• Tidak ada hasil yang ditemukan

Study Development Of Tuna Fishing Based Community In Ambon City

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Study Development Of Tuna Fishing Based Community In Ambon City"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PENGEMBANGAN PERIKANAN TUNA BERBASIS

MASYARAKAT DI KOTA AMBON

SELFI SANGADJI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Pengembangan Perikanan Tuna Berbasis Masyarakat di Kota Ambon adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Selfi Sangadji

(3)

RINGKASAN

SELFI SANGADJI. Kajian Pengembangan Perikanan Tuna Berbasis Masyarakat di Kota Ambon. Dibimbing oleh MUSTARUDDIN dan SUGENG HARI WISUDO.

Kota Ambon mengalami perkembangan yang cukup pesat, melebihi kabupaten/kota lainnya di Maluku. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pertumbuhan ekonomi setiap tahun dalam lima tahun terakhir, berkisar 5,5 - 7%. Dari segi struktur ekonomi, perekonomian Kota Ambon dalam tiga tahun terakhir (2008-2010), Sektor perikanan memberi kontribusi rata-rata per tahun 17%, dengan pertumbuhan yang relatif stabil sekitar 4,5% per tahun terhadap PDRB. Ikan pelagis besar tersebar pada wilayah ekologis pantai selatan Kota Ambon dengan kelimpahan stok sebesar 620.6 ton/bln dengan maksimum tangkap lestari (MSY) sebesar 310,3 ton/bln. Sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan dengan melakukan pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon. Dengan mengetahui faktor-faktor produksi, dapat dibuat strategi-strategi guna pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsiakan kondisi kini (present status) perikanan tuna di Kota Ambon, menganalisis tingkat pengaruh faktor produksi terhadap pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon, merumuskan prioritas strategi pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang perikanan, bahan informasi bagi pengelola usaha perikanan tuna dalam mengembangkan usahanya, bahan masukan untuk pemerintah dalam pengambilan kebijakan dalam pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon, menambah wawasan mahasiswa mengenai pengembangan perikanan khususnya perikanan tuna di Kota Ambon.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Maret tahun 2013 di Kota Ambon yaitu Desa Laha, Desa Latuhalat dan Desa Seri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data primer dan sekunder. Responden di pilih secara purposive sampling, dengan nelayan yang diambil berjumlah 60 orang, untuk analisis prioritas pengembangan perikanan tuna sebanyak 6 orang yang mewakili nelayan, perusahaan tuna, dan konsumen. Mendiskripsikan kondisi kini (present status) perikanan tuna di Kota Ambon analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang menggambarkan produksi, nelayan sampai yang ada di Kota Ambon. Menganalisis tingkat pengaruh faktor produksi terhadap pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and threats) dilakukan untuk mengetahui strategi-strategi apa saja yang dilakukan untuk pengembangan perikanan tuna. Hasil SWOT yang ada digunakan sebagai penentu prioritas strategis pengembangan perikanan tuna yang dianalisis dengan pendekatan hierarki (AHP).

(4)

produksi perikanan tuna sebesar 615.25 dan 578.36 ton (Dinas perikanan Kota Ambon 2012). Nelayan Kota Ambon melakukan pengoperasian penangkapan tuna menggunakan pancing tonda. Panjang kapal mencapai 7-11 meter, dengan lebar 1-1.5 meter. Jumlah pemilik pancing tonda di Kota Ambon berdasarkan hasil penelitian, terdapat 60 nelayan.

Hasil analisis regresi berganda tentang hubungan produksi ikan tuna mendapat nilai signifikansi (sig) 0.000. Nilai sig itu berada dalam range kepercayaan < 0.005 itu berarti model regersi ini dapat memprediksi produksi perikanan tuna. Model hubungan tersebut mempunyai koefisien determinan (R2) sekitar 0,719. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh bersama-sama ukuran kapal (X1), ukuran alat tangkap (X2), penggunaan BBM (X3), penggunaan es balok (X4), dan Jumah ABK (X5) dapat menjelaskan 71.9 % naik turun produksi tuna. Sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain di luar yang dikaji. Bila melihat nilai signifikansi setiap faktor produksi terhadap prouksi ikan tuna di Kota Ambon, maka hanya penggunaan BBM (X3) dan penggunaan es balok (X4) yang mempunyai nilai signifikansi < 0.05 (0.000), sedangkan ketiga faktor produksi lainnya > 0.05. Hal ini menunjukan bahwa hanya penggunaan BBM dan penggunaan es balok benar-benar nyata berpengaruh dalam kegiatan produksi ikan tuna di Kota Ambon. Tiga faktor produksi lainnya tidak menyebabkan perubahan nyata terhadap kegiatan produksi ikan di Kota Ambon.

Urutan prioritas strategi pengembangan perikanan di Kota Ambon adalah peningkatan etos kerja dengan rasio kepentingan 0.161. Peningkatan skala usaha penangkapan tuna mempunyai rasio kepentingan 0.160. Peningkatan prasarana perikanan yang tersedia mempunyai rasio kepentingan 0.116. Penggunaan alat bantu penangkapan yang modern dengan rasio kepentingan 0.090. Peningkatan kegiatan penangkapan dengan rasio kepentingan 0.076. Peningkatan penanganan pasca penangkapan untuk menjamin kesegaran ikan mempunyai rasio kepentingan 0.040. Penyediaan alat navigasi yang memadai merupakan strategi terakhir dengan rasio kepentingan 0.013.

(5)

SUMMARY

SELFI SANGADJI. Study Development Of Tuna Fishing Based Community In Ambon City. Supervised by MUSTARUDDIN dan SUGENG HARI WISUDO.

Ambon city has developed quite rapidly, exceeding the district or city in Maluku. It can be seen from the average annual economic growth in the last five years, ranging from 5.5 to 7%. In terms of economic structure, economic Ambon City in the last three years (2008-2010), Fishery sector contributes an average of 17% per year, with a relatively stable growth of about 4.5% per year to PDRB. Large pelagic fish scattered on the south coast ecoregion Ambon city with an abundance of stock amounting to 620.6 tons per month with maximum sustainable yield (MSY) of 310.3 tons per month Existing resources can be utilized by developing community-based tuna fishing in the city of Ambon. By knowing the factors of production, can be made strategies for the development of community-based tuna fishing industry in the city of Ambon.

The purpose of this study was to describe the present condition (present status) of tuna fishery in the city of Ambon, to analyze the factor influence levels of production towards the the tuna fishing development in the city of Ambon, to formulate strategic priority-based tuna fisheries development community in Ambon City. This study is expected to provide benefits to the development of science and technology in the field of fisheries, information material for tuna fisheries managers in developing a business, an input to government policy-making in the development of the tuna fishery in the city of Ambon, about the development of the fishing industry, especially the tuna fishery in the City Ambon.

The study was conducted in January and March of 2013 in Ambon city there is Laha Village, Latuhalat Village and Seri Village. This study is expected to provide benefits is a method of collecting primary and secondary data. Respondents were selected by purposive sampling, with fishermen being taken was 60, for the analysis of the priority development of the tuna fishing industry as much as 6 people representing fishermen, tuna companies, and consumers. To describe the present status tuna fishery in Ambon analysis used is descriptive analysis to describe the start of production, fishing up in Ambon city. To analyze the influence of the factors production to the development of the tuna fishing in Ambon city analysis used is multiple regression analysis. SWOT analysis (strengths, weaknesses, opportunities, and threats) was conducted to determine what strategies are carried out for the development of the tuna fishing industry. SWOT results are used as a determinant of the strategic priorities of development of the tuna fishery are analyzed with hierarchy approach (AHP).

(6)

11 meters, with a width of between 1-1.5 meters. The number of owners of fishing trolling in Ambon based on the results of the study, there were 60 fishermen.

The results of multiple regression analysis of the relationship of tuna production gets the value of significance (sig) 0000. Sig value was in the range of beliefs <0.005 it means that the model is able to predict regersi tuna fishery production. The relationship model has a coefficient of determinant (R2) of about 0.719. This shows that the influence of the size of the ship together (X1), the size of the fishing gear (X2), fuel usage (X3), the use of ice cubes (X4), and Jumah ABK (X5) can explain 71.9% rise tuna production down. While the rest influenced by other factors beyond those examined. When you look at the value of the significance of each factor of production to prouksi tuna in Ambon, then just use BBM (X3) and the use of ice cubes (X4) which has a significance value of <0.05 (0.000), while the other three factors of production> 0:05. This shows that only the use of fuel and the use of ice cubes really noticeable effect in tuna production activities in Ambon City. Three other production factors do not lead to real change on the performance in producing activities in Ambon City.

