tarik (MPa) Fmaks : tegangan maksimum (N)

A : luas penampang lintang (mm2)

(5)

Keterangan:

%E : perpanjangan (%)

ΔL : pertambahan panjang spesimen (mm)

L0 : panjang spesimen mula-mula (mm)

Analisis Termal dengan DSC

Pengukuran sifat termal film dilakukan dengan alat DSC Perkin Elmer. Film ditimbang 5 mgkemudianditempatkan di dalam krus kuarsa yang terletak di dalam tungku pemanas (furnance) pada alat DSC. Analisis dilakukan dengan memanaskan sampel dari suhu 30-350 ºC dengan laju pemanasan 10 ºC menit-1. Data yang dihasilkan berbentuk termogram.

Analisis Morfologi dengan SEM

(19)

5 dengan logam emas pada keadaan vakum. Sampel yang telah dilapisi diamati menggunakan SEM dengan tegangan 15 kV.

Analisis Permeabilitas Uap Air (modifikasi ASTM E 96-95)

Teknik yang digunakan pada analisis permeabilitas uap air adalah dengan mengukur laju transmisi uap air menggunakan metode wet cup yang telah dimodifikasi berdasarkan ASTM E 96-95. Film yang akan diuji dijadikan sebagai penutup cawan petri yang telah diisi akuades dan ditutup dengan alumunium foil. Ketebalan film diukur pada 10 tempat yang berbeda. Lubang dibuat pada

Film diaplikasikan sebagai pengemas buah pisang untuk melihat ketahanannya. Pisang dikemas dengan teknik coating menggunakan sampel film. Selanjutnya dilihat pengaruh terhadap mutu pisang tersebut secara visual setiap 24 jam selama 5 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Air dan kadar Abu

(20)

sebesar 14% (b/b). Hal ini menunjukkan bahwa pati tapioka yang digunakan memenuhi SNI sehingga pati tapioka tersebut layak digunakan sebagai biofilm.

Kadar abu merupakan total kandungan bahan anorganik atau mineral yang terdapat pada bahan pangan. Nilai kadar abu pati tapioka yang diperoleh sebesar 0.083%. Nilai ini sesuai dengan SNI 01-3451-2011 yang mengharuskan kandungan maksimum kadar abu pati tapioka sebesar 0.5% (b/b) (Lampiran 3). Berdasarkan analisis kadar air dan kadar abu dapat ditunjukkan bahwa pati tapioka yang digunakan memiliki kualitas yang baik.

Film Pati tapioka–Natrium alginat

Film dibuat dari tepung pati tapioka yang terplastisasi gliserol dengan tambahan natrium alginat dan limonena kulit jeruk. Gliserol dapat meningkatkan fleksibilitas film dengan cara meningkatkan jarak antar molekul terhadap pati. Hal ini disebabkan oleh interaksi antar gugus hidroksil yang membentuk interaksi hidrogen di antara 2 rantai pati sehingga dapat memperlebar jaraknya (Tan et al. 2013). Limonena dapat digunakan sebagai pemlastis karena memiliki kemampuan memperlebar jarak antar molekul poliner (Arrieta et al. 2013). Berdasarkan hasil yang diperoleh (Gambar 1 dan 2) film terlihat homogen dan memiliki permukaan yang halus. Penambahan limonena mengakibatkan film berwarna kekuningan dan gelap. Hal ini terlihat pada komposisi limonena 5% film yang dihasilkan lebih gelap dibanding limonena 2.5%. Pengadukan yang kurang dapat mengakibat film kurang homogen. Berdasarkan film yang dihasilkan komposisi yang paling bagus adalah komposisi biofilm gliserol tetap dengan limonena 2.5% (BFGT L2.5)

karena terlihat lebih homogen.

BFAT L0 BFAT L2.5 BFAT L5 BFAT L7.5 BFAT L10

Gambar 1 Biofilm alginat tetap dengan limonena (BFAT L)

BFGT L0 BFGT L2.5 BFGT L5 BFGT L7.5 BFGT L10

(21)

7

Ketebalan

Pengukuran ketebalan pada film berbahan pati tapioka terplastisasi gliserol dengan tambahan natrium alginat dan limonena memiliki ketebalan yang berbeda. Pengukuran ketebalan dilakukan menggunakan mikrometer sekrup pada sepuluh titik yang berbeda. Hasil pengukuran terdapat pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil yang diperoleh terdapat sedikit perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Hal ini terlihat dari ketebalan yang masih berada pada kisaran ± 0.05 mm. Komposisi BFGT L2.5 merupakan komposisi terbaik dengan ketebalan 0.0533 mm (Tabel 2).

