• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Profitabilitas Dan Nilai Tambah Bisnis Yoghurt Pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Profitabilitas Dan Nilai Tambah Bisnis Yoghurt Pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROFITABILITAS DAN NILAI TAMBAH BISNIS

YOGHURT PADA UNIT PENGOLAHAN SUSU DARUL

FALLAH

GARNIS AMELIA PALUPI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Profitabilitas dan Nilai Tambah Bisnis pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

GARNIS AMELIA PALUPI. Analisis Profitabilitas dan Nilai Tambah Bisnis Yoghurt pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA.

Yoghurt merupakan salah satu hasil olahan susu yang memiliki jumlah produksi terbesar di Kabupaten Bogor. Rata-rata yoghurt di Kabupaten Bogor dilakukan dalam skala usaha kecil dan menengah yang masuk ke dalam industri rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis profitabilitas usaha yoghurt pada Unit Pengolahan Susu (UPS Dafa) dengan membandingkan tingkat profitabilitas yoghurt stik sapi dan yoghurt stik kambing dan menganalisis nilai tambah usaha yoghurt stik sapi dan yoghurt stik kambing. Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan memilih UPS Dafa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha ini mampu menghasilkan laba. Nilai profitabilitas usaha yoghurt stik sapi sebesar 27.50 persen lebih besar dibandingkan usaha yoghurt stik kambing sebesar 18.59 persen. Analisis nilai tambah menunjukkan usaha yoghurt stik sapi sebesar Rp 12 607.00 atau sebesar 56 persen, sedangkan usaha yoghurt stik kambimg sebesar Rp 24 077.00 persen atau 42.20 persen. Meskipun keuntungan per liter yoghurt stik susu sapi lebih rendah dibandingkan yoghurt stik susu kambing namun karena penjualan yoghurt stik susu sapi lebih tinggi maka keuntungan total yang diterima yoghurt stik sapi menjadi lebih tinggi dibandingkan yoghurt stik susu kambing.

Kata kunci: industri rumah tangga, nilai tambah, profitabilitas, yoghurt.

GARNIS AMELIA PALUPI. Business Profitability Analysis and Yoghurt Added Value Analysis in ‘Unit Pengolahan Susu Darul Fallah’. Supervised by NETTI TINAPRILLA.

Yogurt is one of the dairy product the largest production of which is the district of Bogor. The average of yogurt in Bogor was done in small and medium scale enterprises that go into home industry. The purpose of this research was to analyze the profitability of the yoghurt business, contrasting the profit of the yoghurt made from cow milk and goat milk. The location was done intentionally by selecting the business unit yogurt of UPS Dafa. The results showed that the business was able to generate profits. The ratio of the profitability of yogurt made from cow milk was 27.50 percent and that of the yogurt made from goat milk was 18.59 percent. The analysis showed the added value of yogurt made from cow milk was Rp 12 607.00 or 56 percent, while

(5)
(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS PROFITABILITAS DAN NILAI TAMBAH BISNIS

YOGHURT PADA UNIT PENGOLAHAN SUSU DARUL

FALLAH

GARNIS AMELIA PALUPI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Skripsi : Analisis Profitabilitas dan Nilai Tambah Bisnis Yoghurt pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah

Nama : Garnis Amelia Palupi NIM : H34110040

Disetujui oleh

Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 ini ialah profitabilitas dan nilai tambah, dengan judul Analisis Profitabilitas Usaha dan Nilai Tambah Yoghurt pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku pembimbing, serta kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin, MM selaku dosen penguji utama dan Ibu Etriya, SP, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini. Di samping itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Aep Syefuddin dari Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik, Ibu Wanti dari Bidang Usaha Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, serta Ibu Asmalam Sinar Turnip selaku kepala produksi Unit Pengolahan Susu Darul Fallah, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Metode Pengukuran Profitabilitas 6

Metode Analisis Nilai Tambah 8

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Konsep Biaya 9

Konsep Harga Jual 9

Konsep Titik Impas 10

Analisis Profitabilitas 12

Analisis Nilai Tambah 14

Kerangka Pemikiran Operasional 15

METODE PENELITIAN 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Jenis dan Sumber Data 17

Metode Pengolahan dan Analisis Data 17

Analisis Biaya Produksi 18

Analisis Titik Impas 18

Analisis Profitabilitas 18

Analisis Nilai Tambah 19

GAMBARAN UMUM USAHA 20

(10)

Pengadaan Bahan Baku 21

Tenaga Kerja 21

Proses Produksi Yoghurt 22

HASIL DAN PEMBAHASAN 23

Struktur Biaya 23

Biaya Tetap 24

Biaya Variabel 26

Total Biaya 29

Volume Penjualan 30

Analisis Profitabilitas 30

Analisis Nilai Tambah 40

SIMPULAN DAN SARAN 45

Simpulan 45

Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 51

(11)

DAFTAR TABEL

1 Sumbangan sektor pertanian terhadap produk domestik bruto atas dasar harga yang konstan 2000 (miliar rupiah) 1 2 Perkembangan jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga kerja

menurut skala usaha tahun 2011-2012 2

3 Peranan terhadap PDRB Jawa Barat Tahun 2011-2012 2 4 Produksi Olahan Susu oleh UMKM Kabupaten Bogor Tahun

2011-2013 dalam liter 3

5 Perhitungan nilai tambah menurut metode Hayami 19 6 Biaya Tetap Yoghurt Stik Susu Sapi dan Yoghurt Stik Susu

Kambing pada Kondisi Aktual UPS Dafa Tahun 2014 24 7 Biaya Variabel Yoghurt Stik Susu Sapi pada Kondisi Aktual UPS

Dafa Tahun 2014 27

8 Biaya Variabel Yoghurt Stik Susu Kambing pada Kondisi Aktual

UPS Dafa Tahun 2014 28

9 Total Biaya Yoghurt Stik Susu Sapi dan Yoghurt Stik Susu Kambing pada Kondisi Aktual UPS Dafa Tahun 2014 29 10 Perbandingan titik impas dengan kondisi aktual usaha yoghurt stik

susu sapi 32

11 Perbandingan titik impas dengan kondisi aktual usaha yoghurt stik

susu kambing 35

12 Perbandingan perhitungan usaha yoghurt stik susu sapi dan yoghurt

stik susu kambing pada kondisi aktual 38

13 Perbandingan perhitungan usaha yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing pada kondisi volume penjualan sama 39 14 Nilai tambah pengolahan yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik

susu kambing pada UPS Dafa 41

15 Nilai tambah pengolahan yoghurt dengan asumsi jumlah output

sama 44

DAFTAR GAMBAR

1 Titik Impas, Laba, dan Volume Penjualan 11

2 Diagram Kerangka Pemikiran 16

3 Proses Produksi Yoghurt pada UPS Dafa 22

4 Bangunan UPS Dafa 54

5 Proses Pemanasan Susu Sapi 54

6 Proses Pemanasan Susu Kambing 54

7 Proses Penyaringan Susu Sapi 55

8 Proses Penyaringan Susu Kambing 55

9 Penambahan Starter Bakteri pada Susu Sapi 55

10 Penambahan Starter Bakteri pada Susus Kambing 56

11 Penambahan Perisa Buah pada Yoghurt Susu Sapi 56

12 Penambahan Perisa Buah pada Yoghurt Susu Kambing 56

13 Proses Pengemasan Yoghurt Susu Sapi 57

(12)

15 Yoghurt Stik Susu Sapi 57

16 Yoghurt Stik Susu Kambing 58

DAFTAR LAMPIRAN

1 Proporsi Masing-Masing Produk Berdasarkan Nilai Pasar 49

2 Biaya Penyusutan Peralatan dan Bangunan 50

3 Biaya Tetap Yoghurt Stik Susu Sapi dan Yoghurt Stik Susu

Kambing 51

4 Biaya Variabel Yoghurt Stik Susu Sapi 52

5 Biaya Variabel Yoghurt Stik Susu Kambing 53

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu indikator untuk mengetahui kinerja suatu sektor atau subsektor adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2014), peternakan merupakan salah satu subsektor dari sektor pertanian yang mengalami peningkatan PDB dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai PDB dari tahun 2010 hingga tahun 2013 dalam Tabel 1.

Tabel 1 Sumbangan sektor pertanian terhadap produk domestik bruto atas dasar harga yang konstan 2000 (miliar rupiah)

Lapangan Usaha Tahun Pertum

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 (diolah)

Berdasarkan Tabel 1, subsektor peternakan mengalami pertumbuhan rata-rata dari tahun 2010 hingga 2013 sebesar 4.62 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan tersebut di atas laju pertumbuhan sektor pertanian sebesar 3.5 persen per tahun. Selain itu juga subsektor peternakan memiliki rata-rata pertumbuhan melebihi dua subsektor lainnya yaitu tanaman bahan makanan dan kehutanan. Hal tersebut menyatakan bahwa subsektor peternakan telah mengalami peningkatan kinerja.