The order of priority of fisheries development strategies in Ambon City is the work ethic with an increased ratio of 0.161 interests. Increased scale tuna fishing effort has interest ratio 0.160. Improved fisheries infrastructure available at the same interest rate 0.116. The use of modern tools capture the interest ratio of 0.090. Increased fishing activity with a ratio of 0.076 interests. Improved handling of post-arrest to ensure the freshness of the fish has a ratio of 0.040 interests. Provision of adequate navigation tool is the last strategy with the benefit ratio 0.013.

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)

KAJIAN PENGEMBANGAN PERIKANAN TUNA BERBASIS

MASYARAKAT DI KOTA AMBON

SELFI SANGADJI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

(10)

Judul Tesis : Kajian Pengembangan Perikanan Tuna Berbasis Masyarakat di Kota Ambon.

Nama : Selfi Sangadji

NIM : C452110031

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Mustaruddin, STP Dr Ir Sugeng Hari Wisudo,MSi Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

Prof Dr Ir Mulyono S.Baskoro, MSc Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari sampai Maret 2013 ini ialah pengembangan perikanan tuna, dengan judul Kajian Pengembangan Perikanan Tuna Berbasis Masyarakat di Kota Ambon.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Mustaruddin, Bapak Dr Sugeng Hari Wisudo selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Disamping itu, ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada staf DKP Provinsi Maluku, staf DKP Kota Ambon, nelayan tuna Kota Ambon yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, suami, anak serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(13)

Pengaruh Faktor Produksi perikanan Tuna di Kota Ambon 14

Pembahasan 15

Simpulan 17

4 PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN TUNA

BERBASIS MASYARAKAT DI KOTA AMBON 17

Pendahuluan 17

Hasil Analisis SWOT Pengembangan Perikanan Tuna 22 Hasil Analisis AHP Pengembangan Perikanan Tuna 27

Pembahasan 28

Simpulan 30

(14)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

6 SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 33

Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 36

DAFTAR TABEL

2.1 Produksi Perikanan Tuna di Kota Ambon Per Kecamatan Dalam Ton 6

2.2 Alat tangkap di Kota Ambon Tahun 2010 7

2.3 Armada Penangkapan Ikan Tahun 2010 8

2.4 Jumlah Nelayan dan RTP di Kota Ambon Tahun 2010 8

3.1 Spesifikasi Pancing Tonda 13 3.2 Hubungan Produksi Ikan Tuna 14 3.3 Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Operasi Penangkapan Ikan Tuna. 15 4.1 Matriks IFAS dan EFAS 19

4.2 Matriks Analisis SWOT 20

4.3 Skala Banding Berpasangan 21

4.4 Kelompok Faktor Internal yang Mempengaruhi Pengembangan

Perikanan Tuna Berbasis Masyarakat di Kota 23 4.5 Kelompok Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pengembangan

Perikanan Tuna Berbasis Masyarakat di Kota Ambon 25 4.6 Matriks SWOT Strategi yang Menjadi Solusi Pengembangan Perikanan

Tuna Berbasisi Masyarakat di Kota Ambon 26

DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka Pemikiran Kajian Pengembangan Perikanan Tuna

Berbasis Masyarakat di kota Ambon 5

2.1 Grafik Produksi Perikanan Tuna di Kota Ambon 6

2.2 Peta Lokasi Penelitian 11

3.1 Kapal Pancing Tonda 13

4.1 Struktur Hierarki Strategi Pengembangan Perikanan Tuna

di Kota Ambon 27

4.2 Hasil Analisis Prioritas Alternatif Strategi Pengembangan

(15)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan perikanan yang telah dilaksanakan selama ini, telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari semakin luas dan terarahnya usaha peningkatan produksi perikanan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pula konsumsi ikan, ekspor hasil perikanan, pendapatan nelayan, memperluas lapangan kerja, memberikan dukungan terhadap pembangunan bidang industri dan menunjang pembangunan daerah. Peningkatan produksi perikanan terutama didukung oleh meningkatnya produksi perikanan tangkap (fishing), yang memberikan sumbangan terbesar yaitu sebesar 75% dari total produksi perikanan (Nikijuluw 2002).

Berkembangnya aktifitas penangkapan ikan, telah terjadi peningkatan produksi perikanan laut sebesar rata-rata 5 % per tahun. Produksi tersebut masih bisa ditingkatkan lagi dengan cara mengembangkan armada penangkapan, memperluas daerah penangkapan dan meningkatkan teknologinya. Peningkatan produksi dimungkinkan untuk dilakukan, mengingat Indonesia memiliki wilayah perairan laut seluas sekitar 3.1 juta kilometer persegi, yang terdiri dari 0,3 juta kilometer persegi perairan territorial dan 2.8 juta kilometer persegi perairan nusantara. Disamping itu Indonesia mempunyai kewenangan untuk mengelola Wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2.7 juta kilometer persegi. Seluruh wilayah perairan tersebut menyediakan potensi sumberdaya hayati sebesar 6.7 juta ton per tahun dan tingkat pemanfaatannya baru sebesar 48% (Dahuri at al 2001).

Kota Ambon terletak di bagian selatan Pulau Ambon, tepatnya di daerah pesisir Teluk Ambon dan Teluk Baguala. Total luas wilayah Kota Ambon sekitar 786 km2, terbagi atas luas daratan 377 km2 (48.0 %) sedangkan luas perairan 4 mil laut sebesar 409.0 km2 (52.0 %). Luas daratan Kota Ambon ini hampir separuh dari luas Pulau Ambon dengan garis pantai sepanjang 102.7 km.

Dari segi ekonomi, Kota Ambon mengalami perkembangan yang cukup pesat, melebihi kabupaten/kota lainnya di Maluku. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pertumbuhan ekonomi setiap tahun dalam lima tahun, berkisar 5.5 - 7%, sedangkan kabupaten/kota lain di Maluku rata-rata kurang dari 5% per tahun. Dari segi struktur ekonomi, perekonomian Kota Ambon dalam tiga tahun terakhir (2008-2010) didominasi 3 sektor primer yang memberi kontribusi tertinggi terhadap PDRB, yaitu :

1) Sektor perdagangan dengan kontribusi rata-rata per tahun 28% dengan pertumbuhan yang relatif stabil sekitar 6% per tahun;

2) Sektor pemerintahan umum dan pertahanan dengan kontribusi rata-rata per tahun 22% dengan pertumbuhan yang relatif stabil sekitar 6% per tahun; 3) Sektor perikanan dengan kontribusi rata-rata per tahun 17%, dengan

pertumbuhan yang relatif stabil sekitar 4,5% per tahun.

(16)

perikanan dan jasa kelautan dapat menjadi salah satu kontributor penting dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. Untuk itu, sektor perikanan dapat dikembangkan secara maksimal, dan menjadi andalan bagi pengembangan ekonomi di Kota Ambon.

Wilayah perairan Kota Ambon memiliki sumberdaya perikanan yang sangat potensial ditinjau dari besaran stok maupun peluang pemanfaatan dan pengembangannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dan analisis terhadap kelimpahan stok potensi lestari. Untuk jenis ikan pelagis kecil kelimpahan stoknya adalah sebesar 1470.7 ton/bulan dengan potensi lestari sebesar 735.4 ton/bulan. Jenis-jenis ikan pelagis kecil yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan adalah Stolephorus spp, Sardinela spp, Decapterus spp, Restrelliger spp serta Cypselurus spp. Ikan pelagis besar tersebar pada wilayah ekologis pantai selatan Kota Ambon dengan kelimpahan stok sebesar 620.6 ton/bln dengan maksimum tangkap lestari (MSY) sebesar 310.3 ton/bulan. Ikan pelagis besar didominasi oleh Cakalang (Skipjack Tuna) dan Tatihu (Yellow Fin Tuna) (Dinas kelautan dan perikanan Kota Ambon 2012)

Jenis ikan yang umumnya tertangkap di perairan pesisir Kota Ambon, dan umumnya menyebar merata di semua pesisir (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon 2010), terdiri atas :

1) Pelagis kecil yang terdiri atas jenis ikan puri putih (Stolephorus indicus), puri merah (Stolephorus heterolobus), teri (Encrasicholina spp), make (Sardinella

spp), lompa (Thrisina baelama), buarao (Selaroides sp), dan lema/tatari (Rastrelliger kanagurta).

2) Pelagis besar yang meliputi jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tuna (Thunnus sp).

