• Tidak ada hasil yang ditemukan

Knowledge, Attitude, and Practice of Day Old Chick (DOC) Quarantine Installation Personnels of BBKP Soekarno Hatta Related With Biosecurity

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Knowledge, Attitude, and Practice of Day Old Chick (DOC) Quarantine Installation Personnels of BBKP Soekarno Hatta Related With Biosecurity"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK PERSONEL

INSTALASI KARANTINA HEWAN

DAY OLD CHICK

(IKH DOC)

BBKP SOEKARNO HATTA MENGENAI BIOSEKURITI

WULANDARI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Personel Instalasi Karantina Hewan Day Old Chick (IKH DOC) BBKP Soekarno Hatta Mengenai Biosekuriti adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2012

(4)
(5)

ABSTRACT

WULANDARI

.

Knowledge, Attitude, and Practice of Day Old Chick (DOC) Quarantine Installation Personnels of BBKP Soekarno Hatta Related With Biosecurity. Under direction of DENNY WIDAYA LUKMAN and CHAERUL BASRI.

This study was conducted to analyze level of knowledge, attitudes and practices of installation personnels related to biosecurity, correlations among knowledge, attitudes and practices of installation personnels related with biosecurity in animal quarantine installations and level of biosecurity measures in quarantine installation. Measuring the level of knowledge, attitudes, and practices of respondents conducted with interviews using questionnaires and observation. Data analysis to determine associations between these variables using Spearman and Pearson correlation test. This research revealed that knowledge and attitude of manager significantly correlated with low correlation level, knowledge and practice of veterinarian significantly correlated with medium correlation level and worker practice and attitude significantly correlated with medium correlation level. Biosecurity level in quarantine installation determined

by manager’s knowledge and practice, veterinarian’s practice and worker’s

practice.

(6)

RINGKASAN

WULANDARI. Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Personel Instalasi Karantina Hewan Day Old Chick (IKH DOC) BBKP Soekarno Hatta Mengenai Biosekuriti. Dibimbing oleh DENNY WIDAYA LUKMAN dan CHAERUL BASRI.

Hewan yang diimpor dari luar negeri berpotensi untuk membawa agen penyakit masuk ke dalam negeri. Karantina sebagai first line of defense berfungsi untuk mencegah agen penyakit masuk ke dalam negeri. Karantina sebagai tempat pengasingan atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Instalasi karantina hewan (IKH) adalah bangunan berikut peralatan dan lahan serta sarana pendukung yang diperlukan sebagai tempat untuk melakukan tindakan karantina. Biosekuriti memiliki tiga komponen mayor yaitu: isolasi, kontrol lalu lintas, dan sanitasi. Penerapan biosekuriti di IKH day old chick (DOC) tidak terlepas dari tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik semua personel. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat biosekuriti pada IKH DOC BBKP Soekarno Hatta, menganalisis tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik biosekuriti manajer, dokter hewan dan pekerja kandang IKH DOC, menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik biosekuriti manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang IKH DOC, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat biosekuriti IKH DOC. Hipotesis dari penelitian ini yaitu: IKH DOC impor BBKP Soekarno Hatta sudah menerapkan biosekuriti dengan baik; pengetahuan, sikap, dan praktik biosekuriti manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang IKH DOC sudah baik; terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan, sikap, terhadap praktik biosekuriti manajer, dokter hewan dan petugas kandang IKH DOC BBKP Soekarno Hatta.

Penelitian dilaksanakan di IKH DOC Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta yang terletak di wilayah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten pada bulan Januari sampai April 2012. Penelitian ini merupakan kajian survei menggunakan kuesioner sebagai perangkat untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik dari responden. Peubah yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu karakteristik, pengetahuan, sikap dari manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang terhadap biosekuriti yang dihubungkan dengan praktik dari manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang untuk melihat kondisi tingkat biosekuriti. Observasi dilakukan terkait kondisi biosekuriti IKH DOC. Wawancara dilakukan menggunakan kuesioner dan observasi dilakukan menggunakan checklist. Aspek yang diteliti mengenai isolasi, kontrol lalu lintas, dan sanitasi. Populasi penelitian adalah seluruh IKH DOC BBKP Soekarno Hatta yang berlokasi di wilayah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten yang berjumlah 23. Sehubungan dengan sampel yang terbatas, maka sampel penelitian ini adalah seluruh anggota populasi tersebut. Cara pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan wawancara, serta menggunakan checklist untuk biosekuriti. Sampel diambil dari personel yang berada di IKH DOC tersebut yaitu manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang. Sampel yang diambil untuk tiap IKH DOC adalah manajer 1 orang, dokter hewan 1 orang, dan pekerja kandang 2 orang. Untuk pekerja kandang dipilih secara acak.

(7)

kandang dikategorikan menjadi 3 bagian. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Praktik manajer, dokter hewan dan pekerja kandang dikategorikan menjadi 3 bagian berdasarkan penilaian atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada responden. Tingkat biosekuriti dinilai menggunakan checklist dan dikategorikan menjadi baik sekali, baik, dan sedang. Data karakteristik, tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik yang diperoleh dijabarkan secara deskriptif. Hubungan karakteristik terhadap praktik biosekuriti personel IKH DOC dianalisis dengan uji korelasi Spearman dan hubungan antara pengetahuan, sikap terhadap praktik biosekuriti personel IKH DOC dianalisis dengan uji korelasi Pearson. Hubungan antara pengetahuan, sikap, praktik personel IKH DOC dengan tingkat biosekuriti IKH DOC dianalisis dengan uji korelasi Pearson. Analisis data menggunakan program SPSS 16 dan Microsoft Excel 2007.

Responden penelitian ini adalah 20 manajer, 20 dokter hewan, dan 40 pekerja kandang. Beberapa sampel IKH DOC yang diambil hanya terdapat satu dokter hewan untuk beberapa IKH DOC, hal ini karena merupakan kebijakan perusahaan tersebut untuk menempatkan satu dokter hewan untuk beberapa IKH DOC. Personel IKH DOC dilarang untuk bertatap muka langsung (kontak langsung) dengan peneliti karena alasan isolasi sehingga pengambilan sampel yang rencananya dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden diganti dengan responden mengisi sendiri pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di kuesioner. Rencana 23 sampel IKH DOC yang diambil, ada 3 IKH DOC yang menolak untuk diwawancarai dengan alasan kebijakan perusahaan yang tidak mengizinkan informasi peternakan diberitahukan kepada pihak luar sehingga sampel yang didapatkan adalah 20 IKH DOC.

Sebagian besar personel IKH DOC berumur di atas 30 tahun. Sebagian besar responden adalah laki-laki dan hanya satu perempuan. Responden manajer sebagian besar (65%) adalah sarjana peternakan. Dokter hewan sebagian besar (95%) hanya berpendidikan terakhir dokter hewan. Pekerja sebagian besar (72.5%) mempunyai pendidikan terakhir SLTA. Responden manajer (90%) dan dokter hewan (80%) mempunyai pengalaman bekerja 10 tahun ke bawah, sedangkan pekerja kandang sebagian besar (55%) mempunyai pengalaman bekerja lebih dari 10 tahun. Sebagian besar personel IKH DOC menjawab pernah mendapatkan pelatihan mengenai biosekuriti.

(8)

sedang. Sebanyak 38 responden (95%) memiliki nilai tingkat praktik yang baik. Peubah yang memiliki hubungan signifikan adalah sikap dan pengetahuan manajer dengan nilai p = 0.013 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.217, hal ini berarti semakin tinggi pengetahuan manajer mengenai biosekuriti maka akan bersikap lebih baik(positif) terhadap biosekuriti. Peubah yang memiliki hubungan signifikan adalah praktik dan pengetahuan dengan nilai p = 0.023 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.504, hal ini berarti semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh dokter hewan maka semakin baik pula praktiknya mengenai biosekuriti. Peubah yang memiliki hubungan signifikan adalah sikap dan praktik pekerja dengan nilai p = 0.008 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.415, hal ini berarti semakin baik sikap yang dimiliki oleh pekerja mengenai biosekuriti maka semakin baik pula praktik biosekuriti pekerja.