Salah satu jenis produk peternakan yang permintaannya semakin meningkat adalah susu. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan konsumsi susu nasional. Pada tahun 2009 konsumsi masyarakat Indonesia hanya sebesar 1.91 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 2.04 kg/kapita/tahun1.

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan sentra penghasil susu nasional. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan, Jawa Barat merupakan daerah penghasil produksi susu terbesar kedua setelah Jawa Timur dengan produksi susu sebesar 258 374 ton

1

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Buletin Konsumsi Pangan.

(14)

2

pada tahun 20132. Berdasarkan jumlah produksi susu terbesar kedua nasional tersebut dapat dikatakan bahwa susu merupakan salah satu komoditas unggulan di provinsi Jawa Barat yang berpotensi untuk dikembangkan.

Susu merupakan suatu bahan pangan hasil ternak yang mudah rusak karena mengandung berbagai komponen bahan pangan yang sangat sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme baik bakteri, kapang maupun khamir sehingga kuatitas produksi susu dan tingkat harga susu menjadi rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses penanganan yang baik (Rahman, 1992).

Seiring berkembangnya teknologi, masyarakat tidak hanya mengkonsumsi susu dalam bentuk segarnya, tetapi diolah menjadi berbagai produk yang mempunyai nilai tambah (added value). Selain itu juga, pengolahan diperlukan untuk memperpanjang umur suatu produk peternakan yang relatif mudah terserang bakteri maupun jamur.

Usaha pengolahan susu yang berbentuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) saat ini sudah semakin meningkat. UMKM memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara maupun provinsi. Banyaknya industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang diserap dari banyaknya usaha dan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Perkembangan jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2011-2012

No Skala Usaha Jumlah Pelaku Usaha (Unit) Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM, 2013

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa jumlah UMKM semakin meningkat dibandingkan usaha besar. Pengaruh dari jumlahnya yang semakin meningkat, membuat UMKM memiliki kontribusi yang besar terhadap PDRB Jawa Barat tahun 2011 sampai tahun 2012, dengan jelas dapat terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Peranan terhadap PDRB Jawa Barat Tahun 2011-2012

No Skala usaha Tahun 2011

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2013

2

(15)

3 Kontribusi UMKM terhadap PDRB Jawa Barat adalah yang terbesar, dengan jumlah persentase pada tahun 2011 sebesar 54.20 persen dan meningkat menjadi 54.55 persen pada tahun 2012. Meskipun UMKM memiliki peranan yang penting, namun UMKM memiliki banyak kendala seperti modal dan pemasaran yang masih terbatas serta teknologi dan inovasi yang kurang berkembang. Hal tersebut menyebabkan profit yang dihasilkan UMKM rendah. Maka dari itu, UMKM perlu mendapat perhatian dan dukungan dari semua pihak agar UMKM dapat terus berkembang. Hal tersebut karena UMKM sangat memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu provinsi, termasuk didalamnya usaha pengolahan susu. Dinas Peternakan Jawa Barat terus melakukan pengembangan usaha pengolahan susu di sektor hilir. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan pendapatan bagi masyarakat3.

Bogor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang mengalami peningkatan hasil olahan susu yang diproduksi oleh UMKM dari tahun 2011 hingga tahun 2013. Hal tersebut dapat dilihat yang pada Tabel 4. Tabel 4 Produksi Olahan Susu oleh UMKM Kabupaten Bogor Tahun 2011-2013

dalam liter kefir, puding susu, dan pagsit susu)

3 590 4 010 5 140

Total 149 570 238 480 658 180

Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2015 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4, produksi hasil olahan susu terbesar yaitu yoghurt. Hal tersebut menunjukkan bahwa yoghurt memiliki peluang pasar yang baik di Kabupaten Bogor.

Yoghurt merupakan salah satu produk olahan susu yang diperoleh dari fermentasi susu dan atau susu rekonstitusi dengan menggunakan bakteri Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus atau jenis bakteri asam laktat lain yang sesuai. Yoghurt memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dari pada susu segar sebagai bahan dasar dalam pembuatan yoghurt, terutama karena meningkatnya total padatan sehingga kandungan zat-zat gizi lainnya juga meningkat (Wahyudi, 2006).

Bahan baku pembuatan yoghurt umumnya berasal dari susu sapi, namun susu kambing juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan yoghurt. Susu kambing mempunyai kelebihan dibandingkan susu sapi, lemak dan protein pada susu kambing lebih mudah dicerna dan kandungan vitamin B1 nya lebih tinggi dibanding susu sapi. Disamping itu, yoghurt susu kambing sangat bermanfaat untuk kesehatan sehingga diharapkan konsumsi terhadap susu

3

(16)

4

kambing dapat meningkat dan dapat menjadi alternatif bahan pangan yang menyehatkan bagi masyarakat. Namun masyarakat belum menyadari manfaat dari susu kambing sehingga permintaan susu kambing tidak sebanyak permintaan susu sapi. Selain itu juga, susu kambing memiliki aroma khas kambing yang dapat mengurangi daya tarik konsumen dalam mengonsumsi susu kambing. Salah satu cara untuk meningkatkan konsumsi susu kambing adalah dengan melakukan fermentasi dengan menggunakan bakteri atau yang biasa disebut yohgurt.

Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, UMKM yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan yoghurt susu sapi dan yoghurt susu kambing dalam satu lingkup usaha yaitu hanya Unit Pengolahan Susu Darul Fallah (UPS Dafa) yang terletak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Perumusan Masalah

Unit Pengolahan Susu Darul Fallah (UPS Dafa) berada di bawah naungan Unit Peternakan Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah. Pelaksanaan kegiatan usaha di Unit Peternakan Darul Fallah sudah dimulai sejak tahun 1963. Pada awalnya unit peternakan melakukan budidaya kambing perah, sapi perah, dan penggemukan domba dan kambing. Namun seiring berjalannya waktu, unit peternakan mengalami berbagai kendala pasar dan sumber daya sehingga unit peternakan memfokuskan untuk melakukan pengolahan susu agar meningkatkan nilai tambah usahanya dengan membentuk UPS Dafa pada tahun 2007.

UPS Dafa memproduksi produk olahan susu berupa yoghurt, susu pasteurisasi, dan kefir. Namun, produk susu olahan yang mendapat perhatian besar untuk terus dikembangkan oleh UPS Dafa adalah yoghurt. UPS Dafa juga memiliki akses bahan baku yang mudah karena Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah memiliki peternakan sapi dan kambing perah sendiri.

(17)

5 membuat permintaan terhadap susu kambing tidak dapat terpenuhi.4 Selain itu, susu kambing merupakan produk yang istimewa karena bukan hanya digunakan sebagai minuman tetapi juga digunakan untuk kesehatan dan kecantikan. Sukmawati (1999) dalam Sirait (2009) menyatakan bahwa segmen pasar dari susu kambing adalah manfaat, yaitu masyarakat yang berharap memperoleh manfaat setelah mengkonsumsi susu kambing. Dengan demikian, produk susu kambing sangat eksklusif karena dijual dan didistribusikan dalam jumlah yang terbatas.

Selain terdapat perbedaan harga, juga terdapat perbedaan volume penjualan yang signifikan antara yoghurt susu sapi dengan yoghurt susu kambing. Hal tersebut karena yoghurt susu kambing masih terasa asing bagi sebagian masyarakat sehingga penjualan yoghurt susu kambing tidak sepesat penjualan yoghurt susu sapi. Adapun penjualan yoghurt susu sapi UPS Dafa selama tahun 2014 yaitu sebanyak 388 800 stik atau 11 664 liter sedangkan penjualan yoghurt susu kambing hanya sebanyak 6000 stik atau 300 liter. Hal ini berdampak pada profitabilitas yang dihasilkan oleh UPS Dafa sehingga perlu dikaji profit dari kedua produk yoghurt tersebut.

Sampai saat ini, UPS Dafa masih dapat berproduksi walaupun pengolahan susu bagi UMKM tidaklah mudah karena adanya keterbatasan faktor produksi dan permintaan. Berdasarkan hal yang telah dipaparkan, pengukuran terhadap kemampuan UPS Dafa untuk menghasilkan laba atau yang disebut dengan profitabilitas perlu dikaji dan dianalisis sebagai salah satu cara untuk mengetahui manfaat usaha yang dilakukan dengan membandingkan profitabilitas yoghurt sapi dan yoghurt kambing. Batas kemampuan UPS Dafa dalam berproduksi juga harus dianalisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar UPS Dafa tidak menderita kerugian.