3) Ikan karang dan ikan hias yang terdiri atas spesies Apogon sp, Lepidozygus tapeinosoma, Leptojulis cyanopleura, Chromis margantifer, Spratelloides sp,

Caesio lunaris, dan Melichthys niger.

Kota Ambon merupakan salah satu wilayah yang mempunyai potensi ikan tuna. Tuna merupakan salah komuditas ekspor yang penting. Kota ambon mempunyai daerah-daerah penangkapan yang berpotensi menangkap ikan tuna. Daerah-daerah penangkapan ikan tuna yang penting di Indonesia terutama diperairan kawasan timur Indonesia seperti wilayah pengelolaan perikanan selat Makasar dan Laut Flores, wilayah pengelolaan perikanan Laut Banda, wilayah pengelolaan perikanan Teluk tomini dan Laut Maluku, wilayah pengelolaan perikanan Sulawesi Utara dan Samudera Pasifik

Perikanan berbasis masyarakat adalah kegiatan perikanan yang melibatkan langsung masyarakat secara aktif dari penyususnan rencana, pelaksanaan, pemantauan hingga evaluasi terhadap hasil yang dicapai. Masyarakat yang dimaksud adalah nelayan tuna. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Dalam perstatistikan perikanan perairan umum, nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan operasi penangkapan ikan di perairan umum.

Pengemabangan perikanan tuna dapat dilaksanakan apabila produksi nelayan terus meningkat, sehingga peningkatan produksi dipandang penting guna pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon.

(17)

Perumusan Masalah

Perikanan tuna di Kota Ambon selalu mengalami peningkatan produksi dari tahun ke tahun. Kelimpahan stok ikan pelagis besar sebesar 620.6 ton/bulan dengan maksimum tangkap lestari sebesar 310.3 ton/bulan. Kelimpahan stok sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan sebagai pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat.

Faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap pengembangan perikanan tuna yang bebasis masyarakat yaitu faktor produksi dan sumberdaya. Dengan mengetahui faktor-faktor produksi, dapat melakukan pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat. Prioritas strategi pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat dapat dikembangkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka timbul pertanyaan-pertanyaan tentang

“Kajian Pengembangan Perikanan Tuna Berbasis Masyarakat” sebagai berikut :

1) Bagaimana peluang pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon?

2) Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon dan bagaiman pola hubungannya ?

3) Bagaimana merumuskan prioritas strategi pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah di atas, dapat dikemukakan tujuan penelitian ini, yakni :

1) Mendeskripsikan kondisi kini (present status) perikanan tuna di Kota Ambon. 2) Menentukan faktor produksi yang berpengaruh signifikan terhadap

pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon.

3) Menyusun prioritas strategi pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : a) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang perikanan. b) Bahan informasi bagi pengelola usaha perikanan tuna dalam mengembangkan

usahanya.

c) Bahan masukan untuk pemerintah dalam pengambilan kebijakan dalam pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon.

(18)

Kerangka Pemikiran

Perairan laut Kota Ambon merupakan wilayah yang memilki potensi perikanan yang besar. Oleh karena itu perikanan merupakan salah satu sektor andalan bagi perekonomian di Kota Ambon.

Upaya yang dilakukan untuk membangun sektor perikanan adalah dengan cara menyediakan berbagai kemudahan untuk memberikan berbagai fasilitas yang menunjang keberhasilan usaha perikanan seperti kemudahan untuk mendapatkan sarana perbekalan ke laut, sehingga menjamin kelancaran sejak mulai produksi sampai pemasarannya. Pengembangan perikanan yang ada di kota ambon perlu dilakukan sehingga segala sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.

Kondisi kini perikanan tuna di Kota Ambon, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi harus dipertimbangkan sebelum merumuskan prioritas strategi pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat.

Kondisi kini perikanan tuna di Kota Ambon dapat diketahui dengan melihat bagaimana produksi perikanan, alat tangkap, nelayan serta industri perikanan. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi dapat dilihat berdasarkan ukuran kapal, ukuran alat tangkap, penggunaan bahan bakar minyak, penggunaan es balok dan jumlah anak buah kapal. Prioritas strategi dapat dilakukan dengan mengetahui kondisi dan prospek pengembangan perikanan tuna yang ada di Kota Ambon.

(19)

Permasalahan :

1. Bagaimana kondisi kini Kota Ambon guna pengembangan perikanan tuna.

2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon dan bagaimana pola hubungannya.

3. Bagaimana merumuskan prioritas strategis pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon.

Strategi pengembangan perikanan tuna Kondisi dan prospek pengembangan

(IE)

Kondisi perikanan tuna di Kota Ambon ( Analisis Deskriptif)

Faktor-faktor yang berpengaruh (Analisis Linier Berganda)

Kondisi internal (Matriks IFAS) Kondisi eksternal (Matriks EFAS)

Strategi Pengembangan (Matriks SWOT)

(20)

2 KONDISI PERIKANAN TUNA KOTA AMBON

Produksi Perikanan Tuna Kota Ambon

Maluku merupakan daerah kepulauan yang kaya akan sumber daya ikan, rata-rata hasil tangkapan setiap tahunnya meningkat. Potensi sumberdaya perikanan tuna di Kota Ambon setiap tahunnya meningkat, hal tersebut dapat dilihat pada grafik produksi di bawah ini :

Gambar 2.1 Grafik Produksi Perikanan Tuna di Kota Ambon

Perikanan tuna merupakan salah satu perikanan yang ada di Kota Ambon, pada tahun 2007 produksi mencapai 1284.32 ton. Volume produksi terus meningkat, pada tahun 2011 produksi telah mencapai 1769.24 ton.

Kota Ambon memiliki 5 kecamatan yaitu Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Sirimau, Kecamatan Teluk Ambon, Kecamatan Teluk Ambon Baguala dan Kecamatan Leitimur Selatan. Kecamatan Nusaniwe dan Sirimau merupakan daerah penghasil tuna terbesar di Kota Ambon. Pada tahun 2011 jumlah produksi perikanan tuna Kecamatan Nusaniwe sebesar 615.25 dan Kecamatan Sirimau 578.36 ton.

Tabel 2.1 Produksi perikanan tuna di Kota Ambon per kecamatan dalam ton

KECAMATAN

Sumber : Dinas kelautan dan perikanan perikanan Kota Ambon 2012

Data produksi di atas menggambarkan Kecamatan Nusaniwe dan Kecamatan Sirimau merupakan salah satu daerah penghasil tuna yang besar. Desa

(21)

Latuhalat dan Desa Seri merupakan desa dengan penghasil perikanan tuna yang besar, kedua desa ini terletak di Kecamatan Nusaniwe. Selain Desa Latuhalat dan Desa seri, Desa Laha merupakan salah satu desa penghasil perikanan tuna. Desa Laha terdapat di Kecamatan Teluk Ambon yang berjarak 37 km dari pusat kota. Ketiga desa ini mempunyai letak yang strategis karena berhadapan langsung dengan laut bebas sehingga memungkinkan untuk melakukan pengoperasian alat tangkap tuna dengan baik.

Alat penangkapan ikan tuna di Kota Ambon

Ikan tuna merupakan jenis ikan pelagis besar, yang hidup di daerah laut dalam. Alat penangkapan ikan merupakan salah satu komponen yang penting dalam kegiatan penangkapan ikan. Penangkapan ikan tuna dapat memakai pancing ulur, pancing tonda, dan rawai tuna.

Nelayan Kota Ambon melakukan operasi penangkapan ikan tuna menggunakan pancing tonda. Pancing tonda yang digunakan masih sederhana, terdiri dari tali pancing, mata pancing, pemberat dan umpan (Lampiran 1).

Nelayan tuna di Kota Ambon sangat menguasai pengoperasian alat tangkap, sehingga pengefisiensian waktu operasi penangkapan dapat dilakukan. Sebagian besar nelayan tuna dapat mendesain alat tangkapnya sendiri, disesuaikan dengan pengalaman. Jumlah pancing tonda yang ada di Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel 2.2 Alat tangkap di Kota Ambon tahun 2010 Jenis Alat

Sumber : Profil Sumberdaya Kelautan & Perikanan Kota Ambon Tahun 2010

(22)

Armada penangkapan ikan tuna

Armada yang ada di Kota Ambon terbagi atas, perahu tanpa motor, motor tempel, dan kapal motor. Armada penangkapan ikan yang digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan tuna adalah perahu yang menggunakan motor tempel.

Panjang perahu yang digunakan adalah sekitar 7 - 11 meter, dengan lebar 1 - 1.5. Perahu yang digunakan memakai mesin dengan kekuatan 15 dan 40 PK. Armada penangkapan ikan yang terdapat di Kota Ambon, dapat dilihat pada Tabel 2.3 di bawah ini.