Penilaian tingkat biosekuriti IKH DOC dilakukan dengan menggunakan checklist yang berisi pernyataan-pernyataan mengenai biosekuriti yang mencakup isolasi, kontrol lalu lintas, dan sanitasi. Tingkat biosekuriti IKH DOC dibagi atas tingkat biosekuriti sedang, baik, dan baik sekali. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa sebagian besar IKH DOC memiliki indeks tingkat biosekuriti baik sekali yaitu sebesar 65%. Sebanyak 35% atau sebanyak 7 IKH DOC memiliki tingkat biosekuriti yang “baik”. Skor tengah tingkat biosekuriti

diperoleh sebesar 73.55. Skor ini terdapat pada interval skor untuk tingkat

biosekuriti “sangat baik”.

Masing-masing faktor KAP personel IKH DOC dibandingkan dengan tingkat biosekuriti IKH DOC. Peubah yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat biosekuriti adalah pengetahuan manajer dengan nilai p=0.04 dan koefisien korelasi 0.401, hal ini berarti semakin baik pengetahuan manajer mengenai biosekuriti maka semakin baik pula tingkat biosekuriti IKH DOC tersebut. Peubah yang memiliki hubungan signifikan adalah praktik manajer dan tingkat biosekuriti dengan nilai p = 0.028 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.432, hal ini berarti semakin baik praktik yang dilakukan oleh manajer mengenai biosekuriti maka semakin baik tingkat biosekuriti di IKH DOC tersebut. Praktik manajer dalam hal ini adalah dalam penyusunan tata cara dan peraturan serta kegiatan-kegiatan IKH DOC mengenai biosekuriti. Peubah yang memiliki hubungan signifikan adalah praktik dokter hewan dan tingkat biosekuriti dengan nilai p = 0.049 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.381. Dokter hewan di IKH DOC mempunyai tugas untuk melaksanakan tindakan yang berhubungan dengan kesehatan hewan dan mengawasi berjalannya peraturan biosekuriti di lapangan. Faktor responden pekerja yang mempunyai hubungan signifikan terhadap biosekuriti adalah praktik pekerja dengan nilai p = 0.033 (p<0.05) dengan koefisien korelasi sebesar 0.294, hal ini berarti praktik pekerja kandang mempengaruhi tingkat biosekuriti IKH DOC. Pekerja kandang sebagai pelaksana kegiatan harian di IKH DOC harus melaksanakan peraturan dan tata cara yang telah disusun oleh manajer. Tingkat biosekuriti yang baik dipengaruhi oleh pengetahuan dan praktik manajer, praktik dokter hewan, serta praktik pekerja.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat biosekuriti IKH DOC BBKP Soekarno Hatta sebagian besar (65%) adalah baik sekali. Sebagian besar tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik personel IKH DOC yang terdiri dari manajer, dokter hewan, dan pekerja adalah baik. Praktik biosekuriti personel di IKH DOC tidak dipengaruhi oleh pengetahuan kecuali pada dokter hewan. Tingkat biosekuriti di IKH DOC berkorelasi dengan praktik manajer, dokter hewan, dan pekerja.

(9)
(10)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(11)

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTIK PERSONEL

INSTALASI KARANTINA HEWAN

DAY OLD CHICK

(IKH DOC)

BBKP SOEKARNO HATTA MENGENAI BIOSEKURITI

WULANDARI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)
(13)

Judul Tesis : Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Personel Instalasi Karantina Hewan Day Old Chick (IKH DOC) BBKP Soekarno Hatta Mengenai Biosekuriti

Nama : Wulandari

NIM : B251100204

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si. drh. Chaerul Basri, M.Epid.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Veteriner

Dr. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

(14)
(15)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat sehingga studi dan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dalam segi materi, tata bahasa maupun dalam memberikan deskripsi. Selama pengerjaan tesis ini, penulis mendapatkan banyak saran dan masukkan yang membangun dalam penyempurnaan tulisan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Kepala Badan Karantina Pertanian beserta seluruh jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan pascasarjana. Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Dr. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan ketua program studi atas segala waktu selama pembimbingan, saran, dan arahan dalam penyelesaian tesis, Bapak drh. Chaerul Basri, M.Epid selaku anggota komisi pembimbing yang telah sabar dan meluangkan banyak waktu dalam membimbing dan mengarahkan dalam penulisan tesis ini serta seluruh pengajar Kesmavet beserta staf. Terima kasih kepada Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta atas kesempatan dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian, rekan-rekan pegawai Karantina Hewan, Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta yang telah sangat membantu penulis dalam pengambilan data dan seluruh personel Instalasi Karantina Hewan atas kerja samanya selama penulis melakukan penelitian. Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan KMV 15 dan rekan-rekan mahasiswa pascasarjana. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta atas kasih sayang, perhatian, dan dukungan kepada penulis.

Semoga bantuan, dukungan, dorongan, dan perhatian dari semua pihak yang telah diberikan dengan tulus kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Semoga tesis ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak.

(16)
(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 20 Mei 1981. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari Subagyo dan Yuliastuti.

Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah dasar pada tahun 1993 di SD Pangudi Luhur I Yogyakarta dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 5 Yogyakarta hingga lulus tahun 1996. Pendidikan SMU diselesaikan pada tahun 1999 di SMU Stella Duce I Yogyakarta, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Penulis mendapatkan gelar Dokter Hewan dari perguruan tinggi yang sama pada tahun 2005.

(18)
(19)

DAFTAR ISI

Instalasi Karantina Hewan ... 4

Biosekuriti pada Instalasi Karantina Hewan ... 9

Studi terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Praktik ... 11

Pengetahuan ... 11

Sikap ... 14

Praktik ... 15

Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik ... 17

METODE PENELITIAN Kerangka Konsep Penelitian ... 19

Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Disain Penelitian ... 20

Cara Pengumpulan Data ... 20

Populasi dan Sampel ... 20

Kriteria dan Penilaian Kuesioner ... 21

Penilaian Pengetahuan Personel IKH DOC ... 21

Penilaian Sikap Personel IKH DOC ... 22

Penilaian Praktik Personel IKH DOC ... 22

Penilaian Tingkat Biosekuriti IKH DOC ... 23

Validitas Instrumen ... 23

Analisis Data ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Partisipasi Responden Penelitian ... 25

Karakteristik Responden ... 26

Penilaian Pengetahuan, Sikap, dan Praktik ... 28

Pengetahuan Spesifik Personel IKH ... 30

Hubungan antara Karakteristik dengan KAP Personel IKH ... 32

Hubungan Karakteristik dengan KAP Manajer ... 33

Hubungan Karakteristik dengan KAP Dokter Hewan ... 34

(20)

Halaman

Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik ... 36

Manajer ... 36

Dokter Hewan ... 37

Pekerja Kandang ... 38

Tingkat Biosekuriti ... 39

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Biosekuriti ... 43

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 47

Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Distribusi lokasi dan jenis IKH DOC BBKP Soekarno Hatta ... 21

2 Indeks tingkat pengetahuan personel IKH DOC BBKP

Soekarno Hatta dan jumlah skor... 21

3 Indeks tingkat sikap personel IKH DOC BBKP Soekarno Hatta

dan jumlah skor ... 22

4 Indeks tingkat praktik personel IKH DOC BBKP Soekarno Hatta

dan jumlah skor ... 23

5 Indeks tingkat biosekuriti IKH DOC BBKP Soekarno Hatta ... 23

6 Karakteristik personel IKH DOC BBKP Soekarno Hatta menurut

umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan pelatihan ... 27

7 Penilaian tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik (KAP)

personel IKH DOC BBKP Soekarno Hatta ... 28

8 Pengetahuan spesifik personel IKH DOC mengenai biosekuriti

meliputi pengetahuan mengenai isolasi, lalu-lintas, sanitasi ... 30

9 Hubungan antara karakteristik, pengetahuan, sikap, dan praktik (KAP) manajer mengenai biosekuriti pada IKH DOC

BBKP Soekarno Hatta ... 33

10 Hubungan antara karakteristik, pengetahuan, sikap, dan praktik (KAP) dokter hewan mengenai biosekuriti pada

IKH DOC BBKP Soekarno Hatta ... 34

11 Hubungan antara karakteristik, pengetahuan, sikap, dan praktik (KAP) pekerja mengenai biosekuriti pada IKH DOC

BBKP Soekarno Hatta ... 35

12 Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik manajer

mengenai biosekuriti pada IKH DOC BBKP Soekarno Hatta ... 37

13 Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik dokter hewan mengenai biosekuriti pada IKH DOC BBKP Soekarno Hatta ... 37

14 Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik pekerja

mengenai biosekuriti pada IKH DOC BBKP Soekarno Hatta ... 38

15 Tingkat biosekuriti IKH DOC BBKP Soekarno Hatta ... 40

16 Faktor-faktor pengetahuan, sikap, dan praktik personel IKH DOC

(22)
(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka konsep penelitian ... 19

2 Sebaran tingkat biosekuriti IKH DOC BBKP Soekarno Hatta ... 40

(24)
(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Kuesioner untuk manajer IKH DOC BBKP Soekarno Hatta ... 55

2 Kuesioner untuk dokter hewan IKH DOC BBKP Soekarno Hatta ... 67

3 Kuesioner untuk pekerja kandang IKH DOC BBKP Soekarno Hatta ... 77

4 Checklist observasi IKH DOC BBKP Soekarno Hatta ... 86

5 Data IKH DOC BBKP Soekarno Hatta... 93

(26)
(27)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pengimpor khususnya bibit ayam dalam jumlah yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani penduduknya

.