Ketebalan meningkat seiring dengan berkurangnya limonena dan bertambahnya natrium alginat. Natrium alginat berpengaruh terhadap ketebalan film. Semakin banyak penambahan natrium alginat maka kekentalan larutan akan meningkat sehingga ketebalan juga akan meningkat. Menurut Kusumawati dan Putri (2013) semakin tinggi konsentrasi komponen penyusun film maka akan meningkatkan total padatan sehingga meningkatkan ketebalan film. Hal yang mempengaruhi ketebalan adalah proses penyetakan, volume larutan, dan jumlah padatan (Wijaya 2013).

Keterangan: BFAT L = Biofilm alginat tetap dengan limonena BFGT L = Biofilm gliserol tetap dengan limonena

Bobot Jenis

(22)

mengakibatkan terjadi pengikatan dan pelepasan air membentuk jaringan tiga dimensi yang kompak sehingga menghasilkan gel yang kuat dan teratur. Selain itu adanya peningkatan konsentrasi gliserol mengakibatkan terjadinya penurunan bobot jenis. Menurut Ramadhan (2013) penambahan konsentrasi pemlastis dapat meningkatkan mobilitas molekul polimer sehingga membuat struktur molekul menjadi lebih regang dan keteraturan akan menjadi lebih berkurang.

Gambar 3 Pengaruh komposisi film terhadap bobot jenis dengan BFAT 10% ( ) dan BFGT 10% ( )

Berdasarkan gliserol tetap (10%) bobot jenis terbesar terdapat pada BFGT L2.5, yaitu sebesar 1.3043 g mL-1. Film dengan konsentrasi gliserol tetap (10%)

mengalami peningkatan bobot jenis dengan bertambahnya konsentrasi natrium alginat dan berkurangnya limonena. Natrium alginat yang memiliki sifat sebagai pengental atau gel dapat meningkatkan keteraturan film. Menurut Ulfiah (2013) semakin banyak natrium alginat yang ditambahkan maka kekentalan akan semakin meningkat dan keteraturan yang dihasilkan akan semakin besar. Semakin kecil konsentrasi limonena maka keteraturan film akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh limonena yang masuk ke dalam polimer dan meregangkan ikatan antar molekulnya sehingga menurunkan keteraturan film (Arrieta et al. 2013). Pada komposisi BFGT L0 terjadi penurunan nilai bobot jenis. Hal ini

dimungkinkan ketidakhomogenan biofilm yang dihasilkan sehingga keteraturan menjadi menurun.

Sifat Mekanik

Sifat mekanik dilakukan untuk mengetahui ketahanan dan kelenturan film. Sifat mekanik suatu film dapat ditentukan dengan pengukuran kuat tarik dan elongasinya. Kuat tarik merupakan gaya maksimum yang dibutuhkan untuk memutuskan film, sedangkan elongasi merupakan perubahan panjang maksimum suatu film akibat gaya tarik yang diberikan. Hasil kuat tarik terdapat pada Lampiran 6. Berdasarkan Gambar 4 komposisi natrium alginat tetap (10%) tanpa adanya pemlastis memiliki kuat tarik sebesar 12.0868 MPa dan bersifat rapuh. Hal ini disebabkan besarnya total padatan mengakibatkan adanya interaksi gugus hidroksil antar molekul polimer, sehingga matrik film menjadi tebal, rapat, dan padat. Nilai kuat tarik terbesar terdapat pada komposisi BFAT L7.5, yaitu sebesar

13.0137 MPa, namun terjadi penurunan nilai kuat tarik seiring dengan bertambahnya konsentrasi gliserol. Gliserol yang memiliki sifat sebagai pemlastis dapat meregangkan ikatan polimer sehingga mampu menurunkan kuat tarik (Tan

(23)

9

et al. 2013). Pada komposisi BFAT L10 terjadi penurunan nilai kuat tarik. Hal ini

dimungkinkan kemampuan limonena yang mampu meregangkan ikatan antar molekul polimer. Menurut Arrieta et al. (2013) penambahan limonena dapat menurunkan daya kohesi kohesi rantai polimer sehingga menurunkan kuat tariknya.