Sumber : Profil Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kota Ambon 2010

Nelayan dan Rumah Tangga Perikanan Tuna Kota Ambon

Nelayan tuna yang masih melakukan operasi penangkapan di Kota Ambon berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 156 orang dengan 60 nelayan pemilik kapal tuna. Nelayan-nelayan tersebut berasal dari 3 Desa penghasil tuna yaitu Latuhalat, seri dan Laha. Nelayan tuna Kota Ambon sebagian besar tingkat pendidikannya hanya sampai sekolah dasar. Banyak nelayan yang berpikiran tingkat pendidikan untuk nelayan dipandang kurang penting. Pandangan mereka tingkat pendidikan tidak dapat meningkatkan perekonomian keluarga. Nelayan lebih memilih melaut daripada harus bersekolah. Jumlah nelayan dan rumah tangga perikanan di Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini:

Tabel 2.4 Jumlah nelayan dan RTP di Kota Ambon tahun 2010

Kecamatan Jumlah Nelayan Jumlah RTP

Sumber : Profil Sumberdaya Perikanan & Kelautan Kota Ambon 2010

(23)

baik dan juga pengetahuan daerah-daerah penangkapan. Nelayan-nelayan tuna di Kota Ambon melakukan operasi penangkapan mulai dari usia sekitar 12 tahun. Tidak hanya pengetahuan daerah penangkapan pengetahuan penanganan pasca penangkapan diatas kapal sangat baik. Dengan ada pengetahuan penanganan ikan dapat menjamin mutu ikan.

Industri Perikanan Tuna

Selain nelayan artisanal, di Kota Ambon terdapat juga 5 perusahaan perikanan industri yang beroperasi, dan mengolah hasil tangkapan dalam bentuk ikan beku yang dipasarkan ke luar Maluku dan ke luar negeri (ekspor). Jenis ikan beku yang diolah di kelima industri ini ialah ikan cakalang, tuna, dan udang. Ikan dan udang yang diolah pada kelima industri ini, sebagian besar adalah hasil tangkapan dari Laut Banda (WPP 714) dan Laut Arafura (WPP 718), serta Laut Seram (WPP 715).

PT. Jatropah Indah merupakan perusahaan yang bergerak pada perikanan industri tuna. Perusahaan ini berada di PPI Eri kecamatan Nusaniwe. PT Jatropah Indah merupakan tempat penjualan ikan hasil tangkapan nelayan tuna di Kota Ambon. Letak perusahaan ini strategis karena berada di lingkungan PPI yang menyediakan cold storage, bukan itu saja letak perusahaan ini memudahkan nelayan untuk menjangkaunya karena letak perusahaan berada dekat tiga desa nelayan tuna. Perusahaan ini bergerak dalam mengolah hasil tangkapan dalam bentuk ikan beku dan di ekspor keluar negeri.

Tingkat produksi ikan di Kota Ambon rata-rata setiap tahunnya meningkat. Dengan kelimpahan stok sikan tuna sebesar 620.6 ton/bln dengan maksimum tangkap lestari (MSY) sebesar 310.3 ton/bln. Sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan dengan melakukan pengembangan industri perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon. Sebelum melakukan pengembangan, kita harus mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap produksi perikanan tuna, guna pengembangan industri perikanan tuna di Kota Ambon.

Fasilitas Pendukung

Fasilitas pendukung sangat diperlukan guna pengembangan suatu industri perikanan. Fasilitas pelabuhan berupa pabrik es yang menyediakan 7000 kg es per hari, sangat mendukung operasi penangkapan ikan tuna. Sifat es yang cepat mencair sehingga pasokan es yang banyak sangat diperlukan. Selain pabrik es, SPBN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan) dan penyuplai air bersih terdapat di pelabuhan. Industri perikanan tuna yang berada di wilayah PPI ( Pangkalan Pendaratan Ikan) Erie memudahkan nelayan untuk bisa menyuplai es, BBM dan air dengan cepat.

Simpulan

(24)

Ambon melakukan operasi penangkapan tuna dengan menggunakan pancing tonda. Ukuran kapal yang digunakan sebesar 2 GT dan 3 GT. PT. Jatropah Indah merupakan perusahaan yang bergerak pada industri perikanan tuna. Fasilitas berupa penyediaan es, BBM dan air didapat dengan cepat.

3 PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENGEMBANGAN PERIKANAN TUNA DI KOTA AMBON

Pendahuluan

Laut Maluku merupakan daerah penangkapan tuna yang baik, karena perairan tersebut berada di antara pulau-pulau yang memungkinkan terjadinya

upwelling. Pada perairan laut ini juga tertangkap ikan tuna berukuran besar dengan bobot rata-rata 50 hingga 230 kg. (Khoirul et al 2012)

Produksi perikanan mempunyai peran yang sangat penting dalam pengembangan ekonomi maupun sosial. Permintaan terhadap produk-produk laut semakin hari semakin meningkat mengakibatkan terjadinya perdagangan yang semakin besar guna memenuhi kebutuhan pasar tersebut. Untuk memenuhi kenutuhan pasar tersebut maka perlu ada peningkatan jumlah operasi penangkapan.

Keberhasilan operasi penangkapan ikan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah alat tangkapnya sendiri, kapal, alat bantu serta sumberdaya manusia yang mengoperasikannya. Sumberdaya manusia yang handal juga sangat diperlukan dalam keberhasilan penangkapan ikan. Ketepatan analisa dalam penentuan fishing ground dan ketrampilan dalam manajemen kegiatan di kapal (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap 2004)

Pengembangan suatu industri perikanan tuna sangat bergantung pada produksi hasil tangkapan nelayan. Jumlah produksi perikanan dapat bertambah dilihat dari beberapa faktor yang dapat mendukung terlaksananya suatu kegiatan penangkapan. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi dan output produksi (Soekartawi 2002). Ketidaksiapan faktor produksi dapat menyebabkan kegiatan operasi penangkapan tidak dapat berjalan lancar.

(25)

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon, perlu diadakan suatu kajian untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut diharapkan dapat mengembangkan perikanan tuna dengan optimal.

Metode Penelitian Waktu dan Lokasi Penelitian

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan januari hingga bulan April 2013 bertempat di Desa Laha, Desa Latuhalat dan Desa Seri, Kota Ambon, Provinsi Maluku.

Jenis dan sumber data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari ukuran kapal, ukuran alat tangkap, lama trip, penggunaan bahan bakar minyak (BBM), penggunaan es, air tawar dan jumlah anak buah kapal (ABK), sedangkan untuk data sekunder yang diambil adalah data produksi peikanan tuna kota Ambon. Sumber data primer dari 3 Desa nelayan yang berada di wilayah Kota Ambon, yakni: Desa Latuhalat, Desa Seri dan Desa Laha, sedangkan sumber data sekunder dari Dinas Perikanan Kotamadya Ambon.

Metode pengumpulan data

(26)

responden dilakukan secara purposive. 3). Metode pengamatan langsung, dilakukan untuk mengetahui secara langsung aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan.

Analisis faktor produksi

Sebelum mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi perikanan tuna, harus mengetahui faktor-faktor tersebut saling bebas satu sama lain dengan uji multikolinearitas. Salah satu dari asumsi model regresi linear klasik adalah bahwa tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel yang menjelaskan yang termasuk dalam model. Menurut Gujarati (1995) multikolinearitas berarti adanya hubungan yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua.

Cara mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat hasil matrix korelasi dimana menurut Ghozali (2001), bila ada korelasi yang cukup tinggi antar variabel bebas (umumnya di atas 0.90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel bebas.