Usaha pengolahan susu menjadi yoghurt memiliki keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan usaha produk non olahan karena usaha pengolahan menciptakan suatu nilai tambah. Besarnya harga input, biaya produksi, teknik produksi dan harga output mempengaruhi besarnya nilai tambah yang dihasilkan. Bahan baku susu tidak sepenuhnya dipasok dari peternakan Darul Fallah melainkan dipasok dari luar apabila pasokan di peternakan Darul Fallah tidak mencukupi. Selain itu juga, tidak ada perjajian kerjasama antara UPS Dafa dan pemasok bahan baku susu sehingga hal tersebut menjadi kelemahan karena tidak adanya jaminan pasokan dan harga yang stabil. Maka dari itu, pada penelitian ini akan dibahas perbandingan profitabilitas dan nilai tambah antara yoghurt yang berbahan baku susu sapi dengan yoghurt yang berbahan baku susu kambing.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat profitabilitas pengolahan yoghurt yang berbahan baku susu sapi dan susu kambing pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah? 2. Seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan susu sapi dan

susu kambing menjadi yoghurt pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah?

4

(18)

6

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis profitabilitas usaha yoghurt dengan membandingkan yoghurt berbahan baku susu sapi dengan yoghurt yang berbahan baku susu kambing pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah

2. Menganalisis nilai tambah usaha yoghurt dengan membandingkan yoghurt berbahan baku susu sapi dengan yoghurt yang berbahan baku susu kambing pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Melatih kemampuan penulis dalam menganalisis permasalahan sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah.

2. Sebagai masukan dan tambahan informasi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

1. Produk yang dikaji adalah yoghurt stik yang berbahan susu sapi dan susu kambing yang dihasilkan oleh UPS Dafa di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

2. Lingkup kajian penelitian adalah membandingkan profitabilitas dan nilai tambah yoghurt stik susu sapi dengan yoghurt stik susu kambing.

3. Metode analisis yang dignakan adalah Break Event Point, analisis profitabilitas melalui perkalian antara Margin Of Safety dan Margin Income Ratio, Degree of operating leverage dan analisis nilai tambah Hayami.

TINJAUAN PUSTAKA

Metode Pengukuran Profitabilitas

(19)

7 yaitu sebesar Rp 371 173.05 per ekor dan Rp 12 177.16 per kilogram. Sedangkan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing adalah Rp 392 851.66 per ekor dan Rp 12 888.32 per kilogram. Harga pokok penjualan pada tahun 2005 dengan menggunakan metode perusahaan yaitu sebesar Rp 372 267.44 per ekor atau Rp 12 213.07 per kilogram. Sedangkan jika menggunakan dengan metode full costing adalah sebesar Rp 393 946.05 per ekor atau Rp 12 925.49 per kilogram. Batas volume penjualan pada saat impas adalah 495 ekor dengan nilai penjualan impas Rp 243 946.923. Sedangkan produksi aktualnya telah melebihi titik impasnya, yaitu sebesar 2193 ekor dengan nilai penjualan aktual Rp 1 099 504 000.00. Nilai Marginal Income Ratio, Margin of Safety, dan profitabilitas usaha peternakan pada periode produksi tahun 2005 berturut-turut adalah sebesar 26 persen, 78 persen dan 20.28 persen. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa usaha peternakan layak dilaksanakan.

Penelitian lain mengenai profitabilitas dilakukan oleh Wardani, Budiraharjo dan Prasetyo (2012), yang meneliti tentang analisis profitabilitas pada usaha peternakan sapi perah. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa penerimaan usaha ternak sapi perah adalah sebesar Rp 76 371 816.56 per bulan dengan biaya produksi sebesar Rp 68 236 700.50 per bulan sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp 7 226 475.26 per bulan. Nilai profitabilitas sebesar 10.78 persen lebih tinggi dari tingkat suku bunga deposito Bank BNI periode Juni 2012 yaitu sebesar 4.35 persen sehingga usaha sapi perah menguntungkan.

(20)

8

Metode Analisis Nilai Tambah

Novara (1997) melakukan penelitian tentang nilai tambah pengolahan dan preferensi konsumen susu pasteurisasi pada PT. Baru Adjak menggunakan metode Hayami. Pada penelitian tersebut membandingkan susu tawar pasteurisasi dengan susu manis pasteurisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa susu manis pasteurisasi memberikan nilai tambah yang lebih besar daripada susu tawar pasteurisasi yaitu dengan nilai tambah sebesar Rp 603.40 untuk tahun 1994 dan sebesar Rp 713.99 untuk tahun 1995. Berdasarkan perhitungan nilai tambah maka dapat dikatakan bahwa perusahaan PT. Baru Adjak itu padat modal karena sebagian besar dari keuntungan merupakan imbalan terhadap modal dan manajemen.

Harmawati, Kusnandar, dan Setyowati (2013) melakukan penelitian mengenai nilai tambah susu kambing peranakan etawah sebagai bahan baku produk olahan susu kambing. Metode yang digunakan dalam menganalisis nilai tambah yaitu dengan metode Hayami. Besarnya nilai tambah pada usaha kerupuk dan permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 15 444.09/lt dan Rp 15 885.49/lt. Besarnya nilai tambah permen karamel susu kambing PE lebih tinggi daripada kerupuk susu kambing PE karena besarnya sumbangan input lain pada kerupuk susu kambing PE. Imbalan tenaga kerja pada usaha kerupuk dan permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 18 693.36/lt dan Rp 39 788.74/lt. Imbalan tenaga kerja pada usaha permen karamel susu kambing PE paling tinggi karena tingginya upah rata-rata tenaga kerja dalam pengolahan.

Penelitian lain mengenai analisis nilai tambah yaitu dilakukan oleh Asheri (2014), yang meneliti tentang analisis nilai tambah cokelat batangan. Adapun tujuan dari penelitian ini selain untuk mengkaji nilai tambah dari cokelat batangan juga untuk membandingkan metode nilai tambah yang terbaik antara metode Hayami dan Syahza. Hasil penelitian membuktikan bahwa metode yang paling tepat digunakan dalam menganalisis nilai tambah yaitu metode Hayami. Walaupun metode Hayami telah lama digunakan, tetapi metode tersebut dapat menganalisis nilai tambah suatu komoditas pertanian dengan jelas dan sistematis jika dibandingkan dengan metode Syahza.

(21)

9

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Biaya

Menurut Mulyadi (1999), biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu dan tidak dapat dihindarkan. Informasi biaya digunakan untuk mengukur kegiatan usaha menghasilkan laba atau tidak. Tanpa informasi biaya, pihak pengelola tidak memiliki ukuran apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah daripada nilai keluarannya. Selain itu tanpa informasi biaya, pengelola juga tidak memiliki dasar untuk mengalokasikan berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan dalam menghasilkan sumber ekonomi lainnya.

Menurut Mulyadi (1999), dalam hubungannya dengan pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya, yaitu biaya produksi dan non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum.

Menurut Soeharno (2006), biaya produksi adalah semua pengeluaran yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa. Analisis biaya produksi dibagi menjadi analisis biaya jangka pendek dan analisis biaya jangka panjang. Analisis biaya jangka pendek dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel sedangkan pada analisis biaya jangka panjang, semua biaya adalah biaya variabel.

Adapun pengertian dari biaya variabel yaitu biaya yang besarnya tergantung pada output yang dihasilkan. Contohnya biaya bahan untuk menghasilkan suatu produk. Semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan sehingga biaya semakin besar. Sedangkan biaya tetap yaitu biaya yang tidak tergantung banyak sedikitnya produk yang dihasilkan. Contohnya biaya penyusutan mesin. Biaya penyusutan ini tidak tergantung apakah mesin digunakan pada kapasitas penuh, setengah kapasitas, atau bahkan tidak digunakan, biaya tetap harus dikeluarkan sebesar penyusutan yang ditetapkan per tahunnya.

Konsep Harga Jual

(22)

10

Biaya merupakan satu-satunya faktor yang mempunyai kepastian relatif tinggi yang berpengaruh dalam penentuan harga jual. Biaya dapat memberikan informasi batas bawah penetuan harga jual. Perusahaan akan mengalami kerugian apabila harga jual berada dibawah biaya penuh produk atau jasa. Kerugian tersebut dalam jangka waktu tertentu dapat mengganggu pertumbuhan perusahaan dan dapat mengakibatkan perusahaan akan berhenti. Oleh karena itu, informasi biaya produk atau jasa diperlukan dalam pengambilan keputusan penentuan harga jual (Mulyadi, 2001).

Konsep Titik Impas

Menurut Roni (1990), analisis titik impas merupakan sarana bagi manajemen untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau kerugian. Analisis titik impas digunakan untuk menentukan berapa jumlah produk (dalam rupiah atau unit keluaran).