Gambar 4 Pengaruh komposisi film terhadap kuat tarik dengan BFAT 10% ( ) dan BFGT 10% ( )

Berdasarkan komposisi gliserol tetap (10%) nilai kuat tarik terbesar terdapat pada komposisi BFGT L2.5, yaitu sebesar 8.7609 MPa. Penambahan natrium

alginat mengakibatkan terjadinya kerapatan molekul polimer sehingga menghasilkan kuat tarik yang besar. Limonena dapat menurunkan kuat tarik karena mampu meregangkan ikatan antar rantai polimer melalui perbedaan polaritas (tolakan elektrostatis). Tolakan tersebut dapat menurunkan kekuatan tarik film. Hal ini menunjukkan bahwa limonena dapat bersifat sebagai pemlastis (Arrieta et al. 2013). Berdasarkan nilai kuat tarik yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pada konsentrasi natrium alginat yang dibuat tetap (10%) memiliki kuat tarik yang lebih besar dibanding konsentrasi gliserol tetap (10%), yaitu berkisar 7.4198-13.0517 MPa.

Berdasarkan Gambar 5 nilai elongasi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi gliserol pada konsentrasi natrium alginat tetap (10%). Pada komposisi natrium alginat 10% nilai elongasi yang dihasilkan tidak begitu besar, yaitu berkisar antara 1.91-9.52%. Hal ini disebabkan komposisi natrium alginat yang besar 10% mengakibatkan viskositas menjadi besar dengan kuat tarik yang dihasilkan meningkat sehingga perpanjangan yang dihasilkan menjadi menurun. Nilai elongasi terbesar terdapat pada komposisi BFAT L0 sebesar 9.52%.

(24)

Gambar 5 Pengaruh komposisi film terhadap elongasi dengan BFAT 10% ( ) dan BFGT 10% ( )

Berdasarkan komposisi gliserol tetap (10%) penurunan elongasi pada film terjadi seiring menurunya konsentrasi limonena dan bertambahnya konsentrasi natrium alginat. Nilai elongasi pada komposisi BFGT L2.5 adalah sebesar 12.56%.

Hal ini menunjukkan bahwa elongasi meningkat ketika penambahan limonena 2.5%. Limonena yang bersifat pemlastis dapat meregangkan ikatan antar molekul polimernya. Semakin banyak limonena maka akan menaikkan elongasi yang mengakibatkan meningkatnya mobilitas polimer (Arrieta et al. 2013). Penurunan elongasi terjadi seiring bertambahnya natrium alginat. Penambahan natrium alginat akan menghasilkan larutan film yang kental dengan viskositas yang besar sehingga kerapatan polimer akan meningkat yang menyebabkan elongasi menurun (Dhanapal et al. 2012).

Analisis Termal

Analisis termal menggunakan Differential Scanning Calorymetry atau DSC dilakukan untuk mengetahui ketahanan film terhadap efek termal. Analisis dilakukan pada film dengan komposisi BFAT L2.5 dan BFGT L2.5 (Gambar 6 dan

7). Titik leleh film dapat dipengaruhi oleh adanya ikatan hidrogen. Semakin banyak ikatan hidrogen maka titik leleh yang dihasilkan akan semakin besar karena energi untuk memutuskan ikatannya juga semakin besar (Rahardiyanto dan Agustini 2013). Berdasarkan Gambar 6 titik leleh film yang diperoleh adalah sebesar 98.21 °C. Puncak tersebut berada pada kisaran titik leleh pati sebesar 80-130 °C yang menunjukkan bahwa campuran biofilm kompatibel (Bertolini 2010).

Berdasarkan Gambar 7 terdapat puncak titik leleh sebesar 96.02 °C. Hasil ini menunjukkan terjadi penurunan titik leleh ketika penambahan gliserol. Penambahan gliserol mampu meregangkan ikatan antar rantai polimer sehingga suhu leleh yang dihasilkan menjadi lebih rendah. Gliserol yang bersifat sebagai pemlastis dapat menurunkan ketidakteraturan suatu film sehingga dapat menurunkan titik lelehnya (Lumbanraja 2007). Berdasarkan hasil dari kedua termogram dapat disimpulkan bahwa titik leleh menurun seiring dengan bertambahnya gliserol. Hal ini didukung dengan data nilai bobot jenis dan kuat tarik pada komposisi BFAT L2.5 yang lebih besar dibanding komposisi BFGT L2.5.