Untuk menganalisis tingkat pengaruh faktor produksi terhadap pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda logaritmik. Analisis regresi berganda ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis faktor produksi yang penting dan signifikan mendukung operasi usaha perikanan tuna di Kota Ambon. Hal ini dilakukan dengan membangun persamaan dengan pendekatan matematis dari analisis regresi berganda. Menurut Sarwono (2006), analisis regresi berganda dapat dikembangkan lanjut menggunakan pendekatan kurva untuk mengetahui pola yang lebih tepat dari atau hubungan apakah murni linear, kuadratik, logaritmik maupun sigmoid. Untuk menguji pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3,…, X7) secara individu terhadap variabel terikat (Y). Uji statistik yang digunakan adalah Uji t dengan rumus sebagai berikut (Sudjana 2002) :

thitung = Dengan kaedah keputusan sebagai berikut :

Bila thitung < tTabel atau P-value (α = 0,05), maka tolak Ha antara variabel-variabel tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan:

(27)

Keterangan :

Y = Produksi a = Konstanta

X1 = Ukuran kapal (GT) b1 = Konstanta ukuran kapal X2 = Ukuran alat tangkap (m) b2 = Konstanta ukuran alat tangkap X3 = Penggunaan BBM (Liter) b3 = Konstanta penggunaan BBM X4 = Penggunaan es (Balok) b4 = Konstanta penggunaan es X5 = Jumlah ABK (orang) b5 = Konstanta jumlah ABK

Hasil Penelitian Perikanan Pancing Tonda Di Kota Ambon

Perikanan tuna di Kota Ambon berpusat pada 3 daerah yaitu Desa Latuhalat, Desa Seri dan Desa Laha. Alat pengakapan yang di gunakan untuk menangkap ikan tuna adalah pancing tonda. Pancing tonda yang digunakan di Kota Ambon pada prinsipnya sama dengan pancing tonda yang digunakan di daerah lain, yang terdiri dari kapal penangkap ikan dan alat tangkap pancing.

Tabel 3.1 Spesifikasi Pancing Tonda

No. SPESIFIKASI Ukuran Kapal

2 GT* 3 GT*

1 Panjang (m) 9 10.5

2 Lebar (m) 1.19 1.5

3 Tinggi (m) 0.75 0.75

4 Ukuran Mesin (PK) 40 15

5 Jumlah Bahan Bakar (liter) 100 200

6 Jumlah ABK (orang) 1 2

7 Jumlah Es (Balok) 1 2

8 Jumlah Air Tawar (liter) 5 5

9 Panjang Alat tangkap (m) 400 600

*GT: Gross Tonnage

Gambar 3.2 Kapal Pancing Tonda

(28)

cukup besar, sehingga perlu dikelola dan dikembangkan guna menambah devisa daerah maupun negara. (Nanlohy 2013)

Nelayan tuna di Kota Ambon biasanya melakukan operasi penangkapan ikan antar 7 sampai 11 jam, dengan lama trip 1 hari. Peralatan navigasi yang biasa digunakan adalah kompas, teleskop, GPS, Fishfinder, dan alat komonikasi berupa telepon genggam. Nelayan – nelayan di Kota Ambon melakukan penangkapan setiap musim, tapi biasanya pada musim peralihan hasil penangkapan banyak. Musim peralihan yaitu bulan Maret dan April, pada 2 bulan ini puncak-puncaknya penangkapan ikan tuna. Jenis tuna yang sering tertangkap di Kota Ambon yaitu jenis tuna mata besar (Big Eye Tuna) dan tuna sirip kuning (Yellow Fin Tuna).

Pengaruh Faktor Produksi Perikanan Tuna di Kota Ambon

Produksi nelayan rata-rata setiap tahunnya meningkat ditahun 2011 volume produksi perikanan tangkap kota Ambon sebesar 1769.24 ton. Untuk mendukung suatu produksi diperlukan kesiapan faktor-faktor produksi sehingga operasi penangkapan dapat berjalan dengan lancar. Untuk melihat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam operasi perikanan tuna di Kota Ambon maka dilakukan perhitungan melalui analisis regresi berganda.

Terdapat 5 faktor yang mendukung dalam operasi penangkapan ikan tuna di Kota Ambon yaitu ukuran kapal, ukuran alat tangkap, penggunaan BBM, penggunaan es dan jumlah ABK. Yang digunakan untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dalam penelitian ini adalah dengan melihat matrix korelasi. Hasilyang ditunjukan oleh matrix korelasi dari regresi yang dilakukan adalah korelasi antara variabel bebas di bawah 0,9 sehingga dapat dikatakan tidak terdapat multikolinearitas (lampiran 2).

Hasil analisis regresi berganda tentang hubungan produksi ikan tuna mendapat nilai signifikansi (sig) 0,000. Nilai sig itu berada dalam range kepercayaan < 0,005 itu berarti model regersi ini dapat memprediksi produksi perikanan tuna. Tabel 3.2 menyajiakan hasil analisis pengaruh faktor produksi terhadap operasi penangkapan ikan tuna dengan menggunakan pancing tonda.

Tabel 3.2 Hubungan produksi ikan tuna

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1707022.915 5 341404.583 27.596 .000a

Residual 668061.019 54 12371.500

Total 2375083.933 59

(29)

Tabel 3.3 Pengaruh faktor produksi terhadap operasi penangkapan ikan tuna.

Berdasarkan Tabel 3.3, maka model hubungan antara produksi ikan tuna (Y) dengan ukuran kapal (X1), ukuran alat tangkap (X2), penggunaan BBM (X3), penggunaan es balok (X4), Jumah ABK (X5) dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Y = 92.652 + 27.042 X1– 0,026X2 – 3.405X3 + 273.742X4 + 6.741X5 Model hubungan tersebut mempunyai koefisien determinan (R2) sebesar 0,719. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh bersama-sama ukuran kapal (X1), ukuran alat tangkap (X2), penggunaan BBM (X3), penggunaan es balok (X4), dan Jumah ABK (X5) dapat menjelaskan 71.9 % naik turun produksi tuna. Sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain di luar yang dikaji. Bila melihat nilai signifikansi setiap faktor produksi terhadap prouksi ikan tuna di Kota Ambon, maka hanya penggunaan BBM (X3) dan penggunaan es balok (X4) yang mempunyai nilai signifikansi < 0.05 (0.000), sedangkan ketiga faktor produksi lainnya > 0.05. Hal ini menunjukan bahwa hanya penggunaan BBM dan penggunaan es balok yang benar-benar nyata berpengaruh dalam kegiatan produksi ikan tuna di Kota Ambon. Tiga faktor produksi lainnya tidak menyebabkan perubahan nyata terhadap kegiatan ikan tuna di Kota Ambon.

Pembahasan

(30)

keberhasilan produksi usaha penangkapan tuna diantaranya, (1) ukuran kapal dan mesin; (2) ukuran palka ikan; (3) jumlah mata pancing dan jumlah umpan; (4) jumlah trip; (5) jumlah solar; dan (6) jumlah anak buah kapal (ABK). Sutisna (2007) menyatakan bahwa penyiapan faktor produksi yang baik merupakan penentu utama keberhasilan kegiatan produksi. Pelaku ekonomi termasuk nelayan umumnya akan melakukan kegiatan operasi pada kondisi cuaca baik dan diduga akan membawa hasil yang banyak, sehingga kesiapan faktor produksi menjadi penentu akhir keberhasilan kegiatan produksi.

Hasil analisis regresi berganda menunjukan bahwa penggunaan BBM(X3) dan es balok(X4) sangat berpengaruh nyata terhadap produksi ikan tuna di Kota Ambon. Signifikansinya pengaruh penggunaan BBM dan penggunaan es balok terhadap produksi dikarenakan sifat ikan tuna yang selalu bermigrasi sehingga daerah penangkapan tidak menentu dan jauh. Mengakibatkan es dan BBM merupakan faktor yang penting karena apabila jumlah es dan BBM banyak maka daerah penangkapan bisa lama. Selain itu tujuan operasi penangkapan adalah ikan tuna yang membutuhkan penanganan langsung, sehingga persedian es balok sangat di perlukan guna mempertahankan mutu ikan.

Dari hasil penelitian lapang menunjukan sekali melakukan operasi penangkapan rata-rata nelayan membutuhkan 70 sampai 100 liter bensin dan 2 balok es. Rasio kebutuhan yang begitu besar terhadap BBM (terutama bensin) dan es balok cukup wajar menjadikan kedua faktor produksi ini tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan operasi perikanan tuna. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan BBM tidak efektif karena sekali melakukan operasi penangkapan sebanyak 100 liter. Ukuran kapal yang kecil dan daerah penangkapan yang tidak terlalu jauh memebuat seringkali nelayan kembali dengan BBM yang banyak, ini berpengaruh terhadap banyaknya muatan yang dibawa. Pengurangan jumlah BBM dapat dilakuan untuk pengefisensian jumlah muatan yang dibawa.

Arik (2011) dalam penelitiannya di teluk prigi menyatakan faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produktivitas alat tangkap pancing tonda adalah jumlah trip. Sedangkan jumlah ABK, pengalaman ABK dan pengalaman nahkoda juga berpengaruh terhadap hasil produksi walaupun tidak terlalu besar.