Impas (break event) adalah keadaan suatu usaha yng tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenues) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Analisis titik impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain labanya sama dengan nol) (Mulyadi, 2001).

Analisis titik impas memberikan banyak manfaat bagi perusahaan. Selain digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi. Menurut Kasmir (2010), analisis titik impas mempunyai kegunaan-kegunaan lain seperti :

1. Mendesain spesifikasi produk (berkaitan dengan biaya) 2. Penentuan harga jual persatuan

3. Produksi atau penjualan minimum agar tidak mengalami kerugian 4. Memaksimalkan jumlah produksi

5. Perencanaan laba yang diinginkan

Dalam perhitungan analisis titik impas, dibutuhkan beberapa asumsi antara lain :

a) Dalam analisis titik impas hanya digunakan dua macam biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel

b) Biaya tetap secara total tidak mengalami perubahan walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan

c) Biaya variabel secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan

d) Perusahaan hanya menjual satu macam produk

e) Harga jual per satuan tidak berubah selama periode analisis

Menurut Mulyadi (2001), ada dua cara dalam mengukur titik impas, yaitu: 1. Pendekatan Teknik Persamaan

(23)

11

Keadaan impas adalah jika keuntungan (π) sama dengan 0 (nol), maka:

Keterangan :

Π : Keuntungan Q : Jumlah produk P : Harga jual produk TVC : Biaya total variabel TFC : Biaya total tetap

AVC : Biaya rata-rata variabel 2. Pendekatan Grafis

Pendekatan ini menentukan titik impas dengan melihat pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu grafik. Titik pertemuan antara garis biaya dengan garis pendapatan penjualan merupakan titik impas. Pendekatan grafis secara jelas dapat terlihat pada Gambar 1 berikut.

(24)

12 Perusahaan akan mengalami kerugian apabila volume penjualan dan atau produksi lebih kecil dari titik OQ yang artinya hasil penjualan tidak dapat menutupi biaya total yang dikeluarkan. Sedangkan perusahaan akan mengalami keuntungan apabila volume penjualan dan atau produksi lebih besar dari titik OQ yang artinya hasil penjualan dapat menutupi biaya total yang dikeluarkan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa daerah laba atau keuntungan berada di sebelah kanan titik impas sedangkan daerah rugi berada disebelah kiri titik impas. Titik impas dapat berubah dengan adanya perubahan harga input, perubahan harga output, dan perubahan teknologi.

Analisis Profitabilitas

Menurut Mulyadi (2001), analisis profitabilitas digunakan untuk mengetahui penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilan oleh suatu obyek informasi dalam periode akuntansi tertentu. Profit adalah besarnya laba yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan perusahaan. Profitabilitas adalah nilai laba bersih dibagi dengan penerimaan total. Profitabilitas yang diperoleh perusahaan menggambarkan besarnya laba yang diperoleh dari hasil laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Nilai profitabilitas diperoleh dari perkalian antara Margin Of Safety (MOS) dengan Margin Income Ratio (MIR) atau profit volume ratio (Mulyadi, 2001).

Tingkat keamanan atau Margin Of Safety (MOS) merupakan hubungan atau selisih antara penjualan tertentu yang dianggarkan dengan penjualan pada titik impas. MOS digunakan untuk mengetahui berapa besar penjualan yang dianggarkan untuk mengantisipasi penurunan penjualan sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian (Kasmir, 2010). Menurut Mulyadi (2001), secara matematis rumus untuk menghitung nilai MOS adalah :

Keterangan :

(25)

13

Semakin tinggi nilai MOS maka keadaan perusahaan akan semakin baik sebab batas kemampuan perusahaan apabila terjadi penurunan produksi akan semakin besar (Munawir, 2002).

Margin Income Ratio (MIR) merupakan bagian hasil penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba. Menurut Mulyadi (2001), secara matematis rumus untuk menghitung nilai MIR adalah:

Keterangan :

MIR : Marginal Income Ratio (%) VC : Biaya variabel (Rp/unit TR : Penerimaan total (Rp)

MIR dapat memberikan informasi tentang berapa bagian dari penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan laba. Semakin tinggi nilai MIR maka keadaan perusahaan akan semakin baik sebab kemampuan perusahaan untuk menutupi biaya tetap dan memperoleh laba akan semakin besar (Munawir, 2002).

Menurut Mulyadi (2001), apabila marginal of safety (MOS) dihubungkan dengan marginal income ratio (MIR), angka margin of safety ini akan berhubungan langsung dengan laba. Sehingga semakin besar nilai MOS dan MIR dari suatu usaha, maka akan semakin besar nilai kemampuan usaha dalam memperoleh keuntungan, begitupun sebaliknya. Nilai profitabilitas ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus matematis :

Keterangan :

Π : Profitabiltas perusahaan (%)

MIR : Marginal Income Ratio (%) MOS : Margin Of Safety (%)

Menurut Mulyadi (2001), selain analisis titik impas dan marginal of safety, degree of operating leverage (DOL) juga merupakan parameter yang memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap profit pada tingkat penjualan tertentu. Degree of operating leverage di hitung dengan rumus berikut ini:

(26)

14

Penentuan Proporsi Biaya Bersama

Menurut Rony (1990), biaya produksi bersama merupakan sejumlah biaya yang terjadi dari suatu proses bersama atas material tertentu yang mungkin menghasilkan dua atau lebih jenis produk. Biaya produksi bersama untuk beberapa jenis produk yang berbeda merupakan jumlah keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan. Biaya produksi dapat dipisahkan dan mudah diidentifikasikan untuk masing-masing produk dan umumnya tidak memerlukan pengalokasian biaya. Sebaliknya biaya produksi bersama memerlukan alokasi atau pendistribusian pada masing-masing produk.

Menurut Rony (1990), ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk pengalokasian biaya produksi bersama, yaitu:

1. Metode Nilai Pasar

Metode nilai pasar merupakan metode yang paling banyak dipakai dengan alasan bahwa nilai pasar adalah ukuran yang paling logis terhadap biaya yang diperlukan bagi masing-masing produk. Dengan metode ini masing-masing produk bersama menghasilkan persentase keuntungan kotor per unit yang sama dengan asumsi unit yang dijual tanpa proses lebih lanjut.

2. Metode Phisik atau Kuantitas

Metode ini menjabarkan pendistribusikan biaya bersama atas dasar ukuran unit atau phisik, seperti kilogram, ton, one, dan pon, yang berarti produk bersama harus dapat diukur dengan dasar yang sama. Namun, bila ukuran itu sukar diperoleh, jumlah unit bersama harus dituangkan ke dalam penyebut yang umum dapat dipakai bagi semua jumlah produksi.

3. Metode Biaya Rata-Rata per Unit

Metode ini mengalokasikan biaya produksi bersama ke berbagai jenis produk atas dasar standar yang ditetapkan sebelumnya atau indek produksi. Biaya rata-rata per unit diperoleh dengan cara membagi jumlah biaya produksi bersama terhadap jumlah produk yang dihasilkan dengan memakai ukuran unit yang sama dan tidak jauh berbeda satu dengan lainnya dasar pengukurannya. Metode ini tidak dapat digunakan bila dasar ukuran produk yang dihasilkan berbeda.

4. Metode Rata-Rata Tertimbang

Metode ini memasukkan faktor bobot untuk setiap unit produk yang dihasilkan karena adanya perbedaan ukuran produk, kesukaran dalam prosessing, waktu yang dibutuhkan dalam menghasilkan setiap unit produk, buruh yang dipekerjakan, dan material yang dipakai, serta unsur-unsur lainnya. Metode ini dapat mengeliminir dengan cara mengalikan setiap jenis produk terhadap faktor bobotnya sehingga pengalokasian biaya produksi lebih mencerminkan beban setiap unit produk.

Analisis Nilai Tambah

(27)

15 baku, bahan bakar dan biaya lainnya (Raharjo, 1986). Menurut Sudiyono (2004), nilai tambah merupakan imbalan bagi tenaga kerja dan keuntungan pengolahan. Tujuan dari analisis nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku sistem (pengolah) dan kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh sistem komoditi tersebut. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dengan nilai biaya antara bahan baku dengan bahan dasar, dan bahan penunjang lainnya yang terpakai untuk menghasilkan produk tersebut (Wasis, 2001).

Menurut Hayami et al (1987), nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditas tersebut. Input fungsional tersebut berupa proses perubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), maupun penyimpanan (time utility). Semakin banyak perubahan yang diperlakukan terhadap komoditas tertentu maka makin besar nilai tambah yang diperoleh.