(25)

11

Gambar 6 Termogram BFAT L2.5

Gambar 7 Termogram BFGT L2.5 Analisis Morfologi

Analisis morfologi dilakukan untuk mengetahui kehomogenan film. Berdasarkan Gambar 8 film yang dihasilkan sudah tercampur secara merata namun belum membentuk sebuah struktur yang padat dan rapat secara utuh. Hal tersebut ditandai film terlihatnya berpori dan adanya sedikit gelembung (Gambar 8 a).

(a) (b)

Gambar 8 Morfologi film komposisi BFGT L2.5 perbesaran 150× (a)

(26)

Pada perbesaran 1500× permukaannya terlihat adanya struktur seperti jarum. Menurut Ulfiah (2013) munculnya jarum-jarum dimungkinkan berasal dari natrium alginat yang telah larut. Hasil ini sesuai dengan termogram DSC yang menghasilkan puncak tunggal yang mengindikasikan bahwa film yang dihasilkan telah homogen.

Permeabilitas Uap Air

Permeabilitas uap air merupakan kemampuan film untuk melewatkan partikel gas dan uap air pada bahan dengan luasan tertentu. Hasil pengukuran permeabilitas uap air terdapat pada Lampiran 7. Berdasarkan Gambar 9 biofilm tanpa penambahan limonena memiliki nilai permeabilitas uap air yang besar, yaitu 5.7992×10-9 g s-1m-1Pa-1. Hal ini dikarenakan gliserol yang memiliki gugus hidroksil yang mampu meningkatkan jarak antar molekul polimer sehingga banyak uap air yang melewati film yang mengakibatkan permeabilitas film meningkat. Penambahan limonena 2.5% mengakibatkan terjadinya penurunan permeabilitas uap air. Hal ini disebabkan limonena yang bersifat hidrofobik sehingga mampu memperlambat banyaknya uap air untuk melewati film. Pada komposisi BFAT L7.5 dan BFAT L10 terjadi peningkatan nilai permeabilitas uap

air. Hal ini diduga ketidakhomogenan film akibat konsentrasi limonena yang besar.

Gambar 9 Pengaruh komposisi film terhadap WVP dengan BFAT 10% ( ) dan BFGT 10% ( )

Berdasarkan komposisi gliserol tetap (10%) nilai permeabilitas yang diperoleh pada komposisi BFGT L2.5, adalah sebesar 4.8290×10-9 gs-1m-1Pa-1.

Nilai permeabilitas uap air semakin meningkat seiring bertambahnya natrium alginat dan berkurangnya limonena. Penambahan konsentrasi natrium alginat mengakibatkan film memiliki kemampuan untuk menangkap uap air bebas lebih besar karena sifat natrium alginat yang hidrofilik. Sifat limonena yang hidrofobik dapat menahan uap air bebas yang masuk. Semakin tinggi konsentrasi limonena maka permeabilitas uap air akan semakin kecil.

(27)

13

Aplikasi

Pengujian aplikasi dilakukan untuk mengetahui ketahanan buah yang terlapisi film. Buah yang digunakan adalah pisang lampung dengan pengamatan 24 jam dalam 5 hari. Hasil pengamatan terdapat pada Lampiran 8. Ketahanan buah pisang yang dilapisi film memiliki ketahanan selama 5 hari. Berdasarkan Gambar 10 terlihat bahwa kontrol pisang mengalami pembusukan dan perubahan tekstur pada buah. Hal ini disebabkan terjadinya proses oksidasi yang mengakibatkan pisang cepat membusuk serta kandungan air pada pisang yang menyebabkan mikroba cepat berkembang.

a

b

Gambar 10 Hasil pengamatan uji aplikasi pada buah pisang (a) kontrol (b) BFGT L2.5