Jumlah trip berpengaruh besar dikarenakan tempat pengoprasian alat ini di daerah Samudera Hindia, dimana di periran ini menjadi jalur ruaya sepanjang tahun dari ikan yang menjadi sasaran penangkapannya. Oleh karena itu kapanpun alat ini dioperasikan akan selalu mungkin untuk mendapatkan ikan yang menjadi sasarannya. Semakin sering frekuensi operasi penangkapan, maka peluang untuk mendapatkan hasil tangkapan semakin besar pula. Untuk nelayan tuna di Kota Ambon, tidak memakai jumlah trip sebagai faktor yang ingin dilihat karena nelayan tuna di Kota Ambon melakukan operasi penangkapan tidak terjadwal. Nelayan melakukan operasi penangkapan sesuai dengan cuaca yang ada. Sehingga faktor jumlah trip tidak dipakai. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan Arik nelayan Teluk Prigi melakukan operasi penangkapan 3-5 kali trip tiap bulannya.

Lama trip pengoperasian pancing tonda hanya 1 hari sehingga panjang kapal dan panjang alat tangkap tidak mempengaruhi produksi. Selain itu juga daerah penangkapan ikan tuna yang hanya berada di sekitar perairan Kota Ambon.

(31)

berpengaruh. Menurut Soekartawi (2002), setiap kegiatan produksi mempunyai kebutuhan tersendiri yang unik terhadap setiap faktor produksi. Peningkatan kebutuhan akan suatu faktor produksi umumnya tidak bersifat linear terhadap peningkatan hasil dari produksi yang dilakukan. Terkait dengan ini, maka penyiapan faktor produksi perlu dilakukan secara optimal dengan berdasarkan pengalaman dan kalkulasi matematis yang dapat dipercaya. Hasil penelitian Salas,

et. al (2007) di Amerika Latin menunjukkan bahwa strategi produksi dibutuhkan untuk sinkronisasi operasi usaha perikanan dengan perubahan dinamika perairan dan kontrol kebijakan, dimana pelaku perikanan secara periodik mendiskusikan tindakan pengelolaan yang dilakukannya.

Pengembangan perikanan tuna dapat terlaksana dengan mengetahui strategi-strategi apa saja yang harus dilakukan. Dengan memperhatikan faktor-faktor produksi. Strategi-strategi yang dihasilkan dapat dibuat prioritas, mana yang lebih utama guna pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon.

Simpulan

Hasil penelitian menunjukan penggunaan bahan bakar minyak dan penggunaan es balok merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan operasi penangkapan ikan tuna. Dengan meningkatnya produksi penangkapan, diharapkan pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon dapat dilaksanakan.

4 PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN TUNA BERBASIS MASYARAKAT DI KOTA AMBON

Pendahuluan

Pengembangan usaha perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan dan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan melalui penerapan teknologi yang lebih baik (Bahari 1989). Monintja (1987) mengemukakan bahwa pengembangan usaha perikanan tangkap secara umum dilakukan melalui peningkatan produksi dan produktivitas usaha perikanan.

Upaya pengelolaan dan pengembangan perikanan laut di masa mendatang -memang akan terasa lebih berat sejalan dengan perkembangan IPTEK. Namun demikian, dengan pemanfaatan IPTEK itu pulalah kita diharapkan akan mampu mengatasi keterbatasan sumber daya melalui suatu langkah yang rasional untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan berkelanjutan. Langkah pengelolaan dan pengembangan tersebut juga harus mempertimbangkan aspek biologi, teknis, sosial budaya dan ekonomi (Barus et al 1991).

(32)

dikembangakan ditinjau dari segi biologi tidak merusak atau mengganggu kelestarian sumberdaya, secara teknis efektif digunakan, dan dari segi sosial dapat diterima oleh masyarakat nelayan, serta secara ekonomi teknologi tersebut bersifat menguntungkan. Satu aspek tambahan yang tidak dapat diabaikan adalah kebijakan pemerintah.

Keberhasilan pembangunan perikanan perlu didukung oleh perencanaan pembangunan yang lebih didasari atas data dan informasi yang menyeluruh termasuk sumberdaya perikanan, maupun aspek sosial dan eknominya. Pengkajian perlu dilakukan secara berkesinambungan, agar data dan informasi yang mutakhir dapat tersedia, untuk kemudian dipergunakan sebagai dasar pertimbangan kebijakan dalam rangka pengembangan perikanan di masa yang akan datang.

Strategi pengembangan perikanan tangkap dapat dilakukan dengan melihat apa saja komponen-komponen yang berpengaruh terhadap pengembangan perikanan tuna yang dikaji. Komponen-komponen terebut lebih rinci dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut bisa ditentukan bagaimana strategi yang dapat diambil untuk mengembangan suatu perikanan tuna yang ada di Kota Ambon.

Metode Penelitian Jenis dan sumber data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diambil untuk mengetahui bagaimana strategi yang baik untuk pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon. Data tersebut berupa komponen-komponen yang berpengruh langsung dengan pengembangan perikanan tuna di kota Ambon. Komponen-komponen tersebut berupa hal-hal yang mendukung produksi. Data yang diambil berasal dari nelayan tuna yang ada di desa Latuhalat, Seri, laha, dinas perikanan Kota Ambon.

Metode pengumpulan data

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data primer dan metode pengumpulan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara kepada nelayan dan pengamatan langsung. Dalam wawancara, data yang diperoleh dari nelayan pada tiga desa yaitu desa Latuhalat, seri dan desa Laha. Wawancara di lakukan menggunakan kuisioner yang terfokus pada aktifitas penangkapan ikan tuna. Responden di pilih secara purposive, nelayan yang diambil berjumlah 60, dengan masing-masing desa 20 orang. Jumlah responden untuk analisis prioritas pengembangan perikanan tuna sebanyak 6 orang yang mewakili nelayan, perusahaan tuna, dan konsumen. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari penelaan studi kasus dan literatur.

Analisis SWOT

Analisis SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor (variabel atau komponen) yang perlu diperhatikan untuk menganalisis pola hubungan diantara faktor tersebut. Prioritas strategis pengembangan perikanan tangkap akan dianalisis dengan pendekatan hierarki (AHP).

(33)

(opportunities/O) dan ancaman (threats/T) dalam pengembangan perikanan tangkap. Proses analisis selanjutnya kemudian dilakukan dengan tahapan:

a. Menentukan faktor-faktor strategis internal yang memuat kekuatan dan kelemahan berikut bobot, rating dan skornya (matriks IFAS = Internal Strategic Factors Analysis Summary);

b. Menentukan faktor-faktor strategis internal yang memuat peluang dan ancaman berikut bobot, rating dan skornya (matriks EFAS = External Strategic Factors Analysis Summary);

c. Mengembangan matriks internal-eksternal (IE) yang akan digunakan untuk menentukan kondisi dan prospek pengembangan.

d. Merumuskan alternatif strategi yang akan digunakan dalam analisis prioritas pengembangan perikanan tangkap di Kota Ambon (matriks SWOT). Analisis strategi ini selanjutnya akan dianalisis dengan metode AHP.

Secara ilustratif, matriks IFAS dan EFAS disajikan pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Matriks IFAS dan EFAS

(34)

mempunyai makna berturut-turut rendah, biasa, tinggi, dan sangat tinggi. Nilai rating untuk faktor kelemahan dan ancaman diberi secara terbalik, yaitu bila pengaruh rendah diberi nilai 4 dan pengaruh sangat tinggi diberi nilai 1. Sedangkan skor menyatakan tingkat/skor pengaruh positif (spp) sesuai kepentingan pengelolaan perikanan tangkap terhadap faktor yang dimaksud.

Tabel 4.2. Matriks analisis SWOT

Peluang (Opporunities) Ancaman (Threats) Kekuatan

Analisis AHP (Analitycal Hierarchy Process) merupakan tahapan akhir dalam penyusunan strategi pengembangan perikanan tuna. Analisis AHP dilakukan untuk menyusun urutan prioritas strategi pengembangan perikanan tangkap yang dapat mereduksi konflik yang ada. Analisis dikembangkan dengan memanfaatkan hasil analisis optimasi pengelolaan perikanan tangkap dan jenis interaksi, konflik serta stakeholders penting yang dihasilkan oleh analisis SWOT dengan tetap mengedepankan prinsip pengembangan perikanan tuna dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Adapun tahapan yang dilakukan dalam analisis

Analitycal Hierarchy Process adalah pendefinisian tujuan umum dan kriteria-kriteria dari sub-tujuan, penyusunan struktur hierarki, penetapan skala banding, formulasi data, simulasi dan validasi serta interpretasi hasil AHP. Uraian tentang aplikasi AHP ini dijelaskan secara rinci oleh Saaty (1991).