Nilai tambah dapat dihitung dengan dua cara yaitu menghitung nilai tambah selama proses pengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran. Nilai tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan non teknis (faktor pasar). Faktor teknis terdiri atas jumlah dan kualitas bahan baku serta input penyerta, kualitas produk, penerapan teknologi, kapasitas produksi, dan penggunaan unsur tenaga kerja. Faktor pasar meliputi harga bahan baku, harga jual output, upah tenaga kerja, modal investasi, informasi pasar, dan nilai input lain (Hayami et al., 1987).

Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode Hayami antara (Hayami et al., 1987) :

1. Membuat arus komoditi yang menunjukkan bentuk-bentuk komoditi, lokasi, lama penyimpanan, dan berbagai perlakuan terhadap komoditi bersangkutan.

2. Mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi menurut perhitungan finansial.

3. Memilih dasar perhitungan, yang mana dalam penelitian ini didasarkan pada per satuan input utama atau bahan baku.

Kerangka Pemikiran Operasional

(28)

16

Analisis nilai tambah juga digunakan dalam penelitian ini karena analisis nilai tambah dapat menunjukkan besarnya nilai tambah dari proses olahan susu menjadi yoghurt. Metode Hayami digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis nilai tambah.

Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah yoghurt yang berbahan baku susu sapi dan yoghurt yang berbahan baku susu kambing. UPS Dafa memproduksi yoghurt susu sapi dengan bentuk stik, cup dan botol sedangkan yoghurt susu kambing hanya diproduksi dalam bentuk stik saja. Yoghurt yang diteliti adalah yoghurt yang berbentuk stik karena tingkat penjualannya yang tertinggi. Selain itu terdapat perbedaan biaya bahan baku dan volume penjualan antara yoghurt sapi denga yoghurt kambing. Berdasarkan analisis profitabilitas dan nilai tambah dapat diketahui bahan baku mana yang memiliki profitabilitas dan nilai tambah yang lebih besar.

Berdasarkan analisis profitabilitas serta nilai tambah yang dilakukan pada usaha yoghurt akan diketahui sudah sejauh mana usaha tersebut telah mencapai tujuan dalam memperoleh keuntungan. Secara ringkas alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

(29)

17

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pengolahan Susu Darul Fallah (UPS Dafa) yang berlokasi di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa UPS Dafa merupakan salah satu unit bisnis dari Darul Fallah yang memproduksi yoghurt dengan bahan baku susu kambing dan susu sapi di Kabupaten Bogor. Pelaksanaan penelitian ini, termasuk di dalamnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2015.

Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan wawancara secara langsung kepada pihak perusahaan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari laporan produksi, proses produksi, pelaksanaan kegiatan fungsi-fungsi operasional perusahaan, dan literatur yang relevan dengan penelitian. Data yang diperoleh bersifat kualitatif dan kuantitatif dari eksternal dan internal perusahaan.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

(30)

18

Analisis Biaya Produksi

Biaya merupakan faktor penting dalam perencanaan laba dalam suatu usaha. Struktur biaya pada usaha yang diteliti harus dianalisis terlebih dahulu dengan melakukan kunjungan lapang langsung. Biaya-biaya yang dianalisis pada usaha pembuatan yoghurt ini memperhitungkan semua unsur biaya produksi yaitu biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik, yang kemudian diklasifikasikan menurut perilakunya menjadi biaya tetap dan variabel. Adapun rumus perhitungan total biaya produksi sebagai berikut:

Setiap proses produksi pada peralatan produksi pasti dihadapkan pada biaya penyusutan. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Analisis Titik Impas

Titik impas digunakan untuk mengetahui kaitan antara volume produksi, harga jual, biaya produksi, dan laba rugi. Selain itu, dapat juga sebagai alat untuk mengetahui kapan suatu usaha mampu menutupi biaya produksinya atau kapan suatu suatu berada pada titik impas, saat laba sama dengan nol. Menurut Mulyadi (2001), BEP ada dalam dua bentuk yaitu BEP dalam tingkat harga dan BEP dalam jumlah unit produksi.

Analisis Profitabilitas

(31)

19

Keterangan :

MOS : Margin Of Safety (%) MIR: Marginal Income Ratio (%) BEP : Nilai impas (Rp)

TR : Penerimaan total (Rp) VC : Biaya variabel (Rp/unit

Π : Profitabiltas perusahaan (%)

Analisis Nilai Tambah

Perhitungan nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis nilai tambah susu kambing dan susu sapi untuk diproduksi menjadi yoghurt adalah metode Hayami. Perhitungan dengan menggunakan metode Hayami akan diperoleh hasil berupa produktivitas produksi, nilai output, nilai tambah, balas jasa tenaga kerja, dan keuntungan pengolahan. Adapun hasil perhitungan nilai tambah disajikan dalam bentuk Tabel 5 berikut ini :

Tabel 5 Perhitungan nilai tambah menurut metode Hayami

Variabel Nilai

I. Output, Input, dan Harga

1. Output yang dihasilkan (kg/hari) A 2. Bahan baku yang digunakan (kg/hari) B

3. Tenaga kerja (jam/hari) C

4. Faktor konversi (1/2) d = a/b

5. Koefisien tenaga kerja (3/2) e = c/b

6. Harga output (Rp/kg) F

7. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) G II. Pendapatan dan Keuntungan

8. Harga bahan baku (Rp/kg bahan baku) H 9. Sumbangan input lain (Rp/kg output) I 10. Nilai output (4 x 6) (Rp) j = d x f III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi

14. Marjin (10 – 8) (Rp) q = j –h

(32)

20

Faktor konversi pada Tabel 5 menunjukkan banyaknya produk olahan yang dihasilkan dari satu kilogram bahan baku. Koefisien tenaga kerja dalam tabel menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input. Nilai output pada tabel menunjukkan nilai produk yang dihasilkan dari satu satuan input yang digunakan. Nilai input lain mencakup nilai dari semua korbanan selain bahan baku dan tenaga kerja yang digunakan selama produksi berlangsung.

GAMBARAN UMUM USAHA

Gambaran Umum Unit Pengolahan Susu Dafa

Unit Pengolahan Susu Darul Fallah (UPS Dafa) berada dalam Yayasan Pondok Pesantren Darul Fallah yang terletak pada KM 12 Jalan Raya Bogor Ciampea. UPS Dafa merupakan bagian dari salah satu unit bisnis Peternakan Darul Fallah. Unit bisnis lain yang berada di bawah Unit Peternakan Darul Fallah yaitu unit budidaya sapi perah dan unit budidaya kambing perah. Namun, pada Januari 2015 UPS Dafa sudah tidak membudidayakan kambing perah karena tidak ada tenaga kerja yang menangani peternakan kambing perah tersebut. Selain itu juga telah banyak kambing afkir sehingga kambing-kambing di Peternakan Darul Fallah dijual seluruhnya. UPS Dafa dirintis pada bulan Februari 2007. Pendirian UPS ini dibantu oleh Lembaga Mandiri yang Mengakar pada Masyarakat (LM3), yakni sebuah program Departemen Pertanian tahun 2007. Usaha pengolahan susu merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk susu.

UPS Dafa mengolah susu sapi dan susu kambing menjadi yoghurt, susu pasteurisasi, dan kefir. Namun, mulai tahun 2009 UPS Dafa tidak lagi memproduksi kefir karena tingginya kandungan alkohol dalam kefir. Saat ini produk olahan susu sapi dan susu kambing yang lebih banyak diproduksi adalah yoghurt karena jumlah permintaannya yang tinggi sedangkan susu pasteurisasi diproduksi hanya jika mendapat pesanan saja. Sehingga UPS Dafa memutuskan untuk lebih fokus kepada produk yoghurt.

UPS Dafa masih beroperasi dalam skala mikro namun UPS Dafa telah memiliki izin TDI (Tanda Daftar Industri) yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor dengan nomor 53/21/TDI-Agro&HH/B/X/08. Selain itu, UPS Dafa juga telah memiliki sertifikat halal yang diperoleh dari MUI Propinsi Jawa Barat dengan nomor 01041028021107.