Hal ini akan memiliki peluang risiko yang semakin besar terhadap masuk dan tersebarnya penyakit hewan di negara Indonesia karena hewan yang diimpor dari luar negeri berpotensi untuk membawa agen penyakit masuk ke dalam negeri.

Karantina sebagai first line of defense berfungsi untuk mencegah agen penyakit masuk ke dalam negeri. Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Kandang (instalasi karantina) juga harus memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan Pedoman Pesyaratan Teknis Instalasi Karantina Hewan. Pedoman teknis ini mencakup persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat ditetapkan sebagai IKH DOC. Selama berada di dalam IKH, hewan diamati sesuai masa karantina yang berlaku.

Biosekuriti merupakan salah satu hal yang penting yang harus diperhatikan di IKH DOC. Biosekuriti menjadi kunci di dalam penanganan dan pencegahan agen patogen masuk, menyebar, dan keluar pada suatu lokasi (Van Steenwinkel et al. 2011). Penerapan biosekuriti yang baik dalam suatu peternakan hanya bisa berhasil bila seluruh personel yang mengelola area peternakan tersebut melaksanakan setiap poin yang ada dalam peraturan biosekuriti. Penerapan biosekuriti yang baik dalam suatu peternakan hanya bisa berhasil bila seluruh personel yang mengelola area peternakan tersebut melaksanakan setiap poin yang ada dalam peraturan biosekuriti.

Penerapan biosekuriti di IKH DOC tidak terlepas dari tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik semua personel yang memasuki kawasan IKH DOC terutama para pekerja IKH DOC tersebut. Tingkat pengetahuan dan sikap tentang biosekuriti yang buruk akan mempengaruhi praktik biosekuriti di instalasi sehingga dapat mengakibatkan agen penyakit memasuki IKH DOC.

(28)

Tujuan

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Menganalisis tingkat biosekuriti pada IKH DOC BBKP Soekarno Hatta.

2. Menganalisis tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik biosekuriti manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang IKH DOC.

3. Menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik biosekuriti manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang IKH DOC.

Manfaat

Manfaat penelitian ini yaitu:

1. Memberikan informasi mengenai sejauh mana kondisi biosekuriti di IKH DOC BBKP Soekarno Hatta.

2. Memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik biosekuriti manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang IKH DOC.

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini yaitu:

1. Instalasi karantina hewan DOC impor BBKP Soekarno Hatta sudah menerapkan biosekuriti dengan baik.

2. Pengetahuan, sikap, dan praktik biosekuriti manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang IKH DOC sudah baik.

(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Biosekuriti

Biosekuriti didefinisikan sebagai penerapan kontrol kesehatan dan usaha-usaha untuk mencegah masuk dan menyebarnya agen infeksius baru ke dalam suatu kawanan ternak (Pinto dan Urcelay 2003). Penerapan biosekuriti penting untuk perlindungan ternak terhadap penyakit serta memenuhi perlindungan nasional terhadap masuknya penyakit eksotik (Boklund et al. 2004). Menurut Jeffreys (1997), biosekuriti memiliki tiga komponen mayor yaitu: isolasi, kontrol lalu lintas, dan sanitasi. Isolasi merujuk kepada penempatan hewan di dalam lingkungan yang terkontrol. Kontrol lalu lintas mencakup lalu lintas masuk ke dalam peternakan maupun di dalam peternakan. Sanitasi merujuk kepada disinfeksi material, manusia, dan peralatan yang masuk ke lingkungan peternakan dan kebersihan personel peternakan (Yee et al. 2009).

Pelaksanaan biosekuriti dapat dilakukan dilakukan dengan cara-cara: 1. Kontrol lalu lintas

Biosekuriti ini secara umum memberlakukan kontrol tehadap lalu lintas orang, seperti mengunci pintu dan melarang semua pengunjung atau mengizinkan masuk orang tertentu dan personel yang dibutuhkan (profesional) setelah mereka didisinfeksi, mandi semprot, lalu memakai sepatu khusus dan baju khusus (Garber et al. 2009). Sebelum masuk ke dalam kandang, sepatu didekontaminasi dengan bak berisi disinfektan di depan pintu masuk kandang. Peternakan yang menjalankan biosekuriti dengan ketat (grand parent stock) akan menerapkan prosedur dengan sangat ketat misalnya tamu yang akan masuk sebelumnya tidak boleh mengunjungi peternakan pada level di bawahnya (parent stock, komersial, processing) paling sedikit tiga hari setelah kunjungan tersebut.

Kontrol lalu lintas tidak hanya berlaku untuk orang tetapi juga untuk hewan seperti burung-burung liar, tikus, kumbang predator, serangga dan lainnya. Konstruksi bangunan yang terbuka sebaiknya diberi kawat pelindung untuk mencegah masuknya serangga terbang atau predator. Lalu lintas kendaraan yang memasuki areal peternakan juga harus dimonitor secara ketat (Farnsworth

et al. 2011). Kendaraan yang memasuki farm harus melewati kolam disinfeksi.

(30)

bawah, sekitar ban disemprot disinfektan dengan sprayer tekanan tinggi. Penumpang harus berjalan kaki lewat pintu khusus untuk lalu lintas orang kemudian penumpang didisinfeksi. Peternakan dengan biosekuriti sangat ketat terdapat pemisahan dan batas yang jelas mengenai daerah sanitasi kotor dengan atau daerah sanitasi semi bersih atau bersih. Kontrol lalu lintas, baik barang, bahan, ataupun manusia akan selalu terkontrol.

2. Pencatatan riwayat flok

Mencatat riwayat flok adalah cara yang mudah untuk menjaga kesehatan flok ayam. Menurut Nespeca et al. (1997), catatan berisi antara lain asal ayam dan jumlah ayam. Ayam harus secara rutin diperiksa kesehatannya ke laboratorium, dengan mengecek titer darahnya terhadap penyakit tertentu, monitoring bakteriologis dan sampling lainnya. Selain itu dilakukan juga program vaksinasi yang teratur (Pappaioanou 2009). Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus disimpan bersamaan dengan data performans setiap flok atau kandang. Laporan ini sangat bermanfaat begitu masalah muncul.

3. Pencucian kandang ayam

Pencucian kandang ayam merupakan kegiatan biosekuriti yang paling berat. Setelah flok ayam diafkir dan litter diangkat keluar kandang, tindakan berikutnya adalah pembersihan dan disinfeksi terhadap seluruh kandang dan lingkungannya.

4. Kontrol limbah (sisa-sisa) produksi dan ayam mati

Ayam sisa-sisa produksi atau limbah dalam tatalaksana usaha peternakan akan menjadi limbah. Limbah ini harus dijauhkan dan dimusnahkan sejauh mungkin dari areal produksi. Bila mungkin harus ada petugas khusus yang mengambil sisa produksi ini secara teratur untuk dibuang atau dimusnahkan di luar areal produksi. Apabila tidak mungkin dibuang atau dimusnahkan di luar, maka harus dipilih lokasi di dalam wilayah peternakan yang memungkinkan sisa-sisa produksi ini tidak mengganggu kegiatan produksi lainnya serta mencegah pencemaran lingkungan.

Instalasi Karantina Hewan

(31)

tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia (Badan Karantina Pertanian 2011).