Hasil uji aplikasi dengan komposisi BFGT L2.5 masih memiliki ketahanan

dan kualitas yang baik pada hari ke-5. Limonena yang bersifat hidrofobik mampu memperlambat proses oksidasi pada buah. Komposisi natrium alginat yang dibuat tetep (10%) lebih cepat mengalami pembusukan dan tekstur buah pada hari ke-5 dibandingkan gliserol yang dibuat tetap (10%). Hal ini dikarenakan konsentrasi natrium alginat besar dan bersifat hidrofilik mengakibatkan meningkatnya jumlah uap air bebas untuk masuk melewati film yang melapisi pisang tersebut sehingga pisang menjadi lebih cepat busuk (Dhanapal et al. 2012).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pembuatan film pati tapioka terplastisasi gliserol dengan tambahan natrium alginat dan aditif limonena kulit jeruk menghasilkan film dengan sifat mekanik yang berbeda. Penambahan limonena 2.5% dengan persentasi gliserol tetap (10%) dapat menurunkan bobot jenis, kuat tarik, dan permeabilitas uap air, serta dapat

(28)

meningkatkan elongasi. Penambahan limonena dapat memberikan ketahanan dan menjaga kualitas buah hingga 5 hari. Hasil DSC menunjukkan titik leleh film dapat menurun dengan penambahan gliserol. Hasil morfologi pada komposisi BFGT L2.5 menunjukkan hasil yang cukup homogen. Hal ini didukung oleh

adanya puncak tunggal suhu leleh pada termogram DSC yang menunjukkan bahwa campuran biofilm kompatibel.

Saran

Perlu dilakukan pengadukan dengan menggunakan homogenizer supaya menghasilkan film yang lebih bagus dan homogen. Dilakukan pemurnian lebih lanjut terhadap limonena serta dilakukan optimasi penambahan limonena supaya sifat mekanik, ketahanan, dan kualitas buah menghasilkan mutu yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Amalina YN. 2013. Edible film pati tapioka terplastisasi gliserol dengan penambahan agar [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Arrieta MP, Lopez J, Ferrandiz S, Peltzer MA. 2013. Characterization of PLA-limonene blends for food packaging application. Polymer Testing. 32:760-768.doi:10.1016/j.polymertesting.2013.03.016.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2006. Official Methods of AOAC International. Edisi ke-14. Arlington (US): Association of Official Analytical Chemist.

[ASTM] America Sociaty for Testing and Materials. 2005. Standard Test Methods

for Tensile Properties of Thin Plastic Sheeting, D638.Philadelphia (US):

ASTM.

[ASTM] America Sociaty for Testing and Material. 1996. Standar Test Methods

for Water Vapor Transmission of Materials, E96.Philadelpihia (US): ASTM.

Bertolini AC. 2010. Starches: Characterization, Properties, and Applications. Boca Raton (US): CRC Pr.

[BPPT]. 2001. Teknologi Tepat Guna Pengolahan Minyak Kulit Jeruk. Sumatra Barat: Dewan Ilmu Pengetahuan.

[BSN] 2011. Tepung Tapioka. SNI 01-3451-2011. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Dhanapal A, P Sasikala, Rajamani L, V Kavitha, G Yazhini, Banu MS. 2012. Edible films from polysaccharides. Food Sci & Qual Manage. 3:9-17. Garcia MA, Martino MN, Zaritzky NE. 2000. Lipid addition to improve barrier

properties of edible film starch-based film and coating. J Food Sci. 65(6):941-947

Ginting D. 2013. Pembuatan biofilm berbahan dasar polisakarida dari karaginan dan tepung tapioka [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hag MA, Hasnain A, Azam M. 2014. Characterization of edible gumcordia film: Effects of plasticizers. LWT-Food Sci and Tech. 55:163-169

(29)

15 Kemala T, Fahmi MS, Achmadi SS. 2010. Pembuatan dan pencirian paduan

polistirena-pati. Indones J Mat Sci. 12(1):30-35.

Krochta, JM, Baldwin EA, Nisperos-Carriedo MO. 1994. Edible Coating and

Film to Improve Food Quality. New York (US): Echnomic Publ.Co.Inc.

Kusumawati DH, Putri WDR. 2013. Karakteristik fisik dan kimia edibel film pati jagung yang diinkorporasi dengan perasan temu hitam. J Pangan dan

Agroindust. 1(1):90-100.

Listiyaningsih D. 2013. Pembuatan dan karakterisasi biofilm pati gembili-kitosan dengan plasticizer polivinil alkohol (PVA) [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Negeri Semarang.