(33)

21 Pengadaan Bahan Baku

Bahan baku utama pembuatan yoghurt adalah susu segar. Bahan baku susu sapi segar diperoleh dari Unit Peternakan Darul Fallah, jumlah sapi perah yang dimiliki oleh Unit Peternakan Darul Fallah sebesar 11 ekor. Sapi laktasi selama tahun 2014 sebanyak 5 ekor. Rata-rata produksi susu sehari mencapai 35 liter. Sebagian besar susu yang dihasilkan oleh Unit Peternakan Darul Fallah digunakan untuk menjadi susu olahan. Apabila produksi susu sapi yang dihasilkan peternakan tidak mencukupi untuk membuat susu olahan, UPS Dafa melakukan pembelian kepada peternak mitra yang berlokasi di Kunak Lewiliang. Begitu juga halnya dengan bahan baku susu kambing yang diperoleh dari Unit Peternakan Darul Fallah. Jumlah kambing perah yang dimiliki Unit Peternakan Darul Fallah pada tahun 2014 sebanyak 20 ekor yang terdiri dari kambing laktasi berjumlah 9 ekor. Rata-rata produksi susu sehari mencapai 700 ml. Apabila produksi susu kambing tidak mencukupi untuk membuat susu olahan, UPS Dafa juga membeli kepada peternak mitra yang berlokasi sama dengan peternak susu sapi yaitu di Kunak Leuwiliang. Peternak mitra tersebut merupakan peternak anggota KPS Bogor yang berlokasi relatif dekat dengan Pondok Pesantren Darul Fallah. Sistem pembelian susu antara UPS Dafa dan peternak mitra merupakan sistem jual putus dan tidak ada perjanjian tertulis. Harga susu sapi yang dijual oleh Unit Peternakan Darul Fallah sama dengan harga yang dijual oleh peternak di Kunak yaitu Rp 5 000 sedangkan harga susu kambing segar yaitu Rp 25 000.

Bahan baku untuk proses fermentasi susu menjadi yoghurt adalah starter bakteri. Bahan tersebut diperoleh dari unit bisnis yang ada di Pondok Pesantren Darul Fallah sendiri, tepatnya oleh PT DaFa Teknoagro Mandiri. Sumber bahan baku lainnya, seperti gula dan bahan tambahan lain dibeli langsung oleh bagian produksi dari toko dan pasar tradisional di Pasar Bogor.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada UPS Dafa merupakan tenaga kerja luar keluarga yang terdiri dari tenaga kerja tetap dan tenaga kerja borongan. Jumlah tenaga kerja tetap sebanyak 3 orang dan tenaga kerja borongan sebanyak 5 orang. Tenaga kerja tetap memiliki fungsi di bagian produksi yakni sebagai pengolah produk serta juga melakukan pengawasan terhadap tenaga kerja lepas pada saat melakukan pengemasan produk. Tenaga kerja tetap UPS Dafa diantaranya adalah Kepala Produksi UPS Dafa yaitu Asmalam Sinar Turnip dan dua asisten produksi yaitu Siti Aisyah dan Ambar Fauziah. Tenaga kerja borongan semuanya adalah wanita, yang berasal dari warga sekitar UPS Dafa.

(34)

22

akhir minggu, dengan sistem pembayaran Rp 30 untuk setiap pengemasan satu stik produk yoghurt dengan bahan baku susu sapi dan Rp 40 untuk setiap pengemasan satu stik produk yoghurt kambing.

Proses Produksi Yoghurt

Produk olahan susu sapi dan susu kambing yang dihasilkan UPS Dafa yaitu yoghurt dan susu pasteurisasi. UPS Dafa lebih banyak memproduksi yoghurt baik yang berbahan baku susu sapi maupun susu kambing. Yoghurt yang dihasilkan dari susu sapi yaitu terdiri dari bentuk stik dengan ukuran 30 ml, bentuk cup dengan ukuran 160 ml dan bentuk botol dengan ukuran 180 ml. Namun penjualan terbesar adalah untuk yoghurt stik susu sapi. Sedangkan yoghurt susu kambing hanya terdiri dari bentuk stik saja dengan ukuran 50 ml. UPS Dafa belum memiliki penjadwalan khusus dalam memproduksi yoghurt karena disesuaikan dengan pesanan dari distributor. Selama tahun 2014, UPS Dafa memproduksi yoghurt stik susu sapi sebanyak 81 kali produksi dan 12 kali produksi untuk yoghurt stik susu kambing.

Berdasarkan perhitungan yang dibuat oleh UPS Dafa, Harga Pokok Produksi (HPP) yoghurt dengan bahan baku susu sapi per pak (isi 20 stick) sebesar Rp 3 982 sedangkan HPP yoghurt dengan bahan baku susu kambing per pak (isi 5 stick) sebesar Rp 4 624. HPP ini hanya memperhitungkan biaya bahan baku sampai pengemasan, belum memperhitungkan biaya penyusutan investasi, biaya listrik, biaya komunikasi, biaya transportasi dan gaji tenaga kerja tetap.

Proses produksi yoghurt cukup mudah karena tidak membutuhkan peralatan atau mesin teknologi tinggi. Proses produksi yang dilakukan UPS Dafa dapat dilihat pada Gambar 3.

(35)

23 Proses produksi diawali dengan pemananasan susu hingga 85°C kurang lebih selama sepuluh menit sambil terus diaduk agar susu tidak pecah. Pemanasan susu dilakukan menggunakan panci besar dan dimasak di atas kompor gas dengan bantuan alat pengukur suhu termometer. Setelah proses pemanasan, kemudian susu didinginkan hingga 40°C. Suhu tersebut merupakan suhu yang paling optimum untuk media pertumbuhan starter yoghurt. Setelah itu, susu dimasukan ke dalam wadah untuk dimasukkan starter bakteri. Penambahan kultur starter ke dalam susu menggunakan dosis yang telah ditentukan. Dosis yang dipakai adalah sebanyak kurang lebih 5 persen dari volume susu. Kultur starter yang ditambahkan merupakan kultur campuran yang terdiri dari Lactobacilus bulgarius dan Streptococcus thermophilus. Setelah ditambahkan starter bakteri, susu diinokulasi selama minimal 12 jam. Pembuatan yoghurt stik susu sapi maupun yoghurt stik susu kambing dilakukan selama dua hari. Pembuatan yoghurt dilakukan pada pagi hari mulai pukul 07.00 dimana dilakukan proses pemanasasan, pendinginan dan penambahan starter bakteri, kemudaian didiamkan semalam dan diolah keesokan harinya mulai pukul 07.00.

Susu yang telah difermentasi (diinokulasi) menjadi yoghurt kemudian ditambahkan dengan larutan gula lalu diaduk dan disaring agar menyatu. Hasil inokulasi antara susu dan bakteri disebut dengan plain yoghurt. Plain yoghurt tersebut kemudian ditambahkan larutan gula dan diaduk rata. Setelah pencampuran dengan larutan gula, plain yoghurt dapat diolah lebih lanjut dengan diberi perasa buah sedikit. Rasa atau escents yang dipakai oleh UPS diantaranya anggur, strawberry, leci, pala, jeruk keprok, dan lain-lain. Selanjutnya yoghurt yang sudah siap kemudian dapat langsung dikemas. Sebanyak 20 stick yoghurt susu sapi dikemas menjadi satu pak dan sebanyak 5 stik yoghurt susu kambing dikemas menjadi satu pak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Biaya

(36)

24

Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya-biaya yang sifatnya tetap jumlahnya pada periode tertentu dan tidak berpengaruh langsung terhadap jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap akan berbeda-beda tergantung jenis usahanya.

Unit Pengolahan Susu (UPS) Dafa memproduksi berbagai macam produk olahan susu sapi dan susu kambing sehingga terjadi pemakaian biaya tetap bersama. Biaya tetap masing-masing produk dapat dipisahkan melalui metode nilai pasar dengan menggunakan nilai penjualan untuk masing-masing produk. Proporsi nilai penjualan masing-masing produk dihitung terhadap total penjualan. Proporsi nilai penjualan yoghurt stik susu sapi sebesar 81 persen sedangkan proporsi nilai pasar yoghurt stik susu kambing sebesar 5 persen dan sisanya sebesar 14 persen untuk produk lainnya. Secara lengkap cara perhitungan proporsi masing-masing produk disajikan pada Lampiran 1. Proporsi tersebut digunakan untuk menetapkan biaya tetap masing-masing produk dari biaya produksi bersama.

Biaya tetap yang dikeluarkan oleh UPS Dafa meliputi biaya penyusutan investasi dan biaya tidak langsung lainnya. Adapun biaya investasi meliputi biaya bangunan, alat transportasi, dan peralatan produksi. Biaya tidak langsung terdiri dari biaya listrik, biaya komunikasi, biaya transportasi dan biaya tenaga kerja tetap. Besarnya pengeluaran yang merupakan biaya tetap dari usaha yoghurt stik susu sapi dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 6

Tabel 6 Biaya Tetap Yoghurt Stik Susu Sapi dan Yoghurt Stik Susu Kambing pada Kondisi Aktual UPS Dafa Tahun 2014

No Uraian

Yoghurt Stik Susu Sapi Yoghurt Stik Susu Kambing

Biaya per

(37)

25 kerja diberikan untuk tiga orang pekerja tetap yang terdiri dari satu kepala produksi dan dua asisten produksi. Kepala produksi mendapat gaji sebesar Rp 750 000 per bulan atau Rp 9 000 000 per tahun. Asisten produksi mendapatkan gaji sebesar Rp 500 000 per bulan atau 6 000 000 per tahun. Adapun proporsi biaya tenaga kerja untuk yoghurt stik susu sapi sebesar Rp 17 010 000, proporsi untuk yoghurt stik susu kambing sebesar Rp 1 050 000, dan proporsi untuk produk lainnya sebesar Rp 2 940 000. Maka dari itu, biaya tenaga kerja tetap merupakan biaya yang paling mempengaruhi terhadap total biaya tetap. Hal ini karena biaya tetap memiliki persentase yang paling tinggi jika dibandingkan dengan komponen biaya tetap lainnya.