Badan Karantina Pertanian sebagai pertahanan pertama (first line of defence) dalam melindungi dan melestarikan sumber daya hayati hewani dari ancaman penyakit. Hewan yang dilalulintaskan harus menjalani masa karantina di instalasi karantina. Lama masa karantina bervariasi menurut jenis hewan dan asal hewan tersebut (impor, ekspor, atau antar area). Selama berada di dalam instalasi karantina, hewan diamati sesuai masa karantina yang berlaku. Bila dalam masa karantina ini hewan menderita suatu penyakit, maka petugas karantina (dokter hewan karantina) melakukan pengobatan dan terapi yang diperlukan sesuai penyakit yang diderita hewan tersebut. Apabila hewan menunjukkan gejala penyakit eksotik, maka hewan harus dimusnahkan.

Instalasi karantina hewan (IKH) adalah tempat untuk melakukan tindakan karantina terhadap hewan atau produk hewan sebelum dinyatakan dapat dibebaskan atau ditolak untuk dimasukkan dan diedarkan. IKH terdiri dari bangunan, lahan berikut peralatan serta fasilitas dan sarana pendukung yang dirancang sedemikian rupa sehingga layak digunakan sebagai tempat untuk melakukan tindakan karantina. Kandang (instalasi karantina) juga harus memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan Pedoman Pesyaratan Teknis Instalasi Karantina Hewan. Pedoman teknis ini mencakup persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat ditetapkan sebagai Instalasi Karantina Hewan. Persyaratan teknis yang harus dipenuhi untuk IKH DOC adalah:

a. Lokasi

1. Penilaian instalasi harus memperhatikan biosekuriti, biosafety alat angkut dan rute perjalanan yang aman serta tidak menularkan penyakit serta memenuhi prinsip kesejahteraan hewan.

2. Jarak dari lalu lintas umum minimal 400 meter atau dengan memperhatikan disain kandang IKH DOC, sistem dan penanganan biosekuriti.

(32)

4. Jarak instalasi dengan pemukiman penduduk minimal 300-400 m dari pagar luar atau memperhatikan sistem dan manajemen penanganan biosekuriti.

5. Lokasi harus dilengkapi dengan pagar tembok keliling atau pagar yang mempunyai desain kuat, rapat, dan dapat mencegah masuk dan keluarnya agen penyakit.

6. Jarak antar flok dalam instalasi minimal 40 meter, antar flok dibatasi pagar atau memperhatikan sistem dan manajemen penanganan biosekuriti.

7. Tata letak IKH DOC harus memperhatikan topografi sehingga kotoran dan limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan.

b. Sarana dan prasarana 1. Sarana utama

Sarana utama yang harus terdapat pada IKH meliputi: 1) Kandang

a) Konstruksi bangunan memenuhi daya tampung untuk menjamin sirkulasi udara terhadap terpeliharanya kesehatan dan kesejahteraan hewan. Terbuat dari bahan yang kuat dan dapat menjamin kemudahan pemeliharaan, pembersihan, dan disinfeksi kandang.

b) Memiliki sistem pembuangan dan pengolahan limbah dalam rangka pencegahan penyebaran agen penyakit.

c) Konstruksi kandang:

i. Close house

 Dinding: tembok dan kawat

 Lantai: beton, semen ditutup dengan litter

 Atap: terbuat dari bahan yang dapat memelihara suhu dan kelembaban

 Pintu: terbuat dari bahan yang kuat

Blower/exhauster: sesuai dengan kebutuhan

 Peralatan kandang dilengkapi dengan:

- Pengatur temperatur kandang (manual atau sensor otomatis)

(33)

- Alat pemberian minum secara otomatis

ii. Open house

 Dinding: terbuat dari bahan yang dapat memelihara kesehatan hewan yang bersifat tidak permanen dapat mengatur suhu dan kelembaban.

 Lantai: semen ditutup dengan litter

 Atap: terbuat dari bahan yang dapat memelihara suhu dan kelembaban dalam instalasi.

 Pintu: terbuat dari bahan yang kuat

 Peralatan kandang antara lain: - Alat pemberian minum otomatis - Alat pemberian pakan

- Brooder ukuran disesuaikan dengan jumlah DOC - Chick guard (pembatas sementara)

iii. Luas kandang: sesuai kebutuhan brooding dengan kepadatan 100 ekor/10 m2

iv. IKH DOC harus memperhatikan:

 Fasilitas untuk mencegah kontaminasi antar kandang.  Letak IKH DOC harus terpisah dari kandang pemeliharaan.  Kandang isolasi untuk DOC yang perlu ditangani

kesehatannya secara khusus.

 Kebersihan dan sanitasi kandang dan lingkungan.  Tersedianya tempat pemusnahan.

 Keluar masuk orang dan barang selama masa karantina harus mendapatkan izin dari penanggung jawab.

 Gudang pakan dan peralatan harus terpisah dari kandang dan harus mempunyai program pengendalian hama.

 Standar operasional prosedur dan fasilitas disinfeksi/dekontaminasi untuk pekerja, kendaraan tamu/pakan/peralatan, tamu, pakan.

2) Tata letak bangunan

a) Ruang kantor dan tempat tinggal karyawan harus terpisah dari perkandangan dan dibatasi pagar rapat.

(34)

c) Bangunan kandang, kandang isolasi, dan bangunan lainnya harus ditata agar aliran air, saluran limbah, dan udara tidak menimbulkan pencemaran penyakit.

3) Pengendalian kualitas air dan pakan

a) Mempunyai program disinfeksi air minum dan program disinfeksi untuk tempat air minum dan tempat pakan.

b) Pakan harus terhindar dari kontak dengan tikus, serangga, atau burung liar.

4) Pengendalian penyakit

a) Mempunyai program disinfeksi kandang, sebelum ayam masuk, maupun program saat ayam telah masuk.

b) Mempunyai program vaksinasi yang disesuaikan dengan kondisi setempat.

5) Dekontaminasi kandang

a) Mempunyai prosedur tetap untuk dekontaminasi kandang, yang mengatur lalu lintas ayam afkir, pupuk, program dekontaminasi peralatan kandang yang terlokalisir sehingga tidak mencemari kelompok kandang yang lain.

b) Mempunyai prosedur tetap untuk periode istirahat kandang dan program dekontaminasi.

2. Sarana penunjang

Sarana penunjang adalah sarana yang dapat menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan di IKH DOC, antara lain meliputi:

a. Jalan khusus menuju instalasi

Berguna untuk menghindari hewan dan manusia yang tidak berkepentingan masuk ke dalam lokasi instalasi.

b. Papan nama yang menerangkan bahwa

(i) Lokasi tersebut adalah Instalasi karantina hewan day old chick (IKH DOC).

(ii) Larangan memasuki lokasi instalasi karantina tanpa seizin penanggung jawab.

c. Area parkir

(35)

d. Pos satpam

Pos satpam ditempatkan pada samping pintu gerbang, dibuat sedemikian rupa sehingga mengawasi semua aktivitas keluar masuk kendaraan dan orang serta aktivitas di dalam instalasi.

e. Kantor

Berupa bangunan tersendiri atau ruangan khusus yang digunakan sebagai kantor untuk melaksanakan kegiatan administrasi pengelolaan instalasi.

f. Sarana mandi, cuci, kakus (MCK) dan mushola

Tersedia sarana MCK dan mushola yang terletak di luar pagar dalam instalasi untuk memfasilitasi orang umum yang tidak terkait dengan kegiatan tindak karantina.

g. Rumah jaga/mess

Rumah jaga disediakan terletak di luar pagar dalam. h. Peralatan angkut pakan, peralatan kebersihan kandang

Tersedia dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan perawatan dan pemeliharaan selama masa karantina. Ditempatkan khusus di dekat kandang dan tidak bercampur dengan peralatan lain, hanya digunakan untuk keperluan kandang yang sama selama masa karantina.