Lopez OV, Garcia MA, Zaritzky NE. 2008. Film forming capacity of chemically modified corn starches. Carbohydr Polym. 73:573-581. doi:10.1016/j.carbpol.2007.12.023

Lumbanraja ER. 2007. Karakterisasi bioplastikpolihidroksialkanoat (PHA) dengan penambahan polioksietilena-(20)-sorbitan monolaurat sebagai pemlastis [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Miller JA, Thompson PA, Hakim IA, Chow HS, Thomson CA. 2011. d-Limonene: a bioactive food component from citrus and evidence for a potential role in breast cancer prevention and treatment. Oncol Rev. 5:31–42. doi 10.1007/s12156-010-0066-8

Quipe CAG, Coronado CJR, Carvalho JA. 2013. Glycerol: Production, consumption, prices, characterization and new trends in combustion.

Renewable and Sustainable Energy Review. 27:475-493.

doi.org/10.1016/j.rser.2013.06.017

Rahardiyanto TP, Agustini R. 2013. Pengaruh massa gliserol terhadap titik leleh film biodegradabel dari pati ubi kayu. Journal of Chemistry. 2(1):109-113. Ramadhani N. 2013. Pembuatan dan pencirian film biodegredabel tepung

singkong-umbi porang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sarifudin A. 2013. Pembuatan dan pencirian bioplastik dari tepung singkong dan

natrium alginat dengan aditif limonena kulit jeruk [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tan HW, Azis ARA, Aroua MK. 2013. Glycerol production and its applications as raw material: a review. Renewable and Sustainable Energy Review. 27:118-127. doi:10.1016/j.rser.2013.06.035

Tharanathan RN. 2003. Biodegradable film and composite coatings: past present. and future. Trends in Food Science & Technology. 14:71-78. doi:10.1016/S0924-2244(02)00280-7

Ulfiah. 2013. Pencirian edible film tepung tapioka terplastisasi gliserol dengan penambahan natrium alginat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wijaya DR. 2013. Pencirian edible film pati tapioka terplastisasi sorbitol dengan

penambahan natrium alginat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wurzburg OB. 1989. Modified Starches: Properties and Uses. Florida (US): CRC

(30)

Uji Ketebalan

LAMPIRAN

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Pati tapioka (80%)

Larutan Pati

Alginat (%) Gliserol (%) Limonena(%) 10.00 0.00 0.00 10.00 7.50 2.50 10.00 5.00 5.00 10.00 2.50 7.50 10.00 0.00 10.00

7.50 10.00 2.50 5.50 10.00 5.00 2.50 10.00 7.50 0.00 10.00 10.00

Pati terplastisasi

Film

Analisis

Morfologi (SEM)

Bobot Jenis Kuat Tarik

Permeabilitas air Uji Termal

Ekstraksi Limonena dari Limbah Kulit jeruk

Uji Aplikasi

(31)

17 Lampiran 2 Kadar air tepung tapioka

Ulangan Bobot cawan kosong (g)

Bobot tepung (g)

Bobot cawan + tepung kering

(g)

Bobot tepung kering (g)

Kadar air (%)

1 21.6603 2.0073 23.4178 1.7575 12.44

2 21.6603 2.0073 23.4147 1.7544 12.60

3 21.6603 2.0073 23.4088 1.7485 12.89

Contoh perhitungan:

Bobot tepung kering = (bobot cawan + tepung kering) – bobot cawan kosong = 23.4178 – 21.6603 g

= 1.7575 g

Kadar air= (bobot tepung-bobot tepung kering g)/(bobot tepung g)×100% Kadar air= (2.0073-1.7575 g)/(2.0073 g) ×100%

Kadar air=12.44 % (b/b)

Rerata kadar air= (12.44+12.60+12.89 %)/3 Rerata kadar air=12.64 %

Lampiran 3 Kadar abu tepung tapioka Ulangan Bobot cawan

kosong (g)

Bobot tepung (g)

Bobot cawan

berisi abu (g) Kadar abu (%)

1 25.9679 2.0092 25.9694 0.07

2 25.9679 2.0092 25.9700 0.10

3 25.9679 2.0092 25.9695 0.08

(32)