Tahapan pendefinisian mencakup kegiatan penetapan prinsip-prinsip strategis perikanan tangkap yang akan diterapkan dan menentukan solusi yang ingin dicapai. Struktur hierarki AHP dibuat dengan menetapkaan tujuan umum (level 1), kemudian dilanjutkan dengan penetapan sub tujuan/kriteria (level 2), dan kemungkinan alternatif pada tingkatan kriteria paling bawah (level 3).

(35)

Sumber : Bhushan and Rai (2004) dan Saaty (1993)

Analisis perbandingan secara menyeluruh merupakan analisis perbandingan dari dua kriteria utama yang digunakan dalam analisis ini. Dalam analisis perbandingan ini digunakan sistem perbandingan berganda dengan analisis matriks. Sistem pembobotan pada skala perbandingan pada analisis antar kriteria menggunakan Tabel panduan skala perbandingan (Saaty, 1991). Sistem penilaian ini berdasarkan taraf relatif pentingnya suatu kriteria dibandingkan dengan kriteria lainnya.

(36)

dalam struktur AHP diolah dan disiapkan dengan menggunakan program

Microsoft Excel.

Interpertasi hasil analisis AHP merupakan tahapan penggunaan hasil analisis dalam menjelaskan dan memberikan rekomendasi prioritas startegi pengembangan perikanan tangkap untuk digunakan pada alam nyata.

Hasil Penelitian

Prioritas strategi pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota ambon dapat ditentukan dengan melihat dulu komponen-komponen, faktor-faktor, dan aktor-aktor yang berpengaruh dalam pengembangan perikanan tuna. Komponen yang berpengaruh dalam pengembangan yaitu produksi, sumberdaya manusia, dan sumberdaya alam. Sebelum menetukan strategi pengembangan harus diketahui terlebih dahulu faktor-faktor internal dan eksternal, untuk mengidentifikadi faktor-faktor (variabel atau komponen) yang perlu diperhatikan dalam menganalisis pola hubungan diantara faktor tersebut maka analisis yang harus digunakan adalah analisis SWOT dan untuk analisis prioritas strategi pengembangan industri perikanan tangkap menggunakan pendekatan hierarki (AHP).

Hasil Analisis SWOT Pengembangan Perikanan Tuna

Untuk melihat pengembangan perikanan tuna di kota Ambon, harus dilihat terlebih dahulu komponen-komponen yang berpengaruh. Semua komponen tersebut perlu dikaji secara komprehensif dan diintegrasikan dalam kelompok faktor internal dan eksternal agar dapat dilihat kekuatan, kelemahan, ancaman dan kelemahan.

Hasil pengkajian faktor internal

Secara umum, faktor internal ada dua jenis yaitu faktor kekuatan dan faktor kelemahan. Faktor yang menjadi kekuatan adalah faktor internal yang bila berkembang dengan baik akan mendukung pengembangan industri perikanan tuna. Sedangkan faktor kelemahan merupakan faktor internal yang bila tidak diperbaiki dengan baik ataupun tidak terkontrol dapat menghambat pengembangan industri (Tabel 4.4).

Faktor-faktor internal yang dapat mendukung pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon :

1) Penguasaan terhadap pengoperasian alat tangkap yang baik

Nelayan tuna di Kota Ambon sudah melakukan opersi penangkapan sejak berumur 11 tahun. Hal ini menunjukan penguasaan terhadap pengoperasian alat tangkap sangat baik, khususnya alat tangkap pancing tonda.

2) Kemampuan mendesain alat tangkap secara mandiri

Pancing tonda merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan tuna. Pancing tonda yang digunakan merupakan hasil desain nelayan, disesuaikan dengan pengalaman saat melakukan operasi penangkapan. 3) Pengetahuan pemfiletan ikan yang baik

(37)

4) Pengetahuan turun temurun tentang daerah penangkapan

Pengetahuan daerah penangkapan merupakan hal yang sangat penting sebelum melakukan operasi penangkapan. Untuk pengefisiensian BBM dan waktu penangkapan pengetahuan daerah penangkapan sangat diperlukan. 5) Ukuran kapal yang kecil di bawah 5 GT

Ukuran kapal sangat menetukan hasil tangkapan, karena semakin besar ukuran kapal maka semakin banyak hasil yang akan didapat. Ukuran kapal di bawak 5 GT sangat kecil sehingga nelayan hanya bisa melakukan one day fishing.

6) Alat tangkap yang masih cenderung sederhana dan tradisional

Alat tangkap yang digunakan masih sederhana dan tradisional, dimana saat penarikan masih menggunakan tangan. Penggunaan tangan sangat tidak efisien dibandingkan menggunakan roller.

7) Alat navigasi yang tidak memadai

Alat navigasi sanagt diperlukan guna mendukung operasi penangkapan. Dengan adanya alat navigasi nelayan dengan mudah menuju daerah penangkapan.

8) Sifat es yang cepat mencair

Ikan tuna merupakan jenis ikan ekspor yang dijual mentah, sehingga mutu ikan sangat diperlukan. Mutu ikan ikan dapat dijaga dengan menggunakan es.

Tabel 4.4. Kelompok faktor internal yang mempengaruhi pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon

Nelayan tuna di Kota Ambon pada umumnya sangat menguasai alat tangkap yang digunakan. Untuk menangkap ikan tuna alat tangkap yang biasa digunakan adalah pancing tonda. Penguasaan terhadap pengoperasian pancing tonda, di dukung dengan kemandirian alat tangkap (bobot 0,1 rating 4 dan 3) menjadi kekuatan pada faktor internal untuk meningkatkan produksi penangkapan perikanan tuna.

Pengetahuan pemfiletan ikan yang baik dan juga pengetahuan turun temurun tentang daerah penangkapan merupakan salah satu faktor kekuatan internal yang dapat mendukung pengembangan industri perikanan tuna di Kota Ambon.

Faktor Internal Bobot Rating Skor Kekuatan:

Penguasaan terhadap pengoperasian alat tangkap yang baik 0,1 4 0,4

Kemampuan mendesain alat tangkap secara mandiri 0,1 3 0,3

Pengetahuan pemfiletan ikan yang baik 0,25 4 1,0

Pengetahuan turun temurun tentang daerah penangkapan 0,05 3 0,15

Kelemahan :

Ukuran kapal yang kecil di bawah 5 GT 0,25 1 0,25

Alat tangkap yang masih cenderung sederhana dan tradisional 0,1 2 0,2

Alat navigasi yang tidak memadai 0,05 2 0,1

Sifat es yang cepat mencair. 0,1 2 0,2

(38)

Kelemahan nelayan perikanan tuna yang ada di Kota Ambon adalah ukuran kapal yang kecil di bawah 5 GT, alat tangkap yang masih cenderung sederhana dan tradisional. Ini ditandai dengan nelayan di Kota Ambon belum berkembang. Nelayan tidak mempunyai alat navigasi yang memadai merupakan kelemahan dari dalam atau internal sehingga pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon belum bisa terjadi.

Hasil pengkajian faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor dari luar yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon. Faktor eksternal ada yang bersifat peluang ada yang bersifat ancaman, faktor peluang merupakan faktor yang dapat mendukung secara positif terlaksananya pengembangan industri perikanan tuna sementara faktor ancaman adalah faktor-faktor dari luar yang menghambat pengembangan perikanan tuna.

Faktor-faktor internal yang dapat mendukung pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon :

1) Stok sumbardaya ikan yang melimpah

Stok sumberdaya yang melimpah ditandai dengan produksi yang terus meningkat. Peningkatan produksi mendukung pengembangan perikanan khususnya perikanan tuna yang ada di Kota Ambon.

2) Nilai produski yang meningkat

Nilai produksi yang meningkat setiap tahunnya disebabkan oleh permintaan tuna dunia semakin meningkat. Dengan adanya peningkatan permintaan konsumsi ikan tuna dunia membuat peluang pengembangan perikanan tuna dapat terlaksana.

3) Fasilitas pelabuhan yang memadai

Fasilitas pelabuhan salah satunya dermaga membuat bongkar muat dapat terlaksana dengan mudah. Sehingga ikan hasil produksi dapat terjaga mutunya.

4) BBM, es dan air tawar yang mudah didapat

Bahan bakar minyak, es dan air yang mudah didapat nelayan membuat persiapan sebelum melakukan operasi penangkapan dapat terlaksana dengan baik. BBM, es dan air tawar didapat di area pelabuhan untuk pengefisiensian waktu.

5) Musim penangkapan yang sering berubah-ubah

Musim penangkapan yang sering berubah-ubah membuat nelayan tidak bisa memprediksi waktu penangkapan. Sehingga sering kali nelayan pergi melaut tanpa mendapat hasil tangkapan.