Biosekuriti pada Instalasi Karantina Hewan

Setiap IKH harus menerapkan sistem biosekuriti yang baik dan terkendali. Biosekuriti pada IKH dapat meliputi sanitasi, pagar pelindung, pengawasan yang ketat lalu lintas pengunjung dan kendaraan, menghindari kontak dengan satwa liar, mempunyai fasilitas bangunan yang memadai, penerapan karantina, dan menerapkan sistem tata cara penggantian stok hewan (Casal et al. 2007). Menurut Australian Chicken Meat Federation (ACMF) Inc. (2010), prosedur biosekuriti rutin yang harus dilakukan di suatu IKH adalah:

1. Pencatatan (recording) dan pelatihan personel 2. Standar fasilitas, antara lain:

 Area peternakan (instalasi) harus mempunyai pagar pembatas yang menunjukkan zona biosekuriti yang jelas.

(36)

 Pintu gerbang utama harus bisa dibuka tutup dan dikunci untuk mencegah keluar masuk kendaraan atau orang yang tidak berkepentingan.

 Terdapat papan yang bertuliskan “area biosekuriti, dilarang masuk kecuali dengan ijin”.

 Terdapat area parkir untuk kendaraan pengunjung.

 Terdapat area untuk berganti pakaian yang jauh dari kandang dan di dalam area berganti pakaian itu disediakan pakaian dan alas kaki.

 Orang yang masuk ke dalam area peternakan harus melewati footbath yang berisi disinfektan sesuai dengan petunjuk penggunaan. Baju dan alas kaki yang berbeda diterapkan untuk tiap kandang yang berbeda. Fasilitas untuk cuci tangan harus terdapat pada pintu masuk tiap kandang.

 Kandang harus dirancang dan dijaga agar burung liar dan kutu tidak masuk ke dalam kandang.

Landscape, pohon dan semak harus diseleksi untuk meminimalisir burung

liar datang. Rumput sekitar kandang harus dipangkas secara teratur untuk mencegah datangnya burung liar, serangga dan tikus.

 Saluran pembuangan air, area peternakan harus memiliki saluran pembuangan yang baik agar tidak terjadi akumulasi air yang dapat mengundang unggas air dan serangga.

 Terdapat program pengendalian untuk tikus, kucing, anjing, dan kutu.

 Program pengendalian tikus (pest control), mengikuti hal sebagai berikut;

 Perangkap tikus diberi nomor dan terdapat denah di mana perangkap-perangkap tersebut dipasang.

 Perangkap tikus dipasang dengan jumlah yang lebih banyak di tempat yang banyak terdapat aktivitas tikus.

 Perangkap tikus harus dirancang untuk meminimalkan hewan lain masuk ke dalam perangkap.

 Air minum harus diberi perlakuan seperti klorinasi, ultraviolet, dan iodium. Air yang telah diberi perlakuan disimpan di dalam sistem tertutup.

 Pakan harus disimpan di dalam tempat tertutup sehingga burung liar dan tikus tidak dapat masuk.

3. Standar dan prosedur personel

(37)

termasuk personel kandang dan pegawai peternakan; kontraktor, supplier, dan personel; pengunjung dan keluarga pekerja.

Studi terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Praktik

Studi mengenai pengetahuan, sikap, dan praktik menunjukkan apa yang seseorang ketahui mengenai sesuatu hal, bagaimana perasaan mereka tentang hal itu, dan bagaimana mereka bertindak. Survei pengetahuan, sikap, dan praktik atau knowledge, attitude, practice (KAP) adalah suatu studi representatif dari suatu populasi spesifik untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang diketahui, dipercayai, dan dilakukan terkait dengan topik tertentu (Kaliyaperumal 2004). Survei KAP menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data, kuesioner disusun secara terstruktur dan diisi sendiri oleh responden. Data yang terkumpul kemudian dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif tergantung pada tujuan dan disain studi. Survei KAP didisain secara khusus untuk menjaring informasi tentang topik tertentu. Data hasil survei KAP bermanfaat untuk membantu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi suatu kegiatan.

Survei KAP dapat mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan (knowledge gap), kepercayaan budaya, atau pola perilaku yang mungkin mempengaruhi pemahaman dan tindakan, serta mengenal masalah yang muncul atau hambatan (barriers) dari suatu usaha. Survei KAP dapat mengidentifikasi informasi yang umumnya menjadi suatu pengetahuan dan sikap. Lebih jauh, survei KAP dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang tidak diketahui pada kebanyakan orang, alasan-alasan terhadap sikapnya, serta bagaimana dan mengapa orang-orang melakukan atau menerapkan perilaku tertentu. Menurut Lakhan dan Sharma (2010), pengetahuan adalah kemampuan untuk memperoleh, mempertahankan, dan menggunakan informasi, gabungan pemahaman, ketajaman dan keterampilan.

Pengetahuan

(38)

umum, ingatan mengenai metode atau proses, ingatan mengenai pola, susunan atau keadaan. Jenis pengetahuan secara hierarkis dikelompokkan menjadi: 1) pengetahuan yang bersifat spesifik, 2) pengetahuan mengenai terminologi, 3) pengetahuan mengenai fakta-fakta tertentu, 4) pengetahuan mengenai cara-cara tertentu, 5) pengetahuan mengenai kaidah, 6) pengetahuan mengenai arah dan tujuan, 7) pengetahuan mengenai klasifikasi dan kategori, 8) pengetahuan mengenai kriteria, 9) pengetahuan mengenai metoda, 10) pengetahuan mengenai pola, 11) pengetahuan mengenai prinsip dan generalisasi, dan 12) pengetahuan mengenai teori dan struktur.

Soekanto (2003) menyatakan pengetahuan adalah kesan yang didapatkan dari hasil pengolahan panca inderanya. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui kenyataan (fakta), penglihatan, pendengaran, serta keterlibatan langsung dalam suatu aktivitas. Pengetahuan juga didapatkan dari hasil komunikasi dengan orang lain seperti teman dekat dan relasi kerja. Pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan ini digali saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh karena itu, tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami duartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang telah diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil.

d. Analisis (analysis)

(39)

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Menurut Notoatmodjo (2007) belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan menghubungkan tanggapan-tanggapan dengan cara mengulang-ulang. Tanggapan-tanggapan tersebut diperoleh melalui pemberian stimulus atau rangsangan-rangsangan. Makin banyak dan sering diberikan stimulus maka memperkaya tanggapan pada subyek belajar.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam tingkatan pengetahuan seseorang menurut Nasution (1999) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) antara lain: a. Tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka makin mudah

menerima informasi.

b. Informasi, masyarakat yang mempunyai banyak sumber informasi dapat memberikan peningkatan terhadap tingkat pengetahuan tersebut. Informasi dapat diperoleh melalui media massa seperti majalah, koran, berita televisi, dan dapat juga diperoleh melalui penyuluhan.

c. Budaya, budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, hal ini dikarenakan informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut.

d. Pengalaman, pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yang berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, hal ini berarti bahwa semakin bertambahnya umur dan pendidikan yang tinggi, maka pengalaman seseorang akan jauh lebih luas.

e. Sosial ekonomi, dalam mendapatkan informasi yang memerlukan biaya, tingkat sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, maka orang tersebut akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi.

(40)

Sikap

Sikap mengacu kepada kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu untuk situasi tertentu, untuk melihat dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa sesuai dengan kecenderungan tertentu, atau untuk menyusun pendapat ke dalam struktur yang masuk akal dan saling terkait. Menurut Krauss (1995), sikap yang bersifat relatif permanen dan stabil tentang ringkasan keseluruhan mengenai sesuatu hal adalah komponen psikologi yang penting karena dapat mempengaruhi dan memperkirakan berbagai perilaku. Menurut Zahid (1997), ketiga komponen utama sikap meliputi kognisi (kesadaran), afeksi, dan perilaku (konatif). Komponen afeksi mencakup arah dan intensitas dari penilaian individu atau macam perasaan yang dialami terhadap obyek sikap, sedangkan komponen perilaku merupakan kecenderungan untuk bertindak menurut cara tertentu terhadap sikap.

Setiadi (2008) menjelaskan hubungan antara ketiga komponen sikap tersebut. Kepercayaan dan persepsi merupakan komponen kognitif dari sikap, komponen afektif berupa perasaan yang berhubungan dengan obyek, dan kodatif yang berkaitan dengan tindakan (perilaku). Hierarki pengaruh keterlibatan tinggi yaitu kepercayaan mempengaruhi perasaan, kemudian perasaan mempengaruhi maksud untuk bertindak (berperilaku). Sikap merupakan keyakinan, perasaan atau penilaian individu yang bersifat positif atau negatif (menyenangkan atau tidak menyenangkan) dan memberikan arah atau kecenderungan kepada individu tersebut untuk berperilaku sesuai dengan sikap yang dimilikinya.