Lampiran 4 Ketebalan film

Ulangan Ketebalan film natrium alginat:gliserol:limonena

BFATL10 BFATL7.5 BFATL5 BFATL2.5 BFATL0 BFGTL10 BFGTL7.5 BFGTL5 BFGTL2.5

1 0.0540 0.0500 0.0500 0.0510 0.0560 0.0500 0.0540 0.0500 0.0520

2 0.0520 0.0500 0.0500 0.0510 0.0560 0.0500 0.0540 0.0550 0.0520

3 0.0540 0.0600 0.0530 0.0530 0.0520 0.0510 0.0560 0.0500 0.0520

4 0.0500 0.0500 0.0500 0.0520 0.0550 0.0500 0.0550 0.0510 0.0520

5 0.0520 0.0500 0.0500 0.0550 0.0570 0.0500 0.0560 0.0560 0.0520

6 0.0540 0.0500 0.0550 0.0550 0.0560 0.0500 0.0540 0.0500 0.0520

7 0.0510 0.0500 0.0540 0.0540 0.0560 0.0510 0.0530 0.0550 0.0550

8 0.0540 0.0500 0.0550 0.0560 0.0530 0.0510 0.0540 0.0560 0.0550

9 0.0540 0.0500 0.0540 0.0530 0.0540 0.0500 0.0560 0.0500 0.0550

10 0.0550 0.0500 0.0540 0.0550 0.0550 0.0510 0.0560 0.0500 0.0550

Rerata

ketebalan (mm) 0.0530 0.0510 0.0525 0.0535 0.0550 0.0504 0.0559 0.0523 0.0532

Contoh perhitungan: Rerata =

=

= 0.0530 mm

(33)

Lampiran 5 Bobot jenis film

BFATL10 15.8058 15.8098 40.6877 40.6860 1.7299

15.8058 15.8098 40.6873 40.6860 1.4738 15.8058 15.8099 40.6875 40.6860 1.5686

1.5764

BFATL7.5 15.8058 15.8098 40.6873 40.6860 1.4738

15.8058 15.8097 40.6876 40.6860 1.6867

BFATL2.5 15.8058 15.8100 40.6874 40.6860 1.4922

15.8058 15.8111 40.6876 40.6860 1.4250

BFGTL10 15.8058 15.8101 40.6863 40.6860 1.0698

15.8058 15.8100 40.6865 40.6860 1.1295 15.8058 15.8094 40.6866 40.6860 1.1940

1.1175

BFGTL7.5 15.8058 15.8096 40.6863 40.6860 1.0804

15.8058 15.8097 40.6863 40.6860 1.0780

BFGTL2.5 15.8058 15.8095 40.6869 40.6860 1.3147

(34)

-- - -

=1.3502 g/mL

Rerata D =

= 1.5179 g/mL

Lampiran 6 Kuat tarik dan persen elongasi

(35)

Lampiran 7 Permeabilitas uap air

Komposisi Bobot yang hilang (g) Rerata (g)

Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-4 Jam ke-5

BFATL10 0.2750 0.2496 0.2656 0.2740 0.2661 0.2661

BFATL 7.5 0.2559 0.2845 0.2403 0.2925 0.2701 0.2687

BFATL 5 0.2453 0.2399 0.2210 0.2340 0.2079 0.2296

BFATL 2.5 0.2290 0.2112 0.2507 0.2614 0.2893 0.2483

BFATL 0 0.2967 0.2813 0.2976 0.2837 0.2891 0.2897

BFGTL10 0.2465 0.2137 0.2336 0.2662 0.2248 0.2370

BFGTL 7.5 0.2205 0.2331 0.2232 0.2264 0.2130 0.2232

BFGTL 5 0.2612 0.2519 0.2292 0.2646 0.2312 0.2476

BFGTL 2.5 0.2650 0.2335 0.2404 0.2239 0.2434 0.2412

Komposisi

Laju transmisi uap air (WVTR) (gs-1m-2)

Rerata (gs-1m-2)

Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-4 Jam ke-5

BFATL10 0.1201 0.1090 0.1160 0.1197 0.1162 0.1162

BFATL 7.5 0.1052 0.1169 0.0987 0.1202 0.1110 0.1104

BFATL 5 0.1008 0.0986 0.0908 0.0962 0.0854 0.0944

BFATL 2.5 0.0941 0.0868 0.1030 0.1074 0.1189 0.1020

BFATL 0 0.1219 0.1156 0.1223 0.1166 0.1188 0.1190

BFGTL10 0.1013 0.0878 0.0960 0.1094 0.0924 0.0974

BFGTL 7.5 0.0906 0.0958 0.0917 0.0930 0.0875 0.0917

BFGTL 5 0.0372 0.0394 0.0377 0.0382 0.0360 0.0377

BFGTL 2.5 0.1089 0.0959 0.0988 0.0920 0.1000 0.0991

(36)