6) Lokasi penangkapan yang berubah

Lokasi penangkapan yang berubah membuat nelayan harus mencari, berdampak pada pemborosan bahan bakar minyak.

7) Harga BBM yang tinggi

Harga bahan bakar minyak yang terus naik membuat nelayan harus meningkatkan biaya produksi.

8) Trip penangkapan yang bergantung pada cuaca

(39)

Tabel 4.5 Kelompok faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan perikanan tuna berbasis masyarakat di Kota Ambon

Stok sumberdaya ikan yang melimpah di Kota Ambon merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan perikanan tuna. Hal itu didukung dengan pasokan BBM, es dan air tawar yang mudah di dapat (bobot 0,25 dan rating 4). Ketersediaan fasilitas yang memadai merupakan salah salah satu faktor pendukung yang penting dalam pengembangan perikanan tuna (bobot 0,1 dan rating 2)

Harga BBM yang tinggi (bobot 0,25 dan rating 1) merupakan ancaman dari eksternal yang sangat di rasakan nelayan. Tingginya harga BBM yang semakin hari terus naik mengakibatkan nelayan berpikir lagi untuk pergi melaut. Bukan itu saja lokasi penangkapan yang tidak tetap dan trip penangkapan ikan yang tergantung pada cuaca merupakan salah satu faktor yang selalu di lihat sebelum nelayan melakukan operasi penangkapan ikan.

Alternatif strategi pengembangan perikanan tuna

Dengan melihat pada faktor internal dan faktor eksternal, maka strategi pengembangan perikanan tangkap ditentukan dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Menurut Rangkuti (2009), faktor yang mempunyai dampak positif (kekuatan dan peluang) dapat digunakan untuk mensiasati kelemahan yang dimilki dan ancaman yang timbul, dan bahkan memanfaatkan secara bersama kekuatan dan peluang yang ada, untuk menghasilkan dampak positif yang lebih baik. Strategi pengembangan perikanan tuna dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor Peluang :

stok sumbardaya ikan yang melimpah 0,1 4 0,4

Nilai produski yang meningkat 0,05 3 0,15

Fasilitas pelabuhan yang memadai 0,1 2 0,2

BBM, es dan air tawar yang mudah di dapat 0,25 4 1,0

Ancaman : Bobot Rating Skor

Musim penangkapan yang sering berubah-ubah 0,05 2 0,1

Lokasi penangkapan yang berubah 0,1 2 0,2

Harga BBM yang tinggi 0,25 1 0,25

Trip penangkapan yang bergantung pada cuaca 0,1 2 0,2

(40)

Tabel 4. 6 Matriks SWOT strategi yang menjadi solusi pengembangan perikanan tuna berbasisi masyarakat di Kota Ambon faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5. Strategi pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon yang dapat di terapkan, yaitu :

Peningkatan kegiatan penangkapan

Peningkatan prasarana perikanan yang tersedia

Peningkatan penanganan pasca penangkapan untuk menjamin kesegaran ikan Peningkatan etos kerja

(41)

Hasil Analisis AHP pengembangan perikanan Tuna

Setelah melukukan analisis SWOT untuk menentukan prioritas pengembangan perikanan tuna. Hasil dari analisis SWOT tersebut digunakan dalam analisis AHP yang bertujuan untuk mengetahui strategi mana yang baik untuk pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon.

Penentuan alternatif pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon dilakukan dengan pendekatan analisis hierarki proses (AHP). Berdasarkan pengamatan dan informasi serta kajian análisis di lapangan maka struktur hierarki pengembangan perikanan tuna didasarkan pada empat tingkatan. Tingkat pertama adalah tujuan (fokus), dimana tujuan (fokus) hierarki adalah strategi pengembangan perikanan tuna. Tingkat kedua adalah kriteria, kriteria-kriteria yang diambil dalam penetapan kebijakan dari tujuan strategi pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon adalah teknologi, sumberdaya manusia, sumberdaya ikan, teknologi. Tingkat ketiga adalah sub kriteria, sub kriteria yaitu nelayan, perusahaan tuna dan konsumen. Tingkat keempat adalah alternatif kebijakan. Alternatif kebijakan yang ditempuh dalam strategi pengembangan perikanan tuna. Struktur hierarki strategi pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon disajikan pada Gambar 4.1 di bawah ini.

Gambar 4.1 Struktur hierarki strategi pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon

(42)

kepentingan 0,161. Peningkatan skala usaha penangkapan tuna mempunyai rasio kepentingan 0,160. Peningkatan prasarana perikanan yang tersedia mempunyai rasio kepentingan 0,116. Penggunaan alat bantu penangkapan yang modern dengan rasio kepentingan 0,090. Peningkatan kegiatan penangkapan dengan rasio kepentingan 0,076. Peningkatan penanganan pasca penangkapan untuk menjamin kesegaran ikan mempunyai rasio kepentingan 0,040. Penyediaan alat navigasi yang memadai merupakan strategi terakhir dengan rasio kepentingan 0,013.

Gambar 4.2 Hasil analisis prioritas alternatif strategi pengembangan industri tuna di Kota Ambon

Pembahasan

Dalam pengertian yang luas, strategi dapat didefinisikan sebagai sebuah rangkaian sistematis dan komprehensif meliputi pembentukan gagasan, penyusunan, perencanaan dan pelaksanaan aksi (eksekusi) dalam hubungannya dengan bagaimana mengoptimalkan sumberdaya internal dan eksternal guna pencapaian tujuan secara efektif. Dalam hal ini strategi pada dasarnya terdiri dari 3 (tiga) unsur yang tak terpisah, yakni gagasan, perencanaan, dan eksekusi. Gagasan merupakan sebuah kerangka konseptual yang terbentuk dari proses analisis menyeluruh berdasarkan hasil identifikasi, evaluasi, serta proyeksi tentang situasi lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi, sementara perencanaan adalah kerangka operasional berupa alternatif-altenatif kebijakan yang dirumusukan berdasarkan gagasan yang terbentuk, dan eksekusi merupakan sebuah manajemen implementasi yang dilakukan secara konsisten pada koridor perencanaan yang telah dirumuskan.

Strategi pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon dapat di ketahui dengan mengkaji faktor ektenal dan internal. Faktor internal dan eksternal tersebut dengan menggunakan analisis SWOT dapat kita lihat strategi pengembangan yang baik untuk pengembangan perikanan tuna. Hasil keluaran dari analisis SWOT dapat dikembangkan dengan AHP guna melihat strategi-strategi apa saja yang paling penting untuk pengembangan perikanan tuna di Kota Ambon.

Untuk membuat suatu strategi pengembangan perikanan di Kota Ambon maka kita harus mengetahui bagaimana produktivitas perikanan yang ada di sana.

Keterangan:

PEK : Peningkatan etos kerja

PSP : Peningkatan skala usaha penangkapan tuna PRP : Peningkatan prasarana perikanan yang tersedia PAP : Penggunaan alat bantu penangkapan yang modern

PKP : Peningkatan kegiatan penangkapan

PPP : Peningkatan penanganan pasca penangkapan untuk menjamin kesegaran ikan

Gambar

Tabel 2.1  Produksi perikanan tuna di Kota Ambon per kecamatan dalam  ton
Tabel 2.2 dibawah ini.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
Tabel 3.1 Spesifikasi Pancing Tonda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut penelitian tentang pengaruh kombinasi abu vulkanik Merapi, pupuk organik dan tanah mineral terhadap tanaman jagung maka hasil penelitian menunjukkan bahwa

Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu

Dari pendapat para ahli tersebut, peneliti menggabungkan dan menyuntingnya sebagai landasan teori penelitian, bahwa proses pembentukan kata ragam bahasa coretan pada meja

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumna, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan input produksi luas lahan, tenga kerja, benih, pupuk Urea, pupuk NPK, pupuk

Nilai rata-rata uji organoleptik terhadap wanla, aroma, daya oles, rasa dan penerimaan umum formulasi pasta tauco rendah garam dengan penambahan bubur kedelai

Sehubungan dengan pembuktian menurut Hukum Acara Perdata, pada kasus tersebut jika tanah objek sengketa lebih tunduk pada sistem pertanahan menurut Hukum Adat,

Untuk menentukan luas permukaan prisma tersebut kita perhatikan dulu gambar tenda (a), bahwa luas permukaan kain pada prisma tersebut luas persegi panjang

Kesimpulan penulis, ikan hias air tawar adalah salah satu jenis binatang yang hidup di air tawar dengan motif, warna, bentuk yang menawan (menarik hati), dan bernafas