Sikap akan memberikan arah kepada perbuatan atau tindakan seseorang. Sumarwan (2004) mengemukakan empat fungsi dari sikap yaitu utilitarian, mempertahankan ego, ekspresi nilai, dan pengetahuan.

a. Fungsi utilitarian (the utilitarian function), seseorang menyatakan sikapnya terhadap suatu obyek karena ingin memperoleh manfaat (rewards) tersebut atau menghindari (punishment).

(41)

c. Fungsi ekspresi nilai (the value-expressive function), sikap ini berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup, dan identitas sosial seseorang. Sikap akan menggambarkan minat, hobi, kegiatan, dan opini dari seseorang.

d. Fungsi pengetahuan (the knowledge function), pengetahuan yang baik mengenai sesuatu seringkali mendorong seseorang untuk menyukai hal tertentu.

Azwar (2003) mengemukakan berbagai metode dan teknik yang dikembangkan untuk mengungkapkan sikap manusia dan memberikan interpretasi yang valid. Pengungkapan sikap manusia dilakukan dengan beberapa metode diantaranya dengan:

a. Observasi langsung, dilakukan dengan memperhatikan perilakunya karena perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu, namun hal ini hanya bila sikap berada pada kondisi yang ekstrim. Perilaku hanya akan konsisten dengan sikap apabila kondisi dan situasi memungkinkan.

b. Penanyaan langsung, asumsi yang mendasari metode ini adalah bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan manusia mengungkapkan dirinya sendiri dan manusia akan mengungkapkan secara terbuka apa yang dirasakannya.

c. Pengungkapan langsung, metode ini digunakan karena metode penanyaan langsung memiliki beberapa kelemahan diantaranya orang akan mengemukakan pendapat dan jawaban yang sebenarnya secara terbuka hanya apabila situasi dan kondisi memungkinkan. Metode pengungkapan langsung secara tertulis dilakukan dengan meminta responden menjawab langsung suatu pertanyaan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju.

Praktik

(42)

selanjutnya sikap ini dapat mempengaruhi perilaku terbuka. Perilaku dianggap sebagai hasil interaksi antara faktor-faktor yang terdapat di dalam diri sendiri (karakteristik individu) dan faktor luar.

Menurut Harihanto (2001) perilaku individu secara umum dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang mempengaruhi perilaku adalah karakteristik internal (sesuatu yang dimiliki oleh seseorang secara unik) baik yang bersifat fisik atau kejiwaan (psikis). Faktor yang bersifat psikis adalah persepsi, kepribadian, mental, intelektual, ego, moral, keyakinan, dan motivasi. Faktor luar yang dapat mempengaruhi perilaku adalah faktor sosial budaya, sosial ekonomi, dan lingkungan fisik seperti pendidikan, pengetahuan, penghargaan sosial, hukuman, kebudayaan, norma sosial, tekanan sosial, panutan, input informasi, kohesi kelompok, dukungan sosial, agama, ekonomi politik, pola perilaku kelompok, status, dan peranan individu dalam masyarakat.

Beberapa teori yang digunakan untuk menjelaskan perubahan perilaku menurut Weinreich (1999) dan Kushardanto (2007) antara lain:

1. Teori perilaku yang direncanakan (theory of planned behaviour), teori yang mengeksplorasi keterkaitan antara perilaku dan keyakinan (beliefs), sikap (attitudes), dan kehendak (intentions). Teori ini berasumsi bahwa kehendak berperilaku (behavioural intention) adalah faktor penentu yang paling penting. Kehendak berperilaku dipengaruhi oleh sikap seseorang terhadap tindakan dan keyakinan atas pendapat orang lain terhadap suatu perilaku.

2. Teori pembelajaran sosial (social cognitive learning theory). Perubahan perilaku tidak hanya ditentukan oleh faktor intrinsik atau adanya lingkungan yang mendukung dan individu memiliki pengaruh terhadap apa yang dilakukan, bagaimana respon individu terhadap lingkungan. Teori ini melihat lingkungan bukan hanya sebagai sistem yang mendorong atau mencegah suatu perubahan perilaku, akan tetapi lingkungan juga menyediakan tempat bagi seseorang untuk belajar tindakan orang lain dan konsekuensi dari tindakan tersebut. Tiga faktor utamanya yaitu kekuatan sendiri, sasaran, dan harapan yang muncul.

3. Teori tahapan dari perubahan (transtheoretical model/stages of change theory) yang terdiri dari lima tahapan, yaitu:

a. Pre-contemplation (pra-perenungan): individu pada tahap ini tidak

(43)

b. Contemplation (perenungan): individu pada tahap ini sudah berpikir untuk bertindak dan menunjukkan indikasi sedang merencanakan tindakan.

c. Preparation (persiapan): individu akan mengambil tindakan dalam waktu

yang tidak lama lagi dan merencanakan untuk melakukan rencana tersebut segera mungkin.

d. Action (tindakan), pada tahap ini, individu sudah mengambil tindakan untuk

menangani suatu permasalahan tertentu.

e. Maintenance (menjaga), individu berusaha untuk mempertahankan

tindakan yang diambilnya dalam suatu periode waktu yang lama.

4. Difusi suatu inovasi (diffusion of innovations), terhadap suatu perilaku baru atau tindakan, beberapa orang akan mengadopsi dan yang lainnya melihat sampai orang lain dalam kelompoknya mengadopsinya dan kelompok yang lainnya sama sekali tidak menerima inovasi tersebut.

Tingkatan praktik terdiri atas empat tahapan yakni: (1) persepsi/perception, (2) respon terpimpin/guided respons, (3) mekanisme/mechanism, dan (4) adaptasi/adaptation (Notoatmodjo 2007).

Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktik

Menurut Mueller (1992), prediktabilitas praktik dari pengukuran sikap dapat ditingkatkan dengan jalan memusatkan pada obyek sikap yang lebih khusus pada praktik-praktiknya. Validitas prediktif suatu pengukuran sikap dapat dioptimalkan dengan seksama dengan memberikan perhatian kepada setiap komponen paradigma prediktifnya dengan cara: (1) hasil pengukuran sikap harus memiliki tingkat reabilitas yang tinggi, hal ini dapat dicapai dengan penyusunan skala yang baik, (2) kriteria pengukuran indeks praktik juga harus memiliki reabilitas yang tinggi, (3) obyek pengukuran sikap dan obyek praktik harus identik, dan (4) variabel-variabel situasional yang melunakkan hubungan antara sikap dan praktik harus dimasukkan ke dalam pertimbangan.

(44)

hubungan antara sikap dan tampilan perilaku melalui dua keadaan. Pertama kesadaran pribadi akan meningkatkan akses individu terhadap sikap yang dia miliki. Kedua, dalam lingkungan perilaku, kesadaran pribadi juga dapat mengingatkan individu akan sikap yang dimilikinya (Zahid 1997).

Tindakan individu sangat dipengaruhi oleh sikap maupun pengetahuannya. Seseorang bersikap suka atau tidak suka, baik atau tidak baik, senang atau tidak senang terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi oleh pengalamannya atau pengetahuannya (Harihanto 2001). Sikap dan praktik terdapat hubungan, keberadaan hubungan ini ditentukan oleh kespesifikan sikap, kekuatan sikap, kesadaran pribadi, dan norma-norma subyektif yang mendukung (Zahid 1997).

Gerungan (1996) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai suatu obyek akan menjadi attitude terhadap obyek tersebut apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek tersebut. Sikap mempunyai motivasi, yang berarti ada segi kedinamisan untuk mencapai suatu tujuan. Terbentuknya sikap karena adanya interaksi manusia dengan obyek tertentu (komunikasi), serta interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompoknya. Sarwono (2002) menyatakan bahwa sikap terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar. Proses belajar dapat terjadi melalui proses kondisioning klasik atau proses belajar sosial atau karena pengalaman langsung.

(45)

METODE PENELITIAN

Kerangka Konsep Penelitian

Terdapat beberapa peubah yang akan digunakan di dalam penelitian ini yaitu karakteristik, pengetahuan, sikap dari personel IKH DOC yang terdiri dari manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang terhadap biosekuriti. Ketiga peubah ini akan dihubungkan dengan praktik dari manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang untuk melihat kondisi tingkat biosekuriti. Kerangka konsep penelitian yang dilakukan digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka konsep penelitian.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di IKH DOC Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta, Tangerang pada bulan Januari sampai April 2012.