Komposisi Permeabilitas uap air (WVP) (g s

-1

m-1 Pa-1)

Rerata (g s-1 m-1 Pa-1)

Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-4 Jam ke-5

BFATL10 5.1447×10-9 4.6292×10-9 4.9691×10-9 5.1276×10-9 4.9776×10-9 4.9776×10-9

BFATL 7.5 4.5064×10-9 5.0076×10-9 4.2279×10-9 5.1489×10-9 4.7506×10-9 4.7283×10-9

BFATL 5 4.4873×10 -9

4.3893×10-9 4.0421×10-9 4.2825×10-9 3.8017×10-9 4.2006×10-9 BFATL 2.5 4.6632×10

-9

4.3015×10-9 5.1043×10-9 5.3223×10-9 5.8922×10-9 5.0567×10-9 BFATL 0 5.9385×10

-9

5.6315×10-9 5.9580×10-9 5. 6803×10-9 5.7875×10-9 5.7992×10-9 BFGTL10 4.2628×10

-9

3.6947×10-9 4.0398×10-9 4.6036×10-9 3.8803×10-9 4.0978×10-9 BFGTL 7.5 4.2615×10

-9

4.5061×10-9 4.3132×10-9 4.3744×10-9 4.1157×10-9 4.3142×10-9 BFGTL 5 4.6865×10

-9

4.5205×10-9 4.1143×10-9 4.7477×10-9 4.1493×10-9 4.4473×10-9 BFGTL 2.5 5.3070×10

-9

(37)

Lampiran 8 Aplikasi

Komposisi Gambar

0 hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari

Kontrol

BFAT L10

BFAT L7.5

BFAT L5

BFAT L2.5

(38)

BFAT L0

BFGT L10

BFGT L7.5

BFGT L5

BFGT L2.5

(39)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Solok pada tanggal 25 September 1991 dan merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak Aprijas dan Ibu Deliana Syam. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Solok dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam.

Gambar

Tabel 1  Perbandingan dengan komposisi pati tapioka sebesar 80%
grafik. Tombol start ditekan dan alat akan menarik sampel sampai putus.
Gambar 1  Biofilm alginat tetap dengan limonena (BFAT L)
Gambar 3  Pengaruh komposisi film terhadap bobot jenis dengan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Gliserol memiliki bobot molekul yang lebih rendah, sehingga lebih mudah memasuki rongga-rongga pati (Bourtoom 2008).. Semakin teratur struktur bioplastik, bobot jenis dan

Penelitian ini bertujuan membuat bioplastik tepung singkong terplastisasi gliserol dengan penambahan natrium alginat, selulosa, dan limonena pada beberapa nisbah

KAJIAN KARAKTERISTIK FISIK, MEKANIK, DAN BARRIER EDIBLE FILM BERBASIS PATI UBI JALAR KUNING ( Ipomea batatas L.) DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL DAN MINYAK KELAPA SAWIT..

Pembuatan edible film dari campuran ekstrak kulit semangka ( Citrullus lanatus (tunb)) dengan penambahan tepung tapioka, gliserol dan kitosan serta aplikasinya sebagai pembungkus

Pembuatan edible film dari campuran ekstrak kulit semangka ( Citrullus lanatus (tunb)) dengan penambahan tepung tapioka, gliserol dan kitosan serta aplikasinya sebagai pembungkus

Pengaruh konsentrasi karagenan terhadap sifat fisik dan mekanik edible film dari pati bonggol pisang dan karagenan dengan plasticizer gliserol.. Prosiding Seminar Nasional

Pengaruh variasi komposisi kitosan, pati kulit pisang kepok, gliserol, dan ZnO terhadap nilai Tensile Strength dan Elongation at break bioplastik.. Melalui Gambar 1 di

Edible film yang dibuat dari komposit pati-kitosan dengan pemlastis gliserol diharapkan dapat memiliki karakteristik yang sesuai dengan standar kemasan yaitu memiliki sifat mekanik yang