Persentase komponen biaya tetap kedua terbesar adalah biaya penyusutan investasi. Adapun komponen biaya investasi yang dimiliki UPS Dafa terdiri dari bangunan untuk produksi seluas 3x4 m2 dengan nilai perolehan sebesar Rp 15 000 000, bangunan terbuka untuk pengemasan produk seluas 3x6 m2 dengan nilai perolehan sebesar Rp 10 000 000 dan bangunan untuk penyimpanan produk seluas 2x4 m2 dengan nilai perolehan sebesar Rp 10 000 000. Masing-masing bangunan memiliki umur ekonomis selama dua puluh tahun, dengan penyusutan sebesar lima persen per tahun. Selain itu, investasi yang dimiliki UPS Dafa adalah kendaraan operasional berupa motor. Nilai perolehan sepeda motor sebesar Rp 15 000 000 dengan umur ekonomis selama sepuluh tahun. Persentasi penyusutan untuk kendaraan tersebut adalah sepuluh persen per tahun.

Penyusutan untuk masing-masing peralatan produksi pada usaha yoghurt stik susu sapi dan kambing juga didasarkan pada proposi nilai penjualan masing-masing produk. Adapun rincian biaya penyusutan investasi dapat dilihat pada Lampiran 2. UPS Dafa memliki 4 unit Freezer yang memiliki ukuran yang berbeda. Freezer ukuran 528 L, 300 L dan 150 L masing-masing berjumlah satu buah sedangkan freezer beukuran 200 L berjumlah empat buah. Masing-masing freezer memiliki umur ekonomis yang sama yaitu 10 tahun dengan persentasi penyusutan sebesar sepuluh persen per tahun. Peralatan produksi kompor gas dan termometer memiliki umur ekonomis yang sama yaitu 5 tahun. Persentase penyusutan untuk kompor dan termometer sebesar dua puluh persen per tahun. Milk can aluminium dengan harga Rp 400 000 memiliki umur ekonomis empat tahun. Milk can yang dimiliki UPS Dafa berjumlah empat dengan persentasi penyusutan sebesar dua puluh lima persen per tahun. Tiga buah panci yang dibutuhkan UPS Dafa memiliki umur ekonomis empat tahun juga. Penyusutan untuk panci sebesar dua puluh lima persen per tahun.

(38)

26

000 untuk saringan dan Rp 46 000 untuk galon air. Sedangkan untuk pengaduk kayu dan centong, UPS Dafa membutuhkan masing-masing sebanyak empat unit dan mebutuhkan mangkuk sebanyak sepuluh unit. Adapun biaya penyusutan investasi untuk yoghurt stik susu sapi adalah sebesar 5 200 426 dan biaya penyusutan untuk yoghurt stik susu kambing sebesar Rp 321 014.

Faktor biaya lainnya yang juga termasuk dalam biaya tetap adalah biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung yaitu biaya yang dikeluarkan untuk hal yang tidak berhubungan secara langsung dalam produksi, namun dapat menunjang dalam proses produksi. Biaya tidak langsung yang dikeluarkan UPS Dafa meliputi biaya listrik, biaya komunikasi, biaya transportasi, dan upah tenaga kerja tetap. Persentase biaya listrik terhadap total biaya tetap adalah 10.2 persen. Biaya listrik per bulan yang dikeluarkan UPS Dafa adalah Rp 300 000 atau Rp 3 600 000 per tahun, dengan proporsi sebesar Rp 2 961 000 untuk yoghurt stik susu sapi, sebesar Rp 180 000 untuk yoghurt stik susu kambing dan sebesar Rp 504 000 untuk produk lainnya. Biaya transportasi memiliki persentase sebesar 8.6 persen terhadap total biaya tetap. Biaya transportasi yang digunakan untuk membeli bahan bakar kendaraan membutuhkan biaya sebesar Rp 250 000 per bulan atau Rp 3 000 000 per tahun, dengan proporsi sebesar Rp 2 430 000 untuk yoghurt stik susu sapi, sebesar Rp 150 000 untuk yoghurt stik susu kambing dan sebesar Rp 420 000 untuk produk lainnya.

Persentase komponen biaya tetap tetap terkecil terhadap total biaya tetap yaitu biaya komunikasi sebesar 3.4 persen. Biaya komunikasi per bulan sebesar Rp 100 000 atau Rp 1 200 000 per tahun, dengan proporsi sebesar Rp 972 000 untuk yoghurt stik susu sapi, sebesar Rp 60 000 utuk yoghurt stik susu kambing dan sebesar Rp 168 000 untuk produk lainnya.

Biaya Variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang mengalami peningkatan sebanding dengan peningkatan jumlah produksi. Biaya variabel pada proses produksi yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing terdiri dari biaya bahan baku utama, biaya bahan baku pendukung dan biaya lainnya.

Usaha Yoghurt Stik Susu Sapi

(39)

27

Tabel 7 Biaya Variabel Yoghurt Stik Susu Sapi pada Kondisi Aktual UPS Dafa Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat biaya variabel yang dikeluarkan UPS Dafa untuk yoghurt stik susu sapi selama setahun adalah sebesar Rp 77 140 350. Pertestase komponen biaya variabel terbesar terhadap total biaya variabel untuk yoghurt stik susu sapi yaitu biaya bahan baku utama sebesar 41.00 persen. Hal tersebut karena susu sapi segar termasuk dalam bahan baku utama yang merupakan bahan baku dasar dari yoghurt stik susu sapi. Sedangkan persentase komponen biaya variabel terkecil terhadap total biaya variabel adalah biaya lainnya sebesar 27.20 persen.

Biaya untuk bahan baku susu sapi segar yaitu sebesar Rp 31 590 000 per tahun dimana penggunaan susu sapi sebanyak 6 318 liter per tahun. Biaya bahan baku gula membutuhkan biaya sebesar Rp 17 496 000 per tahun untuk 1 944 kg per tahun. Biaya starter bakteri untuk proses fermentasi susu memnjadi yoghurt yaitu sebesar Rp 4 860 000 per tahun untuk 486 botol. Biaya air galon yang dibutuhkan selama setahun yaitu sebesar Rp 1 278 180 untuk 4 860 liter per tahun. Perisa buah membutuhkan biaya selama setahun sebesar Rp 279 450 untuk 11 178 ml atau 11.178 liter per tahun.

(40)

28

yoghurt susu sapi stik yaitu sebesar Rp 641 520. Sedangkan biaya kemasan dihitung per lembar kemasan yang dikeluarkan. Kemasan untuk produksi yoghurt stik susu sapi terdiri dari plastik stik ukuran 20x40 dan 2.8x40 serta label. Biaya yang dikeluarkan untuk plastik stik ukuran 20x40 sebesar Rp 1 555 200 per tahun, untuk plastik stik ukuran 2.8x40 sebesar Rp 5 832 000 per tahun dan untuk label sebesar Rp 1 944 000 per tahun. Biaya tenaga kerja langsung merupakan upah untuk tenaga kerja kerja borongan. Besarnya upah untuk mengikat satu yoghurt stik sebesar Rp 30 sehingga biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja borongan dalam setahun sebesar Rp 11 664 000.

Usaha Yoghurt Stik Susu kambing

Biaya bahan baku utama yoghurt stik susu kambing terdiri dari susu kambing segar dengan harga Rp 25 000 per liter. Adapun biaya bahan baku pendukung dan bahan lainnya sama seperti pada bahan baku pendukung pada yoghurt stik susu sapi. Pengeluaran total biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Biaya Variabel Yoghurt Stik Susu Kambing pada Kondisi Aktual UPS

(41)

29 Berdasarkan Tabel 8, persentase komponen biaya variabel terbesar terhadap total biaya variabel untuk yoghurt stik susu kambing yaitu biaya bahan baku utama sebesar 70.10 persen. Persentase komponen biaya variabel terkecil terhadap total biaya variabel adalah biaya lainnya yaitu sebesar 12.40 persen.