Karakteristik personel IKH DOC yang berupa:

 Umur

 Tingkat pendidikan

 Pengalaman

 Pelatihan

Sikap personel IKH DOC mengenai:

 Isolasi

 Kontrol lalu lintas

 Sanitasi

Praktik Biosekuriti

Tingkat Biosekuriti Pengetahuan personel IKH

DOC mengenai:

 Isolasi

 Kontrol lalu lintas

(46)

Disain Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian survei menggunakan kuesioner sebagai perangkat untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik dari responden. Peubah yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu karakteristik, pengetahuan, sikap dari manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang terhadap biosekuriti. Ketiga peubah ini dihubungkan dengan praktik dari manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang untuk melihat kondisi tingkat biosekuriti. Observasi dilakukan terkait kondisi biosekuriti IKH DOC. Wawancara dilakukan menggunakan kuesioner dan observasi dilakukan menggunakan checklist. Aspek yang diteliti mengenai isolasi, kontrol lalu lintas, dan sanitasi.

Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi lokasi IKH DOC BBKP Soekarno Hatta. Metode wawancara langsung terhadap manajer IKH DOC, dokter hewan, dan pekerja kandang. Serta observasi terhadap IKH DOC terkait kondisi biosekuriti IKH DOC. Wawancara dilakukan menggunakan kuesioner dan observasi dilakukan menggunakan checklist. Aspek yang diteliti mengenai isolasi, kontrol lalu lintas, dan sanitasi.

Populasi dan Sampel

(47)

Tabel 1 Distribusi lokasi dan jenis IKH DOC BBKP Soekarno Hatta

Provinsi Lokasi Tipe Jumlah

Grandparent Stock Parent Stock

Jawa Barat Subang 3 3

Sumedang 1 1

Purwakarta 3 3 Sukabumi 3 3 5

Cianjur 1 1

Bogor 3 1 4

Majalengka 2 1 3

Banten Lebak 1 1

Serang 1 1

Total 17 6 23

Kriteria dan Penilaian Kuesioner

Penilaian kuesioner bagi personel IKH DOC dilakukan untuk menilai pengetahuan, sikap, dan praktik masing-masing personel yang terdiri atas manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang. Penilaian tingkat biosekuriti IKH dilakukan menggunakan checklist.

Penilaian Pengetahuan Personel IKH DOC

Pengetahuan manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang dikategorikan menjadi 3 bagian berdasarkan penilaian atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan pada responden. Pengukuran pengetahuan menggunakan pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban yaitu benar, salah, dan tidak tahu (Hart et al. 2007). Jika jawaban benar diberi nilai 1, jika jawaban salah dan tidak tahu diberi nilai 0 (Palaian et al. 2006). Nilai maksimum untuk pengetahuan manajer adalah 24. Nilai maksimum untuk pengetahuan dokter hewan adalah 18. Nilai maksimum untuk pengetahuan pekerja kandang adalah 18. Penilaian tingkat pengetahuan personel IKH DOC disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Indeks tingkat pengetahuan personel IKH DOC BBKP Soekarno Hatta dan jumlah skor

(48)

Penilaian Sikap Personel IKH DOC

Sikap manajer dan dokter hewan, dan pekerja kandang dikategorikan menjadi 3 bagian berdasarkan penilaian atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan pada responden. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Terdapat 24 pertanyaan untuk manajer, 18 pertanyaan masing-masing untuk dokter hewan dan pekerja kandang mengenai sikap dalam kuesioner yang digunakan, yang masing-masing dijawab oleh responden secara bertahap yaitu

“sangat setuju”, “setuju”, “tidak tahu”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”.

Pemberian skor jawaban untuk pernyataan positif sebagai berikut:

responden yang menjawab “sangat setuju” mendapat skor 5, “setuju” mendapat skor 4, “tidak tahu” mendapat skor 3, “tidak setuju” mendapat skor 2, dan “sangat tidak setuju” mendapat skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif berlaku

sebaliknya, yaitu: skor 1 untuk “sangat setuju”, skor 2 untuk “setuju”, skor 3 untuk “tidak tahu”, skor 4 untuk “tidak setuju”, dan skor 5 untuk “sangat tidak setuju”.

Jumlah skor maksimum untuk manajer adalah 120, skor maksimum untuk dokter hewan dan pekerja kandang adalah 90. Jumlah skor minimum untuk manajer adalah 24, skor minimum untuk dokter hewan dan pekerja kandang adalah 18. Penilaian tingkat sikap personel IKH DOC disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Indeks tingkat sikap personel IKH DOC BBKP Soekarno Hatta dan jumlah skor

Kategori Sikap Manajer Dokter Hewan Pekerja Kandang Positif 97-120 73-90 73-90 Netral 73-96 55-72 55-72 Negatif 0-72 0-54 0-54

Penilaian Praktik Personel IKH DOC

(49)

Tabel 4 Indeks tingkat praktik personel IKH DOC BBKP Soekarno Hatta dan jumlah skor

Kategori Praktik Manajer Dokter Hewan Pekerja Kandang Baik 29-42 31-45 31-45 Sedang 15-28 16-30 16-30 Buruk 0-14 0-15 0-15

Penilaian Tingkat Biosekuriti IKH DOC

Tingkat biosekuriti IKH DOC dinilai menggunakan checklist dan dikategorikan menjadi baik sekali, baik, dan sedang. Terdapat 28 pertanyaan checklist, untuk jawaban tidak diberikan nilai 0, untuk jawaban ya diberi nilai antara 1 sampai 3 dengan pembobotan 3 untuk baik sekali, 2 untuk baik, dan 1 untuk sedang. Nilai maksimum untuk tingkat biosekuriti adalah 84.

Tabel 5 Indeks tingkat biosekuriti IKH DOC BBKP Soekarno Hatta

Kategori Tingkat Biosekuriti Nilai Baik sekali 73-84

Baik 61-72

Sedang <60

Validitas Instrumen

Validitas atau keabsahan instrumen yang digunakan dilakukan dengan menyesuaikan isi pertanyaan dan pernyataan dalam kuesioner dengan landasan teori serta hasil-hasil penelitian yang mendukung. Sebelum dilakukan penelitian, dilakukan pre-test (uji pendahuluan) untuk menguji instrumen yang digunakan pada peternakan yang mirip dengan sasaran sampel pengujian.

Analisis Data

(50)
(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Partisipasi Responden Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di instalasi karantina hewan (IKH) day old chick (DOC) milik Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Soekarno Hatta yang terletak di wilayah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Instalasi karantina ini adalah milik perusahaan swasta yang digunakan sebagai tempat karantina bagi DOC impor selama 21 hari. Instalasi milik swasta ini kemudian ditetapkan sebagai instalasi karantina menurut surat keputusan yang dikeluarkan oleh Kepala Badan Karantina Pertanian bila memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan Pedoman Pesyaratan Teknis Instalasi Karantina Hewan.

Lokasi IKH DOC yang digunakan untuk penelitian ini berada di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Hal ini karena wilayah kerja BBKP Soekarno Hatta adalah daerah yang pintu masuk pemasukan DOC dari Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta. Sebagian besar IKH DOC terletak di Provinsi Jawa Barat sebanyak 18 buah dan hanya 2 IKH DOC yang terletak di Provinsi Banten. Hal ini disebabkan perhitungan jarak tempuh dan waktu yang diperlukan untuk membawa DOC impor. DOC diangkut menggunakan truk melalui jalan darat dari Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta yang terletak di Cengkareng, Provinsi Banten menuju ke lokasi IKH DOC masing-masing.

Lokasi penelitian yang digunakan merupakan peternakan ayam milik perusahaan-perusahaan swasta. Terdapat 10 perusahaan pemilik IKH tersebut. Peternakan ayam yang digunakan sebagai IKH pada penelitian ini adalah tipe grandparent stock (GPS) dan parent stock (PS). FAO (2004) menyatakan bahwa peternakan dengan sistem industri yang terintegrasi dan level biosekuriti yang tinggi termasuk dalam peternakan sektor satu. Peternakan tipe ini bertujuan untuk memproduksi ayam yang kemudian dipasarkan secara komersial. Perusahaan-perusahaan swasta pemilik IKH ini merupakan pemasok utama bibit ayam (DOC) final stock (FS) yang kemudian akan dipelihara oleh peternak.

(52)

digunakan untuk produksi selanjutnya oleh perusahaan tersebut (Lockhart et al. 2010).

Masing-masing IKH DOC yang digunakan sebagai penelitian secara umum terdiri dari beberapa bangunan yang digunakan menurut fungsi masing-masing. Secara umum IKH DOC terdiri dari bangunan kantor, mess karyawan, kandang, gudang pakan, serta sarana pendukung lainnya (Barantan 2011). Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah personel IKH DOC. Satu IKH DOC mempunyai personel yaitu manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang. Beberapa sampel IKH DOC yang diambil hanya terdapat satu dokter hewan untuk beberapa IKH, hal ini karena merupakan kebijakan perusahaan tersebut untuk menempatkan satu dokter hewan untuk beberapa IKH DOC. Pengambilan data yang rencananya dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden diganti dengan responden mengisi sendiri pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner karena responden dilarang untuk kontak langsung dengan individu yang berasal dari luar IKH tersebut. Rencana 23 sampel IKH DOC yang diambil, ada 3 IKH DOC yang menolak untuk diwawancarai dengan alasan kebijakan perusahaan yang tidak mengizinkan informasi mengenai peternakan mereka diberitahukan kepada pihak luar.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati dalam kegiatan penelitian ini meliputi umur, pendidikan terakhir, pengalaman bekerja, dan pelatihan yang pernah didapat untuk responden yang terdiri dari manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang. Pengamatan empat variabel ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden untuk mengetahui sejauh mana aspek ini memiliki hubungan dengan nilai pengetahuan, nilai sikap, dan nilai praktik mereka terhadap biosekuriti.

(53)

Tabel 6 Karakteristik personel IKH DOC BBKP Soekarno Hatta menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan pelatihan

Manajer Dokter Hewan Pekerja Kandang n % n % distribusi kategori umur di atas 30 tahun untuk manajer sebanyak 90%, dokter hewan sebanyak 75%, dan pekerja sebanyak 67.5%. Sebagian besar responden adalah laki-laki, hanya 1 responden berjenis kelamin perempuan yang terdapat pada responden dokter hewan, hal ini dikarenakan personel harus selalu tinggal dan menetap di IKH. Responden manajer sebagian besar (65%) adalah sarjana peternakan. Dokter hewan sebagian besar (95%) hanya berpendidikan terakhir dokter hewan. Pekerja sebagian besar (72.5%) mempunyai pendidikan terakhir SLTA. Responden pekerja kandang, terdapat 1 responden (2.5%) yang berpendidikan terakhir SD. Responden manajer (90%) dan dokter hewan (80%) mempunyai pengalaman bekerja 10 tahun ke bawah, sedangkan pekerja kandang sebagian besar (55%) mempunyai pengalaman bekerja lebih dari 10 tahun.

(54)

(50%). Responden dokter hewan yang mendapatkan pelatihan sebanyak 10 dari 10 responden dokter hewan (50%) dan yang tidak mendapatkan pelatihan sebanyak 10 dari 10 responden dokter hewan (50%). Responden pekerja yang mendapatkan pelatihan sebanyak 25 dari 40 responden atau 62.5% dan yang tidak mendapatkan pelatihan sebanyak 15 dari 40 responden atau 37.5%. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar personel IKH DOC belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai biosekuriti. Menurut OIE (2011) personel pada instalasi karantina selayaknya pernah mendapatkan pelatihan mengenai biosekuriti yang berkaitan dengan produksi unggas dan mengerti penerapan kesehatan hewan, kesehatan manusia, dan keamanan pangan. Selain itu penerapan pelatihan biosekuriti oleh setiap personel sangat penting (Racicot et al. 2012). Pelatihan diberikan sebelum pekerja mulai bekerja dan pekerja harus menerima informasi yang diperlukan tentang pekerjaan mereka (Demir et al. 2005).

Penilaian Pengetahuan, Sikap, dan Praktik

Penilaian pengetahuan, sikap, dan praktik (KAP) responden IKH DOC dibagi atas penilaian KAP manajer, dokter hewan, dan pekerja kandang. Data mengenai penilaian KAP personel IKH disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Penilaian tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik (KAP) personel IKH DOC BBKP Soekarno Hatta

Manajer Dokter Hewan Pekerja Kandang n % n % n % Tingkat pengetahuan 20 20 40

Buruk 0 0 0 0 0 0 Sedang 1 5 0 0 1 2.5 Baik 19 95 20 100 39 97.5 Tingkat sikap

Negatif 0 0 0 0 0 0 Netral 4 20 0 0 11 27.5 Positif 16 80 20 100 29 72.5 Tingkat praktik

(55)

Penilaian KAP manajer dibagi atas tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik mengenai biosekuriti. Tingkat pengetahuan manajer yaitu sebanyak 1 dari 20 responden (5%) memiliki pengetahuan sedang mengenai biosekuriti. Sebanyak 19 dari 20 responden (95%) manajer memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Tingkat sikap manajer sebanyak 4 dari 20 responden (20%) memiliki sikap yang netral. Sebanyak 16 dari 20 responden (80%) memiliki sikap yang baik, hal ini berarti responden berpendapat bahwa praktik biosekuriti perlu dilakukan di IKH. Tingkat praktik manajer, sebanyak 3 dari 20 responden (15%) memiliki praktik yang sedang dan sebanyak 17 dari 20 (85%) memiliki praktik yang baik.

Penilaian KAP dokter hewan dibagi atas penilaian pengetahuan, sikap, dan praktik mengenai biosekuriti. Untuk tingkat pengetahuan dokter hewan, sebanyak 20 dari 20 responden (100%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik terhadap biosekuriti di IKH. Pada penilaian tingkat sikap, sebanyak 20 dari 20 responden (100%) memiliki sikap yang positif terhadap penerapan biosekuriti di IKH. Penilaian praktik biosekuriti, sebanyak 4 dari 20 responden dokter hewan (20%) memiliki tingkat praktik yang sedang dan 16 dari 20 responden (80%) memiliki praktik yang baik mengenai biosekuriti.

Penilaian KAP pekerja kandang dibagi atas penilaian pengetahuan, sikap, dan praktik biosekuriti. Pekerja kandang memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 1 responden atau 2.5%, pengetahuan yang baik sebanyak 97.5%. Sebanyak 11 responden pekerja kandang atau sebesar 27.5% memiliki sikap netral terhadap biosekuriti. Sikap netral merupakan sikap yang cenderung tidak memilih sehingga responden menganggap bahwa praktik biosekuriti boleh dilakukan dan boleh juga tidak dilakukan di IKH DOC. Sebanyak 29 responden (72.5%) mempunyai sikap positif terhadap biosekuriti. Penilaian tingkat praktik pekerja, sebanyak 2 dari 40 responden (5%) memiliki nilai tingkat praktik sedang. Sebanyak 38 dari 40 responden (95%) memiliki nilai tingkat praktik yang baik.

Gambar

Gambar 1 Kerangka konsep penelitian.
Tabel 1 Distribusi lokasi dan jenis IKH DOC BBKP Soekarno Hatta
Tabel 6 Karakteristik personel IKH DOC BBKP Soekarno Hatta menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan pelatihan
Tabel 7 Penilaian tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik (KAP) personel IKH
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa penyuntikan hormon secara tunggal dan dengan kombinasi tidak berbeda nyata terhadap waktu laten

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran iklim kelas, kesiapan belajar dan hasil belajar matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Polewali, serta

[r]

Setiap karyawan yang telah menjalankan training akan ditempatkan dibidangnya masing- masing guna karyawan yang menjalankan training agar pihak perusahaan dapat mengetahui

Demikian Peng umuman ini, atas perhatiannya diucapkan terima

Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kelompok Kerja Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2014, sesuai dengan Keputusan Kepala Unit Layanan Pengadaan

Terdapat peningkatan aktivitas pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan matematika realistik pada siswa kelas IV SDN 48 Ketanjak Meliau Sanggau berdasarkan

 Kegiatan water bombing ditangani oleh Satgas Penanggulangan Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Kalimantan Tengah..  Tanggal 1 Oktober 2016