Perhitungan biaya gas didasarkan pada proporsi penjualan yoghurt stik susu kambing sebesar 5 persen. Adapun biaya gas yang dikeluarkan UPS Dafa untuk yoghurt stik susu kambing yaitu sebesar Rp 39 600. Sedangkan biaya kemasan dihitung per lembar kemasan yang dikeluarkan. Kemasan untuk produksi yoghurt stik susu kambing terdiri dari plastik stik ukuran 20x40 dan 2.8x60 serta label. Biaya yang dikeluarkan untuk plastik stik ukuran 20x40 sebesar Rp 96 000 per tahun, untuk plastik stik ukuran 2.8x60 sebesar Rp 180 000 per tahun dan untuk label sebesar Rp 180 000 per tahun. Biaya tenaga kerja langsung merupakan upah untuk tenaga kerja kerja borongan. Besarnya upah untuk mengikat satu yoghurt stik susu kambing berbeda dengan yoghurt sapi yaitu sebesar Rp 40. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja borongan dalam setahun sebesar Rp 240 000.

Total Biaya

Total biaya merupakan jumlah dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh usaha yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Adapun total biaya dari usaha yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 9.

Tabel 9 Total Biaya Yoghurt Stik Susu Sapi dan Yoghurt Stik Susu Kambing pada Kondisi Aktual UPS Dafa Tahun 2014

No Uraian

(42)

30

Berdasarkan Tabel 9, persentase komponen biaya terbesar terhadap total biaya baik untuk yoghurt stik susu sapi maupun yoghurt stik susu kambing yaitu biaya variabel. Biaya bahan baku utama menyumbang persentase terbesar pada biaya variabel. Persentase biaya bahan baku utama yoghurt stik susu kambing lebih besar dibandingkan yoghurt stik susu sapi. Hal tersebut karena harga susu kambing jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan harga susu sapi.

Total biaya yang dikeluarkan untuk usaha yoghurt stik susu sapi sebesar Rp 105 668 776 per tahun, yang merupakan jumlah dari biaya tetap sebesar Rp 28 528 426 per tahun dan biaya variabel sebesar Rp 77 140 350 per tahun. Total biaya usaha yoghurt stik susu kambing sebesar Rp 7 326 854 per tahun yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp 1 761 014 per tahun dan biaya variabel sebesar Rp 5 565 840 per tahun. Apabila struktur biaya dari kedua usaha dibandingkan, maka terlihat bahwa usaha yoghurt stik susu sapi memiliki total biaya yang jauh lebih besar dari usaha yoghurt stik susu kambing. Hal tersebut disebabkan volume produksi yoghurt stik susu sapi lebih banyak dibandingkan dengan yoghurt stik susu kambing.

Volume Penjualan

Yoghurt stik yang telah dikemas siap untuk dijual ke agen. Yoghurt stik susu sapi yang dihasilkan sebanyak 19 440 pack atau 388 800 stik. Yoghurt stik susu sapi dalam kemasan di jual dengan harga Rp 7 500 per pack. Satu pack yoghurt sapi berisi 20 stik dengan ukuran 30 ml per stik. Total penerimaan usaha yoghurt stik susu sapi adalah sebesar Rp 145 800 000 dalam setahun. Keuntungan yang dicapai pada usaha yoghurt stik susu sapi adalah sebesar Rp 40 131 224 per tahun.

Usaha yoghurt stik susu kambing hanya menghasilkan sebanyak 1 200 pack atau 6000 stik. Hal tersebut karena pasar yoghurt stik susu kambing masih sangat terbatas sehingga penjualannya sedikit. Yoghurt stik susu kambing dijual dengan harga yang sama dengan yoghurt stik susu sapi yaitu sebesar Rp 7 500 per pack. Satu pack yoghurt susu kambing hanya berisi 5 stik dengan ukuran 50 ml per stik. Total penerimaan usaha yoghurt stik susu kambing adalah sebesar Rp 9 000 000 dalam setahun. Keuntungan yang dicapai pada usaha yoghurt stik susu kambing adalah sebesar Rp 1 673 146 per tahun.

Analisis Profitabilitas

Analisis profitabilitas merupakan suatu analisis yang mengukur seberapa besar kemampuan suatu usaha untuk memperoleh laba atau untung. Analisis profitabilitas dipengaruhi oleh biaya, harga jual dan volume penjualan. Untuk dapat menganalisis profitabilitas suatu usaha, maka terlebih dahulu harus menghitung titik impas usaha yang terkait.

(43)

31 mampu memberikan informasi mengenai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan bersangkutan.

Usaha Yoghurt Stik Susu Sapi

Apabila semua biaya dan pendapatan per tahun diketahui maka dapat melakukan perhitungan titik impas dengan menghitung komponen-komponen terlebih dahulu. Komponen-komponen dalam titik impas antara lain adalah Total Fixed Cost (TFC) atau total biaya tetap, Price (P) yang merupakan harga jual, dan Average Variable Cost (AVC) atau rata-rata biaya variabel.

Total biaya tetap per tahun pada usaha yoghurt stik susu sapi sebesar Rp 28 528 426 per tahun. Harga jual yang ditetapkan untuk yoghurt stik susu sapi adalah Rp 7 500 per pack untuk agen dan Rp 10 000 per pack untuk konsumen, namun penjualan pada tahun 2014 seluruhnya untuk agen sehingga komponen harga jual pada perhitungan titik impas menggunakan harga jual agen.

Komponen terakhir dalam perhitungan titik impas adalah rata-rata biaya variabel, yang diperoleh melalui pembagian antara total biaya variabel selama satu tahun dibagi dengan jumlah produk dalam satu tahun. Total biaya variabel pada usaha yoghurt stik susu sapi adalah Rp 77 140 350 Perhitungan rata-rata biaya variabel ini dengan jelas dapat terlihat pada uraian berikut:

(44)

32

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui titik impas dalam unit (pack) sebesar 8 078 pack dan titik impas dalam rupiah didapatkan sebesar 60 580 626 rupiah. Artinya untuk mencapai keadaan impas atau usaha tidak rugi dan tidak untung, usaha yoghurt stik susu sapi harus memproduksi paling sedikit sebanyak 8 078 pack per tahun dengan total penerimaan sebesar 60 580 626 rupiah per tahun. Adapun perbandingan antara hasil perhitungan titik impas dengan kondisi aktual usaha dapat di lihat lebih jelas pada Tabel 10.

Tabel 10 Perbandingan titik impas dengan kondisi aktual usaha yoghurt stik susu sapi

Keterangan

Titik Impas Keadaan Aktual

Per Bulan Per Tahun Per Bulan Per Tahun

Dalam unit (pcs) 674 8 078 1 620 19 440

Dalam Rupiah(Rp) 5 048 386 60 580 626 12 150 000 145 800 000

Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa usaha yoghurt stik susu sapi kondisinya berada di atas keadaan titik impas. Ini terlihat dari kemampuan usaha dalam memproduksi dan menjual habis sebanyak 19 440 pack yoghurt stik susu sapi serta memperoleh pendapatan sebesar 145 800 000 rupiah. Kelebihan total penerimaan di atas biaya variabel pada usaha yoghurt stik susu sapi menunjukkan usaha tersebut mampu menutupi biaya tetap dan menghasilkan laba. Kondisi perusahaan dalam titik impas juga dapat digambarkan pada grafik, seperti pada Gambar 4. Pada gambar terlihat bahwa penerimaan pada titik impas berada di atas biaya tetap sehingga perusahaan mampu berproduksi di atas titik impas.

Gambar

Tabel 1 Sumbangan sektor pertanian terhadap produk domestik bruto atas dasar
Gambar 1 berikut.
Gambar 2 Diagram Kerangka Pemikiran
Tabel 5 Perhitungan nilai tambah menurut metode Hayami
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa kadar gula dan kadar optimum vitamin C (Asam askorbat) pada yoghurt susu sapi

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan susu kedelai, untuk menganalisis besarnya nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan susu kedelai pada

Oleh karena itu penelitian ini diberi judul “ UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG

efisiensi biaya pada agroindustri susu sapi perah yang telah mampu mengolah.. produk susu segar menjadi susu pasteur dalam kemasan siap

Nilai tambah ( value added ) yang dihasilkan dari pengolahan kacang kedelai menjadi susu kedelai pada skala industri rumah tangga di daerah penelitian masih

Permasalahan utama yang dihadapi kelompok saat ini adalah terbatasnya pengetahuan, teknologi dan peralatan produksi untuk mengolah susu kambing. Susu yang dihasilkan hanya

Nilai tambah ( value added ) yang dihasilkan dari pengolahan kacang kedelai menjadi susu kedelai pada skala industri rumah tangga di daerah penelitian masih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai tambah sapi bali dari produksi susu mengandung nutrien dengan persentase yang tinggi, untuk mengetahui nilai tambah